• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN PANTAI BAHARI DI KELURAHAN WATTANG KECAMATAN POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN PANTAI BAHARI DI KELURAHAN WATTANG KECAMATAN POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN PANTAI BAHARI

DI KELURAHAN WATTANG KECAMATAN POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI SULAWESI BARAT

SKRIPSI

Oleh

YUYUN HUSNI WARIS NIM 45 15 042 041

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

PENGARUH KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN PANTAI BAHARI

DI KELURAHAN WATTANG KECAMATAN POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PROVINSI SULAWESI BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Oleh

YUYUN HUSNI WARIS NIM 45 15 042 041

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Mahasiswa : Yuyun Husni Waris Stambuk : 45 15 042 041

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah hasil karya saya sendiri, bukan merupakan penggandaan tulisan atau hasil pikiran orang lain. Bila di kemudian hari terjadi atau ditemukan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersediah menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, November 2019 Penulis

Yuyun Husni Waris

(6)

ABSTRAK

Yuyun Husni Waris, 2019. “Pengaruh Keberadaan Pasar Tradisional Terhadap Pengembangan Patai Bahari Di Kelurahan wattang Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat”. (Dibimbing Agus Salim dan Jufriadi).

Pasar Tradisional adalah salah satu kegiatan perdagangan masyarakat perkotaan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Bagaimana pengaruh pasar terhadap pengembangan pantai serta bagaimana arahan pengembangan dalam pengendalian ruang di Pantai Bahari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (deskriptif). Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh pasar terhadap pengembangan pantai serta bagaimana arahan pengembangan dalam pengendalian ruang di Pantai Bahari.

Berdasarkan hasil analisis regresi bunga berganda dengan uji t didapatkan bahwa variabel Jenis pasar, pola penyebaran pedagang, perilaku masyarakat serta jumlah pedagang berpengaruh baik secara parsial mapun simultan terhadap pengembangan pantai.

Kesimpulannya adalah Terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat keberadaan pasar di Pantai Bahari yang mempengaruhi pengembangan Pantai itu sendiri. Kondisi eksisting yang terjadi di lokasi penelitian keberadaan memerlukan suatu penataan yang lebih terarah,dan merubah perilaku buruk masyarakat pantai khususnya pada pasar tradisional itu sendiri sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tata ruang Kota serta dapat tertata terarah dengan baik dengan cara yang dapat di terima oleh berbagai pihak untuk menciptakan keteraturan dan keserasian dalam penataan ruangnya dan pengembangannya di masa yang akan datang.

Kata Kunci : Pengaruh Pasar, Pengembangan Pantai, Regresi Berganda

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi, Wabarakaatuh.

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelisaikan skripsi dengan judul Pengaruh Keberadaan Pasar Tradisional Terhadap Pengembangan Pantai Bahari Di Kelurahan wattang Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat”.

Skripsi ini di susun guna memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi S1 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan skripsi ini, mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian penulisan namun dapat teratasi berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak, serta tidak lepas dari pertolongan Yang Maha Rahman dan Rahim. Oleh Kerenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas, selayaknya penulis menghanturkan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA Maha Pemberi segalanya atas rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penulis.

(8)

2. Kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda Husni Waris. dan ibunda Sulastri S.Pdi. atas jasa, pengorbaan, dukungan baik moral maupun materil serta doa yang tiada hentinya sejak penulis masih dalam kandungan sampai berhasil menyelesaikan studi di jenjang Universitas.

3. Rektor Universitas Bosowa Makassar beserta seluruh jajarannya.

4. Bapak Dekan Fakultas Teknik Bapak Dr. Ridwan ST, M.si yang telah memberikan arahan kepada kami selama perkuliahan sampau penyelesaian pendidikan ini.

5. Para pembantu Dekan, Staf Dosen yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan Staf Administrasi Fakultas Teknik yang banyak memberikan bantuan selama menempuh perkuliahan.

6. Bapak Jufriadi, ST, MSP selaku Ketua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.

7. Bapak Dr. Ir. Agus Salim M.si. dan Jufriadi, ST, MSP selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

8. Bapak Jufriadi, ST, MSP selaku Penasehat Akademik yang selama masa perkuliahan hingga selesainya Skripsi ini telah memberikan pengarahan dan masukan kepada saya.

(9)

9. Bapak Dr. Ir. Syahriar Tato, MS, MH dan Dr. Ir. Murshal Manaf, MT selaku penguji yang telah banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat saya, Hasna Ohorella ST, Yogy Dwi Dermawan Saputra ST, Ais Pratiwi ST, Nurhikmah ST, Claudia Clara ST, Sriyanti ST, Irwan ST, Ridzalul Fikri ST, Chikal Hutanjalay, ST, Iqra Nur Khalid ST, Niken Hardianti Putri ST yang selalu menemani, membantu dan menjadi pendengar setia saya di dalam maupun di luar bangku kuliah.

11. Saudara/saudari saya Risma Husni Waris, S.H., Mufly Al Mukaffy, Fajriah Mustafa, dan Sakura yang selalu ada, membanti serta memberi motivasi

12. Teman-teman seperjuangan angkatan PWK 015 tanpa terkecuali yang telah menemani dalam suka maupun duka selama menempuh pendidikan di Universitas Bosowa Makassar

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penelitian dan penyususnan skripsi ini.

(10)

Akhir kata, semoga ALLAH Subhanahu wa ta’ala senantiasa mencurahkan keberkahan dan rahmatnya kepada mereka yang telah luar biasa membantu penulis dalam menyelesaikan study ini, Aamiin. Terima Kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Makassar, November 2019

Yuyun Husni Waris

(11)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 6

D. Ruang Lingkup ... 7

E. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pesisir dan Wilayah Pesisir ... 10

B. Pengertian Pasar Tradisional ... 10

C. Karakteristik Pasar Tradisional ... 13

(12)

ii D. Indikator Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pedagang ... 18

E. Potensi Pantai Bahari Polewali Sebagai Daya Tarik Wisata 18 F. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional ... 22

G. Kendala Pasar Tradisional ... 24

H. Pemberdayaan ... 26

I. Kebijakan Penataan Sektor Informal ... 28

J. Tujuan Wisata ... 30

K. Kerangka Pikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Jenis dan Sumber Data ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 34

1. Poplasi ... 34

2. Sampel ... 34

D. Metode Pengumpulan Data ... 35

E. Variabel Penelitian ... 38

F. Metode Analisis ... 39

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 39

2. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Umum WilayahKabupaten Polewali Mandar . 43

(13)

iii

1. Aspek Fisik Dasar ... 43

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 43

b. Topografi ... 46

c. Klimatologi ... 46

d. Administrasi dan Pemerintahan ... 46

2. Kependudukan ... 49

a. Jumlah Penduduk Polewali Mandar ... 49

b. Pertumbuhan Penduduk ... 49

c. Penduduk Miskin ... 52

B. Gambaran Umum Kelurahan Wattang ... 54

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 54

2. Jumlah Penduduk ... 57

3. Topografi ... 57

4. Pemanfaatan Lahan ... 57

C. Tinjauan Khusus Pasar Tradisional di Pantai Bahari ... 57

1. Kondisi Sosial Budaya ... 57

2. Kondisi Lingkungan ... 61

3. Kondisi Transportasi ... 63

4. Pola Penyebaran Pedagang ... 68

D. Pembahasan ... 68

1. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Pantai Bahari ... 68

(14)

iv

a. Analisi Regresi Bunga Berganda ... 68

2. Analisis Deskriptif ... 78

a. Fungsi Kawasan ... 78

b. Kaitan Kawasan Dengan Fungsi Lain ... 78

c. Arahan Pengembangan Kawasan Pantai Bahari ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

v DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar . 44 Tabel 4.2 Jumlah Desa dan Kelurahan menurut Kecamatan

Kabupaten Polewali Mandar ... 47

Tabel 4.3 Jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan Kabupaten Polewali Mandar ... 48

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2017 ... 50

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008-2017 ... 52

Tabel 4.6 OuputSPSS "Coefficient" ... 69

Tabel 4.7 Hasil Uji T ... 71

Tabel 4.8 Hasil Uji F ... 74

Tabel 4.9 Output SPSS "Model Summary" ... 76

(16)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Polewali

Mandar………. ... 45

Gambar 4.2 Peta Adminstrasi Kelurahan Wattang ... 55

Gambar 4.3 Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Wattang ... 56

Gambar 4.4 Kondisi Persampahan dan Limbah ... 63

Gambar 4.5 Kondisi (1) Parkir (2) Kondisi (3) Aksesibilitas ... 66

Gambar 4.6 Peta Deliniasai Kawasan Penelitian ... 67

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rancangan Undang-undang Pengelolaan Wilayah Pesisir mendefenisikan wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan ekosistem darat dan ekosistem laut yang terletak antara batas sempadan kearah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut sejauh pengaruh aktivitas dari daratan.

Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi wilayah pesisir terus bertambah.

Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir.

Pantai Bahari terletak di Kota Polewali Mandar dan menjadi landmark Kabupaten Polewali Mandar (polman), memiliki tingkat

(18)

2 aksesibilitas yang cukup tinggi, terbukti dengan seringnya masyarakat berkunjung ke pantai ini, baik yang tinggal di sekitar pantai maupun yang tinggal di Kecamatan lain. Pantai Bahari menjadi tempat masyarakat berinteraksi dan beraktivitas, dan menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara festival, seperti pameran, pagelaran musik, dan budaya seperti sandeq race yang diadakan setiap tahun.

Pada dasarnya kebutuhan masyarakat Kabupaten Polewali Mandar akan ruang telah terpenuhi dengan adanya Pantai Bahari, namun pengelolaan dan pemanfaatannya belum maksimal, ini di buktikan dengan keberadaan Pasar Tradisional pada bagian barat Pantai Bahari. Selain itu, menurut RT/RW tahun 2012-2032 Kabupaten Polman Kecamatan Polewali diarahkan sebagai kawasan wisata alam khususnya wisata pantai.

Perkembangan pembangunan kota tidak dapat lepas dari keberadaan para pelaku ekonomi. Perilaku para Pedagang Pasar Tradisional di Pantai Bahari saat ini keberadaanya sangat dilematis. Munculnya berbagai dampak dari keberadaan Pasar dibagian barat Pantai Bahari tersebut telah menimbulkan masalah Seperti pencemaran lingkungan, masyarakat banyak yang berjualan pada tempat yang tidak semestinya, ketersediaan lahan parkir dan lainnya sehingga menimbulkan kesemrawutan karena kurangnya penataan di Pantai Bahari telah menimbulkan

(19)

3 pertumbuhan jumlah yang tidak terkendali. Hal ini tentunya akan merusak estetika Pantai Bahari.

Pasar Tradisional adalah salah satu kegiatan perdagangan masyarakat perkotaan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari- hari manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Anwar (2001) menyatakan bahwa penetapan lokasi pembangunan pasar tradisional harus memperhatikan letak startegis, luas lahan yang dapat menampung bangunan dan fasilitas, mudahnya aksesibilitas transportasi dan komunikasi, bersih dan sehat, bukan lokasi rawan banjir serta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat.

Beranjak dari permasalahan yang merujuk pada keberadaan Pasar Tradisional yang berada pada kawasan pesisir Pantai Bahari di Kabupaten Polewali Mandar yang tidak sesuai dengan peruntukkan ruang maka perlu perhatian Pemerintah guna menumbuhkan iklim usaha dalam segi perlindungan, dengan mengambil Kebijakan serta kebijaksanaan untuk Memastikan tempat yang lumrah untuk para pedagang pasar tradisional di pantai bahari. Seperti yang dikemukakan oleh (Budihardjo.E, 2014) bahwa dalam suatu masyarakat negara berkembang yang syarat dengan perubahan, perencanaan Kota sebaiknya merupakan latar yang mampu

(20)

4 secara kenyal mewadahi perubahan fungsi dan tuntutan kebutuhan serta perilaku penduduk kotanya. Pada kenyataannya perencanaan pembangunan dan penataan Kota seringkali mengabaikan pergerakan aktivitas penduduk Kota yang dinamis, sehingga perencanaan pembangunan dan penataan Kota yang telah dibuat menjadi usang dan tidak mampu mengatasi perkembangan ekonomi masyarakat yang demikian cepat seperti halnya Pedagang Pasar Tradisioanal yang berada di ibu Kota Polewali Mandar, Pemerintah tidak mampu mengatasi perkembangan ekonomi masyarakat seperti halnya yang ada di Pantai Bahari seringkali pembangunan ruang Pasar Tradisional diabaikan Sehingga Banyak masyarakat yang bahkan tidak memiliki izin menempati lahan berjualan disembarang Tempat.

Tidak hanya itu, masyarakat juga memiliki kebiasaan buruk membuang sampah tidak pada tempatnya, masyarakat cenderung lebih memilih membuang secara langsung limbah hasil dagangannya ke laut dari pada menyiapkan wadah yang lebih layak dan benar. Hal ini tentu berdampak pada ekosistem laut. Kondisi Kawasan Pesisir Pantai Bahari saat ini tidak hanya memiliki masalah di daratannya tetapi juga di lautnya. tidak hanya itu, terjadinya benturan kepentingan terhadap fasilitas umumyang akan berpengaruh kepada masyarakat yang ada disekitaran Pantai Bahari dan menimbulkan kesan yang

(21)

5 kumuh karena pedagang Pasar Tradisional berjualan disembarang tempat seperti berjualan di trotoar, badan jalan dan bahkan menutup sebagian kawasan tepi pantai

Permasalahan tersebut timbul karena tidak terakomodasinya penempatan Pasar Tradisional melalui perencanaan yang matang.

Disisi lain, keberadaan pasar di sepanjang jalan Pantai Bahari di Kota Polewali Mandar memperlihatkan manfaat yang sangat berarti karena dapat meningkatkan lapangan perkerjaan di Kabupaten Polewali Mandar itu sendiri. Dengan demikian maka keberadaan Pasar Tradisional ini tdak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Polewali Mandar Olehnya itu, maka peran pemerintah dalam mengendalikan dan menyelesaikan masalah tersebut sangat diperlukan.

Dari beberapa pengertian diatas maka Lokasi pendirian Pasar Tradisional di Kawasan Pesisir Pantai Bahari wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya. Olehnya itu perlu menata kembali Kawasan Pesisir Pantai Bahari itu sendiri sesuai dengan peruntukan RT/RW Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Baratserta meminimalkan dampak negative yang ditimbulkan terkait keberadaan Pasar Tradisional di Kawasan Pesisir Pantai Bahari.

(22)

6 Berdasarkan permasalahan dan kondisi eksisting di lapangan, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keberadan Pasar Tradisional Terhadap Pengembangan Pantai Bahari Di Kelurahan Wattang Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Pasar Tradisional terhadap pencemaran lingkungan di Pantai Bahari?

2. Bagaimana arahan pengembangan dalam pengendalian ruang terhadap Pantai Bahari?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

a. Untuk mengidentifikasi pengaruh Pasar Tradisional terhadap pencemaran lingkungan di Pantai Bahari

b. Untuk mengedentifikasi arahan pengembangan dalam pengendalian ruang terhadap Pantai Bahari

2. Manfaat

(23)

7 a. Untuk mengetahui mengidentifikasi pengaruh Pasar

Tradisional terhadap pencemaran lingkungan di Pantai Bahari b. Untuk mengetahui arahan pengembangan dalam

pengendalian ruang terhadap Pantai Bahari

D. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah kajian yang akan menjadi fokus penelitian adalah Pasar Tradisional yang berada di Kawasan Pesisir Pantai Bahari Kelurahan Wattang, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat

2. Lingkup Subtansi

Ruang lingkup substansi merupakan pembatasan materi pembahasan yang menjaga koridor pokok pembahasan. Dalam penelitian ini ruang lingkup substansi dibatasi pada : Pembahasan mengenai karakteristik Pasar Tradisional di kawasan Pantai Bahari Jalan Bahari di Kota Polewali Mandar dengan mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan lingkungan, meliputi: usia dan tingkat pendidikan, asal, pendapatan, jenis dagangan, sarana fisik dagangan, luasan tempat berdagang, waktu berdagang dan pola pelayanannya, aksesibilitas, dan lain-lain.Kajian terhadap kondisi eksisting

(24)

8 Pasar Tradisional Kawasan Pantai Bahari dimanfaatkan untuk aktifitas perekonomian, dampak lingkungan yang ditimbulkan, kebutuhan lahan baru dan lainnya. Pembahasan mengenai peranan pemerintah terhadap keberadaan Pasar Tradisional:

sistem pendataan dan pengelolaan Pasar Tradisional, aturan- aturan terkait pengelolaan Pasar Tradisional, upaya pendekatan yang telah dilakukan, program kebijakan yang pro terhadap keberadaan Pasar Tradisional. Pembahasan mengenai strategi penanganan permasalahan Pasar Tradisional, meliputi; pendekatan menyeluruh yang sesuai dengan karakteristik pedagang di Pasar Tradisional dan konsumen.

E. Sistematika penulisan

Dalam penulisan ini pembahasan dilakukan dengan sistematis guna memudahkan dalam penganalisaan, dimana sistematika pembahasan adalah sebagai berikut :

Bab I Memuat tentang pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan serta sistematika penulisan.

Bab II Merupakan tinjauan pustaka yang menguraikan tentang kajian teoritis yang terdiri dari pengertian sektor informal, ciri-ciri sektor

(25)

9 informal, karakteristik Pantai Bahari, strategi pembinaan sektor informal, Perilaku masyarakat dan kebijakan penataan sektor informal.

Bab III Membahas mengenai Metode Analisis Kawasan Pesisir Pantai Bahari Kota Polewali yang meliputi karakteristik sosial dan lingkungan di Pasar Tradisional Kota Polewali dan arahan pengendalian.

Bab IV Hasil dan pembahasan membahas mengenai gambaran umum dan tinjauan khusus Pantai Bahari yang terdiri dari : kondisi fisik dasar dan sumber daya yang meliputi letak geografis dan batas administrasi, kondisi kependudukan, dampak lingkungan, pemanfaatan lahan dan tinjauan terhadap Pasar Tradisional di Kawasan Pesisir Pantai Bahari Kota Polewali Kabupten Polewali Mandar.

Bab V Adalah bagian penutup yang terdiri atas kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran

(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peissir dan Wilayah Pesisir

Pesisir merupakan daerah pertmuan antara darat dan laut, ke arah barah meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air, yang masih diperngaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baiksecara biogeofisik maupun sosial ekonomi.

B. Pengertian Pasar Tradisional

Secara harfiah kata pasar berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli yang dilaksanakan sekali dalam 5 hari Jawa.

Kegiatan utama dalam kegiatan pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Bertemu dalam arti saling bertemu

(27)

12 muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan social periodic ( Wiryomarono, 1995 ).

Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan datang berdasarkan harga yang ditetapkan

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar (Perpres No.112 Tahun 2007).

Menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan pihak swasta yang tempat usahanya berupa kios, toko, tenda dan los yang dimiliki dan dikelola oleh pedagang kecil , menengah, koperasi atau swadaya masyarakat yang proses jual belinya dilakukan lewat proses tawar

(28)

13 menawar.

Menurut Sadillah dkk (2011), pasar tradisional adalah sebuah temoat terbuka yang terjadi proses transaksi jual beli dengan proses tawar menawar. Di pasar tradisional ini para pengunjungnya tidak selalu menjadi pembeli karena dia juga bisa menjadi penjual. Pasar tradisional bisa digolongkan ke dalam 3 bentuk yaitu pasar khusus, pasar terbuka dan pasar harian.

Menurut Gallion (1986), Pasar tradisional adalah bentuk paling awal dari pasar yang terdiri dari deretan stan atau kios yang berada di ruang terbuka dan pada umumnya terletak disepanjang jalan utama dekat pemukiman penduduk. Sejak dahulu para pedagang dan petani sudah banyak melakukan pertukaran hasil pertanian meterka di tempat tersebut

Dahuri (1999) meyatakan bahwa, berlakunya otonomi daerah merupakan peluang mengoptimalkan pegelolaan wilayah pesisir bagi pemerintah daerah, dan memberikan wewenang dalam hal: (1) adanya yuridiksi untuk mendapatkan tambahan dari sumberdaya alam hayati dan non hayati dan dapat menggali potensi-potensi lainnya yang ada di wilayah pesisir, (2) dalam menata dan melakukan pembangunan wilayah, pemerintah daerah dapat melakukannya sesuai dengan kemampuan wilayah pesisir serta pembangunan sarana dan prasarana. Selain itu otonomi daerah bermanfaat pula dalam hal : (1)

(29)

14 Adanya kerjasama antara pemerintah dan pemerintah pusat dan daerah di dalam pembangunan wilayah pesisir, (2) Pajak dan retribusi serta perijinan usaha baik itu sektor perikanan maupun sektor pariwisata dapat dilakukan dan ditangani langsung oleh daerah, (3) Adanya pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir menjadikan mandat tambahan tidak langsung. Mmelakukan pembangunan fisik pasar yang belum ada wujudnya, dimulai dengan penyediaan lahan sampai berdirinya bangunan pasar yang dioperasikan (Thamrin, 2000).

Kurang dan terbatasnya modal yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasional dan pemeliharaan perusahaan, dan rendahnya hasil usaha, mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan pengembangan investasi, kurangnya profesionalisme, transparansi, dan pengawasan dalam manajemen pengelolaan perusahaan serta banyaknya BUMD yang mengalami kesulitan keuangan (Subowo, 2002).

C. Karakteristik Pasar Tradisional

Untuk mengetahui karakteristik dari Pasar Tradisional maka yang perlu diketahui adalah :

1. Sarana Fisik

Berdasarkan sarana fisik dari sektor informal maka dapat dikelompokkan berdasarkan :

(30)

15 a. Jenis ruang, yaitu :

o Ruang umum, yaitu ruang yang dimiliki oleh pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat luas, seperti taman kota, trotoar, ruang terbuka, lapangan, halte, jembatan penyeberangan dan lain-lain.

o Ruang private/pribadi, yaitu ruang yang dimiliki oleh individu atau perorangan, seperti lahan yang dimiliki untuk pertokoan, perkantoran dan sebagainya.

b. Bentuk sarana berusaha, yaitu :

o Gerobak/kereta dorong, digunakan untuk jenis usha makana berat, makanan ringan dan minuman.

o Lesehan, bentuk sarana berusahanya sama dengan gerobak yaitu makanan berat dan minuman.

o Pikulan, dipakai untuk jenis usaha makanan ringan, mainan anak-anak, assesoris dan ikan hias.

o Gelaran, yaitu dipakai untuk jenis usaha berupa majalah, gambar, poster, kerajinan tangan dan lain-lain.

o Tenda, dipakai untuk jenis usaha makanan berat, makanan ringan dan minuman. Tenda ini umumnya menyediakan meja dan kursi untuk pengunjung.

o Kios, dipakai untuk minuman segar, makanan dan sebagainya.

(31)

16 c. Jenis barang dan jasa dikelompokkan dalam 3 macam

kebutuhan, yaitu : o Kebutuhan primer o Kebutuhan sekunder o Kebutuhan komplementer.

d. Penggunaan lokasi berdagang

Dalam menempati suatu lokasi berdagang, Pedagang umumnya akan berusaha untuk menempati tempat-tempat yang strategis, yang mudah dijangkau oleh calon-calon pembelinya seperti pusat-pusat keramaian, tempat hiburan, sekitar pasar, dan sebagainya. Penempatan lokasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi yang telah diizinkan untuk penempatannya dan ada yang secara dinamis atau berpindah- pindah.

Penempatan lokasi secara berpindah-pindah ini sering mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan terhadap fasilitas-fasilitas umum, misalnya penggunaan trotoar, taman, pinggiran badan jalan dan lain sebagainya.

Perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lain didasarkan pada sejauhmana lokasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian keuntungan dalam usahanya.

(32)

17 e. Pola Penyebaran Sektor Informal

Pola penyebaran sektor informal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

o Pola penyebaran memanjang (linear concentrations)

Pola ini sering mengikuti jalur jalan-jalan utama atau jalan- jalan penghubung dimana tingkat aksesibilitasnya tinggi sehingga memudahkan bagi calon pembeli untuk mencapai lokasi tersebut.

o Pola penyebaran mengelompok (focus aglomerations)

Pola penyebaran ini dipengaruhi oleh faktor aglomerasi yang merupakan suatu keinginan untuk berkelompok bagi pedagang barang yang sejenis dan komoditas yang sama sehingga dapat berpengaruh terhadap perhatian bagi para calon pembeli. Pola mengelompok ini dapat ditemukan pada ruang-riuang terbuka seperti taman dan di pinggir - pinggir lapangan, atau ditempat - tempat rekreasi.

o Pola penyebaran acak (Random)

Pola penyebaran ini terjadi akibat kurang tegasnya arahan pemerintah setempat yang disertai dengan perilaku buruk masyarakat terkait penentuan atau penempatan lokasi untuk berjulan sehingga menimbulkan kesemrawutan di area pasar dimana para pedagang mengklaim tempat atas dasar

(33)

18 keinginan sendiri tanpa memperhatikan fungsi dari lokasi itu sendiri seperti Trotoar, taman dll

f. Pelayanan kegiatan

Sektor informal ini dalam melakukan kegiatannya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

o Waktu pelayanan

Pelayanan pada sektor informal ini biasanya tidak dilakukan dalam satu hari penuh tetapi waktu dalam watu hari dibagi dalam beberapa tahap, misalnya pagi, siang, sore dan malam. Meskipun banyak dari aktivitas sektor ini menggunakan dua tahap dalam melakukan aktivitasnya seperti pagi dan malam.

o Sifat pelayanan

Sifat pelayanan dalam sektor informal ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu; pedagang menetap, artinya dalam melakukan aktivitasnya menempati suatu lokasi tertentu; Pedagang semi menetap, artinya pedagang akan menempati suatu wilayah tertentu jika ada kemungkinan atau faktor-faktor tertentu yang dapat mendatangkan keuntungan bagi usahanya, misalnya karena adanya acara- acara keramaian dan setelah acara tersebut selesai maka

(34)

19 akan berpindah ke tempat yang lebih baik atau akan berkeliling untuk menjajakan dagangannya

D. Indikator Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pedagang Kondisi sosial ekonomi Pedagang merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari mereka. Pengertian kondisi sosial ekonomi cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan dengan status sosial orang lain berdasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencangkup tingkat pendidikan, pendapatan, dan kekuasaan (Siagaan, 1998 : 124). Kondisi sosial ekonomi Pedagang yaitu:

1. Pendapatan Pedagang 2. Pendidikan formal 3. Modal dan fungsi modal 4. Tanggungan keluarga

5. Pengalaman usaha dan lama usaha 6. Usia Pedagang

E. Potensi Pantai Bahari Polewali Sebagai Daya Tarik Wisata

POLEWALI, BKM — Pantai Bahari Polewali Mandar (Polman) selain menjadi pelabuhan laut bagi para nelayan, juga sering dipadati para pengunjung dari berbagai unsur masyarakat baik yang berasal

(35)

20 dari Polewali sendiri maupun Kabupaten lainnya di Sulbar. Terutama penduduk Mamasa.

Seperti halnya pada libur, Pantai Bahari dipadati masyarakat untuk berenang sambil menikmati indahnya Pantai Bahari. Mereka yang datang tidak saja dari kalangan anak-anak tapi juga orang dewasa. Bibir Pantai Bahari panjangnya sekitar 1.500 meter, dimana bibir pantai ini memanjang dari timur ke barat. Sehingga terlihat sangat indah. Akan tetapi Pantai Bahari Polman yang indah ini belum ditata dengan baik.. Pada pagi hingga sore hari, bibir Pantai Bahari bagian barat dipenuhi para pedagang yang melakukan aktifitas ekonomi di Pasar Tradisional yang menjual berbagai jenis kebutuhan sehari-hari.

Keberadaan pasar tersebut sangat berpengaruh terhadap Kawasan Pesisir Pantai Bahari selain mengurangi nilai estetika Pantai itu sendiri juga memberi dampak buruk terhadap lingkungan dimana para pedagang memiliki kebiasaan buruk dengan membuang secara langsung sampah maupun limbah hasil dagangannya ke laut.

Pantai Bahari Polewali berada di pusat Kota Polewali ibukota Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Lebih dikenal dengan pantai bahari karena berada di Jalan Bahari. Di tempat ini pengunjung bisa menyaksikan sunset atau matahari tenggelam sambil menikmati kuliner dengan berbagai pilihan. Pantai Bahari Polewali Mandar sangat ramai dikunjungi terutama hari libur sambil menikmati senja.

(36)

21 Para pedagang harus diatur kembali agar tidak mengganggu wisatawan yang berkunjung di Pantai Bahari. dan dampak dari sampah yang ditimbulkan oleh pedagang yang berjualan disetiap sorenya dapat lebih terkontrol serta sampah wisatawan yang belum sadarnya tentang kebersihan di daya tarik wisata dapat lebih terminimalisir dengan penampatan pasar yang terelokasi dengan baik. Terakhir, yang tentunya sangat penting untuk perkembangan pantai ini adalah pembuatan lahan parkir disekitar daya tarik wisata Pantai Bahari Polewali ini. Pantai ini tidak mempunyai lahan parkir yang memadai saat wisatawan berkunjung dengan membawa kendaraan mereka, tentu masalah ini sangat mendasar bila dibiarkan berlarut - larut, apalagi potensi ini sangat menarik jika kita tinjau untuk kedepannya maka lahan parkirlah yang sangat dibutuhkan untuk daya tarik wisata ini. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dapat bekerjasama dengan Dinas Perhubungan untuk pembuatan lahan parkir yang cukup memadai menampung kendaraan wisatawan yang berkunjung di Pantai Bahari Polewali.

Selain itu, kelebihan dari Pantai Polewali karena pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan karena berasa di pusat Kota Polewali dan jalan menuju pantai Polewali mudah diakses oleh wisatawan dan kemudahan untuk menjangkau hotel,restoran dan tempat ibadah.

Keberadaan Pantai Bahari Polewali menambah mata pencaharian bagi

(37)

22 masyarakat sekitar dan pantai ini masih dalam tahap peghijauan sebab ada beberapa pohon kecil yang ditanam disekitar Pantai Bahari Polewali. Selain itu, ada juga ada peraturan taman kota yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan selama berkunjung ke Pantai Bahari Polewali dan telah disetujui oleh pemerintah dan masyarakat.

F. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional

Sebuah keniscayaan terkala kota menjadi tumpuan harapan kehidupan. Kelengkapan fasilitas, jumlah penduduk yang besar menjadikan kota sebagai tempat ramai. Berdirinya industri-industri Pedagang dan pusat administrasi memberikan tawaran lapangan kerja dengan iming-iming gaji besar, disisi lain desa yang telah memberikan tergusur oleh arus pembangunandan industri, hingga tanah desa pun semakin menyempit dan tak mampu lagi menghidupi orang yang semakin hari bertambah banyak. Dan orang pun berbondong-bondong datang ke kota dengan mempertaruhkan kehidupannya di desa.

Harapan tinggalah harapan ketika lapangan kerja yang tersedia tak cukup menampung jumlah pencarian kerja. Bahkan ketika terjadi krisis ekonomi yang memaksa perusahaan-perusahaan tersebut mengefektifkan pengeluaran dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang ada, para urban ini pun tidak bisa berbuat banyak kecuali mencoba tetap bertahan di kota. Sektor informal akhirnya menjadi

(38)

23 pilihan penyumbang hidup. Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar adalah sebagai lembaga eksekutif di tingkat Kabupaten, kebijakan pemerintah harus bisa dipertanggung jawabkan di depan lembaga legislatif, namun juga kebijakan pemerintah harus berpihak dalam rakyat, potensi daerah yang ada harus dikembangkan, agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pasar Tradisional di Kabupaten Polewali Mandar adalah suatu aset pemerintah, melalui retribusi lapak untuk berjualan mereka menyumbang pajak aset daerah (PAD) Kabupaten Polewali Mandar, haruskah mereka digusur, apakah lapangan kerja untuk mereka sudah tersedia, bukankah mereka sudah memiliki potensi, penataan ke arah positiflah yang mereka harapkan.

Kebijakan dalam hal pengelolaan Pasar Tradisional sekarang lebih fokus. Melalui seksi pengelolaan pasar di kantor pengelolaan pasar Kabupaten Polewali Mandar Pedagang pasar Tradisional lebih diayomi, hal ini menunjukan bahwa iktikat pemerintah dalam memecahkan masalah Pasar Tradisional memang sungguh-sungguh.

Yang tadinya di tangani oleh bagian keterdiban umum dan keuangan daerah.

Seperti telah dijelaskan diawal bahwa kebutuhan mendasar Pasar Tradisional adalah kebutuhan tentang masalah perizinan karena sebagaian besar pedagang tidak memiliki izin dan menempati ruang publik, dari kebutuhan tersebut upaya yang dilakukan pemerintah

(39)

24 adalah sebagai berikut: Pendatatan untuk proses perizinan

Pendatatan dilakukan untuk mengetahui jumlah pedagang, kesesuaian tempat yang telah diizinkan, tahap ini adalah tahap awal sebagai data base dan peta persebaran pasar di Kabupaten Polewali Mandar.

1. Administrasi

Adalah dokumentasi untuk pengembangan, evaluasi dan pelaporan yang terkait dengan Pasar Tradisional.

2. Pemenuhan prasarana dan sarana

Pemenuhan sarana dan prasarana adalah lebih cenderung pada peningkatan penataan kota dalam artian menyeimbangkan tata ruang kota dengan kebutuhan pasar.

3. Pembinaan

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan penumbuhan kesadaran mentaati tata tertib yang ada.

4. Penataan

Jembatan antara tata ruang kota dengan Pedagang Kaki Lima.

Contoh: pedagang yang menempati bahu jalan ditata dan diatur jam dagangannya.

5. Monitoring dan Evaluasi

Proses untuk mengontrol dan memperbaiki sisi lemah penanganan pasar sebagai bahan pembinaan tahun berikutnya.

(40)

25 G. Kendala Pasar Tradisional

1. Kelemahan Internal

Pasar Tradisional adalah salah satu kegiatan ekonomi dalam wujud sektor informal. Pasar Tradisional adalah pasar tempat bertemunya penjual dengan pembeli dan melakukan transaksi secara langsung yang biasanya disertai proses tawar menawar terhadap harga barang. Barang dan jasa yang teradapat pada pasar tradisional biasanya berupa kebutuhan sehari-hari yang berasal dari hasil kekayaan alam dan tenaga fisik manusia

Pedagang di Pasar Tradisional pada umumnya mempunyai keterbatasan-keterbatasan untuk melakukan usaha, antara lain : a. minimnya modal,

b. rendahnya tingkat pendidikan, dan

c. kurangnya akses terhadap kebijakan pemerintah, informasi dan sarana-sarana ekonomi maupun sosial. Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini perlu dilakukan agar kelompok masyarakat tersebut menjadi lebih berdaya dalam melakukan usaha, sehingga mereka tidak jatuh kedalam kemiskinan (Siagaan, 1998:146).

2. Tantangan Eksternal/ Sosial

Usaha - usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini perlu dilakukan agar kelompok masyarakat tersebut menjadi lebih

(41)

26 berdaya dalam melakukan usaha, sehingga mereka tidak jatuh kedalam kemiskinan Pemberdayaan komunitas dalam upaya pengentasan kemiskinan dalam pengertian konvensional umumnya dilihat dari pendapatan (income). Bedasar hal-hal diatas, diperlukan upaya strategi pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan pedagang Pasca Relokasi antara lain:

a. perlu pemberdayaan ekonomi melalui akses bantuan permodalan,

b. perlu dibangun komunikasi yang lebih dekat dengan para birokrat,

c. perlu dibangun forum bersama antar stake 0holders dalam pengembangan pasar tradisional sehingga punya daya saing dengan pasar modern,

d. perlu pendampingan pada para Pedagang didalam pemecahan masalah terkait dengan kendala-kendala yang dihadapi di tempat yang baru,

e. penataan dengan pendidikan lingkungan agar tidak terjadi kekumuhan dan perilaku yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kebersihan pasar,

f. perlu penguatan komunitas Pedagang dalam membangun saya saing pasar tradisional di Polewali Mandar.

(42)

27 H. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekusaan atau

keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan (Suharto, 2009: 57).Rukminto (2001:33) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahaka untuk membentuk masa depan keinginan mereka.

Pada intinya proses pemberdayaan menentukan pada kemandirian masyarakat sebagai hasil, pemberdayaan menunjukan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dalam arti bukan saja bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi

(43)

28 mereka.

2. Strategi Pemberdayaan

Menurut Suharto (2009:66) proses pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif dan tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja social dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas.

Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya.

Pada dasarnya strategi pemberdayaan adalah cara dalam melaksanakan proses pemberdayaan, strategi-strategi diatas memiliki tujuan akhir adanya kemandirian pada klien. Pelaksanan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Perlindungan, Penyongkong dan Pemelihar ( Suharto, 2009:67).

(44)

29 I. Kebijakan Penataan Sektor Informal

Dalam upaya menanggulangi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh Pasar Tradisional di daerah perkotaan, maka diperlukan adanya suatu kebijakan pemerintah terutama dalam upaya penetapan lokasi yang dapat digunakan sebagai aktivitas Pedagang di Pasar Tradisional.

Berbagai upaya pemerintah yang telah banyak dilakukan saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Pemugaran (relokasi)

Bentuk relokasi yang sering dilakukan adalah pemugaran terhadap suatu lokasi untuk memperbaiki suatu kondisi yang telah ada atau dijadikan suatu bentuk fungsional baru. Dalam hal ini maka kelompok sektor informal dipindahkan sementara dan dapat menempati lokasi itu kembali setelah pemugaran tersebut selesai.

Namun demikian, sering terjadi kegagalan dalam penempatan kembali dimana rancangan bangunan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan para pelaku sektor informal ini atau bahkan dipicu oleh tarif sewa yang terlalu tinggi sehingga memberatkan bagi para pedagang. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan relokasi dapat dilakukan sepanjang tidak merugikan pelaku sektor informal dan disesuaikan dengan kemampuannya dalam penetapan tariff sewa baru.

(45)

30 2. Pengaturan (stabilisasi)

Hal ini dimaksudkan untuk mengadakan penataan pada suatu lokasi tertentu sehingga tidak menimbulkan suatu gejolak sosial di masyarakat, misalnya terjadinya benturan kepentingan terhadap fasilitas umum. Di samping itu penataan ini dimaksudkan pula untuk mengurangi kesemrautan di daerah perkotaan. Berbagai hal yang dapat dilakukan dalam penataan ini adalah :

a. Menempatkan pada suatu ruang terbuka

b. Memberikan ruang pada sarana parkir pada waktu tertentu.

c. Memanfaatakn pinggir taman atau bahu jalan dan lain sebagainya.

3. Pemindahan (removal)

Pemindahan sektor informal dimaksudkan untuk mengadakan penataan atau menempatkan pada suatu lokasi tertentu.

Pemindahan seperti ini dapat berupa pasar resmi atau sebuah lokasi khusus yang ditetapkan sebagai lokasi informal. Usaha seperti ini telah banyak dilakukan oleh beberapa kota di Indonesia, tetapi banyak pula yang mengalami kegagalan. Dalam upaya seperti ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : rancangan bangunan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang bermacam-macam dari tipe usaha yang berbeda, penetapan tarif

(46)

31 sewa senantiasa diperhatikan, pemindahan lokasi harus tetap memperhatikan kedekatan dengan calon konsumen.

J. Tujuan Wisata

Tujuan wisata dapat dilihat dari obyek wisata yang ada pada satu kawasan atau daerah namun peran promosi dalam meningkatkan peran obyek wisata yang sangat berpengaruh bagi kepopularitasan obyek tersebut.

Keberadaan sarana wisata juga mengundang akan kehadiran Pedagang untuk ikut berkompetensi pada area tersebut namun kadang keberadaan Pedagang sendiri menjadi justru berbalik menjadi satu daya tarik tersendiri yang dipengaruhi oleh beberapa factor didalamnya mulai dari kerapian, pelayanan yang diberikan, ouvetnir yang ditawarkan dan lain sebagainya.

(47)

32 K. Kerangka Pikir

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2019

EKSISTING

Penurunan Kualitas Lingkungan.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk Mengidentifikasi Bagaimana Pengaruh Pasar Terhadap Pengembangan Panta Bahari di Kota Polewali.

2. Untuk Mermuskan Arahan Pengembangan dalam Pengendalian Ruang Terhadap Pantai Bahari.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pengaruh Pasar Terhadap Pengembangan Pantai Bahari.

2. Bagaimana Arahan Pengembangan dalam Pengendalian Ruang Terhadap Pantai.

METODE ANALISIS

1. Analisi Regresi Linear Bunga Berganda 2. Analisis Deskriptif

VARIABEL PENELITIAN

Dahuri, (1999) Siwarni (2009:3)

Jenis Pasar Pola Penyebaran Pedagang

Jumlah Pedagang

Perilaku masyarakat

Kesimpulan dan Saran.

(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Polewali Mandar khususnya di Pantai Bahari Kecamatan Polewali Kota Polewali Mandar dengan alasan pada daerah tersebut selain dari banyaknya pedagang yang berjualan dan cenderung menimbulkan masalah. Penelitian ini juga diadakan pada instantsi pemerintah, yaitu :Dinas Pengelolaan Pasar, sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam urusan pengelolaan pasar, pembanggunan pasar dan penyedian tempat - tempat usaha bagi pedagang.

2. Waktu Penelitian

Adapun penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.

Waktu penelitian dibutuhkan untuk mengetahui Pengaruh Keberadaan Pasar Terhadap Pengembagan Pantai dilakukan pada 10 Agustus- 6 September 2019

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

(49)

34 Meliputi data Kualitatif dan kuantitatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Data kuantitatif

Adalah data yang nilainya dalamm bentuk angka.

Adapun jenis data yang dimaksud adalah jumlah dari kepadatan penduduk, luas wilayah dan data lain yang terkait dengan penelitian ini.

b. Data Kualitatif

Adalah data yang bernilai bukan angka.Adapun jenis data tersebut meliputi kondisi prasarana dan sarana, pola penggunaan lahan, kondisi fisik wilayah dan data lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua bagian yaitu Data primer Dan data sekunder diambil dari hasil dari a. Data primer

o Wawancara

o Keadaan sosial budaya masyarakat.

o Observasi terhadap pedagang pasar tradisional b. Data sekunder

o Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pengelolaan Pasar Kabupaten Polewali Mandar Tahun,

(50)

35 o Badan Pusat Statistik Kecamatan dalam angka Kabupaten

Polewali Mandar C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang bermukim di kota polewali Mandar. Karena penelitian hanya berbasis pada persepsi ( Partisipasi ) Masyarakat, peneliti menitik beratkan pada pendapat dari masyarakat yang dianggap bisa mewakili keseluruhan penduduk yang ada di Kelurahan Polewali maka populasi dalam penelitian ini sebanyak 8.791 Jiwa.

2. Sampel a. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian penduduk di kota polewali mandar.pengambilan sampel menggunakan rumus slovin (A.Muri Yusuf 2014 Metode Penelitian),

b. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2016).

o Kriteria Sampel o Kriteria inklusi o Kriteria Ekslusi

(51)

36 o Penduduk yang tinggal menetap di kota polewali Mandar o Penduduk yang bersedia menjadi responden

o Penduduk yang menolak jadi responden

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005 ). Metode wawancara sangat penting dalam mendukung pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.

Metode wawancara dilakukan dengan pertimbangan dua aspek a. Informasi yang diperoleh lebih mendalam karena peneliti

mempunyai peluang untuk mengembangkan informasi,

b. Melalui wawancara peneliti berpeluang untuk mengetahui pemberdayaan pedagang di Pantai Bahari.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa dalam penelitian kualitatif adalah kata-

(52)

37 kata dan tindakan yang utama sehingga wawancara mendalam sangatlah penting dalam penelitian kualitatif. Dalam wawancara mendalam, peneliti tidak hanya percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan informan, melainkan perlu mengecek kenyataan dari hasil wawancara kepengamatan yang ada di lapangan dan informasi dari informan lainnya.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti melalui pengamatan secara langsung dlapangan pada objek yang menjadi tema penelitian. Dalam metode observasi peneliti tidak mengabaikan kemungkinan penggunaan sumber- sumber selain manusia seperti dokumen dan catatan - catatan dengan tujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.

Menurut Guba dan Lincoln dalam (Moleong, 2005: 174-175) bahwa alasan penggunaan metode pengamatan dalam penelitian kualitatif adalah :

a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung

b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional

(53)

38 maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data

d. Sering ada keraguan pada peneliti

e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit

f. Dalam kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dapat dilakukan, pengamatan dapat menjadi alat yang bermanfaat.

Dalam penelitian ini objek yang diobservasi oleh peneliti adalah : o Keadaan dan kondisi pasar tradisional di Pantai Bahari.

o Kegiatan dan aktivitas pedagang di pasar tradisional Pantai Bahari Kondisi sosial ekonomi sebagaian keluarga pedagang yang berjualan di pasar.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain sebagainya (Arikunto, 1993: 234). Sedangkan menurut (Moleong, 2005: 217) dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data yang berupa catatan, dokumen, sebagai pelengkap data

(54)

39 primer yang tidak ditemukan dilapangan, bahan-bahan laporan baik di Kantor Pemerintah, Polewali Mandar, maupun kelompok- kelompok swadaya masyarakat yang peduli terhadap pemberdayaan pedagang pasar di Pantai Bahari kota polewali kabupaten polewali Mandar.

E. Variabel Penelitian

Veriabel yang digunakan dalam penelitian ini, akan dikaji dan dianalisis pengaruhnya terhadap terhadap Pengaruh Perilaku Masyarakat terhadap pengembangan Pantai Bahari Kota Polewali Mandar, berdasarkan teori Tucman ( Dalam Sugiyono, 2016 : 39) mengunkapkan Untuk dapat menentukan Kedudukan Variabel Indevenden, dan devenden,intervening atau atau varabel,harus dilihat dari Konteksnya dan dilandasi Konsep teroritis yang mendasari maupun hasil dari pengamantan yang empiris. Berdasarkan Teori D a h u r i (1986) yang merujuk pada pengembangan pantai antara lain sebagai berikut;

1 : Pola penyebaran pedagang 2 : Perilaku Masyarakat

3 : Jumlah pedagang

(55)

40 F. Metode analisis

Dalam penelitia inimenggunakan 2 Analisis Data yaitu Analisis Deskriptif Kuantitatif (Regresi Bunga Berganda) dan Analisis Deskriptif Kualitatif.

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu : untuk mengetahui bagaimana pengaruh pasar terhadap pengembangan pantai dengan menggunakan analisis Regresi Bunga Berganda yang merupakan model regresi atau prediksi yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas atau prediktor. Istilah regresi berganda dapat disebut juga dengan istilah multiple regression. Kata multiple berarti jamak atau lebih dari satu variabel.

KONSEP DASAR ANALISIS REGRESI BUNGA BERGANDA.

 Analisis regresi bunga berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel (Y).

 Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh parsial (sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

(56)

41

 Uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh simultan (bersama-sama) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

 Koefisien diterminasi berfunsi untuk mengetahui beberapa persen pengaruh yang diberikan variabel X secara simultan terhadap variabel Y.

PERUMUSAN HIPOTESIS.

 H1 = Terdapat Pengaruh Jenis Pasar (X1) terhadap Pengembangan Pantai (Y).

 H2 = Terdapat Pengaruh Pola Penyebaran Pedagang (X2) terhadap Pengembangan Pantai (Y).

 H3 = Terdapat Pengaruh Perilaku Masyarakat (X3) terhadap Pengembangan Pantai (Y).

 H4 = Terdapat Pengaruh Jumlah Pedagang (X4) terhadap Pengembangan Pantai (Y).

 H5 = Terdapat Pengaruh Ketersediaan Jenis Pasar (X1), Pola Penyebaran Pedagang (X2), Perilaku Masyarakat (X3), Jumlah Pedagang (X4) secara simultan terhadap Pengembangan Pantai (Y).

 Tingkat kepercayaan 95%,ɑ = 0,05.

(57)

42 DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

- Uji t.

o Jika nilai sig < 0,05 atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

o Jika nilai sig > 0,05 atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Rumus :

t tabel = t (ɑ/2 ; n-k-1) - Uji F.

o Jika nilai sig < 0,05 atau F hitung > F tabel maka terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y.

o Jika nilai sig > 0,05 atau F hitung < F tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y.

2. Analisis Deskriptif Kualitatif

Deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu: Bagaimana Arahan Pengembangan Dalam Pengendalian Ruang di Pantai Bahari analisis inimerupakan salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat

(58)

43 penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.

(59)

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Polewali Mandar 1. Aspek Fisik Dasar

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Polewali Mandar yang beribukota di Polewali terletak antara 3º4„10" - 3º32„00" Lintang Selatan dan 118º40„27"- 119º29„41" BujurTimur.

Secara geografis wilayah Kabupaten Polewali Mandar memilikibatas-batas sebagai berikut;

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa;

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang;

o Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar – Selat Makassar;

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene

Luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar tercatat 2.022,30 Km² yang meliputi 16 (lima belas) kecamatan.

Kecamatan Tubbi Taramanu dengan luas wilayah 356,93 Km² dan Kecamatan Bulo dengan luas 241,93 Km² merupakan 2 kecamatan yang terluas di Kabupaten Polewali Mandar ini. Luas kedua kecamatan tersebut 29,58% dari seluruh wilayah

(60)

45 Kabupaten Polewali Mandar. Sementara kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Tinambung dengan luas wilayah 21,34 Km² (1,06% dari luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar).

Tabel 4.1

Luas wilayah Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar No Kecamatan Luas (Km²) Persentase

1 Tinambung 21,34 1,06%

2 Balanipa 37,42 1,85%

3 Limboro 47,55 2,35%

4 TubbiTaramanu 356,95 17,65%

5 Alu 228,30 11,29%

6 Campalagian 87,84 4,34%

7 Luyo 156,60 7,74%

8 Wonomulyo 72,82 3,60%

9 Mapilli 91,75 4,53%

10 Tapango 125,81 6,22%

11 Matakali 57,62 2,85%

12 Polewali 26,27 1,30%

13 Binuang 123,34 6,10%

14 Anreapi 124,62 6,16%

15 Matangnga 234,92 11,62%

16 Bulo 229,50 11,35%

Polewali Mandar 2.022,30 100,00%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar 2018

(61)

46 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Polewali Mandar

(62)

47 b. Topografi

Wilayah kota polewali mandar terdiri atas dataran tinggi, rendahdan pesisir pantai termasuk juga daerah sekitar aliran sungai besar Mandar dan Maloso. Kecamatan yang letaknya di bagian utara pada umumnya memiliki perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan sedangkan kecamatan yang terletak di bagian selatan yang memiliki garis pantai adalah dataran rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan daratan danlaut.

c. Klimatologi

Terdapat lima aliran sungai besar yang mengaliri wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Dua sungai terpanjang yang mengalir di Kabupaten ini adalah Sungai Maloso dan Sungai Mandar, panjang kedua sungai tersebut masing-masing adalah 95 km dan 90km. Jumlah curah hujan sepanjang tahun 2016 tercatat sebanyak 2.904,70 mm atau sebanyak 136 hari.

d. Administrasi dan Pemerintahan

Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar menaungi 16 Kecamatan dengan 144 Desa dan 23 Kelurahan. Dari 167 desa dan kelurahan yang ada tersebut terdapat 706 dusun.

(63)

48 Dari 16 Kecamatan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, ada 2 kecamatan yang memiliki desa dan kelurahan terbanyak, Kecamatan Campalagian dan Kecamatan Wonomulyo yang masing-masing terdiri dari13 desa dan kelurahan. Sedangkan Kecamatan yang mempunyai jumlah desa dan kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Matangnga yang hanya hanya memiliki 4 desa dan kelurahan. Ibukota kecamatan yang paling jauh jaraknya dengan ibukota Kabupaten (Polewali) adalah ibukota Kecamatan Tubbi Taramanu yaitu sejauh 72 Km.

Tabel 4.2

Jumlah Desa dan Kelurahan menurut Kecamatan Kabupaten Polewali Mandar

No Kecamatan Desa Kelurahan

1 Tinambung 7 1

2 Balanipa 10 1

3 Limboro 10 1

4 TubbiTaramanu 12 1

5 Alu 7 1

6 Campalagian 17 1

7 Luyo 10 1

8 Wonomulyo 13 1

9 Mapilli 11 1

10 Tapango 13 1

11 Matakali 6 1

12 Polewali - 9

13 Binuang 9 1

14 Anreapi 4 1

15 Matangnga 6 1

16 Bulo 9 -

Polewali Mandar 144 23

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar 2018

(64)

49 Tabel 4.3

Jarak dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan Kabupaten Polewali Mandar

No Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Jarak dari Ibukota Kabupaten ke

Ibukota Kecamatan(km)

1 Tinambung Tinambung 47

2 Balanipa Balanipa 46

3 Limboro Limboro 49

4 TubbiTaramanu Taramanu 72

5 Alu Petoosang 58

6 Campalagian Pappang 31

7 Luyo Batupanga 28

8 Wonomulyo Sidodadi 13

9 Mapilli Mapilli 16

10 Tapango Pelitakan 19

11 Matakali Matakali 6

12 Polewali Polewali 0

13 Binuang Ammasangan 14

14 Anreapi Anreapi 5

15 Matangnga Matangnga 64

16 Bulo Bulo 39

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar 2018.

Selama tahun 2017, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Daerah Kabupaten Polewali Mandar telah menerbitkan sebanyak 350 Izin Mendirikan Bangunan (IMB), yang sebagian besar berada di Kecamatan Polewali (183 Izin) dan Kecamatan Wonomulyo (104 Izin).

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan metode survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program STBM di Desa Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang

dimana kebijakan awal berasal dari pemerintah tidak bisa memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perempuan penerima PKH, selain itu semua tidak dilibatkanya

(pensucian), maka sangat wajar jika Mu’tazilah benar-benar mensucikan Tuhan dari materi, karena Tuhan tidak ber- jism (bersifat immateri), tidak dibatasi oleh

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul Kesantunan Berbahasa Mahasiswa dalam berinteraksi dengan Dosen di universitas

Selain mengklik pada palet layer, cara lain untuk menyeleksi bisa dengan cara klik kanan pada kanvas kemudian pilih layer yang

13 PT Star Pacific Perubahan kegiatan usaha utama 14 PT Indonesia Transport &amp; Infrastructure PMTHMETD.. 15 PT MNC Sky

Rumah   sakit   kelas   C  ‐  Adalah  rumah  sakit  yang  mampu  memberikan  pelayanan  kedokteran  spesialis  terbatas,  yaitu  pelayanan  penyakit  dalam, 

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan hara pada tanah gambut adalah jerapan hara yang lemah sehingga hara yang diberikan melalui pupuk tidak efisien karena sebagian