Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh : Tika Aprilia NIM: 109051000118
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi:
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Tika Aprilia
NIM 109051000118
Di Bawah Bimbingan:
Dr. Armawati Arbi, M.Si NrP. 19650207 199103 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVBRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MENINGGALNYA USTADZ JEFRI AL-BUCHORI PADA REPUBLIKA
ONLINE
DAN KoMPAS.coM
telah diujikan dalam sidang munaqasyahFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah
Jakartapada tanggal 27 Agustus 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh
gelar
Sarjana KomunikasiIslam
(S"Kom.I.)pada
JurusanKomunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta,2T Agustus 20 13
Sidang Munaqasyah
Ketua
,-)
),t
' /74qu;
u.r..lo-Jrri.
trl.Si NrP.19630515 199203I
006Sekretaris
Anggota,
Pembimbing
Dr. Armawati Arbi, M.Si NIP. 19650207 1999103 2 002
NIP. 1971081 99703 2 A02
Penguji 1
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata
1 di
UIN
SyarifHidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisanini
telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
UIN
SyarifHidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
JEFRI AL BUCHORI PADA REPUBLIKA ONLINE DAN KOMPAS.COM
Pemberitaan dari sejumlah media mengenai meninggalnya ustadz Jefri Al Buchori akibat kecelakaan motor, dirasa sangat mengagetkan masyarakat, terlebih bagi keluarga, kerabat dekat dan para jamaahnya. Terkenal dan sangat berpengaruhnya ustadz Jefri saat masih hidup membuat berita pilu ini telah menyita perhatian masyarakat. Semua media seakan kompak menayangkan hal-hal yang terkait dengan peristiwa kecelakaan yang dialami ustadz Jefri Al-Buchori. Salah satu contoh media tersebut adalah media online yaitu Republika Online dan KOMPAS.com. Antara Republika Online dan KOMPAS.com memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing diantaranya memiliki caranya sendiri dalam mengemas atau membingkai suatu berita dengan tema yang sama, seperti pada pemberitaan atas meninggalnya ustadz Jefri Al Buchori.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaannya adalah Bagaimana struktur sintaksis pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori pada
Republika Online dan KOMPAS.com? Bagaimana struktur skrip pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori pada Republika Online dan
KOMPAS.com? Bagaimana struktur tematik pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori pada Republika Online dan KOMPAS.com? dan Bagaimana struktur retoris pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori pada
Republika Online dan KOMPAS.com? Metode yang digunakan adalah analisis
Framing dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memakai model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Dari struktur sintaksis Republika Online dan KOMPAS.com menunjukkan kebaikan yang dapat dipetik dalam peristiwa meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori seperti dengan begitu banyaknya orang yang ikut mensholatkan jenazah, pembahasan mengenai hari wafatnya ustadz Jefri Al Buchrori yang jatuh pada hari baik, yaitu hari Jumat dan kilas balik tentang gaya berdakwah sang ustadz sewaktu masih hidup Lalu dilihat dari struktur skrip Republika Online dan
KOMPAS.com mengutip dari narasumber yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki keterikatan dengan almarhum Ustadz Jefri Al Buchori, sehingga pemberitaan ditemukan berbagai tanggapan dari banyak kalangan. Struktur tematik Republika Online dan KOMPAS.com secara garis besar menggambarkan rasa duka yang mendalam dan kehilangan atas kepergian sosok Ustadz Jefri Al Buchori. Dari struktur retoris Republika Online dan KOMPAS.com
memasukkan gambar yang berhubungan dengan isi pemberitaannya.
ii Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga pembuatan skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Data dan hasil skripsi ini didapat dengan menganalisis bingkai
pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori pada dua media online, yaitu
Republika Online dan KOMPAS.com.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akhir untuk mencapai gelar
sarjana ilmu komunikasi Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi ini meneliti tentang “Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori pada Republika Online dan
KOMPAS.com”.
Penyusunan skripsi ini merupakan ujian dan tantangan terberat, dimana
fisik, mental, dan pikiran bertarung untuk memecahkan kebuntuan dan melawan
rasa malas yang memuncak. Kesal, galau, kecewa, bosan bahkan titian air mata
kadang terlintas dan memasung pikiran. Namun, semangat yang tak pernah padam
disertai kerja keras akhirnya bisa menghancurkan semua rasa itu.
Banyak sekali permasalahan yang penulis alami dalam proses menjalani
penelitian skripsi ini. Tetapi skripsi ini, bukan merupakan karya penulis semata,
melainkan merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
hingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
iii
sebagai Pembantu Dekan Bid. Akademik, Bapak Mahmud Jalal MA, Selaku
pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan dan Drs. Study
Rizal, LK, MA, sebagai Pembantu dekan Bid. Kemahasiswaan.
2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan dukungan penuh, baik
dukungan moril maupun materil. Dan tiada henti mendoakan penulis agar
senantiasa kuat, tenang dan focus dalam penulisan skripsi ini.
4. Adik-adikku yang tersayang Aji Nur Saputra dan Nadifa Putriana yang selalu
dapat membuat penulis tersenyum saat lelah mulai menghampiri.
5. Dra. Armawati Arbi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penulis hingga skripsi ini terselesaikan. Terima kasih atas
bimbingan dan kesediaannya memberikan waktu.
6. Kepada segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan seluruh staf
karyawan yang telah mindidik dan memberikan ilmunya dengan baik serta
telah membantu penulis selama perkuliahan.
7. Kepada Pegawai Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mencari literature
sebagai bahan skripsi. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat
iv
memberikan banyak dorongan, ide, dan doa kepada penulis. Terima kasih
untuk semua waktu, perhatian, dan cerita yang selama ini terukir.
9. Semua teman-temanku di KPI D angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya kurang lebih 4
tahun untuk saling mengenal satu sama lain.
10.Teman-teman dari KKN SADARI, Endang, Bintang, Ririn, Kikiy, Uus, Diah,
Angga, Irul, Wanda, Ami, Ajeng, Risa, Sarah, Hadid, Titin, Rita, Yunus,
Ikhwan dan Alif. Terima kasih untuk kebersamaan yang singkat namun
kompak dan membekas di hati. Semoga selalu kompak dan tetap menjaga
silaturahmi.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengalaman
berharga bagi penulis khususnya pembaca pada umumnya, untuk pengembangan
ilmu di masa yang akan datang.
Ciputat, 19 Agustus 2013
v
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 7
F. Metodologi Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Framing... 13
B. Berita di Media Online... 19
C. Peristiwa Kematian menurut Pandangan Islam... 27
BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil RepublikaOnline... 35
B. Profil KOMPAS.com... 38
BAB IV ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENINGGALNYA USTADZ JEFFRY AL-BUCHORI PADA REPUBLIKA ONLINE dan KOMPAS.COM A. Pembingkaian Pemberitaan Pada Republika Online... 43
vi
A. Kesimpulan... 101
B. Kritik dan saran... 102
Daftar Pustaka
1
A.Latar Belakang Masalah
Akhir bulan April tahun 2013, Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan
mengenai meninggalnya salah satu ustadz muda berbakat, yaitu ustadz Jefri
Al-Buchori. Seorang ustadz yang dikenal sebagai ustadz gaul karena dakwah yang
disuarakan terkesan gaul sehingga memiliki pasar sendiri bagi kalangan generasi
muda Indonesia.1 Walaupun lebih mencerminkan gaya anak muda, namun tetap
terlihat berwibawa. Terlihat tegas namun tidak seperti menggurui. Gaya dakwah
seperti itu yang ia hadirkan, membuat pesan-pesan dakwahnya dapat lebih mudah
diterima para mad‟u.
Peristiwa kematian memang tidak bisa ditebak kapan, dimana dan dalam
keadaan yang seperti apa. Sama halnya seperti yang dialami ustadz Jefri, imam
besar Islam seperti Imam Asy-Syafi‟i lebih dulu mengalami peristiwa kematian.
Ia yang selama hidupnya untuk membaca dan menulis, serta berfikir keras dan
terus mengarang buku serta menebarkan madzhabnya kepada manusia. Kehidupan
seperti itu ia jalani hingga ia terkena penyakit wasir yang sangat menyiksanya dan
membawanya kembali kepada Allah SWT. Ia wafat pada malam Jum‟at
menjelang subuh dalam umurnya yang ke 54 tahun. Kematiannya membawa
1
RepublikaOnline,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/26/mlu7hg-mui-merasa-kehilangan-ustadz-jefri-al-buchori, MUI Merasa Kehilangan Ustadz Jefri Al Buchori ,
kesedihan dan duka melanda seluruh warga. Dan tak ada perkataan yang terucap
saat itu kecuali permohonan rahmat, ridha untuk yang telah pergi.2
Dilihat dari kedua kenyataan diatas, meninggalnya mereka yang turut andil
dalam menyebarkan ajaran agama Islam selalu menyebabkan kesedihan dan luka
mendalam pada orang-orang yang ditinggalkan. Seperti pemberitaan dari
sejumlah media mengenai meninggalnya ustadz gaul akibat kecelakaan motor,
dirasakan sangat mengagetkan bagi masyarakat, terlebih bagi keluarga, kerabat
dekat dan para jamaahnya. Sebuah kenyataan yang tidak disangka karena ia
meninggal begitu cepat di umurnya yang ke-40. Indonesia kehilangan satu
pemuda yang luar biasa. Ustaz yang kharismatik.3 Terkenal dan sangat
berpengaruhnya ustadz Jefri saat masih hidup bagi banyak masyarakat membuat
berita pilu ini telah menyita perhatian masyarakat. Sehingga pemberitaan ini
diangkat oleh sejumlah media hampir tiap harinya.
Definisi berita sendiri adalah informasi atau laporan yang menarik
perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide
(pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu
secepatnya.4 Dari definisi tersebut informasi atau laporan tidak akan menjadi
berita bila tidak dipublikasikan atau disebarkan melalui media massa.
Beberapa hari berturut-turut hampir semua media memberitakan peristiwa
atas meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Mulai dari media cetak, media
2 Syaikh Muhammad Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
2005), h.86
3
KOMPAS.com,http://megapolitan.kompas.com/read/2013/04/26/14185231/Basuki.Khotb ah.Uje.Enak.Banget.Didengar?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Ustaz%2
0Jeffry%20Al%20Buchori%20Wafat, Basuki: Khotbah Uje Enak Banget Didengar, terbit pada
Jumat, 26 April 2013 pukul 14:18 WIB, dan diakses pada Kamis, 9 Mei 2013 pukul 07:33 WIB
4 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
elektronik, dan juga pada media Online. Hingga hari ke tujuh meninggalnya
ustadz Jefri, pemberitaan tersebut masih menyita perhatian masyarakat.
Semua media seakan kompak menayangkan awal peristiwa kejadian atas
kecelakaan yang dialami ustadz Jefri Al-Buchori, proses pemandian jenazah
beliau, lalu solat jenazah, pemakaman, sampai pada pendapat para keluarga,
sahabat, tokoh, dan umat muslim yang sangat amat merasakan kehilangan ustadz
muda yang hangat dan ramah. Semua yang diberitakan media mengenai
meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori tentunya memberikan umat Islam suatu
pelajaran dan hikmah yang dapat diambil atas kejadian ini. Seperti berita di
beberapa media online yaitu Republika Online dan KOMPAS.com.
Republikaonline termasuk salah satu media massa yang berskala nasional
serta bersegmentasi ke-Islaman. Hal tersebut dapat dilihat dari berita-berita yang
dibahas RepublikaOnline banyak memasukan unsur Islam dalam pemberitaannya,
termasuk dalam pemberitaan tentang meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori.
Republika Online termasuk salah satu media yang turut menyajikan banyak berita
terkait atas meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Dalam hal ini, Republika
Online lebih banyak memuat berita tersebut pada tanggal 26 April 2013 atau tepat
pada hari meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori.
Sama halnya dengan Republika Online, pada KOMPAS.com juga turut
andil dalam pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Antara Republika
Online dan KOMPAS.com memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing
diantaranya memiliki cara yang berbeda dalam mengemas atau membingkai suatu
berita dengan tema yang sama, seperti pada pemberitaan atas meninggalnya
Semua yang diberitakan media mengenai meninggalnya ustadz Jefri
Al-Buchori tentunya memberikan umat Islam suatu pelajaran dan hikmah yang dapat
diambil. Di dalam kehidupan ini, manusia mengenal akan adanya kematian.
Segala sesuatu akan kembali kepada pemiliknya.5 Manusia berasal dari Tuhan dan
akan kembali pada Tuhan. Mereka sejatinya tidak akan pernah tahu kapan, dimana
dan dalam kondisi yang seperti apa sebuah ajal akan menjemput. Kapan pun kita
semua pasti akan menyaksikan peristiwa kematian, baik pada tumbuhan, hewan,
maupun manusia itu sendiri, karena kita sebagai manusia harus meyakini bahwa
setiap yang hidup pasti akan mati.
Kenyataan ini harus selalu tertanam di dalam diri, kenyataan bahwa
kehidupan di bumi ini hanya sementara dan dibatasi dengan ajal, bahwa akhir
kehidupan pasti datang, bahwa orang saleh maupun orang durhaka sama-sama
akan mati.6 Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur‟an pada surat Al-Hijr/15:99:
Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu, sampai tiba kepadamu (kematian) yang meyakinkan”.
Dilihat dari ayat di atas menggambarkan datangnya kematian dengan
kalimat “sampai datang kepadamu keyakinan”. Ini berarti suka atau tidak suka,
cepat atau lambat, kematian pasti datang menjemput kita. Ia diibaratkan dengan
anak panah yang telah dilepas dari busurnya ia terus akan mengejar sasarannya,
dan begitu ia tiba pada sasaran saat itu pula kematian yang ditujunya tiba.7
5 Rita Rosita, Mengingat Kematian, (Ciputat : Mediatama Publishing Group, 2010), h.11
6 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, (Tripoli : PT Serambi Ilmu Semesta,
2002), h.18
Penelitian ini dirasa menarik bagi penulis dikarenakan pemberitaan
mengenai meninggalnya ustadz Jefri Al Buchori sangat menyita perhatian
masyarakat di Indonesia sehingga peristiwa tersebut diangkat dan ditampilkan
terus menerus oleh semua media, dalam penelitian ini khusunya oleh media online
yaitu Republika Online dan KOMPAS.com. Sehingga pemberitaan ini dalam
beberapa waktu yang lama masih melekat dipikiran masyarakat. Lalu subjek yang
dibahas dalam berita yang diteliti adalah ustadz Jefri Al Buchori, yang merupakan
seorang ustadz atau dapat disebut dengan da‟i. Dan dapat kita ketahui bahwa da‟i
merupakan salah satu unsur dalam dakwah sehingga diharapkan data dalam
penelitian ini dapat memberikan manfaat akademis, khususnya pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka melalui penelitian ini penulis
menentukan judul yang diambil yaitu ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENINGGALNYA USTADZ JEFRI AL-BUCHORI PADA REPUBLIKA ONLINE DAN KOMPAS.COM.
B.Pembatasan dan perumusan
Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya pembahasan maka
penelitian ini dibuat suatu batasan. Penelitiannya adalah pemberitaan
“Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori” pada Republika Online dan
KOMPAS.com edisi 26 April 2013.
Sedangkan perumusan masalah yang diangkat adalah :
1. Bagaimana struktur sintaksis pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
2. Bagaimana struktur skrip pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com?
3. Bagaimana struktur tematik pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com?
4. Bagaimana struktur retoris pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com?
C.Tujuan penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui struktur sintaksis pemberitaan Meninggalnnya Ustadz
Jefri Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com.
2. Untuk mengetahui struktur skrip pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com.
3. Untuk mengetahui struktur tematik pemberitaan Meninggalnya Ustadz
Jefri Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com.
4. Untuk mengetahui struktur retoris pemberitaan Meninggalnya Ustadz Jefri
Al-Buchori pada RepublikaOnline dan KOMPAS.com.
D.Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kajian dakwah tentang media dan komunikasi massa, serta
memberikan pandangan baru tentang analisis framing sebagai sebuah metode
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
bagi masyarakat agar mengetahui bagaimana media mampu mengkonstruksi
pemikiran pembacanya.
E.Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Ustadz
Jefri Al-Buchori dalam Republika Online dan KOMPAS.com, penulis terinspirasi
pada skripsi-skripsi terdahulu. Diantaranya, Ika sari Nur laili Romadlon8 yang
meneliti tentang pemberitaan mengenai waria pada majalah Waria @Information
Group rubrik Under Cover dengan menemukan persamaan dengan skripsi yaitu
sama-sama menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Namun perbedaannya terletak pada subjek yang dipakai
menggunakan media cetak yaitu majalah.
Cahya Mulyaningrum9 dalam penelitiannya menganalisis teks berita
menggunakan analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
yang meneliti tentang pemberitaan naturalisasi pemain Tim Nasional Indonesia
pada rubrik „Ole! Nasional‟ tabloid Bola. Dan Helmi Nur Alami10 meneliti
tentang isu perkembangan Islam modern di Indonesia pada film “Sang Pencerah”
dan menyimpulkan persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama menggunakan
8 Ika sari Nur laili Romadlon, Analisis Framing Pemberitaan waria pada Majalah Waria
@Information Group Rubrik Under Cover”, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2011
9 Cahya Mulyaningrum, Analisis Framing Pemberitaan Naturalisasi Pemain Tim
Nasional Indonesia Pada Rubrik „Ole! Nasional‟ Tabloid Bola, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2011
10 Helmi Nur Alami, Analisis Framing Film “Sang Pencerah” Tentang Isu
analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Perbedaannya
yaitu pada penelitian ini membahas analisis Framing terhadap film.
Seperti yang telah dipaparkan, perbedaan dengan ketiga penelitian diatas
adalah subjek dari penelitian ini dilakukan pada dua media online yaitu Republika
Online dan KOMPAS.com. Lalu yang ingin diteliti adalah pemberitaan mengenai
meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori di Republika Online dan KOMPAS.com.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis teks berita mengenai peristiwa
meninggalnya Ustadz Jefri Al Buchori. Menganalisis pemberitaan meninggalnya
salah satu ustadz di Indonesia atau dapat disebut dengan da‟i yang menjadi salah
satu unsur dakwah dirasa sangat menarik oleh penulis dan diharap dapat
bermanfaat khususnya pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
F. Metodologi penelitian
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Framing
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lexy J. Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.11Penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam pelaksanaannya
lebih dilakukan pada pemaknaan teks, daripada jumlah kategori. Metode ini
dilakukan dengan melihat penyajian realitas tentang suatu kejadian, dalam
masalah ini adalah mengenai pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori
dalam RepublikaOnline dan KOMPAS.com.
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja
Dalam Republika Online dan KOMPAS.com ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana media massa ini menonjolkan dan membingkai realitas
suatu kejadian menjadi sebuah berita. Seperti yang dibahas dalam penelitian ini
mengenai pemberitaan “Meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori” menjadi layak
disediakan untuk diresapi oleh khalayak pembaca.
2. Subjek dan objek penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah media RepublikaOnline
dan KOMPAS.com. Dan sebagai objek penelitiannya adalah teks pemberitaan
mengenai Meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori yang berjumlah 6 berita, yakni 3
berita dari Republika Online dan 3 berita dari KOMPAS.com. Berikut rinciannya:
a. Pada Republika Online
1) “Animo Umat Muslim Menshalatkan Jenazah Uje Sangat Besar” pada
edisi Jum‟at, 26 April 2013 pada pukul 11:25 WIB
2) “Yusuf Mansyur: Allah Sangat Sayang Ustaz Uje ” pada edisi Jum‟at, 26
April 2013 pada pukul 13:31 WIB
3) “MUI Merasa Kehilangan Ustadz Jefri Al-Buchori” pada edisi Jum‟at, 26
April 2013 pada pukul 07:46 WIB
b. Pada KOMPAS.com
1) “Di Masjid Istiqlal, Jenazah Ustaz Jeffry Diiringi Takbir, Tahlil, dan
Tangis” pada edisi Jum‟at, 26 April 2013 pada pukul 12:43 WIB
2) “Ungu: Uje, Hamba yang Disayang Tuhan” pada edisi Jum‟at, 26 April
2013 pada pukul 21:42 WIB
3) “Basuki: Khotbah Uje Enak Banget Didengar” pada edisi Jum‟at, 26 April
3. Teknik Pengolahan Data
a. Pengumpulan data
Untuk memperoleh datanya, penulis melakukan document research artinya
penulis hanya meneliti script atau isi yang terdapat pada teks-teks pemberitaan
mengenai meninggalnya ustad Jefri Al-Bukhori sebagai data primer atau sasaran
utama dalam analisis, tanpa melakukan melakukan wawancara.
Selain melakukan research pada script tersebut, document research juga
sebagai teknik pengumpulan data-data atau teori-teori melalui telaah dan mengkaji
dari majalah, internet dan literatur lainnya yang ada relevansi dengan materi
penelitian ini.
b. Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul, langkah berikutnya adalah
menganalisa data sesuai dengan rumusan masalah. Analisa data merupakan cara
yang dipakai untuk menganalisis, mempelajari, serta mengolah kelompok data
tertentu sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkrit tentang persoalan
yang diteliti dan dibahas.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan model Framing Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu
pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga
khalayak lebih tertuju pada tersebut. Framing secara sederhana dapat
digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas ( peristiwa,
aktor, kelompok, atau apa saja ) dibingkai oleh media.12
Analisis bingkai merupakan dasar struktir kognitif yang memandu persepsi
dan representasi realitas – membongkar ideologi dibalik penulisan informasi,
menjelaskan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap
sebuah peristiwa.13
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang merupakan salah satu dari
analisis Framing terpopuler yang digunakan untuk memperoleh gambaran isi
pesan yang disampaikan. Model analisis ini dibagi dalam empat struktur besar,
[image:21.595.102.516.249.578.2]yakni meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Tabel. 1.1
Skema Framing Zhongdang Pan dan GeraldM. Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
A
SINTAKSIS
Cara wartawan menyusun fakta Skema berita - skematik
B SKRIP
Cara wartawan mengisahkan fakta Kelengkapan berita
C TEMATIK
Cara wartawan menulis fakta
Detail Koherensi Bentuk kalimat
Kata Ganti
D RETORIS
Cara wartawan menekankan fakta
Leksikon Grafis Metafora
G.Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang
terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN yaitu Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.
13 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi,( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
BAB II LANDASAN TEORI yang terdiri dari Pengertian analisis Framing, Pengertian berita di Media Online dan Definisi peristiwa kematian menurut
pandangan Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM yang terdiri dari profil Republika Online dan profil KOMPAS.com.
BAB IV ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENINGGALNYA USTADZ JEFRI AL-BUCHORI DALAM REPUBLIKA ONLINE DAN
KOMPAS.COM membahas hasil penelitian yang berisi tentang bagaimana
pengemasan pesan dan realitas simbolik apa saja yang disajikan Republika Online
dan KOMPAS.com terhadap pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori.
13
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Analisis Framing
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dar pendekatan
analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.1 Analisis framing
dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media.
Dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam
berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput atau bahkan disembunyikan dalam
pemberitaan. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau
apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses
konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna
tertentu.2
Alex Sobur mendefinisikan bahwa analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai perspektifnya. Deng an kata lain, framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.3
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.161
2 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta,2002), h.3
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Karena itu praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi
isu tertentu dan mngabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan
menggunakan pelbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok
(menempatkan di headline, halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan,
pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label
tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.4
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story
telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat”
terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil
akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk
melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada dua esensi
utama dari framing, pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan
dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana
fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat dan
gambar untuk mendukung gagasan.5
Berbicara masalah analisis framing, banyak berbagai model yang
mendukung analisis ini. Salah satunya adalah model framing yang diperkenalkan
oleh Zhongdang pan dan Gerald M. Kosicki. Ini merupakan salah satu model yang
paling populer dan banyak dipakai. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini
dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping
analisis isi kuantitatif.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.164
5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak
lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari
framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing
dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses
informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif,
bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema
tertentu. Framing disini dilahat sebagai penempatan informasi dalam suatu
konteks yang unik/khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu
dengan penempatan lebih menojol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang
diseleksi dari suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam
mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua,
konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana
konstruksi sosial atas realitas. Disini dipahami bagaimana sesorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya.6
Alex Sobur menjelaskan bahwa model ini berasumsi bahwa setiap berita
mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan
suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita –
kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu- ke dalam
teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana
6 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang
dimunculkan dalam teks.7
Wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka
atas suatu peristiwa dengan memakai secara strategis kata, kalimat, lead,
hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya
mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Perangkat wacana itu dapat juga menjadi alat bagi peneliti untuk memahami
bagaimana media mengemas peristiwa.8
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat
struktur besar, yaitu :9
1. Struktur sintaksis.
Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa -
pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa – ke dalam bentuk susunan
umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan
berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya).
Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk
skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun.
Headline mempunyai fungsi framing kuat. Pembaca cenderung lebih
mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita. Headline
mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam
membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Selain
headline/judul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.175
8 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta,2002), h.254
yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukan
perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.10
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Bagian berita lain
yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita
dimaksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip keseimbangan dan tidak
memihak.11
Intinya, struktur sintaksis mengamati bagaimana wartawan memahami
peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum
berita. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana
wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa.
2. Struktur skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana
strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas
peristiwa ke dalam bentuk berita.
Seperti halnya novelis, wartawan ingin agar khalayak pembaca tertarik
dengan berita yang ditulis. Karenanya, peristiwa diramu dengan mengaduk unsur
emosi, menampilkan peristiwa tampak sebagai sebuah kisah dengan awal, adegan,
klimaks dan akhir. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H
who, what, when, where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat
10 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta,2002), h.257-258
dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang
diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. 12
3. Struktur tematik.
Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan
antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Dalam menulis berita,
seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Ada beberapa
elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Di antaranya adalah
koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat.
Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat.
Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat
satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. proposisi
mana yang dipakai dalam teks berita, secara mudah dapat dilihat dari kata
hubung yang dipakai. Proposisi sebab-akibat umumnya ditandai dengan kata
hubung “sebab” atau “karena”. Koherensi penjelas ditandai dengan pemakaian
kata hubung “dan” atau “lalu”.sementara koherensi pembeda ditandai dengan
kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”.13
4. Struktur retoris.
Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan
memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan hanya
12 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta,2002), h.260
mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca.14
B.Berita di Media Online
M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan berita
merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian
besar para pembaca. Lalu, William S. Maulsby, dalam buku Getting in News
menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak
memihak dari fakta-fakta yang memunyai arti penting dan baru terjadi, yang
menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.15
Haris Sumadiria mendefinisikan bahwa berita adalah laporan tercepat
mengenai fakta atau gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan, menarik dan
penting bagi sebagian besar khalayak. Melalui media surat kabar, radio, televisi,
atau media online internet.16
Sedangkan Romli mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa
yang memiliki nilai berita (news value) – aktual, faktual, penting, dan menarik.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002) dikemukakan, berita adalah
cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.18 Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini
berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan
14 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta,2002), h. 255-256
15 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h. 132-133
16
AS Haris Sumadiria., Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Panduang
Praktis Jurnalis Profesional), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet-1, h.64
17Ibid, h.133
18
Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi: Teknis Memburu dan Menulis Berita, (Jakarta:
jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak
dapat disebut berita.19
Lalu Eric C. Hepwood mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari
kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini
mengungkapkan tiga unsur berita yakni aktual, penting dan menarik. Sementara
itu pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengemukakan, berita adalah laporan
tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi
sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media
massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak
dipublikasikan melalui media massa periodik.20
Berdasarkan berbagai definisi itu, meskipun berbeda terdapat persamaan
yang mengikat pada berita, meliputi: menarik perhatian, luar biasa dan termasa
(baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah: informasi atau laporan
yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian
dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa
dalam waktu secepatnya.21
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak peristiwa dan informasi. Tetapi
sifat informasi berikut ini selalu diburu wartawan untuk dijadikan berita:22
1. Aktual/hangat/baru atau sedang terjadi
Peristiwa yang menyenangkan dan juga menyedihkan yang terjadi saat ini
sangat berpotensi menjadi berita. Misalnya, musibah pesawat udara,
19 Sudirman Tebba, Jurnalistik baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55
20
Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi: Teknis Memburu dan Menulis Berita, (Jakarta:
Indeks, 2006), h.3-4
21 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.133
22
tenggelamnya kapal laut, kecelakaan lalu lintas, ledakan bom, musibah banjir, dan
lain-lain.
2. Berakibat pada kehidupan orang banyak
Seperti jika 70% warga Indonesia selama sebulan kesulitan BBM, maka
akan menjadi berita yang hebat. Kenaikan harga BBM, tarif listrik, harga beras,
harga minyak goreng biasanya dirasakan akibatnya oleh banyak orang. Hujan
yang berakibat banjir dan angin yang berakibat bangunan roboh juga dirasakan
oleh banyak orang.
3. Mengandung unsur ketokohan
Nama besar melahirkan berita. Tokoh biasanya menjadi panutan bagi
banyak orang. Misalnya, presiden mengawinkan puterinya, selebritis melahirkan
putera pertama, kyai kondang menikah lagi, dan lain-lain.
4. Langka
Peristiwa yang jarang terjadi atau yang probabilitas kejadiannya kecil,
biasanya memancing minat dan keingintahuan orang. Ada domba bertanduk tiga,
gajah berbelalaui dua, dan lain-lain.
5. Kedekatan (nearness)
Orang lebih tertarik pada informasi dari lingkungannya atau tempat
asalnya. Misalnya, pohon tumbang di dekat terminal bus di kota ini
mengakibatkan kemacetan.
6. Mengandung konflik
Konflik merupakan bagian dari kehidupan. Dan berita berkenaan dengan
7. Membawa perubahan
Pembangunan megamal atau pusat perbelanjaan di kota anda layak untuk
menjadi berita. Keberadaan megamal akan membawa perubahan. Misalnya, fisik
kota berubah, arus lalu lintas berubah, bahkan gaya hidup warga pun akan
mengalami perubahan. Pembangunan megamal itu pada awalnya menyerap tenaga
kerja, maupun setelah diresmikan bangunan tersebut akan lebih banyak lagi
menyerap tenaga kerja.
8. Mengandung aksi
Peristiwa yang mengandung unsur aksi atau gerakan (massal) biasanya
menarik untuk dijadikan berita. Contoh aksi-aksi unjuk rasa.
9. Tindakan pemerintah
Tindakan pemerintah akan menjadikan berita jika ada kaitannya dengan
lahirnya peraturan baru atau perundangan baru, peresmian, hasil sidang kabinet.
Tetapi, seringkali berita dapat dimulai sebagai akibat dari pengumuman
pemerintah yang kemudian diikuti dengan penjelasan dari pemerintah.
10.Seremonial
Peristiwa yang sifatnya perayaan atau peringatan dapat menjadi berita.
Misalnya, peringatan hari lahir kota Jakarta yang selalu diperingati oleh warga
ibukota dengan berbagai program. Yang juga menjadi berita adalah perayaan
keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Waisak, kenaikan Isa Almasih.
Berita biasanya menyangkut persiapan menjelang hari-hari tersebut, tempat atau
perbelanjaan yang penuh dengan orang berbelanja, dan acara ritual pada perayaan
11.Kriminalitas
Berita mengenai peristiwa-peristiwa kejahatan memiliki peminat dalam
jumlah besar. Jenis peristiwanya sangat beragam, muali dari pencurian,
perampkan bank, penipuan, hingga pembunuhan dan pemerkosaan. Saat ini setiap
media mempunyai program kriminal.
12.Informasi ringan mengenai pengembangan diri dan keterampilan praktis
Pengembangan diri merupakan sesuatu yang baru di dunia junalistik dan
jarang dilirik oleh wartawan karena dianggap tidak ada nilai beritanya. Namun,
belakangan disadari bahwa peminat acara ini ternyata banyak. Seperti cara
berkebun, mengelola keuangan rumah tangga, merawat wajah, dan lain-lain.
13.Mengandung unsur entertainment
Dunia hiburan saat ini menjadi sumber informasi yang diminati banyak
orang. Bahkan saat ini berita dunia hiburan merupakan andalan untuk
meningkatkan rating lembaga penyiaran. Dunia media massa Indonesia kini
dimeriahkan oleh berbagai jenis program hiburan, baik di radio, televisi, maupun
media cetak.
Lalu, Berita dapat dibagi ke dalam beberapa macam, tergantung dari segi
melihatnya, seperti:23
a. Sifat kejadian
Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan antara berita yang
terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita yang tak terduga, seperti
ledakan bom, kebakaran, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, dan semacamnya.
23
b. Cakupan isi berita
Dilihat dari segi cakupan isinya berita itu terbagi pada berita politik,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kejahatan, olahraga,
militer, laporan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebaginya.
c. Bentuk penyajian berita
Berita juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya seperti berita
langsung, berita komprehensif dan feature.
Berbagai berita dan pemberitaan semua disampaikan melalui sarana
media. Media merupakan saluran komunikasi yang dapat diterima melalui panca
indera. Media yang digunakan bisa media elektronik maupun media massa.24
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi yang
memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan
dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia, seperti mata dan telinga. Akan
tetapi media komunikasi yang dimaksud disini adalah media massa.25
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk
berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang
(khalayak) dalam jangka waktu yang ringkas.26
Media massa pada awalnya dikenal dengan istilah pers berasal dari bahasa
Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak
dan secara maknawiyah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara
24 H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), Cet. Ke 5, h.24
25 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h.123
26 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
tercetak. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers
dalam pengertian sempit dan pers dalam pengertian luas. Pers dalam arti luas
adalah meliputi segala penerbitan, termasuk media massa elektronika, radio
siaran, televisi siaran, sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media
massa cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin kantor berita.27
Media massa mempunyai peranan penting dalam penyebaran
informasi/berita kepada masyarakat juga kepada pemerintah (pejabat-pejabat
pemerintah) dan dalam pembentukan pendapat umum.28 Informasi yang
disampaikan di media massa pada umumnya dinilai masyarakat memiliki
kredibilitas yang tinggi, sehingga apa yang diungkapkan dianggap suatu
kebenaran yang ada dimasyarakat. Informasi tersebut juga mampu mempengaruhi
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku manusia.29
Makin berkembangnya teknologi informasi, maka media informasi juga
mengalami perubahan dan memungkinkan terjadi komunikasi dua arah. Saat ini
hampir keseluruhan media cetak baik surat kabar maupun majalah telah pula
mengembangkan media online yang membuka kesempatan para pembacanya
untuk berkomentar mengenai informasi yang disampaikan. Sedangkan
sebelumnya media elektronik telah banyak pula membuka kesempatan pendengar
atau pemirsanya memberikan umpan balik langsung.30
Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu
orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para pakar
memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya media online
27 Diah Wardhani, Media Relation: Sarana Membangun Reputasi Organisasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.20-21
28Ibid, h.7
29Ibid, h.7
menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang
disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi
personal yang terkesan perorangan.31
Sebagian kalangan mengkategorikan internet ke dalam media massa,
karena pesannya bisa diterima oleh banyak orang. Namun ada pihak yang tidak
sependapat dikarenakan karakteristik media internet sangat berlawanan dengan
media massa. Informasi melalui media online, hanya dapat dibaca, jika khalayak
aktif mencari. Hal itulah yang menunjukan perbedaannya dengan media massa
seperti televisi yang kini makin banyak dipilih masyarakat dalam memperoleh
berita terkini.32
Setiap jenis media massa memiliki kelebihan dan kekurangan. Termasuk
pada media online. Media online memiliki kelebihan tersendiri, informasinya
lebih “personal”, yang dapat diakses siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
Tentu dengan syarat; ada sarananya, berupa perangkat komputer dan jaringan
internetnya. Kelebihan lain, informasi yang disebarkan dapat di-update setiap
saat, bila perlu setiap detik. Lebih dari itu, media online juga dilengkapi fasilitas
pencarian berita dan pengarsipan berita yang dapat diakses dengan mudah.33
Lalu berikutnya adalah kelemahan media online. Kelemahan media online
terletak pada peralatan dan kemampuan penggunaannya. Media online harus
menggunakan perangkat komputer dan jaringan internet yang hingga saat ini
biayanya cukup mahal di negeri kita ini. Saat ini, belum seluruhnya wilayah di
31
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.13
32 Diah Wardhani, Media Relation: Sarana Membangun Reputasi Organisasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.22
33Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
Indonesia memiliki jaringan internet, di samping diperlukan keahlian tertentu
guna memanfaatkannya, dan mungkin juga belum banyak orang menguasainya.34
Selain kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, media online atau media internet
juga memiliki karakteristik sebagai berikut:35
1. Sifat komunikasinya dua arah (interaktif)
2. Komunikatornya bisa lembaga dan personal
3. Isi pesannya lebih personal/individual
4. Informasi diterima publiknya tidak serentak namun sesuai dengan kebutuhan
komunikannya
5. Publiknya bisa homogen
Penulisan dan penayangan berita online hampir sama dengan penulisan
dalam media cetak, khususnya surat kabar. Namun, perbedaannya dalam pola
pemuatannya, di mana medianya adalah di internet. Umumnya, ketika berita
online dibuka, awalnya hanya muncul judul dan lead atau intro berita. Bila ingin
mengetahui lebih jauh, pembaca atau pemirsa internet harus membuka
(meng-klik) halaman atau link lanjutannya.36 Bila itu dilakukan, baru muncul informasi
yang lebih lengkap. Dengan cara itu, pengguna internet dapat memilih informasi
yang diinginkannya. Selain itu, biasanya mediaonline “dinikmati” sendiri.37
C.Peristiwa Kematian Menurut Pandangan Islam
Secara etimologis mati berarti padam, diam dan tenang, maksudnya
sesuatu yang tidak memiliki roh. Jika tenang merupakan makna asal dari
34 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.25
35 Diah Wardhani, Media Relation: Sarana Membangun Reputasi Organisasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.22-23
36 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
h.146
kematian, maka gerak adalah makna asal dari kehidupan. Kehidupan manusia
timbul pada saat roh ditiupkan pada jasad janin dalam rahim ibunya. Sedangkan
kematian adalah terputusnya hubungan dan terpisahnya roh dengan badan.
Kematian juga bermakna bergantinya keadaan dan berpindah dari tempat yang
satu ke tempat yang lain.38
Kematian adalah hal yang tidak diingkari siapa pun. Ia terjadi pada seluruh
makhluk di planet bumi ini. Allah SWT mengabarkan hal itu kepada kita dalam
firman-Nya.
Yang artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (dzaiqatul maut). Dan sesungguhnya pada hari kiamat disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan.”(Q.S. Al „Imran 3: 185) 39
Kita sebagai manusia tidak perlu takut mati, waktunya sudah ditentukan.
Maksudnya, seseorang tidak akan mati melainkan dengan takdir Allah dan setelah
tuntas jangka waktu yang Allah tetapkan baginya. Pengetahuan tentang itu dapat
menghilangkan ketakutan yang selalu membelenggu leher para hamba. Orang
yang beriman kepada Allah adalah orang yang paling sedikit terpukul oleh
bencana kematian. Bahkan lebih dari itu, ia merindukan pertemuan dengan Allah
SWT.40
38 Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2006), h.11
39 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, ( Tripoli: Serambi Ilmu Semesta, 2002),
h.17
40 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, ( Tripoli: Serambi Ilmu Semesta, 2002),
Semua manusia pasti pernah melihat manusia yang lain sedang mengalami
peristiwa kematian. Setelah manusia melihat kondisi kematian, memandang
jenazah tidak lagi mampu menggerakkan badannya, lalu membusuk bahkan
punah, maka dia sadar bahwa ada sesuatu yang hilang dari orang mati yang baru
saja dilihatnya penuh gerak dan rasa itu. Disanalah manusia mencari apa dan
mengapa itu, sambil mencari apa yang terjadi pada manusia yang mati itu.41 Dan
itu semua membuat manusia tidak tenang membayangkan jika hal itu menimpa
dirinya sendiri.
Kecemasan tentang kematian dan apa yang terjadi sesudahnya mendorong
manusia mencari sandaran yang dapat diandalkan. Hal itu tidak dapat dia temukan
kecuali pada Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Kuasa.42 Disinilah sebagai manusia
harus mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara beribadah hanya kepada-Nya
dan berbuat kebaikan sampai akhir hayatnya.
Dalam Islam kematian itu ada dua cara, yaitu husnul khatimah dan su’ul
khatimah. Husnul khatimah berarti kesudahan yang baik, yaitu kematian dalam
keadaan iman kepada Allah, sehingga berpeluang masuk surga. Lawannya ialah
su’ul khatimah dan konsekuensinya ialah masuk neraka. Kedua istilah itu tidak
dikenal dalam Al-Quran, tetapi ada ayat yang mengisyaratkan perlunya kita
meninggal secara husnul khatimah dan menjauhi kematian yang su’ul khatimah,
yaitu : 43
41 M. Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayat-Ayat
Tahlil, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), h.10
42 Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2006), h. 17
Artinya: “Dan Ibrahim mewasiatkan ini kepada putera-puteranya, Dan yakub (juga berpesan), Hai putera-puteraku! Allah telah memilih agama bagimu. Maka
janganlah kamu mati kecuali dalam berserah diri”. (Al-Baqarah, 2: 132)
Kehadiran ajal tidak diketahui oleh siapapun. Pesan itu berarti hendaknya
kita tidak meninggalkan agama Islam walau sesaat pun. Jadi, kapan pun saat
kematian datang, kita tetap menganut agama ini. Kematian tidak dapat di duga
kedatangannya. Kalau kita melepaskan ajaran agama ini sesaat, maka jangan
sampai pada waktu yang sesaat itu kematian datang menjemput nyawa kita agar
kita mati secara husnul khatimah. Kalau kita mati ketika meninggalkan agama ini
walau hanya sesaat, maka itu kematian termasuk su’ul khatimah, na’uzubillah
minzalik, kita berlindung kepada Allah dari nasib buruk itu.44
Memang penulis tidak menemukan ayat atau riwayat yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya tentang sifat dan keadaan seseorang yang
mati dalam husnul khatimah atau su’ul khatimah, tetapi agaknya kita dapat
berkata bahwa ketenangan yang menyertai kematian, keceriaan yang nampak pada
air muka yang wafat serta pujian orang atau amal-amalnya, dapat menjadi
indikator-indikator kesudahan yang baik.45
Allah telah menetapkan tanda-tanda bahwa kematian seseorang husnul
khatimah. Syaikh Albani rahimahullah telah mengumpulkan dalam kitabnya
44Ibid, h.62
45 M. Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga, dan Ayat-Ayat
(Ahkamul Janaiz) tanda-tanda ini dari Al-Quran dan Sunah. Berikut ini dijelaskan
tanda-tanda seorang mati dalam keadaan husnul khatimah, yaitu:46
a. Mengucapkan kalimat syahadat ketika wafat
b. Ketika wafat dahinya berkeringat
c. Wafat pada malam Jum‟at
d. Mati syahid dalam medan perang
e. Mati dalam peperangan fisabilillah
f. Mati disebabkan penyakit kolera
g. Mati karena tenggelam
h. Mati karena tertimpa reruntuhan/tanah longsor
i. Perempuan yang meninggal karena melahirkan
j. Mati terbakar
k. Mati karena penyakit busung perut
l. Mati karena penyakit TBC
m.Mati karena mempertahankan hartanya yang dirampas
n. Mati dalam membela agama dan jiwa
o. Mati dalam berjaga-jaga di perbatasan di jalan Allah
p. Orang yang meninggal pada saat mengerjakan amal shaleh
q. Orang yang dibunuh penguasa yang dhalim kerena dia mendatanginya dan
menasihatinya
Sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kematian
seseorang bisa disebut husnul khotimah adalah:47
46 Maria Hidayah, Khusnul Khotimah: Jemputlah Kematianmu dengan Khusnul
Khotimah, (Klaten: Cable Book, 2012), h.27
a. Ditinjau dari kata-kata terakhirnya, apabila kata-kata terakhirnya adalah
kalimat-kalimat toyyibah, maka itu tandanya dia mati dalam keadaan husnul
khotimah.
b. Ditinjau dari aktifitas terakhirnya, apabila seseorang di masa-masa akhir
hidupnya beribadah baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Dan dia
meninggal dalam keadaan beribadah atau usai menjalankan ibadah maka itulah
tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.
c. Ditinjau dari hari terakhirnya (hari Jum‟at), begitu banyak orang-orang sholih
yang meninggal dunia pada hari Jum‟at, karena mati pada hari Jum‟at adalah
tanda kematian husnul khotimah.
d. Ditinjau dari kondisi terakhir fisiknya. Kita sering menyaksikan seseorang
meninggal dengan kondisi tubuh yang tidak wajar seperti tubuh gosong, penuh
dengan luka dan nanah, berbau busuk, keluar belatung, lidah menjulur dan
mata melotot atau bahkan tidak ada yang mau memandikan, mengkafani,
mensholatkan, dll. Seseorang yang matinya husnul khotimah tidak akan
mengalami kejadian-kejadian seperti diatas, malah sebaliknya seperti wajah
mayit terlihat tenang dan damai bahkan ada yang tersenyum, banyak yang
berta‟ziyah dan mensholatkan dan lain-lain.
Begitulah akhir kehidupan yang baik, banyak orang yang menangis setelah
kepergiannya ke alam akhirat. Menangis bahagia, karena ditinggal orang shalih
dan bahagia karena orang shalih tersebut meninggal dalam husnul khotimah. Abu
tiga golongan. Pertama, orang yang sibuk dengan kehidupan dunia. Kedua,
pemula yang bertobat, dan ketiga, orang yang telah mencapai tingkatan arifin.48
1. Orang yang sibuk dengan kehidupan dunia
Orang ini tidak akan mengingat kematian. Kalaupun ia mengingatnya itu
dilakukan sambil meratapi kehidupan dunianya dan menyesali datangnya
kematian. Bagi orang seperti ini kematian hanya akan membuatnya semakin
jauh dari Tuhan.
2. Orang yang bertobat
Oran