• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Teori Agensi ( Agency Theory )

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Isu GCG di awali dengan munculnya pemisahan antara pemilik dan manajemen, yakni pemilik sebagai prinsipal, dan manajemen sebagai agen. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemangku kepentingan lainnya. Namun, di sisi lain, manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini, sering kali menimbulkan konflik yang dinamakan konflik keagenan. Teori agensi ini merupakan hubungan kontrak antaranggota dalam perusahaan, yaitu hubungan antara pihak prinsipal dengan pihak agen. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal dan untuk menjalankan perusahaan.

Arfan (2011) dalam Ardanari dan Putra (2014:704) menyatakan teori keagenan menyangkut suatu kontrak di mana prinsipal membawahi agen untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang prinsipal, dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan

pengambilan keputusan kepada agen (Riahi dan Belkaoui, 2007:186). Baik prinsipal maupun agen diasumsikan termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka, dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. Jensen dan Meckling (1976) dalam Endrianto (2010:8) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Menurut Meisser (2006) dalam Ardanari dan Putra (2014:704), hubungan keagenan ini menciptakan dua masalah, yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi, di mana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) konflik kepentingan, yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal sehingga agen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik.

Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positif accounting theory oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Siswantaya (2007:16) mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus plan hypothesis, the debt/equity hypothesis, dan political cost hypothesis. Hipotesis ini secara implisit mengakui tiga bentuk hubungan keagenan yaitu antara pemilik dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen. Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik

perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang saham, kreditor, maupun pemerintah.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269), hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan, dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen untuk membuat keputusan. Akibat adanya pendelegasian wewenang tersebut, agen berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta menyampaikan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif untuk memotivasi individu-individu demi mencapai keselarasan tujuan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269), salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan preferensi ini. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan, tetapi juga dari aspek lain, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang baik, jam kerja yang fleksibel, dan sebagainya.

Menurut Eisenhard (1989) dalam Endrianto (2010:10), teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu:

a. Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki

keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

b. Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antaranggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya asymmetric information antara prinsipal dan agen.

c. Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dalam mencapai kemakmuran yang dikehendakinya disebut sebagai masalah keagenan. Masalah keagenan tersebut dapat terjadi akibat adanya asimetri informasi antara pemilik dan manajer. Asimetri informasi ini terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mendapatkan informasi relatif lebih cepat dibanding pihak eksternal, seperti investor dan kreditor. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memaksimalkan kemakmurannya. Menurut Richardson (1998) dalam Priantinah (2008:24), asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management).

2. Anggaran

a. Definisi Anggaran

Dua peranan penting yang wajib dilakukan oleh manajer adalah perencanaan dan pengendalian. Dalam konteks keuangan, rencana sering kali mengacu pada anggaran, dan mengendalikannya dengan pengendalian anggaran.

Anggaran merupakan bagian dari rencana perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk rencana keuangan untuk suatu periode tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2009:423), anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan, dan rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Sedangkan menurut Blocher, et. al. (2011:564) anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain-lain selama periode waktu tertentu – khususnya satu tahun fiskal.

Menurut Carter (2009:13), anggaran memainkan peranan penting dalam memengaruhi perilaku individu dan kelompok di setiap tingkatan proses manajemen, termasuk:

1) menetapkan cita-cita;

2) menginformasikan kepada individu mengenai apa yang harus mereka berikan untuk pencapaian cita-cita tersebut;

3) memotivasi kinerja yang diinginkan; 4) mengevaluasi kinerja; dan

5) memberikan saran kapan tindakan korektif sebaiknya diambil

b. Fungsi Anggaran

Menurut Jaya dan Rahardjo (2012:7), anggaran merupakan alat manajemen yang memegang peranan penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah perusahaan, terutama dalam proses perencanaan (planning) dan pengawasan (controlling).

Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001:502) adalah sebagai berikut:

1) Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja 2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan

perusahaan di masa yang akan datang

3) Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas

4) Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya

5) Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan 6) Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan

memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.

c. Manfaat dan Tujuan Anggaran

Anggaran diperlukan karena memiliki tujuan dan manfaat. Anggaran merupakan alat manajemen yang bermanfaat dalam

perencanaan dan pengendalian untuk mencapai suatu tujuan organisasi apabila dijalankan secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran menurut Nafarin (2013:19), antara lain:

1) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana

2) Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan 3) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,

sehingga dapat mempermudah pengawasan.

4) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal

5) Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat

6) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

Sedangkan manfaat dari anggaran menurut Nafarin (2013:19), yaitu:

1) Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama 2) Dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kelebihan atau

kekurangan karyawan 3) Dapat memotivasi karyawan

4) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan

5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu 6) Sumber daya dapat dimanfaatkan seefisien mungkin

7) Alat pendidikan bagi para manajer d. Sistem Penganggaran

Dalam sistem penganggaran, terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan oleh manajer, di antaranya adalah pendekatan penganggaran dari bawah ke atas (bottom-up budgeting) dan pendekatan penganggaran dari atas ke bawah (top-down budgeting). Perbedaan kedua pendekatan ini terletak pada filosofi dari mana proses penyusunan anggaran dimulai. Mott (2002:137) menjelaskan mengenai kedua pendekatan tersebut, yaitu:

1) Penganggaran dari bawah ke atas (bottom-up budgeting)

Pendekatan bottom up adalah jika level terendah dari pusat pertanggungjawaban keuangan menyusun anggarannya sendiri dan kemudian dijadikan dasar penyusunan anggaran pada level berikutnya. Tergantung dari hasil yang tergambar dari anggaran tersebut, perubahan dapat dilakukan atas permintaan manajemen puncak sehingga tujuan umum keuangan perusahaan tercapai. 2) Penganggaran dari atas ke bawah (top-down budgeting)

Pendekatan top-down yaitu apabila pusat laba menentukan anggaran biaya atau anggaran penjualan atas pusat-pusat biaya atau pendapatan yang berada di bawahnya. Dalam kasus ini, perasaan memiliki anggaran maupun motivasi untuk mencapainya akan berkurang.

e. Aspek-aspek Perilaku dalam Penganggaran

Cara penerapan dan pengelolaan anggaran dalam suatu organisasi dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi perilaku, beberapa diantaranya menguntungkan tetapi beberapa lainnya bisa juga berpengaruh sebaliknya. Situasi tersebut seperti (Mott, 2002: 147):

1) Anggaran yang dipaksakan, yaitu jika Anda diberi anggaran dan diminta untuk mencapainya, perasaan Anda terhadap kepemilikan anggaran berkurang, dibandingkan jika Anda mengambil bagian dalam penyusunan dan pengajuan alasan perlunya alokasi anggaran pada masing-masing biaya.

2) Sistem anggaran oleh akuntan, yaitu sitem penganggaran oleh orang-orang keuangan dalam suatu organisasi tanpa adanya keterlibatan manajemen senior dalam penyusunan anggaran. Pengalaman manajemen senior dalam penyusunan anggaran sangatlah penting karena mereka lebih memahami aktivitas fungsional utama organisasi, sehingga anggaran yang realistis tapi menantang dapat disusun.

3) Anggaran yang dilebih-lebihkan, yaitu pendekatan bottom-up dalam penyusunan anggaran dapat mengakibatkan manajer melebih-lebihkan anggaran mereka, karena pengalaman telah menunjukkan bahwa mereka telah berhasil dengan cara itu, atau mereka telah mengamati bahwa setiap tahun anggaran mereka dipotong sebesar persentase tertentu.

4) Laporan anggaran terlambat, yaitu keterlambatan pelaporan anggaran sehingga akan menghambat pengambilan keputusan oleh manajer.

5) Pengeluaran tak terkendali, yaitu besarnya semua pengeluaran yang harus diwaspadai oleh manajer yang berkaitan dengan suatu pusat pertanggungjawaban dalam laporan anggaran.

Sedangkan menurut Birt et. al. (2010:386), penganggaran dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia. Aspek-aspek keperilakuan dalam penganggaran tersebut direfleksikan pada:

1) Tipe otoriter atau partisipatif yang digunakan oleh manajemen senior pada proses penganggaran.

2) Percobaan oleh beberapa manajer untuk:

a) Membesarkan perencanaan beban atau mengecilkan perencanaan pendapatan atau penerimaan

b) Memasukkan beberapa kesalahan margin pada kasus target tidak bisa dicapai

c) Memanipulasi informasi sehingga kinerja mereka dipresentasikan pada kemungkinan yang terbaik

Dokumen terkait