1 1.1 Latar Belakang Masalah KKL
Era globalisasi menuntut adanya kompetisi dari beberapa negara untuk saling bersaing guna merebutkan kedudukan sebagai negara penentu dalam dunia baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik dan sebagainya. Perkembangan sumber daya manusia juga dituntut agar lebih baik karena kemajuan teknologi, perdagangan dan sebagainya ditentukan oleh sumber daya manusia selaku pelaku dan penggerak semua itu.
Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di dalam pembangunan, disamping unsur lainnya seperti bahan, modal, dan teknologi. Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan pembangunan.
Peran manajemen sumber daya manusia sangat menentukan bagi terwujudkan tujuan organisasi, tetapi untuk memimpin manusia merupakan hal yang cukup sulit. Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan bekerja efektif jika tidak di ikuti oleh kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.
Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bekerja giat dan mengerjakan pekerjaannya. Persyaratan yang sangat mendasar bagi aparatur adalah kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja. Jika aparatur dalam organisasi atau perusahaan mempunyai kinerja yang baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap organisasi atau perusahaan. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan memfasilitasi penyelesaian atau pencapaian kinerja mereka, diklat berkorelasi positif dengan kinerja pegawai.
Kinerja merupakan suatu proses untuk mencapai suatu hasil. Berbicara mengenai kinerja personil serta kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang, maka perlu ditetapkan standar kinerja atau standar performance.Standar kinerja perlu diatur adalah seluruh kinerja organisasi, unit-unit organisasi yang mendukungnya, serta kinerja orang yang berperan didalamnya. Unsur utama yang harus dinilai kinerjanya adalah unsur manusia atau aparatur, karena pegawai yang berperan dalam menentukan kinerja organisasi.
Semakin kompleksnya tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Disnak Jabar) tersebut mengharuskan para aparaturnya untuk lebih profesional, taat hukum, rasional, inovatif, dan memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah itu sendiri.
Pemberian insentif merupakan imbalan yang diberikan kepada seorang pegawai telah melakukan suatu pekerjaan diluar tugas pokoknya atau melebihi target dari pekerjaan tersebut. Insentif sangat penting bagi aparatur guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang diinginkan oleh organisasi. Disamping itu insentif juga berfungsi sebagai penghargaan dari pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
Disiplin kerja sangatlah penting dalam suatu organisasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya guna mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Disiplin kerja mengatur aparatur akan mentaati segala norma, kaidah dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Tujuan disiplin kerja ini dalam rangka memperlancar seorang aparatur dalam melaksanakan pekerjaannya agar pencapaian tujuan organisasi tepat waktu, tepat sasaran serta efektif dan efesien.
Berdasar latar belakang penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti titik permasalahan dan berupaya mencari pemecahannya dengan mencoba mengangkat masalah tentang melakasanakan program kerja yang berjudul, “KINERJA APARATUR DINAS PETERNAKAN
PROVINSI JAWA BARAT DALAM MEMBERIKAN INFORMASI
PETERNAKAN MELALUI SITUS www.disnak.jabarprov.go.id”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana konsistensi pencapaian tujuan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?
2. Bagaimana produktivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?
3. Bagaimana kualitas pelayanan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?
4. Bagaimana responsivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id?
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan KKL
Maksud dari Laporan KKL ini adalah untuk mengetahui kinerja aparatur Dinas Perternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.
Adapun tujuan Lap KKL ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsistensi pencapaian tujuan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.
3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.
4. Untuk mengetahui responsivitas aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.
1.4 Kegunaan Laporan KKL
Hasil kegunaan Laporan KKL ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :
1. Bagi kepentingan penulis, Laporan KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kinerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan melalui situs www.disnak.jabarprov.go.id.
2. Secara teoritis, Laporan KKL ini untuk mengembangkan teori-teori yang penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan.
1.5 Kerangka Pemikiran
Desentralisasi menjadikan pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah daerah perlu membuka diri untuk menyampaikan informasi. Semakin meningkatnya tuntutan pembangunan oleh masyarakat, menuntut pemerintah agar mampu memanfaatkan segala potensi yang ada. Pemanfaatan segala potensi akan maksimal jika kinerja aparatur lebih ditingkatkan.
Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2000:67)
Berdasarkan pendapat di atas kinerja merupakan hasil kerja aparatur dalam melaksanakan tugas-tugas. Hasil kerja aparatur yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan berdasarkan kewajibannya. Hasil kerja aparatur dapat dilihat secara kualitas dan kuantitas
pemerintah tidak lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:
“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Soewarno,1982:154).
Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap tujuan organisasi. Tujuan organisasi diharapkan sesuai dengan administrasi kelembagaan dan organisasi.
Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah menyatakan bahwa penilaian kinerja aparatur pemerintah daerah berdasarkan sebagai berikut:
1. Konsistensi pencapaian tujuan
a. Tujuan akhir (goal); sebagai kumulasi dari kontribusi pencapaian tujuan fungsional, sehingga dapat dilihat pada waktu agak lama (biasanya 3-5 tahun).
b. Sasaran antara atau tujuan fungsional (purposel outcome); merupakan hasil pencapaian suatu program yang merupakan kumulasi pencapaian hasil fisik.
c. Hasil fisik atau keluaran (output); merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan. Jadi sifatnya riil atau nyata dan dapat dilihat bersamaan pada saat berakhirnya suatu kegiatan.
2. Produktivitas
a. Profil daerah (meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dsb.).
b. Input Resources(man, money, methods, material, machine). c. Proses (organizing, participation, coordinating, decision
making).
d. Feed back(raw materials). 3. Kualitas pelayanan
a. Kecepatan (speed) b. Ketepatan (accuracy)
c. Kemudahan / keterjangkauan d. Murah
e. Adil
f. Transparansi 4. Responsivitas
a. Prosedur b. Aturan kerja c. Rencana umum
d. Pemenuhan kebutuhan masyarakat (Yudoyono, 2001:62-63)
Peran kinerja sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan pemerintah, tetapi untuk memimpin manusia merupkan hal yang cukup sulit. Aparatur selain diharapkan mampu, cakap dan terampil, juga hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan kurang berati jika tidak diikuti oleh moral kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan.
Organisasi pemerintah pada hakikatnya bertujuan pada pelayanan publik atau Public Service yaitu memberikan berbagai pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat, salah satunya penggunaan e-Government yaitu melalui media internet yaitu website. Definisi e-Governmentmenurut Word Banksebagai berikut :
“E-government refers to to the use by government agencies of information technologies (such as wide area network, the internet and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizen, businesses, and other arms of government (e-Government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh lembaga pemerintahan (seperti area network yang luas, internet dan mobile komputer) yang mempunyai kemampuan untuk mengubah hubungan dengan penduduk, pebisnis dan cabang lain dari pemerintah)” (Bank Dunia dalam Indrajit, 2006: 2).
Definisi informasi seperti yang dikemukakan oleh Wahyono, yaitu: “Informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan”. (Wahyono,2004:3) Berdasarkan definisi di atas, informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data itu sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian. Kejadian itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Sehingga dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan.
Mc Leod menyatakan bahwa suatu informasi berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Akurat artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut dianggap.
2. Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
3. Relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan, kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi di berbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
.4.Lengkap artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan”.
(Mc Leod,2001:61)
pengujian tersebut berhasil maka informasi tersebut dianggap data. Informasi juga harus bebas dari kesalahan-kesalahan. Akurat juga berarti harus mencerminkan maksudnya, harus akurat dari sumber sampai penerima informasi. Kedua, suatu informasi harus tepat waktu. Suatu informasi harus dapat diketahui dan dikonsumsi jika informasi tersebut diperlukan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah tidak berlaku tidak akan mempunyai nilai lagi. Informasi merupakan landasan diadakannya pengambilan keputusan. Jika keputusan terlambat maka akan berakibat fatal bagi pengguna informasi. Ketiga, suatu informasi harus relevan, karena suatu informasi yang diberikan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya. Keempat, suatu informasi haruslah lengkap tidak boleh kurang. Jika informasi tersebut kurang maka suatu informasi masih diragukan.
Masyarakat yang mengakses situs, sebelum menggunakan situs mereka terlebih dahulu menggunakan internet. Sebelum masuk pada definisi tentang situs, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian dari internet, hal ini karena situs merupakan bagian dari internet.
lengkap dan jaringannya terhubung ke seluruh pengguna internet yang ada di dunia.
“Halaman web merupakan bagian dari situs web. Halaman-halaman web tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mereka saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk sebuah situs web” (Tim penelitian dan pengembangan wahana komputer, 2004:24).
Berdasarkan penjelasan di atas situs merupakan kumpulan dari halaman web yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga antara halaman web yang satu dengan halaman web yang lain dapat di akses oleh pengguna dalam satu situs.
Website merupakan bagian dari internet, website juga memiliki pengertian sebagai berikut:
“Website adalah sebuah lokasi di Internet yang memiliki akses ke semua pengguna internet dan dapat saling bertukar dokumen dengan cara menghubungkan satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling terhubung melalui jaringan komunikasi seperti kabel telpon” (Febrian,2001:180).
1. Akses, situs web harus bisa diakses sebagai syarat utama situs web yang baik. Bagaimanapun indahnya tampilan dari situs web tidaklah berarti jika orang lain tidak bisa mengaksesnya.
Artinya akses itu sangat penting, sehingga faktor cuaca dan wilayah menentukan apakah situs itu dapat dibuka atau tidak. 2. Komposisi, tidak dapat dipungkiri bahwa tampilan yang indah
dan menarik tentunya mempengaruhi orang lain untuk membuka situs web tersebut berulangkali.
Sehingga pembuat situs web itu harus kreatif dan mengembangkan imajinasi serta ide, agar tampilan situs web selalu menarik.
3. Content, isi dari situs web turut andil dalam menjaring pengunjung.
Isinya harus variatif, dapat memenuhi kebutuhan informasi dan didukung oleh gambar serta ilustrasi yang pas.
4. Interaksi, sebuah situs web yang baik adalah terciptanya komunitas.
Contohnya friendster, yahoo.
5. Kemudahan, usahakanlah supaya para pengunjung situs web tidak mengalami kesulitan dalam menjelajah isi situs web.
6. Link yang berguna, link merupakan hal yang sangat penting perannya dalam sebuah situs web karena merekalah yang mengantarkan pengunjung situs web untuk melihat-lihat dari situs web tersebut. Dengan link orang dapat lebih mudah mengakses apa yang dicari dan dibutuhkannya.
7. Up to date, selalu perbaharui isi situsweb tersebut. Pengunjung situs web tersebut akan bosan apabila isi situs web tersebut tidak mengalami perubahan.
Sesuatu yang lebih baru akan senantiasa menarik minat pengunjung situs web untuk senantiasa mengaksesnya.
8. Kuasai software lain, tidak ada software yang benar-benar sempurna, oleh karena itu kuasailah software untuk animasi atau photoshop. Hal tersebut akan sangat membantu mepercantik tampilan halaman situs web tersebut. Lebih banyak program software yang dikuasai dan digunakan, maka tampilan situs webakan lebih menarik
(Firmansyah, 2002:5-8).
Melihat kerangka pemikiran di atas, definisi operasional dalam Laporan KKL ini adalah:
2. Aparatur adalah pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam memberikan informasi peternakan.
3. Informasi adalah hasil dari pengolahan data oleh aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang masyarakat dalam bidang peternakan.
4. Situs adalah halaman-halaman web Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang disusun sedemikian rupa sehingga untuk memberikan informasi peternakan.
5. Kinerja aparatur adalah hasil kerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam memberikan informasi peternakan. Indikator untuk mengukur kinerja aparatur tersebut adalah:
a. Konsistensi pencapaian tujuan adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam mempertahankan tujuan memberikan informasi kepada masyarakat.
b. Produktivitas adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kualitas kerjanya. c. Kualitas pelayanan adalah tindakan aparatur Dinas
d. Responsivitas adalah tindakan aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi peternakan.
Berdasarkan teori-teori di atas, kerangka pemikiran Laporan KKL ini dapat dilihat dalam model sebagai berikut :
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran
Kinerja Aparatur Disnak Jabar
Produktifita 1.Input 2.Proses
Kualitas Layanan 1.Kecepatan 2.Ketepatan
Responsivitas 1.Prosedur 2.Aturan
Kerja Konsistensi
Tujuan 1Tujuan Akhir 2.Sasaran
1.6 Metode Penulisan Laporan KKL 1.6.1 Metode Penulisan
Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.
Dengan demikian, penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Burhan Bungin yang berjudul ”Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif”. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai berikut:
Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian (Bungin, 2001:124).
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengambil data Laporan KKL dilakukan dengan langkah – langkah yang sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang akan diambil yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan maka dengan itu peneliti menggunakan metode observasi.
2. Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis, yaitu buku – buku, peraturan dan sumber lain yang relevan dengan masalah yang diteliti.
1.6.3 Analisa Data
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dilakukan adalah analisis deskriptif. Secara operasional analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Miles dan Huberman mengemukakan teknik analisis deskriptif tahapan – tahapan dalam analisis deskriptif setelah data terkumpul adalah sebagai berikut :
dipilih dan disilang melalui komentar informan dalam wawancara dan observasi informasi yang berasal dari aparatur pemerintah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
2. Penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada awalnya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok – pokok permasalahan yang menjadi pembahasan antara lain terkait dengan sistem pelayanan informasi.
3. Menarik kesimpulan berdasarkan reduksi interpretasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif. Maka, penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal - hal yang khusus ( spesifik ) sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum( general).
1.7 Lokasi dan Jadwal KKL
Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Dinas Perternakan Provinsi Jawa Barat, yang berada di Jln. Ir. H. Juanda No. 358 Bandung. Telepon (022) 2501151. Website : http://www.disnak.jabarprov.go.id.
Tabel 1.1
Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
NO Uraian kegiatan Tahun 2010
Juli Agust Sept Okt Nov
1.
Tahap Persiapan:
a. Pengajuan Judul Penelitian b. Pengajuan Usulan
Penelitian
c. Pengajuan Surat ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2. Tahap Pelaksanaaan KKL
pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:
“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Soewarno,1982:154).
Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap tujuan organisasi. Tujuan organisasi diharapkan sesuai dengan administrasi kelembagaan dan organisasi.
Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah, penilaian kinerja aparatur pemerintah daerah sebagai berikut:
1. Konsistensi pencapaian tujuan
a. Tujuan akhir (goal); sebagai kumulasi dari kontribusi pencapaian tujuan fungsional, sehingga dapat dilihat pada waktu agak lama (biasanya 3-5 tahun).
b. Sasaran antara atau tujuan fungsional (purposel outcome); merupakan hasil pencapaian suatu program yang merupakan kumulasi pencapaian hasil fisik.
c. Hasil fisik atau keluaran (output); merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan. Jadi sifatnya riil atau nyata dan dapat dilihat bersamaan pada saat berakhirnya suatu kegiatan.
d. Kontribusi nyata dari setiap tahap kepada tahap yang lebih tinggi.
2. Produktivitas
a. Profil daerah (meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dsb.).
b. Input Resources(man, money, methods, material, machine). c. Proses (organizing, participation, coordinating, decision
making).
d. Feed back(raw materials). 3. Kualitas pelayanan
a. Kecepatan (speed) b. Ketepatan (accuracy)
d. Murah e. Adil
f. Transparansi 4. Responsivitas
a. Prosedur b. Aturan kerja c. Rencana umum
d. Pemenuhan kebutuhan masyarakat (Yudoyono, 2001:62-63)
Sesuai dengan definisi di atas aparatur harus mampu menciptakan produktivitas kerja untuk mencapai tujuan organisasi pemerintahan. Aparatur juga harus mampu meningkatkan kualitas layanan terhadap masyarakat. Perilaku masyarakat yang berbeda-beda berdasarkan kondisi alam dan wilayahnya. Aparatur harus memiliki responsitivitas dalam mengenali kondisi-kondisi tersebut. Kegiatan organisasi publik dilaksanakan oleh aparatur. Peningkatan kegiatan organisasi publik harus sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar.
Secara lebih rinci, indikator-indikator kinerjanya aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
2.1.1 Konsistensi Tujuan
Menurut situs Wikipedia, konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi.(http://id.wikipedia.org)
akan ditumbuh kembangkan, serta teknologi yang bagaimana yang akan dimanfaatkan” (Siagian, 2005:43).
Konsistensi tujuan merupakan sematik satu dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi atau berbenturan. Konsistensi tujuan merupakan penentuan arah dari organisasi sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Sarana dan prasarana yang dipakai dalam menjalankan organisasi tidak berbenturan atau bertolak belakang dengan tujuan awal dari organisasi itu sendiri.
2.1.2 Produktifitas
Menurut J. Putra Ravianto, bahwa:
“Produktifitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber daya lainnya, untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktifitas secara total. (Ravianto, 1988:12)
Berdasarkan pendapat tersebut, produktifitas merupakan usaha manusia dalam menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi untuk memperbaiki mutu kehidupan menjadi lebih baik. Perbaikan mutu kehidupan untuk seluruh manusia. Perbaikan mutu ini melalui pendekatan konsep produktifitas secara total dan terkendali.
2.1.3 Kualitas Layanan
“kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik” (Lukman, 1999:14).
Berdasarkan pendapat tersebut, kualitas pelayanan merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan. Standar pelayanan tersebut dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Semakin baik standar yang dijadikan acuan maka semakin baik juga mutu dari pelayanan tersebut.
2.1.4 Responsivitas
Menurut Ratminto responsivenessatau responsivitas merupakan: “Kemampuan pemberi pelayanan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap pemberi pelayanan terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat” (Ratminto, 2006:180-181).
2.2 Pengertian Informasi
Pengertian data menurut Wahyono dalam bukunya yang berjudul Sistem:informasi Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi, yaitu: “Bahan baku informasi, didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya” (Wahyono,2004:2).
Keberadaan suatu data sangat menunjang terhadap informasi, karena data merupakan bahan mentah yang diperlukan oleh pengambil keputusan . Untuk lebih meyakinkan bahwa data tidak dapat terlepas dari dari informasi dapat dilihat dari definisi mengenai informasi.
Istilah informasi berasal dari kata benda latin purba information yang dalam kamus komunikasi menurut Effendy berarti keterangan, penerangan:
1. Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahuinya.
2. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.
3. Kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa yang baru. (Effendy, 1989:177)
mengambil keputusan. Penyebarluasan pesan tersebut melalui suatu media.
Sedangkan definisi informasi yang dikemukakan oleh Wahyono, yaitu:
“Informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan”. (Wahyono,2004:3) Berdasarkan definisi di atas, informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data itu sendiri adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian. Kejadian itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Sehingga dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan.
Bertolak dari batasan-batasan tersebut di atas, informasi itu pada dasarnya diproduksi oleh adanya data. Data merupakan bahan dasar atau bahan mentah untuk diproses sehingga hasilnya berubah menjadi informasi. Informasi tersebut pada akhirnya disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Mc Leod menyatakan bahwa suatu informasi berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
2. Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
3. Relevan artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan, kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi di berbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
4. Lengkap artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan”.
(Mc Leod,2001:61)
tidak boleh kurang. Jika informasi tersebut kurang maka suatu informasi masih diragukan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, kriteria atau syarat-syarat informasi yang baik menurut Parker adalah:
1. Ketersediaan 2. Mudah dipahami 3. Relevan
4. Bermanfaat 5. Tepat waktu 6. Keandalan 7. Akurat 8. Konsisten 9. Jelas
10. Menyeluruh 11. Selektif 12. Fleksibel 13. Orisinil
(Parker dalam Rivers, 2003:302)
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa informasi yang baik mencakup:
1. Ketersediaan, artinya bahwa tersedianya informasi merupakan syarat yang cukup mendasar sehingga dapat diperoleh untuk dimanfaatkan
2. Mudah dipahami, artinya informasi tidak boleh berbelit-belit tetapi hendaknya mudah dipahami oleh setiap pembuat keputusan
4. Bermanfaat, artinya informasi harus benar-benar mempunyai kegunaan bagi organisas
5. Tepat waktu, artinya informasi hendaknya tersedia tepat pada waktunya sesuai dengan kebutuhan
6. Keandalan, artinya sumber informasi harus benar-benar dapat dipercaya keberadaannya sehingga terjamin kebenarannya
7. Akurat, artinya informasi hendaknya bersih atau bebas dari berbagai kesalahan atau kekeliruan komputasi dan transkripsi, sehingga jelas maknanya bagi kepentingan organisasi
8. Konsisten, artinya informasi tidak boleh mengundang kontradiksi di dalam penyajiannya
9. Kejelasan, artinya informasi harus bebas dari keragu-raguan dan harus jelas keberadaannya
10. Menyeluruh, artinya informasi harus lengkap dan utuh untuk kepentingan kegiatan tertentu.
11. Selektif, artinya informasi harus benar-benar teruji keunggulannya
12. Fleksibel, artinya informasi hendaknya memiliki daya adaptasi terhadap kebutuhan yang berbeda
2.3 Situs
Orang yang mengakses situs, sebelum menggunakan situs mereka terlebih dahulu menggunakan internet. Sebelum masuk pada definisi tentang situs, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian dari internet, hal ini karena situs merupakan bagian dari internet.
Internet adalah jaringan global yang terbentuk dari jaringan komputer (Nelsen, 1996:2). Jaringan ini memungkinkan orang yang berkoneksi untuk bertukar informasi dan dalam kondisi tertentu sebagai sumber daya komputer. Dewasa ini pengguna layanan internet semakin meningkat karena internet memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. Kelebihan tersebut mencakup: mudah diakses, cepat, lengkap dan jaringannya terhubung ke seluruh pengguna internet yang ada di dunia.
“Halaman web merupakan bagian dari situs web. Halaman-halaman web tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mereka saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk sebuah situs web” (Tim penelitian dan pengembangan wahana komputer, 2004:24).
Website merupakan bagian dari internet, website juga memiliki pengertian sebagai berikut:
1522 didirikan suatu monumen batu yang disebutpadrãodi tepi Ci
Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah
dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527
pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau
Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa.
Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung
lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian
damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari
Kesultanan Cirebon.Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan
Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami
kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun
1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran,
ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan
Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan
(Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram. Jawa
Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925
ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.
Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet
tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan - kesatuan
daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilahSoendalanden
( Tatar Soenda ) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut
sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan
bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian
dari Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat
menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian
dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak
dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor
Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga
oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan
PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada
tahun 1950.
3.1.2 Letak Geografis Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur,Samudra
Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.Kawasan pantai
utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan
pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur
dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung
Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai
yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang
3.2 Gambaran Umum Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3.2.1 Sejarah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Organisasi atau Instansi pemerintah yang menangani urusan atau
fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Jawa Barat. Berdiri sejak
masa pemerintahan kolonial Belanda, yaitu tercatat mulai berdiri pada
tahun 1932 dengan nama ProvincialeVeeart Senijkundige Diesnst, yang
berkedudukan di Bandung, dikepalai oleh seorang Inspektur
berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh pegawai sebanyak 46 orang,
dengan wilayah kerja meliputi Jawa Barat dan Jakarta. Organisasi ini
mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam hal
pencegahan/pemberantasan penyakit hewan dan peningkatan produksi
ternak, serta penyediaan kesehatan produk ternak (RPH) di Jawa Barat
dan Jakarta. Pada masa tersebut pemerintah Belanda cukup tinggi
perhatiannya dalam pengembangan budidaya peternakan milik
masyarakat, dicirikan dengan berbagai kebijakan yang ditetapkan dalam
undang-undang kehewanan antara lain berisi tentang:
1. Penetapan tanah pangonan disetiap desa, sebagai lahan yang
diperuntukan bagi pengembalaan ternak-ternak milik masyarakat
desa, dan tanah tersebutmerupakan tanah fasilitas umum yang
tidak boleh dimiliki oleh perorangan.
2. Pengangkatan Mantri Hewan di setiap Kecamatan, yang bertugas
3. Pelarangan pemotongan betina produktif hewan bertanduk, yang
bermaksud meningkatkan populasi ternak.
Pada awal masa kemerdekaan, organisasi kehewanan ini menjadi
Jawatan Pertanian Republik Indonesia, merupakan instansi vertikal
(Pusat) dibawah Kementerian Kemakmuran. Kebijakan dan program dari
Jawatan Pertanian tersebut adalah dalam rangka meningkatkan produksi
dan pendapatan petani/masyarakat, yang meliputi usaha-usaha pertanian
rakyat, perkebunan, perikanan darat, kehewanan dan penyaluran bahan
makanan.
Berawal dari pembentukan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1950
melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950. Undang-undang tersebut
memberikan urusan yang menjadi kewenangan pangkal daerah,
diantaranya adalah urusan kehewanan. Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1951 tentang pelaksanaan penyerahan sebagian urusan dalam
lapangan kehewanan kepada Provinsi Jawa Barat yang meliputi
urusan-urusan: Usaha pemasukan bibit ternak dari luar provinsi, Usaha
mempeternakan atau menyediakan bibit ternak untuk dibagi-bagikan di
luar provinsi, Mengadakan pertemuan-pertemuan dan tindakan-tindakan
lain dalam urusan peternakan, termasuk juga ternak jenis unggas yang
mempengaruhi lingkungan yang lebih luas dari daerah. Dengan terbitnya
peraturan perundang-undangan tersebut diatas wilayah Pemerintah
Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan
Daerah Tingkat I Jawa Barat resmi berdiri, sedangkan untuk
penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang Pertanian
ditetapkanmelalui Keputusan Dewan Pemerintahan Daerah Sementara
(DPDS) Provinsi Daerah Jawa Barat Nomor 3/UPO/1952 dibentuklah
Jawatan Pertanian Rakyatdan Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat
pada tanggal 4 Juni 1952
Jawatan Kehewanan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
merupakan instansi otonom Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan sub sistem unitkerja bawahannya adalah sebagai berikut :
1. Jawatan Kehewanan Daerah Banten, meliputi Wilayah Serang,
Pandeglang dan Lebak,berkedudukan di Serang dipimpin oleh
Drh. Sungkawa Nitibaskara.
2. Jawatan Kehewanan Daerah Cirebon, meliputi wilayah Cirebon,
Majalengka,Kuningan dan Indramayu, berkedudukan di Cirebon
dipimpin oleh Drh.Sutrisno.
3. Jawatan Kehewanan Daerah Priangan Barat, meliputi wilayah
Bandung, Sumedang dan Garut berkedudukan di Bandung
dipimpin oleh Drh. Suyono dibantu oleh Drh. Hutabarat.
4. Jawatan Kehewanan Daerah Priangan Timur, meliputi
Tasikmalaya dan Ciamis,berkedudukan di Tasikmalaya, dipimpin
oleh Drh. Ismail.
Jawatan kehewanan daerah tersebut diatas merupakan perwakilan
bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui Kepala Jawatan
Kehewanan Provinsi Jawa Barat.
Selain sebagai instansi otonom, Jawatan Kehewanan Provinsi juga
masih mempunyai hubungan vertikal dengan Pusat melalui Kementrian
Pertanian,sehingga program dan kebijakannya mengacu kepada Rencana
Kerja Istimewa (RKI) dari Pemerintah Pusat. Salah satu kegiatan yang
dibiayai Pemerintah Pusat adalah pembentukan Pembibitan Ternak
dengan sebutan Vokstation/Taman Ternak. Dibentuksebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat, yang
berfungsi sebagai unit pelaksana pembibitan ternak, adapun UPT tersebut
terdiri atas :
1. Taman Ternak Cikole, Lembang untuk pembibitan ternak sapi
perah.
2. Taman Ternak Ciseureuh, Cianjur untuk pembibitan ternak sapi
perah.
3. Taman Ternak Jatiwangi, Majalengka untuk pembibitan ternak
unggas.
4. Taman Ternak Ciumbuleuit, Bandung untuk pembibitan ternak
unggas.
Pada tahun 1961 terjadi perubahan pelaksanaan kepemerintahan,
yaitu penyerahan sebagian urusan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi
kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya melalui
tentang Penyerahan urusan-urusan dalam lapangan kehewanan kepada
Pemerintah Daerah Tingkat II/Kotapraja di seluruh Jawa Barat.
Untuk penyerahan urusan peternakan yang diserahan ke
Kabupaten/Kotamadya meliputi :
1. Urusan memajukan peternakan, termasuk ternak unggas
2. Urusan kesehatan ternak, dan hal-hal yang bersangkutan dengan
itu, sepanjang urusan ini belum menjadi urusan Daerah tersebut
3. Usaha-usaha tentang pemeriksaan pengangkutan hewan-hewan,
memperlindungi dan mencegah serta mengawasi
penganiayaan-penganiyaan hewan.
Setelah diserahkannya sebagain urusan lapangan kehewanan dari
DaerahTingkat I kepada Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya
diseluruh JawaBarat, maka sejak saat itu terbentuk pula Jawatan
Kehewanan di DT IIKabupaten/Kotamadya diseluruh Jawa Barat sebagai
instansi OtonomTingkat II. Pada tahun 1968 melalui Keputusan Presiden
Nomor 19 Tahun 1968 yang merubah nama atau istilah Direktorat
Jenderal Kehewanan pada Departemen Pertanian menjadi Direktorat
Jenderal Peternakan, maka dengan Keputusan Presiden tersebut, nomen
klatur Jawatan Kehewanan disesuaikan menjadi Jawatan Peternakan
Provinsi Jawa Barat.
Dengan meningkatnya urusan penyelenggaraan pemerintahan dan
fasilitasi pembangunan, pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor
107/A/V/18/SK/1975, tentang perubahan Jawatan (Otonomi) menjadi
Dinas. Maka sejak itu Jawatan Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat menjadi Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
3.2.2 Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Visi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah: ”Menjadi Dinas
yang memberdayakan masyarakat peternakan demi Ketahanan Pangan
asal hewan serta Kesejahteraan Masyarakat Jawa Barat”
(http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php/profile/visi-dan-misi)
Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat melalui
kemitraan strategis secara profesional;
2. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam pengembangan
kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan untuk
meningkatkan produk yang berdaya saing dan kesejahteraan
bagi masyarakat;
3. Mendorong peningkatan terciptanya lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
3.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dibentuk dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan urusan peternakan di Provinsi
Jawa Barat.
Fungsi utama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan teknis operasional urusan
bidang peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi,
kesehatan hewan dan kesmavet,serta pengembangan usaha;
2. Penyelenggaraan urusan peternakan meliputi prasarana dan
sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta
pengembangan usaha;
3. Penyelenggaraan fasilitas bidang peternakan meliputi prasarana
dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet,serta
pengembangan usaha;
4. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
3.2.4 Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
dimaksudkan untuk mengatur tata kerja dan hubungan kerja antar
aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang satu dengan yang
tanggung jawab masing-masing aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat. Hal ini diharapkan dapat mempermudah serta memberikan
kerangka mengenai gambaran berbagai macam hubungan kerja
berdasarkan jabatan masing-masing anggota dalam wadah organisasi
tersebut.
Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 tahun
1979, tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, kemudian dengan keluarnya Instruksi Menteri dalam
Negeri Nomor 6 Tahun 1980, tentang petunjuk pelaksanaan mengenai
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja peternakan, maka
struktur dinas disesuaikan kembali melalui Peraturan Daerah Tingkat
Jawa Barat Nomor 13 Tahun 1983, tentang susunan organisasi dan tata
kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id), 2008.
Struktur organisasi tersebut sangat berkaitan erat dengan kinerja
aparatur. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab aparatur berdasarkan
jabatan-jabatan yang diberikan kepadanya. Pelaksanaan tugas dalam
rangka mencapai target visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat. Penjelasan mengenai tanggung jawab aparatur dalam struktur
organisasi tersebut akan dijelaskan dalam tugas pokok, fungsi dan rincian
3.2.5 Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3.2.5.1 Sekretariat Tugas Pokok :
Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan dinas.
Fungsi :
1. Penyusunan bahan rencana anggaran belanja langsung dan
tidak langsung dinas;
2. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknis administrasi
keuangan bidang;
3. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan pada UPTD.
Rincian Tugas :
1. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran
Dinas;
2. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan
Dinas;
3. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan
tunjangan daerah serta pembayaran lainnya;
4. Melaksanakan perbendaharaan keuangan;
5. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi
6. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja
tidak langsung dinas dan UPTD;
7. Melaksanakan verifikasi keuangan;
8. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan
bahan pertanggung jawaban keuangan;
9. Melaksanakan dan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan
pelaporan administrasi keuangan;
10. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
3.2.5.2 Sub Bagian Perencanaan dan Program
Tugas Pokok :
Menyusun bahan kebijakan teknisoprasional dan fasilitas
pengembangan teknologi dan alat mesin peternakan.
Fungsi :
1. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakanteknis operasional
teknologi alsin;
2. pelaksanaan pengelolaan dan fasilitasi teknis operasional
pemanfaatan teknologi alsin.
Rincian Tugas :
1. Melaksanakan pemantauan, identifikasi dan inventarisasi
kebutuhan alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet;
2. Melaksanakan penerapan standard mutu alsin peternakan,
3. Melaksanakan penerapan standard dukungan rekayasa
teknologi peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet
4. Melaksanakan pembinaan dan pegawasan penerapan standard
teknis alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet;
5. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan dan fasitasi
pengelolaan bengkel kerja pemeliharaan alsin peternakan,
kesehatan hewan dan kesmavet;
6. Melaksanakan penyusunan bahan dan kerjasama teknologi
dengan sumber teknologi;
7. Melaksanakan penyusunan bahan dan fasilitasi penerapan
teknologi dan penggunaan alsin peternakan, kesehatan hewan
serta kesmavet;
8. Melaksanakan penyusunan bahan rekomendasi penerapan
pedoman pengawasan produksi,peredaran,penggunaan dan
pengujian alsin peternakan, kesehatan hewan serta
kesmavet;
9. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan
pengawasan kebijakanteknologi dan alsin peternakan,
kesehatan hewan serta kesmavet;
10. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan rekayasa
danpemeliharaan alsin peternakan serta kesehatan hewan dan
11. Melaksanakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas Seksi Teknologi Alsin;
12. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;
13. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsi.
3.2.5.3 Sub Bagian Keuangan Tugas Pokok :
Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan
Fungsi :
1. Penyiapan bahan dan penyusunan rencana anggaran
pendapatan dan belanjan rutin daerah;
2. Pelaksanaan teknis administrasi keuangan.Rincian Tugas :
3. Melaksanakan pengumpulan bahan dan penyiapan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Rutin serta Pembangunan;
4. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan
Anggaran Belanja Rutin dan Pembangunan;
5. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan
tunjangan daerah serta pembayaran;
6. Melaksanakan pembendaharaan keuangan Anggaran Belanja
7. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi dan
pembukuan keuangan Anggaran Pendapatan/Penerimaan
Dinas;
8. Melaksanakan penyiapan bahan pertanggungjawaban
Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja Rutin dan
Pembangunan;
9. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan
kegiatan sub bagian keuangan;
10. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
3.2.5.4 Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Tugas Pokok :
Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian,
ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan.
Fungsi :
1. Penyusunan bahan peyelenggaraan mutasi, pengembangan
karir, kesejahteraan dan disiplin pegawai, dan pengelolaan
administrasi kepegawaian lainnya;
2. Penyusunan bahan penyelenggaraan pembinaan
kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah tangga;
3. Pelaksanaan administrasi, dokumentasi dan peraturan
perundang-undangan, kearsipan dan perpustakaan;
5. Pengelolaan perlengkapan Dinas.
Rincian Tugas :
1. Melaksanakan penyusunan, pengelahan data kepegawaian;
2. Melaksanakan pengusulan gaji berkala dan peningkatan
kesejahteraan pegawai dan jabatan di lingkungan Dinas.
3. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pension pegawai,
peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan serta
tugas/ijin belajar, pendidikan/pelatihan kepemimpinan teknis
dan fungsional;
4. Menyusun bahan pembinaan disiplin pegawai;
5. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karir dan
mutasi serta pemberhentian pegawai;
6. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan pembinaan
kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit kerja di
lingkungan Dinas;
7. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan
pendokumentasian peraturan perundang-undangan;
8. Melaksanakan penerimaan, pendistribusian, dan pengiriman
surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan
perpustakaan;
9. Melaksanakan penggandaan naskah dinas;
10. Melaksanakan urusan keprotokolan dan penyiapan rapat-rapat
11. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, protocol
dan pendokumentasian;
12. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan saran dan
prasarana, pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan
lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta
ketertiban, keindahan dan keamanan kantor;
13. Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi dan laporan
kegiatan Subbagian Kepegawaian dan Umum;
14. Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai;
15. Melaksanakan koordinasi dengan Unit Kerja terkait;
16. Melaksanakan pengelolaan rumah tangga, ketertiban,
keindahan, serta keamanan kantor;
17. Pengelolaan perpustakaan Dinas;
18. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada UPTD;
19. Melaksanakan pembinaan kearsipan Dinas dan UPTD.
3.2.5.5 Seksi Penataan dan Kawasan Tugas Pokok :
Mengkaji bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi bidang
prasarana dan sarana peternakan meliputi penataan kawasan, teknologi
alsin, data dan informasi.
1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas
penataan kawasan peternakan dan padang penggembalaan;
2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional penerapan
teknologo dan penggunaan alat dan mesin peternakan serta
kesehatan hewan dan kesmavet;
3. Penyelenggaraan pengkajian pengelolaan data statistic dan
informai peternakan.
Rincian Tugas :
1. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan kebutuhan
kawasan budidaya peternakan dan hijauan pakan ternak;
2. Meyelenggarakan penyusunan perencanaan penetapan peta
potensi dan tata ruang peternakan;
3. Menyelenggarakan bahan penetapan pedoman dan kebijakan
teknis operasional pemanfaatan oadang penggembalaan,
pemanfaatan pengelolaan air, penggunaan alat dan mesin
peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;
4. Meyelenggarakan pembinaan dan fasilitas dokumen
pengolahan amdal/UKL-UPL serta penataan kawasan
pengembangan peternakan;
5. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan
teknologi, alat dan mesin peternakan serta kesehatan hewan
6. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman penerapan
standarisasi mutu alat dan mesin, penerapan teknologi
peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;
7. Menyelenggarakan fasilitas pengelolaan bengkel pemeliharaan
alat dan mesin, penerapan teknologi peternakan serta
kesehatan hewan dan kesmavet;
8. Menyelenggarakan pengkajian bahan kerjasama rekayasa
teknologi dan prototype kebutuhan alat dan mesin, penerapan
teknologi peternakan serta kesehatan hewan dan kesmavet;
9. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan pengembangan
sistem informasi dan sumber data statistik;
10. Menyelenggarakan pengkajian pengelolaan data statistik
peternakan komoditas strategis dan informasi pembangunan
peternakan;
11. Menyelenggarakan pengelolaan dan fasilitas terminal cyber
space agribisnis peternakan;
12. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas prasarana dan sarana peternakan;
13. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain;
14. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai
3.2.5.6 Seksi Data dan Informasi Tugas Pokok :
Menyusun bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi
pengembangan data serta penyediaan informasi bidang peternakan.
Fungsi :
1. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
penyajian data statistik peternakan;
2. pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
pengembangan sistem informasi peternakan.
Rincian Tugas :
1. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan perencanaan
pengembangan sistem informasi dan sumber data statistik;
2. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
operasional pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian
data statistik peternakan;
3. Melaksanakan penyiapan bahan pengolahan dan analisis data
komoditas strategis dan data pembangunan peternakan;
4. Melaksanakan pengumpulan, pengolan dan analisis data
parameter teknis peternakan sebagai bahan imformasi tingkat
kinerja ternak;
5. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan pengembangan
6. Melaksanakan pengelolaan teknis operasional pemanfaatan
sistem dan terminal cyber space peternakan;
7. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan dan pengendalian
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data
peternakan di setiap daerah;
8. Melaksanakan bimbingan penerapan sistem perstatistikan dan
informasi peternakan;
9. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pengumpulan,
pengelolaan, analisis, penyajian dan pelayanan data dan
statistik peternakan;
10. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan manajemen
pengumpulan, pengolahan data komoditas/produksi peternakan
dan sumberdaya strategis lintas kabupaten/kota;
11. Melaksanakan program kerja ,evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan denga tugas Seksi Data dan Informasi;
12. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;
13. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesui
dengan tugas dan fungsi.
3.2.5.7 Bidang Produksi
Tugas Pokok :
Merumuskan bahan kebijakan teknis operasional bidang produksi
peternakan.
1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pembibitan dan
pengendalian bibit ternak;
2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional produksi pakan
ternak dan pengendalian mutu pakan;
3. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional budidaya
peternakan.
Rincian Tugas :
1. Menyenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan
penyediaan bibit ternak/bakalan, pelaku perusahaan
pembibitan/komersial dan kelompok peternak;
2. Menyenggarakan pengkajian perencanaan penetapan lokasi
pembibitan potensi produksi bibit ternak;
3. Menyenggarakan pengkajian pedoman penerapan standarisasi
mutu bibit danpenggunaan bibit unggul serta penjaringan bibit
hasil IB dan ET;
4. Menyelenggarakan pengelolaan teknis operasional
peningkatan mutu bibit dan penerbitan sertifikat bibit ternak
yang dihasilkan;
5. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman dan kebijakan
teknis operasional pelestarian plasma nutpahserta mutasi bibit
ternak keluar/masuk;
6. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin
7. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin
pengendalian penerapan standarisasi mutu bibit, penggunaan
bibit unggul serta penjaringan bibit hasil IB dan ET, serta
pelestarian plasma nutfah dan mutasi bibit ternak
keluar/masuk;
8. Menyelenggarakan pengelolaan bahan rekomendasi ijin
melaksanakan inseminasi dan pemeriksaan kebuntingan;
9. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan kebutuhan serta
distribusi semen dan embryo;
10. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan penyebaran dan
pengembangan ternak serta penyediaan produksi komoditas
ternak;
11. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan
pengendalian penerapan standarisasi mutu bibit ternak,
pelestarian plasma nutfah dan produktivitas ternak;
12. Menyelenggarakan pengkajian perencanan kebutuhan
penyediaan bahan baku dan pakan konsentrat, bibit dan pakan
hijauan, produsen dan perusahaan pakan ternak;
13. Menyelenggarakan pengkajian bahan pedoman penerapan
standarisasi mutu pakan dan penggunaan zat additive, serta
kebijakan penerapan sertifikasi dan labelisasi untuk pakan yang
14. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan
pengendalian penerapan standarisasi mutu pakan;
15. Menyelenggarakan pengelolaan teknis operasional penerbitan
sertifikat dan label pakan ternak yang beredar serta
rekomendasi produksi pakan ternak;
16. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas Bidang Produksi;
17. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain;
18. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsi.
3.2.5.8 Seksi Pengembangan Usaha Tugas Pokok :
Mengkaji bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitas pengembangan
usaha peternakan.
Fungsi :
1. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pengembangan
fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan;
2. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional penerapan
standarisasi pasca panen dan pengolahan hasil peternakan.
Rincian Tugas :
1. Menyelenggarakan pengkajian rencana dan program kerja yang
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis
operasional dan fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan;
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis
operasional dan fasilitasi pasca panen dan pengolahan;
4. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis
operasional dan fasilitasi distribusi dan pemasaran hasil;
5. Menyelenggarakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas Bidang Pengembangan Usaha
Peternakan;
6. Menyelenggarakan koordinasi denga unit kerja lain;
7. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsi.
3.2.5.9 Seksi Fasilitas Usaha dan Pengembangan Tugas Pokok :
Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional fasilitasi
usaha dan kelembagaan peternakan.
Fungsi :
1. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
dan fasilitasi usaha peternakan;
2. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
dan fasilitasi Kelembagaan tani.
1. Melaksanakan penyusunan bahan perencanaan kebutuhan
investasi dan permodalan serta pelaku usaha bidang
peternakan;
2. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitasi penyediaan kredit
program usaha peternakan dengan sumber-sumber
permodalan;
3. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
pengembangan dan pemantauan investasi dan permodalan
serta pedoman penyerapan kredit program usaha
peternakan;
4. Melaksanakan penyusunan bahan standar teknis manajemen
kelembagaan tani dan pedoman teknis pengembangan
kemitraan usaha peternakan;
5. Melaksanakan penyusunan bahan pedoman teknis analisa
usaha komoditas peternakan;
6. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional
penyelenggaraan penyuluhan;
7. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan
pengendalian penerapan standar teknis pengembangan
investasi dan penyerapan kredit program;
8. Melaksanakan penyusunan bahan, pembinaan dan
pengendalian penetapan standar teknis pengembangan
9. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan
penyelenggaraan fasilitas penyuluhan di kabupaten/kota;
10. Melaksanakan program kerja, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas Seksi Fasilitasi Usaha dan
Kelembagaan;
11. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain;
12. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan pimpinan sesuai
[image:60.595.111.511.402.651.2]dengan tugas dan fungsi.
Gambar 3.2
Tampilan Halaman Awal Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa barat
(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/) 2008.
Tampilan halaman situs tersebut memberikan informasi tentang
perubahan harga dengan memilih tanggal sesuai dengan pilihan. Halaman
situs ini juga memiliki link informasi tentang Kontak Bisnis, Forum
Konsultasi, Produk Ternak dan Halaman Utama situs Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat. Layanan informasi harga yang bergerak dan berubah
[image:61.595.113.510.351.595.2]dengan sendiri (flash) membuat tampilan situs ini sangat menarik.
Gambar 3.3
Tampilan Menu Kontak Bisnis Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
(sumber:
http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=kontakbisnis&idMenuKiri=705) 2008. Setelah memilih icon Kontak Bisnis pada halaman utama situs
Disnak Jabar, maka akan muncul tampilan situs seperti yang ditampilkan
di atas. Kontak Bisnis merupakan informasi tentang alamat, nomor telepon
Masyarakat yang membutuhkan alamat penjualan dan pembelian hasil
ternak dapat lebih mudah dalam mengakses kebutuhan bisnisnya.
Gambar 3.4
Tampilan Halaman Produk Ternak Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
(sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/),2008.
Gambar tersebut menampilkan informasi tentang produk ternak.
Masyarakat dapat mengetahui informasi tentang produk ternak seperti
susu, yoghurt, keripik kulit dan produk lainnya dengan memilih icon yang
ditampilkan. Informasi ini dapat membantu masyarakat dalam mengetahui
[image:62.595.115.511.246.501.2]berbenturan dengan kebijakan lain. Konsistensi sebuah kebijakan akan mendukung penerapan kebijakan tersebut di lapangan.
Konsistensi tujuan dibutuhkan dalam pelaksanaan konsistensi kerja. Konsistensi dimaksudkan untuk menjaga kinerja aparatur tetap pada alur pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur kerja. Pelaksanaan kerja yang sesuai dengan prosedur akan menghasilkan kualitas kerja seperti yang diharapkan. Pencapaian kerja merupakan harapan aparatur dalam melaksanakan pelayanan.
Konsistensi perilaku berupa komi