• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Strategi Pemberdayaan Peternak Dengan Kesejahteraan Peternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Strategi Pemberdayaan Peternak Dengan Kesejahteraan Peternak"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PETERNAK

DENGAN KESEJAHTERAAN PETERNAK

(Kasus Program Pemberdayaan Kampoeng Ternak di Koperasi

Peternak Serba Usaha Riung Mukti)

DWI JAYANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Strategi Pemberdayaan Peternak dengan Kesejahteraan Peternak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

DWI JAYANTI. Hubungan Strategi Pemberdayaan Peternak dengan

Kesejahteraan Peternak. Dibimbing oleh Dr. SOFYAN SJAF M.Si.

Peternakan rakyat merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kondisi sosial ekonomi masyarakat peternak menghadapi permasalahan diantaranya posisi tawar yang rendah, tingkat pendidikan rendah, kondisi peternakan tersebar, teknologi sederhana. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pemberdayaan peternak rakyat (kecil). Kampoeng Ternak merupakan jejaring Dompet Dhuafa yang bergerak dalam pemberdayaan peternak. Proses pemberdayaan memerlukan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji hubungan dari strategi pemberdayaan dengan kesejahteraan peternak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan pendekatan survai dan didukung oleh metode kualitatif. Responden ditentukan melalui simple random sampling. Uji hubungan dilakukan dengan uji Rank-Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan peternak. Hubungan tersebut tergolong moderat. Sedangkan pada masing-masing pola strategi pemberdayaan, hanya penguatan kelompok yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan.

Kata kunci: Kesejahteraan, Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan

ABSTRACT

DWI JAYANTI. The Relationship of Empowerment Strategy with Breeders

Welfare. Supervised by Dr. SOFYAN SJAF M.Si.

(6)
(7)

HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN PETERNAK

DENGAN KESEJAHTERAAN PETERNAK

(Kasus Program Pemberdayaan Kampoeng Ternak di Koperasi

Peternak Serba Usaha Riung Mukti)

DWI JAYANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dengan segala hal terbaik dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Strategi Pemberdayaan Peterak dengan Kesejahteraan

Peternak”. Selain itu penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari kontribusi dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat, sebagai berikut:

1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Sofyan Sjaf yang telah membimbing, mendukung dan memberikan inspirasi yang luar biasa dalam penyusunan skripsi;

2. Terima kasih kepada Ibunda Narisah dan Ayahanda Kusro serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa yang tak terbatas kepada penulis hingga mampu menjalani banyak hal sampai tahapan ini;

3. Terima kasih kepada Bapak Salman dan Bapak Zaqy selaku pihak Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa yang telah membantu proses penelitian. Terima kasih kepada Bapak Agus dan pengurus serta anggota Koperasi Peternak Serba Usaha Riung Mukti, dan keluarga Bapak Harun yang telah memberikan kontribusi terbaik kepada penulis selama proses penelitian;

4. Rekan-rekan satu bimbingan, serta KPM angkatan 48 yang telah memberikan kebersamaan dan kesan mendalam selama menjalani pembelajaran di departemen SKPM;

5. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini.

Penulis berharap kajian mengenai Hubungan Strategi Pemberdayaan Peternak dengan Kesejahteraan Peternak mampu memberikan manfaat dan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian 16

Definisi Operasional 17

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KAMPOENG TERNAK

27

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27

Kondisi Fisik dan Demografi 27

Kondisi Sosial dan Ekonomi 28

Gambaran Umum Program Pemberdayaan 29

Sejarah Singkat Kampoeng Ternak 29

Visi, Misi dan Tujuan Kampoeng Ternak 30

Mekanismen Pelaksanaan Program Pemberdayaan 31

Pelaksanaan Program di Wilayah Penelitian 33

Karakteristik Responden 35

Usia 35

Pendidikan 36

Pengalaman Beternak 37

Jumlah tanggungan keluarga 38

(14)

ANALISIS STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 39 Analisis Strategi Pemberdayaan melalui Peningkatan Kapasitas 39

Proses Pembelajaran 39

Tingkat Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap 43

Analisis Strategi Pemberdayaan melalui Penguatan Kelompok 47

Peranan Pemimpin 47

Kelengkapan Struktur Kelompok 49

Tingkat Partisipasi dalam Kelompok 50

Proses Pendampingan 51

Tingkat Motivasi Berkelompok 53

Analisis Strategi Pemberdayaan melalui Pengembangan Kemitraan 55

Akses Permodalan 55

Akses Pemasaran 56

Tingkat Dukungan Pemerintah 57

Tingkat Motivasi Bermitra 58

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PETERNAK 61

Tingkat Konsumsi/ Pengeluaran 61

Kondisi Tempat Tinggal 63

Tingkat Kesehatan 66

Tingkat Pendidikan 67

ANALISIS HUBUNGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DENGAN

KESEJAHTERAAN PETERNAK 71

Hubungan Masing-masing Strategi Pemberdayaan dengan Kesejahteraan 71 Hubungan Strategi Pemberdayaan dengan Kesejahteraan Peternak 74

SIMPULAN DAN SARAN 77

SIMPULAN 77

SARAN 78

DAFTAR PUSTAKA 79

LAMPIRAN 81

(15)

DAFTAR TABEL

1 Identifikasi aras dan pola strategi pemberdayaan 11

2 Uji statistik reliabilitas 24

3 Jumlah dan persentase penduduk desa berdasarkan jenis kelamin 27

4 Jumlah dan persentase keluarga pertanian 28

5 Jumlah fasilitas pendidikan di setiap desa 29

6 Jumlah kelompok dan peternak di setiap desa 34

7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur 35 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 36 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman beternak 37 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan

keluarga

38

11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi pembelajaran

40

12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kompetensi pendamping program

41

13 Jumlah dan persentase responden menurut proses pembelajaran 42 14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengetahuan 43 15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keterampilan 44 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan aspek sikap 45 17 Jumlah dan persentase responden menurut peningkatan kapasitas 46 18 Jumlah dan persentase responden menurut peranan ketua kelompok 48 19 Jumlah dan persentase responden menurut kelengkapan struktur

kelompok

49

20 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam kelompok

50

21 Jumlah dan persentase responden menurut proses pendampingan kelompok

52

22 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi berkelompok

53

23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penguatan kelompok 54 24 Jumlah dan persentase responden menurut akses modal 56 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat akses pemasaran 56 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat dukungan

pemerintah

57

27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat motivasi bermitra

58

28 Jumlah dan persentase responden menurut pengembangan kemitraan

59

29 Jumlah dan persentase responden menurut pelaksanaan strategi pemberdayaan

(16)

30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengeluaran 62 31 Rata-rata dan persentase pengeluaran konsumsi pangan dan

konsumsi non pangan dalam waktu satu bulan

62

32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lantai rumah 64 33 Jumlah dan persentase responden menurut beberapa indikator

kualitas rumah tangga

65

34 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan fasilitas rumah tangga

66

35 Jumlah dan persentase responden menurut kondisi tempat tinggal 66 36 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesehatan 67 37 Jumlah dan persentase partisipasi sekolah anggota rumah tangga

peternak yang berumur lebih dari 7 tahun

68

38 Jumlah dan persentase rumah tangga peternak menurut tingkat kesejahteraan

68

39 Uji korelasi Rank Spearman pola strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan

72

40 Uji korelasi Rank Spearman antara strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan

74

41 Jumlah dan persentase responden menurut strategi pemberdayaan dan tingkat kesejahteraan

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 16

2 Bagan mekanisme pengambilan sampel 24

3 Mekanisme tahapan program 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Desa Palasari Girang 81

2 Jadwal penelitian skripsi 82

3 Daftar anggota koperasi 83

4 Daftar responden 85

5 Hasil uji korelasi rank apearman 86

6 Tulisan tematik 88

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah pokok dan isu sentral pembangunan ekonomi dan sosial yang masih terus dikaji di Indonesia adalah masalah pemberdayaan rakyat dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang selalu dihadapi Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai pada Maret 2013 menurut Badan Pusat Statistik (2014) yaitu 28,07 juta jiwa. Sebagian besar jumlah penduduk miskin berada pada kawasan perdesaan (17,74 juta jiwa). Kawasan perdesaan identik dengan potensi pertanian yang besar sekaligus kemiskinan yang dialami masyarakat. Mayoritas masyarakat pedesaan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Angka kemiskinan yang cukup tinggi di pedesaan seolah menimbulkan kontradiksi antara potensi pertanian yang dimiliki dengan kondisi faktual yang terjadi. Kemiskinan di pedesaan disebabkan karena berbagai faktor salah satunya yaitu ketidakberdayaan masyarakat desa untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan.

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, upaya-upaya yang dilakukan hingga kini masih belum membuahkan hasil yang maksimal. Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya merupakan upaya pemberdayaan orang miskin untuk mandiri. Sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Bangsa Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat pedesaan. Pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui sektor strategis yang dimiliki oleh desa yaitu sektor pertanian, termasuk subsektor peternakan. Sektor peternakan mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta peluasan kesempatan kerja dan pencipta lapangan usaha, karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan potensi peternakan tersebut.

(20)

usahataninya, pemeliharaan masih bersifat tradisional serta menghadapi permasalahan dalam keterbatasan modal.

Berdasarkan fakta tersebut, perlu dilakukan upaya dalam pengembangan peternakan. Pengembangan peternakan harus diorientasikan pada pemberdayaan peternak. Pemberdayaan masyarakat menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 point 12 merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumberdaya melalui penetapan kebijakan, program dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, penyelenggaraan peternakan berasaskan pada kemanfaatan dan keberlanjutan, keamanaan dan kesehatan, kerakyatan dan keadilan, keterbukaan dan keterpaduan, kemandirian, kemitraan dan keprofesionalan. Penyelenggaran peternakan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan masyarakat menuju pencapaian ketahanan pangan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya perlu dilakukan upaya pemberdayaan. Proses pemberdayaan memerlukan strategi yang efektif agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan.

Strategi adalah suatu cara taktis dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan usaha, dalam hal ini usaha membangun peternakan. Prioritas kunci dalam membangun peternakan adalah serangkaian upaya untuk memampukan peternak agar berdaya mengelola usahanya secara berkelanjutan dan mampu memberikan sumber pemenuhan kesejahteraan keluarga peternak sepanjang tahun. Pada subsektor peternakan dikembangkan berbagai program dan lembaga pembangunan koersif, seperti Bimas Ayam Ras, Intensifikasi Ayam Buras (Intab), Intensifikasi Ternak Kerbau (Intek) dan berbagai program serta kelembagaan intensifikasi lainnya.

Strategi pemberdayaan masyarakat khususnya di pedesaan dengan memanfaatkan dan mengembangkan institusi lokal dan modal sosial lokal yang berlandaskan pada aspek karakteristik sosial, budaya, agama, nilai dan etika masyarakat lingkungan sosial lokal merupakan strategi yang tepat. Umumnya, pemberdayaan petani-peternak di pedesaan dilakukan melalui pembentukan kelompok petani-peternak. Namun, kelompok petani-peternak tersebut dibentuk dari atas (pemerintah) dan tidak dilakukan secara partisipatif serta pembentukan kelompok tidak disertai dengan peningkatan kualitas petani-peternak sehingga kelompok belum mampu mandiri dan menimbulkan ketergantungan pada petani-peternak. Selain itu, program-program pembangunan belum sepenuhnya memenuhi aspirasi, kepentingan, keinginan, harapan serta kebutuhan masyarakat, serta belum mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan.

(21)

pengembangan kemitraan. Kampoeng Ternak merupakan salah satu jejaring lembaga Dompet Dhuafa yang melakukan program pemberdayaan berupa pengembangan peternakan berbasis pada peternakan rakyat. Ternak yang dikembangkan adalah jenis ruminansia seperti kambing, domba dan sapi. Kampoeng Ternak memiliki tujuan untuk menumbuhkembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial dalam komunitas peternak, meningkatkan kesejahteraan peternak, membangun jejaring peternakan di Indonesia dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kampoeng Ternak melakukan aktivitas pemberdayaan seperti pembentukan dan pendampingan kelompok peternak, pelatihan, dan mengembangkan jejaring peternakan. Berdasarkan pemaparan tersebut, Kampoeng Ternak melakukan berbagai strategi pemberdayaan untuk mencapai tujuannya. Untuk itu, menarik untuk mengkaji hubungan strategi pemberdayaan yang diimplementasikan Kampoeng Ternak dengan kesejahteraan peternak.

Masalah Penelitian

Peternakan rakyat (kecil) merupakan sektor pekerjaan yang masih banyak dilakukan oleh rakyat Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan. Namun, selama ini sektor peternakan rakyat menghadapi permasalahan diantaranya tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar luas, ukuran skala usaha relatif sangat kecil (Yusdja dan Ilham 2006). Permasalahan tersebut perlu dipecahkan agar peternak mampu meningkatkan kesejahteraannya. Kegiatan pemberdayaan merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan. Kegiatan pemberdayaan memerlukan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Strategi pemberdayaan yang diterapkan haruslah membangkitkan kesadaran masyarakat, menumbuhkan kemandirian dan dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan permasalahan dalam kajian ini yaitu sejauh mana hubungan implementasi strategi pemberdayaan terhadap kesejahteraan peternak? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diuraikan beberapa pertanyaan pendukung yaitu

1. Sejauh mana hubungan antara pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas dengan tingkat kesejahteraan?

2. Sejauh mana hubungan antara pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelembagaan dengan tingkat kesejahteraan?

3. Sejauh mana hubungan antara pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui pengembangan kemitraan dengan tingkat kesejahteraan?

Tujuan Penelitian

(22)

1. Menganalisis sejauh mana hubungan pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas dengan kesejahteraan peternak

2. Menganalisis sejauh mana hubungan pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelembagaan dengan kesejahteraan peternak

3. Menganalisis sejauh mana hubungan pelaksanaan strategi pemberdayaan melalui penguatan kemitraan dengan kesejahteraan peternak

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan strategi pemberdayaan yang diimplementasikan terhadap kesejahteraan peternak. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai peternakan rakyat dan program pemberdayaan dimasa mendatang sehingga mampu memberikan kontribusi gambaran realitas di masyarakat sebagai pertimbangan implementasi kebijakan.

2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta gambaran rinci mengenai pemberdayaan peternak sehingga dapat dijadikan rekomendasi dalam upaya pembangunan peternakan di Indonesia.

3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pelaksanaan program.

(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Definisi dan Konsep Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan merupakan terjemahan dari istilah “empowerment”,

yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam artian pemberian atau peningkatan kekuasaan pada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung. World Bank (2011) dalam Mardikanto (2010) mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.

Kartasasmita (1996) mendefinisikan pemberdayaan sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam kerangka pemikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat haruslah dilakukan dengan:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan memotivasi dan mengembangkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya mengembangkannya;

2. Upaya itu harus diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Perkataan ini meliputi langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya;

3. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranatanya. Menanamkan nilai budaya modern seperti kerja keras, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Pembaharuan lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya;

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan; dan 5. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

(24)

kemampuan dalam membuat keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan; 2) pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya; 3) ide atau gagasan: kemampuan mengeskpresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas tanpa tekanan; 4) lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat; 5) sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal, pendidikan dan kesehatan; 6) aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa; dan 7) reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Dengan demikian, konsep pemberdayaan dapat dilihat sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, konsep pemberdayaan menggambarkan proses pemampuan dan memandirikan masyarakat dan dalam implemetasi proses tersebut harus didasarkan pada kemandirian dan tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan pada akhirnya harus mampu mencapai tujuan yaitu untuk memandirikan masyarakat, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, mampu mengidentifikasi permasalahan dan mencari alternatif solusi pemecahan masalah tersebut sendiri, yang pada akhirnya mencapai tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik pada aspek ekonomi, sosial (menjalin hubungan sosial) maupun politik (kebebasan berpendapat).

Strategi Pemberdayaan

Kegiatan pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai. Oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi oleh strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengertian sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki.

Secara konseptual, Mardikanto (2010) mendefinisikan strategi dengan beragam pendekatan, seperti:

1) Strategi sebagai suatu rencana

Sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau acuan yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Dalam hubungan ini, rumusan strategi senantiasa memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dilakukan oleh (para) pesaingnya.

2) Strategi sebagai kegiatan

Sebagai suatu kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan untuk memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau telah ditetapkan.

3) Strategi sebagai suatu insturmen

Sebagai suatu instrumen, strategi merupakan alat yang digunakan oleh semua unsur pimpinan organisasi/ perusahaan, terutama manajer puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali pelaksanaan kegiatan

(25)

Sebagai suatu sistem, strategi merupakan satu kesatuan rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang diarahkan untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

5) Strategi sebagai pola pikir

Sebagai pola pikir, strategi merupakan suatu tindakan yang dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun eksternal untuk rentang waktu yang tidak pendek, serta kemampuan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif-alternatif terbaik yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, yang dibarengi dengan upaya-upaya untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau meminimum-kan ancaman-ancamannya.

Berdasarkan kajian tersebut, strategi pemberdayaan merupakan suatu cara atau langkah operasional dalam melakukan kegiatan pemberdayaan. Cara atau langkah tersebut merupakan satu kesatuan yang komprehensif dan saling terkait satu sama lain yang diarahkan guna pencapaian tujuan pemberdayaan. Dalam penelitian ini, strategi pemberdayaan didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dari proses pemberdayaan masyarakat.

Aras Strategi Pemberdayaan

Parson et al (1994) dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Pendekatan kolektif merupakan strategi utama dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezo dan makro.

1. Aras mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.

2. Aras mezo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras makro

(26)

Kartasasmita (1996) merumuskan strategi pokok pemberdayaan yaitu: (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat; (2) memperkuat potensi dan daya yang ada pada masyarakat; dan memberdayakan dalam arti melindungi dan membela kepentingan rakyat. Terkait dengan ketiga pendekatan tersebut, Kartasasmita (1996) menyatakan bahwa pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: Pertama, upaya itu harus terarah (targeted). Pemberdayaan harus memihak dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi penerima manfaatnya. Mengikutsertakan masyarakat yang akan menerima manfaat, mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Pola-pola Strategi Pemberdayaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat menyebutkan pola-pola strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat yaitu peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan, dan penguatan kemitraan.

1) Peningkatan kapasitas

Peningkatan kapasitas didefinisikan sebagai upaya untuk memperkuat kebijakan atau kerangka hukum, pengembangan kelompok, partisipasi masyarakat, pengembangan sumber daya manusia serta penguatan kepemimpinan (UNDP 1991 dalam Suwardi 2010). Sirodjuddin (2003), Naja (2006), Adi (2005) dan Robani (2006) dalam Suwardi (2010) mengungkapkan perbaikan program pemberdayaan atau pembelajaran masyarakat guna pengentasan kemiskinan harus lebih menekankan aspek pemberdayaan, dilaksanakan secara multidisiplin, menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih kondusif dalam konteks pemberdayaan masyarakat serta memberikan pengalaman langsung pada masyarakat agar mampu berpikir dalam memecahkan masalahnya.

(27)

Strategi pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas bertujuan untuk agar masyarakat dapat berpikir dan memecahkan masalahnya sendiri. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok (Suwardi 2010). Melalui peningkatan kapasitas masyarakat mampu diberdayakan sehingga dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam membangun sistem partisipatif dalam memperbaiki nasibnya. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada individu mayarakat maupun dalam kelompok masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peningkatan kapasitas melalui pembelajaran berpengaruh posistif terhadap dinamika kelompok (Suwardi 2010). Melalui pembelajaran kelompok yang baik akan terbentuk kelompok yang aktif, sehat, partisipatif dan bermanfaat bagi anggotanya dalam mencapai tujuannya.

2) Penguatan Kelembagaan

Kelembagaan dikonsepkan sebagai organisasi formal maupun nonformal. Uphoff (1992) dan Fowler (1992) dalam Suradisastra (2008) menyatakan bahwa suatu lembaga dapat dapat berbentuk organisasi atau sebaliknya. Kelembagaan juga dapat diartikan sebagai institusi seperti tata peraturan seperti hukum atau undang-undang, adat istiadat, tata kesopanan dan lain-lain. Israel (1990) mendefinisikan penguatan kelembagaan sebagai proses untuk memperbaiki kemampuan lembaga guna mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dengan keuangan yang tersedia. Sementara konsep penguatan kelembagaan yang didefinisikan oleh badan-badan donor mengatakan bahwa penguatan kelembagaan merupakan proses menciptakan pola baru kegiatan dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu karena didukung oleh norma, standar dan nilai-nilai dari dalam.

Kelembagaan memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan pedesaan. Kelembagaan dapat menjadi pintu celah masuk program pemberdayaan. Namun, selama ini peranan kelembagaan pedesaan belum maksimal dalam membantuk kehidupan masyarakat, karena itu diperlukan upaya penguatan kelembagaan untuk mengoptimalkan peranan dari kelembagaan tersebut. Penguatan kelembagaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen kelembagaan seperti fungsi kepemimpinan, norma atau tata aturan, toleransi sosial, struktur kelembagaan dan peran kelembagaan dan elemen-elemen modal sosial yang dimiliki (jaringan sosial, kepercayaan dan norma).

(28)

bentuk norma-norma resiprokal dan jaringan keterlibatan antar warga. Pada tingkat modal sosial tinggi, mampu memunculkan lembaga yang memiliki tingkatan organisasi mantap (Bahri 2007 dalam Yuliharso 2008).

3) Penguatan Kemitraan

Strategi pemberdayaan dilakukan dengan pengembangan jejaring/ kemitraan. Jejaring sosial lebih memfokuskan pada aspek ikatan antar simpul yang dimiliki oleh masyarakat baik hubungan antara individu, organisasi atau institusi (Mudiarta 2009). Konsep kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan memperkuat. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan juga diartikan sebagai proses melakukan kerjasama antar pelaku agribisnis dalam berbagai pola, dari yang sangat informal sampai yang formal, dari yang berbentuk kecil sampai organisasi yang kompleks. Kemitraan juga merupakan usaha alternatif yang dapat menjadi jalan keluar dalam mengeliminasi kesenjangan usaha kecil dan menengah dengan usaha besar. Pada konsep kemitraan, pengusaha menengah/besar memiliki tanggung jawab moral untuk mengembangkan pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya, sehingga dapat menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan bersama.

Penguatan kemitraan dianggap penting dalam pemberdayaan masyarakat karena melalui kemitraan dapat “mensinergikan kekuatan” untuk mengurangi kelemahan pada masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan (Purnaningsih 2007). Pada dasarnya maksud dan tujuan kemitraan yaitu untuk membantu para pelaku kemitraan dan pihak-pihak tertentu dalam mengadakan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan (win-win solution) dan bertanggung jawab. Melalui kemitraan akan diperoleh keuntungan diantara kedua belah pihak pelaku kemitraan. Kelebihan yang dapat dicapai dengan adanya kemitraan antara lain dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan keuntungan, bersama-sama dalam menanggung resiko, menjamin pasokan bahan baku, dan menjamin distribusi pemasaran. Penerapan pola kemitraan dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan di tingkat lokal, penguatan kelembagaan petani serta dukungan kebijakan pemerintah.

(29)

Tabel 1 Identifikasi aras dan pola strategi pemberdayaan

Sumber: Diolah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat dan Parson et.al (1995) dalam Suharto (2005)

(30)

Kesejahteraan

Kesejahteraan secara umum diartikan sebagai kondisi terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kesejahteraan dapat dilihat dari berbagai pandangan. Sukirno (1985) dalam Jusfrizal (2004) melihat kesejahteraan sebagai sesuatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat (Rambe 2001 dalam Sunarti 2006).

Sunarti (2006) membagi kesejahteraan ke dalam dua pandangan yaitu kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan material. Kesejahteraan ekonomi diukur melalui pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh dan kesejahteraan material diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang dapat diakses. Pengukuran kesejahteraan material relatif lebih mudah dan akan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan materi, baik sandang, pangan dan papan. Menurut Santamarina et al (2006) dalam Sunarti (2006) terdapat enam kategori kesejahteraan yaitu 1) fisik, 2) psikologis, 3) tingkat kemandirian, 4) sosial, 5) lingkungan, dan 6) spiritual.

Kesejahteraan merupakan tujuan akhir sebuah pembangunan. Seperti halnya dalam amanat pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara ini yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Untuk mengukur kesejahteraan masyarakat, BPS menggunakan indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperoleh melalui SUSENAS. Indikator tersebut antara lain kependudukan, pendapatan dan pengeluaran, kesehatan, pendidikan dan perumahan, ketenagakerjaan, serta kondisi sosio ekonomi lainnya (BPS 2013). Indikator yang digunakan BPS (2013) untuk mengukur kesejahteraan rakyat, yaitu (1) kependudukan, (2) tingkat pendapatan dan pengeluaran; (3) kesehatan diukur melalui keluhan sakit, pemanfaatan fasilitas kesehatan, pemberian ASI, angka morbiditas, penolong persalinan; (4) pendidikan: angka partisipasi sekolah dan angka melek huruf; (5) kondisi tempat tinggal meliputi material atap, dinding, lantai yang digunakan dan juga fasilitas yang dimiliki oleh rumah tangga, (6) ketenagakerjaan, dan (7) kondisi sosial lainnya. Berikut beberapa penjelasan terkait indikator pengukuran kesejahteraan di Indonesia.

(1) Kependudukan

(31)

besar dapat menjadi modal bagi pembangunan jika kualitasnya baik, sebaliknya dapat menjadi beban jika kualitasnya rendah. Kebijakan pemerintah terkait masalah kependudukan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas penduduk harus terus dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat sehingga kesejahteraan hidup masyarakat dapat ditingkatkan.

(2) Pendapatan dan pengeluaran

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya pendapatan dan pengeluaran (pola konsumsi) oleh rumah tangga yang bersangkutan. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga tersebut berpenghasilan rendah. Makin tinggi penghasilan rumah tangga, maka semakin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan perubahan kondisi kehidupan sosial yang lebih baik menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(3) Kesehatan

Tingkat kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negara/ wilayah semakin baik, khususnya dalam meningkatkan tingkat produktivitas. Kualitas penduduk secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk yang antara lain dapat diukur dari banyaknya penduduk yang mengalami gangguan selama sebulan lalu. Keadaan kesehatan masyarakat merupakan petunjuk tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat, kesejahteraan masyarakat tersebut semakin baik. Ukuran lain adalah dari segi kemudahan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

(4) Pendidikan

(32)

(5) Kondisi tempat tinggal (perumahan)

Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan menunjukkan status sosial pemiliknya. Kualitas tempat tinggal dan fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Kulitas rumah tinggal yang baik dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan sebagai suatu kondisi rumah yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis. Salah satu dari sekian banyak fasilitas yang dapat mencerminkan kesejahteraan rumah tangga adalah kualitas material seperti jenis atap, dinding, dan lantai terluas yang digunakan, termasuk juga fasilitas penunjang lainnya yang meliputi luas lantai hunian, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar,dan sumber penerangan. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

(6) Ketenagakerjaan

Salah satu masalah terbesar yang menjadi perhatian pemerintah adalah permasalahan di bidang ketenagakerjaan. Tingginya tingkat pengangguran, rendahnya perlusan kesempatan kerja yang terbuka, rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja serta masalah pekerja anak merupakan permasalahan yang dihadapi dalam bidang ketenagakerjaan. Ketenegakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial ekonomi. Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi perekonomian dalam menyerap tenaga kerja dan mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Indikator untuk mengukur ketenagakerjaan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase pengangguran menurut tingkat pendidikan, persentase pnduduk yang bekerja menurut status pekerjaan, persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha dan jumlah jam kerja, persentase pekerja anak serta persentase pekerja menurut kelompok upah/gaji/pendapatan bersih.

(7) Kondisi sosial lainnya

(33)

terhadap pelayanan publik seperti kredit usaha dan pelayanan kesehatan gratis, serta tingkat keamanan wilayah.

Dalam beberapa jurnal penelitian sebelumnya yang mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat seperti Heryandi dan Ramdani (2011) serta Badaruddin (2006) menggunakan tingkat pendapatan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sandi (2008) untuk menentukan kesejahteraan masyarakat, dalam penelitiannya menggunakan indikator peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya jumlah penduduk miskin, meningkatnya kemampuan dan kemandirian masyarakat, berkembangnya usaha masyarakat. Pada peneltiian ini, tingkat kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator BPS (2013) yang telah dimofidikasi yaitu tingkat pengeluaran, kesehatan, pendidikan dan kondisi tempat tinggal (perumahan).

Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian penelitian ini menghubungkan antara variabel pelaksanaan strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan, seperti pada Gambar 1. Kampoeng Ternak sebagai salah satu jejaring lembaga Dompet Dhuafa melakukan upaya pengembangan peternakan rakyat yang berbasis pada pemberdayaan peternak. Kampoeng Ternak memiliki tujuan untuk menumbuhkembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial dalam komunitas peternak, meningkatkan kesejahteraan peternak, membangun jejaring peternakan di Indonesia dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kampoeng Ternak melakukan aktivitas pemberdayaan seperti pembentukan dan pendampingan kelompok peternak, pelatihan, dan mengembangkan jejaring peternakan.

Gambar 1 menunjukkan hubungan yang diuji pada penelitian ini, yaitu strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan. Pada penelitian ini, variabel strategi pemberdayaan merupakan aktivitas yang dilaksanakan oleh Kampoeng Ternak untuk memberdayakan peternak. Variabel strategi pemberdayaan dibangun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat yang menyebutkan terdapat tiga pola strategi pemberdayaan yaitu peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan dan pengembangan kemitraan serta teori dari Parson et al (1995) dalam Suharto (2005) yang menyebutkan terdapat tiga araz pemberdayaan yaitu araz mikro, mzso dan makro.

Berdasarkan hasil penelitiaan sebelumnya, strategi pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan/kelompok dan penguatan kemitraan berpengaruh terhadap kesejahteraan peternak. Melalui strategi peningkatan kapasitas, maka akan melahirkan sumber daya manusia yang unggul yang mampu secara mandiri menganalisis permasalahan yang dihadapi serta mampu berfikir alternatif pemecahan masalahnya sendiri. Strategi peningkatan kapasitas dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran melalui pendidikan, pelatihan keterampilan. Strategi pengembangan kapasitas diukur melalui, proses pembelajaran, dan aspek tingkat pengetahuan, keterampilan serta sikap.

(34)

Strategi penguatan kelembagaan dapat diukur melalui peranan kepemimpinan, kelengkapan struktur kelembagaan, partisipasi dalam kelembagaan, proses pendampingan dan motivasi berkelompok. Strategi penguatan kemitraan/ jaringan sosial dilihat dengan akses permodalan, akses pemasaran, dukungan kebijakan pemerintah dan motivasi bermitra. Tingkat kesejahteraan peternak diukur dengan menggunakan indikator BPS 2013 yaitu tingkat pendapatan, tingkat konsumsi dan pengeluaran, kesehatan, tingkat pendidikan dan kondisi tempat tinggal. Selanjutnya, akan diuji hubungan antarra strategi pemberdayaan yang dilakukan dengan tingkat kesejahteraan peternak. Selanjutnya, untuk memudahkan pemehaman, maka hubungan kedua variabel dapat digambarkan pada Gambar 1.

Keterangan: : Hubungan (diuji)

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Strategi Pemberdayaan

Peningkatan Kapasitas

- Proses pembelajaran - Tingkat pengetahuan,

keterampilandan sikap

Penguatan Kelembagaan

- Peranan kepemimpinan - Kelengkapan struktur

kelembagaan - Tingkat partisipasi - Motivasi berkelompok - Proses pendampingan

Pengembangan Kemitraan

- Akses modal - Akses pasar

- Dukungan pemerintah - Motivasi untuk

ber-mitra

Kesejahteraan

- Tingkat konsumsi atau penegluaran

- Kesehatan

- Kondisi tempat tinggal - Tingkat Pendidikan

(35)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis uji dalam pebelitian ini yaitu diduga terdapat hubungan antara implementasi strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan. Hipotesis uji tersebut, dibuat ke dalam beberapa pernyataan hipotesis yang mendukung, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara peningkatan kapasitas dengan tingkat kesejahteraan;

2. Terdapat hubungan antara penguatan kelembagaan dengan tingkat kesejahteraan;

3. Terdapat hubungan antara pengembangan kemitraan dengan tingkat kesejahteraan.

Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:

Strategi pemberdayaan

Strategi pemberdayaan didefinisikan sebagai bentuk atau upaya kegiatan yang dilakukan dalam proses pemberdayaan untuk mencapai tujuannya. Strategi pemberdayaan dalam penelitian ini meliputi peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan/ kelompok dan pengembangan kemitraan.

Peningkatan kapasitas: merupakan segala bentuk aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kapasitas diukur melalui:

1. Proses pembelajaran merupakan pelaksanaan kegiatan belajar guna meningkatkan kualitas SDM peternak. Indikator yang digunakan untuk mengukur yaitu:

a) Frekuensi kegiatan yaitu jumlah kegiatan pelatihan atau pendidikan yang dilaksanakan dalam program setiap bulannya. Frekuensi kegiatan dikategorikan dalam:

i. Sangat rutin : Skor 4

ii. Sering : Skor 3

iii. Jarang : Skor 2

iv. Tidak pernah : Skor 1

b) Pemahaman materi merupakan pandangan peternak terhadap kesulitan atau kemudahan memahami isi materi yang disampaikan. Penerapan materi dikategorikan dalam:

i. Mudah dipahami (Skor 4)

ii. Cukup Mudah dipahami (Skor 3) iii. Sulit dipahami (Skor 2)

(36)

c)Tingkat kompetensi penyuluh merupakan pandangan peternak terhadap kemampuan yang dimiliki penyuluh dalam aktivitas pembelajaran. Tingkat kompetensi penyuluh dikategorikan dalam:

i. Sangat berkompeten (Skor 4) ii. Berkompeten (Skor 3)

iii. Kurang berkompeten (Skor 2) iv. Tidak berkompeten (Skor 1)

Indikator untuk mengukur tingkat kompetensi penyuluh adalah:

a. Tingkat kemampuan penyuluh mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peternak

b. Tingkat kemampuan penyuluh berkomunikasi dengan efektif c. Tingkat kemampuan penyuluh menjalin relasi dengan peternak d. Tingkat kemampuan penyuluh menggunakan berbagai metode

belajar yang efektif dan efisien

e. Tingkat kemampuan penyuluh memotivasi kemauan belajar peternak Selanjutnya, untuk pengukuran proses pembelajaran dikategorikan dalam tinggi, sedang, rendah menggunakan standar deviasi.

i.Rendah : x –sd

ii.Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

2. Tingkat keterampilan, pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari dilakukannya aktivitas peningkatan kapasitas. Indikator yang digunakan yaitu perubahan tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan dan sikap. Indikator yang digunakan yaitu:

a.Tingkat pengetahuan b.tingkat keterampilan c.perubahan sikap

Selanjutnya, tingkat ketiga aspek tersebut dikategorikan dalam tinggi, sedang, rendah menggunakan standar deviasi

i.Rendah : x –sd

ii.Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

Penguatan kelembagaan merupakan proses kegiatan yang diimplementasikan

guna memperbaiki kelembagaan agar mampu berperan sesuai dengan tugas dan mampu mengefektifkan penggunaan sumber daya yang ada. Penguatan kelembagaan meliputi:

1. Peranan kepemimpinan merupakan sejauhmana pemimpin berperan menjalankan fungsi dan pengaruhnya di dalam setiap keputusan atau kegiatan kelembagaan/ kelompok. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu

i.Sangat berperan : Skor 4 ii.Cukup berperan : Skor 3 iii. Kurang berperan : Skor 2 iv. Tidak berperan : Skor 1

(37)

a.Tingkat desakan/ penerapan aturan dan sanksi merupakan pandangan peternak terhadap pemimpin dalam menerapkan aturan dan sanksi dalam kelembagaan/ kelompok.

b.Tingkat pengorganisasian kelompok merupakan pandangan peternak terhadap pemimpin dalam mengorganisasikan kelompoknya untuk bekerja sesuai tugasnya.

c.Tingkat pengaruh pemimpin merupakan daya dari pemimpin kelompok/ kelembagaan dalam menentukan tindakan individu/ kelompok.

d.Tingkat perhatian dan dukungan pemimpin terhadap peternak dalam upaya memajukan usahanya.

e.Tingkat kepedulian pemimpin terhadap permasalahan kelompok f. Tingkat keterbukaan pemimpin menerima aspirasi dan kritik peternak Selanjutnya untuk pengukuran peranan kepemimpinan, dikategorikan berdasarkan standar deviasi.

i. Rendah : x –sd

ii.Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

2. Kelengkapan struktur kelembagaan/ kelompok merupakan kesesuaian aktor/ pengurus kelompok dalam menjalankan kelembagaan sesuai dengan fungsi aktor tersebut dan sejauhmana tingkat peranan masing-masing aktor/ pengurus kelompok dalam kelembagaan/kelompok. Indikator yang digunakan yaitu tingkat pengaruh aktor-aktor dalam kelembagaan. Indikator ini dikategorikan dalam

i. Sangat berpengaruh : Skor 4 ii.Berpengaruh : Skor 3 iii. Kurang berpengaruh : Skor 2 iv. Tidak berpengaruh : Skor 1

Selanjutnya untuk pengukuran kelengkapan struktur, dikategorikan menggunakan standar deviasi.

i. Rendah : x –sd

ii.Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

3. Tingkat partisipasi dalam kelembagaan merupakan keterlibatan peternak dalam kelembagaan/ kelompok. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu

a.Frekuensi mengikuti kegiatan merupakan jumlah kegiatan yang diikuti peternak

(38)

Selanjutnya, untuk pengukuran dikategorikan menggunakan standar deviasi. i.Rendah : x –sd

ii.Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

4. Proses fasilitasi atau pendampingan merupakan kegiatan untuk pengumpulan infomasi yang dilakukan untuk memastikan apakah suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai rencana. Variabel ini diukur menggunakan skala likert, yaitu

i.Sangat sesuai : Skor 4 ii.Sesuai : Skor 3 iii. Kurang sesuai : Skor 2 iv. Tidak sesuai : Skor 1 Indikator yang digunakan yaitu:

a.Tingkat kepuasan peternak terhadap upaya penyuluh memotivasi kerjasama dan meningkatkan dinamika kelompok

b.Tingkat aktualisasi penyuluh dalam membantu atau memfasilitasi penelesaian masalaha dalam kelompok

c.Tingkat aktualisasi penyuluh dalam membantu/ memfasilitasi kelompok untuk maju

Selanjutnya, untuk pengukuran dikategorikan dalam menggunakan standar deviasi.

i. Rendah : x – sd

ii. Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

5. Tingkat motivasi berkelompok merupakan keinginan untuk membentuk suatu kelompok sebagai usaha bersama. Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert, yaitu:

i.Sangat ingin berkelompok : Skor 4 ii.Ingin berkelompok : Skor 3 iii. Kurang ingin berkelompok : Skor 2 iv. Tidak ingin berkelompok : Skor 1 Indikator yang digunakan yaitu:

a.Tingkat keinginan membentuk kelompok b.Manfaat berkelompok

Selanjutnya, pengukuran penguatan kelembagaan dikategorikan berdasarkan standar deviasi, sebagai berikut:

i. Rendah : x – sd

(39)

Pengembangan kemitraan merupakan proses kegiatan yang diimplementasikan untuk membentuk kerjasama dengan berbagai pihak agar mampu mengurangi kelemahan yang ada dan mensinergikan kekuatan, hal ini meliputi:

1. Akses permodalan merupakan pandangan peternak terhadap ketersediaan dan kemudahan peternak dalam mendapatkan sumber modal. Pengukuran indikator ini dikategorikan dalam:

a.Pandangan peternak terhadap kemudahan mendapatkan modal/ sarana prasarana

b.Pandangan peternak terhadap ketersediaan modal/ sarana prasarana

2. Akses pemasaran merupakan pandangan peternak terhadap kemudahan dalam memasarkan hasil ternaknya.

Pengukuran indikator ini dikategorikan dalam: i. Sangat Mudah (Skor 4)

ii.Cukup Mudah (Skor 3) iii. Cukup Sulit (Skor 2) iv. Sangat Sulit (Skor 1)

3. Dukungan pemerintah merupakan pandangan peternak terhadap dukungan pemerintah dalam pengembangan usaha. Indikator yang digunakan yaitu tingkat dukungan yang dirasakan oleh peternak.

4. Motivasi bermitra merupakan tingkat keinginan peternak untuk memiliki mitra dalam upaya mengembangkan usaha mereka. Pengukuran variabel ini yaitu: i. Sangat ingin bermitra : Skor 4

ii.Ingin bermitra : Skor 3 iii. Kurang ingin bermira : Skor 2 iv. Tidak ingin bermitra : Skor 1 Indikator yang digunakan yaitu a.tingkat motivasi

b.manfaat bermitra.

Selanjutnya, untuk penskoran semua variabel pengembangan kemitraan dikategorikan berdasrakan standar deviasi.

i. Rendah : x –sd

ii. Sedang : –sd < x < + sd iii. Tinggi : x + sd

Tingkat kesejahteraan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok peternak untuk menjamin kelangsungan hidupnya, kondisi ini dilihat berdasarkan kondisi sosial-ekonomi peternak. Indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan meliputi;

(40)

(makanan, seperti daging, telur, susu, bumbu dapur, dan lain-lain) dan tingkat konsumsi untuk bahan non pangan (seperti rekreasi, biaya pendidikan, biaya sosial, dan lain-lain).

b)Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah formal yang ditamatkan. Tingkat pendidikan diukur dari tingkat pendidikan peternak dan anggota keluarga peternak.

c)Kesehatan merupakan kondisi jasmani dan rohani yang terbebas dari sakit atau yang disebut dengan sehat. Indikator yang digunakan yaitu jumlah keluhan sakit, ada tidaknya penyakit yang diderita, dan penggunaan akses dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, pengobatan alternatif dan lain-lain.

d)Perumahan merupakan kondisi dan fasilitas rumah yang dimiliki peternak. Indikator yang digunakan yaitu luas bangunan rumah, fasilitas yang dimiliki dan kondisi rumah. Kondisi rumah dilihat dari material yang digunakan sebagai atap (seperti genteng, asbes, daun, dan lain-lain); material dinding (seperti tembok, bilik, tembikar, triplek, dan lain-lain); material lantai (seperti keramik, tanah, semen dan lain-lain).

Pengukuran variabel dan indikator kesejahteraan, dikategorikan berdasarkan: i. Rendah : x –sd

(41)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian mengenai hubungan pelaksanaan strategi pemberdayaan dengan tingkat kesejahteraan ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan pendekatan penelitian survei dan didukung oleh metode kualitatif. Penelitian kuantitatif berorientasi pada survei yang berasal dari data sampel di lapangan. Sampel diambil untuk mewakili keseluruhan populasi. Pendekatan lapang pun dilakukan dengan penggalian informasi dari responden dengan kuesioner dan wawancara. Unit analisa penelitian ini adalah peternak yang di lokasi tersebut. Selain metode penelitian kuantitatif yang telah dijelaskan, penelitian ini didukung pula oleh pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara mendalam, observasi dan analisa data sekunder yang menjadi sumber referensi berkaitan dengan topik.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah program pemberdayaan Kampoeng Ternak di Kabupaten Sukabumi yaitu kelompok peternak yang tergabung dalam Koperasi Peternak Serba Usaha (KPSU) Riung Mukti. Penelitian dilakukan selama enam bulan dimulai pada bulan Januari hingga bulan Juli 2015. Pemilihan lokasi ini dilatarbelakangi oleh relevansi kondisi lapang dengan masalah penelitian yang diangkat. Lokasi dipilih secara purposive (sengaja) karena di lokasi tersebut pelaksanaan program pemberdayaan sudah dilakukan selama lebih dari lima tahun, sehingga menarik untuk dilihat hubungan dari pelaksanaan program dengan kesejahteraan peternak. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Teknik Sampling

(42)

Gambar 2 Mekanisme pengambilan sampel

Pengambilan sampel responden dimulai dengan membuat daftar kerangka sampling peternak yang mengikuti program pemberdayaan Kampoeng Ternak dan tergabung dalam KPSU Riung Mukti. Terdapat enam kelompok peternak yang tergabung dalan koperasi. Responden diambil dari lima kelompok peternak dengan pertimbangan tertentu. Salah satu pertimbangan dalam menentukan responden yaitu keterbatasan penulis dalam menjangkau wilayah kelompok peternak tersebut berada. Kemudian, dari setiap kelompok peternak diambil secara acak untuk dijadikan responden.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui observasi, kuesioner, dan wawancara kepada responden dan informan di lokasi penelitian. Kuesioner telah diuji coba untuk mengetahui reliabilitas dari kuesioner tersebut. Maka diperoleh hasil reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 2 Uji statistik reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.850 59

Aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika nilai alpa > 0.90, maka realibilitas sempurna; jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90, maka reliabilitas tinggi; jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.5, maka reliabilitas moderat; dan jika nilai alpha <0.5 maka reliabilitas rendah. Tabel hasil uji reliabililitas pada kuesioner penelitian ini menunjukkan angka 0.850 artinya kuesioner memiliki reliabilitas tinggi.

Adapun data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti fasilitator program pemberdayaan, stakeholder lain yang terkait dan hasil penelitian sebelumnya yang dijadikan unit analisa. Data sekunder yang diambil dari lembaga-lembaga tersebut adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil desa, nama dan jumlah anggota KK yang dijadikan unit analisa, dan data-data terkait lainnya.

Populasi peternak yang mengikuti program Kampoeng ternak

(43)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(44)
(45)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM

PEMBERDAYAAN KAMPOENG TERNAK

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kondisi Fisik dan Demografi

Program pemberdayaan Kampoeng Ternak di Wilayah Sukabumi yang masih bertahan hingga saat ini yaitu berada pada empat desa. Desa tersebut adalah Desa Palasari Girang, Desa Walangsari, Desa Pulosari yang termasuk dalam wilyah Kecamatan Kalapanunggal dan Desa Tugu Bandung yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kabandungan.

Secara keseluruhan, keempat desa yang menjadi lokasi program pemberdayaan peternak termasuk dalam wilayah dataran tinggi. Lokasi desa yang berada dekat dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan perkebunan PTPN VIII, menjadi faktor pendukung tersendiri karena tersedia banyak lahan hijauan yang melimpah untuk pakan ternak, meskipun terkadang mengalami kesulitan ketika musim kekeringan.

Aksesbilitas untuk menuju keempat desa cukup sulit dijangkau. Jalan untuk menuju desa tersebut, sebagian besar masih berupa tanah dan bebatuan sehingga ketika hujan cukup sulit untuk dilalui. Desa yang cukup mudah untuk dijangkau adalah Desa Palasarigirang dan Desa Tugu Bandung karena lokasinya dekat dengan jalan utama yang menghubungkan antar desa dan untuk transportasi sudah tersedia kendaraan umum yang melewati desa. Aksesbilitas yang cukup sulit dilalui yaitu menuju Desa Walangsari dan Desa Pulosari karena belum ada kendaraan umum dan jalan menuju ke desa sebagian besar berupa batu-batuan dan tanah.

Pada keempat desa tersebut, sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk pertanian. Jenis komoditi pertanian utama pada Desa Palasari Girang adalah Padi, sedangkan pada tiga desa lainnya jenis komoditi utamanya yaitu tanaman palawija (jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian). Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh keempat desa tersebut adalah salah satunya sungai. Keberadaan sungai dimanfaatkan oleh penduduk untuk pengairan/ irigasi lahan pertanian.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk desa berdasarkan jenis kelamin

Jumlah Penduduk

Desa Palasari

Girang Walangsari Pulosari Tugu Bandung

N % N % N % N %

(46)

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa persentase penduduk laki-laki pada keempat desa lebih besar dibandingkan persentase jumlah penduduk perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di masing-masing desa adalah pada Desa Palasari Girang terdapat 1880 KK, Desa Walangsari memiliki 1506 KK, Desa Pulosari memiliki 2604 KK dan Desa Tugu Bandung memiliki 2480 KK.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Sebagian besar jumlah penduduk di keempat berasal dari suku Sunda yang beragama islam sehingga penduduk tidak terlalu beragam. Secara keseluruhan, kehidupan sosial di keempat desa penelitian memiliki interaksi yang tergolong dekat dan kuat. Hal ini terbukti dengan jaringan kekerabatan yang terjalin cukup kuat dan diantara masyarakat desa masih mau melakukan gotong royong bersama atau bersifat “guyub”. Masyarakat desa juga saling tolong menolong satu sama lain apabila ada kegiatan di desa atau ketika salah satu warga mengadakan sebuah acara. Apabila masa panen tiba, seperti saat panen buah-buahan dan sayuran, biasanya warga akan membaginya ke tetangga disekitar rumahnya.

Selanjutnya dari aspek kependudukan, mobilitas keluar masyarakat desa jarang dilakukan. Pada umumnya, masyarakat desa tetap berada di desa dan tidak merantau keluar dari desanya untuk bekerja atau untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pernikahan sesama warga desa yang tinggal berdekatan. Mobilitas keluar yang rendah menyebabkan pendidikan masyarakat desa cenderung tergolong rendah, karena hanya berinteraksi dengan sesama warga yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Tabel 4 Jumlah dan persentase keluarga pertanian

Jumlah Keluarga

Desa

Palasari Girang Walangsari Pulosari Tugu Bandung

N % n % n % N % Sumber: Potensi Desa (Podes) 2011

(47)

rumah tangga menjadi buruh tani lebih besar dibandingkan jumlah dan persentase keluarga petani pada ketiga desa yaitu Desa Palasari Girang, Desa Walangsari, dan Desa Pulosari. Sementara, pada Desa Tugu Bandung jumlah dan persentase keluarga petani lebih besar dibandingkan dengan jumlah dan persentase keluarga yang ada anggota rumah tangga menjadi buruh tani. Tidak semua petani memiliki penguasaan atas lahan, beberapa petani hanya menyewa lahan dari perusahaan selama jangka waktu tertentu.

“…Kalau bapak mah, selain miara kambing juga jadi petani sayur-sayuran seperti timun, tomat, cabe, sawi dan lain-lain. Lahan yang bapak gunakan, bapak nyewa selama beberapa tahun ke

perusahaan…”(Bapak M, petani-peternak Desa Pulosari)

Tabel 5 Jumlah fasilitas pendidikan di setiap desa

Fasilitas Pendidikan

Desa

Palasari Girang Walangsari Pulosari Tugu Bandung

N N n n

TK 2 2 9 -

SD 3 2 8 4

SMP 2 1 1 2

SMA/ SMK 2 - - 1

Ponpes 1 - - 7

Madrasah 8 4 7 8

Total 18 9 25 22

Sumber : Potensi Desa (Podes) 2011

Tabel 5 menunjukkan jumlah fasilitas pendidikan di setiap desa. Sarana dan prasarana pendidikan sangat mendukung kegiatan pendidikan di setiap desa. Semakin baik kualitas dan kuantitas dari fasilitas pendidikan yang tersedia, maka kualitas pendidikan akan lebih baik. Namun, pada umumnya tingkat kesadaran pendidikan penduduk desa cenderung rendah. Selain itu, diketahui bahwa dibandingkan dengan desa lainnya Desa Palasari Girang memiliki fasilitas gedung pendidikan yang lengkap pada tiap jenjang pendidikan.

Gambaran Umum Program Pemberdayaan Kampoeng Ternak

Sejarah Singkat Kampoeng Ternak

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Gambar 2 Mekanisme pengambilan sampel
Gambar 3 Mekanisme tahapan program
Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahkamah Konstitusi (MK) dalam putusan tersebut telah menyatakan bahwa seluruh ketentuan UU 27/2009 dan UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang

Kesimpulan penelitian setelah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif, memunculkan KPS,

Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian Pelaksanaan rencana kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Karimun ini sudah diketahui seberapa banyak program yang dilaksanakan

Penduduk yang bekerja di Kota Bogor menurut pendidikan terdapat sebanyak 58.534 orang berpendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 77.465 berpendidikan SLTP, sbanyak

Peran yang harus dilakukan KPI untuk menanggulangi siaran yang mengandung kekerasan ditelevisi adalah dengan meningkatkan kinerja dalam pengawasan dalam penyiararan

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya

CEGER 3 11 SIDIK FAUZI KONVEKSI CELANA 15 134 KUE PASTEL -NURAINI- JL H SARMILI 02 02 NURAINI BUAT &amp; JUAL KUE PASTEL KUE PASTEL 1 135 BEJO PERCETAKAN JL CEGER RAYA 01 02