• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INFUSA BUAH ADAS (

Foeniculum vulgare

Mill.)

TERHADAP KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA

UMUR 1 TAHUN

AHMAD SYARIF NUHUYANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ahmad Syarif Nuhuyanan

(4)
(5)

ABSTRAK

AHMAD SYARIF NUHUYANAN. Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun. Dibimbing oleh ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS dan HERA MAHESHWARI.

Adas adalah tanaman yang mengandung fitoestrogen yang memiliki efek sama seperti estrogen endogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa adas manis terhadap kinerja reproduksi berupa siklus estrus, bobot ovarium dan uterus, dan vaskularisasi uterus tikus putih betina berumur 1 tahun. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih betina yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (KN) diberi 1 ml/100 gBB aquades. Kelompok kontrol positif (KP) diberi etinil estradiol 0.045 mg/200 gBB. Kelompok perlakuan D1, D2, dan D3 diberi infusa adas sebesar masing-masing 36.5 mg, 73 mg, dan 146 mg masing-masing untuk 100 gBB. Pemberian aquades,

etinil estradiol dan infusa adas dilakukan selama 17 hari dengan rute peroral, dan pada saat yang sama dilakukan ulas vagina. Pengambilan ulas vagina dilakukan pagi dan sore hari dengan rentang waktu 12 jam. Perubahan epitel vagina diperiksa untuk menentukan fase siklus estrus menggunakan mikroskop. Pada akhir periode penelitian dilakukan pembedahan abdomen untuk melihat vaskularisasi dan mengukur bobot ovarium dan uterus. Penelitian ini menunjukkan bahwa infusa buah adas D1 dapat memperpanjang waktu proestrus (P<0.05) dan fase estrus (P>0.05). Peningkatan bobot ovarium dan uterus terjadi pada tikus kelompok KP, D1, dan D2 (P>0.05) serta D3 (P<0.05), namun seluruh kelompok perlakuan tidak memengaruhi vaskularisasi uterus.

Kata kunci : adas, estrus, fitoestrogen, siklus

ABSTRACT

AHMAD SYARIF NUHUYANAN. The Role of Fennels Fruit Infussion

(Foeniculum vulgare Mill.) on Reproductive Performance of One Year Old Female Rats. Under supervision of ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS and HERA MAHESHWARI.

(6)

was concluded that fennel fruit infussion at dose D1 can increased length of proestrus (P<0.05) and it can increased length of estrous phase (P>0.05). There were increasement of the ovaries and uterine weight from rats group KP, D1, and D2 (P>0.05), and D3 (P<0.05), however all groups did not show increasement of uterine vascularitation.

(7)

PERAN INFUSA BUAH ADAS (

Foeniculum vulgare

Mill.)

TERHADAP KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA

UMUR 1 TAHUN

AHMAD SYARIF NUHUYANAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun.

Nama : Ahmad Syarif Nuhuyanan

NIM : B04080198

Disetujui oleh

Dr drh Aryani S Satyaningtijas, MSc Pembimbing I

Dr drh Hera Maheshwari, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan FKH IPB

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Juli 2012 ini berjudul Peran Infusa Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Kinerja Reproduksi Tikus Betina Umur 1 Tahun.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr drh Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc dan Ibu Dr drh Hera Maheshwari, MSc selaku dosen pembimbing skripsi serta Bapak Dr drh Akhmad Arif Amin selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan saran. Ungkapan cinta dan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah Saifuddin Nuhuyanan, SPd. MSi. dan Ibu Rachma Nuhuyanan, SE. serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang, dan kepercaannya. Di samping itu, terima kasih dan penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, keluarga besar FKH-IPB, keluarga besar HMI dan KAHMI, keluarga besar Lawalata IPB, keluarga besar Perhimpunan Mahasiswa Maluku, keluarga besar Himpro Ruminansia, teman-teman Avenzoar, keluarga kecil di rumah Balack Enam, teman-teman-teman-teman sepenelitian, dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut berkontribusi sejak awal hingga akhir penyelesaian tugas ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Adas (Foeniculum vulgare Mill.) 2

Tikus Putih 2

Siklus Estrus Tikus 3

Estrogen 4

Menopause 4

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Metodologi 5

Tahap Persiapan 5

Tahap Perlakuan 6

Tahap Pengambilan dan Pengamatan Sampel 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Peran Infusa Adas Terhadap Panjang Setiap Fase Siklus Estrus 8

Peran Infusa Adas Terhadap Total Siklus Estrus 9

Peran Infusa Adas Terhadap Vaskularisasi Uterus 10

Peran Infusa Adas Terhadap Peningkatan Total Bobot Ovarium dan

Uterus 11

Pembahasan Umum 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan perlakuan penelitian 6

2 Ulas sel vagina tikus pada fase proestrus, estrus, metestrus, dan

diestrus 7

3 Vaskularisasi uterus tikus betina pada setiap kelompok perlakuan

saat fase estrus 11

DAFTAR TABEL

1 Data fisiologis tikus putih 3

2 Ulas sel vagina dan fase-fase siklus estrus 7

3 Hasil pengamatan panjang setiap fase siklus estrus dan total

siklus estrus pada setiap kelompok (jam) 8

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menopause adalah kondisi fisiologis perempuan saat siklus menstruasi terhenti akibat kurangnya atau hilangnya hormon estrogen (Ganong 1995). Berkurangnya kadar estrogen dalam tubuh menimbulkan keluhan akibat perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh. Gejala yang timbul saat menopause adalah penurunan libido, keriput, tekanan darah meningkat, gejolak panas (hot flushes), berdebar-debar, pusing, sering berkeringat, depresi, nyeri otot, cemas, dan susah tidur. Labia, klitoris, uterus, dan ovarium mengecil disertai penipisan dan pengeringan kulit genitalia pada saat menopause. Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi, infeksi, dan dyspareunia (Ihsan 2010). Selain itu, perempuan yang telah menopause lebih rentan terhadap penyakit jantung, ostoeporosis, atherosklerosis, dan penyakit lainnya (Guyton 1994).

TSH (Terapi Sulih Hormon) atau HRT (Hormone Replacement Teraphy) merupakan pemberian estrogen sintetik yang digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan estrogen endogen dalam tubuh. Namun, penggunaan TSH dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping seperti terjadinya hiperplasia atau neoplasia endometrium, kanker payudara, hipertensi (reversibel), dan thromboemboli (Graber et al. 1997). Alternatif pengobatan lain pun dicari dan diteliti untuk menghindari adanya efek samping tersebut.

Fitoestrogen merupakan senyawa alami non-steroidal asal tanaman yang dapat beraktivitas sebagai estrogen tubuh. Fitoestrogen diketahui dapat mengganti atau bersaing dengan estrogen endogen dengan berikatan pada reseptor estrogen (ER), yakni ER-α dan ER-β (Ihsan 2010). Salah satu tanaman yang memiliki kandungan fitoestrogen adalah biji atau buah adas manis yang termasuk dalam kelompok lignan. Rather et al. (2012) menyatakan adas manis memiliki kemampuan sebagai agen estrogenik. Komponen utama minyak esensial dari adas manis yang diketahui sebagai agen estrogenik adalah anethol dan derivatnya. Buah adas manis diketahui memiliki kandungan anethol yang sangat tinggi dibandingkan daun adas manis dan senyawa lainnya (Prakosa et al. 2013).

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih betina (Rattus sp.) galur

Sprague-Dawley berumur 1 tahun, yaitu umur yang telah mendekati usia tidak produktif, diberi infusa buah adas manis untuk melihat pengaruh fitoestrogen adas terhadap kinerja reproduksinya.

Tujuan

(15)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian infusa buah adas terhadap kinerja reproduksi tikus betina usia 1 tahun serta pengaruh fitoestrogen dalam infusa buah adas sebagai alternatif terapi kekurangan hormon estrogen pada manusia dan hewan menjelang usia tidak produktif.

TINJAUAN PUSTAKA

Adas (Foeniculum vulgare mill.)

Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba tahunan dari klas Magnoliopsida, ordo Apiales, famili Umbelliferae, dan genus

Foeniculum. Genus Foeniculum mempunyai tiga spesies, yaitu Foeniculum vulgare, Foeniculum azoricum, dan Foeniculum dulce. Foeniculum vulgare

memiliki dua sub spesies, yaitu F. vulgare Mill. subspesies vulgare varietas dulce

(adas manis) dan F. vulgare Mill. subspesies vulgare varietas vulgare (adas pedas) (Rather et al. 2012). Ada dua jenis adas yang dikenal di Indonesia, yaitu F. vulgare Mill. (adas manis) dan Anetum Graveolens Linn (adas sowa). Kedua jenis adas ini dimanfaatkan sebagai bumbu makanan dan obat (Dalimartha 1999). Adas manis telah digunakan di China, Meksiko, India, dan negara-negara lainnya sebagai obat, penambah rasa pada makanan, parfum, dan kosmetik (Rather et al.

2012).

Buah adas manis memiliki kandungan fitokimia yang lebih baik untuk dimanfaatkan. Kandungan fitoestrogen buah adas manis lebih tinggi dibandingkan buah adas pedas. Selain itu, minyak esensial adas manis mengandung minimal 80% anethol, maksimal 7.5% fenkon, dan 10% estragol, sedangkan adas pedas mengandung minimal 60% anethol, 15% fenkon, dan maksimal 6% estragol (Silano dan Delbò 2008). Trans-anetol, fenkon dan estragol diduga memberikan efek seperti estrogen (Agustini dan Saepuddin 2006).

Fitoestrogen merupakan senyawa alami non-steroidal asal tanaman yang mampu beraktivitas sebagai estrogen tubuh (Rather et al. 2012). Fitoestrogen memiliki tiga kelompok utama, yaitu isoflavon, lignan, dan koumestan. Adas memiliki kandungan fitoestrogen yang termasuk dalam kelompok lignan. Lignan diabsorbsi sebagai secoisolariciresinol dan matairesinol, kemudian diubah oleh mikroflora usus menjadi senyawa aktif estrogen, yaitu enterodiol dan enterolakton (Cornwell et al.2004).

Tikus Putih

(16)

3

tikus ini adalah albino, kepala kecil, dan ekor lebih panjang dari badannya (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Data fisiologi tikus putih disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Data fisiologi tikus putih

Kriteria

Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun

Lama produksi ekonomis : 1 tahun

Umur dewasa : 40-60 hari

Siklus kelamin : poliestrus

Siklus berahi (estrus) : 4-5 hari

Perkawinan : pada waktu estrus

Lama estrus : 9-20 jam

Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus, spontan

Berat dewasa : 300-400 g (jantan); 250-300 g (betina)

Berat lahir : 5-6 g

Volume darah : 57-70 ml/kg

Uterus : 2 kornua, bermuara sebelum serviks

Aktivitas : nokturnal (malam)

Kecepatan tumbuh : 5g/hari

a

Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Siklus Estrus Tikus

Siklus estrus terjadi pada hewan betina yang telah mencapai masa pubertas dan tidak bunting menurut suatu ritmik yang khas. Interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus berikutnya dikenal sebagai suatu siklus estrus (Ganong 1995). Siklus estrus dari tikus betina terdiri dari fase-fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Ihsan 2010).

Proestrus adalah fase sebelum estrus, yaitu fase dimana folikel de Graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol (Ihsan 2010). Estradiol ini akan menyebabkan uterus mengalami mitosis pada kelenjar dan epitelnya, peningkatan vaskularisasi, dan dilatasi lumen. Epitel vagina mulai mengalami kornifikasi dan lapisan superfisialnya berlendir karena deskuamasi sel mukosa. Pada sediaan ulas vagina terlihat banyak sel epitel berinti dan kornifikasi (Omar dan El-Samad 2007).

Fase estrus adalah fase yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Pada fase ini folikel de Graaf membesar dan estrogen banyak diekskresikan (Ihsan 2010). Vaskularisasi uterus yang semakin meningkat dan menyebabkan oedamatous di lumen uterus tikus pada fase estrus karena peningkatan estrogen (Westwood 2008). Serviks menjadi kendor dan agak eodematous (Ihsan 2010). Mukosa vagina sangat menebal sehingga banyak sel-sel epitel berkornifikasi yang terlepas (Westwood 2008). Pada sediaan ulas vagina terlihat banyak sel kornifikasi (Omar dan El-Samad 2007).

(17)

4

keadaan yang kurang aktif yang sama pada fase diestrus (Ihsan 2010). Pada sediaan ulas vagina terlihat leukosit, sel kornifikasi, dan sel epitel berinti (Omar dan El-Samad 2007).

Diestrus adalah periode terpanjang dalam siklus estrus tikus. Pada fase ini korpus luteum menjadi matang. Uterus berukuran kecil dan vaskularisasinya sangat rendah (Westwood 2008). Cervix menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket (Ihsan 2010). Epitel vagina menipis dan hanya terdiri dari stratum germinativum (Westwood 2008). Pada sediaan ulas vagina terlihat banyak sel leukosit (Omar dan El-Samad 2007).

Estrogen

Estrogen adalah hormon yang menyebabkan estrus pada hewan betina. Estrogen disekresikan oleh sel teka interna ovarium dan sedikit oleh korpus luteum, plasenta, korteks adrenal dan testis. Estradiol, estron, dan estriol adalah estrogen alamiah tubuh. Hormon estrogen berperan untuk mengontrol pelepasan hormon FSH dan LH, meningkatkan birahi, proliferasi saluran kelenjar susu, proliferasi epitel vagina, proliferasi endometrium, hipertrofi kelenjar uterus, dan peningkatan vaskularisasi uterus (Ihsan 2010).

Terdapat dua jenis reseptor estrogen didalam tubuh, yaitu ER-α dan ER-β. Kedua reseptor ini berfungsi untuk perkembangan folikular ovarium, sel endotel vaskular, otot halus, dan kelenjar ambing (Cornwell et al.2004). Menurut Ganong (1995) bahwa distribusi kedua reseptor ini berbeda. Reseptor estrogen alfa terdapat pada organ uterus, testis, hipofisi, ginjal, epididimis dan adrenal, sedangkan reseptor estrogen beta terdapat pada ovarium, prostat, paru-paru, kandung kemih dan tulang. Estrogen yang paling banyak terbentuk dan memiliki afinitas paling kuat dengan reseptor estrogen adalah 17β estradiol.

Menopause

Menopause adalah kondisi fisiologis pada perempuan saat siklus menstruasi atau estrus terhenti akibat kurangnya atau hilangnya hormon estrogen. Menopause biasanya terjadi pada manusia antara usia 45-52 tahun. Tanda, gejala, dan perubahan fisiologik yang menyertai menopause adalah akibat menurunnya estrogen dalam sirkulasi. Gejala-gejala menopause dapat dimulai sebelum perubahan pada siklus menstruasi terjadi. Pada mencit dan tikus betina tua terjadi fase diestrus yang panjang dan peningkatan kadar sekresi gonadotropin (Ganong 1995).

(18)

5

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Juli 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi dan Unit Pemeliharaan Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, pengayak mesh berukuran 8, 24, dan 30, evaporator, gelas kimia, gelas ukur, tabung maserasi, freezer, pengaduk gelas, corong, timbangan digital, sonde lambung, cotton bud, gelas objek, pinset, mikroskop cahaya binokuler, peralatan bedah.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah adas manis (Foeniculum vulgare Mill.), aquades, etinil estradiol, NaCl fisiologis 0.9%, larutan methanol 70%, larutan Giemsa 10%, eter, pakan tikus (pelet ikan).

Metodologi Tahap Persiapan a. Infusa Adas

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bogor. Simplisia buah adas yang telah kering kemudian dibuat serbuk dengan blender dan diayak dengan pengayak mesh 8 dan 24. Pembuatan infusa adas dilakukan setiap hari (per perlakuan) dengan cara merebus sebanyak 10 mg adas dalam 100 ml air dengan suhu 90oC selama 15 menit. Kemudian larutan adas disaring menggunakan ayakan mesh 30. Setelah penyaringan, infusa adas disimpan ke dalam botol dan dicekokkan ke tikus.

b. Hewan Percobaan

(19)

6

dan penggantian sekam. Kandang tikus berbentuk kotak plastik berukuran 30 cm x 20 cm x 12 cm dengan tutup kawat yang mudah dibuka dan ditutup.

Tahap Perlakuan

Seluruh tikus setelah dikelompokkan sesuai kelompok perlakuan, ditimbang berat badannya setiap pagi selama penelitian menggunakan timbangan digital. Pemberian sediaan dilakukan selama 17 hari secara per oral (dicekok) menggunakan sonde lambung. Pencekokan sediaan tersebut dilakukan pagi hari pada jam yang sama selama 17 hari sesuai kelompok perlakuan. Pembuatan ulas vagina dilakukan selama 17 hari bersamaan dengan pemberian sediaan. Ulas vagina dilakukan pagi dan sore hari dengan selang waktu 12 jam. Pelaksanaan penelitian ini bisa dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Bagan perlakuan penelitian

Tahap Pengambilan dan Pengamatan Sampel a. Pengambilan Sampel Ulas Vagina

Pengambilan ulas vagina dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah dicelupkan dalam NaCl fisiologis 0.9%, kemudian diulaskan ke dinding vagina tikus dan diputar 360°. Setelah itu, hasil ulas vagina dioleskan pada gelas objek. Gelas objek tersebut direndam dalam metanol 70% selama 10 menit, diangkat, lalu dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Giemsa selama 30 menit, dicuci pada air mengalir, kemudian dikeringkan. Pengamatan mikroskop sampel ulas vagina menggunakan perbesaran 40 kali. Pengamatan sel ulas vagina adalah metode yang sering digunakan untuk mengidentifikasi siklus estrus pada tikus betina (Baker et al 1980). Pengamatan hasil ulas vagina tikus dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Keterangan:

Tahap Perlakuan Selama 17 Hari

Aklimatisasi Selama 14 Hari

Koleksi organ ovarium dan uterus.

Pencekokan aquades, etinil estradiol,

dan infusa buah adas (Pagi). Ulas sel vagina (pagi dan sore).

(20)

7

Gambar 2 Ulas sel vagina tikus pada fase proestrus (A), estrus (B), metestrus (C), dan diestrus (D)

Tabel 2 Ulas sel vagina dan fase-fase siklus estrus

Fase Durasi Tahap Ulasan vagina

Proestrus

12 Awal Sel epitel berinti 75%

Akhir Sel kornifikasi (sel tanduk) 25%

Estrus

12 Awal Sel kornifikasi 75%

Akhir Sel pavement (menumpuk) 25%

Metestrus

21 Awal Sel pavement 100%

Akhir Sel pavement dan leukosit

Diestrus

57 Awal Leukosit 100%

Akhir Leukosit dan sel berinti mulai muncul

a

Sumber : Baker et al.(1980)

b. Pengambilan Sampel Ovarium dan uterus

Pengambilan sampel ovarium dan uterus dilakukan pagi pada hari ke-17 setelah dilakukan pengambilan ulas sel vagina. Awalnya tikus dibius menggunakan eter, kemudian dimatikan melalui dislokasio servikalis. Setelah itu, pembedahan dilakukan pada bagian abdomen untuk mengoleksi sampel ovarium dan uterus. Setelah ditemukan ovarium dan uterus diamati vaskularisasinya. Setelah itu, ovarium beserta uterus dipreparir dan dibersihkan dari lemak mesenterikus untuk ditimbang menggunakan timbangan digital.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dan dibandingkan dengan menggunakan metode analysis of variance (ANOVA), dilanjutkan dengan uji Duncan (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

(A) (B)

(21)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Infusa Adas Terhadap Panjang Setiap Fase Siklus Estrus

Siklus estrus terdiri dari proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Ihsan 2010). Sejak awal kematangan seksual sampai usia 12 bulan, rata-rata panjang siklus estrus tikus betina adalah 4 hari (Marcondes et al. 2002). Setelah usia 12 bulan panjang siklus estrus meningkat dan berlangsung sekitar 6 hari sampai akhir masa reproduksi (Omar dan El-Samad 2007). Hasil penelitian berupa pengamatan terhadap panjang fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus pada tikus betina usia 1 tahun dengan beberapa perlakuan menunjukkan waktu (jam) yang bervariasi (Tabel 3).

Tabel 3 Hasil pengamatan panjang setiap fase siklus estrus dan total siklus estrus pada setiap kelompok (jam)

FASE KN KP D1 D2 D3

Proestrus 13.40±1.95a 22.72±5.78b 22.96±4.96b 14.28±5.76a 14.20±3.49a Estrus 16.60±5.27ab 19.28±11.04ab 21.44±4.64ab 15.28±5.70a 29.00±14.11b Metestrus 16.20±4.27a 19.8 ±6.03a 20.76±5.58a 19.52±3.22a 20.40±6.99a Diestrus 62.60±28.95b 3.60±4.09a 46.96±24.96b 48.56±18.93b 61.80±13.01b Total 108.80±40.44 65.44±26.94 112.12±40.14 97.64±33.61 125.40±37.60

a

KN: kontrol negatif diberi aquades 1 ml/100 gBB, KP: kontrol positif diberi etinil estradiol

4.5×10-3 mg/200 gBB, D1: adas dosis 36.5 mg/100 gBB, D2: adas dosis 73 mg/100 gBB, D3: adas

dosis 146 mg/100 gBB. Huruf superscript yang berbeda dalam satu baris menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.

Proestrus adalah fase yang ditandai dengan banyaknya sel epitel berinti pada preparat ulas vagina. Pada fase ini pengaruh hormon gonadotropin berupa FSH mendominasi dalam merangsang perkembangan folikel. Folikel yang semakin berkembang ini akan semakin banyak mensekresikan estrogen. Panjang fase proestrus tikus sekitar 12 jam (Suckow et al. 2006). Pada penelitian ini, fase proestrus pada tikus yang diberi perlakuan pada kelompok KP dan D1 secara signifikan (P<0.05) lebih panjang dibanding kelompok KN. Fase proestrus pada kelompok perlakuan D2 dan D3 juga cenderung lebih panjang (P>0.05) dibanding kelompok KN. Kelompok KP adalah tikus yang diberi etinil estradiol, sedangkan kelompok D1, D2, dan D3 adalah tikus yang diberi infusa buah adas yang mempunyai efek seperti estrogen. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fitoestrogen dari infusa buah adas dengan dosis 36.5 mg/100 gBB (D1) menyebabkan perpanjangan waktu fase proestrus. Sedangkan, infusa buah adas yang diberi pada tikus kelompok D2 dengan dosis 73 mg/100 gBB dan tikus kelompok D3 dengan dosis 146 mg/100 gBB tidak memengaruhi panjang waktu proestrus secara nyata dibandingkan dengan tikus kelompok KN.

(22)

9

berbeda nyata dengan KN, tetapi fase estrus pada kelompok D3 berbeda nyata (P<0.05) dan lebih panjang dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Kelompok D3 adalah tikus yang diberi adas dengan dosis 146 mg/100 gBB. Perpanjangan panjang fase estrus ini diduga akibat efek fitoestrogen dari adas.

Metestrus adalah fase segera sesudah estrus dan korpus luteum mulai bertumbuh dengan cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah pecah. Hasil ulas vagina pada fase ini ditandai oleh proporsi yang seimbang antara sel leukosit, sel-sel epitel berinti dan sel-sel-sel-sel kornifikasi (Marcondes et al. 2002). Panjang waktu fase metestrus adalah sekitar 21 jam (Suckow et al. 2006). Pada penelitian ini panjang waktu fase metestrus pada setiap kelompok tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam uji statistik. Namun dapat dilihat bahwa rata-rata panjang waktu fase metestrus pada kelompok tikus KP, D1, D2, dan D3 cenderung lebih panjang beberapa jam dibandingkan panjang waktu fase metestrus pada kelompok tikus KN. Hal ini diduga akibat aktivitas fitoestrogen dari infusa buah adas yang diberi pada tikus kelompok D1, D2, dan D3 memengaruhi panjang waktu metestrus.

Fase diestrus adalah periode terpanjang dalam siklus estrus tikus (Westwood 2006). Hasil ulas vagina pada fase ini ditandai oleh dominasi sel leukosit dengan sedikit sel epitel berinti (Marcondes et al. 2002). Panjang waktu fase diestrus adalah sekitar 57 jam (Suckow et al. 2006). Pada penelitian ini kelompok tikus yang memiliki fase diestrus terpanjang berturut adalah KN (62.60 ± 28.95), D3 (61.80 ± 13.01), D2 (48.56 ± 18.93), D1 (46.96 ± 24.96), dan KP (3.40 ± 4.09). Pada uji Duncan, tikus kelompok KP menunjukkan panjang waktu diestrus yang berbeda nyata dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Meskipun kelompok tikus D1 dan D2 tidak berbeda nyata namun cenderung menunjukkan waktu yang lebih pendek beberapa jam dibanding kelompok KN dan D3.

Peran Infusa Adas Terhadap Total Siklus Estrus

Respon tubuh terhadap fitoestrogen yang diberikan pada hewan bergantung pada faktor-faktor seperti spesies, umur, jenis kelamin, jenis fitoestrogen, dosis, cara pemberian, dan metabolisme hewan tersebut. Fitoestrogen memiliki struktur kimia yang mirip dengan estrogen sehingga dapat bekerja pada reseptor estrogen. Hasil yang akan didapatkan sangat bergantung dengan dosis yang diberikan. Fitoestrogen dengan dosis yang tinggi dapat bertindak sebagai agen anti estrogenik, sebaliknya fitoestrogen dengan dosis yang rendah dapat bertindak sebagai agen estrogenik (Warren and Devine 2001).

(23)

10

KN merupakan kondisi yang fisiologis karena pada saat tikus berumur diatas 12 bulan panjang waktu satu siklus estrus bisa mencapai 6 hari. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fitoestrogen pada tikus kelompok D1 dan D3 tidak memengaruhi panjang rata-rata waktu satu siklus estrus, meskipun memengaruhi panjang beberapa fase dalam siklus estrus di masing-masing kelompok perlakuannya.

Peran Infusa Adas Terhadap Vaskularisasi Uterus

Uterus tikus berbentuk dupleks, artinya terdapat dua serviks dan kornua yang terpisah secara sempurna. Ukuran uterus tikus akan berubah-ubah sepanjang siklus estrus. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh aktivitas hormon yang disekresikan oleh ovarium. Ovarium mensekresikan hormon estrogen, progesteron, androgen, dan relaksin. Sekresi hormon-hormon tersebut dipengaruhi oleh adenohipofise yang mensekresikan hormon FSH dan LH (Binkley 1995).

FSH disekresikan oleh kelenjar adenohipofisa untuk merangsang terjadinya fase folikuler pada ovarium. Pada fase ini, terjadi proses pematangan folikel. Sel teka interna dan cairan pada antrum folikel yang mulai matang akan mensekresikan estrogen. Estrogen yang makin meningkat akan merangsang terjadinya proliferasi sel seperti yang terjadi pada sel epitel vagina (Guyton 1994). Estrogen juga merangsang proliferasi sel dan vaskularisasi pada ovarium dan uterus. Jumlah estrogen mencapai puncaknya saat fase estrus, sehingga vaskularisasi ovarium dan uterus sangat jelas terlihat. Selain itu, kemampuan fitoestrogen dari infusa buah adas untuk berikatan dengan reseptor pada organ

uterus dapat dilihat pada saat fase estrus. Uterus memiliki reseptor α yang dapat

diduduki oleh estrogen (Ganong 1995). Fitoestrogen pada buah adas diduga

mempunyai kemampuan yang sama dengan estrogen untuk menduduki reseptor α

(Cornwell et al. 2004). Adanya ikatan reseptor dengan fitoestrogen diharapkan dapat meningkatkan vaskularisasi pada uterus. Oleh karena itu, pengamatan vaskularisasi uterus hanya dilakukan saat fase estrus untuk setiap kelompok perlakuan, sehingga dapat terlihat jelas pengaruh dan perbedaan vaskularisasi uterus pada setiap kelompok perlakuan. Saat terjadinya fase folikular pada ovarium bersamaan dengan fase proestrus dan estrus yang dapat dilihat dari ulas vagina.

(24)

11

dari infusa adas dalam ketiga dosis perlakuan, yaitu D1, D2, dan D3 tidak memengaruhi peningkatan vaskularisasi uterus tikus yang sudah berumur 1 tahun.

Gambar 3 Vaskularisasi uterus tikus betina pada setiap kelompok perlakuan saat fase estrus.

a

KN (Kontrol Negatif diberi aquades 1 ml/100 gBB), KP (kontrol positif diberi etinil estradiol

4.5×10-3 mg/200 gBB), D1 (Adas dosis 36.5 mg/100 gBB), D2 (Adas dosis 73 mg/100 gBB), D3

(Adas dosis 146 mg/100 gBB)

Peran Infusa Adas Terhadap Peningkatan Total Bobot Ovarium dan Uterus

Hasil pengujian infusa buah adas terhadap peningkatan total bobot ovarium dan uterus dilakukan saat fase estrus dengan mengamati sel-sel yang ditemukan dalam ulas vagina secara mikroskopik yang dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Pengukuran hanya saat fase estrus karena pada fase ini sekresi estrogen adalah terbanyak sehingga diharapkan vaskularisasi dan proliferasi sel-sel organ reproduksi mencapai puncaknya.

Tabel 4 Hasil pengukuran total bobot ovarium dan uterus saat fase estrus

Jumlah

Huruf superscript yang berbeda dalam satu baris menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.

Hasil pengukuran rata-rata total bobot ovarium dan uterus pada fase estrus menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada semua kelompok perlakuan. Peningkatan yang signifikan (P<0.05) terjadi pada bobot total ovarium dan uterus tikus kelompok D3 bila dibandingkan dengan tikus kelompok KN. Bobot total ovarium dan uterus pada tikus kelompok D3 yang diberi infusa adas dosis 146 mg/100 gBB lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan tikus

KN KP

D2 D3

(25)

12

kelompok KN yang diberi aquades 1ml/100 gBB. Bila dibandingkan dengan total bobot ovarium dan uterus pada kelompok KP, D1, dan D2, bobot ovarium dan uterus pada D3 adalah yang paling tinggi. Fitoestrogen dari infusa adas dosis 146 mg/100 gBB menyebabkan proliferasi sel pada organ tersebut secara nyata. Hal ini sejalan dengan pengaruh fitoestrogen terhadap panjang fase estrus pada hasil ulas vagina bahwa fitoestrogen dari tikus D3 dengan dosis 146 mg/100 gBB memberikan pengaruh waktu paling panjang.

Pembahasan Umum

Kemampuan fitoestrogen untuk diterima oleh tubuh dikarenakan memiliki kemiripan struktur kimia cincin fenolat dengan estrogen pada mamalia (Winarsi 2005). Fitoestrogen bekerja dengan berikatan pada reseptor estrogen endogen jika substrat berikatan dengan reseptor estrogen maka efek estrogenik dapat terjadi (Achadiat 2007). Fitoestrogen mampu bekerja seperti estrogen dalam memengaruhi hipotalamus untuk pengaturan sekresi hormon-hormon pelepas (Realising Hormon), sehingga hipofisa anterior mensekresikan hormon-hormon reproduksi tersebut, seperti LH dan FSH. Menurut Sherwood (2001) estrogen bekerja pada hipofisa anterior dan hipotalamus dalam pengaturan mekanisme umpan balik. Estrogen memengaruhi mekanisme umpan balik positif untuk mensekresikan LH pada saat konsentrasi estrogen mengalami peningkatan dalam waktu yang panjang.

Pemberian fitoestrogen dapat bersaing dan menggantikan fungsi estrogen. Pemberian fitoestrogen pada dosis yang tepat memberikan efek yang baik pada keseimbangan hormonal di dalam tubuh, khususnya pada penderita menopause. Fitoestrogen dapat berperan dalam menstabilkan fungsi hormonal, yakni dengan menghambat aktivitas estrogen yang berlebihan yang dapat menginduksi terjadinya kanker. Selain itu, fitoestrogen mampu mensubstitusi estrogen ketika kadarnya di dalam tubuh rendah. Kadar sirkulasi fitoestrogen yang berulang didalam tubuh mampu menghasilkan aktivitas biologis yang potensial (Tsorounis 2001). Hal ini dapat terjadi karena reseptor estrogen mampu diblokir oleh fitoestrogen, sehingga reseptor tersebut tidak dapat diduduki oleh estrogen endogen.

(26)

13

panjang fase estrus dan bobot ovarium dan uterus secara signifikan dibandingkan dengan kelompok tikus lainnya. Hal ini menunjukan bahwa fitoestrogen dengan dosis tersebut mampu meningkatkan kinerja reproduksi pada tikus betina berumur 1 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian fitoestrogen dari infusa buah adas pada dosis D1 meningkatkan panjang fase proestrus (P<0.05) dan panjang fase estrus (P>0.05). Pada tikus kelompok KP, D1, D2, dan D3 menyebabkan peningkatan total bobot ovarium dan uterus. Namun pada vaskularisasi ovarium dan uterus tidak terlihat peningkatannya pada semua perlakuan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dirasa perlu dilakukan penelitian dan studi kasus lanjutan untuk melihat pengaruh fitoestrogen infusa buah adas dosis ini terhadap organ-organ yang memiliki reseptor estrogen seperti tulang, hati, dan kulit, serta mengukur kadar hormon tersebut didalam darah.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2007. Fitoestrogen untuk Wanita Menopause [Internet]. [diunduh 2013 Mei 2007]. Tersedia pada: http://www.kesrepro.info/?q=node/32.

Agustini K, Saepuddin Y. 2006. Pengaruh ekstrak buah adas (Foeniculum vulgare

Mill.) terhadap kadar hormon estradiol dan FSH plasma tikus putih betina galur wistar yang diovariektomi. Artocarpus [Internet]. [diunduh 25 Agustus 2013] 8 (2) : 97-103. Tersedia pada: http://isjd.pdii.lipi.go.id/ index.php/Search.html.

Baker DEJ, Lindsey JR, Weisborth SH. 1980. The Laboratory Rat Research Applications. Vol ke-2. London (GB): Academic Press Inc.

Binkley SA. 1995. Endocrinology. New York (US): Harper Collins College Publisher.

Cornwell T, Cohick W, Raskin I. 2004. Review: Dietary phytoestrogens and health. Phytochemistry [Internet]. [diunduh 31 Oktober 2013]; 65 : 995-1016. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/publication/ 8593845_Dietary_ phytoestrogens_and_health/file/72e7e519623e241b9.pdf

(27)

14

Ganong WF. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-14. Andrianto J, penerjemah. Jakarta (ID): EGC.

Graber MA, Toth PP, dan Herting RL. 1997. University of Iowa Family Practice Handbook. Edisi ke-3. St. Luois (US): Mosby-Yearbook Inc.

Guyton AC. 1994. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7 Bagian III. LMA. Ken Ariata Tengadi, penerjemah; Harjanto Efendi, Melfiawati S, Editor. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Ihsan MN. 2010. Ilmu Reproduksi Ternak Dasar. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press.

Marcondes FK, Bianchi FJ, Tanno AP. 2002. Determination of the estrous cycle phases of rats: some helpful considerations. Journal Brazilian Archieves of Biology and Technology 62 [Internet]. [diunduh 31 Oktober 2013]; (4A) :609-614. Tersedia pada: http://www.scielo.br/pdf/bjb/v62n4a/ a08v624a.pdf. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Ed ke-3. Bogor

(ID): IPB Press.

Omar SHMM, El Samad AAA. 2007. Modified vaginal smear cytology for the determination of the rat estrous cycle phases, versus ordinary papanicolaou technique, verified by light and scanning electron microscopic examination of the endometrium. The Egyptian Journal of Histology [internet]. [diunduh 30 Oktober 2013]; 30 (2): 397-408.

Prakosa AH, Pamungkas ID, Ikhsan D. 2013. Pengaruh Waktu Pada Penyulingan Minyak Adas (Fennel Oil) Dari Buah dan Daun Adas Dengan Metode Uap dan Air. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri [internet]. [diunduh 01 Agustus 2013]; 2(2):14-17. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/ 39187/1/3. _artikel_ilmiah_14-17.pdf

Rather MA, Dar BA, Sofi SN, Bhat BA, dan Qurishi MA. 2012. Foeniculum Vulgare: A Comprehensive Review of Its Traditional Use, Phytochemistry, Pharmacology, and Safety. Arabian Journal of Chemistry [Internet]. [diunduh 01 Agustus 2013]. Tersedia pada:http://dx.doi.org/10.1016/ j.arabjc. 2012.04.011.

Smith JB, Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. California (US): Elseiver Inc.

(28)

15

Warren SB, Devine C. 2001. Phytoestrogen and Breast Cancer [Internet]. [diunduh 30 September 2013]. Tersedia pada : http://envirocancercornelledu/factsheet /diet /fs1 .phyto.cfm.

Westwood FR. 2008. The female rat reproductive cycle: a practical histological guide to staging. Toxicologic Pathology [Internet]. [diunduh 25 Agustus 2013]; 36:375-384. Tersedia pada: http://tpx.sagepub.com/content/36/5 /573/full.pdf+html.

(29)

16

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel  2  Ulas sel vagina dan fase-fase siklus estrus
Tabel 4 Hasil pengukuran total bobot ovarium dan uterus saat fase estrus

Referensi

Dokumen terkait

Dari 114 responden, yang merasa terhambat dalam menyelesaikan hambatan siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Pontianak dalam Proses Pembelajaran Pendidikan

Oleh karena jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh kulit buah kopi Arabika ( Coffea arabica ) maksimum pada pH 6, penelitian lebih lanjut untuk menentukan kapasitas adsorpsi

VIII Pekerjaan atap gantung untuk teras IX Pekerjaan instalasi listrik. Pekerjaan tangga dan ramp

Dari uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan penerapan model TGT terhadap motivasi dan hasil belajar matematika materi pecahan dalam

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus, serta mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya, maka penelitianini dibatasi

(1) Selain dicabut izinnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (7), bagi pemegang izin yang kegiatan usahanya menimbulkan kerusakan pada suaka margasatwa, taman nasional,

Air yang menghidupi tanaman serta makhluk hidup serta isi iadikan kita bertahan hidup dan sejahtera ( baca juga teks Adi Parwa). ali yang berinduk pada agraris

Kondisi sistem penggunaan lahan di Pegunungan Bantaeng merupakan mozaik dari berbagai sistem yang memiliki produktivitas ekonomi tertinggi pada kebun monokultur;