Lampiran 11
224
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Data Pribadi
Nama Lengkap
: Eriska Mulya Ramdhini
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 12 Maret 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Alamanda V No.11 Gempol
Sari Indah RT 03 RW 04,
Bandung, Jawa Barat, 40215
Telepon
: 0821-2189-3922
: eriskamulya123@gmail.com
2.
Data Pendidikan Formal
(1)
SD YWKA 3 Bandung
Tahun 1999 s.d. 2005
(2)
SMP Negeri 25 Bandung
Tahun 2005 s.d. 2008
(3)
SMK Negeri 1 Cimahi
Tahun 2008 s.d. 2012
(4)
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
Tahun 2012 s.d. 2016
3.
Data Pendidikan Non Formal
(1)
Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu Tahun 2015
(2)
Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Ikatan Akuntansi Indonesia
2016
4.
Pengalaman Organisasi
(1)
OSIS SMP Negeri 25 Bandung
Tahun 2006 s.d. 2008
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini Saya buat dengan sebenar-benarnya.
Hormat Saya,
PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK
PENGHASILAN BADAN SESUAI UU NO. 36 TAHUN 2008
DAN UPAYA PERENCANAAN PAJAK TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Kasus
Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Kanwil DJP Jabar I)
THE INFLUENCE OF CHANGES IN INCOME TAX RATES IN
ACCORDANCE TO
CONSTITUTION NO. 36 YEARS 2008 AND TAX
PLANNING EFFORTS TO MANAGEMENT EARNINGS PRACTICE
(Case Study On Registered Company On Kanwil DJP Jabar I)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi
Oleh:
Nama: Eriska Mulya Ramdhini
Nim: 21112048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat perkenan, petunjuk serta karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
Penghasilan Badan Sesuai UU No. 36 Tahun 2008 dan Upaya Perencanaan
Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba Survey Pada Perusahaan yang
Terdaftar Pada Kanwil DJP Jabar I.
”
Begitu banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis selama
menyelesaikan Skripsi ini, namun penulis mendapat banyak dukungan, bimbingan
dan bantuan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar
–
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kepada :
1.
Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2.
Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.
3.
Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., CA, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.
iv
membimbing, mengarahkan, dan memberkan petunjuk yang sangat
berharga demi selesainya usulan penelitian ini.
5.
Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Wali.
6.
Kedua orang tua Ibu & Bapak yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi untuk kemudahan penyelesaian laporan ini.
7.
Seluruh
Staff
Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
8.
Staff
Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Ibu Dona dan Ibu Senny),
terima kasih untuk pelayanan dan informasinya.
9.
Saudara
–
saudara saya terimakasih atas dukungan moral dan materi serta
doanya.
10.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga Allah membalas segala budi baik dari semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini dan semoga penelitian ini
dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca serta pihak lain pada
umumnya.
Bandung, Agustus 2016
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I
PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar belakang Penelitian ... 1
1.2
Identifikasi Masalah ... 9
1.3
Rumusan Masalah ... 9
1.4
Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.4.1 Maksud Penelitian ... 10
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 10
1.5
Kegunaan Penelitian ... 10
1.5.1 Kegunaan Praktis ... 10
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS ... 12
2.1
Kajian Pustaka ... 12
vi
Badan ... 12
2.1.1.2 Perbedaaan Tarif Pajak Penghasilan Badan ... 16
2.1.1.3 Indikator Tarif Pajak Penghasilan Badan ... 17
2.1.2 Perencanaan Pajak (
Tax Planning
) ... 17
2.1.2.1 Pengertian Perencanaan Pajak ... 18
2.1.2.2 Perencanaan Pajak Dalam Rangka Manajemen
Perpajakan ... 19
2.1.2.3 Indikator Perencanaan Pajak ... 22
2.1.3 Manajemen Laba
... 22
2.1.3.1 Pengertian
Manajemen Laba ... 23
2.1.3.2 Indikator Manajemen Laba ... 26
2.2
Kerangka Pemikiran ... 26
2.2.1 Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Pada Manejemen Laba ... 26
2.2.2 Pengaruh Perencanaan Pajak Pada Manajemen Laba ... 28
2.2.3 Hubungan Perubahan Tarif Pajak dan Perencanaan Pajak .. 29
2.3
Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1
Metode Penelitian Yang Digunakan ... 35
3.2
Operasionalisasi Variabel ... 36
3.3
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.4
Populasi, Sampel, Tempat serta Waktu Penelitian ... 40
3.4.1 Populasi ... 40
3.4.2 Penarikan Sampel ... 41
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
3.5
Metode Pengujian Data ... 44
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1
Hasil Penelitian ... 55
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 55
4.1.1.1 Analisis Perubahan Tarif Pajak ... 55
4.1.1.2 Analisis Perencanaan Pajak ... 60
4.1.1.3 Analisis Manajemen Laba ... 64
4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 69
4.1.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69
4.1.2.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 75
4.1.2.3 Hasil Analisis Korelasi ... 77
4.1.2.4 Hasil Analisis Determinasi ... 81
4.1.2.5 Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T) ... 82
4.1.2.6 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ... 84
4.2
Pembahasan ... 86
4.2.1 Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Terhadap
Manajemen Laba ... 86
4.2.2 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba ... 88
4.2.3 Pengaruh Perubahan Tarif Pajak dan Perencanaan Pajak
Pada Manajemen Laba ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
3.1
Kesimpulan ... 90
3.2
Saran ... 91
93
DAFTAR PUSTAKA
Anik Wahyu dan Muchamad Syafruddin. 2012.
Manajemen Laba Sebagai Respon
Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
, Universitas Dipenogoro.
Alam S. 2007.
Pengantar Ekonomi
, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2004.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Manajemen Laba Di Seputar Right Issue
, Universitas Slamet
Riyadi Surakarta
Dewi Fitriyani, Reka Maiyarni, dan Muhammad Gowon, 2012.
Analisis
Perbedaan Earnings Management Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
, Universitas Jambi
Djoko Muljono, 2009.
Tax Planning Menyiasati Pajak Dengan Bijak,
Yogyakarta, Penerbit Andi
Endin Dwi, 2014.
Analisis Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Sesuai
UU No. 36 Tahun 2008 Terhadap Praktik Earnings Management Sebagai
Motivasi Penghematan PPh Badan,
Dipenogoro Journal Of Accounting.
Hidayati dan Zulaikha. 2003.
Analisis Perilaku Earnings Management: Motivasi
Minimalisasi Income Tax
. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya
Nazir, 2013. Studi Kepustakaan. Dalam: R. Sikumbang, penyunt.
Metode
Penelitian.
Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 93.
Nazir, M., 2011. Metode Deskriptif. Dalam:
Metode Penelitian.
Bogor: Ghalia
Indonesia, hal. 54.
Nazir, M., 2013. Grounded Research. Dalam: R. Sikumbang, penyunt.
Metode
Penelitian.
Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 74.
Mardiasmo, 2013. Perpajakan Edisi Revisi 2013. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pratana Puspa, dkk., 2012.
Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Badan Menurut UU
No. 36 Tahun 2008 Terhadap Praktik Manajemen Laba Perusahaan Non
Manufaktur
, Universitas Bengkulu.
94
Scott, R. William. 2000.
Financial AccountingTheory.
Second Edition. Prentice
Hall Canada Iinc., Scarborough, Ontario, Canada.
Siti Resmi, 2003.
Teori dan kasus, Buku satu
. Yogyakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Suandy, Erly. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Subagyo dan Oktavia, 2010.
Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan
Tarif Pajak Penghasilan Badan Di Indonesia
, Universitas Kristen Krida
Wacana.
Sugiyono, 2013. Metode Kuantitatif. Dalam: Sutopo, penyunt.
Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta, hal. 11.
Sugiyono, 2014. Hipotesis. Dalam:
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D.
Bandung: Alfabeta, hal. 64.
Sugiyono, 2014. Pengertian Metode Penelitian. Dalam:
Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, hal. 2.
Sugiyono, 2014. Populasi dan Sampel. Dalam:
Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, hal. 81.
Titin Dian, dkk, 2010.
Penerapamn Strategi Perencanaan Pajak Dalam Upaya
Penghematan Pajak Penghasilan
, Universitas Brawijaya.
Tjahjono, S., Tarigan, J., Efendi, J. & Hardjanti, Y., 2013. Financial Statement
Fraud. Dalam:
Business Crime and Ethics: Konsep dan Studi Kasus Fraud
di Indonesia dan Global.
Yogyakarta: ANDI, hal. 46.
Tjahjono, S. et al., 2013. Financial Statement Fraud. Dalam:
Business Crime and
Ethics.
Yogyakarta: ANDI, hal. 44.
Undang-UndangRI No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
95
Wibowo, D., 2010.
Detik Finance.
http://finance.detik.com
. Melalui <
http://finance.detik.com/read/2016/08/02/155031/3266822/6/telat-sampaikan-lapkeu-perdagangan-saham-14-emiten-ini-disetop-bei>
Diakses tanggal 26 Februari 2016.
Wijaya dan Martini, 2011.
Praktik Manajemen Laba Perusahaan Dalam
Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008
,
Universitas Indonesia.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Perubahan Tarif Pajak Penghasilan
Mengacu pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pajak penghasilan
merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan, baik penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau perorangan maupun badan yang
berbeda didalam negeri dan/ atau di luar negeri, yang terutang selama tahun pajak.
(Titin, dkk., 2011)
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dibebankan pada penghasilan
perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya (Zain, 2008). UU Pajak
penghasilan telah mengalami 4 kali perubahan di tahun 1983, 1994, 2000 dan terakhir
tahun 2008. Menurut Undang-undang No.36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan,
tarif pajak yang sebelumnya tarif progresif efektif berlaku pada tahun 2009 berubah
menjadi tarif tunggal (
single tax
), yakni 28% berlaku pada tahun 2009 dan 25%
berlaku pada tahun 2010. (Pratana, dkk., 2015)
2.1.1.1 Pengertian Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak
Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-undang PPh disebut
13
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Undang-undang PPh menganut asas
materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada
surat ketetapan pajak. (Mardiasmo, 2011:155)
Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan, penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak atas seluruh penghasilannya. (Waluyo,
2012:218)
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami
perubahan terakhir kali diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
(Mardiasmo, 2011:155)
Pajak penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir
dengan undang Nomor 36 tahun 2008. Dalam pasal 4 ayat satu
Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 disebutkan Penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008:6)
Menurut Undang-undang tahun 2008 subjek dan objek pajak penghasilan
adalah sebagai berikut :
14
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a.
Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b.
Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
c.
Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
pemerintah daerah; dan
d.
Pembukuaannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
2. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasa dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan ,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a.
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b.
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c.
Laba usaha;
d.
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
15
f.
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g.
Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h.
Royalty atau imabalan atas penggunaan hak;
i.
Sewa dan penghasilan lain sehubunggan dengan penggunaan harta;
j.
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k.
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l.
Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m.
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n.
Premi asuransi;
o.
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p.
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q.
Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r.
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s.
Surplus Bank Indonesia.
16
kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak dalam negeri atau luar negeri
yang dapat dipakai konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak dengan nama
dan bentuk apapun dengan merujuk pada Undang-undang pajak penghasilan
sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-undang
Nomor 36 tahun 2008.
2.1.1.2 Perbedaan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Terdapat empat kali perubahan tarif pajak penghasilan yaitu UU PPh tahun
1983 yang mulai berlaku tahun 1984, tarif UU PPh tahun 1994 yang mulai
berlaku tahun 1995, UU PPh tahun 2000 yang mulai berlaku tahun 2001, dan UU
PPh tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009. Perubahan-perubahan tarif dari
[image:20.595.119.503.474.729.2]tahun ke tahun tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1: Perbedaan tarif UU PPh 1983, 1994, 2000, dan 2008 untuk
Wajib Pajak Badan
UU No. 7 / 1983 PKP dan Tarif
UU No. 10 /1994 PKP dan Tarif
UU No. 17 /2000 PKP dan Tarif
UU No. 36 / 2008 PKP dan Tarif PKP s/d
10.000.000 = 15%
PKP s/d 25.000.000 = 10%
PKP s/d 50.000.000 = 10%
Tarif W P Badan & bentuk usaha tetap adalah 28%, dan bisa turun sebesar 5% untuk WP berbentuk
perseroan terbuka yg paling sedikit 40 % dari jumlah keseluruhan saham yg disetor, diperdagangkan di BEI dan atau lebih dari keseluruhan saham disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit 300 pihak. PKP diatas
10.000.000 s/d 50.000.000 = 25%
PKP diatas 25.000.000 s/d 50.000.000 = 15%
PKP diatas 50.000.000 s/d 100.000.000 = 15%
PKP diatas 50.000.000 = 35%
PKP diatas 50.000.000 = 30%
17
2.1.1.3 Indikator Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Perhitungan pajak tangguhan dengan menggunakan metode pajak
tangguhan, cenderung penekanannya kepada berapa besar pajak yang dapat
dihemat pada saat ini. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak pada saat
munculnya perbedaan temporer tersebut, untuk selanjutnya dihitung berapa besar
beban pajaknya. Apabila perubahan tarif pajak pada periode berikutnya atau
adanya pengenaan pajak baru, hal ini tidak akan mengubah jumlah pajak
tangguhan yang telah dihitung tersebut. (Moh. Zain, 2008:187)
2.1.2 Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi
(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas
strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi
(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
(Erly Suandy, 2011:2)
Bagi pemerintah pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan
digunakan
dalam
membelanjai
pengeluaran-pengeluarannya.
Pemerintah
Pajak Tangguhan = Pajak Kini (Tarif Pajak Tahun 2009
–
Tarif Pajak Tahun
2008)
Pajak Tangguhan = Perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiscal yang masih didapat dikompesasikan di masa datang.
Pajak Kini = Pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak hasil rekonsiliasi fiscal yang dikalikan tarif pajak.
18
memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, yang
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Sedangkan Wajib Pajak berusaha
untuk membayar pajak sekecil mungkin karena bagi perusahaan pajak merupakan
beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan. Perbedaan kepentingan ini
menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk meminimalkan jumlah pembayaran
pajak, dengan cara menekan dan membuat beban pajak sekecil mungkin. Upaya
untuk meminimalkan beban pajak ini sering disebut dengan perencanaan pajak
(
tax planning
) atau
tax
sheltering
. (Yusrianti, 2014)
2.1.2.1 Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada
umumnya penekanan perencanaan pajak
(tax planning)
adalah untuk
meminimumkan kewajiban pajak. (Erly Suandy, 2011:6)
Strategi yang telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu terkait dengan
upaya wajib pajak untuk mengifisiensikan PPh Badan dengan penerapan
tax
planning
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Masing-masing
perusahaan mempunyai karakter masalah yang berbeda-beda sesuai
nature of
business
perusahaan tersebut, sehingga dalam melakukan perencanaan pajak kita
juga tidak boleh men-generalisai permasalahan, tapi fleksibel mengikuti alurnya
dengan fokus kepada perncapaian tujuan yang kita inginkan.
19
1.
Memilih sistem pembukuan yang tepat.
2.
Memilih metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak
berwujud.
3.
Memilih metode penilaian persediaan yang tepat.
4.
Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk natura
atau cash.
5.
Memilih metode pemotongan PPh Pasal 21 yang tepat.
(Chairil Anwar, 2015:250)
Sebelum melakukan strategi perencanaan pajak, terlebih dahulu harus
dipahami adanya perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak.
Perbedaan yang dimaksud disini naik dalam pengakuan pendapatan maupun
biaya. Perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak dengan melihat
biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, biaya-biaya-biaya-biaya yang tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, dan biaya yang boleh dikurangkan
sebesar 50%. (Erly Suandy, 2011:123)
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah upaya untuk
mengatur pembayaran pajak atau meminimalkan kewajiban pajak dengan tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar pajak yang dibayar
tidak lebih dari pajak yang seharusnya.
2.1.2.2 Perencanaan Pajak Dalam Rangka Manajemen Perpajakan
20
1.
Tax Saving
Tax saving merupakan upaya mengefiensikan beban pajak melalui pemilihan
alternative pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya dengan
mengubah imbalan natura bagi karyawan yang tidak boleh di biayakan
menjadi tunjangan yang dapat di biayakan sebagian obyek PPh Pasal 21.
2.
Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara
menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak.
Misalnya, perusahaan, yang masih mengalami kerugian perlu mengubah
tunjangan karyawan dalam bentuk uang ke pemberian natura sehingga natura
tersebut bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21.
3.
Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat
menghindari timbulnya sanksi perpajakan yaitu :
a.
Sanksi Administrasi, berupa bunga, denda atau kenaikan.
b.
Sanksi Pidana, berupa pidana atau kurungan.
4.
Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang
berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini
dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran sampai dengan
21
5.
Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Wajib pajak seringkali kurang mendapat informasi mengenai pembayaran
pajak yang dapat dikreditkan. Sebetulnya pembayaran tersebut merupakan
pajak yang dibayar dimuka. Misalnya, kredit pajak untuk PPh badan terdiri
dari PPh pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan fiscal luar negeri
atas perjalanan dinas pegawai. Dalam hal kredit pajak PPN (Pajak Masukan),
Pengusaha Kena Pajak cukup menggunakan dokumen lain yang fungsinya
sama dengan faktur pajak standar, seperti SPPB atau Surat Perintah
Pengiriman Barang (
delivery order
) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk
penyaluran tapung terigu, PNBP (Paktur Nota bon Penyerahan) yang
dikeluarkan oleh pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM,
serta tanda pembayaran atau kuitansi telepon.
6.
Hindarkan Lebih Bayar Akibat Salah Tulis / Salah Hitung
Lebih bayar akibat salah tulis dan salah hitung akan mengakibatkan risika
Pemeriksaan Pajak yang berdampak kepada penyisihan waktu kantor yang
berharga untuk kegiatan bisnis harus disediakan untuk pelayanan bagi
Pemeriksa Pajak.
7.
Hindarkan Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan
Menghindarkan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan
dengan cara berusaha menguasai peraturan perpajakan yang berlaku sehingga
terhindar dari Sanksi Perpajakan dan sejenisnya.
22
2.1.2.3 Indikator Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak (TAXPLAN), Insentif pajak diproksikan dengan
perencanaan pajak. Berdasarkan Yin dan Cheng (2004), perencanaan pajak pada
penelitian ini dihitung dengan rumus berikut:
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganiasian, kepemimpinan,
dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber
daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Alam S, 2007:126)
Berdasarkan
Statement of Financial Concept
dalam Anggraeni (2011)
menyatakan bahwa sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang
prestasi-prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan
komponen-komponennya. SFAC juga menyatakan bahwa informasi laba
mempunyai manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi
Yang terdiri dari :
23
kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba, dan
menaksir resiko dalam investasi. (Anggraeni, 2011:2)
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Laba
Kondisi keuangan perusahaan tercermin pada laporan keuangan, karena
dalam laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja manajemen, laporan
arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan
juga menunjukkan sejauh mana kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam
mengevaluasi kinerja manajemen. Besarnya laba perusahaan dijadikan parameter
utama dalam laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang dapat menimbulkan
motivasi bagi manajemen untuk melakukan tindakan menyimpang, salah satunya
adalah tindakan manajemen laba. Manajemen laba merupakan tindakan
manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu untuk
mempengaruhi laba yang akan terjadi seperti yang mereka inginkan melalui
pengelolaan faktor internal yang dimiliki atau digunakan perusahaan. (Dyah,
2013:18)
Berdasarkan penelitian Scott (2000) dalam Sitorus (2011) mendefinisikan
earnings management
sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajemen dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Konsep mengenai manajemen laba dapat dijelaskan dengan menggunakan
pendekatan teori keagenan (
agency theory
). Teori tersebut menyatakan bahwa
24
kepentingan (
agent
). Konflik ini muncul pada saat setiap pihak berusaha untuk
mencapai tingkat kemakmuran yang diinginkannya. (Sitorus, 2011:4)
a.
Agency Theory
(Teori Keagenan)
Jensen dan Meckling (1976) yang dikutip oleh Aditama (2013)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih
principal (pemilik) menggunakan pihak lain atau agent (manajer) untuk
menjalankan perusahaan. Dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan principal
adalah pemegang saham atau pemilik yang menyediakan fasilitas dan dana untuk
kebutuhan operasi perusahaan. Agent adalah manajemen yang memiliki
kewajiban yang mengelola perusahaan sebagaimana yang telah diamanahkan
principal kepadanya.
Agency theory
memiliki asumsi bahwa masing-masing
individu semata-mata termotivasi oleh kesejahteraan dan kepentingan dirinya
sendiri. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan
dirinya melalui pembagian dividen atau kenaikan harga saham perusahaan. Agent
termotivasi
untuk
meningkatkan
kesejahteraannya
melalui
peningkatan
kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat ketika principal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent karena ketidakmampuan
principal memonitor aktivitas agent dalam perusahaan. Sedangkan agent
mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja,
25
b.
Positive Accounting Theory
(Teori Akuntansi Positif)
Teori yang dipelopori oleh Watts dan Zimmerman (1986) yang dikutip
oleh Aditama (2013) memaparkan bahwa faktor-faktor ekonomi tertentu bisa
dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. Anis dan
Imam (2011) yang dikutip oleh Januarti (2011) menyatakan bahwa teori akuntansi
positif merupakan bagian dari teori keagenan. Hal ini dikarenakan akuntansi teori
positif mengakui adanya tiga hubungan keagenan, yaitu (1) antara manajemen
dengan pemilik (the bonus plan hypothesis), (2) antara manajemen dengan
kreditur (the debt to equity hypothesis), dan (3) antara manajemen dengan
pemerintah (the political hypothesis). Tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi
positif yaitu (Watts dan Zimmerman, 1986 yang dikutip oleh Aditama, 2013):
1.
The Bonus Plan Hypothesis
2.
The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
3.
The Political Cost Hypothesis
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan
aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. (Sri
Sulistyanto, 2008)
Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan penulis tindakan
manajemen laba sengaja dilakukan oleh manajemen untuk mengatur laba dalam
26
1.
Menaikan laba
2.
Menurunkan laba
3.
Meratakan laba (
income smoothing
)
2.1.3.2 Indikator Manajemen Laba
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Perubahan Tarif Pajak terhadap Manajemen Laba
Dalam konteks perpajakan maka upaya perataan laba dilakukan agar
perusahaan dapat mengatur jumlah pajak yang harus di bayarkan kepada
permerintah pada periode berjalan. Ada dua tujuan yang ingin dicapai perusahaan
yang melakukan hal ini.
1. Perusahaan hanya ingin penundaan pembayaran pajak sesungguhnya.
Artinya, meski pajak yang dibayarkan pada periode berjalan lebih
rendah dibandingkan pajak sesungguhnya namun penurunan ini tetap
akan dibayarkan pada periode-periode mendatang.
2. Perusahaan menginginkan pajak yang dibayarkannya benar-benar lebih
rendah dibandingkan kewajibannya. Sedangkan pajak periode berjalan
Beneish FormulaSGI – Sales growth index = ����� ��
����� ��−1 Manipulasi 60%, non manipulasi 10%
Rasio SGI (Sales Growth Index) adalah rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan
dengan mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode.
27
yang disembunyikan tetap akan disembunyikan sampai kapanpun dan
tidak kan dibayarkan pada periode-periode mendatang.
Artinya, apabila tarif pajak tinggi, perusahaan cenderung akan melakukan
manajemen laba pada tahun tersebut. (Sri Sulistyanto, 2008:98)
Dengan diterbitkannya UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Badan, yaitu adanya perubahaan tariff pajak dari tarif progresif menjadi tariff
tunggal (
single tax
), yang semula 30% menjadi 28% berlaku pada tahun 2009 dan
25% berlaku pada tahun 2010, memberikan intensif bagi manajemen untuk
melakukan rekayasa laba atau sering disebut dengan manajemen laba (Wijaya dan
Martani, 2011)
Kemudian dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Fitriyani,
dkk (2012) bahwa hasil
earnings management
ditunjukan dengan adanya
perbedaan yang signifikan antara
discretionary accruals
pada periode sebelum
dan sesudah pemberlakuan UU. No. 36 tahun 2008. Hasil pengujian hipotesis
secara statistic menunjukan bahwa
discretionary accruals
sesudah pemberlakuan
lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pemberlakuan UU. Hal ini menunjukan
adanya
earnings management
yang ditunjukan dengan perbedaan
discretionary
accruals
pada sebelum dan sesudah pemberlakuan UU. No. 36 tahun 2008. (Dewi
Fitriyani, dkk, 2012)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anik (2012) dapat
28
manajemen laba. Jadi dalam merespon perubahan tarif pajak, perusahaan
melakukan manajemen laba sebelum dan setelah perubahan tarif pajak. (Anik,
2012)
2.2.2 Pengaruh Perencenaan Pajak Terhadap Manajemen Laba
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan
aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. (Sri
Sulistyanto, 2008)
Yin dan Cheng (2004) menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan yang memperoleh laba (
profit firm
) berhubungan signifikan positif
dengan insentif pajak, yakni perencanaan pajak. Subagyo dan Oktavia (2010) juga
melakukan penelitian yang menguji apakah perubahan tarif pajak penghasilan badan
di Indonesia direspon oleh manajemen laba menemukan bahwa perencanaan pajak
yang merupakan salah satu insentif pajak mempengaruhi secara positif manajemen
laba untuk profit firm.
Berbagai penelitian mengenai pengaruh perencanaan pajak (
tax planning
)
terhadap manajemen laba sudah banyak diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu
sebagaimana penelitian yang dilakukan Ulfah (2012) tentang pengaruh beban
pajak dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba menjelaskan bahwa
perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Disamping itu Ulfah
(2012) menyatakan bahwa semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar
peluang perusahaan melalukan manajemen laba. Salah satu perencanaan pajak
29
masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. Namun penelitian ini tidak
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2013) yang hasil
penelitiannya menyatakan bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. (Yusrianti, 2014:4)
Kemudian pada penelitian yang telah dilakukan Nila Trisna (2012) bahwa
berdasarkan hasil pengujian ditemukan bahwa baik manajemen laba riil maupun
manajemen laba akrual meningkatkan persistensi laba, sedangkan perencanaan
pajak tidak mempengaruhi persistensi laba. Perusahaan yang melakukan
manajemen laba akan memiliki laba yang lebih persisten dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. (Nila Trisna, 2012)
2.2.3 Hubungan Perubahan Tarif Pajak Penghasilan dan Perencanaan
Pajak
Perencanaan pajak yang baik memerlukan suatu pemahaman terhadap
undang-undang dan peraturan pajak. Undang-undang pajak dari waktu ke waktu
selalu mengalami perkembangan, dengan serangkaian undang-undang pajak tahun
2000 yang diberlakukan mulai tahun 2001. Untuk Pajak Penghasilan sebelum
tahun 2001 tidak dibedakan antara struktur tarif untuk Orang Pribadi maupun
Badan. Namun, mulai tahun 2001 tarif pajak Orang Pribadi dan Badan dibedakan.
Begitu pula perubahan yang terjadi pada tahun 2008. Bagi Wajib Pajak perubahan
ini harus diperhatikan dalam membuat perencanaan pajak supaya efektif. Setiap
30
ulang perencanaan pajak mereka. Strategi pajak yang bekerja dengan baik di masa
lalu mungkin tidak efektif untuk masa yang akan datang. (Erly Suandy, 2011:9)
Berapa pun besarnya pajak penghasilan yang akan dikenakan terhadap
perusahaan, pajak penghasilan tetap merupakan beban kas yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat memusatkan perhatian pada
beban perusahaan, beban apa saja yang dapat menjadi pengurang pajak, dan
bagaimana hal itu memengaruhi pengambilan keputusan. (Erly Suandy, 2011:10)
Pengusaha harus pandai-pandai menyasati ketentuan perpajakan agar hak
dan kewajiban perpajakannya dapat dilakukan dengan benar dan dapat
memanfatkan berbagai peluang yang ada pada kebijakan perpajakan yang
menguntungkan dirinya namun tetap tidak merugikan pemerintah. Menyiasati
perpajakan berkaitan erat dengan kegiatan pengusaha yang harus jeli mengamati
ketentuan perpajakan yang berlaku serta mengikuti perubahan yang terjadi pada
ketentuan tersebut agar dapat memanfatkan berbagai peluang yang ada, dengan
tujuan akhir agar perusahaan dapat membayar pajak dengan benar dan dapat
[image:34.595.106.518.653.747.2]diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan perusahaan,
terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan juga sehemat mungkin. (Djoko
Muljono, 2009:2)
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Dahulu Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
1 Eddy Joni (2015) Perubahan Tarif Pajak Penghasilan
Badan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan
No. 36 Tahun
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis maa Ha tidak diterima bahwa perusahaan tidak melakukan manajemen laba sebagai respon
31
2008 dan Praktik Earnings Management
perubahan tarif pajak penghasilan Wajib Pajak Badan di Indonesia. 2 Dewi Fitriyani,
Reka Maiyarni, dan Muhammad Gowon (2012) Analisis Perbedaan Earnings Management Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan UU
No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Berdasarkan hasil uji beda dengan nilai signifikansi sebesar 0.018 pada taraf signifikansi _ = 0.05 menunjukkan mean
discretionary accrual
sesudah pemberlakuan UU sebesar 2.1600511 lebih tinggi dibandingkan mean
discretionary accrual
sebelum pemberlakuan UU. Hal ini berarti terdapat earnings
management yang
ditunjukkan adanya perbedaan mean
discretionary accrual pada periode sebelum dan sesudah pemberlakuan UU No. 36 tahun 2008. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan berhasil terdukung
Indikator : Discretionary Accruals
3 Ferdiyansyah (2011) Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Pada penelitian ini perusahaan tidak melakukan penghematan laba pada tahun sebelum perubahan undang-undang, hal ini dimungkinkan karena hanya sedikit penururan tarif pajak yang terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 2 persen sampai 7 persen sedangkan pada tahun 2010 tarif pajak akan lebih besar penurunannya yaitu sebesar 5 persen sampai 10 persen. Jadi, manajemen lebih memilih untuk melakukan penghematan pajak pada tahun 2010 dari pada tahun 2009 dimana tarif pajak turun lebih drastis.
Objek Penelitian : Sektor Otomotif
4 Ferry Aditama & Anna Purwaningsih (2011) Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Nonmanufakturr
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan data yang terdistribusi secara normal, hasil analisis statistik deskriptif
32
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan nonmanufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini melakukan manajemen laba dengan menghindari penurunan laba.
5 Yusrianti, Rio Monoarfa, Siti Pratiwi (2014) Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 0,225788. Nilai ini berarti bahwa sebesar 22,57% besarnya Manajemen Laba (Discretionary Accruals) Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dipengaruhi oleh kebijakan Perencanaan Pajak (Tax Plan) yang dikarenakan dengan adanya peningkatan nilai
tax plan maka berarti bahwa nilai laba sebelum pajak semakin besar sehingga dengan hal tersebut maka pihak manajer terkesan akan melakukan penurunan laba. Dapat pula disimpulkan bahwa svariabel bebas mampu menjelaskan atau memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Adapun pengaruh dari variabel lain terhadap Manajemen Laba (Discretionary Accruals) sebesar hanya 77,43% (100%-22,57%).
Indikator : Discretionary Accruals
6 Nila Trisna Syanthi (2012) Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan Pajak dan Persistensi Laba
Dengan demikian, hasil penelitian ini menolak H1a, H1b, H1c dan H1d yang menyatakan bahwa manajemen laba riil dan manajemen laba akrual berpengaruh positif terhadap perencanaan pajak, sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak mempengaruhi
Variabel : Persistensi Laba
33
perencanaan pajak. Dengan kata lain, perusahaan tidak melakukan
manajemen laba dalam melakukan perencanaan pajak. Hal ini mengandung arti bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan tidak sekaligus bertujuan untuk memanipulasi jumlah pajak yang akan dibayar. oleh perusahaan.
Berdasarkan pada beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pendapat, antara penelitian yang satu dan yang lainnya, akan
pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti menguji kembali pengaruh perencanaan pajak terhadap
[image:37.595.111.516.111.276.2]manajemen laba.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perubahan Tarif
Pajak
Penghasilan (X1)
Perencanaan
Pajak (X2)
Manajemen Laba (Y)
(Ferry Aditama, 2013) (Yusrianti, 2014),
(Sri Sulistyanto, 2008:243), (Nila Trisna Syanthi, 2012) (Edi Joni, 2015),
(Ferdiyansyah, 2011), (Dewi, dkk., 2012) (Sri Sulistyanto, 2008:98)
34
2.3
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data, jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian. Sugiyono (2011:64)
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan diatas maka penulis
menarik hipotesis penelitian ini, yaitu bahwa:
H1: Perubahan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
H2: Perencanaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN SESUAI UU NO.36 TAHUN 2008 DAN UPAYA PERENCANAAN PAJAK TERHADAP PRATIK MANAJEMEN LABA
(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar Pada Kanwil DJP Jabar I)
Eriska Mulya Ramdhini 21112048
Universitas Komputer Indonesia
ABSTRACT
This study aims to test how much influence changes in corporate tax rate on earnings management practices, tax planning on earnings management practices and how much the relationship changes in corporate tax rates and tax planning companies listed in DJP Jabar 1. The study also aims to determine whether the changes in
tax rates and tax planning significantlu influence on earnings management. It is associated with the phenomena
that occur in the PT . KPC in 2007 , where the company has found indications of criminal acts in the form of engineering sales tax that is done to minimize taxes .
The method used in this research is descriptive and verification method with quantitative approach. The sampling method using nonprobability sampling with purposive sampling approach. The unit of this study was 54 annual financial statements of companies that were taken in 2009 - 2014. The data were analyzed using multiple linear regression. Testing the hypothesis in this study using the statistical t test and f with Statistical Product Service (SPSS) version 16.0.
The results of this study showed that the Tax Rate Change Ratio and the tax planning’s ratio influence on
earnings management in the companies listed in DJP Jabar 1. The results of this study also showed that the changes in tax rates and tax planning significant effectly the earnings management.
Keywords: Changes in Corporate Income Tax Rates, Tax Planning, Profit Management.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan alat penting sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam ekonomi perusahaan, memuat segala informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholders dan manajer perusahaan itu sendiri. Salah satu poin penting dalam pengelolaan laporan keuangan, yaitu pembebanan pajak penghasilan atas laba perusahaan. (Endin Dwi, 2014)
Pajak menjadi salah satu alasan perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan untuk memperkecil pembebanan pajak penghasilan. Ini dikenal dengan istilah earnings management atau manajemen laba, dimana perusahaan merekayasa laporan keuangan untuk meminimalkan laba bersih yang dilaporkan agar beban pajak menjadi relatif rendah. Pajak merupakan pendapatan utama yang memberi kontribusi tinggi untuk membiayai pembangunan negara. Sektor perpajakan mempunyai proporsi lebih dari 50% dari penerima APBN. Hal ini memicu kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk selalu meningkatkan penerimaan dalam sektor perpajakan secara optimal, salah satunya dengan melakukan perubahan undang-undang perpajakan. (Endin Dwi, 2014)
Berdasarkan penelitian Scott (2000) dalam Sitorus (2011) mendefinisikan earnings management sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajemen dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Konsep mengenai manajemen laba dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan teori keagenan
(agency theory). Teori tersebut menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan
antara pihak yang berkepentingan (principal) dengan manajemen sebagai pihak yang menjalankan kepentingan
(agent). Konflik ini muncul pada saat setiap pihak berusaha untuk mencapai tingkat kemakmuran yang
diinginkannya. (Sitorus, 2011:4)
Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah kasus pajak yang dilakukan oleh Grup Bakrie, salah satunya adalah kasus PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie selain PT. Bumi Resources Tbk. dan PT. Arutmin Indonesia yang terduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah penyelidikan) oleh Dirjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp. 1,5 triliun dan ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang dilakukan oleh KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak. Hal inilah yang dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang berhubungan dengan pajak tangguhan dalam merekayasa penjualan untuk meminimalkan pajak yang dibayar. (Mochamad Tjiptardjo, 2010).
terkesan dimanipulasi atau bisa disebut membohongi investor. Investor menduga adanya upaya manipulasi keuangan karena para penyusun laporan keuangan bukanlah anak baru dan sudah berkelas perusahaan terbukan dengan jam terbang tinggi. Namun, tidak dapat dipastikan bahwa adanya ketidaksengajaan dalam pelaporan keuangan seperti ada akun-akun yang tidak dimasukan atau dihilangkan. Selain itu, potensi kecurangan sudah terlihat dengan melihat perusahaan yang disuspensi cukup lama dengan operasional perusahaan yang bermasalah. (Reza Priyambada, 2015).
beberapa perusahaan melakukan manajemen laba yang dapat dilihat dari score index pada indikator manajemen laba dimana jika angka menunjukan diatas 0.6 maka perusahaan tersebut mendapatkan laba dan cenderung melakukan manajemen laba, namun tetap terjadi pada perusahaan yang mengalami rugi yaitu PT.BTON. Sedangkan menurut Wijaya dan Martani (2011) bahwa berubahnya tarif PPh Badan dapat mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mengelola laporan keuangannya. Perubahan tarif PPh Badan menjadi tarif tunggal dan diturunkannyan tariff PPh Badan menjadi 28% pada tahun 2009 dan 25% mulai tahun 2010, dapat memberkan insentif kepada perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan memperkecil laba kena pajak
(taxable income), sehingga beban pajak perusahaan tersebut akan semakin kecil.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Fitriyani, dkk (2012) menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan earnings management, ditunjukkan dengan nilai discretionary accrual, pada periode sebelum dan sesudah pemberlakuan UU PPh Tahun 2008. Discretionary accrual pada periode sesudah pemberlakuan lebih tinggi daripada periode sebelum. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat terdukung dan menunjukkan bahwa terdapat praktik earnings management akibat adanya perubahan tarif pajak penghasilan yang baru.
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti, bahwa Kepala Kanwil DJP Sumatera Barat Jambi, M Ismiransyah M Zain menyebutkan penyidikan atas kasus penggelapan pajak yang dilakukan pengusaha berinisial YH dengan modus menyampaian surat pemberitahuan pajak yang isinya tidak benar dan tidak lengkap sejak 2012 sudah sampai pada tahap penyerahan berkas ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat. Penggelapan pajak tersebut telah merugikan negara hingga mencapai Rp. 13 Miliar. Modus yang dilakukan adalah tidak menyampaikan SPT tahunan pada tahun 2011 dan 2013. Berdasarkan modus tersebut, DJP Sumbar Jambi melakukan proses penyidikan terhadap yang bersangkutan. Hasilnya, pengusaha YH dinilai tidak kooperatif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dan melanggar pasal 39 ayat (1) huruf c dan d UU No.6/1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang terakhir diubah dengan UU No. 16/2009. (M Zain, 2015).
Perencanaan pajak (Tax planning) adalah proses mengorganiasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha sedemikian rupa dengan memanfaatkan berbagai celah kemungkinan yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan perpajakan (loopholes) agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimum. (Chairil Anwar, 2015:18).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yusrianti, dkk (2013) menyatakan bahwa hasil penelitiannya bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2012) yang berjudul Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba. Hasilnya menemukan bahwa kencenderungan melaporkan laba positif diduga kuat sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berukuran sedang dan besar, hal ini dilakukan dengan berbagai alasan diantaranya adalah menjaga persaingan bisnis, meraih dana dari investor dan lebih banyak menghadapi tekanan agar kinerja mereka sesuai dengan yang diharapkan oleh pasar dan para analis. Perencanaan pajak memiliki pengaruh positif, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melakukan manajemen laba. Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. (Yusrianti, 2013).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Sesuai UU No. 36 Tahun 2008 dan Upaya Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar Pada Kanwil DJP Jabar I”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah didefinisikan di atas, maka penjabaran rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh perubahan tarif pajak badan terhadap praktik manajemen laba. 2. Seberapa besar pengaruh perencanaan pajak terhadap praktik manajemen laba.
3. Seberapa besar hubungan perubahan tarif pajak badan dan perencanaan pajak.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran tentang pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan dan perencanan pajak terhadap praktik manajemen laba guna memecahkan masalah yang terdapat di Kantor Direktorat Jenderal Pajak maupun pada pihak Investor.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan terhadap praktik manajemen laba. 2. Untuk mengetahui pengaruh upaya perencanaan pajak terhadap praktik manajemen laba.
1.4 Kagunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada pada perusahaan dalam menanggapi perubahan tarif pajak penghasilan badan. Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan pengukuran peningkatan serta penurunan penerimaan pajak negara.
1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan dan perencanaan pajak terhadap praktik manajemen laba.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna di bidang akuntansi dan disiplin ilmu lainnya serta dapat dijadikan sumber atau referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian dengan pembahasan yang sama yaitu pengaruh perubahan tarif pajak penghasilan badan dan perencanaan pajak terhadap praktik manajemen laba.
II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Undang-undang PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak. (Mardiasmo, 2011:155).
2.1.1.1 Indikator Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Perhitungan pajak tangguhan dengan menggunakan metode pajak tangguhan, cenderung penekanannya kepada berapa besar pajak yang dapat dihemat pada saat ini. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak pada saat munculnya perbedaan temporer tersebut, untuk selanjutnya dihitung berapa besar beban pajaknya. Apabila perubahan tarif pajak pada periode berikutnya atau adanya pengenaan pajak baru, hal ini tidak akan mengubah jumlah pajak tangguhan yang telah dihitung tersebut. (Moh. Zain, 2008:187)
2.1.2 Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. (Erly Suandy, 2011:6).
2.1.2.1 Indikator Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak (TAXPLAN), Insentif pajak diproksikan dengan perencanaan pajak. Berdasarkan Yin dan Cheng (2004), perencanaan pajak pada penelitian ini dihitung dengan rumus berikut:
Pajak Tangguhan = Pajak Kini (Tarif Pajak Tahun 2009 – Tarif Pajak Tahun 2008)
Pajak Tangguhan = Perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiscal yang masih didapat dikompesasikan di masa datang.
Pajak Kini = Pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak hasil rekonsiliasi fiscal yang dikalikan tarif pajak.
Sumber : Moh. Zain (2008:211)
Yang terdiri dari :
TAXPLAN = Tax Planning (Perencanaan Pajak) PTI = Pre-tax income (Pendapatan sebelum kena pajak) CTE = Current Portion of total tax expense (Beban pajak kini) Ending Asset = Nilai asset perusahaan pada akhir periode observasi.
2.1.3 Manajemen Laba
Kondisi keuangan perusahaan tercermin pada laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan memuat informasi mengenai kinerja manajemen, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga menunjukkan sejauh mana kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Besarnya laba perusahaan dijadikan parameter utama dalam laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang dapat menimbulkan motivasi bagi manajemen untuk melakukan tindakan menyimpang, salah satunya adalah tindakan manajemen laba. Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu untuk mempengaruhi laba yang akan terjadi seperti yang mereka inginkan melalui pengelolaan faktor internal yang dimiliki atau digunakan perusahaan. (Dyah, 2013:18).
2.1.3.1 Indikator Manajemen Laba
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Terhadap Manajemen Laba
Apabila tarif pajak tinggi, perusahaan cenderung akan melakukan manajemen laba pada tahun tersebut. (Sri Sulistyanto, 2008:98).
Dengan diterbitkannya UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Badan, yaitu adanya perubahaan tarif pajak dari tarif progresif menjadi tariff tunggal (single tax), yang semula 30% menjadi 28% berlaku pada tahun 2009 dan 25% berlaku pada tahun 2010, memberikan intensif bagi manajemen untuk melakukan rekayasa laba atau sering disebut dengan manajemen laba (Wijaya dan Martani, 2011).
Kemudian dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Fitriyani, dkk (2012) bahwa hasil earnings
management ditunjukan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara discretionary accruals pada periode
sebelum dan sesudah pemberlakuan UU. No. 36 tahun 2008.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anik (2012) dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 perusahaan laba terbukti melakukan manajemen laba dalam merespon perubahan tarif pajak, sedangkan pada perusahaan rugi hanya pada tahun 2008 terbukti melakukan manajemen laba. Jadi dalam merespon perubahan tarif pajak, perusahaan melakukan manajemen laba sebelum dan setelah perubahan tarif pajak. (Anik, 2012).
2.2.2 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba
Subagyo dan Oktavia (2010) juga melakukan penelitian yang menguji apakah perubahan tarif pajak penghasilan badan di Indonesia direspon oleh manajemen laba menemukan bahwa perencanaan pajak yang merupakan salah satu insentif pajak mempengaruhi secara positif manajemen laba untuk profit firm.
Berbagai penelitian mengenai pengaruh perencanaan pajak (tax planning) terhadap manajemen laba sudah banyak diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu sebagaimana penelitian yang dilakukan Ulfah (2012) tentang pengaruh beban pajak dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba menjelaskan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Disamping itu Ulfah (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melalukan manajemen laba. Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. Namun penelitian ini tidak senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2013) yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. (Yusrianti, 2014:4)
Kemudian pada penelitian yang telah dilakukan Nila Trisna (2012) bahwa berdasarkan hasil pengujian ditemukan bahwa baik manajemen laba riil maupun manajemen laba akrual meningkatkan persistensi laba, sedangkan perencanaan pajak tidak mempengaruhi persistensi laba. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan memiliki laba yang lebih persisten dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. (Nila Trisna, 2012).
2.2.3 Hubungan Perubahan Tarif Pajak Penghasilan dan Perencanaan Pajak
Sebagai akibat dari perubahan undang-undang ini, sebagian besar Wajib Pajak, baik Orang Priadi maupun Badan harus merumuskan ulang perencanaan pajak mereka. Strategi pajak yang bekerja dengan baik di masa lalu mungkin tidak efektif untuk masa yang akan datang. (Erly Suandy, 2011:9).
Beneish Formula
SGI – Sales growth index = ����� ��
����� ��−1 Manipulasi 60%, non manipulasi 10%
Rasio SGI (Sales Growth Index) adalah rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan
perusahaan dengan mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode.
Pengusaha harus pandai-pandai menyasati ketentuan perpajakan agar hak dan kewajiban perpajakannya dapat dilakukan dengan benar dan dapat memanfatkan berbagai peluang yang ada pada kebijakan perpajakan yang menguntungkan dirinya namun tetap tidak merugikan pemerintah. Menyiasati perpajakan berkaitan erat dengan kegiatan pengusaha yang harus jeli mengamati ketentuan perpajakan yang berlaku serta mengikuti perubahan yang terjadi pada ketentuan tersebut agar dapat memanfatkan berbagai peluang yang ada, dengan tujuan akhir agar perusahaan dapat membayar pajak dengan benar dan dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan perusahaan, terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan juga sehemat mungkin. (Djoko Muljono, 2009:2).
2.3 Hipotesis
Maka hipotesis penelitian ini berdasarkan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut: H1: Perubahan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
H2: Perencanaan Pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
H3: Perubahan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap perencanaan pajak.
III. Metode penelitian 3.1 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Sugiyono (2011:21) Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap variabel mandiri. (Sugiyono, 2012:55)
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2011:8), yaitu mendeskripsikan manajemen laba, perubahan tarif pajak penghasilan badan dan perencanaan pajak.
Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dalam kehidupan. (Umi Narimawati, 2010:29)
Objek penelitian adalah menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu. (Sugiyono 2011:32) Adapun objek penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan, Perencanaan Pajak dan Manajemen Laba.
Unit Analisis menurut Uma Sekaran (2006:248) adalah tingkat pengumpulan data yang dikumpulkan selama analisis data. Unit analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada Perusahaan Investasi yang terdaftar Kanwil DJP Jabar I.
3.2 Operasional Variabel
Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang berupa apasaja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut serta untuk ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2014:38).
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap dipakai. Data sekunder mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. (Tony Wijaya, 2013:19