• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak dan Kewajiban Istri Sebagai Tenaga Kerja Wanita Dalam Pandangan Islam (Studi Pada PT Bakhtir Ihkwan Condet Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hak dan Kewajiban Istri Sebagai Tenaga Kerja Wanita Dalam Pandangan Islam (Studi Pada PT Bakhtir Ihkwan Condet Jakarta)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy.)

Oleh:

FARIS JAMAL TRIANTO NIM. 1111044100055

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (A H W A L SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

FARIS JAMAL TRIANTO NIM : 1111044100055

Dibawah Bimbingan

Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A NIP: 19581128 199403 1 001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (A H W A L S Y A K H S H I Y AH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)

Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang

seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang

akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdoa...” - 5cm.

Ungkapan hati sebagai rasa Terima Kasihku

Alhamdulllahirabbil‟alamin…. Alhamdulllahirabbil „alamin…. Alhamdulllahirabbil alamin….

Akhirnya aku sampai ke tiik ini,

sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb

Serta shalawat dan salam kepada idola ku Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan

bagi keluargaku tercinta Ku persembahkan karya mungil ini…

untuk belahan jiwa ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini Ibundaku tersayang (Hj. Siti Asiyah)

serta orang yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak

pernah ku ketahui,

namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa Ayahandaku tercinta (H. Mualim)

yang telah memberikan segalanya untukku

Kepada Adik-Adikku (Fatma Wardani), (Farida Aini), (Fatoni Mahmud) terima kasih tiada tara atas segala support yang telah diberikan selama ini dan semoga Adik-adikku tercinta dapat menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan PERADILAN AGAMA “11” yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima kasih yang tiada tara ku ucapakan Kepada Sahabat setiaku forever (Fathinuddin, Abrar Zulsabrian, A. Firdaus, Azmi, Nabilla

Al-Halabi, Syaikhoni) syukran atas supportnya baik itu moril & materil.

Terakhir, untuk seseorang yang masih dalam misteri yang dijanjikan Illahi yang siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan di sana.

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan

terima kasih... :)

(6)

v ABSTRAK

Faris Jamal Trianto. NIM 1111044100055. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Pada PT Bakhtir Ihkwan Condet Jakarta Timur). Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 64 halaman +24 Lampiran.

Penelitian ini penulis melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan hal-hal yang diperlukan, yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Wanita serta pendapat mereka mengenai hak dan kewajiban sebagai istri dalam rumah tangga. Penulis melakukan penelitian dengan terjun langsung ke Lembaga Bakhtir Ikhwan dan penampungan TKW yang di dirikan oleh Bakhtir Ihkwan yang berada di Condet Jakarta Timur. Selain mendapat keterangan langsung yang didapat oleh penulis dengan cara berdialog, penulis juga memiliki buku-buku referensi dari beberapa LSM-LSM pegiat tentang tenaga kerja yang bekerja di luar negeri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang mana memiliki tujuan utama mengumpulkan data deskriptif yang mendeskripsikan obyek penelitian secara rinci dan mendalam dengan maksud mengembangkan konsep atau pemahaman dari suatu gejala. Hal ini dilaksanakan karena disadari bahwa ada banyak hal yang tidak mungkin diungkap hanya melalui observasi dan pengukuran-pengukuran saja. Area Probability Sampling atau sampel acak wilayah adalah bentuk lain dari sampel acak bertahap (multistage random sampling). Sampel acak wilayah dipakai untuk populasi yang bisa diidentifikasi secara geografis. Populasi menetapkan di dalam wilayah Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur . yang menjadi titik fokus survey adalah Tenaga Kerja Wanita mengenai hak dan kewajiban seorang istri yang berada di Lembaga Bakhtir Ihkwan.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwasannya para TKW yang bekerja diluar negri adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan dermikian hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kewajiban seorang istri tidak beda jauh dengan kewajiban seorang suami didalam keluarga, begitu pula hak-hak disetiap kewajiban masing-masing pasangan suami istri didalam keluarga TKW. Sehingga menurut hemat penulis Hak dan Kewajiban Suami istri pada keluarga TKW yang penulis lakukan penelitian, yaitu di Bakhtir Ikhwan tidak sesuai dengan Hak dan Kewajiban suami istri yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Kata Kunci :Tenaga Kerja, Hak dan Kewajiban, Bakhtir Ihkwan. Pembimbing : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta H. Muallim dan ibunda tercinta Hj. Siti Asiyah yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. dan Arip Furqon, M.Ag. Ketua dan sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.

(8)

vii

4. Afwan Faizin, MA. Dosen Penasehat Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran-saran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang berkaitan dengan skripsi ini.

7. Kepada orang tua tercinta Ayahanda H. Mualim dan Ibunda Hj Siti Asiyah, kakak-kakak (Listiatun, Fatchul Arif, Achmad Zaki, dan Feny Fellani) yang telah memberikan motivasi serta memberikan nasehat-nasehat kepada penyusun demi kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama Syamsul Bahri, Muhammad Abrar Zulsabrian, Muhammad Fathinnuddin, Ahmad Firdaus,Muhammad Syaikhoni, Nabilla Alhalabi, Muhammad Nazir, lalu ade kelas penulis serta kawan seperjuangan mulai waktu pada saat pondok pesantren, terutama Arief Hidayat, Muhammad Martin, Afiq Zaki Lubis, Fauzi Yusuf AlAmin, Ahmad Sanjaya serta seluruh rekan-rekan lainnya yang telah mendoakan penulis dan seluruh anggota CABUTIF, Depok.

(9)

viii

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.

Jakarta, 31 Desember 2015

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuandan Manfaat Penelitian ... 8

D. Review Studi Terdahulu ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KEDUDUKAN WANITA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM A. Kedudukan Wanita Dalam Hukum Islam ... 16

1. Pengertian dan Dasar Hukum Hak dan Kewajiban ... 16

2. Hak Istri Atas Suami ... 19

3. Hak Suami Atas Istri ... 22

4. Kewajiban Bersama Suami Istri ... 25

B. Hak dan Kewajiban Istri Dalam UU No. 1 Tahun 1974 ... 26

1. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 ... 26

2. Hak dan Kewajiban Isteri Menurut KHI ... 26

C. Wanita Sebagai Tenaga Kerja Menurut Pandangan Islam ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM BAKHTIR IHKWAN CENTRE, CONDET, JAKARTA A. Profil Bakhtir Ikhwan ... 33

B. Rencana Pengerahan 3 (TIGA) Tahun Mendatang ... 35

C. Kualitas dan Perlindungan TKI ... 36

D. Visi dan Misi Perusahaan ... 36

E. Penciptaan Lapangan Kerja ... 37

F. Negara Penerima ... 47

G. Struktur Organisasi ... 49

BAB IV PEMBEKALAN MENDIDIK ANAK TERHADAP TKW DAN PELAKSANAANNYA A. Pembekalan Hak dan Kewajiban Isteri Tenaga Kerja Wanita ... 50

B. Upaya Mendidik Anak dikalangan Tenaga Kerja Wanita ... 57

[image:10.595.108.526.118.809.2]
(11)

x BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 63 B. Saran-saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam telah menghapuskan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dalam pandangan islam adalah makhluk yang memiliki potensi sama seperti apa yang dimiliki laki-laki. Keberadaanya dipandang sebagai mitra sejajar dengan laki-laki secara harmonis. Tak ada perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan,baik sebagai individu (hamba Allah), anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat, begitu pula dalam hak dan kewajiban.1

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga. Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawab masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah.2

Hak-hak asasi wanita dalam Islam dapat dibagi kedalam dua bagian: pertama, hak-hak umum bersama dengan pria dan, kedua, hak-hak khusus yang menyinggung soal wanita saja, yang dipandang sebagai hak istimewa

1 Masdar F. Mas‟udi

, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan (Bandung: Mizan, 2000), cet. I, h. 197.

2

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(13)

bagi wanita.3 Kalaupun ada perbedaan, itu hanya akibat fungsi dan tugas utama yang dibebankan Allah SWT. Kepada masing-masing jenis kelamin yang berbeda, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya mempunyai tugas yang sama penting, baik dalam domain rumah tangga maupun kehidupan sosial.

Anggapan bahwa beban laki-laki (beban produksi dan mencari nafkah )

lebih berat dari beban istri (beban produksi dan mencari nafkah) lebih berat

dari beban istri (beban reproduksi: mengandung, melahirkan, menyusui) tidak

serta merta bisa kita terima. Dalam kehidupan sehari- hari, setiap keluarga

memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan, primer, sekunder,

maupun tersier.4

Keluarga adalah bangunan agung manusia yang ditegakkan di atas dasar

undang- undang, ikatan kemanusiaan dan tabiat alami yang dimilikinya.Oleh

karena itu Islam telah meletakkan dasar untuk menegakkanya dengan

langkah-langkah persiapan dan structural yang dimulai dengan bagaimana memilih

jodoh yang sesuai dengan ajaran Islam.

Islam mengajak manusia menuju hidup dalam naungan keluarga, karena

keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi

pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan kebutuhannya.5

3

S.M. Khamenei, Risalah Hak Asasi Wanita(Jakarta: Al-Huda, 2004), cet I, h.71.

4

Mintasih Indriayu, Ekonomi Untuk Sma/ Ma(Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), h.55.

5

Ali Yusuf As-Subkhi, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga Dalam Islam( Jakarta:

(14)

Bila menelusuri ketentuan-ketentuan hukum Islam dalam permasalahan perkawinan didalam kitab-kitab fikih klasik akan didapatkan suatu kesimpulan bahwa para Ulama fikih mendefinisikan suatu perkawinan sebagai halalnya hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Keempat imam mazhab, secara minimal, semuanya mendefinisikan perkawinan dengan hubungan seksual.6

Seiring dengan perjalanan waktu, definisi ini mulai berubah dan disempurnakan oleh para Ulama kontemporer, dengan lebih menekankan aspek tujuan dan maksud dari perkawinan.Sebagaimana ditetapkan di dalam UU Republik Indonesia No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, bahwa

perkawinan adalah”Ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Secara konseptual, pengertian yang ditetapkan di dalam UU telah melampaui ketentuan yang ditetapkan oleh para Ulama.UU mendefinisikan perkawinan tidak hanya sebagai hubungan seksual, tetapi juga sebagai ikatan lahir dan batin di antara suami isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal.Ketentuan ini semakin menyiratkan adanya pengaruh kepentingan masyarakat modern yang lebih menghormati hubungan keluarga sebagai sebuah ikatan suci dan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7

6

Ahmad Tholabie Kharlie & Asep Syarifuddin Hidayat, Hukum Keluarga di Dunia Islam

Kontemporer,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2011, h. 259 7

Ahmad Tholabie Kharlie & Asep Syarifuddin Hidayat, Hukum Keluarga di Dunia Islam

(15)

Dalam Islam, kedudukan perempuan dalam pembinaan rumah tangga menempatti posisi yang segnifikan. Karena itu, banyak sekali ayat Al-qur‟an dan hadits Nabi SAW.yang mengajarkan apa dan bagaimana tugas dan tanggung jawab kaum perempuan dalam pembinaan rumah tangga. Kesuksesan kaum perempuan dalam melaksanakan peranannya dalam kehidupan rumah tangga akan memudahkan ter-wujudnya rumah tangga sakinah. Namun, menurut kenyataan sekarang ini, peran yang disebutkan tadi belum semuanya terwujud dengan baik, utamanya dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga. Peranan kaum perempuan dalam hal ini belum semuanya

mengikuti pola yang digariskan oleh syari‟at Islam dan pola yang disesuaikan

dengan perkembangan zaman. Untuk itu, disini perlu dijelaskan bagaimana peranan kaum perempuan dalam pembinaan rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga, karena sekarang ini sering terjadi kasus percekcokan antara suami dan istri berkaitan dengan penentuan siapa yang berhak mengelola ekonomi keluarga, bahkan tak jarang sampai melibatkan anggota keluarga dari kedua belah pihak, padahal hal ini tak perlu terjadi kalau masing-masing pihak memahami konsepsi Islam dalam hal ini.8

Perkawinan atau nikah, artinya ialah akad atau ikatan lahir batin di antara seorang laki-laki dan seorang wanita, yang menjamin halalnya pergaulan sebagai suami istri dan sahnya hidup berumah tangga, dengan tujuan membentuk keluarga sejahtera.Perkawinan itu amat penting sekali kedudukannya sebagai dasar pembentuk keluarga sejahtera, di samping

8

Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Bandung: Ghalia

(16)

melampiaskan seluruh rasa cinta yang sah.Itulah sebabnya dianjurkan oleh Allah swt. dan menjadi sunnah dari junjungan kita Nabi Muhammad saw untuk berkawin.9

Suatu perkawinan dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan suami istri yang harmonis dalam rangka membentuk dan membina keluarga yang sejahtera dan bahagia sepanjang masa.Namun demikian, kenyataan hidup berkeluarga untuk tujuan di atas, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hempasan badai, munculnya permasalahan intern, godaan pihak ketiga dan lain-lain sering menyebabkan keharmonisan rumah tangga tidak terwujud. Syari‟at Islam banyak memberikan dorongan kepada suami istri agar mereka berusaha mewujudkan kesejahteraan, saling menghormati dan saling mencintai, meskipun Islam mengakui adanya kondisi kejiwaan suami istri yang terkadang labil dan berubah-ubah.10 Nafkah merupakan satu hak yang wajib dipenuhi oleh seorang suami terhadap istrinya, nafkah ini bermacam- macam, bisa merupakan makanan, tempat tinggal, pelajaran (perhatian), pegobatan, dan juga pakaian meskipun wanita itu kaya.11

Banyak fenomena yang muncul pada masyarakat sekarang banyak dijumpai perempuan berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya. Seperti halnya di PT Bakhtir Ihkwan Condet Jakarta.

Dalam keadaan terhimpit ekonomi banyak dari mereka bekerja di luar negeri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) seperti di Arab Saudi, Dubai,

9

Hayya Binti Mubarok Al-bark, Ensiklopedi Wanita Muslimah (Jakarta: Darul

Falah,2008), h .97. 10

Djedjen Zainuddin & Mundzier Suparta, Pendidikan Agama Islam Fikih(Semarang:

Karya Toha Putra,2008), h.86.

11

Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga sakinah, Al Bayan

(17)

Hongkong, dan sebagainya, mereka mengabdikan dirinya di negeri orang demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga, istri sebagai pencari nafkah utama keluarga ini sifatnya hanya sementara waktu saja. Sehingga terpisahnya jarak dan waktu bersama keluarga. Maka istri tidak dapat lagi melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai istri di dalam rumah tangga untuk sementara waktu. Dengan munculnya fenomena tersebut maka mengakibatkan adanya dampak bagi kelangsungan hidup rumah tangga.

Menurut Ibnu Ahmad Dahri12, ada beberapa motif yang mendasari istri untuk bekerja diluar rumah, antara lain:

1. Motif ekonomi. Seorang wanita yang karena penghasilan orang tua atau suami tidak mencukupi dan terpaksa untuk turut bekerja.

2. Motif sebagai Alternatif. Seorang wanita yang bekerja bukan semata-mata karena uang, karena penghasilan suaminya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya.

Kebanyakan perempuan yang sudah menikah menyatakan bahwa bekerja akan memberi mereka tambahan pendapat untuk menutupi kekurangan ekonominya, namun dalam kebanyakan kasus, tekanan ekonomi bukanlah alasan yang utama, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi ataupun untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya.

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga. Jika suami istri

12

(18)

sama-sama menjalankan tanggung jawab masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah.13

Berlandaskan dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis menganggap bahwa masalah ini sangat penting dan menarik untuk dikaji, untuk itu melihat fenomena tersebut penulis tertarik untuk membahasnya dengan mengadakan kajian dalam bentuk skripsi yang berjudul :Hak Dan Kewajiban Istri Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) Dalam Pandangan Islam

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas, maka penulis membatasi pembahasan ini pada masalah Hak dan Kewajiban Istri yang berkerja sebagai TKW terhadap suami dan keluarga. Di samping itu, secara khusus penulis akan meneliti para TKW yang disalurkan melalui PT. Bakhtir Ihkwan yang berada di daerah Condet, Jakarta Timur. Sertapandangan wanita TKW mengenai hak dan kewajiban isteri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) selama diluar negeri.

13

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(19)

2. Perumusan Masalah

Pekerjaan yang dilakukan oleh para Tenaga Kerja Wanita pada dasarnya tidak menyalahi aturan yang berlaku dalam hokum positif di Indonesia.Bahkan, itu semua diatur dalam Undang-undang ketenagakerjaan. Namun, hal yang sangat menarik ketika pekerjaan tersebut dilakukan oleh seorang istri dengan meninggalkan suami dan anak dalam kurun waktu bulanan, bahkan sampai tahunan. Maka, rumusan masalah ini menjadi pertanyaan penelitian penulis sebagai berikut :

a. Bagaimana hak dan kewajiban isteri dalam hukum Islam dan hukum positif yang berlaku di Indonesia (UU. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam ?

b. Bagaimana hak dan kewajiban isteri sebagai Tenaga Kerja Wanita dalam pandangan TKW?

c. Bagaimana upaya Tenaga Kerja Wanita sebagai Ibu rumah tangga dalam mendidik anak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi hak dan kewajiban istri dalam hukum Islam dan hukum positif yang berlaku di Indonesia (UU. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

(20)

c. Untuk mendiskripsikan kewajiban istri yang berkerja sebagai TKW dalam menjalankan perannya sebagai ibu terhadap anak-anaknya. 2. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Dengan penelitian ini diharapkan bagi akademisi dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai realita kehidupan rumah tangga TKW di lembaga Bakhtir Ihkwan, Condet, Jakarta.

b. Untuk menambah wawasan baru bagi mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah mengenai hak dan kewajiban isteri menjadi TKW dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih dalam pada masyarakat mengenai hak dan kewajiban isteri selama menjadi TKW ke luar negeri.

D. Review Studi Terdahulu

Dari beberapa skripsi yang terdapat di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, penulis menemukan data yang berhubungan dengan penelitian yang sedang ditulis,Antara lain :

Penulis yang bernama Ibnu Hadjar Al-Asqolani dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran Istri Sebagai TKW Untuk Menunjang

Nafkah Keluarga Di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten

(21)

Penelitian yang dilakukan saudara Muhammad Irfan Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2005 membahas tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia Dalam Upaya Perlindungan

Tenaga Kerja Di Luar Negeri (Studi Kasus Di PT.PJTKI)”, dalam skripsi

yang dikaji tersebut menjelaskan bagaimana perusahaan PJTKI tersebut melindungi para TKI yang bekerja di luar negeri secara Hukum Islam, tetap dalam skripsi tersebut membahas bagaimana faktor-faktor yang melatar belakangi para TKI untuk bekerja di luar negeri.

Dari topik-topik yang diangkat penulis tersebut diatas, sudah jelas ada perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan menggunakan data deskriptif, yakni mengenai peran isteri sebagai TKW untuk memenuhi dak dan kewajiban terhadap keluarga di Desa Condet Jakarta Timur.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.Metode penelitian kualitatif memiliki tujuan utama mengumpulkan data deskriptif yang mendeskripsikan obyek penelitian secara rinci dan mendalam dengan maksud mengembangkan konsep atau pemahaman dari suatu gejala.Hal ini dilaksanakan karena disadari bahwa ada banyak hal yang tidak mungkin diungkap hanya melalui observasi dan pengukuran-pengukuran saja.

(22)

dibicarakan di atas. Penelitian tadi biasanya merupakan penelitian yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya, bahkan belum pernah ada peneliti lain yang melaksanakannya. Untuk melaksanakan penelitian seperti ini, seorang peneliti perlu melakukan tahan penjajagan yang dilakukan sesudah tahap penetapan masalah penelitian. Dalam tahap penjajagan ini, peneliti ingin mengetahui hal-hal yang tidak dapat diperoleh melalui observasi atau pengukuran langsung.14

2. Kriteria dan Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengaan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju/pemberi pernyataan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.15

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari,

14

Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher, 2011), h. 49 15

Basrowi & Suwandi, MemahamiPenelitian Kualitatif(Jakarta : Rineka Cipta,2008),

(23)

buku-buku, hasil penelitian, tulisan-tulisan dari internet, dan lainnya yang berkenaan dengan hak dan kewajiban istri serta mengenai TKI. 3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan skripsi ini, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara (interview)

Pengumpulan data dalam penelitian ini cenderung menggunakan data primer yang berupa wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh data-data yang berhubungan erat dengan masalah yang dibahas. Antara lain kepada lembaga penyalur jasa TKW yang ada di Condet Jakarta Timur.

b. Pengamatan (observation)

Observasi merupakan sebuah proses penelitian secara mendalam untuk mengetahui peranan Bakhtir Ihkwan dalam menyalurkan hak dan kewajiban isteri sebagai TKW selama bekerja ke luar negri.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan metode yang dimana didalamnya dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan topik yang dikaji. 4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

(24)

tertentu. Langkah awal yang harus dilakukan pertama kali oleh peneliti ketika membuat survey adalah menentukan siapa populasi dari survey.16

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang

sama dari obyek yang merupakan sumber data.17 Teknik Sampel Acak Wilayah (Area Probability Sampling)

c. Teknik Sampel Acak Wilayah (Area Probability Sampling)

Sampel acak wilayah adalah bentuk lain dari sampel acak bertahap

(multistage random sampling).Sampel acak wilayah dipakai untuk populasi yang bisa diidentifikasi secara geografis. Populasi menetapkan di dalam wilayah Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur

.yang menjadi titik fokus survey adalah Tenaga Kerja Wanita mengenai hak dan kewajiban seorang istri yang berada di Lembaga

Bakhtir Ihkwan.

Teknik ini digunakan oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan

data yang relevan dengan judul yang diangkat penulis.18 5. Tekhnik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu salah satu teknik analisis data dimana

16

Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,

2007), h.61.

17

Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h.46.

18

Bambang waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek,(Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

(25)

penulis menjabarkan data-data yang diperolehdari hasil wawancara/ interview.

6. Teknik penulisan

Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Islam Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan dalam lima bab, yaitu :

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan hak dan kewajiban wanita dalam hukum Islam, hak dan kewajiban isteri dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974, hak dan kewajiban isteri menurut KHI, dan wanita sebagai tenaga kerja menurut pandangan Hukum Islam.

BAB III Merupakan profil dari sebuah lembaga Bakhtir Ikhwan tersebut, rencana pengerahan 3 tahun mendatang, kualitas dan perlindungan TKI, struktur organisasi dan menciptakan lapangan kerja lembaga Bakhtir Ihkwan tersebut.

(26)

Pelaksanaan Mendidik Anak sebagai ibu di kalangan Tenaga Kerja Wanita, dan analisis dari penulis.

(27)

16

HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Kedudukan Wanita Dalam Hukum Islam

1. Pengertian dan dasar hukum Hak dan Kewajiban

Pengertian hak secara umum adalah suatu ketentuan yang mutlak untuk kita dan penggunaanya tergantung kepada kita sendiri, dan apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain.1 Sedangkan menurut etimologi hak berarti menetapkan, keadilan lawan dari kezaliman, kebenaran lawan dari kebatilan.

Adapun hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah benar; milik; kepunyaan; kewenangan; kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb). Pengertian hak di dalam kamus Kamus Bahasa Indonesia untuk kalangan Pelajar juga memilik arti yang sama.2Hak disini adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mestinya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Sebagaimana dalam Al-Qur‟an juga menentukan hak istri dari suaminya, yaitu persamaan dalam hak dan kewajiban, sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 228:

1

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana,2011),

h.159.

2

(28)

                    

)

/

:

(

Artinya:“... dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al- Baqarah (2) 228)

Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri, dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami.

Demikian pula kaum wanita mempunyai hak atas suami mereka, dan tidak akan berlanjut kehidupan suami istri di atas keadilan yang diperintahkan oleh Allah, terkecuali jika setiap suami dan istri memenuhi hak-hak diantara mereka. Rumah tangga yang telah dibangun sejak akad perkawinan dilangsungkan hendaknya dibina agar senantiasa serasi dalam suasana yang tentram, aman dan damai. Atau dalam istilah lain disebut keluarga sakinah. Bahkan dalam istilah Nabi SAW disebut ”rumahku

adalah surgaku”. Itulah kiranya puncak tujuan yang harus dicapai dalam

membina rumah tangga.3

Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan kedan akhiran an yang berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya, jangan melalaikan kewajibanmu. Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini tidak terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung jawab, yang dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang merupakan tanggung jawab

3

Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, (Jakarta: 2010, AKADEMIKA PRESSINDO), h.

(29)

suami istri.4 Dapat disimpulkan dari pengertian hak dan kewajiban diatas, bahwa hak adalah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara suami dan istri dalam setiap rumah tangga, apabila dua hal itu tidak simbang niscaya akan timbullah percekcokan dan perselisihan dalam rumah tangga. Sebaliknya, jika antara hak dan kewajiban itu seimbang atau sejalan, makan terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga, rasa kebahagiaan semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan baik. Anak menghormati orang tuanya, dan orang tua harus sayang kepada anaknya, suami menghargai istrinya dan istri pun menghormati dan seterusnya.5

Wajib secara etimologi berarti, tetap, mengikat, dan pasti. Apabila

dikatakan… maka hal itu berarti, jual beli itu pasti, tetap dan mengikat.6

Menuju kepada keluarga yang sakinah, banyak langkah yang harus dipahami dan dilakukan dengan sebaik mungkin.Langkah yang demikian itu sering dikenal dengan sebutan hak dan kewajiban suami istri.Hak adalah suatu yang seharusnya diterima lantaran pelaksanaan suatu kewajiban, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang seharusnya

dilakukan demi memperoleh suatu hak.Karena itu, bila dikatakan “hak

istri” berarti itu merupakan “kewajiban suami” dan sebaliknya.

4

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu

Jaya, 1989), h.8.

5

Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,

1993), h.37.

6

Totok Jumantoro& Samsul Munir Ali, Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Sinar Grafika

(30)

2. Hak Istri Atas Suami

Hak perempuan terbagi menjadi dua hal: hak-hak materil, seperti mahar dan nafkah:

a. Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah.Sebagaimana firman Allah surat An- Nisa ayat 4:





























) ءاسّنلا / : (

Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Makna kata an nihlah dalam ayat di atas, adalah pemberian dan hadiah. Bukan merupakan imbalan yang diberikan laki- laki karena boleh menikmati perempuan. Sebagaimana persepsi yang telah berkembang di sebagian masyarakat. Sebenarnya dalam hukum sipil juga kita dapatkan bahwasanya perempuan harus menyerahkan sebagian hartanya kepada laki-laki. Namun, fitrah Allah telah menjadikan perempuan sebagai pihak penerima, bukan pihak yang harus memberi.7

Apabila suami memiliki harta namun tidak mau memberikankepada istri dan anak-anaknya, maka diperbolehkan bagi istri mengambil harta suami guna mencukupi keperluan hidup dirinya

7

Yusuf Al- Qardhawi, Panduan Fiqih Perempuan(Yogyakarta: Salma Pustaka, 2004),

(31)

dan anak-anaknya. Sebagaimana Rasulullah saw, bersabda:

Artinya: Dari Aisyah radhiyallahu „anha, dia menuturkan bahwa

Hindun binti Utbah berkata: “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu

Sufyan adalah seorang suami yang pelit. Ia tidak memberikan nafkah untukku dan anakku, kecuali apa-apa yang aku ambil darinya dengan sembunyi-sembnyi” Maka Rasulullah Saw. Bersabda: “Ambillah harta

yang mencukupi dirimu dan anakmu dengan cara yang ma‟ruf (HR. Al- Bukhari).

b. Menggauli istri dengan baik.

Yang dimaksud di sini adalah memperlakukannya dengan baik, tidak menyakitinya (secara fisik maupun psikis), tidak menunda-nunda pemberian hak jika memang mampu, menunjukkan keceriaan, kegembiraan, dan kesuka-citaan di hadapan istri.8

Firman Allah di dalam Surat An-Nisa [4] ayat 19:



































) ءاسّنلا / : ٩١ (

Artinya: … Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak(Q.S. An-Nisa [4] ayat 19).

c. Suami menjaga dan memelihara istrinya

Maksudnya ialah menjaga kehormatan istri, tidak menyia-nyiakan, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

8

Abdul Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Terjemah Shahih Fikih Sunnah ( Jakarta:

(32)

Firman Allah di dalam Surat At-Tahrim ayat 6:









































) ميرحّتلا / : (

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".9 d. Sabar dan Kuat Menghadapi Masalah10

Wanita bukanlah peri yang hanya ada dalam dunia khayalan, melainkan dia hanyalah manusia biasa yang bias saja baik dan jahat, benar atau salah. Karena itu, suami harus sabar dan kuat menghadapi masalah untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan hidup berpasangan agar tidak hancur. Laki-laki muslim sejati adalah yang bijaksana dan menerima kenyataan atas apa yang dikhayalkan, sehingga akal sehatnya lebih di kedepankan dari perasaannya. Mampu menahan dan mengendalikan emosional perasaan jika tidak simpati kepada sikap istrinya. Hal tersebut demi melanjutkan kehidupan rumah tangga sebagai respon terhadap Firman Allah dalam surat An-Nisa [4] ayat 19:























9

Al-Qur‟an Q.s At-Tahrim ayat 6

10

(33)













)

ءاسّنلا

/ :

٩١

(

Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai sesuatu, padahal mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan banyak (Q.S. An-Nisa[4] ayat 19) 3. Hak Suami Atas Istri :

Di antara beberapa hak suami terhadap istrinya, yang paling pokok adalah: a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat,

b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami,

c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami,

d. Tidak bermuka masam di hadapan suami, dan

e. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi suami.11 Hakim meriwayatkan dari Aisyah:

Artinya: Dari Aisyah, ia berkata, “ Saya bertanya kepada Rasulullah Saw. Siapakah orang yang paling benar haknya terhadap perempuan?

Jawabnya. “Suaminya”. Lalu saya bertanya. “Siapakah haknya yang

paling besar terhadap laki- laki? Jawabnya. “Ibunya.” (HR. Hakim). Kewajiban istri terhadap suami tidak berdasarkan paradigma lama dimana posisi wanita lemah sehingga bias diperlakukan sewenang-wenang oleh pria(suami). Sebaliknya cara melihat wanita tetap berdasarkan pada

11

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2010), h.158. 12

Al-Hakim, al-Mustadrak „ala al-Shahihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1990

(34)

pengakuan atas harkat dan martabat wanita yang mulia, selaras dengan hak-hak yang harus diterima dari suaminya, kewajiban istri pun tidak terlepas dari upaya yang bersangkutan mendukung terciptanya kehidupan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah.13 Adapun kewajiban istri kepada suami sebagai berikut:

a. Hormat dan patut kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma agama dan susial. Sebagaimana Firman Allah di dalam surat An-nisa [4] ayat 34:



























































































) ءاسّنلا / : (

Artinya:” Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha

Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. surat An-nisa [4] ayat 34) .

13

(35)

b. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah Firman Allah dalam surat Al-Kahfi[18] ayat 46:





































) فهكلا / ٩١ : (

Artinya:” harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan- amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Q.S. Al-Kahfi[18] ayat 46).

Wanita mempunyai peran sangat penting dalam melahrikan umat terbaik, wanita harus menjadi istri yang baik, ibu yang baik. Ibrahim rahimahullah berkata: ibu adalah sekolah, jika engkau mempersiapkannya maka ia akan mempersiapkan generasi yang bermoral baik.14

c. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana.15

Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Furqan [25] ayat 67:

                     ) ناقرفلا / ٥ : ٦ (

Artinya:” Dan Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang demikian. (Qs. Al-Furqan [25] ayat 67)

14

Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam, (Jakarta: Daar Al-Muslim,

Beirut) h.61. 15

Departemen Agama RI, Modul pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: DIRJEN

(36)

Pada firman Allah yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sebahagian harta itu dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 219 adalah:16















)

رق لا

/ :

٢

(

Artinya:”…dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka

nafkahkan. Katakanlah:”yang lebih baik dari keperluan”.(Qs. Al-Baqarah [2] ayat 219).

d. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda

keluarga.

4. Kewajiban Bersama suami istri

a. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak.

b. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang.

Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, seia sekata, perrcaya

mempercayai serta selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama.

c. Hormat-menghormati, sopan-santun, penuh pengertian serta bergaul

dengan baik.

d. Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional

dalam persoalan yang dihadapi.

e. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi.

f. Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan

masing-masing.

16

(37)

B. Hak dan Kewajiban Isteri Dalam UU NO. 1 TAHUN 1974 1. UU NO. 1 TAHUN 1974

Pada undang-undang No.1 Tahun 1974 Pasal 30, bahwa suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat.

Kemudian dalam Pasal 31 dijelaskan bahwa hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum, suami adalah Kepala Keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

Begitupula dalam Pasal 34 dijelaskan, suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, Isteri wajib mengatur urusan rumah- tangga sebaik-baiknya.Jika suami atau isteri melalaikan kewajiban masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.

2. Hak Dan Kewajiban Isteri Dalam KHI

Dalam KHI Hak dan Kewajiban isteri diatur dalam pasal 77, 78, 79, dan pasal 83, 84 yang berbunyi:

Pasal 77

(1) Suami- isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

(2) Suami- isteri wajib saling mencintai, saling menolong, setia dan member bantuan lahir dan bathin yang satu kepada yang lain.

(38)

(4) Suami- isteri wajib memelihara kehormatannya.

(5) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya, masing- masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78

(1) Suami- isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.

(2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditentukan oleh suami- isteri bersama.

Pasal 79

(1) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

(2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

(3) Masing- masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Pasal 80

(1) Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami-isteri secara bersama.

(2) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. (3) Suami wajib member pendidikan Agama kepada isterinya dan member

kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

(4) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: a. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi isteri;

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak;

c. Biaya pendidikan bagi anak.

(5) Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada Ayat (4) Huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.

(6) Isteri dapat membebaskan suaminya dan kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada Ayat (4) huruf a dan b.

(7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz.

Pasal 83

(1) Kewajiban utama bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan bathin kepada suami di dalam batas- batas yang dibenarkan hukum islam. (2) Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga

(39)

Pasal 84

(1) Isteri dapat dianggap nusyuz17 jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban- kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 Ayat (1) kecuali dengan alas an yang sah.

(2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya yang tesebut pada Pasal 80 Ayat (4) Huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.

(3) Kewajiban suami tersebut pada Ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah isteri tidak nusyuz.

(4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus didasarkan atas bukti yang sah.18

C. Wanita Sebagai Tenaga Kerja Menurut Pandangan Islam

Kewajiban bekerja yang disyariatkan kepada kaum laki-laki juga diwajibkan kepada kaum perempuan.Pekerjaan yang diharamkan bagi kaum laki-laki juga diharamkan bagi kaum perempuan. Hanya saja, Allah juga telah menetapkan kaidah-kaidah moral dan sosial bagi kaum laki-laki dalam bekerja, sehingga dalam bekerja mereka harus patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah moral dan sosial tadi.Dalam surat At-Taubah ayat 1 tersirat bahwa prinsip hubungan kemitraan antara pria dan wanita demikian jelas dan nyata, kesetaraan tersebut juga tidak berlaku bagi kaum pria dan wanita sebagai individu, tetapi juga dalam konteks kehidupan berkeluarga antara suami dan istri terutama dalam hal mencari nafkah.

Islam telah menganugerahkan kemuliaan pada seluruh umat manusia di muka bumi tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, ras, dan suku. Ini berarti bahwa, kemuliaan yang dianugerahkan Islam pada kaum perempuan bagian integral dari kemuliaan yang juga dianugerahkan pada seluruh umat

17

Nusyuz adalah pembangkangan suami atau istri terhadap pasangan karena suami atau istri melanggar hak-hak pasangan.

18

(40)

manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al- Isra ayat 70:









































) ليئارسإ ينب / ١ : ١٧ (

Artinya:dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan19.

Dengan demikian, setiap pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah tersebut.Sebagai contoh, Allah telah menetapkan bahwa kaum perempuan harus menjaga kehormatan dirinya.Allah mengharamkan mereka ber-khalwah atau berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrim, sebagaimana dilarangnya hal serupa bagi kaum laki-laki. Larangan ini mengandung konsekwensi bahwa perempuan tidak boleh mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam khalwah, ataupun mengerjakan perbuatan – perbuatan yang merusak kehormatan dirinya. Demikian pula halnya kaum laki-laki, mereka juga dilarang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam khalwah, atau perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan fitnah sebagai akibat pelanggaran mereka terhadap kaidah moral dan social tadi20.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri mengamanatkan Pemerintah untuk

19

Irwan Abdullah, Sangkan Paran Gender, (yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006).

20

Sukri dan Sri Suhandjati, Pemahaman Islam dan Tantangan keadilan gender,Kumpulan

(41)

memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri.Menurut pasal 81 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 2004, bahwa demi melindungi calon TKI/ TKW, dan demi pemerataan kesempatan kerja atau kepentingan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan nasional. Pemerintah dapat menghentikan atau melarang penempatan TKI pada jabatan tertentu di luar negeri.

Oleh karena itu, hendaknya setiap perempuan menunaikan tugas-tugas yang dibebankan padanya dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, perempuan boleh melakukan pekerjaan apapun yang asalnya yang diperbolehkan, baik pekerjaan tersebut dalam lapangan industri, pertanian, pendidikan, perdagangan dan sebagainya. Hanya saja, ketika menjalankan pekerjaan tersebut seorang perempuan harus dapat menentukan kemaslahatan setiap aktivitas yang dilakukan secara hierarkis.

Seorang istri boleh menjadi TKW dengan ketentuan ia dapat menghindari dari bahaya yang bisa diakibatkan dari kondisi pekerja- pekerja domestik yang ditawarkan. Dalam surat Al- Baqarah ayat 195 disebutkan bahwa Islam menganjurkan dengan tegas agar setiap orang menjaga diri dan tidak menceburkan pada suatu hal yang bisa membahayakan dirinya, termasuk untuk dirinya sendiri.

ۛ

ۛ

)

رق لا

/

٥

:

٩١

(

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang

(42)

Bagi perempuan yang telah bekeluarga (menjadi isteri dan mempunyai anak) misalnya, seringkali dihadapkan pada banyak pekerjaan ketika dia memutuskan menjalankan peran ganda.Seringkali, pekerjaan tersebut tidak dapat dilaksanakan semuanya dalam waktu yang bersamaan.Seorang isteri harus mengurus suami dan membahagiakannya21. Dalam waktu yang sama, dia juga harus merawat dan mendidik anak-anaknya. Selain kedua tugas tersebut, dia juga berkewajiban melakukan pengabdian pada masyarakat sesuai dengan kadar intelektualitas dan profesionalnya, seperti mengajar di sekolah, berdagang di pasar, membantu suami di sawah, dan sebagainya. Lebih dari itu, bagi perempuan yang aktif dalam kegiatan social juga dituntut untuk memberikan andil dalam menjaga dalam menjaga dan memelihara masyarakat sosialnya serta memberikan solusi atas berbagai problemaatika social dalam masyarakat22.

Melihat sekian tugas yang diemban oleh perempuan sebagaimana contoh di atas, maka merupakan suatu hal yang mustahil melaksanakan semuanya dengan sebaik-baiknya dalam suatu waktu yang bersamaan, meskipun tugas dan kewajiban tersebut bersifat positif dan bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat.Jika demikian terjadi, bagaimana solusinya?

Sebuah solusi paling rasional yang hendaknya dilakukan adalah menentukan skala prioritas, yaitu menentukan manakah tugas yang paling

21

Asrori Ni‟am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: eLSAS, 2008) h.131.

22

(43)

penting dan harus diselesaikan pertama kali. Skala prioritas sebagaimana dikatakan oleh para psikolog dan diperkuat oleh ajaran agama, menunjukkan bahwa penuaian tugas oleh seorang istri atas tanggung jawab mengurus suami dan mendidik anak-anak agar menjadi anak saleh merupakan tingkat kemaslahatan yang paling tinggi, atau merupakan tuntutan skala prioritas primer dalam konteks kemaslahatan masyarakat. Alasannya adalah, karena kemaslahatan keluarga merupakan fondasi utama bagi kemaslahatan msyarakat. Jika tatanan keluarga rusak dan hancur berantakan akibat pengabaian, maka keseluruhan aktivitas keilmuan dan pendidikan, seluruh kekuatan dan cadangan ekonomi tidak akan bisa menggantikan kedudukan keluarga dalam membangun sebuah masyarakat ideal. Karena dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, kondisi sebuah masyarakat sangat tergantung pada kondisi keluarga. Jika rusak, maka masyarakat akan rusak, sebaliknya, jika keluarga baik, maka akan tercipta pula sebuah masyarakat yang baik23.

23

Fakih Mansour, Analisis Gender & Transformasi social, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(44)

33 A. Profile

PT. BAKHTIR IHKWAN adalah salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang pengerahan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) untuk dikirim dan dikerjakan ke Luar Negeri khususnya ke Timur Tengah.PT. BAKHTIR IHKWAN berdiri tahun 1989 dengan SIUP PJTKI No. 161 tahun 2012 dan No.Akta Kehakiman W7.02778.IIT.01.04.TII-2006 tanggal 22 November 20061.

Kantor PT Bakhtir Ihkwan dengan sarana dan prasarana, ruang kantor dengan ukuran, computer, pesawat telepon, faximile, transportasi, meja dan kursi direktur, meja dan kursi karyawan, sofa untuk tamu, lemari arsip, mesin foto copy, peralatan administrasi, area parkir, toilet. Adapaun penampungan dengan sarana dan prasarana sebagai berikut:

Ruang tidur ukuran 16x10m, ruang tidur ukuran 24x10m, ruang belajar ukuran 5x5m, ruang besuk ukuran 7x3, ruang makan ukuran 6x4m, ruang musholla ukuran 5x8m, ruang dapur 4x3m, area jemuran, wc, tempat mencuci, poliklinik, tempat tidur susun, ruang santai, peralatan dapur.

Balai latihan kerja, bekerjasama dengan BLKLN BAKHTIR IHKWAN, medical check up bekerjasama dengan Bakhtir Medical Center.

1

[image:44.595.120.512.128.366.2]
(45)

Management Perusahaan.

Dalam pelaksanaan/manjemen Perusahaan ditangani oleh tenaga-tenaga yang professional dan berpengalaman dibidangnya masing-masing.Adapun susunan organisasi perusahaan kami sebagai berikut (terlampir).

Negara Tujuan Pengiriman Tenaga Kerja

Sampai saat ini baru menjalin kerjasama untuk pengiriman Tenaga Kerja Indonesia dengan Negara-negara Timur Tengah yang sudah memiliki MOU dengan pemerintah Indonesia.

Marketing dan Promosi 1. Dalam Negeri

Dalam sistem perekrutan kami melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan, memasang iklan media masa, berkaitan dengan kebutuhan tenaga kerja ahli yang dapat kami pasarkan sesuai permintaan Negara tujuan. Untuk memenuhi tingginya permintaan Tenaga Kerja di sector perorangan kami membuka cabang dibeberapa daerah guna menjelaskan kondisi dan cabang kami di daerah melakukan pendataan calon TKI sesuai keahlian, sesuai dengan Job Order ataupun permintaan perorangan melalui perwakilan yang telah bekerjasama dengan perusahaan kami di Negara Tujuan.2

2. Dalam Negeri

Dalam melaksanakan

Gambar

GAMBARAN UMUM BAKHTIR IHKWAN CENTRE,
GAMBARAN UMUM PT BAKHTIR IKHWAN, CONDET, JAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

Pembingkaian berita terhadap kasus kekerasan pada tenaga kerja wanita Erwiana Sulistyaningsih di Hongkong yang dikemas oleh media online Tempo dan Republika merupakan hal

Distribusi Bali tentang Cuti dan Ijin Tidak Masuk Kerja para tenaga kerja wanita tidak dapat melewati batas hak cuti melahirkan yang mengacu dalam Undang-Undang Nomor 13

Dalam membentuk keluarga yang bahagia diperlukan beberapa usaha yaitu saling meyayangi dan saling memberikan perhatian. Dalam hal ini apabila hak dan kewjiban

Hal tersebut menimbulkan suatu kajian berkaitan dengan penyandang cacat yang dirasakan mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan sebagai bentuk perlindungan

yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya sehingga laporan penelitian skripsi yang berjudul “Peran Ganda Istri Sebagai Tenaga Kerja Wanita (Tkw) dalam Meningkatkan Ekonomi

Secara garis besar alasan yang mendasari persepsi keluarga sakinah menurut tenaga kerja wanita di desa Gerit meliputi empat hal yang berada di seputar kehidupan mereka

Hasil penelitian dilapangan bahwa Pelaksanaan pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemenuhan hak-hak tenaga kerja wanita di swalayan Ramayana Pangkalpinang telah

Usaha mandiri bagi tenaga kerja wanita di Bali bukan merupakan hal yang baru, Tidak saja di sektor pertanian, tetapi tenaga kerja wanita di Bali sudah merambah ke sektor-sektor