• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kelompok Penerima Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) PLN Tarahan Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Kelompok Penerima Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) PLN Tarahan Lampung Selatan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KELOMPOK PENERIMA PROGRAM

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (TSP) PLN

TARAHAN LAMPUNG SELATAN

DEDEH KURNIASIH KUSNANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dinamika Kelompok Penerima Program TSP PLN Tarahan Lampung Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

(3)

RINGKASAN

DEDEH KURNIASIH KUSNANI. Dinamika Kelompok Penerima Program TSP PLN Tarahan Lampung Selatan. Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan PUDJI MULJONO.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Tarahan Lampung Selatan memberikan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) kepada masyarakat dan lingkungan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perekonomian masyarakat sekitar perusahaan. Oleh sebab itu, keberlanjutan kelompok menjadi sangat penting agar terjadi perubahan perilaku masyarakat.

Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat dinamika dan efektivitas kelompok; (2) menganalisis hubungan karakteristik anggota dengan dinamika kelompok; dan (3) menganalisis hubungan dinamika kelompok dengan efektivitas kelompok.

Desain penelitian ini adalah penelitian survei dan bersifat explanatory research yang dilakukan di Desa Rangai Tritunggal Kecamatan Katibung Lampung Selatan. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015 dengan jumlah responden 50 orang. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis korelasi rank Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat dinamika kelompok penerima TSP PLN Tarahan tergolong dalam kategori rendah, hal ini disebabkan belum spesifiknya tujuan kelompok, tidak jelasnya struktur kelompok, belum berjalannya fungsi dan tugas kelompok, rendahnya pembinaan dan pengembangan kelompok, dan kurang adanya tekanan yang positif di dalam kelompok. Tingkat efektivitas kelompok tergolong kategori rendah karena rendahnya partisipasi anggota, kelompok belum melakukan pergantian pengurus, tidak adanya perencanaan kegiatan kelompok, dan belum maksimalnya kegiatan kelompok, (2) rendahnya dinamika kelompok berhubungan signifikan dengan rendahnya motivasi kerja, intensitas penyuluhan, pendampingan, dan interaksi sosial kelompok dan (3) dinamika kelompok berhubungan positif dan sangat signifikan dengan efektivitas kelompok, dengan demikian kelompok harus memperhatikan partisipasi anggota, adaptasi kerja, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan kepuasan yang dirasakan oleh anggota agar kelompok memiliki dinamika yang tinggi.

(4)

SUMMARY

DEDEH KURNIASIH KUSNANI. Group Dynamics of TSP Program PLN Tarahan South Lampung Recipient. Supervised by AMIRUDDIN SALEH and PUDJI MULJONO.

National Electricity Company Tarahan South Lampung gave corporate social responsibility for community and environment by group approach. The efforts were made to increase knowledge, skill and the economy of community in around the company. Therefore, sustainability of the group is so important in order to occur behavior change of community.

The aims of this study were: (1) analyze level of group dynamics and group efectivity; (2) analyze correlation between member characteristics and group dynamics; (3) analyze correlation between group dynamics and group efectivity.

The design of this research is survey focusing on explanatory research and was conducted in Rangai Tritunggal Village, Katibung District, South Lampung. The field study was conducted from January until March 2015 and the numbers of respondents are 50 peoples. Descriptive and correlational rank Spearman analysis were used to explain this research.

The results of this research showed that: (1) the level of group dynamics was low because the group goals are not specific, the structure is not clear, group role and function is not implemented optimally, coaching and development of group is not adequate, and there is not positive pressure. The level of group effectivity was low because members participation is low, the group do not make turn the board, the group has not planning activity and group activity is not implemented maximally, (2) low group dynamics correlated positively and significantly with low working motivation, intensity of extension, mentoring, and social interaction of the group and (3) group dynamics correlated positively and significantly with group effectivity, so the group must pay attention members participation, working adaptation, planning activity, implementation activity, and members satisfaction so that the group has high dynamics level.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

DINAMIKA KELOMPOK PENERIMA PROGRAM

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (TSP) PLN

TARAHAN LAMPUNG SELATAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari-Maret 2015 ini ialah kelompok, dengan judul Dinamika Kelompok Penerima TSP Tarahan Lampung Selatan.

Terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Amiruddin Saleh MS dan Bapak Dr Ir Pudji Muljono MSi selaku komisi pembimbing atas arahan, dukungan, nasihat, dan semangat yang diberikan kepada penulis saat penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staf kependidikan Program Studi Ilmu penyuluhan Pembangunan, yang telah mendidik dan mambantu penulis selama penyelesaian studi di IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus dan anggota Kelompok Penerima TSP PLN Tarahan Lampung Selatan yang telah memberikan informasi dan menyediakan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Staf PLN Tarahan, penyuluh, pendamping yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.

Ungkapan terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta Ayahanda Nani Kusnani dan Ibunda Husnahwati atas kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan moril dan materil yang diberikan kepada penulis sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta Rohayani, Triyono, Supriyadi AMd, Brigadir Bebi Susanto, Anggi, Asep Prayitno, Ryan Pratiko, Nina Wulan Meylani, dan Akbar Khotama, Cahaya Wulan Idahdadari atas kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Delki Utama Asta SP MSi atas kasih sayang, motivasi dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sampai saat ini.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan studi di Pascasarjana IPB. Ucapan terimakasih juga disampakian untuk Dosen Universitas Lampung yang telah memberikan rekomendasi, arahan, dan semangat kepada penulis untuk melanjutkan studi di Pascasarjana IPB.

Kepada seluruh sahabat PPN: Cici, Heri, Kesa, Ike, Shinta, Siti, Nila, Mba Tintin, Kak Shanti, Kak Nia, Tiara, Riana, Aira, Inong, Pak Erix, Darma, Mba Vera, Enik, Azwar, Isni, dan Bang Muhib atas kasih sayang, kebersamaan, diskusi, dukungan, nasihat yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi ini.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis khususnya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Kelompok 5

Dinamika Kelompok 5

Efektivitas Kelompok 14

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 19 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 20

Kerangka Berpikir 26

Hipotesis Penelitian 30

3 METODE 31

Desain Penelitian 31

Lokasi Penelitian 31

Populasi dan Sampel Penelitian 31

Data dan Instrumen Penelitian 32

Definisi dan Batasan Operasional 33

Uji Validitas dan Reliabilitas 39

Teknik Pengumpulan Data 41

Teknik Analisis Data 41

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 43

Gambaran Umum Wilayah Penelitian 43

Deskripsi Kelompok Penerima Program TSP PLN Tarahan 44 Karakteristik Internal dan Eksternal Anggota Kelompok 46 Dinamika Kelompok Penerima Program TSP PLN Tarahan 53 Efektivitas Kelompok Penerima TSP PLN Tarahan 57 Hubungan Karakteristik Anggota dengan Dinamika Kelompok 59

Hubungan Dinamika Kelompok dengan Efektivitas Kelompok 62

5 SIMPULAN DAN SARAN 65

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 71

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah sebaran data populasi dan sampel penelitian 32 2 Sub variabel, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,

katagori pengukuran karakteristik internal anggota 33 3 Sub variabel, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,

katagori pengukuran karakteristik eksternal anggota 34 4 Sub variabel, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,

katagori pengukuran dinamika kelompok 36

5 Sub variabel, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,

katagori pengukuran efektivitas kelompok 38

6 Sebaran karakteristik anggota kelompok penerima TSP PLN Tarahan

Tahun 2015 47

7 Rataan skor tingkat dinamika kelompok penerima TSP PLN Tarahan

Tahun 2015 53

8 Rataan skor tingkat efektivitas kelompok penerima TSP PLN Tarahan

Tahun 2015 58

9 Koefisien korelasi antara karakteristik internal dan eksternal anggota

dengan dinamika kelompok penerima TSP PLN Tarahan Tahun 2015 60 10 Koefisien korelasi antara diamika dengan efektivitas kelompok

penerima TSP PLN Tarahan Tahun 2015 63

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka berpikir operasional dinamika kelompok penerima program

TSPPLN Tarahan 30

2 Interaksi sosial kelompok penerima program TSP PLN Tarahan 52

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 69

2 Jadwal penelitian 75

3 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioer penelitian 77

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prinsip dari pembangunan berkelanjutan adalah mengedepankan kualitas hidup dan pertumbuhan, terutama pada masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya, dan kemampuan dalam memadukan antara strategi ekonomi dan ekologi dengan memasukkan unsur sosial dan budaya. Berhasil tidaknya pembangunan berkelanjutan tidak hanya ditentukan oleh peran pemerintah dan industri, tetapi peran seluruh masyarakat. Stakeholder inti yang diharapkan mampu menunjang keberhasilan pembangunan berkelanjutan adalah pemerintah, masyarakat dan perusahaan.

Perusahaan sebagai salah satu stakeholder inti tidak hanya berperan dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi ikut berperan dalam pembangunan perekonomian. Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 pasal 74 menyatakan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Perusahaan PLN Tarahan Lampung Selatan merupakan salah satu pemasok listrik utama di daerah Sumatera bagian selatan, terutama Lampung yang beroperasi menggunakan tenaga dari uap yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Visi dari perusahaan ini adalah menjadi perusahaan pembangkit terkemuka dan unggul di Indonesia dengan kinerja kelas dunia yang bertumpu pada potensi insani. Perusahaan tidak hanya memiliki tujuan komersil, juga berperan memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat dan juga melakukan binaan lingkungan. Sebagai stakeholder inti, perusahaan ini bertanggung jawab kepada pemerintah untuk menjalankan kewajibannya dengan cara memberikan TSP kepada masyarakat dan lingkungan.

Pada tahun 2012 perusahaan memberikan TSP kepada empat dusun yang berada di sekitar perusahaan (daerah ring 1). Beberapa bentuk TSP yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan di antaranya yaitu perbaikan jalan, pembuatan saluran air, pemasangan lampu jalan, pemberian bantuan kesehatan, pembentukan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pemberian bibit, pemberian mesin jahit, dan pembuatan sumur air bersih. Bentuk TSP yang diberikan kepada masyarakat ini merupakan hasil analisis kebutuhan masyarakat, sehingga TSP ini dirasakan masyarakat sudah cukup sesuai. Perusahaan ini memberikan TSP menggunakan pendekatan kelompok.

(13)

2

Melalui kelompok perusahaan dapat mudah mengetahui kondisi masyarakat yang terjadi di lingkungan perusahaan, perusahaan dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat secara efisen, dan kebutuhan masyarakat dapat dinaungi oleh kelompok, terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat ke arah yang lebih baik, dari sisi sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini dipertegas oleh pendapat Slamet (2001) bahwa pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para sasaran, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku sasaran ke arah yang lebih baik dan berkualitas.

Keberadaan kelompok dapat lebih mendayagunakan petani atau peternak yang sedang mengalami permasalahan dan elompok dapat memiliki peran sebagai media transformatif bagi peningkatan kualitas anggota-anggotanya (Chu 1976; Yunasaf et al. 2008). Kelompok dapat mempertahankan kedudukan dan fungsinya apabila memiliki dinamika yang tinggi di setiap proses kegiatan. Kelompok yang dinamis ditentukan dari kedinamisan anggota kelompok dalam melakukan interaksi guna mencapai tujuan kelompok yang dirumuskan. Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam suatu kelompok yang menentukan perilaku anggota kelompok guna untuk mencapai tujuan kelompok (Levis 1996). Kelompok yang dinamis akan selalu ditandai dengan adanya interaksi, baik di dalam maupun di luar kelompok, agar dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Santosa 2009). Hidayat (2003) mendefinisikan efektivitas kelompok merupakan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai oleh kelompok. Semakin tinggi tingkat presentase yang telah dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya.

Dinamika kelompok dapat dianalisis melalui unsur-unsur kedinamikaan kelompok melalui proses interaksi anggota kelompok dan efektivitas kelompok dapat dianalisis melalui karakteristik anggota kelompok dan situasional kelompok itu sendiri, dan untuk mengetahui tingkat. Kelompok ini diharapkan terus dapat berkelanjutan sehingga dapat menaungi kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar. Dengan demikian menjadi suatu keharusan bahwa kelompok yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan perilaku anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan yang disepakati secara efektif.

Perumusan Masalah

(14)

3 Rendahnya kepercayaan anggota mengenai pentingnya keberadaan sebuah kelompok dalam masyarakat menjadi masalah utama di dalam kelompok penerima TSP PLN ini. Kelompok ini termasuk ke dalam kelompok pemula yang masih memerlukan perhatian, pemberdayaan dan pembinaan lebih lanjut baik dari perusahaan, pemerintah, pendamping dan penyuluh. Perusahaan, pemerintah, dan masyarakat berharap kelompok yang dibentuk ini terus dapat berdiri sehingga dapat menaungi kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar. Dengan demikian kelompok ini harus memiliki tingkat dinamika dan efektivitas yang tinggi agar tujuan kelompok yang dibuat bersama dapat tercapai, kelompok tetap berfungsi dengan baik dan dapat menaungi kebutuhan anggota dan masyarakat, sehingga terjadi perubahan perilaku anggota ke arah yang lebih baik salah satunya adalah meningkatnya kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu menganalisis tingkat dinamika dan efektivitas kelompok dirasa perlu agar sisi lemah dari kelompok dapat diketahui, dan memberikan kesempatan kepada anggota dan pengurus untuk dapat memperbaiki kekurangan tersebut, sehingga tujuan didirikannya kelompok dapat terwujud dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat dinamika dan tingkat efektivitas kelompok penerima TSP perusahaan?

2. Sejauh mana hubungan hubungan karakteristik internal dan eksternal anggota dengan dinamika kelompok penerima TSP perusahaan?

3. Sejauh mana hubungan antara dinamika kelompok dengan efektivitas kelompok penerima TSP perusahaan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi tingkat dinamika dan efektivitas kelompok penerima TSP perusahaan.

2. Menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal anggota dengan dinamika kelompok pada kelompok penerima TSP perusahaan.

3. Menganalisis hubungan antara dinamika kelompok dengan efektivitas kelompok penerima TSP perusahaan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

(15)

4

(16)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Dinamika Kelompok

Pengertian Kelompok

Kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh dan mempengaruhi kesadaran untuk saling tolong menolong (Mardikanto 1993). Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan (Abdulsyani 2012). Kelompok dibentuk karena suatu tujuan yang mana orang yang membentuk kelompok karena tidak dapat mencapai tujuan secara sendiri atau individu (Jhonson & Jhonson 2012).

Komponen terpenting dalam kelompok yaitu tujuan yang sama, karena kesamaan tujuan akan mempengaruhi interaksi sosial para anggota, dan tujuan yang sama akan menghasilkan sebuah komitmen dalam kelompok. Menurut Slamet (2002) ciri-ciri kelompok yaitu terdiri atas individu, rasanya saling ketergantungan, partisipasi yang terus menerus dari anggota, mandiri, adanya keragaan yang terbatas. Nuryanti dan Swastika (2011) berpendapat bahwa berdasarkan tujuannya kelompok dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok sosial dan kelompok tugas.

Kelompok tugas adalah kelompok yang dibentuk terfokus pada pelaksanaan tugas-tugas tertentu yang harus diselesaikan dengan baik, sedangkan kelompok sosial adalah kelompok yang lebih menekankan kepada tujuan pemenuhan fungsi-fungsi sosial seperti mencapai kesenangan atau kesehatan rohani. Ciri lain yang membedakan kelompok tugas dan kelompok sosial adalah kelompok sosial akan tetap bertahan keberadaannya, meskipun ada salah satu tugas yang lebih terselesaikan, sedangkan kelompok tugas akan segera selesai atau tidak berfungsi lagi jika tugas tunggal yang dibebankan telah terselesaikan. Keterkaitan anggota dalam kelompok tugas hanya terbatas pada adanya tugas khusus yang harus diselesaikan, sedang pada kelompok sosial keterkaitan kelompok berlangsung seumur hidup (Mardikanto 2009).

Yunasaf et al. (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Peran Kelompok Peternak dalam mengembangkan Peternak Sapi Perah di Kabupaten Bandung” menunjukkan bahwa keberadaan kelompok peternak dapat lebih mendayagunakan peternak sapi yang sedang mengalami permasalahan, karena selama ini koperasi pertanian dalam pergerakannya tidak dapat lepas dari pengembangan kelompok tani. Kelompok dapat memiliki peran sebagai media transformatif bagi peningkatan kualitas anggota-anggotanya (Chu 1976; Yunasaf et al. 2008). Keberadaan kelompok-kelompok saat ini lebih dominan sebagai wadah yang fungsi utamanya untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh koperasi, khususnya untuk mempermudah penyampaian sarana produksi, dan penampungan susu dari peternak.

(17)

6

yang sama, memiliki peran dan fungsi dalam kesatuan, saling bergantung dan memotivasi antara satu dengan lainnya untuk membina hubungan yang saling menguntungkan demi tercapainya tujuan bersama, dan hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Pengertian Dinamika kelompok

Santosa (2009) mengungkapkan bahwa dinamika kelompok adalah interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam suatu kelompok yang menentukan perilaku anggota kelompok guna untuk mencapai tujuan kelompok (Levis 1996). Kelompok yang dinamis akan selalu ditandai dengan adanya interaksi, baik di dalam maupun luar kelompok, agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Santosa 2009). Cartwright dan Zander (1968) mengemukakan dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan yang mengkaji kehidupan kelompok, yaitu menganalisis cara-cara mengorganisir, mengelola serta pengambilan keputusan dalam kelompok. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah gerak atau kekuatan yang terdapat di dalam kelompok yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dinamika kelompok juga dapat digunakan sebagai metode dan proses dalam mengorganisir, mengelola mengambil keputusan dalam kelompok, dan meningkatkan nilai kerja sama dalam kelompok.

Kedinamisan suatu kelompok dapat ditentukan dari interaksi anggota kelompok di dalamnya dalam mencapai tujuan bersama. Analisis dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan psikososial dan sosiologis. Pendekatan psikososial adalah analisis dinamika kelompok yang dilakukan terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok, sedangkan pendekatan sosiologis adalah analisis terhadap proses sistem sosial kelompok (Mardikanto 1993).

Unsur-Unsur Dinamika Kelompok

Slamet (2001) mengungkapkan untuk mengetahui tingkat kedinamisan suatu kelompok,analisis yang digunakan adalah pendekatan psikososial, dimana dalam hal ini unsur-unsur yang mempengaruhi adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pengembangan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok, keefektifan kelompok dan maksud terselubung.

1. Tujuan kelompok

(18)

7 Leliani dan Hasan (2006) dalam penelitiannya menggunakan beberapa indikator untk mengukur tujuan suatu kelompok di antaranya adalah keformalan tujuan, tingkat keterukuran tujuan, keterkaitan tujuan dengan dimensi waktu, dan kaitan tujuan sebagai kerangka pengambilan suatu keputusan.

2. Struktur kelompok

Cartwright dan Zander (1968) menyatakan bahwa struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara individu di dalam kelompok, yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing individu. Struktur kelompok di dalam kelompok dapat dibentuk baik secara formal maupun non formal. Pada kelompok formal, pembagian tugas, norma-norma diracancang secara tegas, tertulis dan terstruktur. Kedinamisan suatu kelompok yang tidak memiliki struktur secara formal dan tertulis dengan catatan seluruh anggota kelompok memahami peranan dan tugasnya masing-masing. Beberapa aspek penting yang menyangkut struktur kelompok, antara lain yaitu: (1) struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan;(2) struktur tugas atau pembagian kerja; (3) struktur komunikasi atau bagaimana aliran-aliran komunikasi yang terjadi dalam kelompok dan (4) wahana bagi kelompok untuk berinteraksi.

3. Fungsi Tugas

Slamet (2002) menjelaskan maksud dari fungsi tugas adalah untuk memfasilitasi dan mengkoordinasi usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama dan dalam rangka memecahkan masalah-masalah tersebut. Fungsi tugas itu meliputi: (1) fungsi memberi informasi; (2) fungsi menyelenggarakan koordinasi; (3) fungsi menghasilkan inisiatif; (4) fungsi mengajak untuk berpartisipasi dan (5) fungsi menjelaskan sesuatu kepada kelompok.

4. Pembinaan dan pengembangan kelompok

Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah segala macam usaha yang dilakukan kelompok dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan dirinya (Soedarsono 2005). Usaha-usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok dapat dilakukan dengan adanya(1) partisipasi dari semua anggota dalam kegiatan-kegiatan kelompok; (2) fasilitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan kelompok; (3) kegiatan-kegiatan yang memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi; (4) pengawasan (kontrol) terhadap norma yang berlaku dalam kelompok; (5) sosialisasi, yaitu proses pendidikan bagian anggota baru agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok; dan (6) usaha-usaha untuk mendapat anggota baru demi kelangsungan hidup kelompok.

5. Kekompakan Kelompok (Group Cohesiveness)

(19)

8

kelompok; (4) tujuan kelompok; (5) keterpaduan atau integrasi; (6) kerjasama atau kegiatan kooperatif dan (7) besarnya kelompok (Sudjati 1981).

Kohesivitas pada umumnya dikaitkan dengan dorongan untuk tetap bersama berada di dalam kelompoknya (Gibson et al. 2003). Pada kelompok dengan kohesivitas tinggi yang disertai dengan adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan individu, maka kelompok tersebut akan berorientasi ke arah pencapaian tujuan. Selain itu juga dicirikan dengan adanya keinginan untuk menetapkan tujuan kelompok dan cara pencapaian dengan baik (Trihapsari & Nashori 2011). Kohesivitas suatu kelompok sosial juga dapat diukur melalui komitmen yang tinggi, daya tarik tertentu, ukuran kelompok, dan kesempatan berinteraksi (Jewell 1998).

6. Suasana Kelompok (Group Atmosphere)

Slamet (1978) mengatakan bahwa suasana kelompok menyangkut keadaan moral, sikap, dan perasaan-perasaan yang umum terdapat dalam kelompok. Sebagai indikatornya dapat dilihat pada sikap anggota, mereka bersemangat atau sebaliknya apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok. Kelompok menjadi semakin dinamis jika anggota kelompok semakin bersemangat dalam kegiatan dan kehidupan kelompok. Suasana kelompok dipengaruhi oleh berbagai hal di antaranya adalah hubungan antara para anggota kelompok, kebebasan berpartisipasi dan lingkungan fisik.

Leilani dan Hasan (2006) pada penelitiannya mengenai dinamika kelompok tani menerangkan bahwa suasana kelompok meliputi sikap mental dan perasaan yang terdapat di dalam kelompok. Dalam menciptakan suasana kelompok yang baik, perlu diciptakan moral yang penuh dengan semangat. Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai suasana kelompok antara lain ketegangan yang terjadi di dalam kelompok, keramahan dan kekerabatan, lingkungan fisik, dan demokratis.

7. Tekanan Kelompok (Group Pressure)

Tekanan pada kelompok adalah tekanan-tekanan dalam kelompok yang menimbulkan ketegangan pada kelompok untuk menimbulkan dorongan ataupun motivasi dalam mencapai tujuan kelompok. Fungsi tekanan pada kelompok (group pressure) adalah membantu kelompok mencapai tujuan, mempertahankan dirinya sebagai kelompok, membantu anggota kelompok memperkuat pendapatnya serta memantapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya.

Cartwright dan Zander (1968) menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku anggota dalam kehidupan berkelompok. Tekanan akan mendorong bertindak untuk mencapai tujuan kelompok, sedangkan tekanan yang berasal dari luar dapat muncul sendiri atau dicari dalam bentuk tantangan untuk peningkatan prestasi atau kritik dari luar kelompok.

8. Maksud Terselubung (Hidden Agenda)

(20)

9 melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok.

Karakteristik Internal dan Eksternal Anggota yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok

Kedinamisan suatu kelompok dapat dicapai dari kedimisan anggota melalui interaksi yang dibangun dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu untuk mengetahui dinamis tidaknya suatu kelompok dan untuk mengetahui baik tidaknya kelompok tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis karakteristik dan perilaku anggota kelompok. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Nuryanti dan Swastika (2011), Khairullah (2003), Mulyandari (2001) bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dinamika kelompok.

Menurut Nuryanti dan Swastika (2011) terdapat faktor internal dan eksternal anggota kelompok yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok tani, yaitu lamanya berusaha tani, ketersediaan bantuan modal, intensitas penyuluhan, dan pendampingan. Penelitian yang dilakukan Khairullah (2003) menunjukkan hasil bahwa faktor internal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu tingkat kekosmopolitan anggota, sedangkan faktor eksternal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu pelatihan yang pernah diikuti anggota. Selanjutnya Mulyandari (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor internal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu tingkat kekosmpolitan, dan pendidikan formal, sedangkan faktor eksternal anggota yang mempengaruhi dinamika kelompok yaitu dukungan kelembagaan, dan interaksi yang dilakukan kelompok.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok meliputi faktor internal anggota dan faktor eksternal anggota. Faktor internal yang mempengaruhi dinamika kelompok meliputi pendidikan formal, pelatihan yang diikuti, dan motivasi kerja anggota. Faktor eksternal yang mempengaruhi dinamika kelompok meliputi intensitas penyuluhan, pendampingan, interaksi kelompok, dan ketersediaan sarana dan prasarana.

1. Karakteristik Internal

Pada dasarnya perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik di dalam dirinya. Mardikanto (1993) mengungkapkan bahwa karakteristik individu adalah sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang dan berhubungan dengan aspek kehidupan, misalnya umur, jenis kelamin, posisi, jabatan, status sosial, dan agama. Dengan demikian karakteristik internal anggota kelompok adalah sifat-sifat yang melekat pada diri anggota kelompok yang diwujudkan dalam pola pikir, dan tindakan di dalam kelompok yang akan mempengaruhi aktivitas di dalam kelompok. Faktor internal yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendidikan formal, pelatihan yang diikuti, dan motivasi kerja anggota.

a. Tingkat Pendidikan Formal

(21)

10

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir dalam mengelola usaha taninya (Mardikanto 1993). Selain itu juga proses pengambilan keputusan yang dilakukan sesorang biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin efisien bekerja di dalam kelompok dan semakin banyak pengetahuan dalam menjalankan aktivitas kelompok. Tingkat pendidikan formal dalam penelitian ini yaitu usaha-usaha yang ditempuh oleh seseorang untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik yang diukur melalui jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden.

b. Pelatihan yang Diikuti

Simamora (1999) menjelaskan bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman atau perubahan sikap seseorang. Mangkuprawira (2004) berpendapat bahwa pelatihan bagi anggota kelompok adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar anggota semakin terampil dan mampu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar. Hamalik (2001) mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki kinerja (performance) para peserta. Aflatin et al. (2000) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pelatihan memberikan manfaaat bagi para guru, pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru konseling dalam menjalankan aktivitasnya, selanjutnya terjadi perbedaan tingkat keterampilan antara guru yang sering mengikuti keterampilan dengan guru yang jarang mengikuti pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering seseorang mengikuti pelatihan, maka semakin banyak pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki. Pelatihan yang diikuti dalam penelitian memiliki arti aktivitas pelatihan keterampilan yang diikuti anggota kelompok baik yang diselenggarakan yang berkaitan dengan eksistensi program kelompok maupun tidak berkaitan dengan eksistensi program kelompok yang diukur berdasarkan frekuensi pelatihan yang pernah diikuti anggota kelompok.

c. Motivasi Kerja Anggota Kelompok

(22)

11 Manalu et al. (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa motivasi anggota kelompok yang rendah akan merugikan produktivitas kelompok, perilaku anggota yang hanya ingin memenuhi kebutuhan atau kepentingan sendiri akan mengurangi rasa kepuasan anggota lainnya, hal ini akan menimbulkan konflik di dalam kelompok. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara produktivitas kelompok dengan keinginan mementingkan diri sendiri di dalam kelompok. Penelitian ini memberikan hasil bahwa motivasi kerja anggota memiliki korelasi yang sangat besar terhadap produktivitas kerja di Dinas Kehutanan. Hal ini berarti apabila motivasi diri dari masing-masing pejabat struktural ditingkatkan, maka produktivitas kerja juga akan meningkatkan. Motivasi ini dapat ditingkatkan dengan cara bertanggung jawab atas tugas yang dimiliki, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, mendahulukan dan kepentingan kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sikap dan kondisi psikologis seseorang yang dapat memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan dalam mencapai kebutuhannya. Motivasi kerja seseorang anggota di dalam kelompok dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Motivasi yang dimiliki anggota kelompok dapat mempengaruhi hasil kerja kelompok dan rasa kepuasan anggota kelompok lainnya. Motivasi kerja dalam penelitian ini adalah alasan atau dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri anggota kelompok untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk meningkatkan produktivitas kelompok.

2. Karakteristik Eksternal

Dinamika kelompok tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik internal anggota, tetapi juga dipengaruhi faktor eksternal anggota kelompok. Karakteristik eksternal adalah ciri-ciri yang berasal dari luar diri individu yang menjadi salah satu faktor penting dalam rangka upaya seseorang untuk melakukan suatu usaha. Karakteristik eksternal anggota kelompok yang digunakan dalam penelitian ini meliputi intensitas penyuluhan, pendampingan, interaksi kelompok, dan ketersediaan sarana dan prasarana.

a. Intensitas Penyuluhan

(23)

12

yang dilakukan oleh penyuluh sebagai upaya usaha mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) anggota kelompok ke arah lebih baik. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk menilai intensitas penyuluhan meliputi frekuensi penyuluhan yang pernah diikuti, manfaat penyuluhan untuk anggota,dan kesesuaian materi atau informasi dengan kebutuhan anggota.

b. Pendampingan

Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh petugas lapangan atau fasilitator atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program (Raningsih 2010). Kinasih (2012) mendefinisikan pendampingan sebagai proses pembimbingan atau memberi kesempatan pada masyarakat yang dilakukan oleh para pendamping atau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkan komunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan seputar kehidupannya. Selanjutnya Suharto (2006) merumuskan kegiatan serta proses pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi di antaranya adalah :

1. Fasilitasi, yaitu fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi model (contoh), melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber.

2. Penguatan (empowering), yaitu fungsi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya.

3. Perlindungan (protecting), yaitu fungsi yang berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.

4. Pendukungan (supporting), yaitu fungsi yang menyangkut tugas pekerja sosial sebagai konsultan. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.

(24)

13 partisipasi dan mobilisasi masyarakat agar menjadi pelaksana pembangunan di dalam komunitasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pendampingan dalam penelitian ini merupakan suatu proses pembinaan melalui seorang pendamping yang bertugas memfasilitasi dan membantu memperlancar keberhasilan pengembangan usaha kelompok. Pendampingan di dalam penelitian ini diukur berdasarkan peran pendamping sebagai fasilitator, penguat, pelindung, dan pendukung, tingkat keefektifan dan komitmen pendamping dalam menjalankan tugasnya.

c. Interaksi Sosial Kelompok

Abdulsyani (2012) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan proses melalui timbal balik dari tiap-tiap kelompok yang menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok lain. Interaksi sosial juga dapat diartikan sebagai proses timbal balik yang menandakan satu kelompok dipengaruhi oleh tingkah laku reaktif pihak lain, sehingga kelompok mempengaruhi tingkah laku orang lain. Selanjutnya Gillin dan Gillin (1954), Rakhmat (2001a) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan cara berhubungan yang dapat dilihat apabila seseorang dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau hal yang terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan yang menyebabkan terjadinya permasalahan yang ada.

Interaksi sosial dapat terjadi apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial yang terjadi antar kelompok memiliki dua bentuk, yaitu asosiatif dan disasosiatif (Muslim 2013). Bentuk asosiatif lebih mengarah pada proses penyatuan yang dapat dilakukan melalui kerjasama, akomodasi, asimilisi, dan akulturasi. Bentuk disasosiatif dalam interaksi sosial lebih mengarah pada pemisahan yang dapat terjadi karena persaingan, kontroversi dan konflik. Lestari (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat interaksi yang terjadi pada komunitas Samin meliputi interaksi antar individu, interaksi antara individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok. Interaksi antar kelompok terjadi pada kelompok sebagai suatu kesatuan bukan pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Interaksi jenis ini dapat dicontohkan adanya kerjasama antara komunitas Samin dengan kelompok masyarakat dalam kegiatan kerja bakti desa, serta gotong royong mengerjakan sawah. Selain itu komunitas Samin juga membangun interaksi dengan aparat pemerintah setempat, tokoh masyarakat yang bertujuan untuk membangun tali silaturahmi dan mendapat dorongan positif untuk kelangsungan komunitas Samin ini. Bentuk interaksi yang dibangun di komunitas Samin adalah kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Interaksi antara komunitas Samin dan masyarakat dipengaruhi oleh faktor situasi sosial, norma masyarakat, tujuan pribadi, kedudukan, dan kondisi individu.

(25)

14

Berdasarkan penjelasan mengenai interaksi sosial di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah proses hubungan timbal balik karena adanya komunikasi dan kontak sosial yang dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial memiliki dua bentuk, interaksi sosial yang dibangun untuk penyatuan yang dapat dibangun melalui kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi, dan interaksi sosial yang dibangun untuk pemisahan yang tejadi karena konflik, kontroversi dan persaingan. Interaksi sosial kelompok dalam penelitian ini mengandung arti proses sosial yang dibangun kelompok dengan kelompok lain, warga masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, penyuluh, dan dinas pertanian setempat.

d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan alat-alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sudjati 1981). Mosher (1987) menjelaskan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana produksi mutlak diperlukan agar dapat menjadi pendukung dalam peningkatan produksi. Apriani (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ketersediaan fasilitas belajar di sekolah mempengaruhi kompetensi efektivitas kerja. Dalam suatu kegiatan tertentu di dalam kelompok, penyediaan peralatan dibutuhkan salam suatu proses belajar ke arah perubahan perubahan perilaku disamping pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam usaha atau kegiatan yang dilakukan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana di dalam kelompok merupakan alat-alat dan tempat yang diperlukan dalam kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam penelitian ini adalah keberadaan sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh anggota kelompok yang dinilai melalui kecukupan jumlah sarana dan prasarana, tingkat kemudahan anggota kelompok untuk memperoleh sarana dan parasarana, dan tingkat manfaat dari sarana dan prasarana yang ada.

Efektivitas Kelompok

Pengertian Efektivitas Kelompok

Efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan (Martoyo 1992). Hidayat (2003) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Semakin tinggi tingkat persentasi yang telah dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Komarudin 1994). Efektivitas kelompok adalah tercapainya tujuan yang didasarkan tindakan kooperatif (Rakhmat 2001a). Efektivitas kelompok adalah keberhasilan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan cepat dan berhasil baik serta memuaskan bagi setiap anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan berikutnya (Soedarsono 2005).

(26)

15 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Efektivitas Kelompok

Faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilihat dari karakteristik kelompok (faktor situasional) dan karakteristik anggotanya (faktor personal). Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan kelompok (Rakhmat 2001a).

1. Faktor Situasional

a. Jumlah Kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan kelompok. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan prestasi kerja dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Apabila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen, maka hanya diperlukan kelompok kecil agar sangat produktif, sedangkan apabila tujuan kelompok divergen, diperlukan jumlah angota kelompok yang lebih besar. Berdasarkan segi komunikasi, makin besar kelompok, makin besar kemungkinan sebagian besar anggota tidak mendapat kesempatan berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi akan makin memusat pada orang yang memberikan kontribusi terbanyak. Komunikasi akan lebih tersentralkan pada orang-orang tertentu. Pada kelompok besar ada beberapa orang yang dominan, sebagian besar pasif. Pada kelompok kecil, tingkat partisipasi setiap anggota relatif sama (Rakhmat 2001a).

b. Jaringan Komunikasi

Rakhmat (2001a) mengungkapkan bahwa kelompok roda, yaitu kelompok yang biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian, hanya afektif pada saat memecahkan permasalahan yang mudah dan memberikan tingkat kepuasan yang rendah kepada kelompok. Pada kelompok tipe lingkaran, dapat mampu menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks. Penelitian lain menunjukkan bahwa pola semua saluran (bintang) adalah pola komunikasi yang paling efektif, karena tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini dapat memberikan kepuasan bagi para anggota-anggota, dan yang paling cepat menyelesaikan tugas. c. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok yang didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Rakhmat 2001a). Kohesi kelompok dapat diukur dari (1) ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, (2) ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana anggota tertarik pada kelompok untuk memuaskan kebutuhan personalnya.

(27)

16

d. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright 1980; Rakhmat 2001a). Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi. Kepemimpinan dapat diukur melalui suasana yang terjadi di dalam kelompok akibat komunikasi yang terjadi. Tiga gaya kepemimpinan menurut White dan Lippit (1960); Rakhmat (2001a) terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.

2. Faktor Personal

Cragan dan Wright (1980), Rakhmat (2001a) berpendapat bahwa terdapat dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi keefektifan kelompok, yaitu kebutuhan interpersonal dan proses internasional. Faktor personal yang mempengaruhi keefektifan kelompok yaitu usia, suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaaan, pendapatan, kepribadian, dan homogenitas, dan heterogenitas kelompok. Proses personal meliputi keterbukaan (disclusure), percaya, dan empati.

Beberapa ilustrasi suatu kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok yang efektif, adalah sebagai berikut (Jhonson & Jhonson 2012):

a. Tujuan dijelaskan dan disesuaikan sehingga sesuai tujuan perorangan dan tujuan kelompok. Tujuan dibuat secara bersama-sama sehingga semua anggota dapat menjalankannya dan dapat mencapai tujuan tersebut.

b. Komunikasi dua arah, dan penegasannya pada ide-ide perasaan yang terbuka dan jelas.

c. Keikutsertaan dan kepemimpinan antar anggotanya, pencapaian tujuan, pemeliharaan hubungan antar anggotanya, dan perubahan pengembangan digaris bawahi.

d. Kemampuan dan informasi yang dimiliki menentukan pengaruh dan kekuasaan, perjanjian dibuat untuk meyakinkan bahwa tujuan dan kebutuhan perorangan terpenuhi, kekuasaan sama rata.

e. Perbedaan timbul ketika anggota kelompok menyampaikan pandangan mereka, saling berdebat dan menyampaikan alasan dilihat sebagai kunci dalam mengambil keputusan yang berbobot dan kreatif dan pemecahan masalah. f. Konflik kepentingan dihadapi dengan menggunakan negosiasi yang

menyatukan dan jalan tengah sehingga persetujuan dapat tercapai yang merupakan hasil bersama dan memuaskan semua anggotanya.

Keterampilan perorangan, kelompok, dan antar anggota kelompok ditekankan, kesatuan meningkat karena tingkat kepuasan yang tinggi, perhatian, penerimaan, dukungan, dan kepercayaan, setiap anggotanya mendapat dukungan. Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan atau sasaran yang diharapkan, maka hal tersebut dikatakan tidak efektif.

Pencapaian tujuan yang efektif atau tidak efektif dalam suatu organisasi dapat dilihat dari (Siagian 2008; Sukadi 2007):

(28)

17 b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang matang.

e. Penyusunan program yang terorganisir.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, apabila program tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya. Pelaksanaan program dalam organisasi ditandai dengan adanya kegiatan individu anggota atau kegiatan bersama. Terdapat 6 (enam) proses atau pelaksanaan yang perlu ada dalam organisasi, yaitu:

1) Hubungan antar peranan: menggambarkan saling pengertian atau tidak di antara orang-orang yang memainkan peranan dalam organisasi. Apakah hubungan itu baik atau tidak, apakah ada saling pengertian atau tidak. 2) Proses komunikasi: menggambarkan bagaimana semua orang yang ada

dalam organisasi berkomunikasi dan seberapa akurat dan tepatnya waktu dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif menghasilkan interaksi yang positif.

3) Pengendalian (control), proses pengendalian perilaku anggota dikendalikan supaya organisasi tetap berada pada jalur yang aman dan pengendalian menunjukkan hubungan pemimpin dengan anggota.

4) Koordinasi: menunjukkan perhatian yang diberikan pada berbagai kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Koordinasi bertujuan memastikan kegiatan organisasi bergerak kearah tujuan yang sama.

5) Sosialisasi: proses bagaimana anggota baru diperkenalkan pada sistem yang hidup dalam organisasi. Tanpa sosialisasi yang cukup, anggota baru akan lama menyesuaikan diri dengan organisasi.

6) Supervisi: kombinasi antara pengawasan dan pembinaan. Supervisi berorientasi pada pendidikan bukan pemberian sanksi hukuman.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga pendekatan yang dapat digunakan (Sukadi 2007), yakni:

a. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(29)

18

1) Produktivitas, konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

2) Kualitas Layanan, kepuasan anggota menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi.

3) Responsivitas, adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan anggota sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi anggota.

4) Responsibilitas, menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit . 5) Akuntabilitas, menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi patuh kepada ketua.

c. Pendekatan sasaran (goals approach) merupakan ukuran efektivitas yang mengarah pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Sukadi (2007) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu: 1) produktivitas, 2) kemampuan adaptasi kerja, 3) kepuasan kerja, 4) kemampuan berlaba, 5) pencarian sumber daya. Duncan (2005), Sukadi (2007) berpendapat bahwa efektivitas dapat diukur melalui:

a. Pencapaian Tujuan

Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

b. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

c. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolok ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

(30)

19 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono 2007). Nursahid (2006) menjelaskan TSP adalah tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis kepada suatu kelompok yang menjadi stakeholder yang terkena pangaruh langsung maupun tidak langsung dari aktivitas perusahaan. Perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab kepada stakeholder tetapi pada cakupan yang lebih luas yaitu tenaga kerja (workplace), konsumen dan pemasok (marketplace), lingkungan hidup, masyarakat, etika bisnis, dan hak asasi manusia.

Terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan TSP, yaitu alasan ekonomi dan alasan moral. Alasan ekonomi mengacu pada bagaimana perusahaan mendapatkan citra dan kredibilitas produk melalui aktivitas TSP. Membangun citra melalui TSP, masyarakat akan lebih percaya dan merasa diuntungkan dengan keberadaan perusahaan di sekitarnya. Alasan moral bermula dari inisiatif perusahaan untuk menjalin relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholder.

Terdapat enam hal pokok yang terdapat pada Corporate Social Responsibility (CSR) (Wibisono 2007), yaitu:

a. Community support, antara lain dukungan pada program-program pendidikan, kesehatan, kesenian, dan sebagainya.

b. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik, atau ke dalam ras-ras tertentu.

c. Employee support, perlindungan tenaga kerja, insentif, dan penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.

d. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan. e. Nonoperation, perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan hak yang

sama bagi masyarakat dunia untuk mendapatkan kesempatan bekerja antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri (abroad operation).

f. Product, perusahaan berkewajiban untuk membuat produk-produk yang aman bagi kesehatan, tidak menipu, melakukan riset dan pengembangan produk secara continue dan menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang.

(31)

20

berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan agar tetap terpelihara kualitas hidup manusia dalam jangka panjang.

Terdapat tiga manfaat dari aktivitas TSP bagi perusahaan (Wibisono 2007). Pertama, mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan yang tidak pantas diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan aktivitas TSP merasa mendapat dukungan yang berasal dari komunitas yang merasakan manfaat aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Kedua, TSP dapat menjadi pelindung dan membentuk perusahaan dalam meminimalkan dampak buruk dari adanya krisis ekonomi. Ketiga, karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup manusia, dan kualitas lingkungan.

Wibisono (2007) berpendapat bahwa terdapat tiga manfaat dari penerapan program TSP. Ketiga manfaat tersebut yaitu manfaat bagi individu karyawan, bagi penerima program, dan manfaat bagi perusahaan. Adapun penjelasan manfaat tersebut secara rinci dapat dijelaskan berikut ini:

a. Manfaat bagi indvidu karyawan, yaitu individu dapat belajar metode alternatif dalam berbisnis, menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru, mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru, memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas lokal, mendapatkan persepsi lokal, dan mendapatkan persepsi baru atas bisnis.

b. Manfaat bagi penerima program, yaitu mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya, mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang segar dan kreatif dalam menyelesaikan masalah, dan memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis.

c. Manfaat bagi perusahaan, yaitu memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas kerjasama komunitas, peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas, meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal, meningkatkan citra dan profit perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi perusahaan.

Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

(32)

21 dinamika kelompok peternak sapi perah ini tergolong kategori lemah, hal ini tercermin dari masih rendahnya tingkat kepemimpinan ketua kelompok, tidak adanya tujuan kelompok secara spesifik, terbatasnya struktur kekuasaan atau wewenang, jarangnya pelaksanaan fungsi dan tugas kelompok, belum adanya usaha-usaha yang spesifik dari kelompok, keterbatasan rasa keterikatan anggota kelompok, interaksi antar anggota belum merupakan bagian dari interaksi yang bersifat substantif, kurangnya tuntutan anggota terhadap kelompok agar kelompok dapat dikelola dengan baik.

Leliani dan Hasan (2006) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Dinamika Kelompok pada Kelompok Tani Mekar Sari Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” menunjukkan bahwa tingkat dinamika kelompok tani menghasilkan hasil yang baik apabila elemen-elemen yang ada dalam kelompok tersebut baik. Elemen-elemen yang dapat digunakan untuk mengukur dinamika kelompok yaitu tujuan kelompok yang sesuai dengan tujuan individu, kewenangan, aktivitas koordinasi kepemimpinan, keterpaduan, lingkungan fisik, demokrasi, tingkat kepuasan anggota dan adanya tingkat pengaruh maksud terselubung.

Selanjutnya Bowo et al. (2011) pada penelitiannya yang berjudul “Dinamika Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat Lahan Kering di Desa Tambak Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo” memberikan hasil Kelompok tani akan memiliki dinamika yang baik apabila tujuan dibentuknya kelompok tani lebih terukur dan realistis, keterlibatan anggota secara demokratis dalam penetapan tujuan kelompok lebih baik. Kondisi ini memberikan dampak pemahaman anggota terhadap tujuan lebih baik, terdapat kepentingan yang sinergis antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok. Tidak hanya dari tujuan, kedinamisan kelompok juga ditandai dari unsur dinamika lainnya seperti struktur, fungsi tugas, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok, efektivitas kelompok, tekanan kelompok.

Nuryanti dan Swastika (2011) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa terdapat faktor internal dan eksternal anggota kelompok yang berpengaruh terhadap dinamika kelompok tani, yaitu lamanya berusahatani, ketersediaan bantuan modal, intensitas penyuluhan, dan pendampingan. Selanjutnya Khairullah (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (Kasus Kelompok P2KP di Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor)” menunjukkan hasil bahwa terdapat faktor internal dan eksternal anggota kelompok yang mempengaruhi dinamika kelompok dalam upaya mewujudkan kemandirian anggota yaitu kekosmopolitan dan pelatihan yang pernah diikuti anggota.

(33)

22

melihat efektivitas kemitraan antara koperasi dan kelompok ini antara lain peningkatan sisa hasil usaha dan adanya kelangsungan usaha untuk koperasi tersebut, dan adanya peningkatan pendapatan kelompok tani, tersedianya fasilitas modal usaha bagi kelompok tani, dan terjaminnya pemasaran hasil untuk kelompok tani penyuling minyak kayu putih.

Apriani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja” menjelaskan bahwa motivasi memiliki makna faktor- faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan perilakunya atau dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu demi memuaskan kebutuhan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Aspek-aspek eksternal pada lingkungan kerja yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi oleh dosen Universitas Mulawarman adalah kompensasi, fasilitas, dan kepemimpinan. Motivasi dosen Universitas Mulawarman perlu ditingkatkan melalui penyediaan ruang dosen, penambahan dan pemeliharaan fasilitas belajar mengajar yang baik, pemberian penghargaan dan peningkatan kompensasi atas prestasi kerja dan masa kerja dosen, yang dimulai dari lingkup fakultas atau unit pelaksana teknis masing-masing.

Ramayah et al. (2003) melakukan penelitian mengenai dinamika kelompok, karakteristik kelompok dan efektivitas kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi atau menghambat keberhasilan kelompok yang di dalamnya melibatkan dinamika kelompok, desain proses, dan mekanisme dukungan eksternal. Kerangka konseptual penelitian ini menerangkan bahwa terdapat beberapa dimensi penting dari dinamika kelompok yang dipertimbangkan dan diduga mempengaruhi efektivitas kelompok. Karakteristik tim memiliki peranan dalam menentukan dinamika kelompok, sehingga dalam penelitian ini menambahkan komponen ukuran kelompok dan keanekaragaman fungsional kelompok yang berpengaruh pada dinamika kelompok. Beberapa penelitian lain yang menjadi dasar penelitian ini bahwa karakteristik tim mempengaruhi efektivitas kelompok, sehingga karakteristik kelompok, dinamika kelompok dan efektivitas diduga memiliki pengaruh dan hubungan satu sama lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan keanekaragaman fungsional tidak mempengaruhi dinamika kelompok. Hal ini dikarenakan tidak layak untuk membatasi ukuran kelompok karena kelompok harus memiliki ukuran yang cukup agar tugas dapat diselesaikan. Selain itu juga hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ukuran dan keanekaragaman kelompok tidak berpengaruh signifikan pada efektivitas kelompok. Ukuran kelompok dan keanekaragaman fungsional diduga memiliki pengaruh efektivitas yang berbeda pada kelompok yang berbeda. Namun, kelompok pada penelitian ini memiliki jumlah anggota kurang dari 15 orang, keragaman fungsional tidak terlalu tinggi, sehingga ukuran kelompok dan keanekaragaman fungsional tidak berpengaruh dengan efektivitas kelompok.

(34)

23 dilakukan atau melibatkan dua strategi utama, yakni pelatihan dan advokasi atau pembelaan masyarakat. Pelatihan dilakukan terutama untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat mengenai hak dan kewajibannya serta meningkatkan keterampilan keluarga dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan advokasi adalah bentuk keberpihakan pekerja sosial terhadap kehidupan masyarakat yang diekspresikan melalui serangkaian tindakan.

Siregar (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi TSP Pada Masyarakat Indonesia” menunjukkan bahwa TSP merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Program TSP yang dilaksanakan oleh perusahaan ini diharapkan berkelanjutan sehingga perusahaan akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, program TSP lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategis bisnis dari suatu perusahaan. Saat ini masih banyak permasalahan program TSP, di antaranya yaitu belum tersosialisasikan dengan baik, masih terdapat perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM dengan depertemen perindustrian mengenai TSP di kalangan perusahaan dan industri, dan belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan TSP di kalangan perusahaan.

Hal yang terpenting dari program TSP adalah aturan yang mewajibkan programnya harus berkelanjutan. Melakukan program TSP yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri dan para stakeholder yang terkait. Program TSP yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu menciptakan kehidupan di masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan TSP sebaiknya melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus-menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian.

Restuti dan Nathaniel (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Earning Response Coefficient” menunjukkan bahwa saat ini banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial atau TSP dalam laporan tahunan perusahaan yang masih bersifat sukarela sebagai salah satu strategi bisnis untuk menaati peraturan yang telah ditetapkan. Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) memiliki dua karakteristik, yaitu menggambarkan hubungan antara bisnis dan lingkungan yang luas, dan sama dengan aktivitas perusahaan di area lingkungan sosialnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. TSP lebih berpengaruh terhadap orientasi perusahaan jangka menengah dan jangka panjang, isu tentang TSP di Indonesia adalah hal yang relatif baru, selain itu juga banyak investor yang memiliki persepsi rendah tentang TSP.

Gambar

Gambar 1  Kerangka berpikir operasional dinamika kelompok penerima
Tabel 1  Jumlah sebaran data populasi dan sampel penelitian
Tabel 2  Sub peubah, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,
Tabel 3  Sub peubah, definisi operasional, indikator, parameter pengukuran,
+7

Referensi

Dokumen terkait

semakin baik nilai empati dalam kualitas pelayanan instalasi rawat inap SMC Rumah Sakit Telogorejo maka kepuasan konsumen akan semakin

Terada (Japan) Prediction of protein fraction of tropical grass by near infrared reflectance spectroscopy· ... Valizadeh (Iran) The utilization of Saffron leaves

[r]

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor frekuensi pemberian pupuk kascing dan interaksi frekuensi pemberian pupuk kascing dan umur pemotongan tidak mempengaruhi indeks

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian

Penilaian kinerja pada indikator kemampuan petugas memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan informasi yang diberikan sebesar 2,69 (tinggi), nilai

Hal ini perlu mendapat perhatian bagi pihak manajemen BPJS Kesehatan, untuk secara gencar memberikan sosialisasi mengenai informasi yang dibutuhkan bagi setiap peserta BPJS

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun