• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

WIKKE ELTA AYU SELVIANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN MANNAN OLIGOSAKARIDA

DAN VITAMIN C SEBAGAI

FEED ADDITIVE

TERHADAP

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Clarias sp” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

WIKKE ELTA AYU SELVIANI. Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.). Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan MIA SETIAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji penambahan mannan oligosakarida (MOS) dan vitamin C sebagai feed additive pada kinerja pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.). Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan kandungan protein bobot kering 39,4% yang diberi perlakuan penambahan feed additive dengan dosis 3,6 g/kg pakan. Ikan lele (0,268 ± 0,017 gram) dengan kepadatan 15.000/kolam dipelihara selama 20 hari pada kolam terpal (3 x 6 x 0,5 m3) yang telah dilengkapi dengan sistem aerasi. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali pada pukul 06.00, 16.00 dan 24.00 secara at satiation. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 2 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan, retensi protein dan laju pertumbuhan harian tidak berbeda nyata, namun penambahan feed additive menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) pada konversi pakan, biomassa dan kelangsungan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan MOS dan vitamin C dapat menurunkan nilai konversi pakan serta meningkatkan kelangsungan hidup dan biomassa akhir.

Kata kunci: MOS, vitamin C, feed additive, kinerja pertumbuhan, Clarias sp.

ABSTRACT

WIKKE ELTA AYU SELVIANI. Efficacy of Addition Mannan Oligosakarida & Vitamin C as Feed Additive on Growth Performance of Catfish (Clarias sp.). Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and MIA SETIAWATI

This study aimed to test of addition mannan oligosakarida (MOS) and vitamin C as feed additive on growth performance of Catfish (Clarias sp.). The feed used in this study is comercial feed with 39.4% protein dry weight content with the addition of feed additive is 3.6 g/kg. A total of 15,000 catfish (0.268 ± 0.26 gram) was reared for 20 days in tank (3 x 6x 0.5 m3) which has been equiped with aeration system. Fish feeding was conducted three times at 06.00, 16.00 and 24.00 (at satiation). The experimental design was a completely randomized design with 2 treatments and duplicate. The result showed that the amount of feed intake, protein retension and daily growth rate not significantly different (P>0,05). However, the biomass, feed conversion ratio (FCR) and survival rate in catfish with addition of feed additive in feed have significantly different (P<0,05). This result showed that the addition of MOS and vitamin C in catfish feed can decrease FCR and increase final biomass and survival rate (SR).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

WIKKE ELTA AYU SELVIANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN MANNAN OLIGOSAKARIDA

DAN VITAMIN C SEBAGAI

FEED ADDITIVE

TERHADAP

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan ikan lele (Clarias sp.)

Nama : Wikke Elta Ayu Selviani

NIM : C14110075

Disetujui oleh

Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, MSi Pembimbing I

Dr. Ir. Mia Setiawati, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Maret 2015 adalah “Efektivitas Penambahan Mannan Oligosakarida dan Vitamin C sebagai Feed Additive terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias sp.)”. Banyak bantuan yang telah diberikan berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Priyono, SE dan ibunda Suwartini yang tak hentinya selalu mendoakan untuk kebaikan anaknya, tidak pernah lelah mencari nafkah yang halal, memberikan motivasi dan kasih sayang serta kekuatan untuk anak-anaknya. Adik Nevriya Putri Cahyaningtyas yang senantiasa memberikan semangat.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Sc selaku Pembimbing I dan Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si selaku Pembimbing II atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. 3. Bapak Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc selaku dosen pembimbing akedemik

sekaligus dosen penguji tamu.

4. Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si, M.Si selaku perwakilan dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak Wasjan dan mbak Retno yang telah banyak membantu analisis

proksimat di Laboratorium Nutrisi Ikan.

6. Segenap keluarga Rambo Fish Farm yang telah memberikan bantuan, dukungan dan ilmu selama penelitian berlangsung.

7. Bang Chandra Bani, Mas Doni Nurdiansah, Kak Cah Yadin, Ahmad Mukhlis Hidayat, Anisa Rahmia Dewi, Mustofa Miqdad Rabbani dan Wildan Naufal Yusup yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

8. Keluarga Budidaya Perairan (BDP) 48, Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) 48 dan Lab Nutrisi 48

Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Pembuatan Pakan Uji ... 2

Pemeliharaan Ikan dan Pengamatan Pertumbuhan ... 2

Parameter Uji ... 3

Analisis Biaya Pembenihan ... 4

Analisis Kualitas Air ... 4

Analisis Proksimat Ikan ... 5

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil... 5

Pembahasan ... 8

KESIMPULAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 10

LAMPIRAN ... 12

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan kandungan proksimat pakan uji sebelum dan setelah

dilakukan penambahan MOS dan vitamin C pada pakan. ... 2

2. Harga jual benih ikan lele dengan ukuran panjang yang berbeda ... 4

3. Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele yang diberi pakan uji selama 20 hari ... 4

4. Jumlah konsumsi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan harian dan konversi pakan ikan dengan perlakuan tanpa penambahan dan dengan penambahan MOS dan vitamin C ... 6

5. Presentase ukuran benih ikan lele setelah pemeliharaan 20 hari ... 7

6. Analisis biaya pembenihan ikan lele (Clarias sp.) dalam satu siklus produksi ... 7

DAFTAR GAMBAR

1. Kelangsungan hidup ikan lele selama 20 hari masa pemeliharaan ... 5

2. Biomassa awal dan akhir ikan lele selama 20 hari masa pemeliharaan ... 6

DAFTAR LAMPIRAN

1. Prosedur Analisis Proksimat ... 12

2. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup ikan lele (TKH) ... 14

3. Analisis statistik biomassa akhir ikan lele ... 14

4. Analisis statistik jumlah konsumsi pakan (JKP) ... 15

5. Analisis statistik retensi protein (RP) ... 16

6. Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH) ... 16

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele merupakan ikan konsumsi yang sangat digemari oleh masyarakat dan memiliki prospek bisnis yang sangat baik. Harga lele di pasaran relatif stabil dengan permintaan pasar yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Namun, berdasarkan data produksi ikan lele nasional pada tahun-tahun sebelumnya, produksi ikan lele pertahun masih dibawah target produksi tahunan dari KKP. Tercatat produksi ikan lele pada tahun 2010 sebesar 242.811 ton sedangkan KKP menargetkan produksi ikan lele pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 didapatkan produksi ikan lele sebesar 337.577 dan 441.217 ton/tahun. Jumlah ini masih berada dibawah target produksi ikan lele tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 366.000 dan 495.000 ton/tahun. Sedangkan untuk tahun 2014, pemerintah menargetkan peningkatan produksi nasional untuk ikan lele sebesar 840.000 ton (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2013). Namun, hingga akhir bulan Agustus 2014, produksi ikan lele nasional baru mencapai 50% dari target tahunan produksi ikan lele nasional.

Pengembangan budidaya ikan lele di Indonesia seringkali dihadapkan oleh kendala biaya produksi yang terus meningkat dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah terutama di tingkat pembenihan. Pakan sebagai sumber energi bagi ikan untuk tumbuh merupakan komponen biaya yang paling besar dalam kegiatan budidaya yaitu sebesar 40 hingga 89% (Suprayudi 2010). Biaya pakan yang terus meningkat berdampak pada peningkatan biaya produksi. Peningkatan biaya produksi menyebabkan keuntungan yang diperoleh semakin kecil. Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan peningkatan volume produksi. Upaya untuk meningkatkan produksi lele diantaranya adalah dengan pemberian feed additive pada pakan ikan lele agar memiliki efisiensi pakan yang lebih baik, kemampuan tumbuh lebih cepat dan daya tahan terhadap lingkungan yang baik sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas ikan lele. Penambahan feed additive berupa vitamin C dan mannan oligosakarida (MOS) diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele.

(12)

2

(Staykov et al 2007, Torrecillas et al 2007 dan Paterson et al 2010). Berdasarkan informasi tersebut, maka di dalam penelitian ini digunakan feed additive berupa MOS dan vitamin C untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan produksi ikan lele.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas penambahan MOS dan vitamin C sebagai feed additive terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan produksi pembenihan ikan lele (Clarias sp.)

METODE

Pembuatan Pakan Uji

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan pemberian MOS dan vitamin C sebagai feed additive ke dalam pakan. Pembuatan pakan uji dilakukan di dalam ruangan yang bersih dan terhindar dari panas matahari secara langsung. Kandungan nutrien pakan uji sebelum dan sesudah dicampurkan dengan MOS dan vitamin C berdasarkan uji proksimat yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 1. Dosis campuran MOS dan vitamin C yang ditambahkan adalah 3,6 g/kg pakan. Pakan yang telah dicoating kemudian disimpan di lemari pendingin untuk mencegah adanya jamur.

Tabel 1 Perbandingan kandungan proksimat pakan uji sebelum dan setelah dilakukan penambahan MOS dan vitamin C pada pakan.

Kadar Nutrien (%) BK1)

Energi total (kkal/kg)3) 4461,2 4590

1) Bobot kering. Kadar air pakan A 9,72% dan pakan B 14,64% 2) Bahan ekstrak tanpa nitrogen

3) Energi total dihitung berdasarkan nilai ekuivalen untuk karbohidrat 4,1 kkal/g, lemak 9,5 kkal/gdan protein 5,6 kkal/g (National Research Council 1993)

Pemeliharaan Ikan dan Pengamatan Pertumbuhan

(13)

3 yaitu kolam terpal disikat dan dibersihkan dari lumut dan kotoran-kotoran yang menempel kemudian diisi air. Ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasi terhadap lingkungan selama 6 hari. Setelah masa aklimatisasi selesai, ikan uji dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh. Setiap kolam diisi dengan 15.000 ekor ikan lele dengan bobot rata-rata 0,268 ±0,017 g/ekor.

Benih ikan lele yang digunakan berasal dari Rambo Fish Farm. Ikan lele diberi perlakuan pakan yang berbeda, yaitu:

Perlakuan A : Ikan diberi pakan uji tanpa penambahan mannan oligosakarida dan vitamin C

Perlakuan B : Ikan diberi pakan uji dengan penambahan mannan oligosakarida dan vitamin C

Ikan dipelihara selama 20 hari dengan pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pukul 06.00, 16.00 dan 24.00 WIB secara at satiation atau sekenyangnya. Pergantian air dilakukan sebanyak 1 sampai 2 kali sehari dengan pergantian sebanyak 15-20% dari total volume kolam. Sampling dilakukan sebanyak 3 kali selama masa pemeliharaan yaitu pada hari ke-1, 10 dan 20.

Parameter Uji

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Pengukuran JKP ditentukan dengan menghitung selisih berat jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah pakan yang tidak termakan. Pakan yang diberikan selama percobaan dijumlahkan kemudian dikurangi dengan sisa pakan yang dikumpulkan dan sudah dikeringkan.

Retensi Protein

Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan (Takeuchi 1988): RP (%) = (F – I)

P

Keterangan : F = Jumlah protein tubuh akhir pemeliharaan (gram) I = Jumlah protein tubuh awal pemeliharaan (gram) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (gram)

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian (LPH) dihitung berdasarkan (Zonneveld et al. 1991) dengan menggunakan rumus:

LPH (%) =

Wt Wo t

- 1

x 100

(14)

4

Konversi Pakan (KP)

Nilai konversi pakan (KP) dihitung dengan menggunakan persamaan (NRC 1993) dengan menggunakan rumus :

KP = F A (Wt + Wd ) - Wo

Keterangan : Wt = bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram) Wo = bobot total ikan pada awal pemeliharaan (gram) Wd = bobot total ikan yang mati (gram)

F = jumlah pakan yang diberikan (gram)

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung berdasarkan persamaan (Zonneveld et al. 1991) :

TKH (%) = Σ total ikan akhir (ekor) x 100 Σ total ikan awal (ekor)

Analisis Biaya Pembenihan

Analisis biaya pembenihan dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kegiatan pembenihan ikan lele di Rambo Fish Farm, Cibanteng. Rincian harga jual benih ikan lele dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Harga jual benih ikan lele dengan ukuran panjang yang berbeda

Ukuran Benih Harga jual (Rp)

4-5 85

5-6 150

6-7 170

7-8 200

Analisis Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), nitrit, nitrat dan TAN (Total Amonia Nitrogen). Data hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele yang diberi pakan uji selama 20 hari

Parameter Satuan Nilai terukur Nilai optimum (Gunadi 2012)

Suhu 0C 25-31,5 27,73 – 29,63

pH Unit 7-7,7 6,5 – 7,11

DO Mg/l 4,6-8,3 2,61-6,92

Nitrit Mg/l 0,06-0,72 0,01-0,46

Nitrat Mg/l 0,67-0,86 0,16-1,65

(15)

5

Analisis Proksimat Ikan

Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan dan ikan uji. Analisis meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar serat kasar, kadar air dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Analisis protein dilakukan dengan metode kjehdahl, serat kasar dengan metode pelarutan asam dan basa kuat serta pemanasan, lemak dengan metode folch dan soxlet dan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 6000C (Lampiran 1).

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan RAL ( Rancangan Acak Lengkap) dengan dua perlakuan dan dua ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS ver 16.0 for Windows. Perbedaan antar perlakuan dapat diketahui melalui hasil pengujian menggunakan uji T dengan selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan terhadap kelangsungan hidup ikan lele menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Nilai kelangsungan hidup ikan lele pada perlakuan tanpa penambahan MOS dan vitamin C sebesar 74,42% dan dengan penambahan MOS dan vitamin C sebesar 84,48%.

Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standart deviasi; Huruf di belakang standart deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2)

(16)

6

penambahan MOS dan vitamin C (A). Nilai biomassa akhir ikan lele perlakuan A yaitu 22.000 kg sedangkan perlakuan B yaitu 28.300 kg.

Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standart deviasi; Huruf di belakang standart deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 3)

Gambar 2 Biomassa awal dan akhir ikan lele selama 20 hari masa pemeliharaan Pakan yang diberikan kepada ikan lele selama 20 hari dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan feed additive pada pakan ikan lele tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan dan retensi protein(P>0,05). Namun terdapat perbedaan nyata pada parameter biomassa akhir, konversi pakan dan kelangsungan hidup (P<0,05). Data hasil parameter kinerja pertumbuhan secara keseluruhan selama 20 hari masa pemeliharaan tersedia pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah konsumsi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan harian dan konversi pakan ikan dengan perlakuan tanpa penambahan dan dengan penambahan MOS dan vitamin C

Parameter Perlakuan

Tanpa MOS dan vitamin C Dengan MOS dan vitamin C JKP1) (kg) 14,260,41 ± 1,489a 17,767 ± 0,2913a

RP2) (%) 44,37 ± 0,79a 43,59 ± 0,54a LPH3) (%) 2,67 ± 0,75a 3,43 ± 0,20a KP4) 0,794 ± 0,007a 0,732 ± 0,0007b

Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standart deviasi; Huruf di belakang standart deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 4,5,6 dan 7).

1)

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), 2)Retensi protein 3)Laju pertumbuhan harian (LPH), 4)Konversi Pakan

Pada akhir pemeliharaan 20 hari dilakukan panen dan didapatkan ukuran benih yang beragam. Keberagaman ukuran benih yang didapatkan dikarenakan kemampuan pemanfaatan nutrien oleh masing-masing ikan yang berbeda. Data presentase ukuran benih lele setelah masa pemeliharaan 20 hari disajikan pada Tabel 5.

Tanpa MOS dan vitamin C Dengan MOS dan vitamin C

(17)

7

Tabel 5 Presentase ukuran benih ikan lele setelah pemeliharaan 20 hari Ukuran Benih Presentase ukuran panen (%)

Tanpa MOS dan vitamin C Dengan MOS dan vitamin C

4-5 29 21,6

5-6 38,1 39,6

6-7 25,2 28,7

7-8 7,7 10,1

Penambahan MOS dan vitamin C pada pakan menghasilkan presentase benih yang berukuran 5-6, 6-7 dan 7-8 lebih besar dibandingkan dengan ikan lele tanpa penambahan MOS dan vitamin C pada pakan. Ukuran benih yang lebih besar menghasilkan nilai biomassa akhir yang lebih besar dan dapat meningkatkan nilai jual serta keuntungan. Hal ini dapat dilihat dengan perhitungan analisis biaya pembenihan ikan lele (Clarias sp.) pada Tabel 6

Tabel 6 Analisis biaya pembenihan ikan lele (Clarias sp.) dalam satu siklus produksi

Parameter Satuan Tanpa MOS dan vitamin C

Total produksi Ekor 81.000 91.800

Rincian ukuran

Total pemasukan Rp 11.338.679 13.469.187

Total pengeluaran Rp 8.529.995 9.001.010

Keuntungan 2.808.684 4.468.177

Selisih 1.659.493

(18)

8

Pembahasan

Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil proksimat pakan (Tabel 1) juga didapatkan hasil bahwa penambahan feed additive ke dalam pakan tidak mempengaruhi kadar protein, lemak, abu, air dan BETN pada pakan. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan MOS dan vitamin C dengan metode coating ke dalam pakan tidak mempengaruhi kualitas pakan dan tingkat palatabilitas pakan. Palatabilitas atau respon terhadap pakan dipengaruhi oleh kondisi pakan yang meliputi bentuk, ukuran, warna, rasa dan aroma (Inara 2011). Nilai energi yang terkandung dalam pakan (gross energy) perlakuan berkisar antara 4461,2- 4590 kkal/kg pakan.

Salah satu komponen penting yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi untuk tumbuh adalah protein. Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diterima, yang dapat diserap dan disimpan untuk membangun dan memperbaiki sel tubuh yang rusak, serta dapat dimanfaatkan tubuh bagi metabolisme (Halver & Hardy 2002). Hasil retensi protein pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) yaitu berkisar antara 43,6-44,4%. Retensi protein dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kadar protein dalam pakan, total energi yang terkandung dalam pakan, dan kualitas protein terkait dengan kandungan asam amino esensial dalam pakan tersebut (Suprayudi et al. 1999). Penambahan feed additive pada pakan tidak mempengaruhi kandungan protein pakan. Nilai protein dan energi yang terkandung dalam pakan memiliki nilai yang cenderung sama yaitu berkisar antara 39,488-40,35 dan 4461,2- 4590 (Tabel 1).

Selama masa pemeliharaan ikan 20 hari, ikan lele memanfaatkan secara baik pakan yang telah diberikan, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kinerja pertumbuhan. Pertumbuhan ikan uji secara kuantitatif terlihat dari adanya peningkatan bobot tubuh dan laju pertumbuhan harian yaitu sebesar 2,82% hingga 3,43% (Tabel 4). Nilai biomassa di akhir pemeliharaan menunjukkan peningkatan pada ikan lele dengan penambahan MOS dan vitamin C pada pakan. Berdasarkan hasil penelitian, biomassa akhir ikan lele yang diberi penambahan MOS dan vitamin C didapatkan mengalami peningkatan sebesar 28,64% dan berbeda secara nyata dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Pada ikan mas, Akrami et al. (2012) menyebutkan bahwa pemberian MOS dapat meningkatkan bobot tubuh dan produktivitas pada ikan mas. MOS berperan dalam sistem pencernaan yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat pada usus sehingga penyerapan makanan lebih baik dan dapat meningkatkan biomassa akhir.

(19)

9 tanpa penambahan feed additive dan 0,73 pada ikan lele dengan penambahan feed additive. Penambahan MOS dan vitamin C sebagai feed additive dapat menurunkan nilai konversi pakan (P<0,05). Nilai konversi pakan merupakan jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg daging. Oleh karena itu semakin kecil nilai konversi pakan, maka efisiensi pemanfaatan pakan semakin besar. Staykov et al. (2007) menyebutkan bahwa penambahan MOS pada pakan dapat meningkatkan biomassa, menurunkan FCR dan mengurangi kematian pada ikan rainbow trout, sedangkan pada ikan mas, pemberian MOS dapat meningkatkan performa pertumbuhan, SR, dan produktivitas akhir (Akrami et al 2012).

Pada akhir pemeliharaan dilakukan perhitungan jumlah kelangsungan hidup ikan lele. Ikan lele dengan penambahan feed additive pada pakan memiliki derajat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Kandungan vitamin C dalam pakan dapat menurunkan tingkat stres pada ikan. Almatsier (2006) menyatakan bahwa vitamin C berperan dalam proses sintesis noradrenalin dan serotin yang dapat menurunkan tingkat stres pada ikan. Selain itu, vitamin C juga berperan dalam proses pemeliharaan terhadap mukosa yang dapat berpengaruh terhadap fungsi kekebalan dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Berdasarkan pengukuran kualitas air dalam sistem pemeliharaan selama 20 hari didapatkan hasil yaitu suhu berkisar antara 25-31,50C, pH 7-7,7, DO 4,6-8,3 mg/l, nitrit 0,06-0,72 mg/l, nitrat 0,67-0,86 mg/l dan TAN 1,05-1,96 mg/l. Menurut Gunadi (2012), ikan lele masih dapat hidup dengan baik pada kualitas air dengan kisaran suhu 27,73-29,63 0C, pH 6,5-7,11, DO 2,61-6,92 mg/l, Nitrit 0,01-0,46 mg/l, nitrat 0,16-1,65 mg/l dan TAN 0,02-3,65 mg/l. Parameter kualitas air seperti pH, DO, Nitrat dan TAN masih berada dalam kisaran optimum. Namun terdapat nilai yang cukup besar pada nitrit yaitu sebesar 0,72 mg/l dan terjadi fluktuasi suhu yang cukup tinggi selama masa pemeliharaan yaitu 25-31,50C. Meskipun telah dilakukan pergantian air sebesar 15-20% setiap harinya, terdapat nilai nitrit yang cukup besar. Hal ini dapat menyebabkan ikan menjadi stres sehingga kekebalan tubuh melemah dan memudahkan ikan untuk terserang patogen bahkan sampai menyebabkan kematian. Ikan dengan penambahan MOS dan vitamin C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.

(20)

10

penambahan biaya sebesar Rp. 85.230/siklus produksi, keuntungan yang didapatkan meningkat 59% yaitu sebesar Rp. 1.659.493,-.

KESIMPULAN

Penambahan feed additive dengan dosis 3,6 gram/kg pakan dengan kandungan MOS 2 gram, vitamin C 200 mg dan binder pada pakan ikan lele (Clarias sp.) efektif untuk meningkatkan efisiensi pakan, produktivitas akhir, dan kelangsungan hidup pada ikan lele.

DAFTAR PUSTAKA

Akrami R, Mansour MR, Chitsaz H, Ziaei R. 2012. Effect of dietary mannan oligosaccharide on growth performance, survival, body composition and some hematological parameters of carp juvenile (Cyprinus carpio).Jurnal of Aquaculture Feed Science and Nutrition. 4(3-4):54-60.

Aslianti T, Priyono A. 2009. Peningkatan vitalitas dan kelangsungan hidup benih kerapu lumpur, Epinephelus aoioides melalui pakan yang diperkaya dengan vitamin c dan kalsium. Torani. 19:74-81

Almatsier S. 2006 .Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Utama : Jakarta.

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2013. Laporan Tahunan Direktorat Produksi tahun 2013. [internet]. [diunduh 2015 Mei 02]. Tersedia pada :ww.djpb.kkp.go.id/public/upload/download/Pustaka/06PUSTAKA/LAPTAH %20PRODUKSI%20%202013.pdf

Firdaus A. 2004. Pengaruh pemberian vitamin C dalam percobaan immunoprofilaksis terhadap infeksi bakteri Streptococcus iniae pada ikan nila (Oreochromis niloticus Linne). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gunadi, B. 2012. Minimalisasi limbah nitrogen dalam budidaya ikan lele (clarias

gariepinus) dengan system akuakultur berbasis jenjang rantai makanan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Halver JE and Hardy RW. 2002. Fish Nutrition, third ad. New York (US): Academy Press Inc.

Inara C. 2011. Kajian tepung bungkil karet (TBBK) Hevea brasiliensih sebagai bahan baku pakan benih ikan mas Cyprinus carpio Linn. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Makatutu D. 2002 .Suplementasi vitamin C dalam pakan untuk memacu perkembangan gonad dan meningkatkan mutu telur ikan kerapu batik (Epinephelus microdon). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[NRC]. 1993. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. Washington D.C (US): National Academy of Scient Press.

Paterson BC, Bramble TC, Manning BB. 2010. Effect of Bio-Mos on growth and survival of channel catfish challenged with Edwardsiella ictaluri. Jurnal of the World Aquaculture Society. 41(1):149-155.

(21)

11 (Panulirus ornatus, Fabricius 1798). Fish & Shellfish Immunology. 28: 483-489.

Siregar Yusni Ihwan, Adelina. 2010. Pengaruh vitamin C terhadap peningkatan hemoglobin (Hb) darah dan kelulus hidupan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia.12:1-5

Suprayudi MA, Bintang M, Takeuchi T, Mokoginta I, Sutardi T. 1999. Defatted soybean meal as an alternative source to substitute fish meal in the feed of giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac. Suisanzoshoku. 47(4): 551-557 Suprayudi MA . 2010. Bahan baku lokal : Tantangan dan harapan akuakultur

masa depan [Abstrak]. Prosiding Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III 7 Oktober 2010. BDP, FPIK, IPB. pp 31

Staykov Y, Spring P, Denev S, Sweetman J. 2007. Effect of a mannan oligosaccharide on the growth performance and imune status of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Aquacult Int. 15:153-161.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition.In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa internat. Fish.Training Center.p 179-229.

Torrecillas SA, Makol MJ, Caballero D, Montero L, Robaina F, Real J, Sweetman L, TortM.S, Izquierdo. 2007. Immune stimulation and improved infection resistance in European sea bass (Dicentrarchus labrax) fed mannan oligosaccharides. Fish & Shellfish Immunology. 23:969-981.

Utami AD. 2010. Pemakaian suplementasi vitamin C melalui pakan buatan terhadap ketahanan stres dan kinerja pertumbuhan pada benih ikan hias rainbow praecox Melanotaenia praecox. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(22)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat Kadar Protein

Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2. Katalis (K2SO4+CuSo4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram

dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu Kjeldahl dan kemudian labu tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400oC selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening. 4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimsukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh ammonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi ditritasi dengan larutan NaOH 0.05 N. 2. Volume hasil titrasi dicatat.

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.

Kadar Protein (%) = 0,007* x (Vb – Vs ) x 6,25 ** x 20 x 100

S

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot sampel (gram)

* = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110o dalam waktu 1 jam. Kemudian didiinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)

(23)

13 3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong

terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.

5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol (20xA) , sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum pump.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalamlabu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0.03 N(0.2xC), kemudian dikocok dengan kuat minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1). 5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu

silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform / methanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.

6. Setelah sisa klorofom/methanol dalam labu habis, labu dimasukkan kedalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC selama 4-6 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Kadar Air (%) =( X2 + A) - X1 x 100

A

D. Kadar Serat Kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml

3. H2SO4 0.3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1.5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.

(24)

14

5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0.3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven 105-110oC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

Kadar Serat Kasar (%) = X2-X1 x 100 A

Lampiran 2 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup ikan lele (TKH)

Paired Samples Test

Tabel paired sample statistic menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tingkat kelangsungan hidup (TKH) dari rata-rata 74.42% menjadi 84,48% setelah penambahan feed additive. Nilai sig. (2-tailed) 0.027 < α (0.05) menunjukkan bahwa penambahan feed additive berupa MOS dan vitamin C berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele.

Lampiran 3 Analisis statistik biomassa akhir ikan lele

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Biomassa_tanpa_feedadditive 22.0000 2 2.12132 1.50000

Biomassa_dengan_feedadditive 28.3000 2 .42426 .30000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Biomassa_tanpa_feedadditive &

Biomassa_dengan_feedadditive 2 1.000 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 TKH_tanpa_feedadditive 74.4200 2 2.23446 1.58000

TKH_dengan_feedadditive 84.4800 2 1.64049 1.16000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 TKH_tanpa_feedadditive&

(25)

15

Tabel paired sample statistic menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai biomassa dari rata-rata 22 kg menjadi 28.3 kg setelah penambahan feed additive. Nilai sig. (2-tailed) 0.049 < α (0.05) menunjukkan bahwa penambahan feed additive berupa MOS dan vitamin C berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan biomassa ikan lele.

Lampiran 4 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan (JKP)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 JKP_tanpa_feedadditive 14.2600 2 1.48917 1.05300

JKP_dengan_feedadditive 17.7670 2 0.29213 0.20600

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 JKP_tanpa_feedadditive &

JKP_dengan_feedadditive 2 1.000 .000

Paired Samples Test

(26)

16

Lampiran 5 Analisis statistik retensi protein (RP)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 RP_tanpa_feedadditive 44.3756 2 .79917 .56510

RP_dengan_feedadditive 43.5991 2 .54949 .38855 Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 RP_tanpa_feedadditive &

RP_dengan_feedadditive 2 -1.000 .000

Tabel paired sample statistic menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah retensi protein (RP) ikan lele dari rata-rata 44,37% menjadi 43,59% setelah penambahan feed additive. Nilai sig. (2-tailed) 0.565 > α (0.05) menunjukkan bahwa penambahan feed additive berupa MOS dan vitamin C tidak berpengaruh secara signifikan pada retensi protein ikan lele.

Lampiran 6 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 LPH_tanpa_feedadditive &

LPH_dengan_feedadditive 2 1.000 .000

Paired Samples Test

(27)

17 bahwa penambahan feed additive berupa MOS dan vitamin C tidak berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan laju pertumbuhan harian ikan lele.

Lampiran 7 Analisis statistik konversi protein (KP) ikan lele

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 KP_tanpa_feedadditive &

KP_dengan_feedadditive 2 1.000 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 KP_tanpa_fe

edadditive - KP_dengan_ feedadditive

.06250 .00636 .00550 -.00532 .1196 13.889 1 .046

Tabel paired sample statistic menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai konversi pakan dari rata-rata 0.795 menjadi 0.732 setelah penambahan feed additive. Nilai sig. (2-tailed) 0.46 < α (0.05) menunjukkan bahwa penambahan feed additive berupa MOS dan vitamin C berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan nilai konversi pakan ikan lele.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 KP_tanpa_feedadditive .7950 2 .00707 .00500

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 12 Juni 1993 yang dilahirkan dari Ayah bernama Priyono dan Ibu bernama Suwartini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan adik bernama Nevriya Putri Cahyaningtyas. Pada tahun 2011 setelah menyelesaikan studinya di SMA Negeri 1 Rembang, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan (2014) dan Bioteknologi Akuakultur (2014). Penulis juga pernah menerima Hibah Dikti untuk kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) dan Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) pada tahun 2014. Selain itu penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) dan Forum Keluarga Muslim FPIK (FKMC)periode 2013-2014.

Untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di bidang perikanan budidaya, penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field (2013) di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan Praktik Lapangan Akuakultur pembesaran udang vanname di PT. SWK Banyuwangi (2014). Tugas akhir di perguruan tinggi

diselesaikan dengan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas penambahan

Gambar

Tabel 5  Presentase ukuran benih ikan lele setelah pemeliharaan 20 hari  Ukuran Benih  Presentase ukuran panen (%)
Tabel  paired  sample  statistic  menunjukkan  bahwa  terdapat  peningkatan  tingkat kelangsungan hidup (TKH) dari rata-rata 74.42% menjadi 84,48% setelah  penambahan  feed  additive
Tabel  paired  sample  statistic  menunjukkan  bahwa  terdapat  peningkatan  nilai  biomassa  dari  rata-rata  22  kg  menjadi  28.3  kg  setelah  penambahan  feed
Tabel  paired  sample  statistic  menunjukkan  bahwa  terdapat  penurunan  jumlah  retensi  protein  (RP)  ikan  lele  dari  rata-rata  44,37%  menjadi  43,59%  setelah  penambahan  feed  additive

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, juga untuk mengetahui profil kasus (umur, jenis kelamin, diagnosis, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan); profil terapi pasien [secara umum dan secara khusus

In many cases, back analyses of underground excavations instabilities using numerical modelling have been widely used to estimate the rock mass long-term strength. In this approach

Masalah-masalah yang dihadapi termasuklah: pengangguran dan tiada jaminan pekerjaan kerana permohonan permit kerja tidak dapat dilakukan; generasi kedua Rohingya yang dilahirkan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan rahmadNya sehingga kegiatan Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-4 yang bertemakan

propinsi di Indonesia dimana dilaporkan kasus rabies pada manusia ( lyssa ) dari Provinsi NAD sebanyak 2 kasus, Propinsi Sumatera Utara sebanyak 5 kasus, Propinsi.. Sumatera Barat

Hal ini selaras dengan hasil komparasi metode EDXRF dengan metode AAS yang memberikan kesesuaian hasil analisis, sehingga menunjukkan bahwa metode analisis

Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode lund dan browder yang mengakui bahwa presentase luas luka bakar pada berbagai