• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PASAR SAHAM, PERKEMBANGAN

PERBANKAN DAN RESPONNYA TERHADAP KORUPSI

PADA SEMBILAN NEGARA DI KAWASAN ASEAN +3

MUHAMMAD FAZRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Responnya terhadap Korupsi Pada Sembilan Negara di Kawasan Asean +3 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

Muhammad Fazri. Perkembangan Pebankan, perkemabangan Pasar Saham dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR.

Perbankan dan pasar saham merupakan kedua lembaga keuangan yang berperan penting dalam proses pembangunan. Banyak studi yang mengatakan bahwa perkembangan perbankan dan pasar saham mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kedua lembaga keuangan ini, seperti stabilitas makroekonomi dan juga pengaruh institusional seperti korupsi. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana dampak dari korupsi mempengaruhi perkembangan perbankan maupun pasar saham dan juga mencoba melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pasar saham, perbankan dan juga korupsi. Penelitian ini menggunakan metode panel data untuk sembilan negara di kasawan ASEAN +3 dari tahun 2003-2012. Variabel yang digunakan antara lain market captalization (% of GDP), domestic credit to private sector (% of GDP) dan juga corruption perseption index (CPI). Variabel-variabel yang mendukung lainnya antara lain inflasi, suku bunga rill, pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, economic freedom, financial freedom dan total export (%GDP). Hasil yang didapat adalah korupsi menghambat perkembangan perbankan dan pasar saham dan perkembangan perbankan akan mengurangi korupsi.

Kata kunci: CPI, Panel Data, Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan.

ABSTRACT

MUHAMMAD FAZRI. Banking Development, Stock Market Development, and it’s Responce to Corruption in Nine Countries of ASEAN +3 Region from 2003-2013. Supervised by Prof. Hermanto Siregar.

Banking and stock market are two financial institutions which play an important role in the development process. Many studies suggest that the development of banking and stock market are able to increase the economic growth. There are factors which influence the development of these two financial institutions, for example macroeconomic stability and institutional influences such as corruption. This study tries to see how corruption affects the development of banking and stock market and also tries to identify the factors that influence the development of banking, stock market, and corruption. This study uses panel data for nine countries of ASEAN +3 Region from 2003-2012. The variables used in this study are market capitalization (% of GDP), domestic credit to the private sektor (% of GDP), and corruption perception index (CPI). Another supporting variables are inflation, real interest rate, per capita income, economic growth, economic freedom, financial freedom, and total exports (% of GDP) . The result shows that corruption hinders the development of banking and stock market and banking development will reduce corruption.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERKEMBANGAN PASAR SAHAM, PERKEMBANGAN

PERBANKAN DAN RESPONNYA TERHADAP KORUPSI

PADA SEMBILAN NEGARA KAWASAN ASEAN +3

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

Nama : Muhammad Fazri NIM : H14100017

Disetujui oleh

Prof. Hermanto Siregar, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai April 2014 ini ialah ekonomi moneter, dengan judul Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perkembangan, dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara di Kawasan ASEAN +3.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Zulfikri, Ibu Budi Samsiawati, serta kakak dari penulis yaitu Siti Zahro atas doa, motivasi, dan dukungan secara moril dan juga materiil untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Hermanto Siregar, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara teoritis maupun moril dalam proses penyusunan sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama dan Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi saran-saran yand membangun serta ilmu yang bermanfaat untuk penyempuranaan skripsi ini

3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi yang memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama menjalankan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

4. Mba Dian Abang, Mba Heni, Mba Dian Pasca, Ibun, Ka Retno Selaku Staf dan Asisten yang selama ini membimbing saya di Departemen Ilmu Ekonomi. 5. Temen-Teman SD ku tercinta Amigos, Gilang, TB, Oki, Adit, Winda Dea, Arum, Iin yang selalu di Hati yang memberikan perjalanan hidup dari SD hingga saat ini.

6. Teman-teman satu bimbingan Riki dan Alfin yang menjadi teman berdiskusi dan juga berbagi suka dan duka selama penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat hiphip di perkuliahan Uke, Arti, Dian, Alfin, Tika, Heny, Fida, Amel, Cika, Erlangga, Dwiki dan Pupuh. Serta shabat lainnya Hani, Tiko, Bram, Dara, dan lain-lainya

8. Teman-teman LABLE 2011-2013 yang selalu membimbing dalam pembelajaran

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 47, Hipotesa 2011 dan 2012.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penulisan 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Korupsi 5

Bank 7

Saham 8

Metode Panel Data 8

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Teori 13

METODE PENELITIAN 14

Jenis dan Sumber Data 14

Metode Analisis 15

Uji Asumsi 16

Uji Statistik 17

Elastisitas 18

Model Penelitian 19

GAMBARAN UMUM 21

Gambaran Umum Perkembangan Pasar Saham di Sembilan Negara Kawasan

ASEAN +3 21

Gambaran Umum Perkembangan Perbankan di Sembilan Negara Kawasan

ASEAN +3 22

Gambaran Umum Korupsi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3 23 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di Sembilan Negara Kawasan

ASEAN +3 24

Gambaran Umum Inflasi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3 25 Gambaran Umum Keterbukaan Perdagangan di Sembilan Negara Kawasan

ASEAN +3 25

Gambaran Umum Tingkat Modal Bank di Sembilan Negara Kawasan ASEAN

+3 26

Gambaran Umum Kebebasan Sektor Keuangan di Sembilan Negara Kawasan

ASEAN +3 26

Gambaran Umum Kebebasan Ekonomi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN

(10)

Kebijakan Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan di sembilan negara

kawasan ASEAN +3 28

Kebijakan Penurunan Tindak Korupsi di ASEAN 29

Analisis Deskrptif Pengaruh Komisi Khusus Pemberantasan Korupsi Terhadap Penurunan Korupsi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3 33

PEMBAHASAN 34

Pemilihan Model Terbaik 34

Hasil Pengujian Asumsi Klasik 34

Hasil Uji Statistik 36

Pengaruh Korupsi Terhadap Perkembangan Pasar Saham dan Faktor-faktor

lainnya yang mempengaruhi Pasar Saham 37

Pengaruh Korupsi Terhadap Perkembangan Perbankan dan Faktor-Faktor

Lainnya yang mempengaruhi Perbankan 40

Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Korupsi dan Faktor-faktor

lainnya yang mempengaruhi Korupsi 41

Pengaruh Efek individu terhadap Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Korupsi pada Sembilan Negara kawasan ASEAN +3 43

Implikasi Kebijakan Perkembangan Pasar Saham 44

Implikasi Kebijakan Perkembangan Perbankan 45

Implikasi Kebijakan Korupsi 45

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 50

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Credit to Private Sector relative to GDP di

sembilan negara ASEAN+3 ... 2

Tabel 2 Peringkat Bebas Korupsi ASEAN +5 tahun 2009-2013 di sembilan negara ASEAN +3 ... 3

Tabel 3 Coruption Perception Index (CPI) Tahun 2003 dan 2013 di sembilan negara ASEAN+3 ... 3

Tabel 4 Data dan Sumber Data Penelitian ... 14

Tabel 5 Hasil Uji Uji Chow dan Hausman Pada Model Perkembangan Pasar Modal ... 34

Tabel 6 Uji Asumsi Klasik ... 35

Tabel 7 Hasil Estimasi Model Perkembangan Pasar Saham... 38

Tabel 8Hasil Estimasi Model Perkembangan Perbankan ... 40

Tabel 9Hasil Estimasi Model Korupsi ... 42

Tabel 10 Keragaman Individu Model Perkembangan Pasar Saham ... 43

Tabel 11 Keragaman Individu Model Perkembangan Bank ... 43

Tabel 12 Keragaman Individu Model Korupsi ... 44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran 13

Gambar 2. Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham (%of GDP) di

Kawasan ASEAN +3 21

Gambar 3. Perkembangan Credit to Private Sector (%of GDP) di Kawasan

ASEAN +3 22

Gambar 4. Perkembangan CPI Sembilan Negara ASEAN +3 23 Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Sembilan Negara ASEAN +3 24 Gambar 6. Perkembnagan Inflasi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3 25 Gambar 7. Rasio Modal Bank terhadap Asset Sembilan Negara ASEAN +3 26 Gambar 8. Rasio Total Expor terhadap GDP Sembilan Negara ASEAN +3 26

Gambar 9. Financial Freedom Index 2003-2012 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Korelasi untuk Pengujian Asumsi Klasik

Multikolinearitas Pada Model Perkembangan Pasar Saham 50 Lampiran 2 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)

Model Perkembangan Pasar Saham 50

Lampiran 3 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model

Perkembangan Pasar Saham 51

Lampiran 4 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model

Perkembangan Pasar Saham 52

Lampiran 5 Hasil uji Chow Model Perkembangan Pasar Saham 53 Lampiran 6 Hasil uji Hausman Model Perkembangan Pasar Saham 53 Lampiran 7 Uji Normalitas pada Model Perkembangan Pasar Saham 53 Lampiran 8 Hasil uji korelasi Model Perkembangan Perbankan 54 Lampiran 9 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)

Model Perkembangan Perbankan 54

Lampiran 10 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model

Perkembangan Perbankan 55

Lampiran 11 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model

Perkembangan Perbankan 56

Lampiran 12 Hasil uji Chow Model Perkembangan Perbankan 57 Lampiran 13 Hasil uji Hausman Model Perkembangan Perbankan 57 Lampiran 14 Uji Normalitas Model Perkembangan Perbankan 57

Lampiran 15 Hasil uji korelasi Model Korupsi 58

Lampiran 16 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)

Model Korupsi 58

Lampiran 17 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model Korupsi 59 Lampiran 18 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model Korupsi 60

Lampiran 19 Hasil uji Chow Model Korupsi 61

Lampiran 20 Hasil uji Hausman Model Korupsi 61

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan sektor keuangan baik itu dari sisi pasar saham maupun perbankan telah memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Banyak studi yang telah memperlihatkan bahwa perkembangan stock market akan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Levine dan Beck (2000) bahwa pertumbuhan stock market akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan perkembangan perbankan dimana perbankan memberikan dampak pada investasi melalui kredit yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan perbankan maupun pasar saham dipengaruhi oleh beberapa faktor. Banyak studi yang telah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kedua sektor keuangan ini. Secara garis besar perkembangan kedua sektor ini dipengaruhi oleh dua sudut yaitu sudut ekonomi maupun sudut institusional. Sudut ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi. Apabila dari sudut institusional lebih menekankan kepada kestabilan politik dan juga korupsi. Korupsi merupakan suatu tindakan yang mengambil keuntungan sendiri dari jabatan yang dimiliki. Korupsi dapat mengurangi kepercayaan investor menanamkan modalnya terhadap negara tersebut baik dalam bentuk penamanan modal langsung atau melalui pasar saham dan portofolio, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ayaydin dan Baltacı (2013) yang mengatakan bahwa korupsi akan memberikan dampak negatif pada kepercayaan investor yang menyebabkan akan menghambat perkembangan dari pasar saham.

Disamping korupsi akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor keuangan akibat dari kepercayaan investor dalam memberikan modal. Perkembangan sektor keuangan juga ternyata memberikan dampak terhadap korupsi. Banyak penelitian yang telah dilakukan dimana perkembangan sektor keuangan memberikan dampak negatif terhadap korupsi, seperti yang dilakukan oleh Thorton (2009) dimana perkembangan sektor keuangan memberikan dampak positif terhadap perilaku yang baik dari perusahaan maupun pemerintah. Ilustrasinya adalah jika sektor keuangan berkembang seperti perbankan maka seluruh keuangan yang ada di perusahaan maupun pemerintah dapat dikontrol dengan baik oleh bank. Jika terdapat kesalahan ataupun penyimpangan dalam laporan keuangan perusahaan akan diketahui dengan cepat. Hal ini akan berimbas pada penurunan perilaku yang menyimpang seperti korupsi.

(14)

2

Tabel 1 Perkembangan Credit to Private Sector Relative to GDP (%) di Sembilan Negara ASEAN+3

Negara Tahun

2009 2010 2011 2012

Malaysia 111.6 110.4 111.8 117.8

Indonesia 27.7 29 31.7 35

Singapura 99.6 98.2 110.1 120.6

Vietnam 103.3 114.7 101.8 94.8

Thailand 116.4 123.8 140.3 148.3

Filipina 29.2 29.6 31.9 33.4

Jepang 183.4 175 174.8 176.7

Korea Selatan 156.3 146.6 149 148

Cina 127.2 129.9 127 133.7

Sumber : World Bank, World Development Indicators 2013

Dapat dilihat pada Tabel 1 perkembangan credit to private sector dihampir seluruh negara di kawasan ASEAN mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan industri perbankan semakin baik. Bahkan beberapa Negara dikawasan ASEAN ini telah mencapai lebih dari 100% mendekati kawasan negara maju yang berada di sekitar kawasan ini. Negara-negara tersebut adalah Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Meskipun begitu beberapa negara di kawasan ini masih sangat rendah seperti Filipina termasuk Indonesia.

Sebagai kawasan yang terintegrasi, ASEAN juga memiliki beberapa masalah besar. Salah satu dari masalah tersebut adalah korupsi. ASEAN dapat dikatakan sebagai salah satu kawasan yang memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi. Beberapa negara dikawasan ini bahkan memiliki peringkat korupsi yang cukup tinggi seperti pada Indonesia dimana peringkat berada pada 112 dari 180 negara yang menjadi observasi menurut Tranperancy International. Artinya bahwa Indonesia memiliki tingkat korupsi yang sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

(15)

3 Tabel 2 Peringkat Bebas Korupsi ASEAN +5 Tahun 2009-2013 di Sembilan

Negara ASEAN +3

Negara Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Malaysia 56 56 43 54 53

Indonesia 111 110 100 118 112

Singapura 3 1 5 5 5

Vietnam 120 116 112 123 116

Thailand 84 78 80 88 102

Myanmar 178 176 180 172 157

Filipina 139 134 129 105 94

Japan 17 17 14 17 18

Korea Selatan 39 39 43 45 46

Cina 79 78 75 80 80

Sumber : Transparency International 2009-2013

Korupsi yang cukup tinggi tentu akan memberikan dampak terhadap perkembangan investasi dan perkembangan sektor finansial dikawasan ASEAN tersebut. Hal ini akan berdampak pada pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN itu sendiri. Perbedaan tingkat korupsi di ASEAN+3 akan membuat perbedaan tingkat modal dan perkembangan sektor keuangan antar negara di kawasan ASEAN +3.

Rumusan Masalah

Sebagai kawasan yang terintegrasi, ASEAN seharusnya memiliki kesamaan kondisi negara baik itu perekonomian maupun dalam pengelolaan pemerintah yang baik. Terintegrasinya ASEAN seharusnya memberikan dampak positif terhadap perekonomian maupun korupsi. Negara yang saling terintegrasi mampu membantu negara yang tergabung dalam hal penyelesaian kasus korupsi sehingga korupsi dapat dikurangi. Namun pada kenyataannya terjadi ketimpangan korupsi antar negara dikawasan ASEAN +3 yang dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Coruption Perception Index (CPI) Tahun 2003 dan 2013 di Sembilan

Negara ASEAN+3

Negara Tahun

2003 2006 2009 2012

Malaysia 5.2 5 4.5 4.9

Indonesia 1.9 2.4 2.8 3.2

Singapura 9.4 9.4 9.2 8.7

Vietnam 2.4 2.6 2.7 3.1

Thailand 3.3 3.6 3.4 3.7

Myanmar 1.6 2.5 2.4 1.5

Filipina 2.5 7.6 7.7 3.4

Jepang 7 5.1 5.5 7.4

Korea Selatan 4.3 3.3 3.6 5.7

Cina 3.4 5 4.5 3.9

(16)

4

Pada Tabel 3 dapat kita lihat nilai coruption perception index antar negara ASEAN +3 dari tahun 2003 menuju 2012 memang meningkat yang mengindikasikan semakin baiknya proses transparansi dan kebebasan dari korupsi. Meskipun CPI rata-rata naik namun perbedaan masih saja tetap timpang antara negara ASEAN seperti Singapura yang memiliki CPI 8.6. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya yang masih dibawah 5.

Korupsi yang timpang akan berdampak terhadap perkembangan sektor keuangan di negara-negara ASEAN. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa ketimpangan terjadi pada perkembangan di sektor keuangan. Dimana terdapat beberapa Negara dikawasan ASEAN yang telah mampu menyalukan kredit ke sektor swastanya sangat tinggi namun ada juga yang masih rendah. Namun bila dilihat urutannya dimana Singapura merupakan salah satu negara yang tingkat kebebasan korupsinya cukup tinggi ternyata perkembangan sektor keuangannya masih rendah bahkan dibawah Cina, Malaysia dan juga Korea Selatan yang memiliki angka CPI yang lebih rendah. Padahal pada penelitian yang dilakukan Hasan Ayaydin dan Nuri Baltacı dalam European Journal of Research on Education tahun 2013 yang mengatakan bahwa korupsi berhubungan negatif dengan pasar saham dan Torhton (2009) dimana perkembangan sektor keuangan memberikan dampak positif pada kebebasan korupsi. Seharusnya kebebasan dari korupsi yang baik memberikan dampak yang baik pula terhadap perkembangan sektor keuangan dan begitupun sebaliknya perkembangan sektor keuangan juga memberikan dampak negatif terhadap korupsi. Oleh karena itu pada penelitian ini dibentuk beberapa rumusan masalah yang ingin dibahas yaitu:

1. Bagaimana dampak korupsi dan faktor-faktor lain terhadap perkembangan industri perbankan dan pasar saham?

2. Bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap tingkat korupsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi?

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji bagaimana dampak korupsi terhadap perkembangan industri perbankan dan pasar saham.

2. Mengkaji bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap tingkat korupsi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat korupsi.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pengambilan keputusan dalam mengembangkan perbankan dan pasar uang di Indonesia.

2. Bagi kalangan akademisi, bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menjadikan penelitian ini sebagai pembanding bagi penelitian sebelumnya atau sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

(17)

5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis mengenai korupsi, perkembangan perbankan dan perkembangan pasar saham. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama menganalisis pengaruh korupsi pada perkembangan perbankan dan perkembangan pasar saham. Selanjutnya menganalisis bagaimana pengaruh perkembangan perbankan terhadap perubahan indeks persepsi korupsi.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perkembangan perbankan yang menggunakan proksi credit to private sector relative to GDP, perkembangan pasar saham menggunakan market capitalization relative to GDP, perkembangan korupsi menggunakan proxy coruption perception index (CPI). Variabel alin yang mendukung penelitian ini diantaranya pertumbuhan ekonomi (growth), inflasi, tingkat suku bunga riil, rasio modal bank terhadap asset, economic freedom, financial freedom, dan total ekspor terhadap GDP.

Wilayah yang menjadi objek negara ini mengunakan 6 negara pada kawasan ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam dan 3 negara lainnya, yaitu Cina, Korea Selatan dan Jepang. Periode dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2003 sampai 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

Korupsi

Agency for International Development (USAID) menjelaskan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan unilateral oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran yang menghubungkan aktor publik dan privat seperti penyuapan, pemerasan, pengaruh penjajakan, dan penipuan. Korupsi juga didefinisikan sebagai transaksi antara para pelaku dari sektor swasta dan sektor publik melalui ultilitas bersama yang secara ilegal ditransformasikan menjadi keuntungan peribadi (World Bank 1997). Menurut Transperancy Internasional korupsi terdiri dari tindakan yang dilakukan pemerintah yang mendistorsi kebijakan atau fungsi utama negara, yang memungkinkan para pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan publik. Dari kesimpulan definisi diatas korupsi dapat dikatakan sebagai setiap perilaku yand tidak legal seperti penyuapan, penggelapan dan penipuan yang menggunakan kekuasaan di sektor publik maupun swasta demi mendapatkan keuntungan pribadi.

(18)

6

kondisi historis-struktural yang telah berjalan selama berabad-abad akibat represi yang dilakukan oleh penjajah. Hal tersebut menyebabkan korupsi telah dianggap sebagai suatu yang lumrah pada kawasan Asia.

Tingkat Korupsi disuatu negara dapat diukur dari Coruption Perception Index (CPI). CPI adalah suatu indeks yang dikeluarkan oleh International Transparancy dibawah organisasi World Bank yang menggambarkan tingkat korupsi pada suatu wilayah tertentu. Dalam mengukur tingkat korupsi suatu wilayah, suatu wilayah tersebut diberikan nilai dari 0-10 diamana makin mendekati angka 10 maka negara tersebut dikatakan sebagai negara yang bebas dari korupsi. Sebaliknya jika mendekati angka 0 maka negara tersebut dikatakan sebagai negara yang tidak lepas dari tindakan korupsi.

CPI merupakan indikator agregat yang menggabungkan berbagai sumber informasi tentang korupsi, sehingga memungkinkan untuk membandingkan setiap negara. Semua sumber informasi yang digunakan untuk membangun CPI dihasilkan oleh organisasi terkemuka dan organisasi pengumpul data. Jumlah survei dan penilaian yang disertakan berbeda dari tahun ke tahun tergantung pada ketersediaan pada saat perkembangan indeks. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh badan-badan survei dalam melihat tingkat korupsi suatu negara maka disimpulkan factor factor yang mempengaruhi CPI diantaranya (Hambali, 2007):

1. Persepsi adanya kebocoran penggunaan pinjaman luar negeri berupa kick back money dari pelaksanaan proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri. Proksi yang dapat digunakan adalah hutang luar negeri dengan pendapatan nasional.

2. Persepsi kebocoran keungan negara yang disebabkan korupsi sistematis oleh para politikus yang menggunakan proksi rasio penawaran uang (M2) terhadap pendapatan nasional (GDP)

3. Non performing loan menggunakan proksi tingkat suku bunga 4. Persepsi pejabat bank pemerintah menggunakan proksi kredit

5. Persepsi penggunaan dana publik untuk kepentingan pribadi dan partai politik menggunakan proksi pengeluaran lain-lain

6. Persepsi suap untuk kepentingan kelompok tertentu menggunakan proksi penerimaan lain-lain

Korupsi dan Investasi

Terdapat dua pandangan yang menjelaskan hubungan antara korupsi dan Investasi. Pandangan pertama menurut Kuncoro (2002) dalam Hambali (2009) mengatakan bahwa korupsi yang berupa suap memberikan jalan yang mempermudah investor dalam mendapatkan lisensi atau izin usaha dengan cepat. Leff (1964) dalam Hambali (2009) korupsi juga dianggap sebagai biaya pelicin agar memperlancar usaha.

(19)

7 terhadap perkembangan investasi dikawasan ASEAN +3. Hambali (2009) juga telah mencoba meneliti bagaimana pengaruh korupsi terhadap investasi di Indonesia. Hasil yang didapat Hambali adalah korupsi dapat menghambat masuknya investasi asing di Indonesia.

Korupsi dan Perbankan

Korupsi dan perbankan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Menurut Wei dan Wu (2001) korupsi akan mempengaruhi seorang kreditor dalam meminjamkan uangnya. Hal ini membuat pengembangan kredit dalam perbankan menjadi terganggu, karena dalam proses pemberian kredit terdapat permainan antara pihak yang meminjam dengan yang dipinjamkan dalam hal ini adalah korupsi. Korupsi akan membuat proses peminjaman menjadi lebih sulit karena pemberian kredit hanya diberikan kepada orang tertentu saja. Korupsi yang terjadi dalam peminjaman juga akan membuat peningkatan pada non performing loan karena ketidakefektifan dalam peminjaman kredit yang diberikan.

Hubungan korupsi dan perbankan tidak hanya sebatas dampak korupsi terhadap perkembangan perbankan saja. Namun dalam perkembangannya perkembangan keuangan juga membuat penurunan pada tingkat korupsi (Thorton, 2009). Hal ini didasari bahwa semakin berkembangnya perbankan maka kesempatan dalam melakukan korupsi akan menurun karena tingginya tingkat transparansi akibat dari perkembangan dalam sisi keunagan

Korupsi dan Perkembangan Pasar Saham

Ayaydinn dan Baltaci (2013) menemukan bahwa korupsi akan memperhambat perkembangan Pasar Saham. Hal ini dikarenakan bahwa berkembangnya korupsi membuat risiko saham menjadi lebih tinggi yang mengakibatkan tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya pada pasar saham sehingga akan menghambat perkembangan pasar modal. Korupsi juga akan mengahambat proses perizinan dari perusahaan dalam pembuatan unit usaha baru sehingga terjadi pengahambatan dalam kapitalisasi pasar saham. Hasil ini juga didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Johansson dan Konstad (2010) dan Naceur et al (2010).

.

Bank

Menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya. Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Selain menjadi intermediasi keuangan Bank juga memiliki fungsi sebagai Agen Pembangunan.

(20)

8

menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit). Perbankan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Taswan 2010)

Perkembangan perbankan dapat dilahat dari Domestik Credit to Private Sector Relative to GDP. Variabel ini melihat bahwa jumlah kredit yang diserap pada privat sektor meningkat berarti adanya perkembangan perbankan hal ini didasari pada tugas perbankan yaitu penyaluran kredit. Variabel ini juga telah digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu Torhton (2009) dan Ayadi et al (2013)

Saham

Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Kepemilikan saham di suatu perusahaan akan memberikan manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.

2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.

3. Manfaaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

Saham dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris (Anoraga dan Pakarti 2006).

Metode Panel Data

Metode panel data merupakan suatu metode dengan meregresikan suatu data panel. Data panel adalah satu set observasi yang terdiri dari beberapa individu pada suatu periode tertentu. Observasi tersebut merupakan pasangan Yit

(variabel terikat) dengan Xit (variabel bebas) dimana i menunjukkan individu, t

menunjukkan waktu, dan j menunjukkan variabel bebas yang dinyatakan dalam sebuah persamaan berikut:

Yit = α + βj Xjit + it

(21)

9 mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni dan keuntungan lainya panel data dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks (Baltagi 2005)

Metode estimasi regresi data panel dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

Pooled Least Square

Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan data cross section dan time series menjadi pooled data. Metode ini akan menghasilkan pendugaan regresi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam panel menggabungkan data cross section dan time series bersama-sama sehingga memiliki jumlah observasi data yang lebih banyak. Kelemahan dalam metode ini adalah tidak terlihatnya perbedaan baik antar individu karena data yang digabungkan secara keseluruhan. Metode ini diduga dengan menggunakan ordinary least square, yaitu:

Yit = α + βj Xj it + it

dimana:

Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

α = intersep yang konstan antar individu cross section i Xit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel bebas j

it = komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i

Efek Tetap (Fixed Effect)

Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya perbedaan antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan. Sedangkan untuk generalisasi secara umum, dapat dilakukan dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai parameter yang berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode dengan memasukkan variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau Least Square Dummy Variable. Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar unit cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin berkurangnya degree of freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada persamaan, dan tentunya akan memengaruhi koefisien parameter yang diduga. Pendugaan metode ini dinyatakan dalam persamaan

Yit = αi + βJXjit + it

(22)

10

Penelitian mengenai bagaimana pengaruh korupsi terhadap perkembangan sektor keuangan baik itu perbankan maupun pasar saham telah banyak dilakukan. Pada umumnya hasil penelitian menunjukan bahwa korupsi berdampak buruk pada perkembangan sektor keuangan. Hasan Ayaydin dan Nuri Baltacı dalam European Journal of Research on Education tahun 2013 mengatakan bahwa korupsi berhubungan negatif dengan pasar saham. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel coruption perception index sebagai proksi dari korupsi dan market capitalization relative to GDP sebagai proksi dari perkembangan pasar saham. Selain kedua variabel tersebut penelitian ini menggunakan variabel lainnya itu inflasi, tingkat suku bunga riil, dan domestic credit to private sector relative to GDP. Penelitian ini diolah menggunakan metode panel data.

Penelitian lainnya juga memperkuat dugaan bahwa korupsi akan memperburuk perkembangan pasar saham yaitu yang dilakukan oleh Johansson dan Kongstad (2010) dalam tesisnya yang berjudul The Determinants of Stock Market Development: Implications of a Dynamic Panel Data Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan saham. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel makroekonomi seperti FDI, inflasi, jumlah uang beredar dan variabel institusional yaitu coruption perception index (CPI). CPI berhubungan positif dengan perkembangan pasar saham yang artinya semakin tinggi CPI yang maka akan semakin tinggi perkembangan sahamnya atau dapat dikatakan semakin bebas suatu negara dari korupsi maka akan semakin kuat perkembangan saham di negara tersebut.

Naceur et al (2010) meneliti mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul The Determinants Of Stock Market Development In The Middle-Eastern And North African Region. Pada penelitian menggunakan beberapa variabel makroekonomi seperti GDP, investment rate , domestic credit to private saving dan inflasi. Objek penelitiannya adalah 12 negara pada kawasan Middle-Eastern and North African (MENA). dengan mengggunakan metode Panel Data. Hasil yang didapat adalah GDP dan domestic credit dan variabel makroekonomi lainnya berpengaruh positif secara signifikan kecuali investment rate yang berpengaruh negatif terhadap perkembangan pasar saham.

(23)

11 country risk guide (ICRG). Objek penelitiannya adalah 14 negara di kawasan MENA dari tahun 1990-2007 dengan mengggunakan metode panel data. Hasil yang didapat adalah GDP dan domestic credit berpengaruh postif secara signifikan dan ICRG memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan.

Yartey (2010) Juga mencoba meneliti mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul The Determinants of Stock Market Development in Emerging Economies: Is South Africa Different? Pada penelitian menggunakan Calderon-Rossell model yang dimodifikasi. Pada model ini perkembangan pasar saham dipengaruhi oleh keadaan perusahaan dan pemerintahan yang diubah menjadi beberapa variabel makroekonomi seperti GDP, gross domestic investment, gross market, makroekonomy stability, domestic credit to private sector dan variabel institutional yang digunakan adalah political risk (ICRG). Objek penelitiannya adalah 42 negara dari tahun 1990-2007 dengan mengggunakan metode Generalized Method of Moments (GMM). Hasil yang didapat adalah GDP dan domestic credit to private sector dan variabel makroekonomi lainnya berpengaruh postif secara signifikan dan ICRG memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan pasar saham dimana semakin baik kondisi politik suatu negara maka perkembangan pasar sahamnya akan semakin cepat.

Shabaz et al (2013) dalam International Journal of Economics and Empirical Research yang berjudul Does Corruption Increase Financial Development? A Time Series Analysis in Pakistan menemukan hal yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana korupsi justru memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan sektor keuangan. Penelitian ini dilakukan pada negara pakistan dengan menggunakan metode ARDL dan VECM.

Garcia dan Liu (1999) meneliti mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul Macroeconomic Determinants Of Stock Market Development. Pada penelitian menggunakan Calderon-Rossell model yang dimodifikasi. Dimana pada model ini perkembangan pasar saham dipengaruhi oleh keadaan perusahaan dan pemerintahan yang diubah menjadi beberapa variabel makroekonomi seperti GDP, inflasi, gross domestic investment, gross saving, domestic credit to private sector dan variabel institutional yang digunakan dummy structural change. Hasil yang didapat seluruh variabel memiliki dampak yang positif kecual inflasi yang memiliki hubungan negatif.

(24)

12

Penelitian lainnya juga telah dilakukan bahwa korupsi tidak hanya mempengaruhi sektor keuangan saja namun juga berdampak secara makroekonomi yaitu pertumbuhan Investasi. Penelitian ini telah dilakukakan oleh Hambali (2009) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Lingkungan Usaha terhadap Pertumbuhan Investasi dan Ekonomi Indonesia: Aplikasi Model Makroekonomi yang diperluas dengan coruption perception index. Hasil yang didapatkan hubungan korupsi korupsi terhadap investasi berbanding terbalik. Hambali (2009) juga meneliti bagaimana dampak korupsi terhadap variabel makroekonomi lainnya seperti GDP, inflasi dan sebagianya. Hasil yang didapatkan adalah bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap semua variabel makroekonomi, kecuali inflasi dan membawa dampak buruk pada perkembangan siklus bisnis di Indonesia

Selain dampak korupsi terhadap sektor keuangan, terdapat pula penelitian yang mencoba melihat bagaimana perkembangan sektor keuangan mampu mengurangi korupsi. Majeed dan Donald (2013) dalam jurnal yang berjudul

“Corruption and Financial Intermediation in a Panel of Regions: Cross-Border Effects of Corruption” dimana perkembangan industri perbankan memberikan dampak positif terhadap kebebasan dari korupsi. Majed dan Donald menggunakan metode panel data dimana jumlah cross section yang digunakan adalah 120 dari tahun 1984-2007. Variabel yang digunakan antara lain adalah ICRG, CPI dalam melihat kestabilan politik dan korupsi dan variabel yang mempengarunhinya menggunakan pendapatan perkapita dan deggre of financial intermediation. Dalam hasilnya diapat bahwa perkembangan financial intermediation mampu memberikan dampak positif terhadap kebebasan suatu negara dari korupsi.

Sebelum Majeed dan Donald, Torhton (2009) juga meneliti apakah perkembangan sektor keuangan mampu menurunkan korupsi. Torhton juga menggunakan metode panel data dalam penelitiannya. Namun bedanya variabel yang digunakan dalam penggambaran perkembangan sektor keuangan dengan Majeed dan Donald. Torhton menggunakan proksi domestic credit to privat sektor relative to GDP sebagai penggambaran dari perkembangan sektor keuangan. Hasil sedangkan variabel yang menggabarkan korupsi sama-sama CPI. Selain itu Torhton juga menambahkan variabel tambahan yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil yang didapatkan pada penelitian Torhton adalah bahwa perkembangan sektor keuangan akan menurunkan tingkat korupsi disuatu negara.

(25)

13 meningkat. Sedangkan untuk variabel non-ekonomi semua hasil memberikan nilai dimana kebebasan dari demokrasi media siaran dan agama akan menurunkan tingkat korupsi pada suatu negara.

Kerangka Pemikiran

Korupsi merupakan salah satu kegiatan yang merugikan masyarakat secara umum. Korupsi disebabkan oleh kegagalan pemerintah yang tidak mampu menerapkan Good Governance Government. Korupsi juga disebabkan kurangnya transparansi keuangan dan longgarnya pengawasan uang yang ada dipemerintahan. Pengawasan keuangan ini seharusnya dapat dilakukan oleh pemerintah dengan bekerjasa sama oleh perbankan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan proses system pembayaran dilakukan mellaui perbankan.

Korupsi ini juga menimbulkan beberapa masalah seperti pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu korupsi juga menimbulkan dampak negatif pada perkembangan sektor keuangan baik itu pada industri perbankan maupun pada pasar saham. Secara garis besar kerangka penelitian ini dijelaskan pada gambar 1

Keterangan : - - - - Bagian Dianalisis Alur

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Kegagalan Pemerintah dan Institusi Pemerintahan yang Buruk

Pengolahan Data menggunakan Panel Data Analisis Deskriptif

1. Mengkaji bagaimana dampak korupsi dan faktor-faktor lain terhadap perkembangan industri perbankan dan pasar saham.

2. Mengkaji bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap tingkat korupsi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat korupsi.

KORUPSI

TRADE

Economic freedom

Perkembangan Pasar Modal

Perkembangan Pasar Modal Perkembangan Perbankan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi

Financial Freedom

Perkembangan Perbankan Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi

(26)

14

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. data sekunder yaitu data yang pada waktu pengumpulannya bukan (tidak harus) memenuhi kebutuhan yang dihadapi (Juanda, 2009). Data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2003 - 2012. Data tersebut didapatkan dari berbagai sumber antara lain World Development Indicatordan Transparency International. Tabel 4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1 Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Transparency International 2 Credit to Private Sector relative to

GDP (%)

World Development Indicator, World Bank

3 Market Capitalization relative to GDP (%)

World Development Indicator, World Bank

4 Inflasi (%) World Development

Indicator, World Bank

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) World Development Indicator, World Bank

6 Bank capital to Asset ratio (%) World Development Indicator, World Bank

7 Total Export to GDP (%) World Development Indicator, World Bank 8 Economics Freedom Heritage Foundation 9 Financial Freedom Heritage Foundation 10 Gross Domestik Product(GDP)

percapita

World Development Indicator, World Bank

Definisi Operasional

Berikut ini definisi mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini 1. Indeks persepsi korupsi (CPI) adalah suatu indeks yang mengukur bagaimana

tingkat korupsi disuatu wilayah atau negara dimana nilai “0” menandakan negara sangat korup sedangkan nilai “10” menandakan negara bebas dari korupsi.

2. Credit to private sector relatif to GDP adalah kredit domestik untuk sektor swasta yang mengacu pada sumber daya keuangan yang diberikan kepada sektor swasta melalui pinjaman, pembelian surat berharga nonequity, dan kredit perdagangan ataupun piutang lain-lain, klaim untuk pembayaran. Untuk beberapa negara klaim ini meliputi kredit yang diberikan kepada perusahaan publik. Kemudian besaran ini di bagi dengan GDP dengan satuan persen

(27)

15 saham pada akhir tahun.perusahaan yang tercatat bukanlah perusahaan investasi ataupun reksadana. Besaran ini kemudian dibagi dengan GDP dengan satuan persen (%)

4. Inflasi adalah perubahan persentase biaya rata-rata konsumen dalam satu tahun.

5. Pertumbuhan ekonomi adalah tingkat persentase tahunan pertumbuhan PDB atas dasar harga pada konstan 2005 US Dolar. PDB adalah jumlah dari nilai tambah bruto oleh semua produsen penduduk dalam perekonomian ditambah pajak produk dan dikurangi subsidi yang tidak termasuk dalam nilai produk. Hal ini dihitung tanpa membuat pemotongan untuk depresiasi aset dan degradasi sumber daya alam.

6. Bank capital to asset ratio adalah rasio modal bank dan cadangan terhadap total aset. Modal dan cadangan yang termasuk termasuk adalah dana disumbangkan oleh pemilik, laba ditahan, cadangan umum dan khusus dan penyesuaian valuasi.

7. Total export to GDP adalah total nilai barang dan jasa yang di ekspor dengan dibandingkan dengan GDP.

8. Economics freedom adalah indeks yang menyatakan seberapa besar kebebasan ekonomi dalam suatu negara. Indeks ini memiliki nilai antara 0-100 dimana semakin mendekati nilai seratus menandakan bahwa suatu negara memiliki kebebasan ekonomi yang sangat tinggi.

9. Financial freedom adalah indeks yang menyatakan seberapa besar kebebasan masayatrakat dalam mengakses sektor keuangan dalam suatu negara. Indeks ini memiliki nilai antara 0-100 dimana semakin mendekati nilai seratus menandakan bahwa suatu negara memiliki kebebasan akses keuangan yang sangat tinggi.

10. Gross Domestik Product (GDP) percapita adalah pendaptan nasional dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika metode panel data. Terdapat beberapa macam model ekonometrika metode data panel yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effrect Model (REM). Dalam menentukan apakah model kita merupakan PLS, FEM ataupun REM. Maka terdapat beberapa uji yang harus dilakukan yaitu uji Chow Test untuk menentukan apakah FEM atau PLS dan Uji Hausman untuk menentukan apakah REM atau FEM dan Uji LM untuk menentukan apakah PLS atau REM

Chow Test

Chow Test adalah pengujian untuk memilih model yang akan digunakan antara model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini hipotesis yang digunakan sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (H0) adalah dengan menggunakan

(28)

16

ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,NT-N-K). jika nilai statistik Chow (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya. Haussman Test

Haussman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan untuk memilih model terbaik antara model fixed effect atau model random effect. Haussman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Sebagai dasar penolakan H0, maka digunakan statistic Hausman dan membandingkan dengan Chi-Square. Statistik Haussman dirumuskan dengan:

M = m = β– b (Mo-M1) - β - b ―χ2

Dimana β adalah vektor untuk variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan

random effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2 –Tabel, maka sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, dan begitu juga sebaliknya.

Uji Asumsi

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah eror term dari model menyebar normal. Uji normalitas dapat dilalkukan dengan menggunakan Jarque Bera Test atau dengan melihat plot dari sisaan. Hipotesis dalam pengujian normalitas adalah:

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual tidak berdistribusi normal (Gujarati, 2006)

Dasar penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera

dengan taraf nyata α sebesar 0.05, dimana jika nilai Jarque Bera Test lebih besar dari taraf nyata α sebesar 0.05 menandakan H0 tidak ditolak dan residual

bersitribusi normal. Uji Heteroskedatisitas

(29)

17 Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, dilakukan dengan mengestimasi GLS menggunakan white-heteroscedasticity.

Uji Moltikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Gejala multikolinearitas ini dapat dideteksi dari nilai R2 tinggi tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan yang berpengaruh nyata dan tanda koefisien regresi tidak sesuai dengan teori (Gujarati, 2006). Multikolineritas dalam pooled data dapat di atasi dengan dilakukan dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi, menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki hubungan linear dengan variabel lainnya, mengkombinasikan data cross section dan time series, mengganti data, dan mentransformasi variabel atau pemberian pembobotan (cross section weight) atau GLS, sehingga parameter dugaan pada taraf uji tertentu (t–statistik maupun F-hitung) menjadi signifikan. Uji Autokolerasi

Autokolerasi dapat dikatakan sebagai hubungan atau korelasi antara observasi. Gujarati (2006) menyatakan autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari model dengan DW-tabel. Dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat autokorelasi H1 : Terdapat autokorelasi

Maka aturan pengujiannya adalah sebagai berikut (Juanda, 2009): 0 < DW < DL : tolak H0, ada autokorelasi positif

Dδ ≤ W ≤ U : daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan DU < DW < 4-DU : terima H0, tidak ada autokorelasi 4-DU ≤ W ≤ 4-DL : daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan 4-DL < DW < 4 : tolak H0, ada autokorelasi negative

Uji Statistik

Terdapat beberapa pengujian secara statistik diantaranya koefisien determinasi (R2), Uji F Statistik dan Uji T Statistik.

Koefesien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keragaman variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Nilai tersebut menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai R2 terletak antara nol hingga satu dimana semakin mendekati satu maka model akan semakin baik. Uji F-statistik

(30)

18

menjelaskan variabel dependen. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: β1 = β2 = … = βk = 0

H1: minimal ada salah satu βj yang tidak sama dengan nol (j=1,2,...,k)

Tolak H0 jika F-statistik > Fα,(k-1,NT-N-K) atau Probabilitas (F-statistik < α.

Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen.

Uji T-statistik

Uji T-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: βj = 0

H1: βj ≠ 0

Tolak H0 jika t-statistik > tα/2,(nT-K-1) atau Jika Probabilitas T < α. Jika H0

ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial memengaruhi secara signifikan variabel dependen.

Elastisitas

Elastisititas menyatakan presentase perubahan variabel dependen akibat dari presentase perubahan variabel independen. Nilai variabel digunakan untuk menyatakan variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dikarenakan karena satuan dari elastisitas sama anatar variabel independen sehingga mampu menjelaskan mana yang paling berpengaruh. Secara garis besar rumus elastisitas untuk model regresi linear (linear-linear) dapat dinyatakan sebagai berikut

̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

Rumus elastisitas diatas berlaku jika fungsinya merupakan fungsi yang linear. Namun jika fungsi tersebut merupakan fungsi logaritma atau satuan dari variabel dependen dan independen (log-log) adalah berupa presentase maka rumus elastisitas menjadi

Jika fungsinya berupa log-linear, dimana variabel dependen bersatuan presentase sedangkan variabel independen tidak dalam presentase maka rumus elastisitasnya menjadi

̅ ̅ ̅

(31)

19

̅

̅ ̅

Model Penelitian

Model penelitian ini merupakan model penel data. Model pada penelitian ini terdiri dari tiga model. Model pertama yang dibuat mengacu pada penelitian Ayaydin dan Baltacı (2013). Dimana pada penelitian ini yang mempengaruhi perkembangan pasar saham adalah domestic credit to private sector relative to GDP, corruption preception index, pertumbuhan ekonomi, bank capital to asset ratio dan real interest rate. secara matematis model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Marketit= α + β1Bankit+ β2 CPIit+ β3 Growthit+β4 Inflasiit + β5 RIRit + β6 Tradeit

+ β7 Dit +e it

Dimana:

Bankit = Perkembangan Perbankan (Credit to Private Sector)(%)

CPIit = Indeks Persepsi Korupsi 0 “Korupsi” 10 ”Bersih”

Growthit = Pertumbuhan Ekonomi (%)

Marketit = Perkembangan Pasar Saham (Market Capitalization)(%)

Inflasiit = Tingkat Inflasi (%)

RIR = Tingkat Suku Bunga Riil

Tradeit = Trade Openness (Total Export to GDP) (%)

D1 = Dummy Krisis “0” Tahun Tidak Krisis “1” Tahun Krisis eit = error term

Hipotesis dari model 1 adalah :

1. Perkembangan perbankan berpengaruh positif terhadap perkembangan pasar saham (β1 > 0)

2. Indeks persepsi korupsi berhubungan positif terhadap perkembangan pasar saham (β2 > 0

3. Pertumbuhan ekonomi berhubungan positif terhadap perkembangan pasar saham (β4> 0)

4. Inflasi berhubungan negatif terhadap perkembangan pasar saham (β5< 0)

5. Tingkat suku bunga rill berhubungan negatif terhadap perkembangan pasar saham (β6 < 0)

6. Krisis berhubungan negatif terhadap perkembangan pasar saham (β7 < 0)

Model kedua dibuat dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Shabaz et al (2013) dan Ayadi et al (2013), dimana perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Gross Domestik Product (GDP) per capita, Financial opennes, dan korupsi. Secara matematis dapat ditulis:

(32)

20 Dimana :

Bankit = Perkembangan Perbankan (Credit to Private Sector)(%)

Capitalit = Bank Capital to GDP (%)

CPIit = Indeks Persepsi Korupsi 0 “Korupsi” 10 ”Bersih”

GDPit = PDB per kapita (USD)

Financeit = Financial Freedom Index

D1 = Dummy Krisis “0” Tahun Tidak Krisis “1” Tahun Krisis Finance = Financial openness

Hipotesis dari model kedua adalah :

1. Capital to asset ratio berpengaruh positif terhadap perkembangan perbankan (β1 > 0)

2. Indeks persepsi korupsi berhubungan positif terhadap perkembangan perbankan (β2 > 0)

3. Pendapatan perkapita berhubungan positif terhadap perkembangan pasar saham (β3 < 0)

4. Economic freedom berhubungan negatif terhadap perkembangan pasar saham (β4 < 0)

5. Krisis berhubungan negatif terhadap perkembangan pasar saham (β7 < 0)

Model yang ketiga dibuat dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Shabbir dan Anwar (2007) dan Thorton (2009) dimana menurut Shabir dan Anwar (2007) mengatakan bahwa korupsi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi, faktor ekonomi tersebut antara lain, pertumbuhan ekonomi, globalization yang dilihat dari transaksi perdagangan barang dan jasa, dan juga Economic Freedom. Faktor non ekonominya diantaranya adalah demokrasi dan tingkat kebebasan pendapat. Namun karena terbatasnya data maka penelitian ini hanya mengacu pada variabel ekonominya saja dan dengan modifikasi penambahan variabel domestik credit to private sector dan market sebagai proksi dari perkembangan sektor keuangan dengan mengacu pada penelitian Thorton (2009). Model tersebut dapat ditulis secara matematis :

CPIit= α+ β1 Bankit+ β2 Growthit + β3Tradeit + β4 E_Freeit+eit

Dimana :

CPIit = Indeks Persepsi Korupsi 0 “Korupsi” 10 ”Bersih”

Bankit = Perkembangan Perbankan (Credit to Private Sector)(%)

Growthit = Pertumbuhan ekonomi (%)

Tradeit = Trade Openness (Total Export to GDP) (%)

E_Free = Economic Freedom eit = error term

Hipotesis dari model ketiga adalah :

1. Perkembangan perbankan berpengaruh positif terhadap Indeks persepsi korupsi (β1 > 0)

2. Pertumbuhan ekonomi berhubungan positif terhadap Indeks persepsi korupsi (β2> 0)

(33)

21 4. Kebebasan ekonomi positif terhadap Indeks persepsi korupsi (β4> 0)

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Perkembangan Pasar Saham di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

Perkembangan Pasar Saham merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Saham merupakan salah satu cara perusahaan dalam mendapatkan dana untuk dapat memperluas usahanya atau membentuk usaha baru. Saham juga dijadikan sebagai tanda berkembangnya suatu perusahaan menjadi perusahaan yang lebih terbuka dan transparan. Hal ini dikarenakan jika perusahaan telah mengeluarkan surat berharga maka perusahaan harus memiliki tingkat transparansi terhadap para pemegang saham.

Perkembangan saham selain dilihat dari nilai saham gabungan dari suatu negara dapat juga dilihat dari kapitalisasi pasar saham itu sendiri yaitu nilai saham dan seberapa besar perusahaan membuka saham atau emiten baru kepada pasar. Perkembangan Kapitalisasi di kawasan ASEAN +3 mengalami fluktuasi dari tahun 2003 hingga tahun 2012. Namun secara umum terdapat pertumbuhan pada negara dikawasan ASEAN + 3 ini. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan kapitalisasi yang di relatifkan dengan GDP memiliki fluktuasi yang cukup tinggi untuk negara-negara yang memiliki tingkat kapitalisasi pasar saham terhadap GDP yang tinggi yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Jepang, Korea Selatan dan Cina. Indonesia dan Filipina cenderung stabil dan berada pada kisaran antara 20% hingga 40%.

Sumber : World Development Indicator(2013) (diolah)

Gambar 2 Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham (%of GDP) di Kawasan ASEAN +3

Filipina dan Korea Selatan merupakan dua negara yang sangat berkembang pesat dalam tingkat kapitalisasi pasar saham di kawasan ASEAN +3. Pada gambar

0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(34)

22

2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 tingkat kapitalisasi pasar saham terhadap GDP pada kedua negara ini hanya berkisar pada angka 40-60% namun pada tahun 2011 hingga 2012 tingkat kapitalisasi pasar terhadap GDP mencapai 100% meskipun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat adanya krisis global pada tahun tersebut.

Indonesia dan Vietnam meupakan dua negara yang memiliki tingkat kapitalsasi terhadap GDP yang terendah dan hampir tidak mengalami fluktuasi meskipun pada krisi global pada tahun 2008. Rendahnya tingkat kapitalisasi Indonesia dikarenakan selain karena GDP indonesia yang sangat besar dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, namun karena pertumbuhan kapitalisasi Indonesia yang sangat rendah. Menurut data World Federation of Exchange, pertumbuhan kapitalisasi pasar saham Indonesia dalam mata uang dolar Amerika Serikat sepanjang 2012 sebesar 9,8%. Nilai tersebut lebih rendah di bandingkan pertumbuhan kapitalisasi pasar Thailand yang mencapai 45,2% , Filipina yang tumbuh 38,9%, Singapura 27,9%, Korea Selatan 18,4%, dan Malaysia 17,9%.

Gambaran Umum Perkembangan Perbankan di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

Perbankan merupakan salah satu lembaga terpenting dalam proses pemmbangunan disuatu negara. Perbankan yang memiiki fungsi intemediasi anatara pemilik dana dan yang membutuhkan dana membuat proses pembangunan menjadi lebih cepat karena. Proses intermediasi tersebut akan mempermudah adanya investasi melalui kredit yang diberikan.

Perkembangan perbankan dapat dilihat dari seberapa besar kredit yang disalurkan kepada sektor privat. Hal ini dikarenakan fungsi dari perbankan sebagai intermediasi keuangan. perkembangan sektor perbangkan dikawasan ASEAN +3 sangatlah pesat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan dari tingkat pemberian kredit terhadap GDP yang selalu meningkat di seluruh kawasan ASEAN +3.

Sumber: World Development Indicator (2013) (diolah)

Gambar 3. Perkembangan Credit to Private Sector (%of GDP) Kawasan ASEAN +3

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Cr

Credit to Private Sector Relative to GDP

(35)

23 Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa tingkat pemberian kredit yang tertinggi dimiliki oleh Jepang dimana pada tahun 2003 tingkat pemberian kredit mencapai 180% namun setelah tahun 2005 terus mengalami penurun dan pada tahun 2008 mengalami penurunan akibat adanya krisis tahun 2008 dan kembali naik pada tahun berikutnya hingga tahun 2012. Meskipun mengalami penurunan tingakt pemeberian kredit di singapura tetaplah salah satu yang tertinggi diantara kawasan ASEAN +3

Pada Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa Vietnam pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan namun pada tahun 2008 turun akibat adanya krisis global. Indonesia dimana sektor keuangan yang hampir didominasi oleh perbankan ternyata memiliki tingkat opemeberian kredit terhadap GDP paling rendah kedua hal ini menandakan bahwa tingkat pemberian kredit di Indonesia masih belum bisa menjadi kontribusi terhadap GDP.

Gambaran Umum Korupsi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

Korupsi merupakan sebuah tindakan perilaku yang mengambil keuntungan sendiri dari kekuasaan yang dimiliki. Korupsi dapat menjadikan semua proses pembangunan menjadi terhambat. Korupsi hampir dihadapi oleh semua negara yang berada dikawasan ASEAN +3. Hal ini dikarenakan proses kebiasaan yang dihadapi pada masa lalu dengan memberi upeti kepada raja.

Tindakan Korupsi sebenaranya dapat dilihat dari jumlah kasus korupsi yang ada di suatu wilayah. Namun terdapat indeks yang mampu mengukur seberapa besar tingkat korupsi disuatu negara yaitu indeks persepsi korupsi. Perkembangan tingkat korupsi di ASEAN +3 tidak mengalami perubahan yang cukup berarti yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa negara pada kawasan ASEAN +3 yang memiliki tingkat korupsi terbersih adalah Singapura. Singapura juga menempati negara yang paling terbersih dari korupsi di dunia pada tahun 2003 menurut Transparency International. Meskipun Singapura mengalami penurunan poin indeks persepsi korupsi dari tahun ketahun namun Singapura masih termasuk dalam 5 negara terbebas dari korupsi di dunia menurut Transparency International tahun 2012.

Sumber : World Development Indicator(2013) (diolah)

Gambar 4 Perkembangan CPI Sembilan Negara ASEAN +3 0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(36)

24

Dapat pula dilihat pada Gambar 4 bahwa negara-negara yang memiliki indeks persepsi korupsi tertinggi adalah negara yang masuk dalam negara berpendapatan tinggi seperti Singapura, Jepang dan Korea Selatan, sedangkan Malaysia juga memiliki Indeks Persepsi Korupsi yang cukup tinggi meskipun pendapatannya masih berada pada level High Middle Income. Hal yang menarik terjadi pada Cina meskipun Cina memiliki pendapatan perkapita yang sangat tinggi dan tergolong merupakan negara dengan pendapatan tinggi namun tingkat korupsi di Cina masih cukup tinggi yang tergambar dari indeks persepsi korupsi di Cina yang rendah yang mendekati nilai CPI negara berkembang pada kawasan ASEAN +3 lainnya sepeti Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat korupsi tertinggi diantara sembilan negara di kawasan ASEAN +3 pada tahun 2003 dengan nilai indeks persepsi korupsinya berada dibawah dua. Namun dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada akhir tahun 2003 membuat indeks persepsi korupsi di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini menandakan bahwa tingkat korupsi di Indonesia telah menurun karena banyaknya kasus yang telah dibuktikan oleh KPK.

Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor kunci dalam makroekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting karena mampu menjelaskan tingkat kesejahteraan dari suatu negara. Pada sembilan negara ASEAN +3 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat yang dapat dilihat pada Gambar 5

Sumber : World Development Indicator(2013) (diolah)

Gambar 5 Pertumbuhan Ekonomi Sembilan Negara ASEAN +3

Pada Gambar 5 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di ASEAN +3. memiliki kestabilan yang cukup tinggi dimana pertumbuhannya berada pada tingkat 4-10%. Namun pada tahun 2008 sembilan negara di kawasan ASEAN +3 mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akibat adanya krisis di tahun ini. Negara yang paling terkena dampaknya adalah Jepang dimana tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai nilai -1%. Krisis 2008 tidak hanya berdampak pada tahun tersebut namun terus menjalar hingga tahun 2009. Jepang kembali lagi yang memiliki penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup parah.

-6

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar

Tabel 1 Perkembangan Credit to Private Sector Relative to GDP (%) di Sembilan
Tabel 2 Peringkat Bebas Korupsi ASEAN +5 Tahun 2009-2013 di Sembilan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham (%of GDP)  di Kawasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

“...Alasannya lebih milih motor jenis trail ini karena pertama, bisa dipake off- road. Kedua, bisa dipake di jalanan biasa juga. Ketiga gak banyak yang pake kalo dibandingkan

Pereka bentuk boleh mencetus suatu idea penyelesaian dengan memilih prinsip yang sesuai dan melalui kajian produk atau proses yang berkaitan dengan reka bentuk yang mengguna prinsip

Proses bimbingan sekolah untuk praktikan secara langsung maupun tidak langung dilakukan oleh guru pamong, koordinator guru pamong, kepala sekolah, dosen pembimbing, dan

Jika pada ujung rangka masih terdapat sisa panjang bentang yang lebih besar dari panjang bentang utama ini, maka dapat ditambahkan lagi panjang bentang utama (Gambar 7) dengan

4 Karyawan harus berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi. 5 Karyawan harus saling bekerja sama untuk menghasilkan sinergi optimal

Perkembangan sistem pembayaran secara umum masih tetap dapat memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi di Jawa Tengah meskipun mengalami penurunan bila dibandingkan

Pengangkatan anggota Dewan Komisaris untuk jangka waktu terhitung sejak tanggal yang ditetapkan oleh RUPS yang mengangkatnya dan berakhir pada penutupan RUPS Tahunan ke-3 (tiga) pada

Muara Bungo didukung oleh pendapat Nadler dalam [10] yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang akan memproses seseorang untuk belajar mengenai