PENGARUH BUDGETARY PARTICIPATION, INFORMATION
ASYMMETRY, BUDGET EMPHASIS, DAN JOB RELEVANT
INFORMATION TERHADAP BUDGETARY SLACK
(Studi Empiris pada Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Muhammad Nazmudin Nurrasyid
NIM: 1111082000092
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Muhammad Nazmudin Nurrasyid
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Maret 1993
Alamat : Jl. Saidin RT 001/ 03 No. 10 Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan
Email : nazmudinnr@gmail.com
nazmudinnr@mhs.uinjkt.ac.id II.
(1998 – 1999) (1999 – 2005) (2005 – 2008) (2008 – 2011) Riwayat Pendidikan
TK Perwanida
SD Negeri Bambu Apus 1
MTs Negeri Tangerang II Pamulang SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – 2015)
III. Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Heri Priatna
Nama Ibu : Ene Rosminah
Alamat Orang Tua : Jl. Saidin RT 001/ 03 No. 10 Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan
Anak ke/ dari : ke-2 dari 3 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Pramuka MTs Negeri Tangerang II Pamulang (2005 – 2008)
2. Lab. Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013 – 2014)
3. Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013 – 2015)
THE INFLUENCE OF BUDGETARY PARTICIPATION, INFORMATION ASYMMETRY, BUDGET EMPHASIS, AND JOB RELEVANT
INFORMATION ON BUDGETARY SLACK
(Empirical Study at Senior High School in South Tangerang) By: Muhammad Nazmudin Nurrasyid
ABSTRACT
This research was aimed to examine the influence of budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, and job relevant information on budgetary slack. This research used primary data which collected by distributing questionnaires to respondents. Questionnaires were distributed to principal, vice principals, and administrative staff who participated in budgetary process at senior high school in South Tangerang. From 98 questionnaires that have been distributed, only 85 questionnaires have been received, and only 79 questionnaires that full filled and could be processed. The research uses multiple regression analysis method.
The results of this research show that: (1) budgetary participation has significant influence on budgetary slack. (2) information asymmetry, budget emphasis, and job relevant information have no significant influence on budgetary slack. (3) budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, and job relevant information have significant influence on budgetary slack simultaneously.
Keywords: budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, job relevant information, budgetary slack.
PENGARUH BUDGETARY PARTICIPATION, INFORMATION
ASYMMETRY, BUDGET EMPHASIS, DAN JOB RELEVANT
INFORMATION TERHADAP BUDGETARY SLACK
(Studi Empiris pada Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan) Oleh: Muhammad Nazmudin Nurrasyid
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, dan job relevant information terhadap budgetary slack. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner ke respondent. Kuesioner dibagikan kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, beserta jajarannya yang terlibat dalam proses penganggaran pada Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan. Dari 98 kuesioner yang dibagikan, hanya 85 kuesioner yang diterima kembali, dan hanya 79 kuesioner yang diisi lengkap dan dapat diproses. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) budgetary participation berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. (2) information asymmetry, budget emphasis, dan job relevant information tidak berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. (3) budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, dan job relevant information berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap budgetary slack.
Kata kunci: budgetary participation, information asymmetry, budget emphasis, job relevant information, budgetary slack.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget Emphasis, dan Job Relevant Information terhadap Budgetary Slack (Studi Empiris pada Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan)”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW., sang teladan yang membawa kita ke zaman penuh kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Selain itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Ene Rosminah dan Bapak Heri Priatna, yang selalu memberikan doa, nasihat, dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis, serta kakak dan adikku, Abdul Karim Amrullah dan Alamul Huda yang turut mendukung dan menyemangati penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia untuk membimbing, memberi masukan dan nasihat kepada penulis selama ini.
4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Atiqah, SE., MS., Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berkonsultasi, sabar dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis, serta staf Akademik yang memberikan banyak bantuan kepada penulis.
7. Seluruh pihak SMA Negeri dan Swasta di Tangerang Selatan atas partisipasinya menjadi responden sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan baik.
8. Sahabat-sahabat “URUKUCUP”, Farah, Bremi, Raya, Ridwan, Rani, Flo, Aji, dan Ega. Terima kasih atas dukungan dan indahnya persahabatan selama ini. 9. Teman-teman seperjuangan kuliah, skripsi, dan ujian komprehensif, Oji, Ilfi,
Opi, Sella, Faisal, Wanda, Fazril, Fitria, Bonita, Chandra, Rizki, Eva, Hadi, Icha, Irvan, Arif, Rahma, serta teman-teman Akuntansi C dan konsentrasi Akmen angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semangat dan sukses selalu untuk kita semua.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I - PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Tinjauan Teoritis ... 9
1. Teori Agensi (Agency Theory) ... 9
2. Anggaran ... 13
a. Definisi Anggaran ... 13
b. Fungsi Anggaran ... 14
c. Manfaat dan Tujuan Anggaran ... 14
d. Sistem Penganggaran ... 16
e. Aspek-aspek Perilaku dalam Penganggaran ... 17
3. Partisipasi Anggaran (Budgetary Participation) ... 18
a. Dampak Positif dalam Partisipasi Anggaran ... 20
b. Dampak Negatif dalam Partisipasi Anggaran... 21
4. Asimetri Informasi (Information Asymmetry) ... 22
5. Penekanan Anggaran (Budget Emphasis) ... 23
6. Job Relevant Information ... 25
7. Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack) ... 26
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 28
C. Kerangka Penelitian ... 40
D. Perumusan Hipotesis ... 43
BAB III - METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 45
B. Metode Penentuan Sampel ... 45
C. Metode Pengumpulan Data... 47
D. Metode Analisis Data ... 48
1. Statistik Deskriptif ... 48
2. Uji Instrumen ... 49
a. Uji Validitas ... 49
b. Uji Reliabilitas ... 49
3. Uji Asumsi Klasik ... 50
a. Uji Multikolonieritas ... 50
b. Uji Heteroskedastisitas ... 51
c. Uji Normalitas... 51
4. Uji Hipotesis ... 52
a. Uji Koefsien Determinasi (R2) ... 53
b. Uji Statistik t ... 53
c. Uji Statistik F ... 54
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55
1. Budgetary Participation (X1) ... 55
2. Information Asymmetry (X2) ... 56
3. Budget Emphasis (X3) ... 56
4. Job Relevant Information (X4) ... 57
5. Budgetary Slack (Y)... 58
BAB IV - HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 61
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61
2. Karakteristik Responden Penelitian ... 61
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 64
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 64
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia... 65
B. Hasil Uji dan Pembahasan ... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 65
2. Hasil Uji Instrumen... 67
a. Hasil Uji Validitas ... 67
b. Hasil Uji Reliabilitas ... 70
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74
a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 74
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76
c. Hasil Uji Normalitas ... 77
4. Hasil Uji Hipotesis ... 78
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)... 79
b. Hasil Uji Statistik t ... 80
c. Hasil Uji Statistik F ... 83
C. Pembahasan ... 84
1. Pengaruh Budgetary Participation terhadap Budgetary Slack ... 84
2. Pengaruh Information Asymmetry terhadap Budgetary Slack ... 86
3. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Budgetary Slack ... 88
4. Pengaruh Job Relevant Information terhadap Budgetary Slack ... 89
5. Pengaruh Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget Emphasis, dan Job Relevant Information Secara Simultan terhadap Budgetary Slack ... 91
BAB V - PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 30
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 59
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 62
4.2 Total Pengiriman dan Pengambilan Kuesioner ... 62
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 64
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 64
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 65
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 66
4.8 Hasil Uji Validitas Budgetary Participation (BP) ... 67
4.9 Hasil Uji Validitas Information Asymmetry (IA) ... 68
4.10 Hasil Uji Validitas Budget Emphasis (BE)... 68
4.11 Hasil Uji Validitas Job Relevant Information (JRI) ... 69
4.12 Hasil Uji Validitas Budgetary Slack (BS) ... 70
4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budgetary Participation... 71
4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Information Asymmetry ... 71
4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budget Emphasis ... 72
4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Job Relevant Information ... 72
4.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budgetary Slack ... 73
4.18 Hasil Uji Reliabilitas ... 73
4.19 Hasil Uji Multikolonieritas – Koefisien Korelasi ... 74
4.20 Hasil Uji Multikolonieritas – Koefisien ... 75
4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 79
4.22 Hasil Uji Statistik t ... 81
4.23 Hasil Uji Statistik F ... 83
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Penelitian ... 40
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot ... 76
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 77
4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Surat Penelitian Skripsi ... 101
2 Kuesioner Penelitian ... 122
3 Jawaban Responden ... 130
4 Hasil Output ... 141
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia bisnis saat ini semakin mendapatkan tantangan tersendiri untuk dapat bertahan di tengah kerasnya persaingan dengan kompetitor. Berbagai tekanan di dunia bisnis membuat perusahaan harus terus melakukan perbaikan dalam hal apapun. Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan juga efisien. Kerasnya persaingan tersebut memaksa pihak manajemen untuk terus memaksimalkan kinerjanya agar mampu bertahan di lingkungan bisnis global (Harahap, 2012).
Sekolah merupakan lembaga yang didesain sebagai sarana untuk melaksanakan pendidikan, serta mempersiapkan dan menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Untuk dapat meningkatkan mutu bidang pendidikan serta nantinya untuk dapat bersaing di dunia luar yang semakin hari semakin keras persaingan yang harus dihadapi akibat kemajuan IPTEK yang terus berkembang dengan pesat. Masyarakat yang semakin kritis dengan kebijakan-kebijakan pemerintah menuntut untuk dilaksanakannya akuntabilitas dan transparansi atas lembaga-lembaga yang bergerak dalam sektor publik, seperti sekolah. Untuk mengelola sumber dayanya secara efisien dan efektif, perlu adanya pengelolaan secara cermat serta strategi dan kebijakan yang tepat. Salah satu alat yang dapat digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan sumber daya organisasi adalah anggaran (Sugiwardani, 2012:1).
Sebagai usaha bagi pihak manajemen untuk menjamin sumber daya perusahaan telah terkelola dengan baik, maka anggaran dibutuhkan sebagai sistem perencanaan yang dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Anggaran digunakan oleh suatu organisasi sebagai alat perencanaan dan pengendalian dari apa yang harus mereka lakukan. Seorang pemimpin di sekolah, adalah Kepala Sekolah, sebagai pengambil kebijakan, dituntut untuk memahami tata kelola sumber daya yang dimiliki sekolah agar dapat berjalan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Perencanaan dan pengendalian saling berhubungan, dan perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat ke belakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya, kemudian, perbandingan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran, yaitu melihat ke masa depan sekali lagi (Hansen dan Mowen, 2009:422).
Blocher, et. al. (2011:564) menjelaskan bahwa anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode waktu tertentu, khususnya satu tahun fiskal. Anggaran mencakup aspek keuangan dan nonkeuangan dari operasi dan proyek yang direncanakan. Anggaran untuk suatu periode merupakan garis pedoman operasi dan proyeksi hasil operasi untuk periode yang dianggarkan. Proses penyiapan anggaran disebut penganggaran (budgeting).
Anggaran juga dapat menjadi alat motivasi, dengan aktivitas yang diharapkan dan hasil operasi yang secara jelas digambarkan pada anggaran, karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Hal tersebut akan memotivasi karyawan untuk bekerja dalam mencapai tujuan yang dianggarkan. Untuk meningkatkan peran anggaran sebagai alat motivasi, banyak organisasi yang melibatkan karyawannya dalam proses penganggaran, dengan demikian membantu karyawan merasakan bahwa anggaran adalah milik mereka.
Anggaran partisipatif memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut serta dalam pembuatan anggaran daripada membebankan anggaran kepada para manajer tingkat bawah. Karena manajer tingkat bawah yang membuat anggaran, tujuan anggaran tampaknya akan menjadi tujuan pribadi para manajer yang menghasilkan kesesuaian tujuan yang lebih besar (Hansen dan Mowen, 2009:448).
Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja para manajer. Bonus, kenaikan gaji, dan promosi adalah hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer untuk mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan. Karena status keuangan dan karier seorang manajer dapat dipengaruhi, anggaran dapat memiliki pengaruh perilaku yang signifikan. Apakah pengaruh tersebut positif atau negatif sebagian besar bergantung pada bagaimana anggaran digunakan. Perilaku positif muncul ketika tujuan tiap manajer sejalan dengan tujuan organisasi dan manajer memiliki penggerak untuk mencapainya. Sejalannya tujuan manajerial dan tujuan organisasional sering disebut sebagai kesesuaian tujuan (goal congruence). Jika anggaran tidak dikelola dengan baik,
para manajer tingkat bawah dapat menggagalkan tujuan organisasi. Perilaku disfungsional (disfunctional behaviour) adalah perilaku individual yang pada dasarnya bertentangan dengan tujuan organisasi (Hansen dan Mowen, 2009: 447). Para manajer memiliki tujuan pribadi dan juga tujuan organisasi. Masalah pengendalian utama adalah bagaimana mempengaruhi mereka untuk bertindak demi pencapaian tujuan pribadi mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga sekaligus juga membantu pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:448), kelonggaran anggaran atau kesenjangan anggaran (budgetary slack) muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:84), budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik. Dalam keadaan terjadinya budgetary slack, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan meninggikan biaya sehingga anggaran dapat dicapai dengan mudah. Manajemen puncak seharusnya berhati-hati dalam meninjau anggaran yang diajukan oleh para manajer tingkat bawah.
Utomo (2006) dalam Nugroho (2012:6) mengemukakan bila partisipasi anggaran tidak dilaksanakan dengan baik dapat mendorong pelaksana anggaran melakukan kesenjangan anggaran (budgetary slack). Fisher, et. al. (2002) dalam Dwi dan Agustina (2010:102) menemukan bahwa kesenjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi asimetris (asymmetry information). Hal ini sejalan dengan Utomo (2006) dalam Dwi dan Agustina (2010:102) di mana
informasi asimetris mendorong pelaksana anggaran membuat kesenjangan anggaran (budgetary slack).
Kren (1992:511) mengidentifikasi job relevant information sebagai informasi utama dalam organisasi, yaitu informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Pelaksana anggaran (subordinate) dalam pengambilan keputusan atau tindakannya ditentukan oleh JRI dalam menyusun dan melaksanakan tugas kegiatan yang membutuhkan dana apakah sesuai atau tidak dengan dana yang dicadangkan oleh superior (pemberi dana). Karena itu tinggi rendahnya JRI ini mempengaruhi tinggi rendahnya budgetary slack yang terjadi. Dengan semakin tingginya job relevant information akan meminimalisir budgetary slack atau selisih nilai rupiah dana akan tidak ada atau minimal akibat ketidaksesuaian yang terjadi antara dana yang akan digunakan oleh pelaksana anggaran dan cadangan dana yang diberikan.
Faktor lain yang dianggap dapat memicu timbulnya budgetary slack adalah adanya penekanan anggaran (budget emphasis). Hal tersebut bisa terjadi apabila penilaian kinerja bawahan ditentukan oleh anggaran yang telah disusun, maka bawahan akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan cara membuat anggaran yang mudah untuk ia capai.
Suartana (2010) dalam Permanasari, et. al. (2014:4) menjelaskan tentang faktor penekanan anggaran yang dapat menimbulkan budgetary slack, yaitu seringkali perusahaan menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya kesenjangan anggaran. Penilaian kinerja dengan cara
melihat tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan kesenjangan anggaran dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi ke depannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget Emphasis, dan Job Relevant
Information terhadap Budgetary Slack (Studi Empiris pada Sekolah Menengah
Atas di Tangerang Selatan)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana budgetary participation berpengaruh terhadap budgetary slack? 2. Bagaimana information asymmetry berpengaruh terhadap budgetary slack? 3. Bagaimana budget emphasis berpengaruh terhadap budgetary slack?
4. Bagaimana job relevant information berpengaruh terhadap budgetary slack? 5. Bagaimana budgetary participation, information asymmetry, budget
emphasis, dan job relevant information berpengaruh secara simultan terhadap budgetary slack?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh budgetary participation terhadap budgetary slack
2. Mengetahui pengaruh information asymmetry terhadap budgetary slack 3. Mengetahui pengaruh budget emphasis terhadap budgetary slack
4. Mengetahui pengaruh job relevant information terhadap budgetary slack 5. Mengetahui pengaruh budgetary participation, information asymmetry,
budget emphasis, dan job relevant information secara simultan terhadap budgetary slack
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Akademisi dan Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan dan wawasan terutama dalam bidang akuntansi manajerial, dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan, bahan pertimbangan, dan tambahan wawasan informasi untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi peneliti selanjutnya dalam penulisannya, sehingga diharapkan dapat membawa perbaikan di masa yang akan datang.
b. Ilmu Akuntansi Manajemen
Menambah bahan literatur dan acuan penelitian pada bidang akuntansi manajemen, terutama yang ingin meneliti lebih lanjut tentang Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget Emphasis, dan Job Relevant Information terhadap Budgetary Slack pada suatu entitas, serta diharapkan dapat membawa perbaikan di masa yang akan datang.
c. Instansi Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, kontribusi praktis dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam penerapan penyusunan anggaran yang lebih efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Isu GCG di awali dengan munculnya pemisahan antara pemilik dan manajemen, yakni pemilik sebagai prinsipal, dan manajemen sebagai agen. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemangku kepentingan lainnya. Namun, di sisi lain, manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini, sering kali menimbulkan konflik yang dinamakan konflik keagenan. Teori agensi ini merupakan hubungan kontrak antaranggota dalam perusahaan, yaitu hubungan antara pihak prinsipal dengan pihak agen. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal dan untuk menjalankan perusahaan.
Arfan (2011) dalam Ardanari dan Putra (2014:704) menyatakan teori keagenan menyangkut suatu kontrak di mana prinsipal membawahi agen untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang prinsipal, dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan
pengambilan keputusan kepada agen (Riahi dan Belkaoui, 2007:186). Baik prinsipal maupun agen diasumsikan termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka, dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. Jensen dan Meckling (1976) dalam Endrianto (2010:8) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut.
Menurut Meisser (2006) dalam Ardanari dan Putra (2014:704), hubungan keagenan ini menciptakan dua masalah, yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi, di mana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) konflik kepentingan, yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga agen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik.
Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positif accounting theory oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Siswantaya (2007:16) mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus plan hypothesis, the debt/equity hypothesis, dan political cost hypothesis. Hipotesis ini secara implisit mengakui tiga bentuk hubungan keagenan yaitu antara pemilik dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen. Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik
perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang saham, kreditor, maupun pemerintah.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269), hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan, dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen untuk membuat keputusan. Akibat adanya pendelegasian wewenang tersebut, agen berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta menyampaikan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif untuk memotivasi individu-individu demi mencapai keselarasan tujuan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269), salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan preferensi ini. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan, tetapi juga dari aspek lain, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang baik, jam kerja yang fleksibel, dan sebagainya.
Menurut Eisenhard (1989) dalam Endrianto (2010:10), teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu:
a. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antaranggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya asymmetric information antara prinsipal dan agen.
c. Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dalam mencapai kemakmuran yang dikehendakinya disebut sebagai masalah keagenan. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan manajer. Asimetri informasi ini terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif lebih cepat dibanding pihak eksternal, seperti investor dan kreditor. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memaksimalkan kemakmurannya. Menurut Richardson (1998) dalam Priantinah (2008:24), asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management).
2. Anggaran
a. Definisi Anggaran
Dua peranan penting yang wajib dilakukan oleh manajer adalah perencanaan dan pengendalian. Dalam konteks keuangan, rencana sering kali mengacu pada anggaran, dan mengendalikannya dengan pengendalian anggaran.
Anggaran merupakan bagian dari rencana perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk rencana keuangan untuk suatu periode tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2009:423), anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan, dan rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Sedangkan menurut Blocher, et. al. (2011:564) anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode waktu tertentu – khususnya satu tahun fiskal.
Menurut Carter (2009:13), anggaran memainkan peranan penting dalam memengaruhi perilaku individu dan kelompok di setiap tingkatan proses manajemen, termasuk:
1) menetapkan cita-cita;
2) menginformasikan kepada individu mengenai apa yang harus mereka berikan untuk pencapaian cita-cita tersebut;
3) memotivasi kinerja yang diinginkan; 4) mengevaluasi kinerja; dan
5) memberikan saran kapan tindakan korektif sebaiknya diambil
b. Fungsi Anggaran
Menurut Jaya dan Rahardjo (2012:7), anggaran merupakan alat manajemen yang memegang peranan penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah perusahaan, terutama dalam proses perencanaan (planning) dan pengawasan (controlling).
Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001:502) adalah sebagai berikut:
1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja 2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan
perusahaan di masa yang akan datang
3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas
4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya
5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan 6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan
memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
c. Manfaat dan Tujuan Anggaran
Anggaran diperlukan karena memiliki tujuan dan manfaat. Anggaran merupakan alat manajemen yang bermanfaat dalam
perencanaan dan pengendalian untuk mencapai suatu tujuan organisasi apabila dijalankan secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran menurut Nafarin (2013:19), antara lain:
1) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana
2) Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan 3) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,
sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal
5) Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat
6) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
Sedangkan manfaat dari anggaran menurut Nafarin (2013:19), yaitu:
1) Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama 2) Dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kelebihan atau
kekurangan karyawan 3) Dapat memotivasi karyawan
4) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan
5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu 6) Sumber daya dapat dimanfaatkan seefisien mungkin
7) Alat pendidikan bagi para manajer
d. Sistem Penganggaran
Dalam sistem penganggaran, terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan oleh manajer, di antaranya adalah pendekatan penganggaran dari bawah ke atas (bottom-up budgeting) dan pendekatan penganggaran dari atas ke bawah (top-down budgeting). Perbedaan kedua pendekatan ini terletak pada filosofi dari mana proses penyusunan anggaran dimulai. Mott (2002:137) menjelaskan mengenai kedua pendekatan tersebut, yaitu:
1) Penganggaran dari bawah ke atas (bottom-up budgeting)
Pendekatan bottom up adalah jika level terendah dari pusat pertanggungjawaban keuangan menyusun anggarannya sendiri dan kemudian dijadikan dasar penyusunan anggaran pada level berikutnya. Tergantung dari hasil yang tergambar dari anggaran tersebut, perubahan dapat dilakukan atas permintaan manajemen puncak sehingga tujuan umum keuangan perusahaan tercapai. 2) Penganggaran dari atas ke bawah (top-down budgeting)
Pendekatan top-down yaitu apabila pusat laba menentukan anggaran biaya atau anggaran penjualan atas pusat-pusat biaya atau pendapatan yang berada di bawahnya. Dalam kasus ini, perasaan memiliki anggaran maupun motivasi untuk mencapainya akan berkurang.
e. Aspek-aspek Perilaku dalam Penganggaran
Cara penerapan dan pengelolaan anggaran dalam suatu organisasi dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi perilaku, beberapa diantaranya menguntungkan tetapi beberapa lainnya bisa juga berpengaruh sebaliknya. Situasi tersebut seperti (Mott, 2002: 147):
1) Anggaran yang dipaksakan, yaitu jika Anda diberi anggaran dan diminta untuk mencapainya, perasaan Anda terhadap kepemilikan anggaran berkurang, dibandingkan jika Anda mengambil bagian dalam penyusunan dan pengajuan alasan perlunya alokasi anggaran pada masing-masing biaya.
2) Sistem anggaran oleh akuntan, yaitu sitem penganggaran oleh orang-orang keuangan dalam suatu organisasi tanpa adanya keterlibatan manajemen senior dalam penyusunan anggaran. Pengalaman manajemen senior dalam penyusunan anggaran sangatlah penting karena mereka lebih memahami aktivitas fungsional utama organisasi, sehingga anggaran yang realistis tapi menantang dapat disusun.
3) Anggaran yang dilebih-lebihkan, yaitu pendekatan bottom-up dalam penyusunan anggaran dapat mengakibatkan manajer melebih-lebihkan anggaran mereka, karena pengalaman telah menunjukkan bahwa mereka telah berhasil dengan cara itu, atau mereka telah mengamati bahwa setiap tahun anggaran mereka dipotong sebesar persentase tertentu.
4) Laporan anggaran terlambat, yaitu keterlambatan pelaporan anggaran sehingga akan menghambat pengambilan keputusan oleh manajer.
5) Pengeluaran tak terkendali, yaitu besarnya semua pengeluaran yang harus diwaspadai oleh manajer yang berkaitan dengan suatu pusat pertanggungjawaban dalam laporan anggaran.
Sedangkan menurut Birt et. al. (2010:386), penganggaran dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia. Aspek-aspek keperilakuan dalam penganggaran tersebut direfleksikan pada:
1) Tipe otoriter atau partisipatif yang digunakan oleh manajemen senior pada proses penganggaran.
2) Percobaan oleh beberapa manajer untuk:
a) Membesarkan perencanaan beban atau mengecilkan perencanaan pendapatan atau penerimaan
b) Memasukkan beberapa kesalahan margin pada kasus target tidak bisa dicapai
c) Memanipulasi informasi sehingga kinerja mereka dipresentasikan pada kemungkinan yang terbaik
3. Partisipasi Anggaran (Budgetary Participation)
Anthony dan Govindarajan (2005:86) menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan utama dalam penyusunan anggaran, yaitu dari atas ke bawah dan pendekatan dari bawah ke atas. Dengan penyusunan anggaran dari atas ke bawah, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih
rendah. Dengan penyusunan anggaran dari bawah ke atas, manajer di tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. Pendekatan lain merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi, yaitu pembuat anggaran mempersiapkan draf pertama anggaran untuk bidang tanggung jawab mereka, yang merupakan pendekatan dari bawah ke atas. Tetapi mereka melakukan hal tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan di tingkat yang lebih tinggi, yang merupakan pendekatan dari atas ke bawah. Menurut Blocher (2011:612) proses penganggaran partisipatif adalah pendekatan dari bawah ke atas yang melibatkan orang-orang yang dipengaruhi oleh anggaran, termasuk pada karyawan pada tingkat yang lebih rendah, dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran partisipatif merupakan alat komunikasi yang baik. Proses penyiapan anggaran sering kali memberikan pengertian yang lebih baik kepada manajemen puncak mengenai masalah yang dihadapi oleh karyawan dan menyediakan pemahaman yang lebih baik kepada karyawan mengenai dilema yang dihadapi oleh manajemen puncak. Anggaran partisipatif juga mungkin lebih banyak meningkatkan komitmen karyawan untuk mencapai tujuan anggaran. Namun, jika tidak dikendalikan secara tepat, anggaran partisipatif dapat mengarah pada target anggaran yang mudah dicapai atau tidak sesuai dengan seluruh strategi organisasi.
Menurut Blocher, et. al. (2011:613), anggaran partisipatif juga mungkin lebih banyak meningkatkan komitmen karyawan untuk mencapai tujuan anggaran. Namun, jika tidak dikendalikan secara tepat, anggaran
partisipatif dapat mengarah pada target anggaran yang mudah dicapai atau tidak sesuai dengan seluruh strategi organisasi.
Menurut Milani (1975) dalam Triana, et. al. (2012:53), partisipasi anggaran (budgetary participation) dapat diukur dengan melihat keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran, dengan beberapa faktor, yaitu: keikutsertaan ketika anggaran sedang disusun, kemampuan memberikan pendapat dalam penyusunan anggaran, frekuensi memberikan pendapat/usulan tentang anggaran kepada atasan, kontribusi dalam penyusunan anggaran, memiliki pengaruh atas anggaran final, dan frekuensi atasan meminta pendapat ketika anggaran disusun.
Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran. Dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran, maka dapat terjadi pertukaran informasi antara atasan dengan bawahan dalam suatu organisasi. a. Dampak Positif dalam Partisipasi Anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:87), partisipasi anggaran mempunyai dampak positif terhadap motivasi manajerial, yaitu: 1) Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajer, dibandingkan bila dipaksakan secara eksternal. Hal ini mengarah kepada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita tersebut.
2) Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif. Besar anggaran yang telah disetujui merupakan hasil dari keahlian dan pengetahuan pribadi dari pembuat anggaran.
b. Dampak Negatif dalam Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran juga memiliki dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah (Hansen dan Mowen, 2009:448), yaitu: 1) Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
Beberapa manajer cenderung menyiapkan anggaran yang terlalu tinggi atau terlalu ketat. Jika tujuan terlalu mudah dicapai, seorang manajer bisa kehilangan minat dan kinerjanya bisa menurun. Persiapan anggaran yang terlalu ketat dapat memastikan kegagalan dalam pencapaian standar. Sebaiknya para manajer dalam partisipasi anggaran menetapkan tujuan yang tinggi, tetapi dapat dicapai.
2) Membuat kelonggaran dalam anggaran (sering disebut sebagai menutupi anggaran)
Kelonggaran anggaran atau budgetary slack atau menutup anggaran (padding the budget) muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja untuk menurunkan risiko yang diharapi manajer.
3) Partisipasi semu
Partisipasi anggaran muncul ketika manajer puncak menerapkan pengendalian jumlah atau proses penganggaran sehingga hanya mencari partisipasi palsu dari manajer tingkat bawah (partisipasi
semu). Dalam hal ini manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal anggaran dari para manajer tingkat bawah, yang berakibat manfaat dari partisipasi anggaran ini tidak akan didapat.
4. Asimetri Informasi (Information Asymmetry)
Anthony dan Govindarajan (2005:270) menyatakan bahwa asimetri informasi muncul ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Dalam hal ini, bawahan mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih daripada atasan mengenai unit tanggung jawab bawahan, maupun sebaliknya.
Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi relevan yang digunakan dalam pengambilan keputusan antara manajer tingkat atas dengan manajer tingkat bawah (Sujana, 2010:13). Fisher, et. al. (2002) dalam Dwi dan Agustina (2010:102) menemukan bahwa kesenjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi asimetris (asymmetry information). Hal ini sejalan dengan Utomo (2006) dalam Dwi dan Agustina (2010:102) di mana informasi asimetris mendorong pelaksana anggaran membuat kesenjangan anggaran (budgetary slack).
Adanya informasi asimetri merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif, dalam hal ini adalah budgetary slack. Suartana (2010) dalam Savitri dan Sawitri (2014:217) menjelaskan bahwa konsep informasi asimetris yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan di mana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi.
Menurut Anggasta dan Murtini (2014:517), asimetri informasi dapat diukur dengan beberapa faktor, yaitu:
a. Informasi lebih yang dimiliki oleh seorang bawahan
b. Dalam pertanggungjawaban kinerja bawahan, bawahan lebih mengetahuinya dengan baik dibandingkan atasannya.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi di mana agen / bawahan memiliki informasi yang lebih dibandingkan dengan pemilik/ atasan. Perbedaan informasi yang didapat antara atasan dan bawahan ini kemungkinan dapat menciptakan kesenjangan dalam kegiatan organisasi.
5. Penekanan Anggaran (Budget Emphasis)
Faktor lain yang dianggap dapat memicu timbulnya budgetary slack adalah adanya penekanan anggaran (budget emphasis). Hal tersebut bisa terjadi apabila penilaian kinerja bawahan ditentukan oleh anggaran yang telah
disusun, maka bawahan akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan cara membuat anggaran yang mudah untuk ia capai.
Menurut Suartana (2010) dalam Permanasari, et. al. (2014:4), seringkali perusahaan menggunakan anggaran sebagai satu-satunya pengukur kinerja manajemen, karena itu yang tersedia. Penekanan anggaran seperti ini dapat memungkinkan timbulnya kesenjangan anggaran. Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi ke depannya.
Menurut Sujana (2010:4), penekanan anggaran merupakan variabel yang dapat menimbulkan budgetary slack dengan argumentasi untuk meningkatkan kompensasi. Budget emphasis adalah kondisi bilamana anggaran dijadikan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan pada suatu organisasi.
Menurut Anggasta dan Murtini (2014:517), penekanan anggaran terjadi ketika anggaran digunakan sebagai tolak ukur kinerja dan alat pengendalian. Penekanan anggaran dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu: anggaran sebagai alat pengendali (pengawasan) kinerja, anggaran sebagai tolak ukur kinerja, anggaran ditetapkan menuntut kinerja untuk mencapai target anggaran, anggaran yang ditetapkan meningkatkan kinerja, mendapatkan reward dari atasan ketika target anggaran tercapai, dan terdapat kompensasi ketika target anggaran tercapai.
Sujana (2010:12) berpendapat bahwa ketika anggaran digunakan sebagai pengukur kinerja bawahan dalam suatu organisasi, maka bawahan akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan dua kemungkinan. Pertama, meningkatkan performance sehingga realisasi anggarannya lebih tinggi daripada yang ditargetkan sebelumnya. Kedua, melonggarkan anggaran pada saat penyusunan anggaran tersebut. Dengan melonggarkan anggaran manajer pusat pertanggungjawaban dikatakan melakukan upaya slack.
6. Job Relevant Information
Job Relevant Information (JRI) dapat diidentifikasikan sebagai salah satu informasi yang membantu manajer untuk memperbaiki pemilihan tindakannya melalui upaya yang diinformasikan dengan baik, baik yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun internal organisasi (Basri, 2010:72).
Kren (1992:511) mengidentifikasi informasi utama dalam organisasi yaitu job relevant information (JRI), yakni informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Pelaksana anggaran (subordinate) dalam pengambilan keputusan atau tindakannya ditentukan oleh JRI dalam menyusun dan melaksanakan tugas kegiatan yang membutuhkan dana apakah sesuai atau tidak dengan dana yang dicadangkan oleh superior (pemberi dana). Karena itu tinggi rendahnya JRI ini mempengaruhi tinggi rendahnya budgetary slack yang terjadi. Dengan semakin tingginya job relevant information akan meminimalisir budgetary slack atau selisih nilai rupiah dana akan tidak ada atau minimal akibat
ketidaksesuaian yang terjadi antara dana yang akan digunakan oleh pelaksana anggaran dan cadangan dana yang diberikan.
Menurut Nugroho (2012:10), job relevant information dapat diukur melalui beberapa indikator, yaitu: kejelasan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, kecukupan informasi untuk membuat keputusan, informasi strategik untuk evaluasi keputusan, informasi untuk mendukung keputusan, informasi terkait kemajuan dan perkembangan organisasi, ketersediaan informasi dengan segera, otomatisasi informasi setelah diproses, laporan yang sistematis dan teratur, ketersediaan informasi keterjadian yang relevan, dan informasi tentang unit/sub unit atau fungsi yang berbeda.
7. Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)
Budgetary slack dapat diartikan sebagai perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2005:84). Sedangkan menurut Suartana (2010) dalam Savitri dan Sawitri (2014:215), budgetary slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan.
Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja para manajer. Bonus, kenaikan gaji, dan promosi adalah hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer untuk mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan. Karena status keuangan dan karier seorang manajer dapat dipengaruhi, anggaran dapat memiliki pengaruh perilaku yang signifikan. Apakah pengaruh tersebut positif atau negatif sebagian besar bergantung pada
bagaimana anggaran digunakan. Perilaku positif muncul ketika tujuan tiap manajer sejalan dengan tujuan organisasi dan manajer memiliki penggerak untuk mencapainya. Sejalannya tujuan manajerial dan tujuan organisasional sering disebut sebagai kesesuaian tujuan (goal congruence). Jika anggaran tidak dikelola dengan baik, para manajer tingkat bawah dapat menggagalkan tujuan organisasi. Perilaku disfungsional (dysfunctional behaviour) adalah perilaku individual yang pada dasarnya bertentangan dengan tujuan organisasi (Hansen dan Mowen, 2009:447). Para manajer memiliki tujuan pribadi dan juga tujuan organisasi. Masalah pengendalian utama adalah bagaimana mempengaruhi mereka untuk bertindak demi pencapaian tujuan pribadi mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga sekaligus juga membantu pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Alfebriano (2013:13), kesenjangan anggaran (budgetary slack) dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu: pencapaian anggaran, standar anggaran dapat meningkatkan produktivitas, monitor biaya disebabkan batasan anggaran, tuntutan pada anggaran, kemampuan pencapaian target anggaran, dan target anggaran sulit dicapai.
Menurut Hansen dan Mowen (2009: 448), kelonggaran anggaran atau kesenjangan anggaran (budgetary slack) muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja.
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai budgetary slack telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian oleh Ardanari dan Putra (2014) yang meneliti tentang pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, self estee dan budget emphasis pada budgetary slack. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran dan self estee berpengaruh negatif terhadap budgetary slack, sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Selain itu, budget emphasis juga mampu memoderasi hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self estee terhadap budgetary slack, di mana budget emphasis memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self estee terhadap budgetary slack.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan oleh Ardanari dan Putra (2014) adalah partisipasi
anggaran, asimetri informasi, dan self estee yang diduga dapat mempengaruhi budgetary slack. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menghilangkan variabel self estee dan menambahkan variabel job relevant information (JRI) yang diambil dari penelitian Nugroho yang berjudul Pengaruh Ketidakpastian Tugas, Efektivitas Pengendalian Anggaran, dan Job Relevant Information Terhadap Kecenderungan Menciptakan Budgetary Slack pada Organisasi Sektor Publik.
2. Sampel yang dipakai dalam penelitian Ardanari dan Putra (2014) adalah perusahaan jasa yang bergerak dibidang perhotelan bintang 3 ke atas di
wilayah kota Denpasar, Bali. Sedangkan dalam penelitian ini mengambil sampel di Sekolah Menengah Atas yang berada di wilayah Tangerang Selatan.
3. Pengujian hipotesis yang digunakan oleh Ardanari dan Putra (2014) adalah menggunakan moderated regression analysis (MRA), sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode multiple regression (regresi berganda). Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat di Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. I Gusti Agung Ayu Surya Informasi, Self Estee,
dan Budget Emphasis
pada Budgetary Slack.
1. Partisipasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran
dan self estee
berpengaruh negatif terhadap budgetary slack, sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap
budgetary slack. Selain
itu, budget emphasis
mampu memoderasi dengan memperlemah hubungan partisipasi penganggaran, asimetri informasi, dan self estee
terhadap budgetary slack.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2. Setyo Nugroho
Budgetary Slack pada Organisasi Sektor anggaran dan JRI tidak berpengaruh secara parsial terhadap kecenderungan
menciptakan budgetary
slack. Demikian pula
dengan efektivitas pengendalian anggaran dan JRI tidak berperan sebagai pemediasi
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Solabomi
The Influence of Organisational Culture and Budgetary Participation on Propensity to Create Budgetary Slack in Public Sector
1. Penelitian ini menggunakan terhadap budgetary
slack jika dimediasi
oleh budgetary
participation. Selain
itu, budgetary participation
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Noor Raudhiah, Factors on Budgetary Slack
Hasil dari penelitian ini mengindikasikan sebuah hubungan negatif yang
signifikan antara pengaruh management
style terhadap budgetary
slack. Budget
participation dan budget emphasis secara bersama sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack. Budget
participation, budget
emphasis, dan
information asymmetry
secara bersama sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Megawati Oktorina dan Yanuar Nanok Soenarno (2013)
Effect of Budget Participation, Budget Emphasis, and
Fairness Perception on the Budgetary Slack with Managerial Trustworthy Behavior as Moderating
Variable at Manufacturing Company in Jakarta
1. Budgetary
Hasilnya penelitian ini adalah budgetary participation dan budget
emphasis berpengaruh
pada budgetary slack. Sedangkan fairness
perception tidak
berdampak signifikan pada budgetary slack.
Budget emphasis
berpengaruh pada
budgetary slack apabila dimoderasi oleh
managerial trustworthy
behavior. Sedangkan
managerial trustworthy
behavior tidak
berpengaruh pada hubungan budgetary
participation dan
budgetary slack.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6. Chin-Chun Su dan Feng-Yu Ni (2013)
Budgetary
Participation and Slack on the Theory of Planned Behavior
Hasil dari penelitian ini adalah budgetary slack
secara positif dipengaruhi oleh
attitudes dan subjective
norms, dan secara
negatif dipengaruhi oleh partisipasi manajer.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7. Christine Dwi K. S. dan Lidya Agustina (2010)
Pengaruh Participation Budgeting,
Information Asimetry, dan Job Relevant Information terhadap
Budget Slack pada Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini adalah participation
budgeting memberikan
efek positif terhadap JRI
dan information
asimetry sebagai
variabel moderating.
Participation budgeting
dan information
asimetry memberikan
efek negatif terhadap
budget slack dan JRI Organisasi, dan Job Relevant Information
Hasil dari penelitian ini adalah partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan JRI
secara parsial berpengaruh signifikan
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
(Budgetary Slack) (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Buleleng)
4. Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)
dan Budgetary Slack.
2. Menggunakan analisis regresi berganda
penulis tidak negatif terhadap senjangan anggaran;
Partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan JRI secara
bersama-sama berpengaruh (Studi pada SKPD Kota Semarang)
Hasil dari penelitian ini adalah penekanan anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran dan
tidak bisa membuktikan adanya pengaruh negatif partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran;
Asimetri informasi bukan menjadi faktor yang Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
penulis
Anggaran pada PT. BRI di Kota Jambi
Hasil dari penelitian ini adalah partisipasi
mempengaruhi slack
anggaran secara simultan;
Informasi asimetri secara parsial mempengaruhi slack
anggaran, sedangkan Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian
lingkungan secara parsial tidak mempengaruhi
slack anggaran 11. Maya Triana,
Yuliusman, Wirmie Eka Putra (2012)
Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, dan Locus of Control terhadap Slack
Anggaran (Survei Pada Hotel Berbintang di Kota Jambi)
Hasil dari penelitian ini
adalah partisipasi anggaran, budget
emphasis, dan locus of
control secara simultan memiliki pengaruh terhadap slack anggaran.
Secara parsial, partisipasi anggaran dan budget
emphasis berpengaruh
terhadap slack anggaran, sedangkan locus of control tidak berpengaruh terhadap slack anggaran Sumber: diolah dari berbagai referensi
C. Kerangka Penelitian
Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka penelitian yang dibuat dalam model penelitian mengenai Pengaruh Budgetary Participation (X1), Information Asymmetry (X2), Budget Emphasis (X3), dan Job Relevant Information (X4) terhadap Budgetary Slack (Y).
Gambar 2.1
Skema Kerangka Penelitian
Uji Asumsi Klasik:
a. Uji Multikoloniertias b. Uji Heteroskedastisitas c. Uji Normalitas
Uji Instrumen:
a. Uji Validitas b. Uji Reliabilitas
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil dan Pambahasan
Kesimpulan dan Saran
Uji Hipotesis:
a. Uji Koefisien Determinasi b. Uji Regresi Secara
Parsial & Simultan
1. Pengaruh Budgetary Participation terhadap Budgetary Slack
Partisipasi anggaran (budgetary participation) melibatkan semua tingkatan manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran. Partisipasi penganggaran ini diperlukan karena bawahan yang lebih mengetahui kondisi langsung bagiannya. Argyris (1952) dalam Sujana (2010:3) menyarankan perlunya bawahan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Dengan demikian, tujuan perusahaan akan lebih dapat diterima jika seluruh anggota organisasi dapat bersama-sama dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat dan informasi mengenai tujuan perusahaan dan terlibat dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Murray (1990) dalam Sujana (2010:4) menyatakan bahwa partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dari anggota organisasi tersebut.
2. Pengaruh Information Asymmetry terhadap Budgetary Slack
Busuioc (2011) dalam Ardanari dan Putra (2014:704) menyebutkan bahwa teori asimetri informasi mengacu pada ketidakpastian yang disebabkan karena agen memiliki informasi pribadi yang lebih banyak tentang bidangnya dibandingkan prinsipal. Rukmana (2013) dalam Ardanari dan Putra (2014:704) menyatakan bahwa semakin tinggi asimetri informasi yang ada, maka akan semakin tinggi juga budgetary slack yang terjadi.
3. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Budgetary Slack
Budget emphasis dikatakan sebagai suatu alat kontrol pelaporan
keuangan secara formal yang digunakan oleh manajer (Sivabalan, et. al.,
2007). Lau (1998) dalam Ardanari dan Putra (2014:705) mendefinisikan
budget emphasis sebagai alat pengendalian akuntansi dan non akuntansi
untuk mencapai tujuan dari organisasi. Kung, et. al. (2013:124)
menyatakan bahwa budget emphasis dapat membantu untuk mencapai tujuan anggaran dengan memperkuat hubungan dengan motivasi kerja bawahan. Namun, Menurut Tagwireyi (2012:38), budget emphasis yang terlalu ketat dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang pada
bawahan karena tekanan kerja untuk mencapai target yang ditetapkan
tersebut.
Dalam fungsinya sebagai alat perencanaan, anggaran dapat digunakan untuk merencanakan berbagai aktivitas suatu pusat petanggungjawaban agar dalam pelaksanaan aktivitasnya sesuai dengan apa yang telah digariskan. Anggaran dapat pula berfungsi sebagai alat pengendalian bilamana anggaran digunakan sebagai tolok ukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban. Jika dalam suatu organisasi anggaran merupakan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan, maka kondisi ini dinamakan penekanan anggaran atau budget emphasis.
Ketika anggaran digunakan sebagai pengukur kinerja bawahan dalam suatu organisasi, maka bawahan akan berusaha meningkatkan
kinerjanya dengan dua kemungkinan. Pertama, meningkatkan performance sehingga realisasi anggarannya lebih tinggi daripada yang ditargetkan sebelumnya. Kedua, melonggarkan anggaran pada saat penyusunan anggaran tersebut. Dengan melonggarkan anggaran manajer pusat pertanggungjawaban dikatakan melakukan upaya slack.
4. Pengaruh Job Relevant Information terhadap Budgetary Slack
Kren (1992:511) mendefinisikan JRI sebagai informasi utama dalam organisasi, yaitu informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan seorang manajer yang berhubungan dengan tugas dan membantu dalam memilih tindakan terbaik. Chong dan Chong (2002) mengungkapkan bahwa ketika para karyawan menjalankan tujuan-tujuan anggaran maka mereka akan meningkatkan usaha untuk mengumpulkan dan menggunakan JRI sehingga tujuan anggaran dapat tercapai. Lebih lanjut, Tiessen dan Waterhouse (1983) dalam Kren (1992:512) mengidentifikasi dua tipe dasar informasi dalam organisasi yaitu : (1) pengaruh keputusan (decision influencing) merupakan kelompok perilaku-perilaku manajer untuk penilaian kinerja dan (2) Job relevant information, yang membantu manajer untuk mengembangkan pilihan tindakan- tindakan yang mereka lakukan melalui usaha penginformasian terbaik.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya yang telah diuraikan, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Budgetary Participation berpengaruh terhadap Budgetary Slack H2 : Information Asymmetry berpengaruh terhadap Budgetary Slack H3 : Budget Emphasis berpengaruh terhadap Budgetary Slack
H4 : Job Relevant Information berpengaruh terhadap Budgetary Slack H5 : Budgetary Participation, Information Asymmetry, Budget
Emphasis, dan Job Relevant Information berpengaruh secara simultan terhadap Budgetary Slack