• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Siswa Sdn Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran Dan Es Krim” Di Televisi Edukasi (Tve)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Siswa Sdn Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran Dan Es Krim” Di Televisi Edukasi (Tve)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DI TELEVISI EDUKASI (TVe)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Jojo Septianto

NIM: 108051000118

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DI TELEVISI EDUKASI (TVe)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Jojo Septianto NIM: 108051000118

Di bawah Bimbingan

Drs. Jumroni, M. Si NIP: 19630515 199203 1 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S. 1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2014

(4)
(5)

i

Jojo Septianto NIM 108051000118

Respon Siswa SDN Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran dan Es Krim”

Di Indonesia fenomena ketidakjujuran sudah melanda disemua aspek kehidupan berbangsa, baik dilingkungan pemerintah, masyarakat maupun terpelajar, banyaknya kasus penyalahgunaan atau penyelewengan uang rakyat di Indonesia yang nyaris sehari-hari terlihat di televisi membuktikan bahwa kejujuran belum menjadi landasan sikap hidup bangsa Indonesia. hal demikian merupakan bukti nayata betapa perbuatan tidak jujur itu sangat merugikan.

Televisi Edukasi (TVe) sebagai salah satu televisi pendidikan di Indonesia turut berpesan serta dalam memberikan pemahaman mendasar mengenai nilai-nilai kejujuran, melalui salah satu iklan layanan masyarakat yang diproduksinya, berupa iklan “kejujuran dan es krim. iklan “kejujuran dan es krim mencoba menyampaikan pesan berupa nilai-nilai kejujuran kepada masyarakat khususnya bagis anak usia sekolah dasar, dikarenakan kejujuran merupakan dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat dan sekolah dasar merupakan tempat pertamakalalinya individu dibekali kempuan mendasar. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut ini: bagaimana respon Kognitif dan Afektif siswa SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” dan untuk mempermudah penelitian, maka digunakan teori Stimulus Organism Respons.

Adapun metodologi yang digunakan pada penelitian ini ialah menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental, yaitu memutarkan video iklan “kejujuran dan es krim” secara langsung dan serempak kepada seluruh siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat untuk kemudian dipinta responnya melalui angket yang telah diberikan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu, seputar data diri, pengetahuan kognitif dan pengetahuan afektif.

(6)

ii

Nya. Shalawat dan salam terhatur kepada khadirat Rasullah SAW. Semua itu adalah ungkapan syukur karena berkat nikmat itulah penelitian “RESPON SISWA SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT TERHADAP IKLAN KEJUJURAN DAN ES KRIM” dapat terselesaikan.

Untuk itu, peneliti haturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan I bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Noor, M.A, Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, dosen pembimbing yang selalu mengajarkan tentang ketelitian, kesabaran dan ketegasan dalam penelitian ini.

3. Bapak Rachmat Baihaky, M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

5. Bapak Prof. Dr. Murodi, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya.

7. Segenap jajaran pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

biasa atas jalan yang telah kupilih menjadikanku tetap tegar.

10. Nurmalisa Nazarani, Bayu Prasetyo , Ayi Saepudin, Mahlin, yang selalu mendukung, menghibur hati dan pikiran.

11. Siti Annisa DN adalah Kompas terindah yang membantuku menemukan arah dan senantiasa mengingatkan bahwa penelitian ini harus segera diselesaikan.

12. Kawan-kawan di KAM JAKARTA (Komite Aksi Mahasiswa Jakarta), semangat perjuangan yang kalian ajarkan adalah pelajaran berharga bagiku dalam menjalankan dinamika kehidupan.

13. Umar Algifari, Muhammad Reza, Indah Permatasari, Ita Rahmawati, Dwita antara aku, kau dan mereka semoga menjadi rajutan terindah.

14. SDN Cipayung 1 Ciputat dan Televisi Edukasi (Tve) yang telah memberikan kesempatan kepadaku untuk melaksanakan penelitian skripsi. 15. Ibu Tuti Alawiyah produser program Tve, Ibu Lina Marlina wali kelas 6

dan Bapak Erwin Irawan selaku staff Tata Usaha.

16. Kawan-kawan KPI D, kebersamaan dengan kalian memahamiku tentang banyak hal yang bisa ditertawakan.

Semoga segala kebaikan kalian terbalas. Dengan adanya keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi penyempurna penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Kajian Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon ... 16

B. Pengertian Iklan ... 22

C. Pengertian Televisi ... 28

D. Konsep Kejujuran ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah SDN Cipayung 1 Ciputat ... 37

B. Visi dan Misi SDN Cipayung 1 Ciputat ... 38

C. Siswa Kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat ... 39

D. Iklan “Kejujuran dan Es Krim” di TVe ... 40

(9)

v

Terhadap Iklan “Kejujuran dan Es Krim” di TVe ... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 71

(10)

vi

Tabel 9 : Siswa yang pernah menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim” ... 54

Tabel 10 : Penilaian siswa terhadap contoh perilaku yang ditampilkan iklan “kejujuran dan es krim ... 56

Tabel 11 : Contoh perilaku seperti apa yang ditampilkan pada iklan “kejujuran dan es krim ... 58

Tabel 12 : Pendapat siswa terhadap perilaku anak ketika membeli es krim dengan sisa uang kembalian yang seharusnya diberikan kepada Ibunya ... 59

Tabel 13 : iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa contoh jika berbohong pada akhirnya ketahuan ... 61

Tabel 14 : iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi mengenai pentingnya kejujuran ketika mengerjakan tugas dari orang tua ... 63

Tabel 15 : iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi tentang perlunya kejujuran jika ingin sesuatu ... 64

Tabel 16 : pendapat siswa terhadap pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran” ... 65

(11)

vii

“kejujuran dan es krim” ... 70 Tabel 20 : Perasaan siswa ketika melihat perilaku anak membeli

es krim dengan sisa uang kembalian belanja yang

seharusnya diberikan pada Ibunya ... 71 Tabel 21 : Perasaan siswa jika ketahuan berbohong ... 72 Tabel 22 : perasaan siswa setelah mengetahui kebohongan pada

Akhirnya akan ketahuan ... 73 Tabel 23 : siswa yang lebih suka jujur meskupun hal itu pahit

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kejujuran merupakan dasar dari semua perilaku baik dalam keyakinan, tutur kata, mendengar, berfikir dan berhubungan dengan sesama manusia, sekaligus menjadi sendi kemajuan manusia baik sebagai individu maupun kelompok, berbangsa dan bernegara, namun fakt nilai-nilai kejujuran nyaris menjadi sebuah barang mewah yang sulit untuk diraih atau diwujudkan. Di Indonesia fenomena ketidakjujuran sudah melanda disemua aspek kehidupan berbangsa, baik dilingkungan pemerintah maupun masyarakat, banyaknya kasus penyalahgunaan atau penyelewengan uang rakyat di Indonesia yang nyaris sehari-hari terlihat di televisi membuktikan bahwa kejujuran belum menjadi landasan sikap hidup bangsa Indonesia. hal demikian merupakan bukti nayata betapa perbuatan tidak jujur itu sangat merugikan.1

Itulah sebabnya Allah memerintahkan manusia bersikap jujur melalui firmannya:

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (At Taubah: 119).

1

(13)

Manifestasi ketidakjujuran di Indonesia sudah meluas dan menyentuh semua lapisan masyarakat bahkan lapisan terpelajar. Pelajar yang dapat dikatakan sebagai orang terdidik nampaknya tak sedikit juga yang sudah mulai tidak jujur, salah satunya ketika sedang berlangsungnya ujian kerap kali ada saja siswa yang kedapatan menyontek.2 berbagai upaya dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah guna mempersempit celah bagi siswa untuk melakukan ketidakjujuran, salah satunya dengan memberikan soal ujian yang berbeda pada masing-masing siswa. upaya demikian dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa dan sebagai dorongan agar siswa berlaku jujur, sebab perilaku berbohong yang dibiasakan sejak masa anak-anak akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa, oleh karena itu kejujuran ini sudah menjadi masalah utama bngsa Indonesia.3

Perlu dimengerti bahwa kejujuran merupakan landasan baik dalam berinteraksi, bertukar informasi dan pada saat melakukan transaksi, adapun manfaatnya agar tercipta suatu hubungan yang sehat dan efektif, terlebih kejujuran juga merupakan tolak ukur kualitas manusia dalam berkomunikasi. Pada saat dua orang bertemu dan terjadi komunikasi, terdapat taraf ke dalam komunikasi yang berbeda-beda yang dapat diukur berdasarkan apa dan siapa yang saling dibicarakan, pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Semakin orang mau saling membicarakan tentang perasaan yang ada di dalam dirinya, semakin dalamlah taraf komunikasi yang terjadi. 4

2

Din Syamsudin, Kejujuran Menjadi “Barang” Mewah, tersedia di http://antarajatim.com/lihat/berita/69297/din-syamsudin-kejujuran-jadi-barang-mewah; internet; diunduh pada 25 September 2014.

3

Jenny Ghicara, Mengatasi Perilaku Buruk Anak (Jakarta: Kawan Pustaka 2006)h. 14 4

(14)

Jhon Powell membedakan komunikasi dalam lima taraf, taraf pertama adalah basa-basi yang merupakan taraf komunikasi paling dangkal dan Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Taraf kedua yakni membicarakan orang lain. Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Taraf keempat adalah hati dan perasaan. Taraf kelima adalah hubungan puncak yang mana komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak diantara kedua belah pihak, tidak ada ganjalan-ganjalan berupa rasa takut maupun rasa khawatir dan merasa bebas untuk saling mengungkapkan perasaan, biasanya kedua belah pihak juga memliki perasaan yang sama tentang banyak hal, Dengan kata lain, komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua belah pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang sempurna. Ini membuktikan bahwa kejujuran sangatlah penting, oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya agar nilai-nilai kejujuran ditanamkan pada diri seseorang sedini mungkin.5

Kejujuran merupakan dasar hampir dalam setiap aspek kehidupan, karena hanya dengan kejujuran hubungan yang sehat serta pola komunikasi yang efektif dapat terwujud dan hal ini sangat mungkin diupayakan melalui sebuah mekanisme pendidikan dasar, dikarenakan melalui pendidikan dasar seorang individu untuk pertama kalinya dibekali kemampuan mendasar, baik kemampuan berfikir, membaca, menulis, berhitung, berkomunikasi serta pemahaman mendasar mengenai landasan hidup bermasyarakat yang berupa nilai-nilai spiritual, moral dan kejujuran. Sehingga menjadi sebuah integritas

5

(15)

dimana pendidikan tidak hanya membentuk siswa yang cerdas, namun juga memiliki karakter dan keperibadian yang jujur, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan nilai-nilai luhur bangsa serta agama.6

Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap serta memberikan kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat juga mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk memenuhi pendidikan menengah.7

Lebih lanjut dijelaskan Dalam UU nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.8

Siswa sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita bangsa dengan mengedepankan pendidikan sebagai sarana yang paling efektif dalam upaya mempersiapkan siswa untuk mengatasi kendala keterbatasan kemampuan sehingga secara bertahap mampu

6

Mohamad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi (Jakarta: Imtima 2009) h. 33.

7

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab V Pasal. 13.

8

(16)

berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral, kejujuran dan etika pembangunan bangsa.

Selain sekolah di zaman yang modern ini, banyak sekali dijumpai sarana edukasi yang saat ini popular, salah satunya televisi. Televisi merupakan sarana komunikasi searah yang dinilai efektif dalam menyampaikan pesan. terlebih televisi dijadikan sebagai sumber utama siswa untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal baik itu hiburan, informasi serta pendidikan. Pilihan ini disebabkkan televisi merupakan satu-satunya media audio-visual yang menghadirkan suara sekaligus gambar sehingga mampu membuat siswa betah duduk berjam-jam untuk menyaksikan program siaran televisi terlebih mampu menyajikan informasi jauh lebih cepat dan lebih menarik ketimbang sumber-sumber informasi yang lain.9

Televisi memiliki salah satu program siaran yang ditayangkan di setiap jeda acara yaitu, iklan layanan masyarakat (Public Service Announcement). Iklan yang pada umumnya kita ketahui sebagai ajang promosi dari sebuah produk yang memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan produknya kepada khalayak luas agar bisa menarik perhatian konsumen untuk meningkatkan penjualan, ternyata memiliki sisi lain yang tidak menampilkan produk atau jasa bernuansa profit, melainkan iklan yang bertemakan sosial dimana hal ini bermanfaat bagi masyarakat dan bersifat non profit. Adapun Tujuannya memberikan infromasi dan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk

9

(17)

berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan iklan layanan masyarakat.10

Tetapi iklan seperti ini masih jarang di Indonesia. Masih banyak yang belum dipikirkan secara masak pesan dan misi yang hendak disampaikan, di samping belum banyak media yang menyadari pentingnya iklan ini dalam membangun masyarakat. Iklan seperti masih ditempatkan sekedar sebagai

stopper oleh media. Artinya, prioritas pemuatannya berada di belakang. Bila

semua iklan komersial yang dipesan telah masuk dan ternyata ada sisa halaman yang pas, baru iklan masyarakat itu bisa masuk. Dapat dibayangkan betapa terpencilnya posisi iklan layanan masyarakat. Jika dikaji lebih lanjut, akan menjadi jelas betapa pentingnya iklan layanan masyarakat ini.11

Namun terdapat berberapa media yang memfoskuskan program siarannya di ranah informasi dan pendidikan. Salah satunya Televisi Edukasi yang merupakan sebuah stasiun televisi di Indonesia yang siarannya khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Stasiun televisi ini dimiliki oleh Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Studio TVe berada di Jakarta, dan memiliki afiliasi dengan statisun televisi pendidikan di daerah. Selain dari itu, siaran TVe juga direlai oleh TVRI dan TV Anak Spacetoon. Tujuan didirikannya TVe ialah memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional.12

10

Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher 2007), h.66.

11

Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, (Jakrta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992), Cet. Ke-V, h. 201.

12

(18)

Televisi edukasi ikut berperan serta dalam mendidik dan mengembangkan arti dan makna kejujuran kepada siswa sekolah dasar. Melalui iklan kejujuran dan eskrim, TVe mencoba mengemas potret interkasi antara anak usia sekolah dasar dan orang tua yang berkenaan dengan kejujuran, amanah dan malu. Dimana anak dijadikan sebagai figur utama dalam iklan ini, tujuannya memberikan pandangan bahwa nilai-nilai kejujuran harus ditanamkan sejak masa anak-anak sebab prilaku berbohong yang dibiasakan sejak masa anak-anak akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa. Serta memberikan pandangan bahwa kejujuran sangat berkaitan dengan amanah dan malu, dimana sebuah kujujuran dapat menimbulkan rasa kepercayaan begitu pula kepercayaan biasanya lahir dari adanya kejujuran dan kepercayaan bisa dibangun melalui amanah yang dijalani dengan jujur dan bertanggung jawab. iklan dikemas dan ditayangkan dalam bentuk Slice Of Life berupa potret salah satu ragam perilaku anak-anak yang kemudian diakhiri dengan himbauan “sekecil apapun jangan kotori kejujuran”.

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya mengenai:

a. Respon siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat tahun ajaran 2014-2015 terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. Karena secara tingkatan usia siswa kelas 6 sudah mulai bisa menangkap informasi dengan baik. sehingga mampu memberikan respon yang rasional terkait dengan informasi yang didapat.

b. Respon dibatasi secara kognitif dan afektif terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. Peneliti tidak mengambil respon konatif dikarenakan perubahan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh satu variabel tertentu, dalam hal ini iklan kejujuran dan es krim di TVe, melainkan juga di pengaruhi oleh variabel lain, misalnya keluarga, lingkungan, sekolah dan agama.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana respon kognitif siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe?

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui respon kognitif siswa kelas 6 SDN Cipayung I Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe.

b. Untuk mengetahui respon afektif siswa kelas 6 SDN Cipayung I Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe.

2. Manfaaat Penelitian a. Manfaat Teoritis:

Ingin mengetahui informasi mengenai kesesuaian antara pesan dan respon komunikan baik secara kognitif maupun afektif, yang secara teoritis dijelaskan bahwa, diterima atau tidaknya stimulus (pesan) tergantung dari sebarapa besar komunikator memfokuskan perhatian tehadap kondisi, situasi mapun interaksi komunikan.

b. Manfaat Praktis:

(21)

D. Metodologi

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental, bentuk desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Dengan cara memberikan perlakuan terhadap satu kelompok responden yang dianggap mewakili.13 Perlakuan yang dimaksudkan dalam peneltian ini adalah dengan menayangkan iklan “kejujuran dan es krim” secara

langsung dan serempak kepada siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 untuk kemudian dipinta responnya melalui angket yang telah diberikan dalam bentuk kuesioner.

2. Populasi dan Sampel

dalam penelitian ini subjek yang diasumsikan memiliki kualitas dan karakteristik yang tepat dalam menanggapi iklan “kejujuran dan es krim” di TVe adalah siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat, adapun

alasannya adalah bahwa SDN Cipayung 1 merupakan salah satu sekolah yang diberikan fasilitas oleh TVe untuk bisa mengakses program siaran TVe, selain itu karakterisitik siswa kelas 6 yang berkisar antara usia 10-12 tahuh merupakan tahap dimana anak sudah mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip yang mendasari suatu peraturan dan anak sudah mengenal konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, hak milik, dll.14

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-8, h. 77-78

14

(22)

Populasi siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat berjumlah 50 orang yang terdiri dari siswa 24 orang dan siswi 26 orang.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah quasi eksperimental, oleh karena itu yang terambil untuk dijadikan amatan adalah satu kelompok saja dengan tidak mengambil sampling, sehingga penelitiannya menggunakan penelitian populasi.

3. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian a. Definisi Oprasional:

1) Aspek Koginitf

a) Respon Kognitif, terjadi ketika responden mendapatkan pengetahuan mengenai isi pesan yang terkandung pada iklan “kejujuran dan es krim” kemudian pengetahuan tersebut

dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan ataupun jawaban.

b) Indikator aspek kognitif pada iklan kejujuran dan es krim ialah berupa nilai-nilai kejujuran, baik berupa jujur dalam menyampaikan informasi, jujur ketika mengerjakan tugas (amanah) serta serta memerikan pengetahuan guna membangun kesadaran kepada masyarakat khususnya anak usia sekolah dasar bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan dan berupaya untuk tidak mengotori kejujuran sekecil apapun. 2) Aspek Afektif

(23)

afektif juga bisa dipahami sebagai efek keberlanjutan dari pada respon kognitif, ketika secara kognitif responden mampu memhami bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan maka muncul sebuah hasrat atau perasaan takut atau malu untuk berbohong.

b) Indikator aspek afektif pada iklan “kejujuran dan es krim ialah perasaan yang munculkan responden baik dalam bentuk perasaan suka, senang sedih ataupun juga penilaian bagus ataupun tidak bagus terhadap iklan “kejujuran dan es krim”.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket, yaitu pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada setiap siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 guna mendapatkan informasi terkait respon siswa terhadap iklan “kejujuran dan es krim”.

b. Observasi, dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian serta mengamatai pola interkasi siswa SDN Cipayung 1 Ciputat yang berkenaan dengan nilai-nilai kejujuran, dari hasil observasi dikethuia adanya program kantin kejujuran yang diterapkan disekolah.

c. Documentasi, berupa pengumpulan data melalui melalui mekanisme pengambilang gambar atau foto serta dokumen lainya pada saat penelitian berlangsung, foto sekolah responden, serta arsip video iklan “kejujuran dan es krim” serta dokumen kurikulum SDN Cipayung 1

(24)

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui angket atau kuisioner kemudian diproses melalui tahapan-tahapan :

a. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti

dan kemudian dirumuskan pengelompokannya baik respons kognitif maupun afektif.

b. Analisa dan interpretasi data, yakni merubah data kuantitatif hasil perolehan angket menjadi bentuk kata-kata, sehingga pernyataan persentase tersebut menjadi bermakna.

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis telah meneliti tulisan-tulisan terdahulu yang judul dan pembahasannya hampir sama dengan pembahasan penulisan skripsi penulis mengenai tayangan di televisi dan respon siswa. Maka penulis menjadikan skripsi terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan dalam penelitian penulis. Adapun judul penelitian respon terhadap tayangan televisi adalah sebagai berikut:

Rany Ika Rahmadani, skripsi tahun 2009 yang pembahasan mengenai “Respon Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid Jakarta Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional”.

(25)

independen yang sama-sama membahas iklan layanan masyarakat namun dengan judul iklan yang berbeda dan perbedaan terletak pula pada subjek dan objek penelitian, yaitu respon siswa dengan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan sampel sementara penulis menggunakan penelitian populasi.

Istiana, skripsi tahun 2012 pembahasan mengenai “Respon Siswa -Siswi Madrasah Aliyah Negri 4 Model Jakarta Terhadap Film 2012”.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain deskripsi analisis. Adapun kesamaan terletak pada variabel dependen yang sama-sama membahas respon siswa namun dengan tingkatan atau jenjang pendidikan yang berbeda antara siswa SD dengan siswa SMP.

Andi Widiyanto, skripsi tahun 2011 yang pembahasannya mengenai “Respon Siswa-Siswi SMA Muhamadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan

Religi di Trans Tv”. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan deskripsi analisis.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum, Peneliti menyajikan sistematika penulisan dalam 5 bab. Guna memberikan gambaran secara sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca penelitian ini. adapun pembahasan dan penulisan penelitian ini secara garis besar yaitu:

(26)

Bab II Membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari teori

Stimulus Organism Respon (SOR), karakteristik siswa dan

karakteristik iklan.

Bab III Membahas mengenai profil televisi edukasi (TVe) dan SDN Cipayung 1 Ciputat, meliputi sejarah serta visi dan misi. Bab IV Membahas mengenai hasil temuan data, yakni respon siswa

kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat, baik kognitif maupun afektif.

(27)

16

A. Respon

1. Pengertian Respon

Respon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.1 Dalam kamus lengkap psikologi disebutkan bahwa respon adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.2

Menurut Poerwadarminta respon merupakan tanggapan, reaksi dan jawaban.3 Tanggapan lebih lanjut dijelaskan oleh Abu Ahmadi sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dan dapat diartikan sebagai gambaran atau ingatan dari pengamatan, dimana obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.4 Hal serupa dijelaskan Agus Sujanto, bahwa yang disebut dengan tanggapan ialah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati. Jadi, jika proses pengamatan

1

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), h. 585.

2

J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 432.

3

Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h. 43.

4

(28)

sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian di sebut tanggapan.5

Respon dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi dan jawaban. Reaksi menurut teori stimulus-response merupakan efek yang ditimbulkan terhadap stimulus khusus, yang berupa kesesuaian antara pesan yang disampaikan dengan apa yang dianggap penting atau menarik bagi komunikan dan jawaban adalah kesimpulan atau penafsiran terhadap pesan yang diperoleh dari pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan.6

2. Macam-Macam Respon a. Respon Kognitif

Respon kognitif yaitu tanggapan yang mencakup kegiatan mental atau segala upaya yang menyangkut aktivitas pada otak yang berupa ingatan

(memory).7 Ingatan ialah kemampuan jiwa untuk memperoleh informasi,

menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan. Melalui kemampuan mengingat, manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu yang pernah diamati. Kemampuan manusia untuk menimbulkan kembali informasi yang dahulu pernah diamati kedalam sebuah tanggapan dapat disebut reproduksi.8

Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat pemahaman tertentu.9 Wilbur Schramm

5

Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke- 12, h. 31.

6

Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2007) Cet. Ke-3 h. 254.

7

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 67

8

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 69

9

(29)

mendefinisikan informasi “sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidak

pastian atau mengurangi jumlah alternatif dalam situasi”.10 b. Respon Afektif

Respon afektif merupakan tanggapan atau reaksi yang erat kaitannya dengan perasaan dan keadaan pribadi seseorang, sehingga bersifat subyektif. Karena gejala perasaan dapat dipengaruhi oleh keadaan jasmani (kesehatan), keadaan dasar individu (pembawaan) dan keadaan individu pada suatu waktu (mood).11

Menurut Prof. Hukstara perasaan merupakan “suatu fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang”. Dalam siatuasi yang menyenangkan kita cenderung untuk menilai sesuatu secara positif, sedangkan dalam situasi yang tidak menyenangkan kita nilai secara negatif.12

Gejala perasaan dapat pula timbul melalui stimulus tertentu yang datang dari luar, seperti tayangan televisi, siaran radio maupun bacaan koran yang kerap kali berakibat pada timbulnya suatu kesan atau perasaan tertentu, berupa semangat, senang, sedih, bahagia, dan takut.13

c. Respon konatif (behavioral)

Respon konatif dapat dipahami sebagai efek keberlanjutan dari tahapan kognitif dan afektif, misalnya berawal dari tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu berlanjut pada tahapan afektif yang memberi kesan takut, senang, bahagia dan sebagainya. Kesan-kesan tersebut memberikan reaksi yang berupa niat,

10

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 221.

11

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 101-103.

12

Agus Sujanto, Psikologi Umum, h. 75.

13

(30)

tekad dan upaya untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Jadi, efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan keberlanjutan dari respon kognitif dan afektif.14

3. Faktor Terbentuknya Respon

Seorang Psikolog Jerman William Stern dengan teori konvergensinya, berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor eksternal dan faktor internal. stimulus merupakan faktor eksternal dan individu merupakan faktor internal. Faktor yang paling kuatlah yang memberi bentuk.15 Secara komprehensif kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu, yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. keberadaan kedua unsur tersebut sangat mempengaruhi individu dalam memberikan respon atau tanggapan. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi alat indra, syaraf serta pusat susunan syaraf. Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, kemudian syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak. Unsur rohani meliputi perasaan yang di ekspresikan gerak tubuh, pikiran, fantasi dan sebagainya.

14

Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 319.

15

(31)

Di dalam diri individu terjadi proses asosiasi atau pertautan antara unsur-unsur tersebut, seperti otak menimbulkan kesan pada perasaan dan perasaan menimbulkan ekspresi tubuh.16

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Lingkungan merupakan serangkaian objek yang kemudian berubah menjadi suatu stimulus atau pesan saat terjadi kontak dengan alat indra, artinya individu dikenai

berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan lingkungannya. Akan tetapi tidak semua stimulus mendapatkan perhatian, sehingga perlu

adanya persesuaian antara stimulus dengan apa yang dibutuhkan atau dirasa menarik bagi individu.17

4. Proses Terjadinya Stimulus Respon

Teori stimulus, organism, response (SOR) semula berasal dari psikologi. Kemudian juga menjadi teori komunikasi, karena obejek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah manusia, yang ditinjau dari segi sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, artinya tidak semua stimulus direspon oleh organism. Respon hanya diberikan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian komunikan. Sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah :18

16

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet. Ke-4, h. 89-90.

17

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, h. 91-92. 18

(32)

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Secara skematis keberlanjutan dari unsur model stimulus response dapat dijelaskan sebagai berikiut:

Sumber: Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Skema tersebut memberikan gambaran bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, setalah itu organism mengolah stimulus tersebut, sehingga terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.19

19

Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 255-256. Organisme :

 Perhatian  Pengertian  Penerimaan Stimulus

(33)

B. Iklan

1. Pengertian Iklan

Kata iklan atau Advertising berasal dari bahasa Yunani, yang artinya menggiring orang pada gagasan. pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu.20 Maksud kata “dibayar” pada definisi tersebut menunjukan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Adapun maksud

kata “nonpersonal” berarti suatu iklan melibatkan media massa.21

Menurut Otto Klepper dalam bukunya “Advertising Procedure”, dijelaskan bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk komunkasi yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa maupun pembaca agar mereka memutuskan untuk melakukan tindakan sesuai pesan iklan pada media massa.22

Hal serupa dijelaskan Lovelock dan Wright, bahwa iklan adalah bentuk komunikasi nonpersonal yang dilakukan pemasar untuk menginformasikan, mendidik atau membujuk pasar sasaran. Melalui iklan, sebuah perusahaan dapat mengkomunikasikan suatu produk yang dihasilkan. Iklan mengajari masyarakat untuk memakai produk ini demi mengisi kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup.23

20

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 536.

21

Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: KENCANA, 2012) Cet. Ke-2, h. 17-18.

22

Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005) h. 13.

23

(34)

2. Tujuan Iklan a. Informatif

iklan informatif bertujuan untuk membentuk permintaan pertama. Caranya dengan memberitahukan pasar tentang produk baru, menjelaskan layanan yang tersedia dan membangun citra perusahaan.

b. Persuasif

Iklan persuasif bertujuan membujuk para penerima informasi agar selektif terhadap suatu merek tertentu, di tengah arus periklanan yang kompetitif, dengan membentuk keutamaan merek, lalu mendorong alih merek sehingga merubah sikap atau persepsi mereka sebagaimana yang dikehendaki oleh pengirim informasi.

c. Pengingat (reminding)

iklan pengingat bertujuan mengingatkan pembeli pada produk yang sudah mapan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, membuat pembeli mengingat tetap mengingat produk itu meskipun sedang tidak musim dan mempertahankan kesadaran puncak.24

Selain itu tujuan iklan juga harus mengalami pengembangan atau tidak statis melainkan dinamis seiring dengan selera audiens pada waktu dan tempat tertentu. Sekurang-kurangnya ada beberapa bentuk pengembangan tujuan iklan sebagai berikut:25

a. Pengembangan tujuan iklan sejalan dengan arah pemasaran, misalnya dengan mempertimbangkan segmen audiens yang dituju dan saat ada momentum besar seperti piala dunia.

24

M. Suyanto, Strategi Perancangan Iklan Tekevisi, h. 53-61.

25

(35)

b. Jelas dan dapat diukur, yakni pesan-pesan apa saja yang harus ada di dalam suatu pesan iklan serta dapat pula diukur tingkat ketercapaian dan tingkat keterpengaruhan iklan terhadap audiens.

c. Praktis, yakni kemasan pesan iklan mudah dilihat, didengar dan mudah diingat oleh audiens. Terlebih jika konten iklan berkaitan dengan situasi dan kondisi terbaru seperti menjelang piala dunia.

d. Dapat diterima oleh departemen lain, sebuah iklan yang diluncurkan merupakan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam sebuah departemen besar dalam perusahaan, karena untuk menghasilkan sebuah iklan maka ada kerjasama antara produk dengan ide kreatif terhadap isu iklan, baik dalam segi penulisan judul, bagian desain, pembuatan videoklip.

e. Memiliki fleksibilitas tertentu, perencanaan pesan ataupun tujuan iklan sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi produk dan situasi audeins. Terutama menjelang momentum besar seperti piala dunia.

3. Jenis-Jenis Iklan

(36)

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit dan bersifat sosial keuntungan. Iklan ini berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di tengah masyarakat. Umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, serta bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Jadi esensi yang membedakan iklan standar dengan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan keuntungan yang diraih dan diharapkan.26

4. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat pertama kali didefinisikan oleh Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat sebagai iklan yang dimuat tanpa biaya, guna mempromosikan kebijakan pemerintah serta melayani kepentingan masyarakat, seperti penyampaian gagasan dengan harapan akan diterima dan dicontoh khalayak sasaran, dukungan terhadap hal tertentu yang sedang dilancarkan pemerintah, ajakan untuk melakukan kegiatan sosial dan membujuk masyarakat untuk memahami, mengakui dan memberikan kesadaran tentang masalah-masalah sosial.27

Secara umum iklan layanan masyarakat (ILM) merupakan penyampaian informasi singkat yang biasanya digunkan oleh lembaga amal, nirlaba dan organisasi masyarakat dalam upaya mendidik masyarakat, mempromosikan program dan menyediakan sumber untuk perubahan perilaku

26

Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, h. 66.

27

(37)

individu maupun komunitas. Radio dan televisi merupakan sarana yang umumnya digunakan untuk menyebarluaskan ILM.28

Efek iklan layanan masyarakat merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri khalayak akibat menerima pesan-pesan yang bersifat sosial melalui media massa. Melalui pesan yang disampaikan tersebut akan menimbulkan efek bagi khalayak berupa efek kogintif, afektif dan konatif.

Dengan demikian, PSA merupakan bentuk pemasaran sosial, yang merupakan penerapan prinsip-prinsip pemasaran untuk masalah sosial guna membawa perubahan sikap dan perilaku di kalangan masyarakat umum atau segmen populasi tertentu. menurut Kotler, Roberto dan Lee terdapat klasifikasi pada sasaran pemasaran sosial, diantaranya:29

a. Behaviour Objective, pemasaran harus memiliki rencana dan desain

sasaran perilaku yang ingin dilakukan oleh target sasarannya. Contoh: berhenti merokok, membuang sampah pada tempatnya.

b. Knowledge Objective, mengarah kepada data statistik fakta dan

informasi lainnya yang mampu membuat target sasarannya termotivasi. Contoh, persentase orang yang meninggal karena kebiasaan merokok.

c. Belief Objective, sasaran ini berhubungan dengan sikap, pendapat,

perasaan dan nilai yang dimiliki oleh target. Target memiliki kepercayaan sebelumnya yang harus dirubah ataupun sugesti berupa anggapan ada yang hilang saat tidak melakukan tindakan tersebut.

28

Palupi Widyastuti, Metode Penididikan Kesehatan Masyarakat (Jakarta: EGC, 2003), h. 234.

29

(38)

Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori iklan layanan masyarakat, terdapat beberapa kriteria iklan layanan masyarakat, diantaranya:30

a. Tidak komersil

b. Tidak bersifat keagamaan c. Tidak bersifat politis d. Berwawasan nasional

e. Diperuntukan untuk semua lapisan masyarakat

f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima g. Dapat diiklankan

h. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut mendapatkan dukungan media lokal maupun nasional.

5. Iklan Layanan Masyarakat di TVe

Secara garis besar materi siaran TVe terdiri dari program informasi pendidikan 20%, program pendidikan informal 20%, program pendidikan non-formal 30% dan program pendidikan non-formal 30%. Materi pendidikan non-formal mengacu kepada kurikulum dan ditujukan bagi siswa. Sedangkan program non-formal bersifat umum yang lebih kepada pendidikan karakter.

Salah satu pendidikan non-formal yang tersedia pada program siaran TVe, adalah Iklan Layanan Masyarakat (ILM). Tujuannya adalah untuk menghimbau, mengajak dan memberi informasi mengenai pendidikan karakter dan promo kebijakan kementerian. Pendidikan karakter yang disiarkan TVe

30

(39)

melalui ILM berkenaan dengan nilai-nilai budi pekerti, seperti kejujuran, kedisplinan serta rasa saling menghargai.

Salah satu iklan pendidikan karekter di TVe ialah iklan kejujuran dan eskrim, Iklan tersebut berisi tentang nilai-nilai moral dan kejujuran yang dikhususkan untuk menghimbau dan mengajak anak-anak agar selalu bersikap jujur sekaligus memberikan informasi mengenai arti penting kejujuran. adapun promo kebijakan kementerian yang disiarkan TVe, ialah promo kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD), yang meliputi sosialisasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sosialisasi beasiswa bidik misi dan promo program Pustekkom, seperti Jardiknas dan sosialisasi rumah belajar untuk guru SD, SMP dan SMA.31

C. Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi secara etimologis terdiri dari kata tele dalam bahasa Yunani

yang berarti “jarak” dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam

bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.32

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture), segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio, kemudian segi penglihatannya oleh gambar dan prinsip dari penggerakan gambar itu melalui unsur-unsur film.33

31

Wawancara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014.

32

Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 1.

33

(40)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.34

Media televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio.35

2. Fungsi Televisi

a. Fungsi informasi, yaitu merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial. b. Fungsi pendidikan, merujuk pada dua fungsi yaitu, fungsi korelasi

sosial dan fungsi sosial. Media secara simultan menciptakan suatu korelasi sosial antara suatu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya, untuk mencapai konsensus dalam ruang lingkup yang lebih luas dan heterogen. Media Juga bisa berarti suatu upaya penyediaan sumber belajar inovatif yang berbasis kurikulum sekolah serta informasi mengenai pewarisan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

34

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. Ke-3 h. 59.

35

(41)

c. Fungsi hiburan, yaitu fungsi media untuk menghibur manusia. Manusia cenderung untuk melihat dan memahami peristiwa atau pengalaman manusia sebagai sebuah hiburan.36

3. Jenis-Jenis Televisi

a. Televisi penyiaran publik

Televisi penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah satu-satunya televisi penyiaran publik di Indonesia, yang stasiun pusat penyiarannya berada di Ibukota Negara Republik Indonesia.37 TVRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.38

b. Televisi penyiaran swasta

Televisi penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersil berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.39

36

M. Alwi Dahlan, Manusia Komunikasi Komunikasi Manusia, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 461-467.

37

Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 14.

38

Undang-Undang No. 13 Tahun 2005 Tentang Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia Pada Bab II Pasal. 4.

39

(42)

c. Televisi penyiaran komunitas

Televisi penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kebutuhan komunitasnya.40

d. Televisi penyiaran berlangganan

Televisi penyiaran berlangganan adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga penyiaran berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi media atau media informasi lainya.41 4. Televisi Edukasi (TVe)

TVe adalah lembaga penyedia konten siaran (content provider) yang dikhususkan pada produksi program siaran instruksional atau pembelajaran juga pendidikan karakter. Tujuan TVe ialah memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang pendidikan nasional dan sebagai media pembelajaran masyarakat yang berbasis pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran bahwa lembaga penyiaran publik atau lembaga penyiaran negara yang ada di Indonesia adalah radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI), sehingga TVe selaku televisi yang berada dibawah naungan

40

Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 21.

41

(43)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) tidak memliki izin siaran secara mandiri, perannya hanya sebatas memproduksi konten siaran pendidikan, oleh karena itu TVe menjalin kerjasam dengan lembaga penyiaran publik (TVRI) dan lembaga penyiaran lokal atau daerah, untuk menerus-siarakan hasil produksi program TVe secara Relay di stasiun televisi yang terjalin kerja sama dengannya. dari apa yang sudah dijelaskan dapat di simpulkan bahwa TVe selaku Content Provider fungsinya ialah memproduksi program siaran pendidikan untuk kemudian hasil produksi tersebut ditayangkan secara Relay di TVRI selaku Content Aggregator atau penyelenggara program siaran yang berfungsi mentransmisi hasil produksi program TVe agar bisa sampai dan saksikan publik ditelevisi seluruh Indonesia. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

TVe dalam memproduksi konten siaran instruksional melakukan kerja sama dengan berbagai sekolah di Indonesia, salah satunya SDN Cipayung 1 Ciputat, guna menyesuaikan kurikulum yang ada di sekolah dengan konten siaran yang diproduksi TVe. Melalui aplikasi RPP (rencana pelaksanaan pelajaran) yang ada pada website http://tve.kemdikbud.go.id/, guru bidang studi dipinta mengisi formulir berupa studi yang diajarkan, materi yang diberikan, kelas yang dituju.42

42

(44)

D. Konsep Kejujuran

1. Pengertian Kejujuran

Jujur adalah kesesuaian antara berita yang disampaikan dan fakta, antara fenomena yang diberitakan serta antara bentuk dan substansi. Jujur juga merupakan sikap yang tulus dalam menjalankan sikap yang di amanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat dijuliki dengan sebutan “al-amin”, yakni orang yang terpercaya, jujur dan setia. Dinamai demikian karena sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan dan lain-lain.43

Hal serupa juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus ikhlas. Sedangkan kejujuran merupakan sifat jujur, ketulusan hati, kejujuran hati. Oleh karena itu, pengertian kejujuran atau jujur adalah tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi sesuai kenyataan.44

43

Shafwat Abdul Fattah, Mungkinkah Kita Jujur, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.27-29

44

(45)

2. Pembagian kejujuran

Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (Shiddiq) kedalam beberapa jenis, yaitu:45

a. Jujur dalam lisan atau bertutur kata. Kejujuran seperti ini hanya terjadi dalam menyampaikan berita atau pembicaraan yang mengandung berita.

b. Jujur dalam berniat dan berkendak. Kejujuran seperti ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala gerakan dan tindakannya selain dorongan karena Allah. Jika dicampuri dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batalah kebenaran niatnya. Orang yang sperti ini dapat dikatakan sebagai pembohong. Oleh karena itu, salah satu makna jujur mengacu kepada ketulusan niat atau ikhlas.

c. Jujur dalam berobsesi atau bercita-cita, yaitu tekad yang kuat, sungguh-sungguh dan tulus untuk melakukan kebaikan, guna membuktikan kebenaran yang diyakininya.

d. jujur dalam menepati obsesi, yaitu apabila berjanji dan berobsesi tidak hanya berhenti pada tekad atau angan-angan saja tetapi bersungguh-sungguh pula untuk merealisasikan cita-cita tersebut.

e. Jujur dalam beramal, yaitu berbuat secara sunggug-sungguh dan tulus sehingga tercapai keselarasan antara teori (isi hati) dengan perbuatan atau tindakan sehari-hari.

45

(46)

f. Jujur atau benar yang memiliki drajat tertinggi dan paling mulia adalah kejujuran dalam maqam-maqam (tingkatan rohaniah) Bergama, yaitu kesungguhan dan ketulusan dalam menempun proses-proses pensucian diri agar dapat mendekatkan diri pada Tuhan.

3. Faktor-faktor Pendorong Kejujuran

Al-Mawardi dalam kitabnya Adab ad-Dunya wad-Din menyebutkan beberapa perkara yang mendorong berlaku jujur. Diantaranya adalah:46

a. Akal, karena akal pasti mencela kedustaan. Apalagi jika kebohongan itu sama seklai tidak mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Akal mengajak untuk berbuat sesuatu yang dianggap baik dan akal mengahalangi seseorang berbuata sesuatu yang dianggap buruk.

b. Agama yang mengajarkan untuk mengikuti kejujuran dan melarang dusta. Karena syari’at tidak mungkin mengajarakan apa yang dianggap

berbahaya oleh akal. Sebaliknya, syari’at datang untuk mempertegas

bahaya dusta yang telah dinyatakan oleh akal. Syari’at melarang dusta

meski terkadang dapat memberi manfaat atau menolak bahaya, sementara akal hany melarang sesuatu yang tidak mendatngkan manfaat, tetapi tidak menolak bahaya.

c. Muru’ah, harga diri mencegah seseorang berbuat bohong dan sebaliknya mengajak kepada kebaikan. Ia terkadang mencegah seseorang untuk berbuat seseuatu yang tidak disukai, terlebih lagi yang dianggap buruk.

46Sa’id Abdul Azhim,

(47)

d. Ingin dikenal sebagai orang yang jujur, sehingga pernyataannya tidak ditolak. Seorang sastrawan berkata “hendaknya yang menjadi rujukmu

adalah kebenaran dan yang menjadi pendorongmu adal kejujuran, karena kebenaran adalah penolong yang paling kuat dan kejujuran adalah teman yang paling mulia.”

(48)

37

1. Sejarah Berdirinya SDN Cipayung 1 Ciputat

SDN Cipayung 1 Ciputat berdiri sejak tahun 1974, sejak awal berdirinya sampai dengan tahun ini usia berdiri sekolah terhitung 38 tahun. SDN Cipayung 1 Ciputat mendapatkan izin pendirian dari Kanwil Depdikbud Banten. Seiring berjalannya waktu SDN Cipayung 1 Ciputat semakin membenah diri, mulai dari pembenahan kelas, menambah guru-guru berkualitas, serta sistem pengajaran yang selalu diperbarui membuat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini semakin meluas. Dengan semangat kerja keras yang terus dijalankan, pada tahun 2005 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Banten memberikan kepercayaan kepada SDN Cipayung 1 Ciputat untuk menyandang status “TERAKREDITASI A”.

Sekolah ini berdiri di atas lahan tanah seluas 1. 250 M², terdiri dari gedung seluas 1.000 M² dan halaman seluas 250M². luas lahan gedung terdiri dari 5 ruang kelas dengan luas 9 X 8 M² perkelas. 1 ruang guru dengan luas 9 X 8 M², 1 ruang kelas sekolah seluas 9 X 8 M², ruang perpustakaan seluas 3 X 8 M² dan ruang laboratorium dengan luas 9 X 8 M².1

1

(49)

2. Visi dan Misi SDN Cipayung 1 Ciputat

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Melalui visi dan misi SDN Cipayung 1 Ciputat berusaha mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan dasar.

Visi SDN Cipayung 1 Ciputat adalah menjadi sekolah yang memiliki mutu lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, modern dan unggul dalam prestasi. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta cinta budaya Indonesia sesuai dengan ajaran agama.

Misi SDN Cipayung 1 Ciputat,yaitu :2

a. Menanamkan dasar-dasar perilaku berbudi pekerti dan berkahlak mulia. b. Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran membaca, menulis, berhitung, lancar

dan khatam Alqur’an.

c. Menciptakan lulusan terbaik tingkat Kota Tangerang Selatan secara bertahap dan berkesinambungan.

d. Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

e. Menjuarai beberapa kejuaraan tingkat Kota dan Provinsi di bidang olahraga, seni budaya dan keterampilan.

f. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif.

2

(50)

g. Menumbuhkan sikap toleran, tanggung jawab, kemandirian dan kecakapan emosional.

h. Memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahaan, dan etos kerja.

i. Membentuk rasa cinta terhadap tanah air.

3. Gambaran Umum Siswa Kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat

Siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat berjumlah 50 orang, terdiri dari siswa laki-laki 24 orang dan perempuan 26 orang. Waktu belajar siswa kleas 6 dimulai dari hari senin hingga sabtu pada jam 07.15 sampai dengan jam 12.50 dan memiliki kurikulum sebagai berikut:3

a. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti maupun moral.

b. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya. Kesadaran dan wawasan mencakup sadar akan tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

3

(51)

c. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.

d. Kelompok mata pelajaran Estetika. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup dan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

e. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah raga dan Kesehatan. Mata pelajaran ini dimaksudkan meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

B. Ruang Lingkup Iklan “Kejujuran dan Es krim” 1. Sekilas Tentang Iklan “Kejujuran dan Es Krim”

Iklan kejujuran dan es krim merupakan suatu tayangan yang menampilkan potret interaksi antara anak dan orangtua yang berkenaan dengan kejujuran. Terdapat beberapa indikator atau isi pesan yang terkandung dalam iklan “kejujuran dan es krim” yaitu mengenai kejujuran, amanah dan

malu.

(52)

gerak-gerik yang mencurigakan dari anaknya. Melalui iklan ini, tercipta sebuah pengetahuan serta kesadaran kepada anak bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan. Apabila kebohongan tersebut terungkap maka akan menimbulkan rasa malu.

Iklan “kejujuran dan es krim” diakhiri dengan pesan tertulis “jangan kotori kejujuran sekecil apapun”. Pesan tertulis ini ini guna menyadarkan anak agar berkata jujur jika menginginkan sesuatu.4

2. Sinopsis Iklan “Kejujuran dan Es Krim”

Cerita dalam iklan ini bermula ketika seorang anak diminta tolong oleh ibunya untuk membelikan kebutuhan di rumah, sebelum anak tersebut berangkat kewarung tidak lupa Ibu menyampaikan pesan kepadanya untuk mengembalikan sisa uang belanjaan. Selanjutnya anak tersebut berjalan menuju warung dan membeli sesuai dengan apa yang diperintahkan ibunya. Selesai belanja, anak terbut berjalan pulang seraya membawa hasil belanjaan dan sisa uang kembalian yang digenggamnya. Dalam perjalanan pulang anak tersebut menghentikan perjalanannya ketika melihat tukang penjual es krim keliling dengan beberapa anak seusianya sedang asik menikmati es krim.

Iklan tersebut menunjukan cuaca pada saat itu panas sehingga membuat anak itu sesekali mengusap keringat yang menetes di dahinya. Kondisi tersebut semakin mendorongnya untuk membeli es krim seperti anak-anak yang lain. Namun seiring dengan keinginannya untuk membeli es krim, di saat yang bersamaan terbesit pesan ibu yang meminta agar mengembalikan sisa uang kembalian belanja. Anak itupun terdiam bimbang, lalu beberapa saat

4

(53)

kemudian anak tersebut tersenyum seraya mengangguk-anggukan kepalanya, mengisyaratkan akan adanya sesuatu yang direncanakannya.

Merasa percaya diri dengan idenya dan tanpa menghiraukan himbauan dari ibunya anak itupun nekad membeli es krim dengan sisa uang kembalian belanja. Anak itupun berjalan pulang ke rumah sambil menikmati es krim, namun karena jarak perjalanan yang tidak terlalu jauh antara penjual es krim dengan rumahnya, anak itupun tergesa-gesa menghabiskan es krim tersebut. Karena terlalu tergesa-gesa anak itupun pulang dan lupa membersihkan sisa es krim yang masih menempel di mulutnya.

Sesampainya di rumah anak tersebut menemui ibunya seraya memberikan hasil belanjaan. Di saat yang bersamaan ibunya menanyakan uang kembalian belanja, merasa percaya diri dengan argumen yang telah dipersiapkannya anak itupun dengan tenang menjawab pertanyaan ibunya bahwa uang belanja yang diberikan ibunya tidak menyisakan kembalian (uangnya pas) karena harga barangnya naik. Ibupun merespon pernyataan anaknya dengan tenang sambil mengusap sisa es krim yang masih menempel di mulut anaknya seraya berkata “oh kirain kembaliannya kamu belikan es krim”. mendengar pernyataan ibunya sontak ketenangan anak itupun berubah

menjadi ketegangan dan nampak ekspresi wajah memerah dengan perasaan malu. Iklan “kejujuran dan es krim” di tutup dengan pesan tertulis “sekecil

apapun jangan kotori kejujuran”. Hal ini dikarenakan kejujuran merupakan dasar dari hubungan yang sehat serta komunikasi yang efektif.5

5

(54)

3. Tim Produksi Iklan “Kejujuran dan Es krim”

Keberhasilan suatu program merupakan suatu kerja atau upaya bersama dan sistematis tim produksi dalam mengolah program. Mulai dari tahap pra produksi yang membicarakan rancangan program, kemudian tahap produksi merupakan tahap eksekusi dari hasil rancangan program dan pasca produksi yaitu tahap akhir berupa pengemasan secara keseluruhan yang merupakan penggabungan dari unsure video, audio, naskah dan efek-efek animasi sehingga menarik untuk disajikan. Berikut ini adalah nama-nama tim produksi iklan “kejujuran dan es krim” di Televisi edukasi (TVe):6

a. Nur Arafah Mega (Divisi Perancangan) ialah orang yang mengatur naskah maupun jabaran materi yang akan dibahas dalam program ini. dengan berlandaskan GBIM dan JM (Garis Besar Isi Media dan Jabaran Materi) maka naskah program ini dapat dibuat. Yang kemudian akan diturunkan ke divisi produksi untuk dikemas sehingga menjadi lebih menarik ketika ditayangkan di televisi.

b. Tuti Alawiyah (Produser Program) ialah orang yang bertugas mengatur arus lalu lintas program siaran ketika sedang di produksi.

c. Aris Sunandar (Kameramen) ialah orang yang bertugas merekam gambar selama produksi berlangsung dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengambilan gambar.

d. Bardo Baskoro (Editor) ialah orang yang mengemas juga penggabungan beberapa unsur yaitu video, audio, naskah serta efek-efek animasi.

6

(55)

44

A. Hasil Temuan

1. Deskripsi Responden

Responden pada penelitian ini adalah seluruh Siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini responden dikategorikan dalam dua bagian yaitu yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. untuk lebih jelasnya mengenai jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui pada tabel di bawah ini.

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 24 48

2. Perempuan 26 52

Jumlah 50 100

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi responden perempuan lebih besar yaitu 26 orang dibandingkan dengan frekuensi responden laki-laki yang jumlahnya 24 orang.

Gambar

Tabel 1  : Jenis kelamin responden  .........................................
Tabel 19  : penilaian siswa terhadap cerita iklan
GAMBARAN UMUM SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT
gambar selama produksi berlangsung dan memastikan bahwa tidak ada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu respon kognitif iklan yang terdiri dari product/message thought (pemikiran soal produk/pesan), source oriented thought (pemikiran soal

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1)Variabel Celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian es krim Walls Magnum

Untuk menjawab rumusan masalah mengenai sejauh mana pengaruh respon kognitif audience melalui kampanye iklan pemilu 2004 di televisi terhadap keputusan voters

Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan yang positif antara sikap terhadap iklan dengan keputusan pembelian es krim Magnum pada warga RW 22 Pengasinan, Rawalumbu, Kota

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka penelitian ini ingin menjawab “sejauh mana pengaruh respon kognitif audience melalui kampanye