• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh program kelompok swadaya masyarakat (KSM) laziz terhadap kesejahteraan mustahik :studi pada LAZIZ PT PLN P3B Jawa - Bali di Cinere Depok Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh program kelompok swadaya masyarakat (KSM) laziz terhadap kesejahteraan mustahik :studi pada LAZIZ PT PLN P3B Jawa - Bali di Cinere Depok Jawa Barat"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa

Barat)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Rifyatur Rohmawati NIM: 206046103868

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)

Skripsi yang berjudul Pengaruh Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) LAZIS Terhadap Kesejahteraan Mustahik (Studi Pada LAZIS PLN P3B Jawa Bali), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Dekan, NIP. 196404121994031004

Pembimbing I : Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. (...) NIP. 195811281994031001

Pembimbing II : Hotnida Nasution, S.Ag., M.A. (...) NIP. 197106301997032002

Penguji I :Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I (...) NIP. 195911101991031001

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis multidimensi yang melanda Negara kita sejak 1997 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin secara signifikan. Data terakhir yang diterbitkan Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa 32,5 juta penduduk Indonesia termasuk dalam kategori miskin.1 Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang sebenarnya telah berlangsung lama dalam kehidupan manusia. Kemiskinan yang dimaksud adalah serba kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup seseorang atau sekelompok orang yang disebut kaum dhuafa. Kemiskinan merupakan suatu realita yang patut dicarikan jalan keluarnya. Dalam kondisi ekonomi yang belum juga pulih, jumlah angka pengangguran pun semakin membengkak, hingga akan mencapai lebih dari 40 juta orang. Kondisi ini membawa dampak buruk yang sangat serius bagi kehidupan masyarakat, yaitu meningkatnya kriminalitas dan gangguan keamanan.

Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga

1

LIPI, “2010, Rakyat Miskin Bertambah,” artikel diakses pada 17 Februari 2010 dari http://jakarta45.wordpress.com/2009/12/30/pepora-2010-rakyat-miskin-bertambah-lipi.

(4)

menganjurkan kepada mereka untuk bersedekah (shadaqah) dan berinfaq (infaq), yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam garis kemiskinan dan kesusahan.

Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan tersebut, perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah. Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama.

(5)

(pasal 6) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat.

Lembaga–lembaga Amil Zakat yang dimaksud tentunya diharapkan berfungsi secara efektif dan efisien dalam mengemban misi dan tujuan institusional sebagaimana dikehendaki oleh Undang-undang. Untuk itu, diperlukan proses pengelolaan yang baik di setiap LAZ, terutama perannya sebagai agen pemberdayaan ekonomi umat. Proses pengelolaan tersebut meliputi pengumpulan dan pendistribusian. Pengumpulan berkaitan dengan tugas LAZ berhubungan dengan muzakki (pemilik harta yang wajib zakat), sedangkan pendistribusian berkaitan dengan tugas LAZ dalam mendistribusikan harta zakat terhadap mustahik (penerima zakat). Dalam operasionalnya, ternyata menjalankan LAZ tidaklah semudah mendirikannya. Pertama menyangkut kepercayaan masyarakat. Kedua berkaitan dengan kapasitas dan kapabilitas pelaksananya. Ketiga seperti tercantum dalam UU 38 tahun 1999, LAZ butuh izin operasional dari Direktur Zakat dan Wakaf Depag. Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memilliki persyaratan teknis, antara lain ( (i) berbadan hukum; (ii) memilliki data muzakki dan mustahik; (iii) memiliki program yang jelas; (iv) memiliki pembukuan yang baik; (v) melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.2

2

(6)

Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan semakin bergairah dalam menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.3

Pola pendayagunaan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) selama ini pada umumnya masih bersifat konsumtif konvensional (charity), yakni masih terfokus menyantuni kaum fakir miskin dalam upaya mengurangi beban hidup dan mengurangi kebutuhan dasar mereka. Bisa jadi program charity yang sering dilakukan adalah benar ketika dilaksanakan untuk sebuah program yang sifatnya tanggap darurat dan mendesak.

Dampak pendayagunaan ZIS yang berkeadilan sosial, memberikan penguatan kepada masyarakat lemah (dhuafa) dan pemerataan kesejahteraan hanya bisa diwujudkan dengan pola pendayagunaan zakat yang bersifat produktif. Yaitu pola pendayagunaan zakat yang diperuntukkan bagi usaha produktif yang lebih sistematis, berkesinambungan dan berjangka panjang.

Contohnya dalam bentuk pemberian bantuan modal usaha, lalu diberikan pendampingan dan pembinaan sampai mereka mencapai mandiri. Disadari atau tidak terdapat fenomena bahwa amil zakat yang ada belum memenuhi kualifikasi untuk melakukan pembinaan dan pendampingan yang bersifat komprehensif. Amil zakat

3

(7)

yang ada baru bisa memenuhi pola pendampingan yang bersifat penguatan ruhiyah dan pengkapasitasan pengelolaan usaha yang bersifat umum.

Penyaluran dana ZISWAF oleh LAZ pada periode 2008–2009 difokuskan untuk kegiatan konsumtif, kepada program bantuan kemanusiaan 23,1%, hibah langsung kepada asnaf 15,0%, pendidikan 10,7%, kesehatan 3,8%, dan bantuan dakwah 3,9%. Untuk kegiatan ekonomi produktif secara rata – rata mendapatkan alokasi sebesar 10,7%. Saat ini dana zakat tumbuh 67,2% per tahun.4

Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim sampai saat ini banyak lembaga, yayasan, badan dan perusahaan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Sebagai contoh Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali. LAZIS PT PLN Jawa Bali adalah salah satu lembaga amil zakat, infaq, dan sadaqah dari sekian banyak lembaga di Jabodetabek yang berdiri sejak tahun 2002. Dan saat ini kinerja lembaga tersebut telah mengalami kemajuan dan menerapkan metode distribusi dana zakat tidak hanya yang bersifat konsumtif, melainkan ada juga yang bersifat produktif.

Dengan begitu apabila lebih banyak para muzzaki yang menyerahkan dana zakatnya kepada Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah (LAZIS), maka akan dapat memajukan kesejahteraan mustahik. Yaitu mengurangi jumlah pengangguran, mengembangkan kemampuan untuk membentuk suatu usaha dan dapat lebih banyak

4

(8)

menghasilkan pendapatan para mustahik. Jadi jumlah kemiskinan pun akan semakin berkurang.

Gambar 1.1

Pola pengembangan kesejahteraan mustahik berbasis zakat5

Rehabilitas kaum dhuafa Profit didistribusikan

Kepada mustahik Amil menjadi supevisor Manajemen dan produksi Pemilik usaha dan pekerja

Adalah mustahik Disalurkan kepada mustahik

Untuk usaha produktif Dana zakat dikumpulkan

Oleh amil zakat

5

(9)

Untuk pemilihan objek penelitian adalah LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yang bertempat di Depok. LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini merupakan salah satu Lembaga amil yang berada dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dalam menyalurkan dananya, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ini memiliki cara yang cukup menarik. Yaitu dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang didalamnya sangat melibatkan para mustahik dalam mengembangkannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana cara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan strategi yang digunakannya. Untuk itu, penulis menulis skripsi dengan judul : “PENGARUH PROGRAM KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) LAZIS TERHADAP KESEJAHTERAAN MUSTAHIK (Studi Pada LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

(10)

kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri atas :

a. Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) dibatasi pada Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) yang didirikan oleh PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat.

b. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibatasi pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berada di Lembaga Amil Zakat Infak Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali di Cinere – Depok, Jawa Barat. c. Mustahik dibatasi pada pihak-pihak yang berhak menerima zakat kecuali

riqab, yang sudah tidak ada di Indonesia. 2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengembangkan program untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik?

b. Bagaimana program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terhadap kesejahteraan mustahik?

(11)

d. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS dalam mensejahterakan mustahik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali terhadap kesejahteraan mustahik.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali.

c. Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

d. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi KSM LAZIS dalam mensejahterakan mustahik.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh program KSM terhadap kesejahteraan mustahik, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

a. Bagi LAZIS, sebagai objek penelitian dapat menambah referensi bagi LAZIS dan diharapkan LAZIS dapat lebih bersinergi dalam fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi mustahik.

(12)

c. Bagi perusahaan atau lembaga atau badan lain, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang kebaikan didirikan LAZIS di dalam perusahaan atau lembaga atau badan. Dan diharapkan dapat menarik perusahaan atau lembaga atau badan untuk mendirikan LAZIS.

D. Review Kajian Terdahulu

Telah terdapat dua tulisan yang terkait dengan judul penelitian ini, yaitu :

1. Skripsi yang berjudul Peran LAZ PT PLN (Persero) P3B dalam pengembangan masyarakat di desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Depok, yang disusun oleh Muhammad Andhi Fakhri.6 Kesimpulan yang terdapat pada skripsi ini adalah Dalam mengembangkan masyarakat di desa Blok Tangki LAZ PT PLN (Persero) P3B membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

2. Skripsi yang berjudul Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh (LAZIS) PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam pemberdayaan dana zakat, yang disusun oleh Darmiyanti.7 Kesimpulan yang terdapat pada skripsi ini adalah dengan adanya kerjasama antara PKPU dengan LAZIS PLN P3B JB, maka penyaluran dan pengelolaan zakat bisa lebih efektif

6

Muhammad Andhi Fakhri, “Peran LAZ PT. PLN (Persero) P3B dalam pengembangan masyarakat di Desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006).

7Darmiyanti, “Pola kerjasama antara lembaga amil zakat infak shodaqoh (LAZIS) PLN P3B

(13)

dan tepat sasaran. Serta PKPU membantu LAZIS PLN P3B JB dalam memberdayakan masyarakat dengan membentuk KSM.

Penelitian di atas saling berhubungan erat satu sama lain, yang dimana LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali menghimpun dana zakat melalui zakat profesi dari para karyawan, setelah itu untuk penyaluran dana zakat tersebut LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali membentuk program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Hal lain yang ingin penulis teliti yaitu tentang penanganan masalah yang muncul pada saat pengelolaan zakat melalui KSM, serta efektifitas pengelolaan dana zakat yang dapat memberikan perubahan terhadap mustahik.

E. Metodologi Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali, di Cinere, dimana objek ini akan menjadi sumber data primer untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti mempunyai pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya.

(14)

2. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif analisis dan induktif analisis. Statistik deskriptif adalah bagian dari statistic mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistic deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata lain statistic deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan.8 Statistic induktif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk melakukan peramalan atau penaksiran kesimpulan (generalisasi) mengenai data secara keseluruhan (populasi).9

3. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang menjadi objek penelitian adalah data primer dan sekunder.

a.Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari laporan data–data yang dikeluarkan oleh LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Seperti Laporan Keuangan tahunan dari LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dan dokumen – dokumen LAZIS PT PLN P3B

8

Iqbal Hasan, “Statistika Deskriptif”, Artikel ini diakses pada 19 Februari 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/statistika_deskriptif.

9

(15)

Jawa Bali yang berkaitan dengan program KSM. Serta wawancara langsung kepada pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali.

b.Sumber data sekunder

Sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka yang terkait dengan permasalahan penelitian serta dari hasil wawancara dengan mustahik yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau bahan dari berbagai daftar kepustakaan yang ada, seperti buku–buku, artikel–artikel, sumber dokumen - dokumen LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, surat kabar, dan laporan – laporan lainnya yang terkait dengan masalah skripsi ini.

Dan teknik lainnya yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a.Observasi

(16)

b.Studi dokumenter

Dilakukan dengan cara mempelajari dokumen – dokumen lembaga tersebut sehubungan dengan aktifitas yang telah dilakukan oleh LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali.

c.Wawancara

Wawancara yang dilakukan bersifat informal kepada pengurus LAZIS PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, kepada karyawan dan juga kepada mustahik yang menerima zakat.

Penulis menggunakan teknik wawancara dengan nara sumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas. Adapun nara sumber yang dimaksud bernama Nurdin, Rahmat dan

Yazid dimana beliau menjabat sebagai Kepala Divisi Pemberdayaan dan tenaga amil profesional.

d.Kuesioner

(17)

Dengan teknik kuesioner ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang lebih jelas tentang proses dan penggunaan dana zakat yang diterima oleh para mustahik.

e.Studi Pustaka

Studi Pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku, artikel-artikel, undang-undang dan lainnya yang terkait dengan penelitian. Studi pustaka ditujukan untuk mendapatkan data tentang pengertian, landasan hukum dan lainnya yang diperlukan untuk penelitian ini.

5. Teknik analisis dan Interprestasi data

a. Kualitatif : analisa lebih lanjut untuk kedalaman pembahasan.

b. Kuantitatif : analisa berupa angka yang didapat dari dokumen atau data dengan menggunakan;10

1) Analisa Auto Korelasi : analisa dengan menghubungkan antara variabel–variabel lanjutan dari regresi linear.

2) Regresi Linear sederhana

Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih dua variabel yang relevan dengan permasalahan yang pokok, yaitu program Kelompok Swadaya

10

(18)

Masyarakat (KSM) Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS) PT PLN P3B Jawa Bali sebagai variabel bebas (X), dan kesejahteraan mustahik sebagai variabel terikat (Y).

Rumus Y= a + bX

Y = Peubah tak bebas

X = Peubah bebas

a = konstanta

b = kemiringan

Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:11

a. Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05.

b. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation.

c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis).

11

(19)

d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.

e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) sebesar < 1 dan > 3.

f. Keselerasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r mempunyai karakteristik diantaranya: 1) selalu positif, 2) Nilai r maksimal sebesar 1. Jika Nilai r sebesar 1 akan mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapat diterangkan oleh model regresi. Sebaliknya jika rsama dengan 0, maka tidak ada hubungan linier antara X dan Y.

g. Terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y).

h. Data harus berdistribusi normal

(20)

j. Kedua variabel bersifat dependen, artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya variabel tergantung (disebut juga sebagai variabel response).

6. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan antara LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dengan mustahik pada program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

b. Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berpengaruh terhadap kesejahteraan mustahik.

7. Teknik Penulisan

(21)

F. Sistematika Penulisan

(22)

BAB I Pendahuluan. Bab ini merupakan bab awal yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadaqah, Kelompok Swadaya Masyarakat dan Kesejahteraan Mustahik. Dalam bab ini penulis membahas tinjauan umum tentang LAZIS, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Kesejahteraan Mustahik yang terdiri dari pengertian, landasan hukum, prinsip-prinsip, karakteristik.

BAB III Gambaran Umum LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Dalam bab ini berisi segala hal yang berkaitan dengan LAZIS. Diantaranya yaitu letak geografis, sejarah dan latar belakang didirikannya, visi, misi, tujuan, program kerja, struktur organisasi.

(23)
(24)

A. Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama.1

Zakat terbagi atas dua macam, yaitu :2

1)Zakat fitrah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

2)Zakat maal(Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

2. Hukum Zakat

1

Rumah Zakat, “Pengenalan Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari http://www.rumahzakat.org/profilnya.php?id=200912240010&cat=7.

2 LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari

http://bushing.pln-jawa-bali.co.id/~binrohis/lazis/index.php?option=com_content&task=view&id=1 &Itemid=3.

(25)

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

Peraturan yang menjadi dasar hukum zakat adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Peraturan perundang-undangannya yaitu UU No. 38 tahun 1999.

3. Mustahik

a. Pengertian Mustahik

Mustahik zakat artinya orang yang berhak menerima harta zakat. Mustahik zakat dijelaskan oleh Allah Swt, dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 60.3

(26)

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang yang berutang, untuk jalan Allah dan

orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan

Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”4

b. Ciri-ciri Mustahik

Dengan berlandaskan dari surah At-Taubah ayat 60, ciri-ciri mustahik yang berhak menerima zakat terdiri dari 8 asnaf (golongan), yaitu:5

1) Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan layak yang memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan primer lainnya.

2) Miskin ialah orang yang memiliki harta dan mempunyai harta yang layak baginya, tetapi penghasilannya belum cukup untuk keperluan minimum bagi dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungjawabnya.

3) Amil Zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, termasuk administrasi pengelolaan mulai dari merencanakan pengumpulan, mencatat, meneliti, menghitung, menyetor dan menyalurkan kepada mustahiknya.

4Al-quran online terjemahan Indonesia. 5

(27)

4) Mualaf ialah golongan yang perlu dijinakkan hatinya kepada Islam atau lebih memantapkan keyakinannya kepada Islam.

5) Riqab ialah pembebasan budak belian dan usaha menghilangkan segala

bentuk perbudakan.

6) Gorimin ialah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan atau untuk kemaslahatan masyarakat.

7) Sabilillah ialah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan umat.

8) Ibnusabil ialah orang lain untuk melintasi dari satu daerah ke daerah lain untuk melakukan perjalanan yang kehabisan bekalnya bukan untuk maksud maksiat tetapi demi kemaslahatan umum yang manfaatnya kembali kepada masyarakat dan agama Islam.

c.Hak-hak Mustahik6

Dari delapan asnaf tersebut, ada yang mempunyai hak menerima bantuan, ada yang menerima hak santunan dan ada pula yang menerima hak imbalan. Di samping itu ada pula asnaf yang di samping menerima hak santunan dan sekaligus dapat menerima hak bantuan, yaitu fakir-miskin. Dalam hal memberikan dana untuk keperluan konsumtif, seperti untuk membeli makanan dan pakaian dia menerima hak

6

(28)

santunan. Tetapi bagi fakir-miskin yang ingin berusaha untuk berusaha mandiri, dan karena itu kepadanya diberikan modal usaha, berarti dia menerima bantuan.

Khusus bagi amilin, mereka adalah menerima hak imbalan. Karena mereka bekerja yaitu memungut dan atau mengumpulkan ZIS maka wajarlah apabila kepada mereka diberikan imbalan (balas jasa, kontra prestasi). Banyak mustahik yang belum atau kurang memahami cara untuk memperoleh bantuan atau santunan.

Yang dimaksud dengan bantuan adalah dana yang diberikan dan dipergunakan untuk kepentingan usaha produktif, antara lain:

1) Dana untuk membangun tempat ibadah, sarana dan prasarana pendidikan Islam.

2) Dana untuk membantu pelajar/mahasiswa yang berupa beasiswa,

3) Dana untuk modal usaha, seperti untuk jualan rokok, membuka warung nasi, jualan makanan, jualan bakso dan lain-lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan santunan adalah pemberian sejumlah uang kepada mustahik yang sedang dilanda kesulitan terutama fakir-miskin, yang bersifat konsumtif.

(29)

1) Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).

2) Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.

3) Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).

4) Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. 5) Orang kafir.7

B. Lembaga Amil Zakat Infaq Sadaqah (LAZIS)

1. Pengertian LAZIS

Definisi pengelola zakat menurut Undang – Undang No. 38 tahun 1999 Pasal 1 ayat (1) yaitu Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah organisasi pengelola zakat yang didirikan oleh dan atas inisiatif masyarakat. Pemerintah berwenang memberikan pengukuhan bagi LAZ yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri

7 LAZIS PLN P3B JB, “Zakat”, Artikel ini diakses pada 23 September 2010 dari

(30)

Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.

2. Landasan Hukum LAZIS

Peraturan perundang – undangan pengelola zakat, yaitu :8

a. Peraturan terkait

1)UU No.38 thn 1999 tentang Pengelolaan Zakat

2)Keputusan Menteri Agama No. 581 thn 1999 tentang Pelaksanaan UU No.38 thn 1999

3)Kep. Ditjen Bimas Islam & Urusan Haji No.D/291 thn 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat

4)UU No.17 thn 2000 tentang Pajak Penghasilan

b. Definisi Pengelolaan Zakat

Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas pengumpulan, pendistrubusian dan pendayagunaan zakat.9

c. Kewajiban menunaikan zakat

8

Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang diselenggarakan Mesjid Raya Habiburrahman PT.DI Bandung bekerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ), 01 Desember 2001.

9

(31)

1)Setiap muslim atau badan milik muslim yang mampu wajib menunaikan zakat.10

2)Pengertian mampu adalah sesuai ketentuan agama

3)Tidak ada pasal yang mengatur masalah sanksi

d. Tujuan pengelolaan zakat

1)Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat

2)Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan

3)Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat11

e. Jenis organisasi pengelolaan zakat

Ada dua jenis organisasi pengelolaan zakat :

1)Badan Amil Zakat (BAZ)

2)Lembaga Amil Zakat (LAZ)

3. Prinsip–prinsip

a. Prinsip-prinsip operasional organisasi pengelola zakat.12

10

UU Nomor 38 tahun 1999, pasal 2.

11

(32)

1) Aspek Kelembagaan :

a) Visi dan misi

b) Kedudukan

c) Sifat

d) Legalitas

e) Struktur

f) Aliansi Strategi

2) Aspek Sumber Daya Manusia :

a) Perubahan Paradigma. BAZ / LAZ harus profesional (dalam arti amil zakat sebagai profesi, amil zakat bukan pekerjaan sampingan, amil zakat mendapatkan gaji).

b) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (yaitu muslim, amanah dan paham tentang kebijakan pengelolaan zakat)

3) Sistem Pengelolaan :

a) Prosedur dan aturan yang jelas

12 Nusrizar, “ Seminar Pengelolaan Zakat.” Dalam Undang-Undang No.38 th 1999 yang

(33)

b) Manajemen terbuka

c) Punya rencana kerja

d) Punya komite penyaluran

e) Punya sistem akuntansi dan manajemen keuangan

f) Publikasi

g) Perbaikan terus menerus

4) Serentetan Masalah :

a) Lemahnya sosialisasi undang-undang 38 tahun 1999

b) Belum ada PP/SKB

c) Standarisasi mutu sumber daya manusia amil zakat

d) Standarisasi lembaga OPZ

b. Prinsip-prinsip pelaksanaan pengelolaan zakat.13

1) Prinsip syariah dan moral keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama Islam.

13

(34)

2) Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-kembangkan kesadaran bagi muzzaki untuk melaksanakan kewajibannya.

3) Prinsip manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat.

4) Prinsip koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai intansi/lembaga terkait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang optimal.

5) Prinsip keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar berbagai instansi/lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulam dan umara.

6) Prinsip produktif rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional.

C. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

1. Pengertian KSM

(35)

meningkatkan taraf hidup masing-masing anggota dalam rangka kepentingan bersama sesuai pasal 33 ayat 1 UUD 1945 dan tidak berafiliasi politik dan agama.

2. Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang digunakan yaitu UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Program Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah suatu program yang berdasarkan pada pola penyaluran secara produktif. Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas usaha.14

Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah terjadi di zaman Rasulullah dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim Bin Abdillah Bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.

Dalam kaitan dengan penyaluran zakat yang bersifat produktif, ada pendapat menarik yang dikemukakan oleh Syekh Yusuf Qardhawi, dalam bukunya yang fenomenal, yaitu Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan

14

(36)

terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Dan untuk saat ini peranan pemerintah dalam pengelolaan zakat digantikan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat.15

3. Prinsip-prinsip KSM

Gambar 2.1

PRINSIP PEMBERDAYAAN16

DARI

OLEH

UNTUK

MASYARAKAT (MUSTAHIK)

a. KSM adalah perkumpulan orang dan bukan semata-mata merupakan kumpulan modal

b. Menjadi anggota KSM berdasarkan kesadaran, bersifat sukarela dan terbuka untuk umum

c. Berusaha atas dasar prinsip demokrasi, partisipasi, keterbukaan dan keadilan

15Iskandar Zulkarnaen, “Penyaluran Zakat”, Artikel ini diakses pada 04 September 2010 dari

http://www.rumahzakat.org/pengenalan_zakat.php?data=5.

16

(37)

d. Bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggota dan masyarakat sekitarnya

e. Mengadakan pertemuan anggota secara teratur

f. Mengadakan tabungan secara teratur

g. Mengadakan upaya-upaya pendidikan dan pendampingan kepada anggota secara terus menerus

h. Usaha-usaha dan tatalaksananya bersifat terbuka

D. Kesejahteraan

a. Pengertian Sejahtera

Sejahtera mempunyai arti bahagia, makmur.17 Selain itu sejahtera juga mempunyai arti aman sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan).18

b. Karakteristik Sejahtera

Seseorang dapat dikatakan sejahtera apabila sudah terpenuhi segala kebutuhannya _bukan keinginannya_. Kebutuhan dasar seseorang mencakup pada 6

17Kamisa,

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika Surabaya, 1997), h. 481.

18

(38)

hal yakni sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Jika kebutuhannya tersebut sudah terpenuhi maka layak orang tersebut dikatakan sejahtera walaupun berpenghasilan kurang dari US$ 2 perhari seperti standar PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa).19

19 Muhammad Yusuf Ansori, “Ketika Pemilu Dijadikan Harapan untuk Kesejahteraan

(39)

DI CINERE - DEPOK

A. Letak Geografis

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZIS) PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali terletak di pinggiran sebelah barat kota Depok. Tepatnya di Jalan Ehave I. Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok. No Telepon. 021 754 2646 (extention sekretariat LAZIS, 8900).1

B. Sejarah dan Latar belakang berdirinya

Melihat kondisi di sekitar Kantor PLN P3B JB yang memprihatinkan, sekumpulan orang tergerak untuk mengumpulkan sebagian zakat profesinya untuk disalurkan kepada yang berhak. Ditambah lagi dengan besarnya potensi dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) di PLN P3B Gandul bagi 89% karyawan muslimnya. Hal inilah yang mendorong beberapa rekan lainnya untuk mengelola zakat karyawan dengan lebih baik dan profesional. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan mengadakan Inhouse Training dan Manajemen ZIS pada tanggal 22-26 April 2002

1

Hasil observasi pada tanggal 18 Agustus 2010.

(40)

silam dengan pembicara KH. Drs. Didin Hafidhudin M.Si, Hertanto Widodo, Ak dan Drs. H. Muchlis Harun, M.Sm.

Gayung pun bersambut. Keinginan untuk mendirikan lembaga amil zakat di lingkungan kantor terwujud. Beberapa lembaga internal PLN seperti Badan Kesejahteraan Karyawan (BKK) dan Badan Pembinaan Rohani Islam (BINROHIS) mendukung rencana ini. Beberapa waktu kemudian, General Manager PT. PLN (Persero) UBS P3B Jawa Bali menerbitkan Surat Keputusan (SK) nomor : 041/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT PLN (Persero) dan nomor : 042.K/021/GM.UBS-P3B/2002 Tentang Bantuan Mekanisme Pemungutan Zakat Profesi.

Akhirnya, LAZ PLN P3B JB ditetapkan pada Agustus 2002 yang ditandatangani oleh General Manager PLN P3B Bapak Basuki Prajitno dengan Helmi Najamuddin sebagai Direktur LAZ dan Imam Samsidi sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Syariah periode 2002- 2005.2 Dalam masa kepengurusan pertama ini, LAZ PLN terbilang sukses menghimpun ZIS dengan jumlah perolehan yang meningkat dari tahun ke tahun, yakni Rp. 115.141.273 (2002), Rp. 464.906.474 (2003), Rp. 435.471.767 (2004), Rp. 465.127.106 (2005).

Sukses ini terus berlanjut hingga kepengurusan kedua periode 2005-2007 oleh Dedi Ruspendi. Perolehan ZIS terus melonjak hingga Rp. 591.539.471 pada 2006 dan

2

(41)

menyentuh angka Rp. 713.179.966 pada 2007 lalu dengan jumlah muzakki sekitar 233 karyawan.3

Saat ini, LAZ PLN P3B JB telah memasuki kepengurusan yang keempat periode 2009-2011 oleh Sarjito. Pola penyaluran ZIS tetap difokuskan pada delapan

ashnaf yang telah ditetapkan syariat (kecuali ashnaf riqaab atau memerdekakan budak) diantaranya fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, ibnu sabil, fi sabilillah, yang menyentuh beberapa aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan dan bantuan bencana kemanusiaan.4

Sejak didirikan pada 2002 lalu, hingga kini LAZ PLN P3B JB telah berhasil menghimpun dana ZIS sekitar Rp. 2,7 Miliar dan menyalurkan Rp. 2,6 Miliar pada beberapa wilayah program. Pembangunan kerjasama juga dilakukan pada lebih dari 100 yayasan, lebih dari 20 sekolah dari tingkat dasar hingga atas dan dengan satu lembaga amil zakat lainnya, yakni PKPU.5

C. Visi, Misi dan Tujuan

Visi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu Menjadi lembaga terdepan dan terpercaya di lingkungan PLN dalam memberdayakan Mustahik menjadi Muzakki.

3

Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.

4Wawancara pribadi dengan Rahmat sebagai tenaga amil zakat profesional. Cinere, 20 Juli 12

Juli 2010.

5

(42)

Misi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu :6

1. Melaksanakan pengelolaan zakat infaq dan shodaqoh secara amanah dan profesional sesuai tuntunan syari’ah.

2. Mengoptimalkan potensi dan penghimpunan zakat, infaq dan shodaqoh dari pegawai PT PLN (Persero) P3B yang beragama Islam atau muzakki lainnya.

3. Memberikan informasi, edukasi, pemberdayaan dan pembinaan kepada mustahik dan masyarakat luas.

Tujuan didirikannya LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali yaitu :7

1. Meningkatkan pemberdayaan muzakki dan calon muzakki di lingkungan kaum muslimin.

2. Memfasilitasi pegawai yang beragama Islam dalam menunaikan kewajiban berzakat, serta usaha untuk memperbanyak infaq dan shodaqoh.

3. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh kepada yang berhak menerimanya

4. Memenuhi kebutuhan dasar mustahik

5. Mendorong peningkatan kualitas SDM Mustahik

6

LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, Pedoman Operasional Lembaga Amil Zakat (LAZ) (jakarta: PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, 2006), h. 7.

7LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa

(43)

6. Mendorong berkembangnya potensi mustahik

7. Menciptakan lapangan kerja bagi mustahik

D. Struktur Organisasi

LAZ PT PLN (Persero) P3B dan Region – Region dibentuk berdasarkan SK No : 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002, yang berkedudukan di masing – masing kantor, yang merupakan lembaga yang bersifat independen, netral, tidak berpolitik dan non-diskriminatif.8

LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali berada di dalam struktur BKK dan menjalin kerjasama/ sinergi program dengan dinas, PBL dan BKK. Sesuai dengan SK No : 041.K/021/GM.UBS-P3B/2002 telah disusun bagan Organisasi sebagai berikut (terlampir). Dan susunan pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali terdiri dari :

I.Dewan Pembina

II. Direktur

III. Dewan Pengawas

IV. Dewan Pertimbangan Syari’ah

8LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa

(44)

V. Sekretariat Jendral

VI. Divisi Pemberdayaan

VII. Divisi Penghimpunan & Perencanaan

VIII. Divisi Keuangan

IX. Divisi Humas & TI

Dalam masing-masing bidang terdiri dari Ketua dan Anggota. Susunan pengurus LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali periode tahun 2009-2011 lebih lengkapnya sebagai berikut (terlampir).

E. Program Kerja

1. Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali

Program kerja LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali ada tiga macam, yaitu :9

1) Program Ekonomi

Dalam program ekonomi ini LAZIS melakukan pembentukan dan pengelolaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah didirikan diantaranya adalah :

9

(45)

a) KSM Az Zahra, Daerah Blok Singkuk

b) KSM Al Barakah, Daerah Blik Tengki

c) KSM Sumber Rezeki, Daerah Pondok Cabe

d) KSM Lestari, Daerah Kedaung

e) KSM Nurul Hidayah, Daerah Krukut

f) KSM Nurul Zihad, Daerah Gandul

Kegiatan-kegiatan Kelompok Swadaya Masyarakat adalah sebagai berikut :

1) Program pola hidup sehat

2) Sembako murah untuk kaum dhuafa

3) Pembebasan hutang dari rentenir

4) Bantuan modal usaha

5) Pengajian rutin pekanan

6) Pelatihan menejemen KSM, WUK, PERT

7) Biaya siswa mister (miskin tapi pintar)

8) Progaram tabungan mandiri

(46)

2) Program Pendidikan

Bentuk program pendidikan yaitu :

1) Pemberian beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, baik yang pintar maupun tidak, secara berkala (rutin) atau sesuai dengan hasil sortiran proposal yang masuk

2) Bantuan pendidikan, bekerjasama dengan pihak sekolah atau yayasan

Tabel 3.110

Bantuan pendidikan rutin Kerjasama dengan Yayasan dan Sekolah

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

(47)

Tabel 3.211

Bantuan pendidikan rutin perorangan

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

1 SEKOLAH DASAR (SD) / MI 44 orang 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 12 orang 3 SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK) 24 orang

4 PERGURUAN TINGGI 5 orang

Tabel 3.312

Bantuan pendidikan sesuai permohonan yang masuk

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

1 SEKOLAH DASAR (SD) / MI 15 orang

2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 30 orang

3 SEKOLAH MENEGAH ATAS (SMA / SMK) 53 orang 4 PERGURUAN TINGGI 5 orang

11

Hasil Observasi pada tanggal 19 Juli 2010.

12

(48)

3) Program Sosial / Da’wah

1. PRO SEGAR ( Program Sehat Keluarga Harmoni)

Program ini dilaksanakan sebulan sekali di daerah PAKUMIS ( Padat, Kumuh dan Miskin) berupa pelayanan :

a.Pemberian Makanan dan gizi Tambahan bagi Balita

b.Layanan Kesehatan Rehabilitatif dan Kuratif

c.Pencegahan Penyakit menular ( Fogging)

d.Penyuluhan Hidup Sehat dan bersih

e.Praktek Hidup Sehat dan Bersih bagi Anak

2. Khitanan massal tahunan

3. Bantuan rescue bencana alam

4. Bantuan kesehatan charity

5. Layanan rohani dan ekonomi bagi muallaf

6. Bantuan partisipatif : dakwah dan santunan

7. Pembebasan ghorimin dari belitan hutang

(49)

2. Program kerjasama

Yang dimaksud Program kerja disini adalah program kerja bersama antara LAZ Kantor Induk dan LAZ Region PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali.

Disamping program kerja bersama seperti tersebut dibawah ini, setiap LAZ baik Kantor Induk maupun LAZ Region agar membuat program kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan LAZ masing-masing dan dilaporkan kepada Forum Organisasi Zakat (FOZ).

Adapun program kerja bersama LAZ sesuai kesepakatan Workshop sebagai berikut :13

1. Pelatihan LAZ Dasar

Tujuan :Peserta memiliki kemamapuan umum minimal dalam mengelola LAZ

Sasaran :Pengurus LAZ yang belum pernah ikut pelatihan

2. Pelatihan LAZ Lanjutan

Tujuan :Peserta memiliki kemamapuan khusus sebagai pengelola LAZ

13LAZ Badan Kesejahteraan Karyawan PT PLN Penyaluran & Pusat Pengaturan Beban Jawa

(50)

Sasaran :Pengurus LAZ yang pernah Mengikuti pelatihan dasar LAZ

3. Pelatihan Pembentukan dan Pengelolaan LAZ PLN secara nasional

Tujuan :Peserta mampu dan mendirikan organisasi LAZ PLN

Sasaran :PLN secara nasional

4. Pembiayaan Pelatihan Guru Lembaga Pendidikan Islam

Tujuan :Pengelola dan guru Lembaga Pendidikan Islam mempunyai kemampuan minimal dalam mengelola dan melakukan kegiatan belajar mengajar di Lembaga Pendidikan Islam

Sasaran :Kaum dhu’afa disekitar kantor dan daerah instalai PLN

5. Pembiayaan Pelatihan Keterampilan

Tujuan :Kaum dhu’afa mempunyai keterampilan dasar untuk mandiri

Sasaran :Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN

6. Pemberdayaan Ekonomi

Tujuan :Kaum dhu’afa berdaya dan mandiri secara ekonomi

Sasaran :Kaum dhu’afa disekita kantor dan daerah instalai PLN

(51)

Tujuan :Untuk meningkatkan pemahaman zakat, infaq dan sodaqoh bagi seluruh pegawai PLN Muslim

(52)

A. Strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali Dalam Pendistribusian Dana

Sebagai lembaga yang mempunyai tujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada mustahik, LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali mempunyai strategi yang sangat baik. Strategi-strategi yang dimaksud yaitu :1

1. Meningkatkan pemahaman fikih zakat, UU dan peraturan terkait lainnya bagi para pengelola LAZIS.

2. Meningkatkan pemahaman fikih zakat infaq, shodaqoh kepada Muzakki dan calon Muzakki.

3. Melakukan analisa kebutuhan dan memahami situasi, kondisi serta pembinaan karakter mustahik yang akan diberdayakan.

4. Menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqoh menurut skala prioritas sesuai fikih zakat.

5. Mengupayakan kerjasama program secara sinergi dengan PBL (dinas) dan BKK sesuai dengan kaidah penyaluran dana zakat.

1

Hasil observasi pada tanggal 19 Juli 2010.

(53)

6. Menjalin kerjasama yang saling memberikan manfaat dengan LAZNAS dan pihak eksternal lain untuk pemberdayaan umat.

Strategi pengembangan program KSM antara lain adalah melalui kemitraan usaha, bantuan keuangan (permodalan).2

a. Kemitraan usaha

Pengertian kemitraan usaha adalah hubungan kerja sama udaha diantara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan,saling mendukung dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan.

Salahsatu bentuk kemitraan usahanya yaitu yang melibatkan LAZIS dan PKPU. Yang dimana LAZIS sebagai pemberi dana dan PKPU sebagai lembaga yang terjun langsung membimbing program KSM.

Tujuan berbagai pola kemitraan usaha tersebut adalah untuk memaksimalkan pembentukan dan pengembang sebuah Program KSM.

b. Bantuan keuangan (permodalan)

Pada umumnya para mustahik sudah memiliki usaha-usaha kecil, tetapi modal yang mereka miliki sangat terbatas. Disinilah LAZIS turut menentukan

2

(54)

keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan dibidang permodalan termasuk melaksanakan konsep permodalan untuk membantu mustahik.

Arah kebijakan pengembangan yang khusus memfokuskan pada penyediaan modal perlu menentukan strategi sbb:

1) Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan.

2) Memberikan pembinaan yang maksimal dalam mengelola sebuah usaha. 3) Menjadikan mustahik mandiri dalam mengembangkan usahanya.

Dalam pemberian dana untuk modal usaha, LAZIS PLN P3B Jawa Bali mempunyai cara sendiri untuk memilih mana mustahik yang pantas menerima dan tidak. Semua itu bertujuan untuk memberi pembelajaran mustahik untuk bisa bertanggung jawab dan termotivasi lebih giat dalam berusaha.3

Cara yang dimaksud yaitu dapat dilihat dari skema berikut :

3

(55)

Gambar 4.14

Skema Penentuan Bantuan

4

(56)
(57)

Kuesioner yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50, yang selanjutnya digambarkan dalam bentuk gambar. Kuesioner yang dibuat penulis memiliki 43 pertanyaan dan dibagi menjadi 3 bagian. Pertama tentang data sosial dan ekonomi responden sebelum menerima dana dari LAZIS, serta pengetahuan responden seputar LAZIS yang terdiri dari 17 pertanyaan. Kedua tentang seputar penerimaan dan penggunaan zakat produktif / zakat dalam bentuk modal usaha yang terdiri dari 11 pertanyaan. Ketiga tentang pasca penggunaan modal usaha dari LAZIS serta pemanfaatan penghasilannya yang terdiri dari 15 pertanyaan.

(58)

.

Pengaruh adanya pembinaan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Correlations 1

hasilusaha2 pembinaanLAZIS

hasilusaha2 1.000 .217

Pearson Correlation

pebinaanLAZIS .217 1.000

hasilusaha2 . .090

Sig. (1-tailed)

pembinaanLAZIS .090 .

N hasilusaha2 40 40

Descriptive Statistics 1

Mean Std. Deviation N

hasilusaha2 3.43 1.152 40

(59)

Correlations 1

Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,217, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin sering dilakukan pembinaan oleh pihak laziz maka total hasil usaha masyarakat akan meningkat.

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,090. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Tabel 4.3

(60)

Dengan kata lain 4,7% hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3% (100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz.

Tabel 4.4

(Constant) 2.237 .887 2.523 .016

1

pembinaanLAZIS 1.132 .827 .217 1.369 .179

a. Dependent Variable: hasilusaha2

Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk pembinaan laziz terhadap hasil usaha yaitu :

Y = 2,237 + 1,132X

• Angka konstanta sebesar 2,237 menytakan bahwa jika tidak ada pembinaan laziz maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,237).

• Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 1,132) per bulan.

Pengaruh besar bantuan terhadap hasil usaha mustahik dapat dilihat pada tabel berikut :

(61)

hasilusaha2 Besarbantuan

hasilusaha2 1.000 .343

Pearson Correlation

Besarbantuan .343 1.000

hasilusaha2 . .014

Sig. (1-tailed)

Besarbantuan .014 .

hasilusaha2 41 41

N

Besarbantuan 41 41

Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,343, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin besar bantuan dana zakat yang diberikan, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah.

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,014. Dengan demikian jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Tabel 4.7

Model Summaryb 2

(62)

1 .343a .118 .095 1.086

a. Predictors: (Constant), besarbantuan

b. Dependent Variable: hasilusaha2

Untuk menentukan besarnya pengaruh besarnya bantuan dana untuk usaha terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,118 artinya 11,8% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel besar bantuan.

Dengan kata lain 11,8% hasil usaha mustahik di tentukan oleh besarnya bantuan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel besarnya bantuan dana untuk usaha.

Tabel 4.8

(Constant) 2.145 .592 3.620 .001

1

besarbantuan .525 .230 .343 2.279 .028

a. Dependent Variable: hasilusaha2

Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan laziz terhadap hasil usaha yaitu :

Y = 2,145 + 0,525X

• Angka konstanta sebesar 2,145 menyatakan bahwa jika tidak ada dana untuk usaha, maka hasil usaha sebesar 2 rupiah (pembulatan 2,145)

• Koefisien regresi 0,525 menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per bulan.

Pengaruh rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha mustahik sebagai berikut :

Tabel 4.9

(63)

Mean Std. Deviation N

Dari hasil penghitungan di peroleh angka korelasi 0,271, artinya hubungan kedua variabel sangat lemah. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan yang searah. Artinya semakin rutin kunjungan dari LAZIS, maka pendapatan atau penghasilan para mustahik akan semakin bertambah.

(64)

Tabel 4.11

Untuk menentukan besarnya pengaruh rutinnya kunjungan dari LAZIS terhadap penghasilan atau pendapatan, maka digunakan angka R Square atau Koefisien Determinasi (KD). Besarnya R Square adalah 0,073 artinya 7,3% variabilitas hasil usaha yang terjadi dapat dijelaskan oleh variabel berapa rutin kunjungan.

Dengan kata lain 7,3% tingkatan pendapatan di tentukan oleh penggunaan dana untuk usaha, sedangkan sisanya 92,7% (100% - 7,3%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel berapa rutin kunjungan.

(Constant) 2.854 .371 7.690 .000

1

beraparutin .207 .141 .271 1.461 .155

a. Dependent Variable: hasilusaha2

Koefisien Regresi : bahwa persamaan regresi untuk rutinnya kunjungan LAZIS terhadap hasil usaha yaitu :

Y = 2,854 + 0,207X

• Angka konstanta sebesar 2,854 menyatakan bahwa jika tidak rutinnya kunjungan dari LAZIS, maka hasil usaha sebesar 3 rupiah (pembulatan 2,854)

(65)

C. Usaha-Usaha LAZIS Untuk Mengatasi Masalah Dalam Program KSM

Dalam menjalankan program KSM ini tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya, tetapi para pengurus juga mengalami serentetan masalah yang muncul. Masalah-masalah yang dihadapi sangat beragam diantaranya yaitu :

1. Terbentur masalah Manajemen mustahik sendiri yang kurang benar dalam menggunakan dana yang ditujukan untuk modal usaha. Tidak sedikit mustahik yang menggunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, seperti membayar hutang atau untuk kebutuhan sehari-hari. Yang seharusnya dana itu untuk dikelola, tetapi habis begitu saja.

2. Mustahik yang tidak mandiri juga menjadi hambatan dalam menjalankan program ini. Banyak mustahik yang tergantung kepada LAZIS, padahal LAZIS itu hanya sebagai pengawas dibelakang saja dan selebihnya itu adalah usaha mustahik dalam mengembangkan usaha mereka.

3. Mustahik yang kurang pengetahuan tentang pemasaran untuk kemajuan usahanya. Tidak banyak ide-ide kreatif mereka dalam melakukan pengembangan usaha, karenanya usaha mereka tidak maju bahkan macet.

(66)

Untuk mengatasi serentetan masalah di atas, LAZIS memiliki beberapa cara diantaranya yaitu:

1. Dianalisa terlebih dahulu dan dimusyawarahkan untuk dicari solusi yang terbaik dalam penyelesaiannya.5

2. Evaluasi untuk perbaikan, fokus pada pemberian modal usaha-usaha yang rendah risikonya.6

3. Melalui kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU, Rumah Zakat dll).

D. Faktor- faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik

1. Pola pembinaan dari LAZIS yang dilakukan pada saat dana zakat produktif itu diberikan kepada mustahik.

2. Pola kunjungan rutin yang dilakukan LAZIS pada saat mustahik melaksanakan usahanya dengan kata lain LAZIS tidak lepas tangan begitu saja setelah memberikan dana.

3. Pola penentuan besarnya bantuan yang diberikan. Semakin besar usahayang didirikan mustahik, maka semakin besar juga besar bantuan yang diberikan

5

Wawancara Pribadi dengan Nurdin jabatan Ketua Div, Pemberdayaan. Cinere, 20 Juli 2010

6

(67)
(68)

Setelah melakukan serangkaian penelitian, seperti yang tertera pada bab III dan bab IV, maka pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari rangkaian penelitian tersebut. Selain kesimpulan, penulis juga memberikan saran yang akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan pengembangan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian penulis di LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali untuk mengetahui pengaruh program kelompok swadaya masyarakat terhadap kesejahteraan mustahik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada beberapa strategi LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali dalam rangka memaksimalkan kemajuan program KSM yaitu yang pertama melalui kemitraan usaha dengan salah satu lembaga (diantaranya PKPU) dan yang kedua melalui pemberian dana (permodalan) yang ditujukan khusus untuk modal usaha para mustahik.

2. Program KSM mempunyai pengaruh dengan kesejahteraan mustahik. Variabel (faktor) yang dapat mempengaruhi diantaranya yaitu, Pertama

(69)

adanya pembinaan dari LAZIS sebelum dilaksanakan program KSM, 4,7% hasil usaha di tentukan oleh pembinaan laziz, sedangkan sisanya 95,3% (100% - 4,7%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel pembinaan laziz. Koefisien regresi 1,132 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pembinaan laziz maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 1,132) per bulan. Kedua besarnya dana bantuan modal kerja yang diberikan mustahik pun mempunyai pengaruh, 11,8% hasil usaha mustahik di tentukan oleh besarnya dana bantuan untuk usaha, sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel besarnya dana bantuan untuk usaha. Koefisien regresi 0,525 menyatakan bahwa setiap penambahan dana sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 1 rupiah (dibulatkan dari 0,525 per bulan.

Sedangkan rutinnya kunjungan laziz tidak mempunyai banyak pengaruh terhadap hasil usaha mustahik. Koefisien regresi 0,207 menyatakan bahwa setiap penambahan kunjungan laziz 1 kali, maka akan meningkatkan hasil usaha sebesar 0 rupiah (dibulatkan dari 0,207 per bulan).

(70)

kerjasama dengan lembaga zakat lainnya yang lebih kompeten (PKPU, Rumah Zakat dll).

4. Faktor-faktor KSM LAZIS yang mempengaruhi kesejahteraan mustahik ada 3, yaitu pertama Pola pembinaan LAZIS kepada mustahik, kedua Pola kunjungan rutin, ketiga Pola besarnya bantuan.

B. Saran-saran

Dari hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan ini, penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran guna menambah manfaat penelitian ini, yaitu :

1. Penulis telah menemukan pembuktian bahwa dalam praktek program KSM banyak terjadi permasalahan diantaranya yaitu permasalahan manajemen para mustahik kurang baik yang menyebabkan usaha mustahik macet bahkan mandek. Tetapi jika lebih sering diadakan pembinaan dari LAZIS, maka akan memberikan pengaruh besar untuk suksesnya program KSM. Karena dapat memberikan motivasi untuk mustahik dalam mengembangkan usahanya.

Gambar

Gambaran Umum LAZIS PT PLN P3B Jawa Bali. Dalam bab ini
PRINSIP PEMBERDAYAANGambar 2.1 16
GAMBARAN UMUM LAZIS PT PLN P3B JAWA BALI
Tabel 3.110
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini didapatkan data bahwa pretreatment dengan menggunakan campuran mikroorganisme dengan perbandingan Pseudomonas putida : Trichoderma

Namun pada kondisi tertentu persentase teradsorpsi akan konstan bahkan terjadi penurunan persentase logam berat karena telah terjadi kejenuhan pada material

 Formulir Program Kerja dan Anggaran Biaya (PK2-RKA-01) yang diterbitkan oleh PK II, adalah formulir rencana program kerja untuk semester mendatang dan anggaran yang dibutuhkan yang

1.3.2 Implementasi Supervisi (pengawasan) akademik oleh kepala SD adalah wujud nyata pelaksanaan supervisi akademik dalam pembelajaran matematika yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis tindak direktif dan ciri penandanya, jenis tindak direktif yang dominan digunakan, serta makna imperatif dari

Problem yang sering terjadi terhadap anak kebanyakan masalah kebersihan baik itu cara mencuci tangan dan lain sebagainya dan ini perlu menjadi perhatian khusus buat orang tua

Selain itu, per- kembangan ilmu pengetahuan, teknologi, migrasi penduduk, dan seni membawa para penutur bahasa Tolaki mau tidak mau harus berinteraksi dengan penutur

Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimen ( One group Pretest-Posttest Designs ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri TK/TPA Nurul Istiqomah Kampung