• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PEMBESARAN UDANG GALAH

(

Macrobrachium rosenbergii

De Man) SISTEM TERPADU

DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS

INTEGRATED

MULTI TROPHIC AQUACULTURE

MUHAMMAD SUKRI KHAMDANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Muhammad Sukri Khamdani

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD SUKRI KHAMDANI. Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.

Sistem IMTA (Integrated Multi Thropic Aquaculture) merupakan teknologi atau sistem budidaya yang dapat mengurangi dampak limbah dari suatu organisme dan menyeimbangkan kondisi lingkungan budidaya secara umum. Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perbedaan padat tebar yaitu udang galah 13 ekor/m2 ikan tambakan 80 ekor/m2 (A) dan udang galah 13 ekor/m2 ikan tambakan 40 ekor/m2 (B). Perlakuan yang digunakan diulang tiga kali dengan masa pemeliharaan selama 60 hari. Perlakuan terbaik didapatkan pada perlakuan B ditandai dengan udang galah mendapatkan SR (85,33±1,88%), laju pertumbuhan harian (1,31±0,02%), hasil produksi (4736,03±248,20 gram), pada ikan tambakan didapatkan SR (79,23±6,05%), laju pertumbuhan harian (1,76±0,02%), hasil produksi (22166,96±1558,55 gram), serta dengan kualitas air yaitu DO (3,73-5,73) mg/L, pH (6,67-9,90), suhu (26,33-30,67) ºC, nitrit (0,04-0,11) mg/L dan amonia (0,017-0,235) mg/L.

Kata kunci: udang galah, IMTA, ikan tambakan, kualitas air

ABSTRACT

MUHAMMAD SUKRI KHAMDANI. Grow Out Integrated Technology of Freshwater Giant Prawn (Macrobrachium rosenbergii De Man) On Different Density In Integrated Multi Trophic Aquaculture Based. Supervised by EDDY SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.

IMTA (Integrated Multi Thropic Aquaculture) is technology or culture system which could reduce the impact of culture waste from an organism, then could balanced the conditions of that aquaculture environment generally. The research using completely randomized design with two different treatment of stocking density with 13 prawns/m2 80 tambakan/m2 (A) and 13 prawns/m2 40 tambakan/m2 (B). Those treatments used three times replication with 60 days of cultivations. The best treatments was treatment B with prawns survival rate (85.33±1.88%), spesific growth rate (1.31±0.02%), total production (4,736.03±248.20 grams), and tambakan survival rate (79.23±6.05%), spesific growth rate (1.76±0.02%), total production (22,166.96±1,558.55 grams), within the water qualities dissolved oxygen (3.73-5.73) mg/L, pH (6.67-9.90), temperatures (26.33-30.67) ºC, nitrite (0.04-0.11) mg/L and ammonia (0.017-0.235) mg/L.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

TEKNOLOGI PEMBESARAN UDANG GALAH

(

Macrobrachium rosenbergii

De Man) SISTEM TERPADU

DENGAN KEPADATAN BERBEDA BERBASIS

INTEGRATED

MULTI TROPHIC AQUACULTURE

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANA DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii

De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis

Integrated Multi Trophic Aquaculture

Nama : Muhammad Sukri Khamdani

NIM : C14110043

Disetujui oleh

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I

Ir Lies Setijaningsih, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera, Desa Putat Nutug, Ciseeng, Bogor ialah udang galah, dan diberi judul “Teknologi Pembesaran Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) Sistem Terpadu Dengan Kepadatan Berbeda Berbasis

Integrated Multi Trophic Aquaculture”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc serta Ir. Lies Setijaningsih, MSi yang telah banyak memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis, kepada Dr. Sri Nuryati SPi., MSi. sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran-sarannya, kepada Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan serta seluruh dosen dan staf yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu serta pelayanan administrasi selama ini, kepada Bapak Haji beserta keluarga yang telah memberikan bantuan dan izin untuk melaksanakan penelitian, kepada Bapak Sumedi dan Ibu Arifah selaku orang tua dari penulis serta Faidzin Firdhaus dan Ismi Nurkhayati selaku kakak yang tiada henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan serta doanya yang selalu menyertai dalam kesempatan, kepada Angga, Alit, Kak Wisnu dan Kak Bopont sebagai rekan seperjuangan, kepada Syahrir, Firman, Wildan, Abda, Ari, Sidik, Yodi sebagai teman satu kontrakan yang telah memberi semangat dan hiburan setiap hari, serta tidak lupa kepada sahabat-sahabat BDP’48 khususnya rekan-rekan Lab Lingkungan 48 atas kebersamaan, dukungan, dan semangatnya. Terimakasih pula untuk semua sahabat IPB, member JKT48 dan semua pihak yang tidak dapat tertulis seluruhnya yang telah memberikan semangat yang tidak henti setiap hari.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

METODE... 2

Waktu dan Tempat... 2

Alat dan Bahan... 2

Prosedur Penelitian... 2

Rancangan Penelitian... 3

Parameter Uji... 3

Analisis Data... ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN... 5

Hasil... 5

Pembahasan... 14

KESIMPULAN DAN SARAN... 17

Kesimpulan... 17

Saran... 17

DAFTAR PUSTAKA... 18

LAMPIRAN... 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter serta metode dan alat pengukuran kualitas air ... 5

2 Kisaran nilai kualitas air pada pembesaran udang galah dan ikan tambakan perlakuan padat tebar A dan B... 11

DAFTAR GAMBAR

1 Survival rate pembesaran udang galah... 6

2 Survival rate pembesaran ikan tambakan... 6

3 Bobot mutlak pembesaran udang galah... 7

4 Bobot mutlak pembesaran ikan tambakan... 7

5 Laju pertumbuhan harian pembesaran udang galah... 8

6 Laju pertumbuhan harian pembesaran ikan tambakan... 8

7 Hasil produksi pembesaran udang galah... 9

8 Hasil produksi pembesaran ikan tambakan... 9

9 Efisiensi pemberian pakan pembesaran udang galah... 10

10 Bobot akhir rata-rata dari pembesaran udang galah... 10

11 Bobot akhir rata-rata dari pembesaran ikan tambakan... 10

12 Grafik nilai oksigen terlarut (DO) pada media pembesaran... 11

13 Grafik nilai pH pada media pembesaran... 12

14 Grafik nilai suhu pada media pembesaran... 12

15 Grafik nilai alkalinitas pada media pembesaran... 12

16 Grafik nilai kesadahan pada media pembesaran... 13

17 Grafik kadar nitrat yang terdapat pada media pembesaran... 13

18 Grafik kadar nitrit yang terdapat pada media pembesaran... 14

19 Grafik kadar amonia yang terdapat pada media pembesaran... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar Kolam Pemeliharaan Beserta Bak Kangkung... 19

2 Analisis statistik parameter biologis udang galah... 20

4 Analisis Statistik parameter biologis ikan tambakan... 20

5 Parameter biologis udang galah... ... 20

6 Parameter biologis ikan tambakan ... 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas budidaya air tawar yang bersifat omnivora atau pemakan hewan serta tumbuhan. Udang galah memiliki ciri khas yaitu melakukan molting atau pergantian kulit selama masa pertumbuhannya sehingga memerlukan tempat khusus untuk berlindung dari ancaman udang galah atau organisme lain. Karena sifat heterogenous individual growth atau HIG yang dimilikinya maka udang galah akan selalu bersaing dalam memanfaatkan ruang dan pakan bahkan dimungkinkan terjadi kanibalisme (Priyono et al. 2011). Udang galah merupakan komoditas yang menguntungkan dengan harga per kilogram mencapai Rp.75.000,00. Produksi udang air tawar sampai tahun 2012 mencapai 41.594 ton berdasarkan data KKP (2014), namun sebenarnya KKP memiliki target 450.000 ton di tahun yang sama, sehingga budidaya udang air tawar seperti udang galah ini belum dapat maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun produksi udang galah telah mengalami peningkatan namun dalam penerapan budidaya khususnya pembesaran masih mengalami banyak kendala seperti rendahnya kelangsungan hidup dan teknologi budidaya yang masih sederhana.

Ikan tambakan (Helostoma teminckii) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang memiliki kecenderungan bersifat herbivore yaitu plankton feeder. Ikan tambakan mempunyai kelebihan yaitu mampu hidup dalam kondisi oksigen terlarut yang rendah karena memiliki alat pernafasan tambahan dalam tubuhnya. Ikan ini umumnya masih didapatkan dengan cara menangkap di alam karena sistem pembenihan ikan ini masih belum berkembang, ikan ini mampu tumbuh sampai panjang 30 cm dan memijah tiap tiga bulan (Pillay, Kutty 2005). Namun karena kegiatan pembudidayaannya belum banyak dilakukan oleh petani sehingga ketersediaannya di pasar masih rendah.

Peningkatan produksi dalam kegiatan budidaya perikanan antara lain dapat dilakukan dengan cara mengatur padat tebar yang paling sesuai untuk spesies yang akan dibudidaya. Produksi udang galah maupun ikan tambakan mampu ditingkatkan dengan penambahan padat tebar, namun peningkatan padat tebar harus memperhatikan faktor pendukung seperti kualitas air, pakan, dan ukuran organismenya sehingga harus ditentukan metode atau sistem budidaya yang lebih baik dalam mendukung kegiatan pembesaran udang galah serta ikan tambakan. Padat tebar udang galah pada umumnya 5-10 ekor/m2. Pada sistem polikultur, jenis ikan yang digunakan perlu dipilih yang tidak menimbulkan persaingan dengan udang galah, baik pakan maupun habitatnya. Padat tebar udang galah cukup 5 ekor/m2 sedangkan ikan 1 ekor/m2 (Hadie, Hadie 2002).

(12)

2

yang digunakan dalam penelitian ini mencoba untuk mengkombinasikan antara Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) yang dipelihara bersama Ikan Tambakan (Helostoma teminckii) dengan air pemeliharaan yang diteruskan melalui

outlet untuk dimanfaatkan oleh kangkung air (Ipomoea aquatica) dalam wadah lain, selanjutnya air yang berasal dari wadah kangkung air akan kembali menuju wadah budidaya udang galah dan ikan tambakan. Penelitian pendahuluan mengenai IMTA pada udang galah dalam Kusuma (2015) menunjukkan nilai kelangsungan hidup udang galah dan ikan tambakan berturut-turut ialah mencapai 75% dan 80%, yakni padat penebaran 20 ekor udang galah dan 50 ekor ikan tambakan per meter2 dengan lama pemeliharaan dua bulan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan tebar yang lebih optimal dalam kegiatan pembudidayaan udang galah (Macrobrachium rosenbergii

De Man) dengan ikan tambakan (Helostoma teminckii) dilihat dari hasil produksi yang didapatkan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga November 2014 di Kelompok Multi Tani Sejahtera, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan berupa udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang didapatkan dari Sukamandi dengan bobot awal rata-rata 7,97±0,18 gram, lalu ikan tambakan (Helostoma teminckii) dengan bobot awal 9,72±0,16 gram yang diperoleh dari Parung, kangkung air, pakan udang dengan protein 30%, serta bahan tambahan berupa terpal, tanah dan batu apung. Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi karung, bambu, timbangan digital, dan penggaris.

Prosedur Penelitian

Persiapan Sistem IMTA

(13)

3 kangkung air berupa bak terpal. Kolam yang akan dijadikan wadah pemeliharaan dibuat dengan ukuran 5m x 5m dengan kedalaman 1m. Jumlah kolam yang digunakan terdiri dari 6 kolam, yakni untuk dua perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan. Wadah berikutnya adalah bak biofilter berupa kotak terpal berukuran 400 cm x 45 cm x 30 cm yang diisi tanaman kangkung air (Lampiran 1).

Persiapan awal untuk wadah atau bak untuk kangkung air yaitu disiapkan terlebih dahulu substrat berupa batu apung dengan ketinggian substrat 25 cm, selanjutnya kangkung air ditanamkan sejumlah 70 gram untuk tiap rumpun tanam dan selang penancapan kangkung 15 cm. Pada bak kangkung air dipasang pipa sebagai saluran inlet menuju bak kangkung dan pipa sebagai saluran dari wadah.

Selama pemeliharaan air dari wadah pemeliharaan udang galah dan ikan tambakan dialirkan menggunakan bantuan pompa menuju bak kangkung dan dengan gravitasi akan mengalir kembali menuju kolam pemeliharaan. Setiap kolam dilengkapi pula dengan sebuah shelter sebagai tempat berlindung udang galah yang terbuat dari bambu.

Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan selama 60 hari dengan pemberian pakan untuk udang galah sebanyak dua kali dalam satu hari. Pemberian pakan disesuaikan dengan Feeding Rate pakan udang tersebut yakni sebesar 5% dari biomassa dengan kandungan protein pakan sebesar 30%. Setiap 10 hari dalam pemeliharaan dilakukan sampling bobot dan panjang untuk udang galah dan ikan tambakan.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan tiga ulangan. Berikut ini merupakan rincian rancangan penelitian yang akan dilakukan:

a. A : Udang galah 13 ekor/m2 dan ikan tambakan 80 ekor/m2 b. B : Udang galah 13 ekor/m2 dan ikan tambakan 40 ekor/m2

Parameter Uji

Parameter yang diamati dalam penelitian ini berupa tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang total, bobot mutlak, efisiensi pakan, serta kualitas air (DO, pH, suhu, CO2, alkalinitas, kesadahan, TAN, nitrat, nitrit, dan amonia).

Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR)

(14)

4

S=����

×

%

Keterangan:

S = Survival Rate (SR) (%)

Nt = Jumlah ikan akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor) Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian dihitung untuk mengetahui persentase pertambahan bobot tiap harinya. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan persamaan Zonneveld et al. (1991):

LPH = ln ��−ln ��

×

%

Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari) Wt = Bobot rata-rata akhir (g)

Wo = Bobot rata-rata awal (g) t = waktu yang dibutuhkan (hari)

Pertambahan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus Zonneveld

et al. (1991):

Wm = Wt – Wo

Keterangan:

Wm = Bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot rata-rata akhir (gram) Wo = Bobot rata-rata awal (gram)

Hasil Produksi

Hasil Produksi merupakan biomassa akhir udang galah selama pemeliharaan. Hasil produksi dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 2004):

P=W×N

Keterangan :

P = Hasil Produksi (g) W = Bobot rata-rata akhir (g) N = Jumlah populasi akhir (ekor)

Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

(15)

5 Semakin besar nilai pertambahan bobot maka efisiensi pakan semakain besar. EPP dihitung menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991):

EPP

=

��−��

��

×

%

Keterangan :

EP = Efisiensi Pakan (%) Pa = Pakan total (kg) Bt = Biomassa akhir (kg) Bo = Biomassa awal (kg)

Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter air yang diukur adalah DO, pH, suhu, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, dan amoniak. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Parameter serta metode dan alat pengukuran kualitas air

Parameter Metode Alat

DO (mg/l) Insitu DO-meter

pH Insitu pH-meter

Suhu (0C) Insitu Termometer

Alkalinitas (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

Kesadahan (mg/l CaCO3) Titrasi Alat Titrasi

Nitrat (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 410 nm Nitrit (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 543 nm Amonia (mg/l) Spektrofotometri Spektrofotometer 630 nm

Analisis Data

Data diolah menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis menggunakan Uji Independent T Test pada SPSS versi 22 untuk menganalisis normalitas Data. Data yang diolah menggunakan uji T Test yaitu parameter laju pertumbuhan harian, hasil produksi, efisiensi pakan, survival rate, dan bobot mutlak (Lampiran 2 dan 3). Sedangkan data kualitas air (suhu, DO, pH, alkalinitas, kesadahan, amonia, nitrit, dan nitrat) dianalisis secara deskriptif yakni hanya menggunakan Microsoft Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Biologis

Survival Rate (SR)

(16)

6

tambakan perlakuan A (65,77±1,80%) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (79,23±6,05%). Uji statistik menunjukkan pada udang galah dan pada ikan tambakan didapat hasil yang berbeda nyata (P<0,05) (Gambar 1 dan 2).

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 1 Survival rate pembesaran udang galah.

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 2 Survival rate pembesaran ikan tambakan.

Bobot Mutlak

Bobot mutlak untuk udang galah perlakuan A (6,90±0,06 gram) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (9,10±0,05 gram), bobot mutlak untuk ikan tambakan perlakuan A (15,44±0,64 gram) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (18,27±0,30 gram). Uji statistik menunjukkan bobot mutlak pada udang galah maupun ikan tambakan berbeda nyata (P<0,05) (Gambar 3 dan 4).

(17)

7

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 3. Bobot mutlak pembesaran udang galah.

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 4 Bobot mutlak pembesaran ikan tambakan.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian untuk udang galah perlakuan A (1,04±0,01) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (1,31±0,02), laju pertumbuhan harian untuk ikan tambakan perlakuan A (1,59±0,04) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (1,76±0,02). Uji statistik menunjukkan laju pertumbuhan harian pada udang galah maupun ikan tambakan berbeda nyata (P<0,05) (Gambar 5 dan 6).

(18)

8

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 5 Laju pertumbuhan harian pembesaran udang galah.

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 6 Laju pertumbuhan harian pembesaran ikan tambakan.

Hasil Produksi

Hasil produksi udang galah perlakuan A (3797,81±183,03 gram) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (4736,03±248,20 gram), hasil produksi ikan tambakan perlakuan A (33095,89±1428,89 gram) lebih tinggi dibandingkan perlakuan B (22166,96±1558,55 gram). Uji statistik menunjukkan hasil produksi udang galah maupun ikan tambakan berbeda nyata (P<0,05) (Gambar 7 dan 8).

(19)

9

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 7 Hasil produksi pembesaran udang galah.

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 8 Hasil produksi pembesaran ikan tambakan.

Efisiensi Pemberian Pakan (EPP)

EPP untuk udang galah perlakuan A (10,03±1,21 gram) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (15,46±1,47 gram). Uji statistik menunjukkan efisiensi pemberian pakan pada udang galah berbeda nyata (P<0,05) (Gambar 9).

3797,81±183,03 4736,03±248,20

(20)

10

Keterangan: Huruf a dan b menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 9 Efisiensi pemberian pakan pembesaran udang galah.

Bobot Akhir Rata-rata

Bobot akhir rata-rata udang galah perlakuan A (14,87±0,06 gram) lebih rendah dari perlakuan B (17,07±0,65 gram), bobot rata-rata ikan tambakan perlakuan A (25,16±0,64 gram) lebih rendah dibandingkan perlakuan B (27,99±0,30 gram) (Gambar 10 dan 11).

Gambar 10 Bobot akhir rata-rata dari pembesaran udang galah.

(21)

11

Parameter Kualitas Air Udang Galah dan Ikan Tambakan

Tabel 2 Kisaran nilai kualitas air pada pembesaran udang galah dan ikan tambakan

Parameter Satuan Perlakuan

A B

DO (mg/l) 3,90-6,97 3,73-5,73

pH 6,70-10,17 6,67-9,90

Suhu (0C) 26,33-30,67 26,33-30,67

Alkalinitas (mg/L CaCO3) 40,00-106,67 36,00-109,33

Kesadahan (mg/L CaCO3) 26,40-64,67 26,40-54,52

Nitrat (mg/l) 0,09-0,48 0,08-0,24

Nitrit (mg/l) 0,04-0,15 0,04-0,11

Amonia (mg/l) 0,030-0,241 0,017-0,235

Oksigen Terlarut (DO)

Nilai oksigen terlarut pada media pemeliharaan perlakuan A dan B memiliki pola perubahan yang sama, pada awal pemeliharaan sampai hari ke-50 nilai DO mengalami kenaikan yang berfluktuatif dan setelah hari ke-50 nilai DO mengalami penurunan (Gambar 12).

Gambar 12 Grafik nilai oksigen terlarut (DO) pada media pembesaran udang galah.

pH

(22)

12

Gambar 13 Grafik nilai pH pada media pembesaran udang galah.

Suhu

Nilai suhu pada media pemeliharaan udang galah di kedua perlakuan stabil selama 60 hari masa pemeliharaan (Gambar 14).

Gambar 14. Grafik suhu pada media pembesaran udang galah.

Alkalinitas

Nilai alkalinitas pada perlakuan A dan B relatif stabil pada awal pemeliharaan, selanjutnya sampai hari ke-20 nilai alkalinitas mengalami peningkatan yang besar. Selanjutnya hari ke-20 sampai 60 mengalami fluktuasi (Gambar 15).

Gambar 15 Grafik nilai alkalinitas pada media pembesaran udang galah.

(23)

13

Kesadahan

Nilai kesadahan pada perlakuan A dan B mengalami kenaikan yang relatif sama sampai hari ke-30, setelah hari ke-30 kedua perlakuan mengalami fluktuasi (Gambar 16).

Gambar 16 Grafik nilai kesadahan pada media pembesaran udang galah.

Nitrat

Kandungan nitrat yang terkandung dalam media pemeliharaan pada perlakuan A dan B mengalami nilai yang tidak berbeda selama 20 hari pertama yaitu mengalami fluktuasi. Mulai hari ke-20 perlakuan A kembali berfluktuasi, namun perlakuan B mengalami kenaikan secara gradual (Gambar 17).

Gambar 17 Grafik kadar nitrat yang terdapat pada media pembesaran udang galah.

Nitrit

Kandungan nitrit pada perlakuan A maupun B mengalami fluktuasi yang tidak begitu besar selama 60 hari masa pemeliharaan (Gambar 18).

(24)

14

Gambar 18 Grafik kadar nitrit yang terdapat pada media pembesaran udang galah.

Amonia

Nilai Amonia pada perlakuan A dan B terukur tinggi di sepuluh hari pertama pemeliharaan dan mengalami penurunan sampai hari ke-30. Setelah hari ke-30 nilai amonia stabil di nilai yang sangat rendah sampai akhir pemeliharaan (Gambar 19).

Gambar 19 Grafik kadar amonia yang terdapat pada media pembesaran udang galah.

Pembahasan

Keberhasilan utama dari sistem Integrated Multi Thropic Aquaculture atau IMTA dapat dilihat dari parameter-parameter biologis dalam pemeliharaan tersebut. Parameter-parameter yang diamati pada udang galah dan ikan tambakan yaitu tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR), bobot mutlak, laju pertumbuhan harian, hasil produksi, dan efisiensi pakan (Lampiran 4 dan 5).

Selama 60 hari pemeliharaan diperoleh SR udang galah dan ikan tambakan berbeda secara nyata (P<0,05), udang galah pada perlakuan A didapatkan SR sebesar 78,56±3,73% sedangkan perlakuan B didapatkan SR lebih besar yaitu 85,33±1,88%. Sedangkan nilai SR ikan tambakan perlakuan A bernilai 65,77±1,80% lebih rendah dibandingkan perlakuan B sebesar 79,23±6,05% (Gambar 1). Nilai SR yang didapatkan pada perlakuan B pada udang galah maupun

(25)

15 ikan tambakan lebih besar dibandingkan perlakuan A, hal tersebut dikarenakan pada kepadatan yang lebih tinggi maka kondisi media akan lebih buruk ditandai dengan kadar amonia dan nitrit yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan kepadatan yang lebih rendah.

Bobot udang galah maupun ikan tambakan mengalami pertumbuhan salama 60 hari masa pemeliharaan. Udang galah pada perlakuan A memiliki bobot mutlak sebesar 6,90±0,06 gram, lebih rendah dibandingkan perlakuan B yakni 9,10±0,05 gram. Sedangkan bobot mutlak untuk ikan tambakan perlakuan A bernilai 15,44±0,64 gram, lebih rendah dibandingkan perlakuan B yaitu 18,27±0,30 gram. Pada perlakuan padat tebar yang memiliki jumlah ikan tambakan lebih tinggi memiliki pertumbuhan bobot mutlak yang lebih rendah. Hal ini dapat dijelaskan melalui parameter lainnya yaitu laju pertumbuhan harian.

Laju pertumbuhan harian untuk udang galah perlakuan A memiliki nilai rata-rata 1,04±0,01% tiap harinya lebih rendah dibandingkan perlakuan B yang memiliki nilai laju pertumbuhan harian sebesar 1,31±0,02% tiap harinya. Sedangkan laju pertumbuhan harian untuk ikan tambakan perlakuan A didapatkan hasil rata-rata sebesar 1,59±0,04% lebih rendah dibandingkan perlakuan B yang memiliki nilai rata-rata laju pertumbuhan hariannya 1,76±0,02% tiap hari selama 60 hari masa pemeliharaan. Hasil yang didapatkan menunjukkan pada padat tebar yang lebih tinggi akan menghasilkan pertumbuhan dan bobot yang lebih rendah dibandingkan perlakuan padat tebar yang lebih rendah, hal ini dikarenakan pada padat tebar yang lebih tinggi terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh kualitas media yang lebih buruk seperti menumpuknya pakan yang tidak termakan, feses dan sisa metabolisme lainnya. Pada perlakuan A atau padat tebar tinggi menyebabkan udang galah serta ikan tambakan menggunakan energi dari pakan yang dikonsumsi lebih besar untuk beradaptasi dengan perubahan kualitas media yang lebih buruk dibanding udang galah dan ikan tambakan pada perlakuan kepadatan rendah. Energi untuk aktifitas seperti untuk adaptasi merupakan salah satu dari fungsi pakan selain untuk pertumbuhan dan reproduksi (Handajani dan Wahyu 2010), sehingga jika ada salah satu tujuan dari energi pakan yang meningkat maka energi untuk bagian lainnya akan menurun.

Hasil produksi yang didapat untuk udang galah perlakuan A ialah sebesar 3927,00±183,03 gram, lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B yang mendapatkan hasil 4736,03±248,20 gram. Hasil produksi yang didapatkan ini disesuaikan dengan bobot rata-rata individu saat panen dan SR yang ada, sehingga untuk perlakuan A yang memiliki SR dan bobot individu lebih rendah memiliki hasil produksi yang lebih rendah dibandingkan pada perlakuan B yang memiliki SR dan bobot rata-rata individu lebih besar.. Sedangkan hasil produksi untuk ikan tambakan perlakuan A sebesar 33095,89±1428,89 gram, lebih tinggi dibandingkan hasil produksi perlakuan B yang hanya mendapatkan hasil 22166,96±1558,55 gram. Hasil yang didapatkan menunjukkan untuk ikan tambakan perlakuan A memiliki hasil produksi yang lebih besar meskipun SR dan bobot individunya lebih rendah dibandingkan perlakuan B, namun karena jumlah penebaran yang lebih tinggi dua kali lipat maka hasil produksinya pun lebih besar.

(26)

16

15,46±1,47%. Efisiensi yang lebih tinggi pada perlakuan B diduga disebabkan karena laju pertumbuhan yang lebih besar dikarenakan kondisi media tumbuh yang lebih sesuai dan ditandai oleh kualitas air yang lebih baik. Pada ikan tambakan tidak dilakukan penghitungan nilai efisiensi pakan karena sifat dari ikan tambakan yang merupakan pemakan fitoplankton.

Parameter-parameter biologis tersebut merupakan indikator utama dalam kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, selain parameter-parameter tersebut terdapat pula parameter kualitas air yang merupakan parameter pendukung dari pemeliharaan yang dilakukan. Parameter kualitas air yang diuji yaitu oksigen terlarut (DO), pH, suhu, alkalinitas, kesadahan, nitrat, nitrit, dan amonia.

Parameter-parameter dasar yang diukur adalah DO, pH dan suhu. Nilai oksigen terlarut pada media pemeliharaan udang galah menurut Boyd dan Zimmerman (2000) adalah sebesar 3-7 mg/L, sedangkan pada perlakuan A maupun B didapatkan nilai DO yang berkisar antara 3,73-6,97 mg/L sehingga kadar oksigen yang berada dalam media sudah ideal dalam pemeliharaan udang galah. Nilai DO yang meningkat diduga karena terjadinya fotosintesis dari kangkung air yang menghasilkan oksigen terlarut dalam sistem IMTA yang dilakukan. Nilai pH yang terukur pada perlakuan A dan B berkisar antara 6,67-10,17. Kisaran pH yang didapatkan tersebut tidak sesuai dengan nilai pH optimum untuk udang galah menurut Boyd dan Zimmerman (2000) yakni sebesar 7-8,5 saja, namun belum masuk dalam batas letal pH untuk organisme budidaya yakni pH kurang dari 4 dan lebih dari 11 (Pillay 2004) sehingga media pemeliharaan masih layak untuk dipergunakan. Suhu media pemeliharaan pada perlakuan A maupun B relatif stabil dan tidak banyak mengalami fluktuasi selama 60 hari masa pemeliharaan (Gambar 11 ) yakni 26,33-30,67 ºC, masih dalam kadar otimum sesuai dengan kondisi suhu ideal udang galah menurut Boyd dan Zimmerman (2000) yakni sebesar 25-32 ºC.

Nitrit merupakan bentuk peralihan dalam proses nitrifikasi pada perairan. Nitrit merupakan senyawa yang lebih toksik dibandingkan dengan nitrat, karena nitrit mampu mengoksidasi ion Fe2+ pada darah tepatnya di hemoglobin dan mengubah ion Fe2+ tersebut menjadi ion Fe3+,sehinggahemoglobin tidak mampu mengikat oksigen secara normal (Effendi 2003). Kandungan nitrit yang terukur pada perlakuan A maupun B berkisar 0,04-0,15 mg/L (Gambar 18), sedangkan menurut literatur dari Boyd dan Zimmerman (2000) kadar nitrit yang ideal bagi pemeliharaan udang galah adalah 0,1-0,7 mg/L sehingga kadar nitrit pada media masih dalam kadar yang dapat ditolerir dan tidak membahayakan bagi udang galah. Nilai nitrit pada perlakuan A lebih besar dibandingkan B, hal ini dikarenakan padat tebar yang lebih besar menghasilkan hasil buangan berupa sisa metabolisme yang lebih besar.

(27)

17 dengan terjadinya pengurangan limbah dari kegiatan budidaya selama pemeliharaan.

Nitrat atau NO3 merupakan bentuk yang umum didapatkan pada perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi tanaman dan alga (Effendi 2003). Nitrat relatif kurang bersifat toksik bagi organisme budidaya. Kandungan nitrat yang terkandung dalam media pemeliharaan pada perlakuan A maupun B tidak melebihi dari kadar nitrat yang diatur dalam PP Nomor 82 (2001) yang menjelaskan bahwa kadar nitrat yang terkandung dalam kegiatan perikanan tidak melebihi 3 mg/L. Kadar nitrat yang rendah diduga karena nitrat tersebut telah dimanfaatkan sebagai nutrien yaitu sebagai sumber N bagi kangkung air.

Nilai alkalinitas dan kesadahan juga diperhatikan dalam penelitian ini sebagai parameter kualitas air pendukung parameter-parameter lainnya. Alkalinitas atau Acid-Neutralizing Capacity (ANC) merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, dapat pula diartikan sebagai sejumlah anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen (Effendi 2003). Nilai alkalinitas pada perlakuan A dan B berkisar 36,00-109,33 mg/L CaCO3, dalam Boyd dan Zimmerman (2000) kandungan optimum untuk budidaya udang galah adalah 20-60 mg/L CaCO3 sehingga nilai alkalinitas pada kedua perlakuan termasik optimum. Nilai alkalinitas yang tinggi tidak bersifat toksik pada organisme, melainkan hanya berdampak pada pH media yang menjadi lebih stabil dan tidak berfluktuasi. Sedangkan kesadahan dapat diartikan dengan gambaran kandungan logam-logam divalen pada air, pada perairan tawar logam-logam yang banyak ditemukan adalah kalsium dan magnesium (Effendi 2003). Pada perlakuan A dan B nilai kesadahan berkisar antara 26,40-64,67 mg/L CaCO3 (Gambar 16) yang termasuk kandungan kesadahan yang ideal menurut Wahyudi dan Fadlil (2013).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pemeliharaan selama 60 hari terhadap udang galah serta ikan tambakan maka perlakuan terbaik yaitu perlakuan B dengan kepadatan udang 13 ekor/m2 dengan ikan tambakan 40 ekor/m2 ditandai dengan nilai SR, laju pertumbuhan harian, hasil produksi udang galah dan ikan tambakan yang lebih baik serta dengan kualitas air (DO, pH, suhu, nitrit, dan amonia) yang lebih mendukung.

Saran

(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out System-Water Quality and Soil Management. Freshwater Culture Prawns: The Farming of

Macrobranchium rosenbergii. 14: 221-238. Oxford (UK). Blackwell Publishing Ltd.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Hadie W, Hadie LE. 2002. Budi Daya Udang Galah GIMacro di Kolam Irigasi, Sawah Tambak, dan Tambak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Handajani H, Wahyu W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang (ID): UMM Press.

Kusuma, Triatmaja PW. 2015. Teknologi Budidaya Udang Galah Macrobrachium rosenbergii dan Ikan Tambakan Helostoma teminckii Intensif Berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture Dengan Kepadatan Berbeda. [Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data Statistik Perikanan Budidaya. Jakarta.

Nurkarina, Riska. 2013. Kualitas Media Budidaya dan Produksi Ikan Nilem Osteochilus hasselti Yang Dipelihara Pada Sistem IMTA Integrated Multi Thropic Aquaculture Dengan Kepadatan Berbeda. [Skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): Sekretaris Negara Republik Indonesia. Pillay TVR. 2004. Aquaculture and the Environment. Edisi ke-2. Oxford (UK):

Blackwell Publishing.

Pillay TVR, Kutty MN. 2005. Aquaculture: Principles and Practices. Edisi ke-2. Oxford (UK): Blackwell Publishing.

Priyono SB, Sukardi, Bonar SM Harianja. 2011. Pengaruh Shelter Terhadap Perilaku dan Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Jurnal Perikanan. 13(2): 78-85.

Ren JS, Dozey JS, Plew DR, Fang J, Gall M. 2012. An ecosystem model for optimising production in integrated multitrophic aquaculture systems. Ecological Modelling. 246(2012):34-46.

Wahyudi M, Fadlil A. 2013. Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Penyakit Udang Galah dengan metode Theorema Bayes. Jurnal Sarjana Teknik Informatika. 1(1): 11-20.

(29)

19

(30)

20

Lampiran 2 Analisis statistik parameter biologis udang galah

Lampiran 3. Analisis statistik parameter biologi Ikan Tambakan

Lampiran 4 Parameter Biologis Udang Galah

Parameter Perlakuan

A B

Sintasan (%) 78,56 ± 3,73a

85,33 ± 1,88b

Bobot akhir (gr) 14,87±0,06 17,07±0,65

Bobot mutlak (gr) 6,90 ± 0,06a

9,10 ± 0,05b

LPH (%) 1,04 ± 0,01a

1,31 ± 0,02b

EPP (%) 10,03 ± 1,21a

15,46 ± 1,47b

Hasil produksi (gr) 3797,81 ± 183,03a

4736,03 ± 248,20b

(31)

21

Lampiran 5 Parameter Biologis Ikan Tambakan

Parameter Perlakuan

A B

Sintasan (%) 65,77 ± 1,80a

79,23 ± 6,05b

Bobot akhir (gr) 25,16±0,64 27,99±0,30

Bobot mutlak (gr) 15,44 ± 0,64a

18,27± 0,30b

LPH (%) 1,59 ± 0,04a

1,76 ± 0,02b Hasil produksi (gr) 33095,89 ± 1428,89a

22166,96 ± 1558,55b

Keterangan : Huruf yang berbeda (*) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

Lampiran 6. Analisis Biaya

Uraian Perlakuan

A B

Komponen satuan harga

satuan jumlah

B. Total Pengeluaran Rp 898.232 768.075

C. Penerimaan

D. Total Penerimaan Rp 945.735 794.980

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 13 Maret 1993 dari ayah bernama Sumedi dan ibu bernama Arifah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Menengah atas di SMA Negeri Banyumas dan lulus pada tahun 2011, selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Grafik nilai oksigen terlarut (DO) pada media pembesaran.................
Gambar 1   Survival rate pembesaran udang galah.
Gambar 3.  Bobot mutlak pembesaran udang galah.
Gambar 5  Laju pertumbuhan harian pembesaran udang galah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi tentang proses pengembangan media diorama papercraft yang diperoleh dari deskripsi masing-masing tahap pengembangan, Informasi tentang kualitas media diorama

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh mendeskripsikan kearifan lokal yang terdapat dalam sinandong tradisi lisan Melayu Tanjungbalai.. Untuk mencapai tujuan

Dari uraian di atas ada suatu keinginan dari penulis untuk mengetahui respon dan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan number sense siswa kelas VII-A sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya,

Profit Rate untuk kegiatan usahatani nanas madu adalah 200%, sedangkan tingkat inflasi Kalimantan Tengah pada 1 periode musim tanam yaitu musim tanam yang dimulai dari bulan Juni

Tingginya nilai kelayakan usahatani budidaya padi menggunakan metode Hazton pada Provinsi Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Menpawah menunjukkan bahwa usahatani ini sangat

pekerja diantaranya adalah konflik yang sering terjadi pada proyek konstruksi.. Pihak-pihak tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda,

Di Kecamatan Kedungkandang ditemukan jenis talas ± talasan yang berasal dari genus Colocasia yaitu: Talas Bentul putih, Talas Bentul dan Talas Bentul hitam yang dapat