• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM PEMASARAN LIDAH BUAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM PEMASARAN LIDAH BUAYA"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PETANI

DALAM PEMASARAN LIDAH BUAYA

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak

Kalimantan Barat)

ELLYTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006 Ellyta

(3)

ABSTRAK

ELLYTA. Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat. Dibimbing oleh S. Hamdani Nasution dan Gardjito.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan dan menganalisis keragaan struktur jaringan komunikasi, (2) menjelaskan dan menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal komunikasi dengan jaringan komunikasi, (3) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran dan (4) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran.

Responden penelitian ini adalah seluruh petani lidah buaya yang berjumlah 67 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 (tujuh) klik dalam sistem dimana 5 (lima) klik berbentuk roda atau star, 1 klik berbentuk lingkaran dan 1 klik berbentuk semua saluran. Terdapat 7 (tujuh) responden berperan sebagai star, 4 (empat) responden sebagai bridge, 2 (dua) responden sebagai liaison dan 2 (dua) responden sebagai isolate. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan nyata dan sangat nyata antara faktor internal dan eksternal dengan jaringan komunikasi, (2) terdapat hubungan nyata antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran dan (3) terdapat hubungan nyata dan sangat nyata antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran.

(4)

The theme of the research is communication network analysis of Aloe vera’s farmer in the central agribusiness area in Pontianak . The objectives of the research were: (1) to explain the diversity of communication network structure, (2) to explain the correlation between internal and external factors of communication and communication network, (3) to explain the correlation between communication network and farmers marketing behavior, (4) to explain the correlation between internal and external factors of communication and farmers marketing behavior. The respondents in the research was all of Aloe vera’s farmers, i, e., 67 person. The result of the research indicated that there were 7 (seven) respondents as stars, 4 (four) respondents as bridges, 2 (two) respondents as liaisons and 2 (two) respondents as isolates. There were 7 (seven) cliques in the system in which 5 (five) clique s take forms as radials or stars, 1 (one) clique as a circle form and 1 (one) clique takes form as all chanells. The research also indicate d that there was correlation between internal and external factors and network communication; correlation between communication network and farmers marketing behavior; and correlation internal and external factors and farmers marketing behavior.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singkawang pada tanggal 28 Agustus 1975. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah.

Tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 6 Singkawang kemudian pada tahun 1990 menamatkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Singkawang. Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Singkawang dan lulus tahun 1993. Setelah itu penulis menamatkan studi di Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada tahun 1999.

Sejak tahun 2000 penulis merupakan Dosen Tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak.

(6)

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat)

ELLYTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pe rtanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(7)

Judul Tesis : Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya: Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat

Nama : Ellyta

NPM : P054040101

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. S. Hamdani Nasution Ir. Gardjito, MSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Dr. Ir. Sumardjo, MS Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS

(8)

Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahailallah Wallahu Akbar, atas rahmat dan hidayah dari Allah SWT maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya (Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat) disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drh. S. Hamdani Nasution selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.

Gardjito, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan sejak persiapan penelitian hingga terselesaikannya penelitian ini.

2. Dr. Ir. Sumarjo, MS selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, serta seluruh staf pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis.

3. Dr. Ir. H. Budi Suharjo, MS yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dalam banyak hal.

4. Kedua orang tua Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah, Purnomo Tjatur , Kak Santi, adik-adikku Iip dan Aan. Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa pengertian dari ananda tercinta Putri Anisa Maharani yang selama ini telah kehilangan banyak kasih sayang dan waktu untuk bermain bersama.

5. Rektor Universitas Panca Bhakti Pontianak, beserta seluruh jajarannya dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak beserta seluruh jajarannya serta seluruh rekan di Fakultas Pertanian Univ ersitas Panca Bhakti Pontianak

6. Kepala UPTD Terminal Agribisnis beserta sta f dan Kepala UPTD Aloe

vera Center beserta staf serta petani lidah buaya di KSA Pontianak.

7. Teman-teman KMP 2004 (Ica, Dini, Yuni, Mince, Rangkuti, Gusti, Pegy dan lain-lainnya) terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tante Dewi atas bimbingan dan dukungan teman-teman program Pasca Sarjana dari Kalimantan Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2006

(9)

ii DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vi PENDAHULUAN... Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... 1 1 4 5 5 TINJAUAN PUSTAKA ... Komunikasi... ... Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi ... Karakteristik Individu... Perilaku... ... Pemasaran Hasil Pertanian...

6 6 7 10 14 16 17

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... Kerangka Pemikiran ... Hipotesis... 19 19 21 METODOLOGI PENELITIAN... Desain Penelitia n... Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Definisi Operasional... Data dan Instrumen... Validitas dan Reliabelitas... Analisis Data... 22 22 22 23 23 27 29 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kondisi Umum Wilayah Penelitian...

Demografi... 31 31 33

(10)

iii

Umur... Pendidikan... Pengalaman Berusahatani... Luas Lahan... Faktor Eksternal Responden...

Keterdedahan... Kepemilikan... Analisis Jaringan Komunikasi Responden... Deskripsi Sosiogram... Analisis Tingkat Individu... Keterhubungan... Integrasi... Analisis Tingkat Klik... Analisis Tingkat Sistem... Keterhubungan Sistem Rata-Rata... Keterbukaan Sistem... Hubungan Faktor Internal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Faktor Eksternal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Pemasaran... Hubungan Faktor Internal dengan Perilaku Pemasaran... Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Pemasaran... SIMPULAN DAN SARAN...

Simpulan... Saran... 39 40 41 42 44 44 45 46 46 55 55 57 60 64 65 66 67 69 70 71 73 75 75 76 DAFTAR PUSTAKA... 77

(11)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jaringan Komunikasi dan Kriteria Evaluasi... 9

2 Definisi Konseptual dan Pengukuran Struktur Komunikasi... 26

3 Luas Wilayah Kota Pontianak menurut Kecamatan... 31

4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Pontianak Utara... 33

5 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur... 34

6 Produksi Pelepah Lidah Buaya... 38

7 Usia Responden... 40

8 Pendidikan Formal Responden... 40

9 Pengalaman Berusahatani Responden... 42

10 Luas Lahan Responden... 43

11 Keterdedahan Media Responden... 44

12 Kepemilikan Sarana Media Massa Responden... 46

13 Karakteristik Star... 49

14 Derajat Keterhubungan Individu dalam Harga... 55

15 Derajat Keterhubungan Individu dalam Mutu... 56

16 Derajat Keterhubungan Individu dalam Pembeli... 57

17 Derajat Integrasi Individu dalam Harga... 57

18 Derajat Integrasi Individu dalam Mutu... 58

19 Derajat Integrasi Individu dalam Pembeli... 60

20 Rekapitulasi Analisis Jaringan Komunikasi pada Tingkat Klik... 63

21 Hubungan Faktor Internal dengan Jaringan Komunikasi... 68

22 Hubungan Faktor Eksternal dengan Jaringan Komunikasi... 69

23 Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Pemasaran... 70

24 Hubungan Faktor Internal dengan Perilaku Pemasaran... 71

(12)

v

Halaman

1 Jaringan Komunikasi Umum... 8

2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran... 21

3 Tanaman Lidah Buaya yang Ditelantarkan... 35

4 Tanaman Lidah Buaya yang Bagus... 36

5 Pola Tumpang Sari Lidah Buaya dengan Pepaya ... 43

6 Sosiogram Jaringan Komunikasi dalam Harga... 47

7 Sosiogram Jaringan Komunikasi dalam Mutu... 51

(13)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta Lokasi ... 80

2 Data Perkembangan Ekspor Aloe vera... 81

3 Data Karakteristik Responden ... 82

4 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal Informasi Harga... 84

5 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal Informasi Mutu... 86

6 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal Informasi Pembeli... 88

7 Data dalam Tabulasi Frekwensi... 90

8 Keterhubungan, Integrasi dan Keterbukaan ... 99

(14)

Latar Belakang

Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus kebijakan pembangunan nasional yang tercantum dalam GBHN 1999-2004 adalah pengembangan yang berorientasi global dengan membangun keunggulan komparatif produk-produk daerah berdasarkan kompetensi dan keunggulan komparatif Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Berdasarkan hal tersebut di atas maka sekarang ini digalakkan agar setiap daerah memiliki keunggulan produk yang dapat mendukung pembangunan pertanian di daerah tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang membudidayakan tanaman lidah buaya (Aloe vera) secara komersial selain Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Israel, Australia dan Thailand (Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2004). Lidah buaya merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat diunggulkan karena memiliki nilai ekonomis dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.

Agribisnis lidah buaya di Kalimantan Barat berkembang seiring dengan terbentuknya Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak. Di Kawasan Sentra Agribisnis (KSA) Pontianak sudah terdapat petani lidah buaya yang awalnya masih berusahatani secara tradisional sehingga masih perlu untuk dikembangkan lagi. Bentuk produk yang dihasilkan oleh petani adalah dalam bentuk pelepah, minuman siap saji, teh dan makanan seperti manisan dan dodol. Produksi yang dihasilkan oleh petani sekarang ini dipasarkan ke pasar tani yang terletak di KSA, pasar tradisional dan pabrik pengolahan yang telah dibangun di KSA serta di ekspor ke luar pulau dan luar negeri.

Posisi Indonesia sebagai salah satu pemasok komoditas lidah buaya di tingkat pasar dunia dengan daerah produksi Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak untuk tujuan pasar Hongkong, Malaysia, Jepang dan Taiwan masih menghadapi berbagai kendala terutama yang berkaitan dengan pemasaran.

(15)

2

Pemasaran produk sangat diperlukan karena produksi yang dihasilkan tidak akan berarti apa -apa apabila tidak dapat dipasarkan. Pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian karena dengan pemasaran pertanian dapat tercipta nilai tambah melalui guna tempat, guna waktu dan guna bentuk.

Kendala yang dihadapi oleh petani sebagai produsen dalam hal pemasaran adalah terbatasnya pasar untuk produk mereka atau dengan kata lain produktivitas tin ggi sedangkan pemasaran rendah. Penyerapan produk yang dihasilkan oleh petani tidak seimbang dengan kemampuan atau daya beli dari pedagang pengumpul, pedagang besar atau eksportir antar pulau. Produk yang dihasilkan tidak dapat diserap sepenuhnya untuk ekspor karena masih terbatasnya kemampuan eksportir antar pulau untuk menjual produk. Keterbatasan ini karena biaya transportasi dan pengemasan yang tinggi. Lidah buaya yang memiliki sifat produk pertanian yang bulky dan mudah rusak memerlukan penanganan yang khusus agar dapat sampai ke tangan pembeli dalam keadaan yang segar sehingga memerlukan kontainer yang memiliki fasilitas Cold Storage dan penanganan seperti ini yang masih dirasakan memberatkan eksportir.

Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membantu petani mengatasi hal ini seperti didirikannya Terminal Agribisnis untuk membantu petani dalam mencari pembeli untuk produk mereka dan adanya kerja sama dengan PT. Nitramas Utama sebagai perusahaan penghasil Nata de Aloe yang memerlukan lidah buaya sebagai salah satu bahan baku mereka. Upaya ini belum sepenuhnya dapat membantu petani karena yang terjadi saat ini Terminal Agribisnis belum berfungsi dan tidak adanya pengawasan standar mutu dan harga dari pihak produsen yang seharusnya bersama-sama dengan pihak PT. Nitramas Utama (pabrik) menentukan mutu produk yang dapat dijual ke pabrik. Selama ini yang menentukan hanya satu pihak saja yaitu pabrik. Hal ini menyebabkan petani berada dalam posisi tawar yang lemah untuk menentukan harga. Mutu produk merupakan faktor utama penentu harga dan permintaan produk, baik domestik maupun ekspor. Kemampuan untuk menjamin mutu sesuai dengan permintaan konsumen baik domestik maupun ekspor merupakan kunci bagi keunggulan kompetitif.

(16)

Seiring dengan arus liberalisasi dan globalisasi pasar dunia, maka komoditi lidah buaya menunjukkan persaingan yang ketat di pasaran dunia disamping sudah ada berbagai daerah yang mulai mengusahakan lidah buaya selain Pontianak. Konsekwensinya, aspek mutu, bentuk dan harga jual produk menjadi sangat penting dan perlu mendapat lebih banyak perhatian.

Informasi harga, mutu dan peluang pasar sangat diharapkan oleh produsen. Informasi yang disampaikan oleh konsumen kepada produsen ataupun sebaliknya dapat melalui perantara dalam hal ini bisa pihak-pihak yang berwenang seperti Terminal Agribisnis, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura atau dari pedagang. Informasi ini harusnya dikomunikasikan untuk membantu petani dalam mencari peluang pasar yang lebih baik. Informasi dari pihak berwenang maupun pedagang ini dapat disebarluaskan antar satu petani ke petani lain melalui jaringan komunikasi. Agar terkoordinasi dengan baik maka peran komunikasi sangat penting.

Dalam melakukan usahataninya terjadi interaksi antara satu petani dengan petani lain sebagai anggota masyarakat. Interaksi ini tentu akan melibatkan proses berbagi informasi tentang suatu objek antara petani yang diajak berinteraksi salah satunya adalah berbagi informasi tentang pemasaran. Proses berbagi informasi ini dapat melalui proses komunikasi interpersonal yang sekaligus membentuk jaringan komunikasi di antara petani lidah buaya. Jaringan komunikasi penting untuk dikembangkan dalam usahatani dan pemasaran lidah buaya karena dapat memberikan informasi kepada petani tentang harga jual, mutu dan bentuk produk yang diinginkan konsumen dan tujuan pe masaran yang lebih menguntungkan.

Uraian di atas melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi keragaan jaringan komunikasi dan melihat bagaimana pengaruh hubungan antara karakteristik individu petani dan jaringan komunikasi dan bagaimana hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

(17)

4

Perumusan Masalah

Petani sebagai produsen tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual sesuai dengan mutu sehingga mereka berada dalam posisi yang lemah pada saat penentuan harga. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara produktivitas dengan pemasaran produk sehingga membuat petani mulai kehilangan semangat untuk mengusahakan lahan usahatani mereka. Situasi ini tentunya dibicarakan antar petani secara interpersonal dala m jaringan komunikasi antar petani.

Beragamnya karakteristik petani sebagai faktor internal dari komunikasi dan kemampuan petani diterpa media sebagai faktor eksternal menyebabkan tidak semua petani mempunyai akses terhadap jaringan komunikasi dan tidak semua petani dapat memanfaatkannya dengan baik. Sampai saat ini belum ada informasi yang rinci mengenai jaringan komunikasi petani lidah buaya, baik itu yang menyangkut keterlibatan atau partisipasi dalam jaringan tersebut, perolehan informasi maupun faktor-faktor komunikasi yang berhubungan dengan jaringan komunikasi dalam hal pemasaran lidah buaya .

Bertitik tolak dari fenomena di atas, maka dirumuskanlah masalah penelitian yang ingin dilihat yaitu “Bagaimana peranan jaringan komunikasi yang ada dalam pemasaran lidah buaya?” Masalah tersebut dapat terjawab apabila ditemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana keragaan dan struktur jaringan komunikasi petani lidah buaya di kota Pontianak?

2. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak?

3. Bagaimana hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak?

4. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak?

(18)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan :

1. Keragaan struktur jaringan komunikasi di kalangan petani lidah buaya. 2. Hubungan faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan

komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

3. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

4. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pelengkap untuk penelitian lebih lanjut bagi pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan jaringan komunikasi secara umum dan jaringan komunikasi pada pemasaran lidah buaya secara khusus.

3. Secara praktis walaupun penelitian ini tidak bermaksud untuk menghasilkan resep perumusan suatu kebijakan, akan tetapi sedikitnya diharapkan dapat membantu perumus kebijakan dengan memberikan informasi tentang pola atau struktur jaringan komunikasi yang dapat digunakan dalam diseminasi informasi di kalangan petani. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor komunikasi yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam jaringan komunikasi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi interpersonal adalah “berkomunikasi dengan (to communicate with)” daripada sekedar mempengaruhi. Komunikasi lebih merupakan suatu proses berbagi informasi (sharing

information). Pencapaian pengertian bersama untuk menaksir dan mendefinisikan

realitas menjadi sangat penting karena keberhasilan berbagai upaya manusia tergantung pada ada tidaknya pengertian bersama. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang bekerja atau berjalan antar manusia (Rogers dan Kincaid, 1981).

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal, langsung atau tidak langsung (Djuarsa, 1993).

Djuarsa (1993) menjelaskan bahwa komunik asi memiliki beberapa karakteristik yaitu:

a. Komunikasi adalah suatu proses.

b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari pelaku yang terlibat.

d. Komunikasi bersifat simbolis. e. Komunikasi bersifat transaksional

(20)

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi (Communication Network) adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Menurut Aziz (2002) jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut sehingga membentuk pola -pola atau model jaringan komunikasi tertentu.

Hanneman dan McEver (1975) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau lebih. Ditegaskan pula oleh Nan Lin (1975) bahwa bila dua orang atau lebih ikut serta dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan, maka terlibat dalam suatu jaringan.

Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa suatu jaringan terjadi dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi yang terpola. Diperjelas lagi oleh Schramm (1963) bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.

Feldman dan Arnold (1983) membedakan jaringan komunikasi menjadi dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal (menyerupai struktur organisasi) dan jaringan komunikasi informal yang disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi. Sajogyo dan Sajogyo (1996) mengistilahkan jaringan komunikasi informal sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa.

Robbin (1984) berpendapat bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horis ontal dalam komunikasi organisasi yang dibangun dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan (Gambar 1) yaitu jaringan rantai, jaringan Y, roda, lingkaran dan jaringan semacam saluran (Stoudolar, 1984 ; Koont z, et. al. 1989 ; Sikula, 1981 dalam Moekijat, 1993).

(21)

8

Gambar 1 Jaringan Komunikasi Umum (Robbins, 1984)

Berdasarkan kriteria tersebut tidak ada satupun jaringan yang akan menjadi terbaik untuk semua kejadian (Tabel 1). Apabila kecepatan yang penting maka jaringan roda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai, jaringan Y, dan jaringan roda mendapat nilai tinggi untuk kecermatannya. Susunan jaringan semua saluran adalah yang terbaik apabila tujuannya adalah untuk mencapai kepuasan anggota yang tinggi. Efektifitas jaringan komunikasi diukur menggunakan empat kriteria sebagai berikut :

Rantai Y

Roda (star)

(22)

Tabel 1 Jaringan komunikasi dan kriteria evaluasi

Jenis Jaringan Komunikasi

Kriteria Rantai Y Roda Lingkaran Semua Saluran

Kecepatan Sedang Sedang Cepat Lamban Cepat Kecermatan Tinggi Timggi Tinggi Rendah Sedang Timbulnya

Pemimpin Sedang Sedang Tinggi Tidak ada Tidak ada Moril Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi

Sumber : Robbins (dalam Moekijat, 1993)

Dalam kaitannya dengan perspektif jaringan maka ada beberapa konsep yang perlu dipahami sehingga dapat mempertaja m analisa terhadap jaringan komunikasi yaitu konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Konsep ini memperkenalkan jaringan komunikasi model Y, Bintang, All-Channel, Rantai. Konsep independen (desentralisasi) dimana anggota bebas memilih posisinya untuk menjadi apa dalam berkomunikasi sedangkan pada konsep dimana jaringan terpusat atau sentralisasi kejenuhan terjadi karena adanya overload informasi dalam suatu kelompok (Beebe dan Masterson, 1994).

Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam Jaringan Personal Jari-jari (Radial Personal Network ) yang bersifat menyebar dan Jaringan Personal Mengunci (Interlocking Personal

Network ) yang bersifat memusat. Jaringan personal yang memusat mempunyai

derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari individu-individu yang homopili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya. Jaringan personal yang menyebar mempunyai derajat integrasi yang rendah namun terbuka terhadap lingkungannya

Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa jaringan-jaringan komunikasi terdiri atas individu-individu yang berhubungan melalui pola -pola arus informasi. Cara berbagi informasi yang demikian dalam suatu waktu

(23)

10

menuntun para individu untuk saling mendekatkan atau saling menjauhkan pengertian bersama me reka mengenai realitas.

Analisis Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interaksi sebagai unit-unit analisis. Salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem (Rogers dan Kincaid, 1981).

Analisis jaringan komunikasi mendiskripsikan hubungan-hubungan antar unsur dan hubungannya dengan struktur komunikasi interpersonal. Struktur komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenal melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem. Suatu jaringan komunikasi terdiri dari saling hubungan antar individu melalui arus -arus informasi yang terpola. Arus informasi terjadi diantara partisipan dalam jaringan, dimana masing-masing atau keduanya dapat menjadi pengirim atau penerima informasi secara bergantian.

Konsepsi analisis jaringan komunikasi menekankan komunikasi dianggap sebagai suatu proses saling tukar menukar informasi. Itulah sebabnya mengapa model konvergensi dan analisis jaringan demikian sesuai satu sama lainnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis jaringan komunikasi berdasarkan model konvergensi (Kincaid dan Schramm, 1987). Model konvergensi (timbal balik) diagramnya menunjukan garis melingkar, maka wujudnya menyerupai serangkaian lingkaran dengan satu pusat. Jadi merupakan gerak menuju pengertian bersama yang terdapat di pusat. Titik pusat atau akhir tidak akan pernah dicapai secara mutlak. Hal ini mengingat kenyataan bahwa pengertian bersama seperti merupakan proses pertanyaan yang tak pernah mengenal akhir, oleh dua orang atau lebih. Proses bertanya ini selalu dapat berlanjut terus, memasuki tingkat pengertian bersama yang lebih mendalam lagi.

(24)

Mempelajari perilaku manusia berdasarkan model konvergensi digunakan pendekatan analisis jaringan komunikasi yaitu suatu metoda analisis untuk menentukan struktur komunikasi suatu sistem. Hubungan data tentang alur komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisa.

Dahlan (1997), menemukan dalam penelitiannya bahwa:

1. Jaringan komunikasi sosial yang tumbuh dalam masyarakat sangat informal sifatnya dan jarang terkait atau berhubungan dengan orang-orang yang biasanya dianggap sebagai pemuka formal.

2. Desa yang pranata adatnya sangat kuat memang ada jaringan-jaringan kekerabatan yang kuat, tetapi anggota-anggotanya umumnya menjadi anggota berbagai jaringan komunikasi sosial yang berbeda -beda sepanjang menyangkut informasi yang lain

3. Kepemukaan pendapat dalam jaringan komunikasi sosial di pedesaan ternyata bukan polimorfik tetapi umunya monomorfik, terbatas untuk suatu jenis informasi yang tertentu.

Analisis jaringan komunikasi mempunyai kelebihan dalam memungkinkan peneliti dalam menentukan “dimensi kedua” pengaruh komunikasi yang berupa distribusi akibat komunikasi antar anggota klik dalam suatu sistem, termasuk konsensus atau persetujuan yang timbul diantara individu yang berada dalam jaringan.

Knoke dan Kuklinski dalam Setyanto (1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial yaitu:

1. Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang a da di dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisispasi dalam sistem sosial itu. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin akan dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan dari masing-masing individu. Di dalam analisis jaringan,

(25)

12

langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja.

2. Dalam jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur sosial dalam sistem sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteratur an pola hubungan dari suatu keadaan konkrit.

Analisis jaringan komunikasi biasanya terdiri dari satu atau lebih prosedur -prosedur penelitian yaitu:

1. Pengidentifikasi klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem dan menentukan bagaimana bagian kelompok struktural ini mempengaruhi perilaku komunikasi dalam suatu sistem.

2. Pengidentifikasi peranan komunikasi khusus yang tertentu seperti “Liaison”, ”Bridge”, dan “Isolated/pemencil”.

3. Mengukur berbagai indeks struktur komunikasi seperti “communication

connectedness” para individu, pasangan, jaringan personal, klik atau

keseluruhan sistem (Rogers dan Kincaid, 1981).

Klik adalah bagian dari sistem dimana anggota -angotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Dengan pengidentifikasian klik dapat diketahui struktur komunikasi yang terbentuk selain itu dapat juga dipakai untuk mengukur derajat struktur komunikasinya.

Muhammad (2004) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan. Hasil analisis jaringan dapat memberikan informasi bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam jaringan komunikasi yaitu:

1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam

(26)

organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.

2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan untuk menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah s uatu informasi penting atau tidak.

3. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu dalam lingkungannya.

4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok.

5. Lia ison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok-kelompok organisasi.

6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya.

Struktur komunikasi yang terbentuk dalam analisis jaringan komunikasi akan memperlihatkan seseorang yang muncul sebagai bintang. Menurut Roger dan Kincaid (1981) bintang ini tidak selalu berhubungan dengan kepemimpinan.

(27)

14

Sebagai orang yang paling banyak dihubungi, bintang mempunyai karakteristik yang dapat diterima oleh sebagian besar anggota sistem sosial

Purnomo (2002) dalam penelitiannya menjelaskan salah satu peranan individu dalam jaringan komunikasi yaitu bintang (Star). Bintang ditunjukkan oleh jumlah pilihan terbanyak yang ditujukan pada seorang taruna dari taruna-taruna lain yang merupakan anggota jaringan komunikasi. Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bintang (Star) adalah individu yang mendapatkan jumlah pilihan terbanyak dari individu-individu lain yang terlibat dalam jaringan komunikasi.

Selain beberapa istilah di atas, dalam jaringan komunikasi juga dikenal istilah yang mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi yaitu:

1. Indeks ke terhubungan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya.

2. Indeks keragaman (Diversity Index) adalah derajat keheterogenan anggota dalam jaringan komunikasi.

3. Indeks integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi. 4. Indeks keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan

hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981).

Karakteristik Individu

Nelly (1988) menyatakan bahwa karakteristik individu akan sangat mene ntukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya. Karakteristik individu ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya.

Menurut Lionberger karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya

(28)

Ditambahkan oleh McLeod dan O’Keefe bahwa variabel demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku komunikasi (Lionberger, 1960; McLeod dan O’Keefe, 1972, dalam Saleh, 1988).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa profil petani yakni umur, pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media massa (Wardhani, 1994; Istina 1998, dalam Aziz, 2002).

Penelitian Djamali (1999) memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaan dalam jaringan komunikasi agribisnis sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi pada seorang pewalet bahwa semakin muda, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pengalaman maka seorang pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi. Disamping itu terpaan media memperlihatkan ada hubungan yang dengan keikutsertaan individu dalam jaringan komunikasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan terdapat hubungan antara umur, pendidikan luas lahan garapan dan terpaan media terhadap perilaku (penge tahuan dan pelaksanaan) usahatani tebu.

Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi berperan penting dalam mengubah perilaku individu. Terpaan media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Hedebro dalam Nasution (1992) mengemukakan peranan-peranan komunikasi dalam pembangunan dan diantaranya terdapat peranan media massa dapat menciptakan perubahan dengan membujukkan nilai-nilai dan sikap mental untuk menunjang modernisasi. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional dengan membawakan pengetahuan kepada massa. Disamping itu pula media massa dapat bertindak sebagi pengganda sumber -sumber daya pengetahuan.

(29)

16

Perilaku

Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar manusia karena didalamnya ada proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam jaringan komunikasi. Arif (1995) menjelaskan bahwa perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang me nunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatan.

Menurut Thorndike dan Watson dalam Rakhmat (2001) perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Didukung oleh Lewin

dalam Rakhmat (2001) yang menyatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar

respon pada stimuli tetapi juga dipengaruhi oleh tujuan dan kebutuhan hidup, semua faktor yang disadarinya dan kesadaran diri. Lewin memperkenalkan rumus B= f(P,E), artinya Behavioral (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologis). Lingkungan memberikan pengaruh cukup besar da lam menentukan perilaku manusia tetapi manusia memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya sesuai dengan karakteristik personal yang dimilikinya.

Menurut Rakhmat (2001), sistem peranan yang ditetapkan dalam masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor -faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam kelompok dan organisasi hubungan antara anggota dan ketua serta besar kecilnya kelompok akan mempengaruhi jaringan komunikasi. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis akan mempengaruhi pola-pola perilaku anggota populasi tersebut.

Jaringan komunikasi membentuk suatu struktur komunikasi dalam suatu sistem. Setiap individu dalam suatu sistem akan berhubungan dengan individu lain (interpersonal) yang terpolakan dalam suatu kurun waktu. Suatu struktur jaringan komunikasi (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan perilaku orangnya juga dapat diprediksi. Jadi jaringan komunikasi adalah suatu hubungan

(30)

yang relatif antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981).

Pengetahuan menurut Hutabarat merupakan informasi yang diketahui seseorang yang akan diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman (Thirtawati, 2000). Diperjelas oleh Walgito (2002) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru selanjutnya menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu.

Tindakan adalah tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai dilaksanakan oleh seseorang di dalam bertingkah laku yang didasarkan pada kebutuhan dan motivasi. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi (Ahmadi, 1991).

Pemasaran Hasil Pertanian

FAO (1958) dalam Sudiyono (2002) mendef inisikan pemasaran hasil pertanian atau tataniaga hasil pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen.

Menurut Mubyarto (1989), istilah pemasaran diartikan sama dengan tataniaga atau distribusi. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga karena “niaga” berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar sehingga tataniaga disebut juga pemasaran.

Menurut Sudiyono (2002) pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga -lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi pemasaran.

Beberapa masalah pemasaran komoditi pertanian menurut Soekartawi (1993) yang terjadi di Indonesia antara lain:

(31)

18

1. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontinu.

2. Fluktuasi harga.

3. Pelaksanaan pemasaran yang tidak efesien karena tidak ”fair”nya pelaku pasar dalam mekanisme pemasaran.

4. Tidak memadainya fasilitas pemasaran seperti transportasi, gudang dan tempat komoditi pertanian dipasarkan.

5. Terpencarnya lokasi produsen dan konsumen. 6. Kurang lengkapnya informasi pasar.

7. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran.

8. Kurangnya respon produsen terhadap permintaan pasar. 9. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang mendukung.

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran produk mereka adalah faktor harga. Harga menurut Mubyarto (1989) adalah ukuran nilai dari suatu barang dan jasa. Suatu barang mempunyai harga karena barang tersebut berguna dan jumlahnya terbatas. Barang disebut barang ekonomi karena mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut mempunyai kegunaan sedangkan suatu barang mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas.

Tinggi rendahnya harga barang dan jasa akan dipengaruhi oleh mutu dan mutu dapat diperoleh dari standarisasi. Standar mutu berarti penentuan atau penetapan standar golongan (kelas atau derajad). Standar mutu adalah suatu ukuran atau ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai sesuatu yang mempunyai nilai tetap (Hanafiah dan Saefudin, 1983). Suatu standar ditentukan atas dasar ciri-ciri produk yang dapat berpengaruh pada nilai komersil dari barang. Ciri-ciri yang dimaksud dapat berupa ukuran, bentuk, warna, rasa, kandungan air, kandungan unsur-unsur kimia dan lain lain atau kombinasi dari ciri-ciri tersebut.

(32)

Kerangka Pemikiran

Petani tentunya memerlukan peran komunikasi dalam usaha taninya. Komunikasi ini diperlukan dalam berbagai hal seperti mendapatkan informasi tentang sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian), cara budidaya dan cara serta tujuan memasarkan produk mereka. Kenyataan yang terjadi petani pada petani lidah buaya di Pontianak adalah kesulitan dalam hal pemasaran yang disebabkan karena kekurangtahuan akan informasi harga jual, mutu dan bentuk produk yang diinginkan konsumen maupun tujuan penjualan. Untuk mendapatkan informasi ini petani memerlukan bantuan dari berbagai pihak dengan melakukan interaksi komunikasi sehingga membentuk jaringan komunikasi.

Informasi mengenai pemasaran khususnya harga jual, mutu dan bentuk produk serta tujuan penjualan sangat dibutuhkan oleh petani karena dengan mengetahui informasi ini petani akan dapat mengambil peran yang aktif dalam menentukan harga. Dengan berperannya petani dalam mene ntukan harga maka petani akan lebih kuat dalam posisi tawar menawar produk mereka dan akhirnya akan dapat menaikkan pendapatan sebagai tujuan akhir usahatani mereka.

Salah satu cara untuk memahami jaringan komunikasi pada pemasaran lidah buaya adalah dengan mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi akibat dilakukannya proses komunikasi interpersonal. Hal ini tidak lain karena manusia selain mahluk individu adalah juga sebagai mahluk sosial yang hanya bisa mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi tentunya diawali kontak yang mengarah pada kecenderungan untuk berbagi informasi dengan individu lain dan perwujudan interaksi dengan individu lain akan mengarah kepada siapa berhubungan dengan siapa.

Petani akan membentuk jaringan komunikasi dalam berbagi informasi tentang pemasaran. Jaringan komunikasi ini dapat dilihat dari indeks

(33)

20

keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index).

Diduga karakteristik individu petani dapat mempengaruhi jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dapat mempengaruhi perilaku petani dalam kasus pemasaran produk lidah buaya. Karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani dan terpaan media (media

exposure) yang terdiri dari keterdedahan media dan kepemilikan media sedangkan

jaringan komunikasi meliputi indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index), indeks keterbukaan (oppeness index). Penelitian ini berupaya mema hami:

1. Keragaan dan struktur jaringan komunikasi di kalangan petani lidah buaya. 2. Hubungan faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan

komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

3. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

4. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

Jaringan komunikasi lidah buaya beranggotakan petani-petani dimana di dalamnya terjadi komunikasi interpersonal. Komunikasi yang terjadi di dalam jaringan tersebut dianggap efektif apabila terjadi kesamaan pemahaman dari tujuan antara sumber dan penerima informasi. Kesamaan pemahaman tersebut akan menghasilka n kesamaan pengetahuan, sikap mental dan tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan dengan pemasarannya.

Analisis jaringan komunikasi serta faktor -faktor yang mempengaruhinya dapat digambarkan pada dia gram alur kerangka pemikiran berikut ini:

(34)

Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan jaringan komunikasi petani lidah buaya .

2. Terdapat hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya.

3. Terdapat hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya.

Jaringan

Komunikasi:

1. Derajat

Keterhubungan

2. Derajat

Integrasi

3. Derajat

Keterbukaan

Perilaku Pemasaran:

1. Pengetahuan

2. Tindakan

Faktor Eksternal

1. Keterdedahan

media

2. Kepemilikan

media

Faktor Internal

1. Umur

2. Pendidikan

3. Luas lahan

4.

Pengalaman

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif korelasional dengan analisis terhadap semua indikator peubah dan hubungan antar pe ubah. Penelitian ini terdiri dari tiga peubah yaitu peubah bebas, peubah antara dan peubah tidak bebas. Peubah bebas terdiri dari karakteristik individu sebagai faktor internal yang terdiri dari umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, luas lahan sedangkan terpaan media sebagai faktor eksternal terdiri dari keterdedahan media dan kepemilikan media, peubah antaranya adalah jaringan komunikasi yang terdiri dari indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index). Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang ditekankan pada struktur komunikasinya. Struktur komunikasi di sini meliputi tiga tingkat yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem. Peubah tak bebasnya adalah perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya khususnya pengetahuan dan tindakan petani dalam dalam hal pemasaran lidah buaya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak yang terletak di Kecamatan Siantan Kota Pontianak. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan karena wilayah ini merupakan Kawasan Sentra Produksi lidah buaya , memiliki areal pengusahaan yang paling luas dan berpotensi untuk dikembangkan lagi sebagai upaya mendukung program komoditas unggulan Kota Pontianak. Pe nelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dimulai bulan Pebruari sampai dengan Juni 2006.

(36)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh petani lidah buaya di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak. Sesuai dengan ketentuan dalam analisis jaringan komunikasi maka pengambilan sampe l dilakukan dengan cara Representative

Sample of Intact System yaitu mengambil seluruh individu yang termasuk di

dalam sistem sebagai sampel. Sampel penelitian ini adalah semua petani petani lidah buaya di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak sebanyak 67 orang yang terdiri dari etnis Cina, Melayu dan Jawa.

Definisi Operasional

1. Karakteristik Petani: adalah merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya , yang meliputi:

a. Umur, adalah jumlah tahun usia responden dihitung sejak yang bersangkutan lahir sampai wawancara dilakukan. Diukur dengan skala ordinal dari umur yang tertua hingga yang termuda dengan tiga kategori, tua, sedang dan muda .

b. Tingkat pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal tertinggi responden. Diukur dengan skala ordinal dari pendidikan tertinggi hingga yang terenda h. Pendidikan dikategorikan tinggi, sedang dan rendah

c. Pengalaman bertani, adalah lamanya responden menjalankan usahataninya. Diukur dengan menggunkan skala ordinal dari tertinggi hingga yang terendah. Pengalaman bertani dikategorikan tinggi , sedang dan rendah.

d. Luas lahan, diukur dengan melihat luas garapan responden dalam hektar. Ukuran skala yang digunakan dinyatakan dalam skala ordinal dari luas lahan tertinggi hingga yang terendah. Luas lahan dikategorikan tinggi, sedang dan rendah.

e. Kepemilikan media , diukur berdasarkan jumlah media atau alat komunikasi yang dimiliki responden seperti tv, radio, telpon,

(37)

24

majalah dan surat kabar. Ukuran skala yang digunakan dinyatakan dalam skala ordinal dari kepemilikan tertinggi hingga yang terendah. Kepemilikan media dikategorikan tinggi, sedang dan rendah

f. Terpaan media , adalah berkaitan dengan informasi yang diperoleh responden melalui media massa baik cetak maupun elektronik dan diukur dengan berapa kali responden membaca koran atau majalah dan mendapatkan informasi tentang pemasaran lidah buaya dan berapa kali mendengar atau menonton acara tv yang berkenaan dengan pemasaran lidah buaya dalam enam bulan terakhir. Terpaan media dikategorikan tinggi, sedang dan rendah

2. Jaringan Komunikasi, menggambarkan interaksi antara satu petani dengan petani lain yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan informasi mengenai pemasaran. Dari data jaringan yang diperoleh dapat dilihat indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index ).

Indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration

index) dan indeks keterbukaan (openess index) dikategorikan jika nilainya

mendekati satu maka dikatakan derajat keterhubungan, integrasi dan keterbukaan tinggi. Jika nilai indeks menjauhi angka satu maka dapat dikatakan derajat keterhubungan, integrasi dan keterbukaan rendah. Di samping itu data jaringan komunikasi juga dapat menggambarkan struktur jaringan komunikasi. Struktur jaringan komunikasi menjelaskan peranan-peranan petani sebagai individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi. Adapun peranan yang terjadi dalam sistem berupa :

a. Star yaitu individu yang mendapatkan pilihan terbanyak dari individu-individu lain yang terlibat dalam jaringan komunikasi. b. Bridge yaitu anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi

yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain.

(38)

c. Liaison yaitu sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. d. Isolate anggota kelompok yang mempunyai kontak minimal

dengan orang lain dalam kelompok.

Struktur jaringan komunikasi dianalisa dalam tiga tingkat yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem.

a. Individu yaitu petani sebagai perseorangan,

b. Klik yaitu bagian dari sistem dimana anggota -angotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi.

c. Sistem adalah seluruh petani yang terlibat di dalam jaringan komunikasi.

Analisis tingkat individu terdiri dari derajat koneksi individu dan derajat integrasi individu. Tingkat klik terdiri dari derajat koneksi klik, derajat integrasi klik dan derajat keterbukaan klik. Tingkat sistem terdiri dari koneksi sistem rata-rata dan tingkat keterbukaan sistem. Semua indeks selanjutnya dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih jelas tentang def inisi operasional dan pengukuran struktur jaringan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

(39)

26

Tabel 2 Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi. Indikator Definisi Konseptual Pengukuran 1. Tingkat Individu 1. Keterhubungan Individu (Individual Connectedness) 2. Integrasi Individu (Individual Integration) Tingkat hubungan individu dengan individu lainnya dalam suatu sistem

Tingkat hubungan dari masing-masing anggota jaringan komunikasi personal individu

Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota jaringannya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin. Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara individu dengan anggota jaringan komunikasi dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin 2. Tingkat Klik 1. Keterhubungan Klik (Clique Connectedness) 2. Integrasi Klik (Clique Integration) 3. Keterbukaan Klik (Clique Openness)

Tingkat hubungan antar satu klik dengan klik lainnya di dalam suatu sistem

Tingkat hubungan suatu klik dengan klik yang terhubungkan dengan klik lainnya lagi

Tingkat hubungan antara anggota klik dengan klik anggota lain di luar klik

Jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam suatu sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin.

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

Jumlah hubungan anggota klik yang melintasi batas klik dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin 3. Tingkat Sistem 1. Keterhubungan Sistem Rata-rata (Average System Connectedness) 2. Keterbukaan Sistem (System Openness)

Tingkat rata-rata anggota sistem dihubungkan dengan individu lain di dalam sistem

Tingkat hubungan anggota sistem dengan individu lain di luar sistem

Jumlah rata-rata hubungan tiap individu anggota sistem dengan anggota lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

(40)

3. Perilaku Petani, yaitu pe ngetahuan dan tindakan yang dilakukan petani dalam hal pemasaran lidah buaya. Diukur dari pengetahuan dan tindakan petani tentang informasi harga jual, mutu produk dan pembeli dengan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data tersebut terdiri dari:

1. Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan, pemilikan media komunikasi dan terpaan media. 2. Struktur jaringan komunikasi yang diukur dari indeks keterhubungan

(connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index).

3. Perilaku pemasaran yang diukur dari pengetahuan dan tindakan pe tani dalam pemasaran lidah buaya.

Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:

1. Survei pendahuluan yaitu tahapan awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data untuk memperkuat atau mempertajam permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga peneliti menjadi yakin bahwa penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan.

2. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara (interview) dengan responden. Data jaringan komunikasi dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sosiometris (darimana seseorang mendapatkan informasi tertentu dan kepada siapa responden tersebut membicarakan informasi yang telah mereka dapatkan) kepada seluruh petani. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner terbuka yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

(41)

28

a. Karakteristik individu b. Struktur jaringan komunikasi c. Perilaku petani dalam pemasaran.

3. Pengumpulan data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh dari pihak-pihak dan lembaga-lembaga terkait yaitu PPL, Kepala Desa, Kantor Kecamatan, Terminal Agribisnis, Aloe vera Center, Dinas Pertanian Kotamadya Pontianak dan pihak-pihak atau lembaga lain.

Validitas dan Reliabelitas

Validitas (keabsahan) instrumen diperoleh dari pertanyaan (kuesioner) yang disusun dengan cara (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, (3) berpedoman pada teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (4) mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian terdahulu dalam kasus yang relevan, dan (5) memperhatikan nasehat dan pendapat dari para ahli, terutama dari komisi pembimbing.

Reliabelitas instrumen penelitian (kue sioner terbuka) diuji dengan metode Cronbach á dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali dan akan diolah dengan SPSS 11. Untuk mencapai tingkat reliabelitas yang tinggi atau dengan kata la in instrumen pengukuran atau kue sioner dikatakan reliabel (andal) dapat diupayakan melalui cara sebagai berikut:

1. Mengungkapkan pertanyaan secara lugas (tidak membingungkan).

2. Memberikan petunjuk yang jelas dan baku dalam mengisi/menjawab kuisioner.

Hasil uji yang didapatkan dengan metode Cronbach á melalui SPSS 11 didapatkanlah nilai á sebesar 0,5370. Nilai ini menunjukkan bahwa reliabelitas instrumen penelitian sebesar 0,5370 yang artinya butir-butir pertanyaan yang ada dalam instrumen sudah dianggap sesuai dan layak untuk dipakai sebagai pertanyaan.

(42)

Analisis Data

Dalam penelitian ini te knik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Sosiometri

Digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang terjadi di antara petani lidah buaya. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner, selanjutnya dibuat sosiogram. Sosiogram ini kemudian digunakan untuk melihat pola hubungan dan peranan individu petani dalam jaringan komunikasi.

2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi

Tingkat keterhubunga n rata-rata hubungan (individual connectedness) antar responden dapat dihitung dengan cara:

Tingkat keterhubungan =

Jumlah kemungkinan hubungan dalam sistem dirumuskan:

Dimana N= Jumlah anggota sistem yang ada

Tingkat integrasi individual (individual integration) dapat dihitung dengan cara:

Tingkat integrasi =

Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota dalam

jaringan

Jumlah hubungan yang mungkin dalam sistem

N (N-1) 2

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) dalam suatu sistem Jumlah hubungan yang mungkin

(43)

30

Indeks keterbukaan (system openness index) sistem dalam jaringan komunikasi dapat diketahui dengan cara:

Tingkat keterbukaan =

3. Analisis Statistik

Data mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran dianalisa dengan menggunakan analisis rangking dari

Spearman.

Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem Jumlah hubungan yang mungkin

(44)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang didirikan pada tanggal 23 Oktober 1771 dengan luas wilayah 107.82 km2 atau 0.07% dari luas Kalimantan Barat. Secara geografis terletak di lintasan khatulistiwa, tepatnya pada posisi 0002’24’’LU– 0001’37’’LS dan 109016’25’’BT– 109023’04’’BT sehingga menjadikan Kota Pontianak dijuluki dengan sebutan

Kota Khatulistiwa (Bappeda dan BPM Kota Pontianak 2003).

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 5 Tahun 2002,

secara administratif Kota Pontianak dibagi menjadi 5 kecamatan yaitu, Kecamatan Pontianak Utara, Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak

Timur, Kecamatan Pontianak Barat dan Kecamatan Pontianak Kota. Adapun luas wilayah Kota Pontianak menurut kecamatan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas wilayah Kota Pontianak menurut kecamatan

Kecamatan Luas (km²) (%) Pontianak Utara Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota 37.72 29.37 8.78 22.11 10.34 34.52 27.24 8.14 20.51 9.59 Jumlah 107.82 100.00

Sumber: BPS Kota Pontianak 2004

Tabel 3 di atas menunjukkan Kecamatan Pontianak Utara merupakan kecamatan yang terluas dengan luas 37.72 km2 atau 34.52 persen dari luas Kota Pontianak dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Pontianak Timur dengan luas 8.78 km2 atau 8.14 persen dari luas Kota Pontianak.

Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak yang merupakan lokasi penelitian terletak di kecamatan Pontianak Utara. Kawasan Sentra Agribisnis (KSA) merupakan salah satu kawasan yang dibangun oleh Pemerintah Kota Pontianak sebagai salah satu bentuk perencanaan ruang sektor strategis khususnya di bidang

(45)

32

pertanian. Pengembangan KSA Pontianak dipandang dapat mengakomodir hal tersebut dengan pendekatan Produk Unggulan Daerah.

Rencananya pengembangan KSA Pontianak dibagi menjadi tujuh bagian (Hasil Rekomendasi Pengembangan pada Penyusunan RDTR KSA Pontianak Tahun Anggaran 2002) yang terdiri dari:

1. Kawasan tanaman lidah buaya, pepaya dan jagung seluas 674.70 hektar. 2. Kawasan tanaman kacang-kacangan dan sayur-sayuran dataran rendah

seluas 42 hektar.

3. Kawasan peternakan yang terdiri dari peternakan sapi, kambing dan ayam ras seluas 60.2 hektar.

4. Kawasan RPH dan Puslitbang Agribisnis Terpadu seluas 13,06 hektar. 5. Kawasan Agroindustri seluas 6 hektar.

6. Kawasan Terminal Agribisnis (TA) seluas 6. 82 hektar.

7. Kawasan Pendidikan dan Kesehatan menempati areal seluas 1 hektar. Kawasan Sentra Agribisnis (KSA) Kota Pontianak terletak di Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak meliputi Kelurahan Siantan Hulu, Siantan Tengah dan Siantan Hilir. Luas KSA adalah 800 ha dan secara geografis wilayah kawasan tersebut terletak antara 109° 19,621’ BT -109° 21,648’BT dan 0° 00,211’LU-0° 02,178’LU. Batas administrasi KSA adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Pontianak.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Batulayang Kecamatan Pontianak Utara.

Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Supadio Pontianak, KSA Pontianak termasuk daerah beriklim tropis tipe A dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya mencapai 3.102 mm atau 258.5 mm/bulan dengan kisaran antara 225.3 mm-325.7 mm/bulan. Suhu udara rata-rata per hari mencapai 26.6 0C dengan kisaran 26.3 0C-26.9 0C. Kelembaban udara rata-rata tahunan

(46)

adalah 86.2 persen. Intensitas penyinaran matahari rata-rata tahunan adalah 59.2 persen dan tekanan udara rata-rata tahunan adalah 1.010.6 mb. Secara agroklimat Kota Pontianak memenuhi persyaratan sebagai daerah pengembangan lidah buaya karena Kota Pontianak terletak tepat pada garis Khatulistiwa (0°) yang mendapat penyinaran penuh sepanjang hari.

Sebagai salah satu kawasan yang diusahakan untuk pengembangan tanaman lidah buaya maka KSA sangat tepat. Hal ini disebabkan karena tanaman lidah buaya sudah lama diusahakan oleh petani keturunan etnis Cina di Kelurahan Siantan Hilir dan Siantan Hulu. Di kota Pontianak tanaman lidah buaya sudah mulai banyak ditanam sekitar tahun 1980an yang pemanfaata nnya saat itu masih terbatas pada tanaman hias dan tanaman obat panas dalam.

Demografi

Jumlah penduduk di Kecamatan Pontianak Utara pada tahun 2003 berjumlah 102 786 jiwa yang tersebar pada beberapa kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 Jumlah penduduk di Kecamatan Pontianak Utara

Jumlah Penduduk Kelurahan Tahun 2000 Tahun 2003 Batu Layang Siantan Hilir Siantan Tengah Siantan Hulu 35 812 10 073 21 456 46 703 38 242 9 290 21 938 48 724 Jumlah 114 044 118 194

Sumber: BPS Kota Pontianak, 2004

Hasil survei lapangan Bappeda dan PMD tahun 2003 menunjukkan bahwa di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak yaitu di Kelurahan Siantan Hilir dan Siantan Hulu terdapat 7 (tujuh) orang yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS, 31 orang karyawan swasta, 17 orang sebagai peternak, 60 orang sebagai pedagang dan 269 sebagai petani. Data dari Aloe vera center menunjukkan bahwa pada tahun 2004 sebanyak 115 orang petani di dua kelurahan yang mengusahakan

(47)

34

tanaman lidah buaya atau sebanyak 42.75 persen dari seluruh petani yang ada dan pada tahun 2006 berkurang sebanyak 58.26 persen dan hanya tinggal 67 orang petani.

Penduduk Kecamatan Pontianak Utara berdasarkan kelompok umur yang paling banyak jumlahnya berada pada kisaran 15-54 tahun dan jumlah yang sedikit pada kisaran umur 55 tahun keatas yang dirincikan pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5 Komposisi penduduk Kecamatan Pontianak Utara berdasarkan Umur Umur (tahun) Kelurahan 0-14 % 15-54 % 55 % Batu Layang Siantan Hilir Siantan Tengah Siantan Hulu 4 843 10 238 12 788 11 060 12.44 26. 3 32.85 28.41 6 138 12 975 16 209 14 322 12.36 26.13 32.65 28.85 1 503 2 225 2 865 3 299 15.19 22.49 28.96 33.35 Jumlah 38 929 100 49 644 100 9 892 100

Sumber: Monografi Kelurahan di Kecamatan Pontianak Utara, 2002

Dari tabel tersebut dijelaskan bahwa kisaran umur produktif 15 sampai 54 tahun merupakan jumlah penduduk yang terbanyak di Kecamatan Pontianak Utara yaitu 50.42 persen, diikuti oleh usia 0 sampai 14 tahun yaitu sebesar 39.54 persen dan usia di atas 55 tahun sebesar 10.05 persen. Dengan banyaknya jumlah penduduk dengan usia produktif tersebut maka merupakan potensi yang besar dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat untuk pengembangan lidah buaya .

Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk sehari-hari di KSA adala h bertani/berkebun dengan jumlah 269 KK, beternak 17 KK, pegawai negeri 7 KK, pegawai swasta 31 KK dan berdagang sebanyak 60 KK (Bappeda dan PMD Kota Pontianak, 2003) . Hasil pertanian dan peternakan yang dihasilkan berupa sayur -sayuran, pepaya, lidah buaya, nenas, singkong, kunyit, jagung, ayam ras dan babi.

(48)

Pemasaran hasil-hasil pertanian dari petani KSA didistribusikan ke berbagai tempat dengan rincian sebagai berikut:

1. Lidah buaya kualitas ekspor dipasarkan ke pabrik minuman lidah buaya PT. Nitramas Utama Pontianak dan sebagian di ekspor ke Jakarta, Malaysia, Hongkong dan Singapura dalam bentuk pelepah.

2. Lidah buaya yang kurang berkualitas dipasarkan ke Pasar Tani di Jalan Budi Utomo dalam bentuk pelepah dan minuman

3. Sayuran, pepaya, nenas, ubi jalar, singkong dan jagung dipasarkan ke Pasar Flamboyan, pasar-pasar tradisional di Pontianak dan se bagian kecil di Pasar Tani Budi Utomo.

4. Kunyit, telur, ayam dan daging babi di pasarkan ke Pasar Flamboyan dan pasar-pasar tradisional di Pontianak.

Kemampuan pasar lidah buaya hanya mengandalkan beberapa agen dan eksportir dengan kuantitas yang tidak begitu besar sedangkan daya serap pasar lokal diperkirakan hanya 15 ton perbulan. Akibatnya petani banyak yang menelantarkan kebunnya sehingga tanaman lidah buaya banyak yang rusak dan mati seperti yang terlihat pada Gambar 3 sedangkan pada Gambar 4 adalah tanaman lidah buaya yang dipelihara dengan baik (bagus).

Gambar

Gambar 1 Jaringan Komunikasi Umum (Robbins, 1984)
Tabel 1   Jaringan  komunikasi dan  kriteria evaluasi
Gambar 2   Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 2  Definisi konseptual dan pengukuran struktur  jaringan  komunikasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang yang meliputi fenomena bisnis dan kesenjangan hasil penelitian, maka rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam studi ini “Bagaimana

Pandawa Lima adalah game pengenalan budaya Indonesia yaitu wayang yang bersudut pada legenda Mahabharata dan berjalan pada platform Android, dibuat untuk

Alleluya, Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul: “PENATAAN KEMBALI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan (1) hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik peta konsep

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul yaitu “ Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang No 8

Hasil pengukuran pada alat dibuat dan diolah menggunakan image processing.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kinerja sistem alat berjalan dengan baik dapat mengukur

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “faktor – faktor yang berhubungan

Hasil uji t variabel struktur modal secara parsial terbukti tidak ada dampak yang signifikan antar struktur modal terhadap profitabilitas pada Koperasi Simpan