KAJIAN LANSKAP BUDAYA PERTANIAN UNTUK
PENGEMBANGAN AGROWISATA DI NAGARI PANDAI SIKEK
KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA BARAT
JONNI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Kajian Lanskap Budaya Pertanian Untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat “ adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2012
Jonni
ABSTRACT
JONNI. Analysis on Agricultural Landscape for Agrotourism Development at Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar District, West Sumatera Province. Under supervision of NURHAYATI H.S.ARIFIN and ARIS MUNANDAR.
Highland agricultural landscape which is combined with its local culture unique properties such as the culture of Nagari Pandai Sikek, West Sumatra, is an interesting tourism object and attraction. However, the agrotourism development in that area has not been optimally planned. The characteristic of agricultural landscape of each area or Jorong, a part of nagari landscape unit, as a tourism object and the tourism supporting factors should be studied well. The objective of this study was to identify and analyze local landscape characteristic and its potency of tourism supporting factor in each Jorong of Nagari Pandai Sikek, then to propose the concept for agrotourism development. The landscape assesment scoring and comparison exponential method were used to determine the potency of each Jorong. The results showed that the Jorong Pagu-Pagu has the highest potency value of 3.51, Jorong Baruah, Jorong Tanjung, and Jorong Koto Tinggi has medium potency with its value 3.48, 3.46 and 3.43 respectively. Jorong Pagu-Pagu is highly potencial for its uniqueness and attractiveness as agrotourism object. Jorong Baruah, besides its high potencial for community acceptance and the availability of supporting facilities, it is also located in the main access to Padang and Bukit Tinggi. The concept proposed for agrotourism development is by enchancing the most potencial Jorong Pagu-pagu, and promoting tourism development in the second best object at Jorong Baruah, then developing Jorong Tanjung and Jorong Koto Tinggi as tourism supporting areas. The unique local characteristics should be preserved and the local community should be involved in tourism development.
RINGKASAN
JONNI
.
Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S.ARIFIN dan ARIS MUNANDAR.Indonesia negara yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau-pulau. Di dalam pulau – pulau tersebut terbagi antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan merupakan kawasan sentral tempat jual beli dari hasil pertanian, sedangkan kawasaan pedesaan merupakan penghasil atau produksi pertanian. Kawasan perdesaan mempunyai lanskap pertanian yang banyaknya ragam budayanya sehingga mempengaruhi karakter lanskap pertanian. Kajian Lanskap budaya pertanian pada berbagai wilayah Indonesia, dengan ragam budaya yang berbeda perlu dilakukan agar menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan selanjutnya, agar keunikan dan karakter positif lainnya tidak hilang.
Wilayah Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Pembagian wilayah dalam bentuk “Nagari” sangat mempengaruhi karakteristik lanskap, termasuk lanskap pertanian. Daerah Minangkabau terdiri atas banyak Nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Penduduk Nagari Pandai Sikek sangat taat beragama dan masih menjunjung tinggi Adat salingka Nagari, dengan Falsafah " Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah " bersendikan adat dan agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkapan ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama (Islam) secara konseptual akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh adat secara operasional "Elok dek awak, katuju dek urang" serta konsekuen melaksanakan hasil mufakat menuju kebahagiaan hidup bersama yang adil dan makmur
Nagari Pandai Sikek yang terletak di Kabupaten Tanah Datar. Selain masyarakatnya berlatar belakang budaya Minangkabau, masyarakat juga mempunyai keunikan lanskap, karena terletak di dataran tinggi, di lereng Gunung Singalang. Kualitas visual lanskap, iklim yang nyaman budaya yang unik serta posisi strategis diantara Kota Padang Panjang dan Bukit Tinggi menjadikan Nagari Pandai Sikek tujuan persinggahan wisatawan. Potensi ini perlu dikaji untuk menjadi pertimbangan agar pengembangan selanjutnya terutama pengembangan agrowisata dapat terarah dan berkelanjutan.
Wilayah pertanian yang berada di lereng gunung pada umumnya mempunyai panorama yang indah, dan temperatur yang cocok untuk pertanian. Lanskap pertanian dapat dijadikan sebagai objek wisata yang menarik dan menguntungkan. Menurut Yoeti (1985), pengembangan suatu daerah menjadi tujuan wisata banyak tergantung pada daya tarik daerah itu sendiri, dan daya tarik dapat berupa keindahan alam, tempat bersejarah, tata cara hidup masyarakat, upacara keagamaan, kesenian tradisional. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian.
potensi daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata untuk pengembangan agrowisata dan 3) menyusun konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan agrowisata.
Penelitian ini menganalisis secara deskriptif dan spasial untuk menjelaskan karakteristik lanskap budaya pertanian dan menganalis secara spasial skoring tiap-tiap jorong berdasarkan potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan potensi kesiapan masyarakat. Penilaian potensi pada aspek yang sama juga dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) Eckenrode. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang mengkuantitatifkan pendapat seorang atau lebih dalam skala tertentu (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Pengumpulan data untuk MPE dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh responden. Responden yang dipilih adalah dari orang-orang yang mengerti, memahami dan turut merencanakan arah perkembangan Nagari Pandai Sikek dengan latar pendidikan yang berbeda-beda. Hasil dari analisis menghasilkan konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan agrowisata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari identifikasi dan analisis potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan pontesi masyarakat Nagari Pandai Sikek adalah daerah pertanian yang terletak di lereng Gunung Singgalang, dengan aktivitas budaya pertanian yang masih bersifat tradisional dengan menjunjung tinggi filosofi adat Nagari yang masih dipakai sampai sekarang untuk budidaya pertanian terutama tanaman sayuran dan padi. Berdasarkan hasil penilaian potensi daya tarik secara skoring di mana Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah diklasifikasikan sangat potensial dan jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi cukup potensi. Berdasarkan hasil penilaian potensi pendukung wisata secara skoring diperoleh klasifikasi Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah sangat potensial dan Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi cukup potensial. Berdasarkan hasil penilaian potensi masyarakat secara skoring diperoleh Jorong Pagu-pagu sangat potensial, dan Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi, Jorong Baruah cukup potensial.
adalah Jorong Baruah, Jorong Koto Tinggi, Jorong Pagu-pagu, dan Jorong Tanjung. Dari hasil total penilaian dari potensi daya tarik wisata, potensi pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat, maka didapat bahwa, Jorong yang paling berpotensi untuk dijadikan agrowisata adalah Jorong Pagu-pagu, Jorong Baruah sebagai well come area, karena selain dekat dengan aksesibilitas jalan raya Padang Panjang dan Bukit Tinggi juga untuk aktivitas pertanian sangat sedikit, dan lebih banyak ke industri kerajinan, sedangkan Jorong Koto Tinggi, dan Jorong Tanjung sebagai pendukung wisata.
Konsep yang diusulkan adalah pengembangan agrowisata dengan keunggulan, keunikan lanskap pertanian dan budaya Nagari pandai Sikek, serta untuk mesejahterakan masyarakat lokal. Pengembangan agrowisata disesuaikan dengan potensi masing-masing Jorong, dimana Jorong Pagu-pagu sebagai objek daya tarik utama, Jorong Baruah sebagai kawasan penerimaan dan pelayanan wisata, serta Jorong Tanjung dan Jorong Koto Tinggi sebagai kawasan pendukung wisata. Konsep tersebut harus mencakup hubungan timbal balik antar aspek daya tarik, pendukung wisata dan kesiapan masyarakat.
Hasil penelitian ini diharapkan perlu penataan pada objek-objek utama yang potensial dan pengemasan atraksi untuk kemudian dibuat suatu paket program agrowisata. Pemerintah daerah perlu mendukung dengan kebijakan pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek, dan masyarakat membangun sarana dan prasarana/fasilitas agrowisata. Pemerintah daerah berkerjasama dengan Wali Nagari perlu pembinaan masyarakat agar dapat berperan serta secara aktif dalam pengembangan agrowisata.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
KAJIAN LANSKAP BUDAYA PERTANIAN UNTUK
PENGEMBANGAN AGROWISATA DI NAGARI PANDAI SIKEK
KABUPATEN TANAH DATAR, SUMATERA BARAT
Oleh
JONNI A451090011
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Arsitektur Lanskap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat Nama : Jonni
NRP : A451090011 Mayor : Arsitektur Lanskap
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nurhayati HS. Arifin, M.Sc. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S.
Ketua Anggota
Diketahui oleh
Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Arsitektur Lanskap,
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2010 ini adalah lanskap budaya dengan judul Kajian Lanskap Budaya Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Nagari Pandai Sikek Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Dalam penyusunan tesis, penulis banyak menerima masukan dan saran serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Nurhayati HS. Arifin M.Sc, dan Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis.
2. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S dan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc.Agr. selaku dosen penguji atas saran dan masukannya.
3. Bapak Edrizal, SE Dt. Rajo Sampono Wali Nagari Pandai Sikek beserta staf. 4. Bapak Drh. Sugeng Kalbar yang telah membantu dalam penelitian.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. tak lupa Babe Ir. Benny Satria Achmad. MP, Bapak Dr. Ir. Agustamar, MP. Pak lek Sentot Wahono. SP, MSi, yang terus memberikan support serta motivasi untuk menyelesaikan tesis.
6. Keluarga besar mess Unand Bogor dan keluarga besar Impacs Bogor.
7. Teman-teman ARL angkatan 2009 ( Bu Sulis, Bu Devi, Kak Lina, Sabahan, Nadha), angkatan 2010, dan angkatan 2011 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan, masukan dan motivasi dalam proses penulisan tesis.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor,Maret 2012
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....……….. iv
DAFTAR GAMBAR ……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
DAFTAR ISTILAH ………... x
I. PENDAHULUAN ………....…... 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ...………..……… 3
1.3 Tujuan ...………...…...………... 4
1.4 Manfaat Penelitian .……… 5
1.5 Kerangka Pikiran ...……… 5
II.TINJAUAN PUSTAKA ..……….. 9
2.1 Lanskap Budaya ...………... 9
2.2 Lanskap Pertanian ...…………...……….. 11
2.3 Agrowisata ...……….……… 12
2.4 Nagari Pandai Sikek ...………... 16
III.BAHAN DAN METODE ...……….. 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..……… 19
3.2 Tahapan Penelitian ...………..………... 20
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 25
4.1 Lanskap Alami Nagari Pandai Sikek ……….. 25
4.1.1 Lanskap Pertanian Pandai Sikek .……….. 28
4.1.2 Tatanan Lanskap Budaya Pertanian ……….. 30
4.1.4 Aspek Wisata Nagari Pandai Sikek ...………… 39 4.1.5 Aspek Pengelolaan …..……….. 41 4.2. Potensi Pengembangan Agrowisata …..……….. 42 4.2.1 Penilaian Potensi Daya Tarik ………. 42 4.2.2 Penilaian Potensi Pendukung Wisata ………. 49 4.2.3 Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat …………. 54 4.2.4 Analisis Spasial Berdasarkan Wilayah jorong ….. 57 4.3 Konsep Pengembangan Agrowisata…….……….……. 58 4.3.1 Konsep Dasar……….. 58 4.3.2 Konsep Pengembangan Daya Tarik Wisata …….. 59 4.3.3 Konsep Pengembangan Pendukung Wisata …….. 60 4.3.4 Konsep Pengembangan Kesiapan Masyarakat … 60
V.SIMPULAN DAN SARAN ………..………….. 61
5.1 Simpulan ...………..……….. 61
5.2 Saran ...……….………. 61
DAFTAR PUSTAKA ………...……….. 63
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengamatan di Lapangan dan Pengumpulan Data ….…………. 21 2. Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek ………... 34 3. Hasil Penilaian Potensi Daya Tarik ……….... 43
4 Bobot Karakter Potensi Daya Tarik Berdasarkan Responden
Ahli ……….. 47
5. Potensi Daya Tarik ………..………... 47
6. Hasil Penilaian Potensi Pendukung Wisata ……… 49 7. Bobot Karakter Potensi Pendukung Wisata Berdasarkan
Responden Ahli ……….………. 51
8. Potensi Pendukung Wisata………..……….………... 52 9. Hasil Penilaian Potensi Kesiapan Masyarakat ………... 55 10. Bobot Karakter Potensi Masyarakat Berdasarkan Responden
Ahli ……….……… 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ……….. 7
2. Lokasi Penelitian ………... 19
3. Tahapan Penelitian ……… 20
4. Elemen Lanskap Nagari Pandai Sikek ………. 26 5. Peta Nagari Pandai Sikek ……….. 28 6. Lahan Pertanian Pandai Sikek ………... 30
7. Ruangan Makro ………. 31
8. Fasilitas Umum Nagari Pandai Sikek ……… 33 9. Kolam di Depan Rumah (a); Pekarangan Rumah (b) ………... 34 10. Peta Tata Guna Lahan Nagari Pandai Sikek ………. 37
11. Gedung Serbaguna ……… 38
12. Pengolahan Tanah Pertanian (a); Penggilingan Tebu (b) …….. 49 13. Tenunan Songket (a); Ukiran Rumah Gadang (b) ……… 40
14. View Lanskap Pertanian ……… ……….. 41
15. Rumah Adat Minang Kabau ……….. 44
16. Aktivitas Tradisional ………. 48
17. Showroom Tenunan Songket (a); Hasil Tenunan (b) ………… 53 18. Pusat Pelatihan Tenunan Pandai Sikek ………. 53
19. Alat Tenun ………. 53
20. Potensi Pengembangan Nagari Pandai Sikek Untuk
Agrowisata ………. 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kriteria Penilaian Potensi Daya Tarik Wisata ...………….…… 69
DAFTAR ISTILAH
Adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah
: Keputusan yang berdasarkan kepada adat dan
agama, serta senantiasa menaati hukum, musyawarah mufakat, yang berdasarkan alur dan patut. Ungkapan ini berarti bahwa apapun yang digariskan oleh agama (Islam) segala keputusan berdasarkan kepada adat, dan adat keputusannya berdasarkan kitab Al-quran. Alam takambang jadi guru : Melihat keadaan alam yang sesuai untuk
melakukan sesuatu kegiatan, atau pekerjaan dalam budidaya pertanian.
Cerdik pandai : Kaum intelektual Cigak baruak : Angkutan perdesaan.
Elok dek awak, katuju dek urang : Suka sama kita, setuju dengan orang.
Jorong : Desa satuan terkecil desa adat di Sumatera Barat, berdasarkan suku yang menempati.
Nagari : Lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan
makrokosmik yang lebih luas. Kawasan pemukiman telah mempunyai kelengkapan secara fisik sebagai suatu pemukiman dan pemerintahan secara sempurna berdasarkan persekutuan hukum adat minang kabau
Ninik Mamak : Pemimpin suku-suku dalam nagari Orang Minang : Suku yang mendiami Sumatera Barat
Tungku tigo sajarangan : Perwakilan anak nagari yang terdiri dari alim ulama, cerdik pandai (kaum intelektual) dan niniak mamak (pemimpin suku-suku dalam nagari)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pertanian yang berada di lereng gunung pada umumnya
mempunyai panorama yang indah dan temperatur yang cocok untuk pertanian
dataran tinggi. Pada umumnya penduduk yang berada disekitar lereng gunung
mempunyai mata pencarian bertani. Aktivitas pertanian dilereng gunung
sesuaikan dengan topografinya. Adanya pemandangan pertanian serta cara
pertanian yang masih tradisional, wilayah tersebut dapat dijadikan salah satu
tujuan wisata yang terdiri dari budidaya tanaman hortikultura dengan berbagai
jenis keanekaragamannya. Bagian yang paling menarik dari objek tujuan wisata
yang ada tersebut adalah kebudayaan yang masih melekat dan tetap dipertahankan
pada pola pertaniannya. Lanskap pertanian tersebut dapat dijadikan sebagai objek
wisata yang menarik dan menguntungkan.
Menurut Yoeti (1985), pengembangan suatu daerah menjadi tujuan wisata
tergantung pada daya tarik daerah itu sendiri yaitu berupa keindahan alam, tempat
bersejarah, tata cara hidup masyarakat, upacara keagamaan, dan kesenian
tradisional. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata
utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata
merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga
merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian
dan pemanfaatan obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi
pertanian maupun komoditi pertanian (Direktorat Jendral Pertanian dan Tanaman
Pangan, 1990).
Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan
wisata di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam
kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan
lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai
dalam bentuk siap dipasarkan, selain itu wisatawan juga dapat membeli produk
pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan
2
agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan
penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian.
Sumatera Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang dikenal
memiliki budaya yang berbeda dengan daerah yang lain selain pemandangan
alamnya. Daerah Sumatera Barat terbagi atas beberapa nagari-nagari, dan
Sumatera Barat dalam kepemerintahan masih memegang teguh dengan falsafat
adat nagari. Budaya adat orang Sumatera Barat atau yang dikenal dengan sebutan
orang minang masih kental dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat dengan
budaya pertanian yang ada, ditunjang dengan lanskap Sumatera Barat.
Keindahan alam yang dimiliki Sumatera Barat mempunyai potensi
menarik untuk dikembangkan dengan dukungan aspek budaya pertanian yang
dimilikinya. Nagari Pandai Sikek adalah salah satu daerah di Sumatera Barat yang
terletak di Kabupaten Tanah Datar yang mempunyai keunikan pada lanskap
budaya pertanian. Nagari Pandai Sikek yang yang terletak di lereng kaki gunung
Singgalang yang mempunyai view yang indah, dengan pertanian hortikultura yang
luas berciri budaya pertanian masih bersifat tradisional. Nagari Pandai Sikek
terdiri dari empat Jorong yaitu Jorong Tanjung, Jorong Koto Tinggi, Jorong
Baruah, dan Jorong Pagu-pagu.
Keberadaan masyarakat di Nagari Pandai Sikek 75% umumnya
mempunyai mata pencarian sebagai petani, dan 10% adalah industri, 10% bekerja
dibidang swasta, 3% PNS, 2% bidang lainnya. Hasil pertanian yang utama adalah
sayuran seperti terong, cabe, seledri, wortel (www.nagaripandaisikek.com).
Produksi pertanian yang berasal dari Nagari Pandai Sikek merupakan hasil
pertanian yang menerapkan pola pengolahan kembali ke alam, dan sistem
pengelolaan pada pertaniannya berdasarkan kearifan lokal dengan falsafat alam
takambang jadi guru, dan secara umum masyarakat Nagari Pandai Sikek dalam
adat pertaniannya memegang kepada falsafah Adat basandi syarak, syarak
bersandi kitabullah, adat inilah yang menjadi dasar kelembagaan yang ada pada
Nagari Pandai Sikek. Selain pertanian usaha industri kerajinan merupakan
pendapatan tambahan dari masyarakat di Nagari Pandai Sikek. Kerajinan yang
3
masyarakat disana, kerajinan tersebut berupa bertenun kain, dan ukiran rumah
adat yang sudah terkenal (www.nagaripandaisikek.com).
Budaya pertanian di setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, salah
satunya budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek masih bersifat
tradisional dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Nagari
Pandai Sikek mempunyai bentuk lanskap pertanian yang unik dan memiliki
lanskap budaya pertanian yang yang masih bersifat tradisional berpotensi
dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Selain itu masyarakat Nagari Pandai Sikek
memiliki budaya menenun kain dan ukiran. Namun masyarakat dan pemerintah
setempat belum mengetahui potensi pertanian pada daerah tersebut sebagai
kawasan agrowisata, sehingga perlu dikaji potensi lanskap budaya pertanian untuk
pengembangan kawasan agrowisata.
1.2 Perumusan Masalah
Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar terletak di lereng kaki
Gunung Singgalang, setiap pekan para petani menjual tidak kurang dari 12 ton
sayur-mayur yang dihasilkan dari lahan. Luas lahan pertanian mencapai 775
hektar dengan jumlah penduduk melebihi 5.523 jiwa, kegiatan sampingan para
petani tersebut adalah menenun kain.
Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar sudah dikenal oleh kalangan
umum dengan tenunan songket khas daerah, dan ukiran rumah adatnya, dan telah
menjadi tujuan wisata, selain dari itu Pandai Sikek juga mempunyai pertanian
yang unik dan menarik berpotensi dijadikan wisata. Namun belum mendapat
perhatian khusus dan intensif dalam pengembangan potensi nagari untuk
pertanian.
Aktivitas masyarakat Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar sehari-hari adalah
bertani, budidaya tanaman utama khususnya hortikultura seperti kubis, tomat,
cabe, caysin, dan padi ladang. Budaya pertanian yang dilakukan di Nagari Pandai
Sikek masih bersifat tradisional, hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu objek
untuk tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara.
Pengembangan kawasan agrowisata pada objek kawasan pertanian
4
pengelola wisata maupun masyarakat lokal, misalnya melalui budaya pertanian
dengan menyajikan aktraksi-aktraksi budaya, aktivitas bercocok tanam pada
tanaman hortikultura yang dimulai dari pembibitan sampai pada pemanenan.
Agrowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan objek
kawasan pertanian dalam suatu wilayah dengan tetap memperhatikan budaya yang
dilakukan oleh masyarakat lokal. Pertanian yang mempunyai potensi sebagai
objek agrowisata didukung dengan industri tenenun kain, dan ukiran rumah adat
dapat dijadikan objek wisata dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan
menambah pemasukan pendapatan daerah setempat. Berdasarkan uraian diatas
maka permasalahan yang terdapat di lokasi penelitian dirumuskan bahwa :
Potensi objek wisata apakah yang dapat dikembangkan dari lanskap
budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek, daya tarik apa untuk
pengembangan agrowisata di Nagari Pandai Sikek, dan konsep apa yang harus
diterapkan agar dapat dikembangkan agrowisata.
- Bagaimana karakteristik lanskap budaya pertanian di Nagari Pandai
Sikek.
- Bagaimana potensi daya tarik dan pendukung wisata, serta kesiapan
masyarakat untuk pengembangan agrowisata.
- Bagaimana konsep pengembangan agrowisata yang sesuai untuk
diterapkan di Nagari Pandai Sikek.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan mengkaji lanskap budaya pertanian di Nagari Pandai
Sikek Kabupaten Tanah Datar.
2. Menganalisis potensi daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata untuk
pengembangan agrowisata.
3. Menyusun konsep pengembangan lanskap budaya pertanian untuk tujuan
5
1.4 . Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Memberikan informasi tentang lanskap budaya pertanian Nagari Pandai Sikek
Tanah Datar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Memberikan masukan bagi pemerintah setempat dan instansi-instansi yang
terkait untuk pengembangan agrowisata pada lanskap budaya pertanian
tersebut.
1.5. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasari oleh suatu pemikiran perlunya kajian budaya
lanskap pertanian dengan melihat potensi-potensi yang ada pada suatu kawasan
pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
keunikkan-keunikan yang ada, baik dari segi budaya maupun budaya pertanian dengan tujuan
untuk pengembangan agrowisata dengan konsep pengembangan lanskap
agrowisata.
Keadaan wilayah Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat yang berada dilereng kaki gunung Singgalang dan gunung Merapi yang
memiliki iklim yang cocok untuk budaya pertanian, dan ditunjang dengan jenis
tanah memiliki unsur hara yang tinggi dari gunung Singgalang. Nagari Pandai
Sikek bervegetasi hutan tropis serta pertanian dilereng gunung Singgalang
dengan topografi yang bergelombang menyebabkan banyak dibudidayakan
tanaman hortikultura. Umumnya masyarakat di Nagari Pandai Sikek ini
mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Jenis tanaman yang dibudidayakan
adalah tanaman hortikultura dan tanaman pangan seperti caysin, kol, cabe, terung,
seledri dan bawang daun sedangkan untuk tanaman pangan adalah tanaman padi
sawah yang ditanam setelah tanaman hortikultura tidak produktif lagi.
Budidaya pertanian yang dilaksanakan di Nagari pandai Sikek masih
memegang filosofi-filosofi yang ada di Sumatera Barat, dengan karakteristik
budaya minang kabau, yang mana filosofi yang dipakai sampai saat sekarang
adalah “Adat bersandi Syark, syarak bersandi kitabbullah, dan filosofi alam
takambang menjadi guru “ sehingga apapun yang dilakukan dibidang pertanian
6
Pandai Sikek masih bersifat tradisional baik dari segi budidaya maupun dari segi
budayanya. Adanya organisasi adat dan organisasi lainnya di Nagari Pandai
Sikek memudahkan pengelolaan dalam kehidupan sehari-hari baik yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat adat maupun dengan mata
pencaharian masyarakat dibidang pertanian.
Pertanian di Nagari Pandai Sikek masih bersifat tradisional dan merupakan
penghasil pertanian terbesar di Sumatera Barat, sehingga pemerintah setempat
tetap menjadikan sebagai kawasan pertanian dan untuk mempertahankan kawasan
tersebut dari masyarakat pendatang yang akan mengolah tanah pertanian harus
disesuaikan dengan ketentuan dari pemerintah atau Wali Nagari sebagai
pemegang kekuasan tertinggi pada tingkat pemerintahan nagari. Nagari Pandai
Sikek sudah dikenal sebagai tempat tujuan wisata tenun Pandai Sikek dan ukiran
rumah gadang, namun aktivitas wisatawan hanya sebatas pada tenunan dan ukiran
saja.
Adanya potensi di Nagari Pandai Sikek perlu untuk dikembangkan sebagai
agrowisata. Potensi-potensi objek wisata yang dapat dilihat untuk pengembangan
agrowisata seperti latar belakang pemandangan pertanian yang berada dilereng
gunung Singgalang. Aktivitas masyarakat pada umumnya yang masih bersifat
tradisional, dan ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat setempat. Selain
dari pertanian masyarakat setempat juga mempunyai usaha-usaha kerajinan
ukiran–ukiran yang dapat di jadikan potensi agrowisata. Kerajinan-kerajinan ini
merupakan pendukung sumber kehidupan masyarakat terlihat banyaknya pesanan
dari daerah lain dan luar negeri untuk membuat rumah Gadang. Sumber daya
masyarakat di Nagari Pandai Sikek memadai untuk pengembangan agrowisata.
Dengan melihat kawasan pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek yang
membentuk tatanan lanskap budaya pertanian mempunyai potensi daya tarik
tersendiri, dengan didukung oleh potensi Nagari Pandai Sikek yang sudah ada,
serta kesiapan masyarakat, sehingga berpotensi untuk pengembangan agrowisata,
yang dapat mensejahterakan masyarakat di Nagari Pandai Sikek dengan membuat
konsep-konsep pengembangan lanskap agrowisata. Secara skematis, kerangka
pemikiran kajian lanskap budaya pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek
7
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Potensi pengembangan agrowisata
Konsep pengembangan lanskap agrowisata Potensi daya tarik
wisata
Potensi kesiapan masyarakat Potensi pendukung
wisata Lanskap alami
• Landform
• Tanah
• Vegetasi
•Iklim
•View
•Tataguna Lahan
Tatanan lanskap budaya pertanian
Aspek sosial budaya
• Filosofi adat nagari
• Karakteristik masyarakat
• Pengelolaan lanskap pertanian
• Organisasi kemasyarakatan Lanskap Pertanian Nagari Pandai Sikek
Faktor eksternal
• Kebijakan pemerintah
• Pendatang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lanskap Budaya
Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang
beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan
unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah unsur
yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor adalah
unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds dan Starke, 2006).
Menurut Porteous (1996), lanskap didefenisikan bagian dari alam yang
membutuhkan kesenangan dan pendidikan untuk mengapresiasikannya sebagai
area berupa lahan yang mempunyai karakteristik, komposisi atau berupa bentukan
dari perkumpulan orang-orang yang berada didalamnya sehingga membuat dapat
dikenal sebagai ilmu pengetahuan.
Didalam setting-nya, lanskap terbagi menjadi lanskap alami dan budaya,
dimana masing-masing membawa perubahan yang berbeda-beda. Lanskap alami
berawal dari suatu bentukan alam yang asli (natural landscape) kemudian terjadi
perubahan dengan masuknya teknologi atau campur tangan manusia yang
menghasilkan suatu lanskap buatan. Lanskap buatan (man made landscape)
berawal dari suatu bentukan alam yang primitif dimana tergantung dengan
alamnya kemudian mengalami transisi dimana sangat tradisional dan teknologi
yang masih sederhana, kemudian berkembang lagi dengan masuknya teknologi
modern, contoh dari lanskap yang sangat tradisional adalah pertanian (Pregill &
Volkman, 1993).
Lanskap budaya (Cultural landscape) adalah kawasan yang mencakup
sumber daya budaya dan alam yang terkait dengan suatu peristiwa bersejarah,
aktivitas, orang, atau sekelompok orang. Sedangkan menurut Sauers (2009),
lanskap budaya adalah lanskap yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang
dimiliki kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumber daya alam dan
lingkungan yang ada pada areal tersebut. Lanskap budaya juga merupakan suatu
model dari lanskap alami yang dibentuk oleh kelompok budaya tertentu, dimana
budaya adalah agen atau perantaranya, kawasan alami sebagai media dan lanskap
10
Berdasarkan definisi ini, lingkungan lanskap budaya adalah semua yang
sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia (Melnick, 1983).
Pendapat yang sama dikemukaan oleh Nurisyah dan Pramukanto (1991) yang
secara spesifik mendefenisikan lanskap budaya (cultural landscape) sebagai satu
model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu nilai budaya
yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumberdaya
alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan
hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan
adaptasi manusia dan juga perasaan serta bentuk dalam menggunakan dan
mengolah sumberdaya alam dan lingkungan yang terkait erat dengan
kehidupannya. Hal ini dapat dilihat oleh kelompok-kelompok masyarakat tersebut
dalam bentuk pola pemukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem
sirkulasi, arsitektur bangunan dan struktur lainnya.
Lanskap budaya dapat digambarkan secara khusus aspek keaslian suatu
negara dan pengembangannya melalui bentuk, ciri, dan sejarah pembentukannya.
Amerika Serikat melalui National Park Service mendefenisikan bahwa lanskap
budaya itu adalah suatu area goegrafis yang memasukkan kedua sumber daya
yaitu budaya dan alam yang mempunyai hubungan pada suatu tempat kejadian
sejarah, aktivitas manusia, pertunjukan budaya dan juga nilai estetika (Von Droste
et al. 1995).
Adapun kempat katagori lanskap budaya yang mencirikan masing-masing
lanskap budaya
1. Tapak Sejarah (History site) merupakan suatu tempat yang berarti dalam
suatu kejadian atau aktivitas, atau berupa bangunan apakah yang masih
berdiri atau sudah runtuh, dimana pada lokasi itu sendiri terjadi proses
sejarah, budaya, atau tanpa memperhatikan nilai arkeologi atau nilai dari
bangunan existing.
2. Karya Lanskap Sejarah (Historic Designed Landscape) lanskap sejarah
mempunyai suatu peristiwa yang sangat penting sebagai suatu disain atau
karya artistik yang juga gabungan dari orang, tren atau kejadian di dalam
11
3. Lanskap Sejarah Vernacular (Historic Vernacular Lansdcape) merupakan
gambaran nilai dari penduduk dan sikap terhadap lahan dan yang
digambarkan oleh pola dari penyesuaian, penggunaan dan pengembangan
dengan waktu yang lama.
4. Lanskap ethnografik, merupakan gabungan kelompok yang seumur dan khas
yang digunakan atau yang dihargai dalam jalur tradisional.
Lanskap budaya mempunyai ke khasan dalam lanskap tersebut, dan ada
beberapa setting diantaranya adalah lanskap sawah berteras, ladang, savana,
padang penggembalan, kampung nelayan, dan lanskap sejarah. Sedang contoh
lanskap budaya yang terkait dengan kehidupan seperti pertanian, perkebunan,
pertambangan, yang berhubungan dengan etnik, agama dan kepercayaan. Dapat
juga berupa ekosistem yang terdiri dari ekosistem darat, laut, pesisir, gunung
termasuk juga budaya yang ada dipinggiran sungai, namun lanskap budaya yang
mencirikan suatu daerah dan masyarakat secara alami adalah lanskap pertanian
yang sesuai dengan pola hidup, dan budaya yang ditampilkan berdasarkan
aturan-aturan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut berdasarkan budaya mereka
sendiri.
2.2. Lanskap Pertanian
Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang no 26 tahun 2007, bab I
ketentuan umum pasal 1, tentang penataan ruang, didefenisikan sebagai kawasan
yang mempunyai kawasan pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Lanskap perdesaan
menurut Departemen Umum 2005, merupakan gabungan antara lanskap yang
dikelola dan lanskap alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya
menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk
pemukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber
daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini
yang memungkinkan manusia untuk hidup di lingkungan ekologi yang sangat
12
Karakteristik umum wilayah pertanian di Indonesia adalah wilayah yang
pada umumnya berbentuk topografi lereng untuk tanaman hortikultura
dibandingkan dengan wilayah pertanian padi sawah yang relatif datar. Fenomena
ini melihatkan bahwa lanskap pertanian tanaman hortikultura sangat cocok dan
sangat bagus pertumbuhan didaerah pegunungan yang sesuai dengan iklim
pertumbuhannya, sedangkan pada lanskap sawah yang membutuhkan tempat datar
dikarenakan lahan yang membutuhkan air dalam pertumbuhannya sehingga
membutuhkan tempat yang datar. Masing-masing tempat mempunyai kelebihan
tersendiri, namun karena lanskap pertanian sayuran lebih banyak ke daerah
pegunungan yang viewnya sangat bagus.
Vanslembrouk (2006), mengakui bahwa nilai lanskap tanah pertanian
memiliki kelebihan berdasarkan keindahan yang permai dari lanskap pedesaan,
seperti ladang, kebun buah-buahan, dan kumpulan ternak yang digembalakan di
padang rumput. Aktivitas pertanian secara umum bersifat non-polluting (tidak
pencemaran), seperti padang rumput dan pertanian hortikultura (terutama sayur,
buah dan bunga) memiliki peranan dalam pembentukan pemandangan.
2.3. Agrowisata
Wisata yang didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of
Travel Agent, Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia), wisata adalah perjalanan
keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor
perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat
atau kota baik di dalam maupun di luar negeri, dan wisata merupakan bentuk
kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam,
baik dalam keadaan alami maupun setelah ada budidaya, sehingga memungkinkan
wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cara terhadap
alam. Jadi wisata adalah pergerakan orang sementara menuju tempat tujuan yang
berada di luar tempat tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal
ditempat tujuan dan fasilitas yang ada sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk
13
a. Kepemilikan (ownership) atau pengelola areal wisata yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga sektor, yaitu badan pemerintah, organisasi
nirlaba, dan perusahaan komersial.
b. Sumberdaya (resource), yaitu alam (natural) dan budaya (cultural).
c. Perjalanan wisata/lama tinggal (touring/longstay).
d. Tempat kegiatan, yaitu di dalam ruangan (indoor), di luar ruangan (outdoor).
e. Wisata utama/wisata penunjang (primary/secondary).
f. Daya dukung (carrying capacity) tapak dengan tingkat penggunaan
pengunjung, yaitu intensif, semi intensif, dan ekstensif.
Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Pariwisata, Pos dan
telekomunikasi dengan menteri Pertanian yang dituangkan dalam SK bersama No.
KM 47/PW.DVM/MPPT.88 dan No. 204/KPTS/MK.050/4/1989, agrowisata
diartikan sebagai suatu bentuk aktifitas yang memanfaatkan usaha agro sebagai
obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman,
rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata & Fachruddin
1999).
Agrowisata pada prinsipnya adalah merupakan kegiatan industri yang
mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang
diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah
keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada
wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Nilai
kualitas lingkungan tersebut disadari sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat
atau petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan
kelestarian lingkungannya (Departemen Pertanian, 2003).
Salah satu bentuk pariwisata yang objek wisata utamanya adalah
pertanian, dapat dikatakan sebagai agrowisata yang merupakan wisata yang
memanfaatkan objek-objek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan
wisata yang terintergrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan memanfaatkan
objek-objek wisata, seperti teknologi pertanian, komoditi pertanian maupun view
14
Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan
wisata yang dilakukan di kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di
dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan,
pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan
wisatawan pun dapat membeli produk pertanian tersebut sebagi oleh-oleh.
Agrowisata juga merupakan pengabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas
pertanian. Aktivitas wisata pertanian merupakan kegiatan berjalan-jalan keluar
dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal
lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Aktivitas
pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan seluruh
aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan
energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model
pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian
lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan,
ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata, wisatawan dapat diajak
berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasikan kegiatan pertanian dan
kekhasan serta ke indahan alam binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran
untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat
(Nurisjah, 2001).
Menurut Tirtawinata & Fachruddin (1999) bahwa agrowisata merupakan
suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (Diversifikasi).
Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang
berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan
nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaan (Khairul,1997).
Kawasan agrowisata dalam beberapa hal dapat memberikan keuntungan
dalam perbaikan fisik perdesaan dan juga secara umum dipercaya bahwa
agrowisata akan mendorong regenerasi kultur sosial dalam kawasan perdesaan
(Sharpley, 2002). Selain itu kawasan agrowisata memberikan nilai tambah pada
pertanian. Menurut Haeruman dalam Betrianis (1996), tujuan dari pengembangan
agrowisata adalah meningkatkan nilai kegiatan pertanian dan kesejahteraan
masyarakat perdesaan. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penyiapan
15
disiapkan tetapi juga menyiapkan pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah
yang diberikan oleh agrowisata tersebut.
Menurut Nurisjah (2001), wisata pertanian merupakan gabungan antara
aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. Dalam kegiatan ini wisatawan diajak
untuk menikmati dan mengapresiasikan kegiatan pertanian, kekhasan dan
keindahan alam binaan, sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin
mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat. Daya tarik dalam
wisata pertanian dan budidaya untuk di jadikan pengembangan agrowisata
meliputi proses pengolahan mulai dari tahan persiapan lahan sampai dengan pasca
panen.
Pengembangan suatu lanskap untuk agrowisata melalui suatu proses
perencanaan. Perencanaan merupakan urutan pekerjaan yang panjang dan terdiri
dari bagian pekerjaan yang saling berkaitan (Simonds dan Starke, 2006). Marsh
(1985), menyatakan perencanaan lanskap adalah penyesuaian program dengan
suatu lanskap untuk menjaga kelestarian. Hal-hal yang ingin dikembangkan
adalah pemandangan lanskap, ekosistem, atau unsur-unsur langka yang dapat
dijadikan obyek wisatawan.
Gunn (1994), menyatakan bahwa perencanaan pengembangan wisata yang
tepat adalah upaya menyeimbangkan antara penawaran (supply) dari suatu obyek
agrowisata dengan permintaan (demand) dari masyarakat atau pasar. Aspek
penawaran tersebut berupa obyek atau aktraksi, transportasi, informasi dan
promosi serta fasilitas pelayanan. Secara spesifik, Arifin (2001) menyatakan
penawaran wisata pertanian berupa keindahan pemandangan, fenomena alam dan
keanekaragaman hayati, komoditas pertanian unggulan, proses produksi
pertanian-proses panen, berbagai hasil olahan sebagai buah tangan, kondisi sosial
budaya masyarakat pertanian sampai aspek pemasaran dan ekonomi pertanian.
Wisata pertanian juga dapat melibatkan wisatawan secara aktif di dalam kegiatan
16
2.4. Nagari Pandai Sikek
Pandai Sikek adalah nagari yang terletak diantara dua buah gunung yaitu
gunung Merapi dan gunung Singgalang. Nagari Pandai Sikek berbatasan dengan
Nagari Padang Laweh dibagian Utara dan dengan Nagari Koto Laweh dibagian
Selatan serta berbatasan dengan Nagari Aia Angek pada bagian Timur. Nagari
Pandai Sikek berada pada ketinggian antara 800m – 1200m diatas permukaan laut.
Hampir seluruh wilayahnya merupakan daerah hulu sungai yang mengalir ke
Batang Anai, yaitu Batang Air Baruah yang membawa air sejuk dari gunung
Singgalang, dan Batang Air Sungai Guntung yang kaya dengan mineral dari
gunung. Nagari Pandai Sikek sering ditimpa abu vulkanis yang berasal dari
letusan gunung berapi. Oleh karena itu tanahnya sangat subur dan memiliki
potensi yang baik dan cocok menjadi daerah pertanian.
Mata pencaharian penduduk di Nagari Pandai Sikek yang utama adalah
bertani dan hal ini sesuai dengan keadaan topografi Nagari Pandai Sikek.
Pertanian menyumbangkan devisa yang sangat besar bagi Nagari Pandai Sikek.
Komoditi utama pertanian di Nagari Pandai Sikek adalah produk tanaman keras
seperti kulit manis, cengkeh, kopi, kayu surian, madang, bayur dan lain-lain.
Selain itu juga berasal dari sayur-mayur seperti tomat, cabai, terung dan kol.
Kontribusi besar juga berasal dari hasil penanaman padi. Diperkirakan kontribusi
sektor pertanian adalah 60% – 80% dari pendapatan bruto penduduk Nagari
Pandai Sikek. Hampir seluruh aktifitas pengolahan sawah maupun ladang masih
dilakukan dengan menggunakan sistem tradisional seperti penggunaan kerbau
untuk membajak sawah dan penggunaan sistem irigasi tali bandar (sistem irigasi
berpusat pada suatu tempat) yang merupakan warisan pemerintahan kolonial
Belanda. (www.psikek.wordpress.com).
Sektor lain yang menjadi keunggulan Nagari Pandai Sikek selain sektor
pertanian adalah keunggulan pada seni tenunan songket dan ukiran kayu. Tenunan
songket adalah kain tradisional Minangkabau yang biasanya digunakan sebagai
pakaian adat yang dipakai pada acara-acara tradisional. Kain tenunan Songket
biasanya dikenakan pada saat acara-acara perkawinan dan acara-acara pertemuan
adat. Tenunan ini dibuat dengan menggunakan metode tradisional dengan
17
motif-motif tanaman. Ukiran kayu biasanya ditemukan di banyak desa karena
rumah-rumah adat memerlukan kayu-kayu yang telah diukir untuk dindingnya.
Nagari Pandai Sikek merupakan salah satu tempat yang terkenal dengan kerajinan
ukiran kayu. Saat ini banyak pengukir kayu yang menciptakan kerajinan-kerajinan
yang dapat dijadikan cendramata untuk dibawa oleh wisatawan sebagai oleh-oleh
ke negaranya.
Songket dan ukiran merupakan dua produk terkemuka yang dihasilkan
secara tradisional (turun temurun) oleh seniman pekria Sumatera Barat. Hingga
saat ini belum ditemukan bukti tertulis tentang awal dimulainya kegiatan
menyongket. Akan tetapi proses menyongket identik dengan kegiatan bertenun.
Pada awalnya pembuatan kain tenun dibuat dengan maksud melindungi tubuh dan
kemudian beralih fungsi sebagai media yang bernilai estetis. Latar belakang
terbentuknya jenis budaya tradisional ukiran kayu seperti yang banyak terdapat
pada dinding rumah gadang tidak jauh berbeda dengan proses menyongket.
Ukiran kayu pada awalnya memiliki fungsi estetis untuk menghiasi rumah. Akan
tetapi sebuah hiasan tidak saja sekedar memperindah penampilan benda yang
dihias. Namun, hiasan pun mampu dijadikan sebagai media komunikasi yang
dapat rnenyampaikan pesan-pesan tertentu kepada pengamat atau masyarakat di
sekitarnya (www.uhamka.ac.id).
Kontribusi usaha tenun dan ukiran ini cukup besar bagi pendapatan
penduduk nagari secara keseluruhan. Dalam perkembangannya, industri tenun
songket ikut terangkat bersamaan dengan peningkatan sektor pariwisata. Pada
tahun-tahun 1980-1990, penghasilan penduduk Nagari dari sektor tenun sangat
fenomenal. Salah satu dampak penghasilan yang meningkat ini adalah
rumah-rumah yang dibangun dari penghasilan bertenun, dan yang lebih penting lagi
adalah banyaknya penduduk nagari yang berhasil menyelesaikan pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi karena melakukan pekerjaan sampingan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Pandai Sikek yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011.
Lokasi penelitian berada di Nagari Pandai Sikek dengan batas-batas
wilayah adalah sebagai berikut, dari sebelah Utara berbatasan dengan Nagari
Padang Laweh, Kabupaten Agam, sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Aie
Angek dan Nagari Koto Baru, sebelah Selatan berbatasan dengan Koto Laweh,
dan sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Singgalang (Gambar 2).
(Sumber: www.googleimages.pandaisikek)
Gambar 2 Lokasi Penelitian
Nagari Pandai Sikek terletak pada koordinat 0°23’49″ Lintang Selatan
dan terletak pada koordinat 100°22’54″ Bujur Timur. Dilihat posisi tersebut
yang berdekatan dengan garis katulistiwa, maka Nagari Pandai Sikek beriklim
tropis.
20
3.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melewati tahap persiapan, survei, pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data kemudian diakhiri dengan sintesis seperti yang
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Tahapan penelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan penentuan lokasi, batas penelitian,
penyusunan proposal dan penggurusan surat izin lokasi penelitian.
2. Survey Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey lapang, wawancara
dengan nara sumber (wali nagari), studi dokumen, serta pengisian kuisioner oleh Potensi pengembangan agrowisata
Konsep pengembangan lanskap agrowisata
Sintesis
Potensi daya tarik wisata
• Lanskap alami
• Lahan pertanian
• Sistem pertanian
• Aktivitas pertanian
• Organisasi masyarakat
• Permukiman penduduk
• Aktivitas penduduk
• Kesenian
Potensi kesiapan kesiapan masyarakat
• Tingkat pendidikan
• Keindahan, kebersihan ,dan kenyaman Jorong
• Keinginan masyarakat Jorong terhadap wisata
• Kertelibatan masyarakat terhadap wisata saat ini
• Organisasi masyarakat pengelola
Potensi pendukung wisata
• Aksesibilitas
• Sarana jalan
• Transportasi
• Akomodasi
• Rumah makan
• Informasi wisata
• Interpertasi wisata
• Organisasi pengelola wisata
• Paket wisata
Analisis
Tatanan lanskap budaya pertanian
Aspek legal
Aspek sosial budaya
• Filosofi
• Aktivitas Wisata • Fasilitas dan
saran a • Pen gelolaan • Partisipasi
21
responden. Data yang diambil mencakup aspek lanskap alami/fisik, aspek sosial
budaya, dan faktor eksternal (Tabel 1). Untuk penilaian potensi agrowisata secara
skoring dilakukan pengisian tabel kriteria potensi wisata (Lampiran 1).
Sedangkan untuk pengisian kuisioner metode perbandingan eksponensial (MPE),
respondennya berasal dari orang-orang yang mengerti, memahami dan turut
merencanakan arah perkembangan Nagari Pandai Sikek, seperti Wali Nagari,
Camat X Koto, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas PU, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Dinas Pariwisata, Dosen Pertanian, Dosen Arsitektur Lanskap, dan
Pakar wisata.
Tabel 1 Pengamatan di Lapangan dan Pengumpulan Data.
No Jenis Data Bentuk Data Metode
pengambilan Sumber data 1 Aspek Lanskap Alami/fisik
• Gunung, telaga
• Badan air, parit
2 Aspek sosial budaya
• Filosofi,
• Organisasi kemasyarakatan
• Jumlah penduduk asli
• Kesiapan masyarakat
• Keterlibatan masyarakat
• Organisasi pengelola wisata
Kualitatif/
3 Faktor eksternal
• Kebijakan/peraturan
• Pendatang dari luar
• Aktivitas wisata
• Aksibilitas
• Sarana jalan
• Transportasi
• Akomodasi
• Rumah makan
• Informasi wisata
• Interpertasi wisata
• Organisasi wisata
22
3. Identifikasi
Identifikasi dilakukan secara deskriptif dan spasial untuk mendeskripsikan
karakter lanskap budaya pertanian di lokasi penelitian.
4. Analisis
Analisis potensi daya tarik, potensi pendukung wisata, dan kesiapan
masyarakat dilakukan melalui metode skoring dan metode perbandingan
eksponsial (MPE). Analisis metode skoring dilakukan dengan penjumlahan
nilai/skoring dari tiap jorong. Dalam MPE dilakukan pembobotan kriteria dengan
metode Eckenrode. Pembobotan dilakukan oleh responden ahli. Kuisioner MPE
dan tabel nilai bobot dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Analisis data merupakan kegiatan mencari hubungan data kuisioner dari
aspek-aspek yang dianalisis dan hasil identifikasi data di lapangan untuk
mencapai tujuan berupa potensi pengembangan agrowisata dan konsep
pengembangan lanskap agrowisata pada lanskap budaya pertanian.
Metode perbandingan eksponsial (MPE) adalah salah satu metode yang
digunakan dalam pengambilan keputusan yang mengkuantitatifkan pendapat
seorang atau lebih dalam skala tertentu ( Ma’arif & Tanjung, 2003).
Kriteria–kriteria yang digunakan untuk menilai lanskap pertanian untuk
pengembangan agrowisata tersebut adalah :
a. Potensi daya tarik
- Keragaman lanskap alami
- Landform pertanian
- Sistem pertanian
- Aktivitas pertanian
- Organisasi masyarakat pertanian
- Jenis pemukiman penduduk
- Aktivitas penduduk
- Jenis-waktu kesenian
b. Potensi Pendukung wisata
- Aksesibilitas
- Transportasi
- Akomodasi
- Tersedia rumah makan
- Informasi wisata
- Sarana interpertasi
- Organisasi/pengelola wisata
23
c. Potensi Kesiapan masyarakat
- Hospitaliti (keterbukaan,keramahan)
- Sumber daya manusia
- Keterlibatan masyarakat pada pekerjaan wisata
- Organisasi pengelola dari penduduk asli
- Tingkat Pendidikan
- Keindahan, kenyaman, dan keamanan
Total nilai setiap pilihan keputusan di hitung dengan persamaan:
m
Total Nilai =
∑
(Rk
ij) TKK
jj=i
Rkij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-I, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal (1,2,3,4,5)
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobot n = jumlah pilihan keputusan
m = jumlah kriteria putusan
Untuk mendapatkan bobot dari kriteria pada setiap aspek (daya tarik
wisata, pendukung wisata, dan kesiapan masyarakat) dilakukan dengan rumus:
n
∑λej j=i
We =
k
∑λej ∑λej
e=I j=I
dimana : λej = nilai ke λoleh ahli ke j
n = Jumlah responden
e = 1,2,… … k
24
Nilai setiap lokasi jorong untuk pengembangan agrowisata sesuai dengan
karakter potensi masing-masing berdasarkan range penilaian 1-5 yaitu: 5= Sangat
baik 4=Baik 3= Cukup Baik 2= Kurang baik 1= Tidak baik. Tabel hasil
penilaian dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan hasil penilaian setelah
pembobotan disusun sesuai tabel pada Lampiran 7. Dari penilaian berdasarkan
secara skoring dan MPE dilakukan analisis secara spasial untuk mengetahui
potensi secara spasial.
5. Sintesis Data
Dari hasil penilaian secara skoring, MPE, dan spasial dilakukan
penyusunan konsep dasar untuk pengembangan lanskap agrowisata. Berdasarkan
konsep dasar, dibuat konsep pengembangan masing-masing jorong sesuai tingkat
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lanskap Alami Nagari Pandai Sikek
Lanskap pembentuk pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek adalah
masih bersifat alami dan memiliki panorama yang indah, ini dilihat dari view yang
dapat dilihat sepanjang jalan menuju Nagari Pandai Sikek. Lanskap alami yang
ada didaerah Pandai Sikek seperti Gunung Singgalang, air terjun, telaga
merupakan elemen mayor pembentuk lanskap pertanian di Nagari Pandai Sikek
(Gambar 4). Di daerah lereng gunung Singgalang banyak dibudidaya tanaman
pertanian, baik tanaman hortikultura maupun tanaman pangan. Di bawah kaki
gunung Singgalang terdapat telaga dan air terjun yang berfungsi sebagai tempat
penampungan dan mengaliri areal pertanian yang ada di Nagari Pandai Sikek.
Telaga merupakan sumber air untuk aktivitas pertanian, sedang air yang ada di
telaga ini berasal dari air hujan dan aliran penyimpanan dari rembesan hutan yang
ada disekitar telaga.
Elemen minor yang terdapat pada lanskap pertanian di Nagari Pandai
Sikek salah satunya berupa parit-parit yang mengaliri air untuk pertanian. Parit
parit dibuat berdasarkan kebutuhan pertanian, dan parit-parit tersebut juga
mengaliri kolam-kolam yang terdapat di rumah-rumah penduduk Nagari Pandai
Sikek, kolam-kolam yang terdapat pada rumah penduduk berfungsi sebagai sarana
untuk kebutuhan pertanian juga untuk kebutuhan untuk rumah tangga sehari-hari,
seperti mandi, cuci, air yang mengalir dari parit-parit yang menghubungkan ke
26
Gambar 4 Elemen Lanskap Nagari Pandai Sikek
Iklim
Nagari Pandai Sikek mempunyai suhu rata-rata adalah 25.8oC dengan suhu
rata-rata tertinggi 26.4oC pada bulan April dan terendah 24.9oC pada bulan
Januari. Rata-rata kelembaban nisbi adalah 84.5%. Kelembaban nisbi tertinggi
90.8% terjadi bulan Januari, dan terendah 79% pada bulan Agustus. Rata-rata
lama penyinaran adalah 58.7%. Lama penyinaran tertinggi 83.1% terjadi pada
bulan Agustus dan terendah 22,9% pada bulan Januari. Rata-rata kecepatan angin
adalah 2 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2.8 km/jam terjadi pada bulan
Februari dan terendah 1,5 km/jam pada bulan Juni. Rata-rata curah hujan adalah
495.3 mm terjadi pada bulan Januari dan terendah 167.8 mm pada bulan Agustus.
Rata-rata hari hujan adalah 20 hari dalam sebulan. Hari hujan tertinggi 27 hari
terjadi pada bulan April dan rendah 12 hari pada bulan Agustus.
Klasifikasi iklim berdasarkan iklim Schmidt dan Ferguson termasuk
daerah yang beriklim tropis tipe A (sangat basah), yaitu periode bulan basah
(curah hujan > 100 mm) relatif lebih panjang dari pada bulan kering (curah < 100
mm). Sesuai dengan data curah hujan bulanan rata-rata, diketahui bahwa bulan
basah yang terjadi hampir sepanjang tahun.
a
Peta Nagari Pandai Sikek
Peta Google Earth Nagari Pandai
Telaga
27
Tanah
Jenis tanah pada di Nagari Pandai Sikek adalah andosol, tanah andosol
merupakan tanah yang berwarna coklat kekuningan. Lapisan atas berwarna kelabu
tua, lempung berdebu, remah, sangat gembur, sedangkan lapisan bawah coklat
kekuningan, lempung, rempah dan gembur, muka air tanah pada tanah andosol ini
dalam dan drainase cepat. Tanah bereaksi masam ph 4.6 dan kadar zat organik
seperti Nitrogen tersedia cukup tinggi sedangkan P2O5 tersedia dalam kadar yang
rendah dan K2O tersedia sangat rendah, cadangan mineral agak tinggi dan
kedalaman efektif sampai 30 cm.
Topografi
Topografi Nagari Pandai Sikek berbukit dan bergelombang, pada lahan
teratas terdapat hutan larangan dan kuburan sedangkan lahan sedang merupakan
tempat bercocok tanam pertanian, sampai pada lahan yang paling bawah, pada
setiap lahan dialiri parit untuk mengaliri pertanian yang terdiri dari tanaman
hortikultura dan pertanian tanaman pangan. Nagari Pandai Sikek pada umumnya
merupakan hamparan pertanian tanaman sayuran, dan tanaman pangan, sebagian
kecil rumah penduduk yang ada di Nagari Pandai Sikek berada dibawah kaki
gunung Singgalang.
Vegetasi
Vegetasi yang terdapat di Nagari Pandai Sikek adalah berupa tanaman
hortikultura yang terdiri tanaman sayuran seperti kol (Brassica oleracea), wortel
(Daucus carota L), caisin (Brassica juncea L.), cabai (Capsicum sp), terung
(Solanum melongena L.), seledri (Apium graveolens L.), dan bawang daun
(Allium ampeloprasum), untuk tanaman pangan yaitu padi (Oriza Sativa)pada
dataran rendah dan bergelombang, sedang vegetasi untuk dataran yang lebih
tinggi ditanami tanaman perkebunan seperti kulit manis (cassiavera), cengkeh
(Syzygium aromaticum), kopi (Coffea arabica L.), kayu surian (Toona sureni),
madang (Cinnamomum sp), dan bayur (Pterospermum spp). Tanaman utama yang
ditanam pada areal pertanian berupa tanaman sayuran dan diantara tanaman
sayuran tersebut di tanam tanaman pangan padi, keunikan pada vegetasi pertanian
di Nagari Pandai Sikek ini adalah tanaman sayuran yang ditanam tidak homogen,
28
dari penanaman tanaman pangan selain untuk memutuskan siklus penyakit juga
untuk memperbaiki struktur tanah yang ada pada bekas tanaman sayuran tersebut,
dan uniknya lagi untuk tanaman padi petani di Nagari Pandai Sikek, hampir tidak
mengunakan pupuk kimia lagi, dan pestisida, bisa dikatakan tanaman padi yang
ditanam padi organik.
Hasil tanaman sayuran yang diproduksi Nagari Pandai Sikek 80% dijual
untuk kebutuhan daerah diluar Sumatra Barat (BPPS, 2008), seperti daerah Riau,
Medan, dan sampai ke Jakarta untuk kentang. Untuk tanaman pangan padi hanya
untuk kebutuhan sendiri dan tidak diperjualkan hasilnya.
4.1.1. Lanskap Pertanian Pandai Sikek
Pandai Sikek adalah Nagari yang terletak di kaki gunung Singgalang, yang
terletak pada ketinggian antara 800m – 1200m diatas permukaan laut. Di Utara
Pandai Sikek berbatasan dengan Nagari Padang Laweh dan di Selatan dengan
Nagari Koto Laweh. Sebelah Timur, Pandai Sikek berbatasan dengan Nagari Aie
Angek dan sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Singgalang seperti yang
tertera pada Gambar 5.
Sumber : Wali Nagari Pandai Sikek, 2011
Gambar 5 Peta Nagari Pandai Sikek
Hampir seluruh wilayah Pandai Sikek merupakan daerah hulu sungai yang
mengalir ke Batang Anai, yaitu Batang Air Baruah yang membawa air sejuk dari
gunung Singgalang, dan Batang Air Sungai Guntung yang kaya dengan mineral
29
dari gunung Merapi. Karena dekat dengan gunung Merapi, Pandai Sikek juga
sering ditimpa abu vulkanis dari letusan gunung berapi. Oleh sebab itu tanahnya
sangat subur dan bagus untuk pertanian, daerah sebelah Barat bagus untuk
peternakan dan usaha penggemukan dengan rumput yang subur karena air gunung
Singgalang, sedang daerah sebelah Timur bagus untuk pertanian karena selalu
mendapat vertilizer dari gunung Merapi berupa hujan abu kepundan dan aliran
anak Sungai Guntung yang kaya dengan belerang dan mineral-mineral lainnya.
Nagari Pandai Sikek yang merupakan areal cocok yang untuk pertanian,
sehingga tanaman sayuran merupakan penghasil utama. Hasil pertanian yang
utama adalah sayuran seperti terong, cabe, selederi, wortel. Juga tanaman keras
seperti kulit manis. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh permintaan pasar.
Padi umumnya ditanam hanya untuk kebutuhan sendiri dan tidak merupakan
tanaman produksi (Gambar 6).
Pada tahun 2010 sektor pertanian masih menjadi kontributor terbesar dari
kegiatan perekonomian di Tanah Datar dan khususnya Nagari Pandai Sikek
dengan kontribusi sebesar 37.79 persen atau naik 0.02 persen dari tahun
sebelumnya (www.pdrbtanahdatar.com). Setiap harinya, tidak kurang dari 8
angkutan cigak baruak mengakut hasil pertanian ke pasar Koto Baru dan Padang
Luar, kira-kira satu atau dua kali dalam satu hari saja, tiap Jorong di Nagari
Pandai Sikek mengeluarkan hasil tani 3 ton perhari, sementara Nagari Pandai
Sikek terdiri dari 4 Jorong, berarti output hasil tani pada tiap harinya adalah
sekitar 12 ton. Perhitungan ini diambil berdasarkan rata-rata saja, karena pada
hari pasar hasil yang di keluarkan lebih besar. Penduduk Pandai Sikek juga
banyak mengusahakan kolam ikan dan peternakan sapi dan kerbau. Diperkirakan
30
Sumber : Wali Nagari Pandai Sikek, 2011 Sumber : Google Earth, 2011
Hasil deliniasi dari google earth
Gambar 6 Lahan Pertanian Pandai Sikek
4.1.2. Tatanan Lanskap Budaya Pertanian
Nagari Pandai Sikek memiliki konsep tata ruang yang dibagi menjadi
ruang makro (Nagari), ruang meso (permukiman), dan ruang mikro (rumah
tinggal) berdasarkan skala kesatuan kelompok masyarakatnya.
Ruang Makro (Nagari) Masyarakat Nagari Pandai Sikek memiliki
pandangan hidup yang berorientasi kepada alam, yang selanjutnya sikap ini
menjadi pedoman dalam menyusun adat, maka oleh karena itu setiap kegiatan
dalam masyarakat termasuk kegiatan pertanian harus merujuk adat. Adat
mendorong orang di Nagari Pandai Sikek untuk selalu memanfaatkan alam