• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao Di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao Di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i

JARINGAN KOMUNIKASI PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN

ANREAPI KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI

SULAWESI BARAT

AGUS RAHARJO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Agus Raharjo

(4)

iv

RINGKASAN

AGUS RAHARJO. Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao Di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan KRISHNARINI MATINDAS.

Pemasaran yang efektif dan efisien menjadi kunci di dalam meningkatkan pendapatan petani. Interaksi antar petani akan melibatkan proses berbagi informasi tentang pemasaran yang sekaligus membentuk jaringan komunikasi diantara petani kakao. Jaringan komunikasi patut untuk dikembangkan dalam pemasaran kakao karena dapat memberikan informasi kepada petani tentang harga jual dan mutu yang diinginkan konsumen dan tujuan pemasaran yang lebih menguntungkan. Ukuran yang dipakai dalam analisis jaringan komunikasi adalah

centrality yang merujuk kepada bagaimana posisi aktor (node) dalam keseluruhan jaringan dan melihat seberapa sentral aktor tersebut dalam jaringan. Dalam penelitian ini pengukuran centrality meliputi degree centrality, closeness centrality, dan betweenesscentrality.

Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan karakteristik individu, keterdedahan media, dan jaringan komunikasi, 2) menganalisis hubungan antara

karakteristik petani dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao, 3) menganalisis hubungan keterdedahan media dengan jaringan komunikasi

pemasaran kakao, dan 4) menganalisis hubungan perilaku komunikasi pemasaran kakao dengan jaringan komunikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu di kedua kelompok tani yaitu: umumnya anggota di kedua kelompok tani berada pada kategori dewasa dengan pendidikan formal rendah, namun memiliki lahan yang cukup luas dan pengalaman berusahatani tinggi. Rata-rata individu di Kelompok Tani Tunas Harapan memiliki pengalaman berkelompok yang tinggi sedangkan pada Kelompok Tani Bunga Harapan tergolong sedang. Tingkat kepemilikan media, frekuensi, dan durasi penggunaan media tergolong rendah di kedua kelompok tani. Aktor sentral pada Kelompok Tani Tunas Harapan adalah pengurus kelompok dan pada Kelompok Tani Bunga Harapan adalah anggota kelompok. Perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao tergolong rendah di kedua kelompok tani. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi

rank Spearman menunjukkan karakteristik individu yang berhubungan dengan

degree centrality adalah pendidikan formal dan yang berhubungan dengan

closeness centrality yaitu luas lahan dan pengalaman berkelompok. Keterdedahan media yang berhubungan nyata dengan degree centrality adalah kepemilikan media, frekuensi dan durasi menggunakan media dan yang berhubungan dengan

betweeness centrality adalah frekuensi dan durasi menggunakan media. Perilaku komunikasi pemasaran kakao yang berhubungan nyata dengan degree centrality

yaitu akses pada sumber media dan sumber komersial. Perilaku komunikasi pemasaran kakao yang berhubungan dengan closeness centrality dan betweeness centrality adalah akses dengan sumber komersial.

(5)

v

SUMMARY

AGUS RAHARJO. Communication Network of Cocoa Marketing at Sub District of Anreapi, District of Polewali Mandar, West Sulawesi. Supervised by PUDJI MULJONO and KRISHNARINI MATINDAS.

Effective and efficient marketing is a key in increasing farmers income. Interaction between farmers would involve the sharing of information about marketing and creating a communication network among cocoa farmers. Communication networks should be developed in cocoa marketing because it can provide information to farmers about the price and quality that consumers needs and more profitable marketing purposes. The measure of this study used analysis

of communication networks which is „centrality‟. Centrality refers to the position

of actors (nodes) in the overall network and see how centrals actors in the network. Centrality measurements used in this study are degree centrality, closeness centrality, and betweeness centrality.

The purposes of this study were 1) to describe the individual characteristics of farmers, media exposure by farmers, and communication network 2) to analyze the correlation between farmers characteristic and communication network analysis 3) to analyze the correlation between media exposure and communication network analysis 4) to analyze the correlation communication behaviours of cocoa marketing and communication network analysis.

The result of this study showed that the variable of farmer characteristics such as age was relatively adult, formal education was relatively low, the area of land cultivated was relatively moderate, farming experience was relatively high, and group experiences is relatively high on Tunas Harapan group and moderate on Bunga Harapan group. The variable of media exposure such as media ownership, frequency, and duration of media use was relatively low. The central actor on Tunas Harapan group was the group leader while the central actor on Bunga Harapan group was the group member. Communication behaviors of cocoa marketing was relatively low in both groups. Variable correlation analysis using Rank Spearman showed that farmer characteristic correlated with degree centrality was formal education and farmer characteristics correlated with closeness centrality were the area of land cultivated and experience of the group. Media exposures correlated with degree centrality were media ownership, the frequency of media use and the duration of media use then media exposure of farmer correlated with betweeness centrality were the frequency of media use and duration of media use. Communication behaviours correlated with degree centrality were access to information through the media, and access to commercial sources. Communication behaviours correlated with closeness centrality and betweeness centrality was access to commercial sources.

(6)

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

vii

JARINGAN KOMUNIKASI PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN

ANREAPI KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI

SULAWESI BARAT

AGUS RAHARJO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

viii

(9)
(10)

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penulis mengangkat judul penelitian Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Pudji Muljono MSi dan Dr Krishnarini Matindas MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan sabar membimbing hingga terselesaikannya tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas bantuan beasiswa yang diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan KMP 2013 Puput, Mas Haris, Alfi, Kia, Mila, Testa, Mas Yuni, Bang Ikbal, Aji, Mia, Meylin, Ani, Mbak Lasmi, Afni dan Mbak Enden atas sumbang saran dan dukungannya hingga tesis ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada Staf Departemen KMP Mbak Hetti dan Mbak Lia atas Bantuan-bantuannya selama masa studi. Terakhir, ungkapan terima kasih yang sebesarnya-besarnya teruntuk kepada ayah Sudibyo SP, ibu HJ Hudaedah Kaseng, SPd.SD, kakak Bambang Setiwan SP dan kakak Wahyu Nur Aprianto SH atas segala doa dan kasih sayangnya, serta ponakan Kailah dan Rara yang memberikan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

Semoga tesis ini membawa banyak manfaat kepada pihak yang membutuhkan informasi yang tertulis di dalamnya dan mampu memberikan sumbangsih pada ilmu pengetahuan khususnya bidang komunikasi pembangunan.

Bogor, Oktober 2016

(11)

xi

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

Jaringan Komunikasi ... 5

Karakteristik Individu ... 6

Keterdedahan Media ... 6

Perilaku Komunikasi ... 7

Analisis Jaringan Komunikasi ... 9

Informasi Pemasaran Biji Kakao ... 10

Gerakan Nasional Kakao ... 12

Penelitian Terdahulu ... 13

3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 15

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 17

4 METODOLOGI PENELITIAN ... 19

Desain Penelitian ... 19

Lokasi dan Waktu ... 19

Populasi dan Sampel ... 19

Data dan Instrumen ... 19

Validitas dan Reliabilitas ... 20

Analisis Data ... 21

Definisi Operasional ... 23

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29

Pemasaran Petani Kakao di Kecamatan Anreapi ... 31

Karakteristik Petani Kakao ... 32

Keterdedahan terhadap Media Massa ... 35

Perilaku Komunikasi tentang Pemasaran Kakao ... 39

Jaringan Komunikasi Pemasaran Kakao ... 42

Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ... 52

(12)

xii

Hubungan Perilaku Komunikasi tentang Pemasaran Kakao dengan Jaringan

Komunikasi ... 56

6. SIMPULAN DAN SARAN ... 57

Simpulan ... 57

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN 63

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1 Persyaratan umum biji kakao 12

2 Indikator dan pengukuran karakteristik petani 23 3 Indikator dan pengukuran variabel keterdedahan media 25 4 Indikator dan pengukuran perilaku komunikasi 26 5 Indikator dan pengukuran jaringan komunikasi 27 6 Jumlah penduduk tiap-tiap kelurahan/desa lokasi penelitian menurut

jenis kelamin 2016 29

7 Produksi tanaman perkebunan rakyat Kecamatan Anreapi 2014 30 8 Jumlah petani dan luas lahan menurut jenis tanaman yang diusahakan

Kecamatan Anreapi 2014 30

9 Karakteristik individu anggota Kelompok Tani Tunas Harapan dan

Bunga Harapan 32

10 Kepemilikan media anggota Kelompok Tani Tunas Harapan dan Bunga

Harapan. 35

11 Frekuensi menggunakan media anggota Kelompok Tani Tunas Harapan

dan Bunga Harapan 36

12 Durasi menggunakan media anggota Kelompok Tani Tunas Harapan dan

Bunga Harapan 38

13 Perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao Anggota Kelompok Tani

Tunas Harapan dan Bunga Harapan 40

14 Nilai degreecentrality Kelompok Tani Tunas Harapan dan Bunga

Harapan 48

15 Nilai closenesscentrality Kelompok Tani Tunas Harapan dan Bunga

Harapan 50

16 Nilai betweenesscentrality Kelompok Tani Tunas Harapan dan

Bunga Harapan 51

17 Hasil uji korelasi rank Spearman karakteristik individu dengan

degreecentrality 52

18 Hasil uji korelasi rank Spearman variabel karakteristik individu dengan

closenesscentrality 53

19 Hasil uji korelasi rank Spearman karakteristik individu dengan betweeness

centrality 54

20 Hasil uji korelasi rank Spearman keterdedahan media dengan jaringan

komunikasi 55

21 Hasil uji korelasi rank Spearman perilaku komunikasi tentang pemasaran

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka berpikir jaringan komunikasi pemasaran kakao di Kecamatan

Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat 17 2 Sosiogram jaringan komunikasi pemasaran kakao Kelompok Tani Tunas

Harapan 44

3 Sosiogram jaringan komunikasi pemasaran kakao Kelompok Tani Bunga

Harapan 46

DAFTAR KOTAK

1 Profil node sentral jaringan komunikasi Kelompok Tani Tunas Harapan 45 2 Profil node sentral jaringan komunikasi Kelompok Tani Bunga Harapan 47

3 Profil Ketua Kelompok Tani Bunga Harapan 49

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Polewali Mandar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang menjadikan komoditas kakao sebagai pilihan utama untuk dikembangkan. Hal ini karena kakao memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan masyarakat dan cukup banyak menyerap tenaga kerja di daerah tersebut. Menurut data statistik Provinsi Sulawesi Barat 2014, pada tahun 2012 kabupaten dengan produksi kakao tertinggi adalah Kabupaten Polewali Mandar, yaitu sebesar 35.965,30 ton, melebihi produksi kakao di kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Barat.

Kecamatan Anreapi merupakan salah satu kecamatan yang memiliki areal perkebunan kakao di Polewali Mandar yaitu sebesar 4.685,20 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2014). Sebagian besar penduduknya bergantung pada pertanian khususnya kakao sebagai produk perkebunan andalan. Sebagai salah satu sentra perkebunan kakao di Kabupaten Polewali Mandar, petani-petani telah diperkenalkan dengan program Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (GERNAS), sehingga petani di kecamatan ini sudah lebih maju dalam hal berusahatani kakao terlihat pada kondisi kebun yang terawat dan bersih.

Secara umum, Program Gernas Kakao yang berlangsung pada periode 2009-2012 di Kabupaten Polewali Mandar, mampu meningkatkan produksi kakao sebesar 37 persen dan produktivitas sebesar 11 persen serta terjadi peningkatan luas lahan perkebunan kakao yaitu pada tahun 2008 luas lahan sebesar 41.133,11 Ha meningkat sebesar 16 persen menjadi 47.746,00 Ha. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan produksi kakao petani mempengaruhi terhadap peningkatan luas lahan kakao di Kabupaten Polewali Mandar (Dinas Pertanian dan Perkebunan 2014).

Selain masalah produktivitas, masalah lain yang krusial di dalam kegiatan berusahatani kakao ada pada bidang pemasarannya. Pemasaran yang efektif dan efisien menjadi kunci dalam meningkatkan pendapatan petani. Menurut Rheza dan Karlinda (2013), rantai nilai pemasaran mempengaruhi tingkat harga yang baik bagi petani. Semakin pendek rantai nilai pemasaran maka semakin tinggi harga jual biji kakao, yang berarti juga meningkatkan selisih harga yang diterima petani, hal ini membuat petani memiliki motivasi dalam meningkatkan produktivitas pertaniannya. Akses pasar sangat diperlukan untuk mampu memperpendek rantai pemasaran. Pemerintah daerah diharapkan mampu mewadahi hal ini, menciptakan regulasi dalam hal akses pasar sehingga memperpendek rantai pemasaran, namun sampai saat ini peran pemerintah daerah masih belum terlihat.

(16)

2

Dalam posisi tawar, petani seringkali diposisikan sebagai pihak yang lemah. Petani sebagai pihak yang melakukan budidaya, seringkali mendapatkan harga yang tidak begitu tinggi. Hal ini karena, sifat petani sebagai penerima harga (price taker) dalam rantai perdagangan kakao. Penyebab lainnya adalah ketidakmampuan dan kurangnya informasi petani mengenai harga jual kakao dan pengetahuan mengenai kegiatan pasca panen untuk meningkatkan kualitas biji kakao.

Petani menjadikan pedagang perantara sebagai tumpuan informasi pemasaran karena petani tidak memiliki saluran pemasaran sendiri. Petani menjual hasil panennya kepada pedagang perantara, yang mana pedagang perantara kemudian menjual kembali ke lembaga niaga yang lebih besar. pedagang perantara mendominasi dan mengontrol sistem pemasaran ini, sehingga hanya pedagang perantara yang menerima manfaatnya dengan menurunkan harga beli mereka dari petani dan meningkatkan harga jual mereka untuk lembaga niaga di atasnya (Kim et al. 2007 dan Sesbany 2011).

Jaringan komunikasi patut untuk dikembangkan dalam pemasaran kakao karena dapat memberikan informasi kepada petani tentang harga jual dan mutu yang diinginkan konsumen dan tujuan pemasaran yang lebih menguntungkan. Informasi akan lebih cepat mengalir pada kelompok yang lebih produktif. Kondisi suasana yang terbangun dalam kelompok memiliki hubungan dengan produktivitas kelompok. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian Nordin et al.

(2014) yang menemukan bahwa sebagian besar informasi mengenai produk pertanian ataupun perkembangan teknologi baru akan lebih banyak berasal dari kalangan petani itu sendiri, melalui jaringan informal, oleh orang-orang yang aktif dalam mengumpulkan informasi untuk kebutuhan mereka.

Beberapa Penelitian sebelumnya oleh para peneliti terdahulu, lebih banyak menganalisis jaringan komunikasi dalam proses adopsi inovasi misalnya oleh Ramirez et al. (2013) mengenai difusi kompor modern di Honduras Barat, keberhasilan adopsi kompor modern melalui komunikasi interpesonal individu-individu meskipun tanpa ada kegiatan pemasaran di dalamnya. Borg et al. (2014) meneliti jaringan sosial dalam kolaborasi keanekaragaman hayati hutan di Finlandia Tengah, bahwa keberhasilan dari terbentuknya jaringan tidak terlepas dari arus informasi dan pertukaran informasi yang terjadi. Kemudian penelitian jaringan komunikasi yang lain yang dilakukan oleh Mertens et al. (2011) tentang adopsi pola makan ikan yang baru oleh warga disekitaran sungai Tapajos Brazil yang tercemar merkuri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa partisipasi terhadap program dan komunikasi interpersonal adalah faktor penting terhadap berhasilnya perubahan pola konsumsi ikan masyarakat.

(17)

3

Rumusan Masalah

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kakao yang diusahakan petani oleh karena pelaksanaan program-program pemerintah seperti GPK dan Program Gernas Kakao tidak serta merta meningkatkan pendapatan petani. Di Kecamatan Anreapi, Rantai pemasaran petani hanya sampai kepada pedagang perantara sekaligus menjadikan pedagang perantara sebagai tumpuan informasi pemasaran. Informasi pemasaran dari pedagang perantara seringkali tidak dapat diandalkan disebabkan kurang kredibelnya informasi tersebut. Pemasaran keluar daerah hanya dilakukan oleh pedagang perantara. Pedagang perantara mampu melakukan hal tersebut karena memiliki modal yang lebih besar daripada petani.

Petani sebagai pelaku kegiatan usahatani kakao akan menjalin interaksi antar satu sama lain sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Interaksi ini akan melibatkan proses berbagi informasi tentang pemasaran kakao yang sekaligus membentuk jaringan komunikasi diantara petani kakao. Pengetahuan akan informasi pemasaran akan membantu petani di dalam melakukan kegiatan pemasaran yang lebih baik. Petani yang mengetahui informasi pasar akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dengan pembeli. Harga yang berlaku di pasaran yang petani terima dari produk pertanian yang dihasilkan, berimplikasi terhadap perubahan pendapatan. Peningkatan profitabilitas bagi petani mendorong petani untuk mengubah produksi, investasi, dan keputusan pemasaran.

Rogers (1993) menyatakan bahwa perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu di dalam menerima atau menyampaikan pesan. Tiga variabel perilaku komunikasi yang telah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan penyuluh, dan keterdedahan pada media massa. Hubungan yang terbangun antar individu tidak terlepas dari perilaku komunikasi yang dilakukan.

Penelitian ini secara spesifik membahas jaringan komunikasi pada petani kakao dalam hal pemasaran yang dilihat dari dua kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Tunas Harapan dan Kelompok Tani Bunga Harapan di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar. Esensi daripada Program Gernas Kakao sendiri adalah peningkatan produktivitas kakao melalui kegiatan rehabilitasi, peremajaan, dan intensifikasi tanaman, namun dalam hal pemasaran yang ada masih belum cukup membantu petani. Selain itu, dalam pemilihan lokasi penelitian, sebagai putra daerah adalah suatu kewajiban untuk mengangkat tema penelitian dari daerah sendiri sebagai wujud pengabdian terhadap daerah asal.

Kelompok Tani Tunas Harapan merupakan salah satu dari kelompok tani di Kecamatan Anreapi yang menerima dan menerapkan Program Gernas Kakao dengan baik dan masuk sebagai kategori kelas madya, sedangkan Kelompok Tani Bunga Harapan merupakan salah satu kelompok tani yang juga menerapkan Program Gernas Kakao namun masih berada pada kategori kelas pemula.

(18)

4

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Seperti apa karakteristik individu, keterdedahan media, perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao dan jaringan komunikasi dari dua kelompok tani kakao?

2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao?

3. Apakah terdapat hubungan antara keterdedahan media dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao?

4. Apakah terdapat hubungan antara perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao?

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik individu, keterdedahan media, perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao, dan jaringan komunikasi dari dua kelompok tani kakao.

2. Mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao.

3. Mengetahui hubungan antara keterdedahan media dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao.

4. Mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi petani usahatani kakao.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya yang meneliti tentang jaringan komunikasi khususnya pada usahatani kakao.

(19)

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan Komunikasi

Jaringan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktor yang mempunyai relasi dengan aktor yang lain dalam tipe relasi tertentu. Jaringan komunikasi menggambarkan dan menjelaskan jaringan sosial dan struktur jaringan (Eriyanto 2014).

Jaringan komunikasi adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh jaringan informasi yang berpola (Rogers dan Kincaid 1981). Fokus perhatian Rogers dan Kincaid adalah bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang membentuk hubungan yang relatif stabil.

Jarmie (1994) mengungkapkan bahwa jaringan komunikasi sering disebut jaringan sosial yaitu pengelompokan yang terdiri dari dua individu atau lebih yang masing-masing orang tersebut mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan antara yang satu dengan lainnya melalui hubungan-hubungan sosial yang ada. Scoot (2000) mengungkapkan analisis jaringan sosial sebagai seperangkat metode untuk menganalisis struktur sosial, metode ini secara khusus menganalisis aspek khususnya hubungan (relation) dari struktur tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan komunikasi adalah sebuah hubungan yang berpola yang terbentuk dari proses saling bertukar informasi antar aktor-aktor yang terlibat di dalam pola komunikasi tersebut.

Morrisan (2009) mengemukakan bahwa hubungan menentukan suatu peran jaringan (network role) tertentu. Maksudnya, bahwa anggota menghubungkan beberapa kelompok dalam cara-cara tertentu. Ketika anggota organisasi berkomunikasi satu sama lain, mereka melaksanakan atau memenuhi berbagai peran dalam hubungannya dengan jaringan yang terdiri atas peran sebagai jembatan, penghubung, dan pemisah.

1. Jembatan. Peran sebagai jembatan (bridge), dimana anggota suatu kelompok merangkap atau menjadi anggota kelompok lainnya.

2. Penghubung. Seseorang berperan sebagai penghubung (liaison) jika ia menghubungkan dua kelompok, tetapi ia sendiri bukan anggota keduanya. 3. Pemisah. Seseorang berperan sebagai pemisah (isolate) jika ia tidak terhubung

atau terkait sama sekali dengan anggota lain.

Robbin (1984) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horizontal dalam komunikasi organisasi yang dibangun dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan yaitu jaringan rantai, jaringan Y, roda, lingkaran dan jaringan semacam saluran (Stoudolar 1984; Koont et al. 1989; Sikula 1981 dalam Moekijat 1993)

Dari beberapa pengertian jaringan komunikasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa jaringan komunikasi merupakan hubungan individu-individu melaksanakan atau memenuhi berbagai peran seperti Star, Bridge, liaison, isolate,

(20)

6

Karakteristik Individu

Newcomb et al. (1978) mendefinisikan karakteristik individu sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindak terhadap lingkungan hidup tersebut. Karakteristik individu sering dibedakan atas dasar umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, serta bangsa dan agama.

Robbins (2002) mengatakan bahwa karakteristik individu merupakan salah satu variabel tingkat individual yang dapat memberikan dampak pada kinerja dan kepuasan karyawan. Variabel karakteristik individu tersebut antara lain meliputi: usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan keluarga, dan masa kerja dalam organisasi. Siagian (2008) menyatakan bahwa karakteristik biografikal (individu) dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang mempunyai karakteristik tertentu dan dalam hal ini perlu diperhatikan agar berhasil dalam keterlibatan mereka dalam pelaksanaan tugas di organisasinya.

Kaitannya dengan komunikasi, Koesoemowardani dan Sumardjo (2008) menyatakan bahwa pola komunikasi dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti luas lahan, status kepemilikan lahan, ketergantungan terhadap pertanian, dan status keanggotaan. Semakin luas lahan yang dikelola, semakin tinggi status kepemilikan lahan, semakin besar ketergantungan terhadap pertanian, dan semakin tinggi status keanggotaan, cenderung semakin aktif berkomunikasi dan komunikasi yang terjadi semakin efektif.

Keterdedahan Media

Secara singkat keterdedahan dapat diartikan sebagai sebuah proses pada seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap (Rodman 2006). Sedangkan menurut Rakhmat (2007) keterdedahan pada media massa adalah mendengarkan, melihat, membaca atau secara lebih umum mengalami dan dengan sedikitnya ada perhatian minimal pada pesan media.

Ada beberapa elemen dasar pada keterdedahan pada media massa menurut Baran (2004) yaitu: 1) kesadaran akan dampak media tersebut, 2) pemahaman terhadap proses komunikasi massa, 3) pemahaman terhadap isi media, dan 4) kemampuan untuk menikmati, mengerti, dan menghargai isi media. Rogers (2003) menjelaskan bahwa tiap indikator keterdedahan pada media massa paling tidak dikotomikan sebagai sedikitnya pernah terdedah (minimal membaca surat kabar atau majalah dalam seminggu) dan tidak terdedah. Ardianto dan Komala (2005) menyatakan penggunaan media oleh khalayak meliputi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan (frequency), maupun durasi penggunaan (longevity).

(21)

7

tergantung pada keterdedahan khalayak tersebut pada media massa. Perubahan perilaku khalayak tidak hanya dipengaruhi oleh keterdedahan pada satu media massa saja tetapi juga memerlukan lebih dari satu saluran komunikasi massa lainnya seperti tv, radio, film dan bahan cetakan lainnya.

Menurut Soekartawi (2005) komunikasi massa dimaksudkan untuk menggugah emosi atau untuk memberikan pengertian kepada massa yang jumlahnya banyak dalam waktu relatif singkat. Pada prinsipnya komunikasi massa dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu melalui:

a. Media umum

Media umum yaitu komunikasi yang isi pesannya dikomunikasikan kepada semua pihak, secara bebas, umum dan tidak rahasia, yang hanya saja sifatnya tidak massal. Termasuk ke dalam media ini adalah telepon, teleks, telegram, dan sebagainya.

b. Media khusus

Media khusus, dimana komunikan yang satu dengan yang lain tidak saling mengetahui apa isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. karena sifatnya yang khusus maka cara komunikasi yang dilakukan adalah melalui surat tertutup.

c. Media massa

Media massa adalah komunikasi melalui media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, dan film. Fungsi media komunikasi adalah sebagai alat yang dipakai untuk melakukan komunikasi, sedangkan pelaku komunikasi itu sendiri terdiri dari komunikator dan komunikan melalui pesan yang disampaikan.

Menurut Syahyuti et al. (1999) bahwa penyuluh termasuk sebagai media komunikasi pribadi. Penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system

dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers.

Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Berlo (1960) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari suatu informasi.

(22)

8

Informasi baru mengenai pertanian yang dikomunikasikan melalui berbagai macam saluran, secara umum dapat diklasifikan, sebagai berikut:

1. Media massa, terdiri dari majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi.

2. Sumber informal, terdiri dari tetangga petani/peternak dan teman, kelompok usaha, kelompok profesi dan kelompok sosial.

3. Sumber komersial, terdiri dari hubungan petani/peternak dengan pedagang dan dealer, demonstrator dan buletin komersial.

4. Sumber agen pemerintah terdiri dari buletin pertemuan dan hubungan petani/peternak dengan penyuluh dan ahli (Rogers 1966).

Model komunikasi sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara komponen komunikasi yang satu dengan komponen yang lainnya. Berikut ini tahap-tahap model aliran komunikasi massa, menurut Rogers (2003):

a. Model jarum hipodermik menganggap bahwa media massa memiliki efek langsung, segera, dan kuat pada audiens massa. Meskipun demikian, model jarum hipodermik dipandang terlalu sederhana, mekanistik, dan berlebihan dalam memberikan gambaran yang akurat tentang efek dari media massa. Lazarfeld dan Menzel (1963) dalam Roger (2003) menjelaskan bahwa media massa memberikan dampak yang relatif kecil terhadap perubahan perilaku individu. Orang-orang di dalam mengambil suatu keputusan, akan lebih terpengaruh dari hubungan tatap muka dengan orang lain ketimbang terpapar langsung oleh media massa.

b. Model aliran dua tahap, menjelaskan bahwa transfer informasi berlangsung dalam dua tahapan. Tahap yang pertama, yaitu dari sumber media ke pemuka pendapat dan tahap kedua, dari pemuka pendapat ke pengikut-pengikutnya. Dalam tahap yang ke dua ini juga melibatkan penyebaran pengaruh interpersonal oleh pemuka pendapat. Hipotesis dari aliran dua tahap ini, bahwa pesan komunikasi mengalir dari sumber melalui saluran media massa ke pemuka pendapat, yang pada gilirannya akan meneruskan pesan tersebut ke pengikutnya.

c. Dalam beberapa kasus tertentu, aliran komunikasi juga dapat berlangsung secara satu tahap, ketika media massa memiliki dampak yang langsung pada individu. Di kasus yang lain komunikasi multi tahap juga dapat terjadi yaitu media massa tidak selalu langsung menuju/sampai pada komunikannya yang dituju dan juga tidak selalu harus melalui pemuka pendapat.

Model aliran dua tahap membantu memahami hubungan antara saluran media massa dan saluran komunikasi interpersonal. Model aliran dua tahap mengartikan bahwa media massa tidak begitu kuat dan tidak secara langsung mempengaruhi perilaku, seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun tidak dapat ditampikkan bahwa, seorang individu bisa terpapar informasi baru baik melalui media massa maupun saluran interpersonal, dan kemudian akan terlibat dalam pertukaran komunikasi tentang inovasi dengan rekan mereka. Media massa berperan dalam menambah pengetahuan, sedangkan jaringan interpersonal berperan penting di dalam mempersuasi seseorang untuk mengadopsi atau tidak ( Rogers 2003).

(23)

9

pada umumnya ialah model komunikasi dua tahap. Hal ini karena diasumsikan bahwa 1) masyarakat di pedesaan tidak hidup terisolir melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya, 2) tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubungan-hubungan sosial, dan 3) para pemuka pendapat umumnya merupakan sekelompok orang yang aktif menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh. Menurut Rogers (1993) bahwa seseorang untuk meyakinkan informasi yang diperolehnya akan melakukan kontak interpersonal dengan tokoh masyarakat maupun agen pembaharu. Pada tahap ini seseorang akan memerlukan pemuka pendapat untuk memberikan pertimbangan tentang biaya atau informasi lainnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah inovasi itu cocok dengan kebutuhannya.

Analisis Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem sosial, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis (Rogers dan Kincaid 1981).

Menurut Rogers (1986), dalam menganalisis jaringan komunikasi dalam organisasi, terdapat prosedur-prosedur yang harus dijalankan, yaitu:

1. Mengidentifikasi klik-klik yang ada dalam suatu sistem secara keseluruhan dan menentukan bagaimana sub-sub kelompok struktural (klik-klik) ini mempengaruhi perilaku-perilaku dalam organisasi.

2. Mengidentifikasi peranan-peranan komunikasi khusus yang dimainkan oleh

opinion leaders (pemimpin), cosmopolites (penghubung organisasi dengan sekelilingnya), gate keepers (pengontrol arus informasi diantara anggota organisasi), liaisons (penghubung antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya), bridges (anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya) dan isolates (anggota organisasi yang tidak mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam suatu organisasi).

3. Mengukur berbagai indeks struktural (seperti keterpaduan atau keterhubungan komunikasi dengan keterbukaan sistem) bagi individu, klik, hingga sistem secara keseluruhan. Indeks struktur komunikasi pada dasarnya merupakan serangkaian cara pengukuran terhadap berbagai sifat jaringan (networks properties) (Monge dan Contractor 2003).

Level analisis jaringan utuh (complete networks) dengan unit analisis aktor (tunggal) dimana aktor bisa berupa individu, organisasi, Negara, institusi, dan sebagainya. Level analisis jaringan utuh berpretasi pada seluruh aktor dalam jaringan, yang kemudian aktor di sini dilihat relasinya dengan aktor lain dalam jaringan.

Ukuran yang dipakai dalam analisis jaringan adalah sentralitas (centrality). Hal ini merujuk kepada bagaimana posisi aktor (node) dalam keseluruhan jaringan, seberapa sentral aktor dalam suatu jaringan. Sentralitas menurut Zheng

et al. (2011) adalah indikator inti yang dapat menggambarkan karateristik dari

(24)

10

Semakin tinggi derajat sentralitas seorang node miliki, maka semakin ia mampu untuk mengendalikan dan mempengaruhi pertukaran anggota lain. Dalam studi analisis jaringan ini, pertanyaan penting adalah siapa node yang menonjol dan paling menentukan dalam jaringan. Siapa yang menentukan atau menonjol

tersebut, disebut „sentralitas’ yaitu orang yang mempunyai posisi atau kekuasaaan menonjol dalam jaringan (bonacich 1987 dalam Eriyanto 2014). Ada beberapa ukuran sentralitas yang paling banyak dipakai yaitu, sentralitas tingkatan (degree), kedekatan (closeness), dan keperantaraan (betweness).

a. Sentralitas tingkatan (degreecentrality)

Tingkatan (degree) memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial. Tingkatan (degree) adalah jumlah link dari dan ke aktor. Dalam jaringan

directed (mempunyai arah), degree ini bisa berupa indegree (jumlah link atau

ties yang mengarah ke aktor) dan outdegree ( jumlah link yang keluar dari aktor) secara teoritis, jumlah maksimal sentralitas tingkatan (degree) bagi aktor yakni N-1.

b. Sentralitas kedekatan (closenesscentrality)

Sentralitas kedekatan menggambarkan seberapa dekat aktor (node) dengan semua aktor lain di dalam jaringan. Kedekatan di sini diukur dari berapa langkah (jalur/path) seorang aktor bisa menghubungi atau dihubungi oleh aktor lain dalam jaringan. Sentralitas kedekatan diperoleh dengan membagi jumlah jalur terpendek aktor satu dengan aktor lain dalam satu jaringan.

c. Sentralitas keperantaran (betweenesscentrality)

Sentralitas keperantaraan memperlihatkan posisi aktor sebagai perantara (betweeness) dari hubungan aktor satu dengan aktor lain dalam suatu jaringan. Sentralitas keperantaraan penting, karena berkaitan dengan kontrol dan manipulasi informasi. Aktor yang mempunyai posisi sebagai perantara aktor lain bisa menentukan keanggotaan aktor dalam jaringan. Hal sama dengan sentralitas tingkatan dan kedekatan, nilai dari sentralitas keperantaraan juga bisa berubah jika jumlah populasi berbeda. Karena itu, beberapa ahli mengusulkan agar kita menggunakan nilai sentralitas keperantaraan normal, tanpa memperhitungkan jumlah populasi sehingga kita bisa membandingkan sentralitas keperantaraan dari dua jaringan dengan populasi yang berbeda (Eriyanto 2014).

Informasi Pemasaran Biji Kakao

Informasi dipandang sebagai salah satu sumber daya yang berharga dalam pertanian dan program pembangunan pedesaan. Tersedianya berbagai informasi yang akan menyebarkan atau menyampaikan informasi tentang pertanian akan mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan (Aminah 2013).

(25)

11

dan membantu petani untuk memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Aspek penting di dalam petani memasarkan biji kakao adalah pengetahuan informasi mengenai harga di pasaran. Harga yang petani terima dari produk pertanian yang dihasilkan berimplikasi terhadap perubahan pendapatan. Peningkatan profitabilitas bagi petani mendorong petani untuk mengubah produksi, investasi, dan keputusan pemasaran seperti melakukan: kegiatan bertani secara lebih intensif, menjual dengan jumlah produksi yang besar, berinvestasi pada aset yang produktif, mengadopsi teknologi baru, dan beralih tanaman (Courtois dan Subervie 2013 dalam Puspitasari 2015).

Petani sering mengalami kendala informasi mengenai harga terkini di pasar disebabkan keterpencilan lokasi desa petani dan kurangnya kontak dengan pasar. Hal inilah yang menjadi rintangan bagi petani di dalam meningkatkan pendapatan mereka. Menurut Branson dan Douglas (1983) dalam Puspitasari (2015) lemahnya posisi petani dalam posisi tawar disebabkan oleh kurangnya akses ke pasar, informasi pasar, dan kapitalisasi memadai. Menurut Kim et al. (2007) dan Sesbany (2011) masalah lain yang dihadapi petani dalam memasarkan produknya yaitu petani tidak memiliki saluran pemasaran sendiri dan bertumpu pada pedagang perantara. Petani menjual hasil panennya kepada pedagang perantara, yang mana pedagang perantara kemudian menjual kembali ke perusahaan yang lebih besar. pedagang perantara mendominasi dan mengontrol sistem pemasaran ini, sehingga hanya pedagang perantara yang menerima manfaatnya dengan menurunkan harga beli mereka dari petani dan meningkatkan harga jual mereka untuk perusahaan besar.

Maswadi (2011) menyatakan bahwa tingkat harga biji kakao di pasar internasional dipengaruhi oleh mutu biji kakao. Mayoritas petani memproduksi biji kakao untuk kebutuhan ekspor, namun mutunya masih rendah karena tidak melalui proses fermentasi, kandungan air masih tinggi, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, citarasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal ini berdampak pada daya saing kakao Indonesia di luar negeri menjadi rendah.

Jenis informasi yang dibutuhkan petani kakao untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas adalah informasi penanganan panen dan pasca panen yang baik dan benar. informasi kegiatan tersebut meliputi: 1) pemetikan buah masak 2) sortasi buah 3) pemeraman buah 4) pemecahan buah 5) fermentasi biji 6) perendaman dan pencucian biji 7) pengeringan biji 8) sortasi dan pengelompokan (grading) biji kering 9) pengemasan dan penyimpanan biji. (Direktorat Jendral Perkebunan 2012)

(26)

12

Tabel 1 Persyaratan umum biji kakao

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Serangga hidup - Tidak ada

2 Serangga mati - Tidak ada

3 Kadar air (b/b) % Maksimal 7.5

4 Biji berbau asap dan berbau asing - Tidak ada 5 Kadar biji pecah dan/atau pecah kulit (b/b) % Maksimal 2 6 Kadar benda-benda asing (b/b) % Tidak ada Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan (2012)

Penanganan pascapanen kakao yang baik dan benar akan menghasilkan biji yang memiliki mutu tinggi. Tetapi selain karena faktor penanganan pascapanen, penanganan kakao pada tahap budidaya (onfarm) juga ikut menentukan mutu biji kakao yang dihasilkan. Beberapa hal yang ikut menentukan hasil di antaranya yaitu jenis benih/klon yang ditanam, proses perawatan termasuk di dalamnya pemupukan dan pengendalian hama atau penyakit.

Gerakan Nasional Kakao

Gernas Kakao merupakan upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber daya yang ada. Tujuan Gernas Kakao adalah memperbaiki tingkat pendapatan petani melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil. Sasaran Gernas Kakao tahun 2009-2011 adalah: 1. Perbaikan pertanaman kakao rakyat seluas 450 ribu Ha, peremajaan tanaman

70 ribu Ha.

2. rehabilitasi tanaman 235 ribu Ha melalui teknologi sambung samping dan intensifikasi tanaman 145 ribu Ha melalui penerapan teknik budi daya sesuai standar.

3. Pemberdayaan petani melalui pelatihan dan pendampingan kepada 450 ribu petani.

4. Pengendalian hama dan penyakit tanaman seluas 450 ribu Ha. 5. Perbaikan mutu kakao sesuai SNI.

Untuk mencapai target tersebut, pada Program Gernas dilakukan beberapa kegiatan utama dan pendukung. Kegiatan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan serta pengembangan kapasitas petani. Untuk mendukung keberhasilan kegiatan utama dalam Program Gernas, dilakukan beberapa kegiatan pendukung, seperti pengadaan sarana dan prasarana, koordinasi, pengawalan, evaluasi dan pembuatan laporan akhir.

(27)

13

pelaksana Gerakan dikoordinasikan oleh Unit Pelayanan Pembinaan (UPP). UPP adalah unit pelayanan yang mempunyai tugas mendampingi dan membina petani dalam pelaksanaan Gernas.

Tahun 2013 adalah tahun terakhir program Gernas Kakao. Dana pendukung untuk Gernas Kakao di tahun 2013 lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya yakni hanya 28.000 Ha kebun kakao yang tersebar di Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur dengan anggaran hanya Rp. 250 Milyar. Bantuan tersebut jauh menurun dibandingkan pada tahun 2011 maupun tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 1 Triliun. Akibatnya, masih cukup banyak petani di daerah lain yang tidak mendapatkan bantuan program Gernas. Padahal, dilihat dari kondisinya, kebun kakao mereka membutuhkan bantuan dari program Gernas. Dengan menurunnya dukungan dana APBN di tahun ini, diharapkan ada tambahan dana bantuan dari pihak lainnya seperti pemda terkait, swasta, NGO, maupun perbankan (KPPOD 2013).

Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Jaringan komunikasi banyak mengadopsi konsep jaringan komunikasi milik Rogers dan Kincaid (1981). Rogers dan Kincaid (1981) mengemukakan analisis jaringan komunikasi sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, di mana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis.

Lolita (2010) menganalisis jaringan komunikasi dalam penerapan IPTEKMAS di kota Pekalongan. Studi lapangan Lolita menemukan, bahwa proses persebaran informasi berpusat pada jaringan-jaringan komunikasi yang ada. Hubungan antarpribadi (komunikasi interpersonal) berperan dalam menyebarkan bentuk informasi. Cindoswari (2012) mengemukakan terdapat hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan dengan jaringan komunikasi. Individu yang berperan menjadi “star” adalah individu yang

memiliki pengetahuan tentang informasi teknologi dan memiliki sikap keterbukaan tentang informasi teknologi ubi kayu kepada petani ubi kayu yang lain.

(28)

14

kepemilikan ternak memiliki hubungan yang nyata dengan jaringan komunikasi yang terbentuk.

Ellyta (2006) meneliti tentang jaringan komunikasi pemasaran lidah buaya dan menemukan bahwa semakin banyak petani diterpa oleh media maka semakin tinggi keikutsertaan petani dalam jaringan komunikasi. Keikutsertaan petani dalam jaringan komunikasi berhubungan nyata dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya. Semakin tinggi keterlibatan petani di dalam jaringan komunikasi, maka tingkat pengetahuan petani semakin baik.

Penelitian Sulistiawati (2014) tentang jaringan komunikasi interpersonal dan kelompok mengemukakan bahwa tidak semua karakteristik individu petani berhubungan nyata dengan derajat sentralitas. Variabel karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan dengan derajat sentralitas meliputi umur, skala usaha dan tingkat kepemilikan media massa. Sementara itu, tingkat pendidikan formal, status bekerja dan lama usahatani tidak berhubungan secara nyata dengan derajat sentralitas. Variabel karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan tingkat kedekatan, meliputi umur dan tingkat kepemilikan media massa. Variabel karakteristik individu berhubungan nyata dengan tingkat kebersamaan antara lain umur tingkat pendidikan formal dan tingkat kepemilikan media massa.

Sejalan dengan Sulistiawati, hasil penelitian Bulkis (2013) tentang jaringan komunikasi petani tanaman sayuran menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sentralitas lokal dengan pembentukan kognisi dan afeksi petani, namun untuk sentralitas global tidak terdapat hubungan dalam pembentukan kognisi dan afeksi. Sedangkan penelitian Muksin (2002) ditemukan bahwa terdapat hubungan jaringan komunikasi dan kohevisitas anggota KTMS dengan iklim kelompok yang nyata. Hubungan tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi derajat keterkaitan dan derajat integrasi maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan maupun tingkat komitmen anggota KTMS.

Jaringan komunikasi memiliki peranan penting dalam mensukseskan suatu program. Hasil penelitian Ramires dan Bailis (2013), mengungkapkan bahwa jaringan komunikasi interpersonal berperan dalam pendifusian teknologi tungku non tradisional (NTC) di Honduras. Pria menjadi agen penting di dalam difusi informasi NTC untuk wilayah yang lebih luas. Sedangkan wanita memainkan peran penting dalam pengadopsian tekonologi. Sejalan dengan Ramires dan Bailis (2013), Hasil penelitian Izumi et al. (2010) menunjukkan bahwa melalui jaringan sosial dapat diketahui bagaimana orang-orang yang memiliki komitmen sama dalam membangun strategi pengadaan pangan alternatif dihubungkan/ dipertemukan dan bagaimana produk makanan mengalir melalui jaringan sosial.

(29)

15

(2015). Papa (1990) menyatakan bahwa Highdensity dapat menyebabkan sedikit informasi yang baru, sedangkan low density dapat mengundang informasi baru dalam pertukaran informasi. Orchard et al. (2015) menemukan bahwa jaringan sosial yang besar dan luas ditandai dengan derajat keterhubungan yang tinggi, yang berdampak pada melemahnya ketahanan akibat berkurangnya ikatan yang tidak perlu dan potensi dalam organisasi. Menurut Mikulskienea dan Pitrenaite-Zilenienea (2013) ukuran daripada jaringan ini sebagai representasi sejumlah aktor yang terlibat dalam aktivitas kelompok. Kepadatan yang rendah merefleksikan Kohesi yang rendah antar aktor (Molanoa and Poloa 2015). Papa (1990) menganalisis pola jaringan komunikasi dan performa karyawan dalam menggunakan teknologi baru di perusahaan asuransi di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa ukuran daripada jaringan memperngaruhi terhadap individu dalam memahami. Hal ini karena individu tersebut banyak memperoleh informasi tidak pada satu orang saja, sehingga informasi yang diperoleh tidak terbatas. Semakin beragamnya jaringan, dan semakin besarnya frekuensinya dalam berkomunikasi tentang inovasi baru maka semakin produktif aktor dalam menggunakan inovasi tersebut. Akibat adanya kompetisi juga ikut mendorong individu untuk memperluas jaringan untuk memiliki kontak di luar wilayahnya.

Bossche dan Seger (2012) mengidentifikasi bahwa aspek struktural (ukuran daripada jaringan) dan hubungan relasional (power dan frekuensi) memberikan dampak terhadap pentransferan ilmu. Jaringan komunikasi yang terbentuk dipandang sebagai hasil dari Pelaksanaan kegiatan pelatihan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson dan Fung (2002) yang menemukan, bahwa kelompok yang ukurannya lebih kecil akan lebih homogen ketimbang kelompok yang lebih besar. Di dalam kelompok yang homogen, keterlibatan individu akan lebih besar dan interaksi akan lebih sering terjadi.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, maka dapat diadaptasi beberapa aspek yang kemudian dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal yang sama dari penelitian–penelitian sebelumnya adalah variabel bebas yaitu karakteristik individu tetap digunakan dalam penelitian ini, namun yang berbeda adalah menambahkan variabel keterdedahan media dan perilaku komunikasi sebagai variabel lain yang berhubungan dengan jaringan komunikasi

3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

(30)

16

informasi ini petani memerlukan bantuan dari pihak yang terkait, interaksi yang terjadi akan membentuk jaringan komunikasi.

Menurut Rogers (1966) Informasi baru mengenai pemasaran kakao dapat melalui berbagai macam saluran, baik melalui keterdedahan pada media massa, maupun melalui kontak interpersonal dengan sumber informasi informal (tetangga, petani dan teman), sumber komersial (tengkulak, pedagang tingkat desa, pedagang tingkat kecamatan dan eksportir), maupun sumber dari pemerintah (penyuluh dan tenaga ahli)

Kaitannya dengan penelitian ini, informasi baru yang dibutuhkan oleh petani meliputi informasi mengenai pemasaran khususnya harga jual dan mutu yang dibutuhkan oleh petani karena dengan mengetahui informasi tersebut maka petani memiliki peran terhadap penentuan harga jual kakao, petani memiliki posisi di dalam proses tawar menawar barang dan petani memiliki pilihan di dalam memasarkan kakao yang akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mereka.

Cara mengetahui jaringan komunikasi pada pemasaran komoditas kakao adalah dengan mengamati komunikasi interpersonal antar aktor-aktor petani yang terlibat melalui proses ini dan akan membentuk hubungan-hubungan sosial. Interaksi antar individu terjadi disebabkan keinginan untuk berbagi informasi dan dari hasil interaksi tersebut akan diketahui siapa berhubungan dengan siapa.

Jaringan komunikasi pemasaran komoditas kakao dapat diketahui dengan melihat indikator jaringan. Indikator jaringan tersebut yaitu degree centrality,

closeness centrality dan betweeness centrality. Diduga 1) karakteristik individu petani meliputi umur, pendidikan, luas kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani, dan pengalaman berkelompok, 2) keterdedahan media meliputi tingkat kepemilikan media, frekuensi menggunakan media, dan durasi menggunakan media, 3) perilaku komunikasi meliputi akses pada informasi melalui media, akses dengan sumber informal, komersial, dan agen pemerintah memiliki hubungan dengan variabel jaringan komunikasi pemasaran kakao.

(31)

17

Gambar 1 Kerangka berpikir jaringan komunikasi pemasaran kakao di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu yang terdiri dari umur,

tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani, dan pengalaman berkelompok, dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao. 2. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan media yang meliputi

kepemilikan media, frekuensi menggunakan media dan durasi menggunakan media dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao.

3. Terdapat hubungan nyata antara perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao yang meliputi akses pada informasi melalui media, akses dengan sumber informal, akses dengan sumber komersial, dan akses dengan agen pemerintah dengan jaringan komunikasi pemasaran kakao

Karakteristik individu (X1)

X1.1: Umur

X1.2: Tingkat pendidikan

X1.3: Luas kepemilikan lahan

X1.4: Pengalaman berusahatani

X1.5: Pengalaman berkelompok

Keterdedahan media (X2)

X2.1: Kepemilikan media

X2.2: Frekuensi menggunakan

media

X2.3: Durasi menggunakan media

Jaringan komunikasi pemasaran kakao (Y1)

Y1.1: Degree centrality

Y1.2: Closeness centrality

Y1.3: Betweeness centrality

Perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao (X3)

X3.1: Akses pada informasi melalui

media

X3.2: Akses dengan sumber informal

X3.3: Akses dengan sumber komersial

(32)
(33)

19

4 METODOLOGI PENELITIAN

DesainPenelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan analisis terhadap semua indikator variabel dan hubungan antar variabel. Penelitian ini berupaya untuk melakukan kajian pada suatu fenomena sosial melalui analisis jaringan komunikasi dalam bentuk sosiometri yang menggambarkan jaringan komunikasi antar petani kakao dengan menganalisis siapa berhubungan dengan siapa tentang informasi pemasaran kakao. Penelitian ini terdiri atas dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu karakteristik individu, keterdedahan media, dan perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao. Adapun variabel tidak bebas yaitu jaringan komunikasi yang indikatornya terdiri dari degree centrality, closeness centrality, dan

betweenesscentrality.

Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Pengambilan Lokasi penelitian disebabkan Kecamatan Anreapi merupakan salah satu kecamatan dengan areal perkebunan kakao terluas di Kabupaten Polewali Mandar, dan menjadi salah satu wilayah dilaksanakannya Program Gernas Kakao. Program Gernas Kakao di wilayah ini telah berjalan selama kurang lebih 5 tahun terakhir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2016.

Populasi dan Sampel

Sampel dari penelitian ini dipilih secara purposive yaitu kelompok tani di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Kelompok tani yang diambil adalah keseluruhan anggota (sensus) dari dua kelompok tani penerima Program Gernas Kakao. Kelompok Tani Tunas Harapan berjumlah 33 orang dikategorikan sebagai kelompok tani kelas madya sedangkan Kelompok Tani Bunga Harapan berjumlah 24 orang dikategorikan sebagai kelompok tani kelas pemula. Pengambilan data dilakukan secara sensus, karena penelitian ini adalah penelitian jaringan komunikasi. Rogers dan Kincaid (1981) mengemukakan bahwa penelitian jaringan komunikasi menggunakan seluruh populasi sebagai responden.

Data dan Instrumen

Data primer

(34)

20

diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Indikator-indikator variabel tersebut, meliputi:

1. Karakteristik responden, yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal, luas lahan, pengalaman berusahatani, dan pengalaman berkelompok.

2. Keterdedahan media yang terdiri dari kepemilikan media, frekuensi menggunakan media, dan durasi menggunakan media.

3. Perilaku komunikasi tentang pemasaran kakao yang meliputi akses pada informasi melalui media, akses dengan sumber informal, akses dengan sumber komersial, dan akses dengan agen pemerintah.

4. Struktur jaringan komunikasi yang diukur dari degree centrality, closeness centrality, dan betweenesscentrality.

Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui literatur, meliputi informasi tentang deskripsi umum wilayah penelitian dan informasi lainnya yang dapat mendukung penelitian. Data diperoleh dari lembaga-lembaga dan pihak –pihak terkait seperti kantor Kecamatan Anreapi, BPS Kabupaten Polewali Mandar, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Polewali Mandar.

Instrumen

Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Kuesioner terdiri atas empat bagian yaitu:

1. Bagian pertama berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik individu, 2. Bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan tentang keterdedahan media 3. Bagian ketiga berisi pertanyaan-pertanyaan perilaku komunikasi tentang

pemasaran kakao

4. Bagian keempat berisi pertanyaan-pertanyaan tentang struktur jaringan komunikasi pemasaran kakao.

Validitas dan Reliabilitas

Alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner sebagai instrumen ukur penelitian, harus memenuhi kriteria tertentu sehingga dapat memberikan informasi yang terpercaya. Kriteria tersebut adalah kuesioner harus mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik. Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap keseluruhan anggota Kelompok Tani Tegar berjumlah 20 orang yang juga mengusahakan tanaman kakao serta memiliki karakteristik yang relatif sama dengan anggota dua kelompok tani yang dijadikan responden pada penelitian ini. Pelaksanaan uji coba dilaksanakan di wilayah yang sama yaitu di Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali Mandar.

(35)

21

tidak tepat. Validitas berbicara mengenai bagaimana suatu alat ukur yang digunakan memang telah mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas membicarakan sejauh mana hasil pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan kembali pada orang yang sama di waktu berbeda atau pada orang berbeda di waktu yang sama. Lanjut, menurut Singarimbun (1988) agar kuesioner memiliki tingkat kevaliditasan yang tinggi maka daftar pertanyaan disusun dengan cara 1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur; 2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden; 3) Berpedoman pada sejumlah teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris; 4) Mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian terdahulu dalam kasus yang relevan; dan 5) Memperhatikan nasihat dan pendapat para ahli. Dalam rangka memperoleh data yang valid, maka butir-butir pertanyaan di dalam kuesioner dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment

berikut ini:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi productmoment. n = jumlah responden

X = butir soal ke x

Y = Total butir dalam kuesioner.

Adapun reliabilitas (keteradalan) sebagaimana dikemukakan oleh Singarimbun dan Effendy (1995) merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi kedua kalinya atau lebih. Reliabilitas dilakukan dengan melakukan perhitungan berikut.

[ ] [ ∑

]

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. = jumlah varian butir

= total varian

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan perangkat SPSS 21, diketahui instrumen penelitian dominan valid dengan nilai koefisien di atas angka 0,444. Adapun hasil uji coba reliabilitas pada penelitian ini diperoleh nilai

cronbachalpha 0,893 dan 0,910 untuk masing-masing variabel yang diuji. Karena nilai yang diperoleh diatas 0,8 maka instrumen dapat dikatakan sudah konsisten.

Analisis Data

(36)

22

Analisis jaringan menggunakan analisis deskriptif sosiometris, yaitu membuat matriks hubungan komunikasi dari hasil pertanyaan sosiometri dengan pendekatan sosiogram untuk mengetahui arah hubungan komunikasi dan peranan individu dalam jaringan komunikasi. Analisis ini digunakan untuk jaringan komunikasi yang terjalin pada petani komoditas kakao. Caranya yaitu dengan membuat matriks hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari pertanyaan sosiometri yang diajukan dalam kuesioner. Matriks hubungan komunikasi terdiri dari baris dan kolom. Baris mempresentasikan sumber hubungan sedangkan kolom mempresentasikan target. Ada tidaknya hubungan komunikasi ditandai dengan bilangan biner. Jika terdapat hubungan komunikasi maka ditulis 1 sedangkan tidak terdapat hubungan komunikasi ditulis 0 (Hanneman dan Rieddle 2005). Pertanyaan sosiometri dalam penelitian ini berkenan dengan informasi pemasaran komoditas kakao. Kemudian data hubungan tersebut dibuat dalam bentuk sosiogram yang menggambarkan struktur dan pola hubungan di kelompok. Sosiogram ini kemudian digunakan untuk melihat pola hubungan dan peran individu petani dalam jaringan komunikasi.

2. Analisis jaringan komunikasi.

Analisis jaringan komunikasi yang dilakukan terdiri dari degree centrality,

closeness centrality, dan betweeness centrality dihitung dengan menggunakan

software UCINET VI versi 6.610. Software UCINET VI dirancang khusus untuk menganalisis jaringan komunikasi. UCINET VI dipilih karena pertama, program pengolah data jaringan komunikasi yang paling populer serta telah diakui oleh para ahli jaringan sosial. Kedua, program ini sejak mulai dirilis hingga sampai sekarang terus menerus diperbaharui mengikuti perkembangan dan perhitungan terbaru mengenai jaringan sosial. Ketiga, kompatibilitas program ini dengan program jaringan sosial yang lain (Eriyanto 2014).

3. Analisis statistik

Pengolahan data dengan menggunakan program statistiscal package for social science (SPSS) versi 21 for windows. pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik uji korelasi rank Spearman. Hal ini dipilih dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dalam skala ordinal.

Rumus korelasi rank Spearman.

Keterangan :

Rs (rho) = Koefisien korelasi rank Spearman 1 = Bilangan konstan

6 = Bilangan konstan

d = Perbedaan antara pasangan jenjang

∑ = Sigma atau jumlah

(37)

23

Analisis uji beda Mann-Whitney dilakukan di penelitian ini untuk melihat perbedaan dua rata-rata hasil pengukuran variabel penelitian antara Kelompok tani Tunas Harapan dengan Kelompok Tani Bunga Harapan. Uji beda dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan :

U = Nilai statistik uji

n

1

=

Banyaknya anggota sampel 1

n

2

=

Banyaknya anggota sampel 2

Untuk memperkuat data kuantitatif yang dianalisis akan dilakukan juga pengambilan data yang bersifat kualitatif. Data kualitatif diperoleh melalui observasi ke lapangan dan wawancara mendalam kepada aktor-aktor yang diidentifikasi berperan penting dalam jaringan komunikasi pemasaran kakao seperti ketua kelompok tani, penyuluh, pedagang, pemuka pendapat, dll.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan mengenai beberapa variabel yang diukur yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Untuk memudahkan di dalam pengumpulan data beberapa variabel dikelompokkan berdasarkan dengan skala pengukurannya.

1. Karakteristik individu petani (X1) yaitu ciri-ciri yang melekat pada pribadi

petani, yang dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani, dan pengalaman berkelompok.

Tabel 2 Indikator dan pengukuran karakteristik petani

No Indikator Definisi operasional Pengukuran dan Pengkategorian 1 Umur Usia petani kakao pada

saat penelitian dilakukan, dihitung dari tanggal lahir responden sampai wawancara dilakukan. .

Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Pengkategorian variabel ini dilakukan berdasarkan rataan hasil temuan di lapangan. Dengan kategori.

(38)

24

Tabel 2 Indikator dan pengukuran karakteristik petani (lanjutan)

(39)

25

2. Keterdedahan media (X2) adalah perilaku komunikasi petani kakao di dalam

menggunakan media selama 3 bulan terakhir sebelum wawancara dilakukan. Variabel yang digunakan mencakup tingkat penggunaan media, frekuensi menggunakan media, dan durasi menggunakan media.

Tabel 3 Indikator dan pengukuran variabel keterdedahan media

(40)

26

3. Perilaku komunikasi tentang informasi pemasaran kakao (X3) merupakan

aktivitas interaksi petani dalam hal mencari informasi pemasaran kakao secara individu dengan sumber media informasi pemasaran kakao, sumber informal, sumber komersial, dan sumber agen pemerintah selama 3 bulan terakhir sebelum wawancara dilakukan.

Tabel 4 Indikator dan pengukuran perilaku komunikasi

(41)

27

Tabel 4 Indikator dan pengukuran perilaku komunikasi (lanjutan)

No Indikator Definisi operasional Pengukuran dan Pengkategorian

4. Jaringan komunikasi (Y1) menggambarkan hubungan antara satu petani dan

petani lainnya dalam hal memperoleh serta menyebarkan informasi mengenai pemasaran komoditas kakao. Berdasarkan data yang diperoleh

dari jaringan komunikasi maka akan memperlihatkan tingkat degree

centrality, closeness centrality, dan betweness centrality individu.

Tabel 5 Indikator dan pengukuran jaringan komunikasi

(42)

Gambar

Gambar 1 Kerangka berpikir jaringan komunikasi pemasaran kakao di Kecamatan
Tabel 2 Indikator dan pengukuran karakteristik petani
Tabel 2 Indikator dan pengukuran karakteristik petani (lanjutan)
Tabel 3 Indikator dan pengukuran variabel keterdedahan media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya produkifitas dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan petani, namun jika pemasaran tidak berjalan dengan efisien harga jual di tingkat petani

Hambatan usahatani kakao di Kecamatan Narmada adalah harga jual kakao yang ditentukan oleh pedagang sehingga posisi tawar petani lemah,tidak adanya sarana pengolahan

Komponen biaya variabel pada produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar lebih kecil karena produksi kain dikerjakan sendiri oleh petani secara terintegrasi,

Tujuan kegiatan yaitu meningkatkan penerapan teknologi budidaya kakao dan pascapanen, pengolahan limbah kakao (kulit buah, plasenta) dan pemanfaatannya yang

Tujuan kegiatan yaitu meningkatkan penerapan teknologi budidaya kakao dan pascapanen, pengolahan limbah kakao (kulit buah, plasenta) dan pemanfaatannya yang ramah

Beranjak dari permasalahan yang merujuk pada keberadaan Pasar Tradisional yang berada pada kawasan pesisir Pantai Bahari di Kabupaten Polewali Mandar yang tidak sesuai

Petani pada saluran III mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya pengumpulan, pemecahan buah, fermentasi, penjemuran, biaya penyusutan sebesar 50% dari harga biji

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh peternakan Malabbi R&R dalam pengembangan dan pemasaran udang lobster