• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis diksi terhadap penerjemahan kitab fiqhul-mar'til-muslimah : studi komparatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis diksi terhadap penerjemahan kitab fiqhul-mar'til-muslimah : studi komparatif"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KOMPARATIF)

mSUSUN OLEH : UMANIH 100024018590

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KITAB FIQHUL-MAR'ATIL-MUSLIMAH

(STUDI KOMPARATIF)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar SaJjana Sastra

Oleh:

UMANIH

100024018590

H.

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN

HUMANlORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jllkarta pada tanggal 5 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana program strata I (S I) pada JUnlsan Tmjamah.

Jakarta, 5 Februari 2007

m・セ。ョNァォャャー Anggota

Dr. H. Abdul Chair

NIP. 150 210 746

Sidang Munaqosyah

Ahmad

NIP. 150 303 001

Anggota

NIP. 150262446

H.

(4)

t'P'yl

セケ|

1il\

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan kamnia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program strata (S 1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bukanlah mukjizat yang datang tiba-tiba melainkan melalui proses yang tidak luput dari bantuan, bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak tetima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalanl bentuk apapun sehingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada Yth:

I. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN SyarifHidayatuliah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abdul Chair, Dekan fakultas Adab dan Humalliora UIN Jakarta. 3. Bapak Drs. Abdullah, M.Ag, Ketua Jurusan Trujamah

4. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, Sekretaris Jurusan Tmjamah

5. Bapak H. A Ismakun Ilyas, Lc, MA, selaku dosen pembimbing materi dall teknis dalam penyusunan skripsi ini

6. Perhargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orallg tua yaitu, "Ummi" dall "Bapak" tercinta yallg telah susah payah membimbing dall membesm'kan penulis dari kecil sampai sekarallg, tetima kasih untuk kakak-kakakku atas motivasi bimbingan dan do'a kepada penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Adab dall Humaniora Jurusan Trujamah, ymlg telah memberikall ilmu yang sangat berguna kepada kami semua, terutama penulis. 8. Pihak perpustakaall UIN Jakarta, Imall Jama, Perpustakazm UNJ, Perpustakaml

(5)

mereka yang senantiasa memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya untuk sahabat-sahabatku, Obi, Vita, Sasi, Yuli, Lala dan ternan-ternan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11. Serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

1m.

Penulis menyadari meskipun telah semaksimal mungkin berusaha dalam pembuatan skripsi ini, akan tetapi tentu masih banyak keknrangan. Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan dalam penulisan skripsi inL Penulis berharap semoga amal dan niat baik semuanya dibalas oleh Allah SWT, dengan pahala yang berlimpah.

Jakarta,S Februari 2007 Penulis

(6)

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber dari pedoman translitersi Arab

atas keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/87, dengan sedikit memodifikasi pada sistem

penulisan sebagaimana dijelaskan di bawahini :

f = .,j z = ) b y

q =

J

s = ..r' t = ..::.J

.:.l

k sy

..?

S =I..l

J

s

uP

J

C

d

JP

h

c:.

m

lJ

.b

kh =

t

n = t =

1; d セ

w ) z

.ki

t

z = .l

h = =

r = J

セ g

t.

y

4$

Volml Pendek Vokal Panjang Tanwin

,

= A 1.;...

-=A.

セ An

I

<.1-" .

Mセi = In

,

"
(7)

oleh huruf qomal'iyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf sYall1siyah.

a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomaliyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu al- /.

b. Kata Sandallg yang diikuti oleh huruf syall1siyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu huruf / -I / diganti dengan huruf yang sarna dengan

huruf langsung kata sandang itu.

2. Saddah ditandai dengall hurllf kembal', contoh セj|

/

aHannatu /.
(8)

HALAMAN PERSETU.JUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .

PEDOMAN TRANSLITERASI... III

DAFTAR lSI.. ... .... .. . .. ... . ... . .. ... . .. ... . .. ... . .. ... . .. ... . .. .... ... .. ... . ... v

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian... 8

D. Metode Penelitian... 9

E. Sistematika Penulisan... 9

BABII BABIII KERANGKATEORI A. Teori Terjemahan... 11

1.Definisi Penerjemahan... 12

2. Model Terjemahan... 16

3. Penilaian Hasil Terjemahan... 19

B. Teori Diksi... 23

I.Pengertian Diksi dan Korelasinya Dengan Makna.. ... 24

2. Syarat Ketepatan dan Kesesuaian Diksi... 27

3. Diksi Dalam Kalimat... 32

(9)

BABIV

3. Makna Referenasiallmplisit... ... 51

C. Analisis Keserasian Makna Dalam Penerjemahan Bab Thaharah Buku Fiqh AI-Mar'ati AI-Muslimah... 54

I. Tautologi... 54

2. Tidak diterjemahkan... 55

3. Kerancuan Menerjemah... 58

D. Analisis Kalimat... 65

1.Korehcnsi yang Baik dan Kompak... 65

2. Paralelisme atau Kesejajaran.. 67

3. Pleonasme... 69

4. Hiperkorek... 70

PENUTUP A. Kesimpulan... 71

B. Saran-saran... 72

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belalmng Masalah

Kewajiban beribadah bagi umat Islam sebagai manifestasi iman, seharusnya

dilakukan dengan tata cara, tempat dan waktu berdasarkan perundangan Islam yang

bersumber pada AI-Qur'an dan Sunnah Rasul (Hadist).

Tata cara peribadatan kaul11 muslimin Indonesia dilakukan berdasarkan

perundangan (hukum Fiqih) yang kitab-kitabnya kebanyakan berbahasa Arab, yang

jelas mengandung perumpamaan-perumpamaan yang pelik dan kata-kata yang sukar

di mengerti. Terlebih bahasa Arab yang digunakan dalam buku aslinya itu, ialah

babasa perundal1g-undangan yang serba pekat dan rumit, yang mudah menimbulkan

kekhilafan dan kesalahpabal11an dalal11 pel11abamannya apabila pel11baca tidak

benar-benar menguasai bahasa tersebut, sehingga tidak mnstahil apa yang sesungguhmya

dimaksudkan akan disalahartikal1. Karena itulah diperlukan peneJjemab-peneljemah

yang menguasai aturan-aturan bahasa sumber (dalam hal ini babasa Arab) dan bahasa

sasaran (dalam hal ini bahasa Indonesia), g\ma menghasilkan karya teljemahan yang

baik.

Dewasa ini kitab fiqih yang telah diterjemabkan ke dalam bahasa Indonesia

telah banyak beredar, bahkan tak sedikit kitab-kitab yang telah dicetak ulal1g

(11)

ataupun kitab-kitab fiqh kaJya Yusuf Qordowi dan masih banyak lagi. Hal ini

mengindikasikan bahwa karya-kmya terjemahan (khususnya kitab-kitab Fiqih) sangat

diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat kita.

Menerjemahkan berarti melakukan perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang

lain. Oleh kaJ'ena itu, agar pengalihan suatu bahasa teIjemahan tersebut dapat

dipahaJl1i dan dimengerti, maka hams diperhatikan bentuk bahasa sasaran (Bsa).

Kridalaksana (1985), mendefinisikan "Penerjemahan sebagai pemindahan suatu

aJI1anat dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa saSaJ'an (Bsa) dengan pertama-taJl1a

mengungkapkan maknanya dan kemudian gaya bahasanya". Senada dengan

pernyataan Eugene A. Nida, mengungkapkan bahwa: Translation consist in

producing in the receptor language the closest natural equivalent to the massage of

the source language, first in meaning and secondly in style. (Meneljemahkan berarti

menciptakan padaJ]aJ] paling dekat dalam bahasa penerima (Bsa) terhadap pesan

1.:'::-h.::s:: s:::-::ber (Bsu), pert:mm dalaJ]] hal makna daJl kesuaian pada gaya bahasanya).1

Penelitian mengenai hasil terjemahan adalah sesuatu yaJlg sangat penting

untuk dilakukan terutama untuk menghubungkan teori penerjemahan dan praktek

セセZZセZェセセZZMィNZZMGQL :::r!ebih lagi membandingkan hasil terjemahan dari teks yaJlg saJna.

Namun demikian tidak semua hasil kaJya teIjemahaJl perlu dianalisis dan dikritisi

(12)

dengan beberapa acuan standar penerjemahan yang mampu menopang diakuinya

mutu karya tel:iemahan tersebut.2

Seseorang yang telah memiliki profesi sebagai peneJjemah, pada tahap awal

akan mendapatkan berbagai kendala ketika menerjemahkan teks yang ditemuinya,

salah satunya kesulitan dalam memilih diksi. Menurut Gorys Keraf, "Pilihan kata

atau diksi adalah kemampuan membedakansecara tepatnuansa-nuansa makna sesuai

dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kel11anlpUan untuk l11enel11ukan bentuk

yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok l11asyarakat

pendengar pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan

kosa kata bahasa itu". Jadi asas KETEPATAN dan asas KESESUAIAN harus

dijadikan pedoman dalam memilih kata. Sedangkan menurut Poerwadarminta, "

Pedoman dalam l11emilih kata diarahkan kepada kata-kata y,mg TEPAT, l11engenai

arti dan tempatnya. SEKSAMA, ialah serasi benar dengan apa yang hendak

dituturkan.LAZIM, yaitu sudah jadi kata umum, kata yang、ゥォLセョ。ャ dan dipakai dalam

bahasa Indonesia umum".3 Bagi seorang peneljel11ah, ketidakjelasan arti kata, ide dan

makna merupakan kendala yang sering dihadapi ketika melakukan kegiatan

peneljel11ahan. Apalagi bila satu kata mel11iliki arti kata lebih dari satu kata akan

mel11berikan dampak pada kekeliruan l11emilih diksi. Jika kekeliruan itu sampai

tetjadi maka dampak yang akan ditimbulkan sangat besar klmsusnya dalam hal

2A. Widyamartaya, Seni Meneljemah,(Yogyakarta: Kanisius, 1998),Cel.Ke-I, h.23

_ _ _ _ _, Seni Menggayakan Katimal, (Yogyakarta, Kanisius, 1995), Cel. Ke-2,

(13)

pemahaman. Dan apa jadinya jika kekeliruan itu sampai terjadi pada dua terjemahan

dari BSa yang sarna. Seperti pada teks berikut :

Teks Gsa (terjemahan) Ansori Vmar:

"Niat, yakni sengaja menyengaja wudhu.

Sedang tempat niat itu di dalam hati dan dilakukan pada permulaan wudhu'. Jadi

seandainya ada salah satu anggota yang dibasuh sebelum niat, itu tidak sah, dan wajib

diulangi setelah niat dilaksanakan. Dan tak apalah bila niat itl.! dilakukan menjelang

wudhu', asal jangkanya -menurut adat ('uruf)- tidak terlalu lama. Karena menurut

hokum niat itu sebenarnya sudah ada".

Teks Gsa (terjemahan) Zaid H"sein:

"Niat, yaitu tujuan melakukan sesuatu dan tempatnya di dalam hati. Niat

dilakukan pada permuJaan wudhu. Andaikata niat itu diJakukan setelall membasuh

sebagian anggota, maka wudhunya tidak sah dan wajib mengulangi. Bila niat itu

" Ibrahim Muhamad aI-Jamal, Fiqhul-mar 'atill-muslimah, (Beirut: DaruI Qolam Lilluras),

(14)

dilakukan tidak lama setelah perbuatan maka dapat dimaafkan, karena keberadaannya

secm'a hukum",

Dari kedua versi terjemahan di atas terdapat perbedaan penerjemahan pada

kata qosdulfi'Ii

HjLNLゥャャセI

Anshori Vmar mengartikmIDya "sengaja menyengaja

wudhu' ". Sedmlgkan Zaid Husein mengartikannya del1gan "tujuan melakukml

sesuatu". Dalan1 kamus Al- 'Asril

セi

kata qoshdun (

セI

berarti Iliat,maksud

atau tlljllall. Dengan demikian Zaid Husein menel:jemahkml kata qoshdul .fz'li

(J,.,ilI.J....di )

secm'a perkata, sedangkan Al1shori Vmar menerjemahkan kata tersebut

dengan menyesuaikan konteks, terlihat dengan mel1gartikan kata al-ji'li (

J,.,il\ )

dengan wudhu. Ketepatml pilihml kata tidak hanya diambil dari kamus, tetapi

ketepatan penempatan atau penggunaan kata dalam situasi atau konteks tertentu .

Berdasarkml hal ini terjemahml Anshori Umar akan terlihat lebih lazim jika

menerjemahkan kata qosdul fi'li (

jLNLゥャ|セ

)

dengan "sengaja berwudhu atau

menyengaja wudhu", karena エ・セェ・ュ。ィ。ョ pertanla terlihat admlya pemborosan kata

dengan menyebut kata sengaja dua kali dalam satu kalimat penclek.

Selain itu terdapat kerancuan penerjemahan pada kalimat

\j . L :11 \_ 1, _ ", ..

y::-

0'>.Y.

lJ"'o"J セ '"1!""".lgJ

yi.i;yJ

Anshori Vmar mengmtikan kalimat
(15)

Curui)- tidak terlalu lama...". Sedang penerjemahan Zaid Husein pada kalimat

tersebut " ... bila niat itu dilakukan tidak lama setelah perbuatan...". Pada dua kata

yang bergaris bawah terlihat bahwa kata 'menjelang' tidaklah sama dengan kata

'setelah'. Menurut Gorys Keral: kata 'setelah' adalah keterangan yang menyatakan

bahwa suatu peristiwa atau perbuatan telah mencapai titik penyelesaian. Sedangkan

kata 'menjelang' adalah kata yang menyatakan bahwa suatll perbuatan akan

dilakukan.5 Dengan demikian peneljemahan tersebut bertolak belakang dalam hal

makna.

Pada teks lain

Teks Esa (terjemahan) Anshori Umar:

Mendahulukan anggota ketika membasuh kedua tangan dan kaki.

Teks Esa (terjemahan) Zaid Husein:

Mendahulukan tangan dan kaki kanan daripada kiri.

Kata yang bergaris bawah Hセi dan \N^セiI oleh Zaid Husein tidak diartikan, ia

hanya mewakilkan kata 'anggota' untuk kedlla kata tersebllt. Padahal kata 'anggota'

masih berarti lImllm. Dalam teori syarat ketepatan diksi, kata khusus lebih

diutamakan penggllnaanya, karena kata khusus lebih mendekatkan makna yang

5Gorys Keraf,Tala Bahasa lndanesia(Flores NTT : Nusa Indahl, h. 74

(16)

dimaksud atau diinginkan oleh penulis .Karena itu, teljemahan Zaid Husein pada

kalimat di atas kurang tepat.

Dari beberapa contoh di atas jelas bahwa banyak hasil terjemahan, yang

terkadang kita dapat menemukan dua teljemahan dari teks Bsu yang sama, ketika kita

membacanya kita menemukan adanya perbedaan dalam Bsa-nya yang menyebabkan

terjemahan satu lebih dimengerti dan dipahami oleh si pembaca dari teljemahan yang

kedua. Agar terhindar dari kesalahan menerjemah maka sem'ang penerjemah harus

menguasai kaidah-kaidah bahasa teljemahan, sehingga pembaca dapat memahami

hasil terjemallan itu.

Buku fiqhul-mar 'atil-muslimah ditulis oleh Syekh Ibrahim Muhammad

AI-Jamal, telah diterjemallkan oleh beberapa orang penerjemah. Dari sekian banyal( hasil

tel:jemahan buku ini, penulis melihat bahwa terjemahan Anshori Vmar dan Zaid

Husein merupakan terjemahan yang banyal( beredar di masyarakat. Dengan banyak

beredamya kedua buku teljemahan ini, penulis merasa perlu meneliti hasil terjemallan

keduanya, karena jika terdapat teljemahan yang berbeda, dikhawatirkan akan

menimbulkan kesalah pahaman bagi pembaca. Apabila hal ini sampai terjadi tidak

mustahil akan timbul perbedaan tata cara beribadah. Kesalahan-kesalahan seperti ini

seharusnya segera diatasi, sebelum akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh

umat islam. Dengan demikian amat berat kiranya tugas seor2U1g peneljemah (dalam

hal ini buku-buku fiqih), ia harus senantiasa berhati-hati dalam menerjemahkan kata

(17)

guna menghindari hal-hal yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan umat

islam.

BerdasaTkan latar belakang itulah penulis mencoba mcneliti hasil terjemahan

kitab ini. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini dengall "ANALISIS DIKSI

TERHADAP HASIL TERJEMAHAN BUlW FIQHUL-MAR'AU

AL-MUSLIMAU (STUm KOMPARATIF)".

B.Pembatasan Masalah

Pengamatan pada buku teljemahan fiqh al-mar'ati al-muslimah memberi

inspirasi kepada penulis untuk mengangkat permasalahan pada kajian diksi. Dan dari

sekian banyak bab dalam buku tersebut, penulis mengambil satu bab saja, bab

thaharah dengan alasan agar penelitian yang akan penulis lakukan dapat mengena dan

tidak melebar.

Maka dalam hal ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

I. Apakah model teljemahan yang dipakai oleh kedua peneljemah.

2. Apakah diksi hasil teljemahan yang dilakukan oleh ke dua penmjemah sesuai

dengan syarat kesesuaian dan ketepatan diksi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang pellulis kemukakan di atas, maka yang menjadi

tujuan umum dalam penelitian ini adalah membandingkan pemilihan diksi yang

dilakukan oleh ke dua peneIjemah pada buku tersebut.

(18)

I.Mengetahui model terjemahan yang dipakai oleh kedua penerjemah.

2.Mengetahui kwalitas diksi yang telah dilakukan oleh ke dua peneIjemah.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membantu penerjemah terutama

penerjemah pemula untuk mengetahui pemakaian maupWl pemilihan kata-kata pada

teljemahan teks atau buku.

D. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis kemukakan, maka jenis penelitian

yang akan penulis lakukan adalah penelitian deskriptifkarena penulis menganalisis

data-data yang terdapat dalam bab thaharah pada buku terjemahanfiqh wanila , lalu

mendeskripsikan hasilnya. Selain itu, penulis menggunakan teori diksi dan leksikal

sebagai pisau analisis.

Pencarian data yang penulis lakukan dalam pencliti[ffi ini melalui Iibl'lliry

search yaitu pencarian data kepustakaan yang dapat mcndukung penelitian ini.

Eo Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang penulis gunakan mengacu pada "pedoman

penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi" yang disusun oleh Tim UlN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh UlN Jakmia Press tahun 2002

(19)

Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manlilllt penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah bab kerangka teori yang berisi tentang definisi ー・ョ・セェ・ュ。ィ。ョL model

penerjemahan dan penilaian hasil terjemahan, definisi diksi dan kolersinya

dengan makna, syarat ketepatan dan keserasian diksi, selia diksi dalam

kalimat.

Bab III adalah bab analisis data yang berisi tentang biografi penel:jemah dan analisis

diksi, serta perbandingan hasil tel:jemahan Anshori Umar dan Zaid Husein

AI-Hamid.

(20)

KERANGKA TEORI A. Teol"!Terjemahan

Berabad-abad lamanya orang telah meneljemahkan, namun baru pada akhir-akhir ini saja perkembangan teori teljemahan nampak. Dari peninggalan sejarah kita mengetahui adanya terjemahan bagian-bagian dari Epic Gilgamesh bahasa SumeIia ke dalam empat atau lima bahasa Asia sekitar abad kedua S.M. Sejarah juga mencatat

bahwa dokumen-dokumen yang pertama-tama di teljemahkan adalah kitab suci bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani sekitar abad ketiga S.M.7

Apa yang telah dilakukan berabad-abad itu hendaknya dapat dilakukan secara lebih mudah, efisien dan baik dengan adanya teori teljemahan. Adanya teori tejemahan ini semakin dapat diyakini bahwa dengan pengetahuan teoIi terjemahan seseorang akan mendapat gambaran yang jelas mengenai penerjemahan, jadi bukan suatu gambaran yang samar-samar yang hanya dapat dirasakan saja tanpa dapat

dideshipsikan seca!'a eksak.

Dalanl dunia penerjemahan, bahasa memiliki hubungan yang sangat erat, karena pekeljaan meneljemah melibatkan bahasa dengan segala aspeknya. Peneljemahan adalah kegiatan yang dapat membukt!kan dengan jelas tentang peran bahasa dalam kehidupan sosial (Hatim dan Mason, I990). Melalu! kegiatan ml,

7 J. M. Cohen, Translation. "The Encyclopedia Americana Interna/ionaf', (New York:

(21)

seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan hanya sebagai kegiatan penggantial1, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi barn yakni dalam bentuk teks, dengan memperhatikan aspek-aspek sosial ketika teks baru ita akan dibaca atau dikom\mikasikan.8

1. Definisi Penerjemahan.

Kegiatan penerjemahan secara luas diartikan sebagai scmua kegiatan manusia dalam mengalihkan pesan atau makna, baik verbal ataupan non-verbal dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

MeneIjemahkan merupakan seni (art) yang didukung kecil1taan, kemauan dan dedikasi. Sebagai suatu seni dalam menyampaikan pesan, baik malulU dan gaya bahasanya, penerjemah hendaknya membekali diri dengan kemampuan estetis, begitu pula penyusunan kalimat memerlukan kompetensi yang serba estetis.

Penerjemahan juga mempakan suatu keterampilan (skill) yang bisa dipelajari, ditingkatkan, dikembangkan dan diajarkan. Menerjemahkan suatu teks bukanlah sekedar menuliskan pikiral1-pikiran penerjemah sendiri, bempapun baiknya. Dan bukan pula menyadur saja, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan kembali amanat dari satu karya dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa harus

8Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: P.T. Grasindo, 2000), Cel. ICe-l,

(22)

mempertahankan gaya bahasanya dan tidak hams ke dalam bahasa lain.(Pengertian menyadur tersebut diberikan oleh Hmimurti Kridalaksana)9

Untuk mengetahui dunia peneljemahml, kurang lengkap bila kita tidak mengenal para tokoh, beserta definisi yang diungkapkan.

a. EugeneA. Nida

Dalam bukunya The Theory and Practice of Translation, Nida mendefinisiakan peneIjemahan sebagai :"Translating consist in reproducting in the receptor language the closest natural equivalent to the message of the source language, first in meaning and secondly in style.lO (MeneIjemahkml berarti menciptakan padanan yang paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan Bsu, pertama dalam hal makna, dan kedua pada gaya bahasanya).

bJuliane House

Sedangkan menurut House (1977) dalam disertasinya beIjudul "A Model for Translation Quality Assessment" terjemahan adalah "Translation is the replacement of a text in the source language by semantically and pragmatically equivalent text in the target language (TeIjemahan merupakan penggmltiml kembali naskah berbahasa sumber dengan yang berballasa sasaran ymlg secara semantik dan pragmatik sepadml.II

9Nurrachman Hanafl,Op. Cit.•h. 23

10Eugene A. Nida and Charles Taber, The Theorist and Practice ofTranslation, ( Leiden: The

United Bible Societies, 1974), p. 12

(23)

c. J. C. Catford

Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan, dan ia mendefinisikan peneIjemahan ini sebagaimana dikutip oleh Nurachman Hanafi "The replacement of textual material in one language (8L) by equivalent textual material in another language (TL)". (Mengganti bahasa teks dalam bahasa sumber (Bsu) dengan bahasa teks yang sepadan dalam bahasa sasaran (Bsa)).12

Jelas terlihat bahwa Catford sangat menekankal1 penggantian naskah

hendaknya sepadan, karena kesepadanan merupakan hal yang amat penting dalam penerjemahan. Melalui kesepadanan pesan yang disampaikan akan sama dengan pesan yahg terkahdung dalam naskah asH. Dan bukanlah suatu terjemahan bila pesan yang disampaikan tidak sepadan dengan naskah aslil1ya.

d. P. NewMark

New Mark, seperti yang dikutip Rochayah Maachali memberikan definisi. 'Translitiol1 is an exercise wich consists in the attempt toイ・ーャ。Lセ・ a written message in one language by the same message in another language'. (TeIjemahan merupakan latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sarna pada bahasa lainnya).13

12J. C. Calford,A Linguistic Theory ofTranslation(London: Oxford University Press, 1974 )

Fourth Impression,pAO

(24)

e. Leonard Foster

Definisi tetjemahan yang dilll1gkapkan Foster sebagaimana yang telah dikutip

oleh Nurachman Hanafi yaitu "Translation as the transferenee of the conteet of a text

from one language irlto another, bearing in mind that we cannot always dissociate the

content from the form" (TeIjemahan mempakan pemindahan isi naskah dari satu

bahasa ke bahasa lainnya, yang perlu diingat bahwa kita tidak selalu bisa

memindahkan isi bentuk dari naskah itu).14

f. J. Levy

Seperti yang dikutip oleh Nurachman Hanafi, pelldefinisian terjemahan

menurut Levy adalah suatu keterampilan. Kejelasan diri penerjemah tampak

tercermin dalam opininya. Dalam Translation a Decisioh Process, Levy menjelaskan

"Translation is a freedom of ehoice between several apt.roximately equivalent

possibilities of realizing situational meaning" (Terjemahan mempakan proses kreatif

yang memberikan kebebasan bagi penerjemah lll1tuk memilih kemungkinan padanan

yang yang dekat dalani menglll1gapkan makna yang sesuai dengan situasinya).15

Sebagai suatu ptoses kreatif kegiatan penerjemahan rttemberikan kebebasan bagi

penerjemah untuk mencari padanan yang sesuai dengan konteks situasinya.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, penulis

menyimpulkan secara umum tejemahan adalah proses pengalihan pesan baik lisan

14 Ibid, h. 27

(25)

maupun tulisan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan memperhatikan kesepadanan

dan gaya ke dua bahasa.

2. Model Terjemahan

Berbagai ragam terjemahan yang kita temukan berikut namanya. Semua itu

tergantung dari sudut mana kita menyoroti naskah yang diminati untuk dijadikan

sasaran. Menurut New Mark (1988) seperti yang dikutip oleh Rochayah Machali

jenis penerjemahan dapat dikelompokan menjadi dua. Yaitu :

a. Penerjemahan yang memberikan penekana terhadap bahasa sasaran (Bsa).

Penerjemahan jenis ini bempaya menghasilkan dampak yang relatif sama

dengan yang diharapkan oleh penulisa asli terhadap pembaca versi Bsu.

Penerjemahan ini terdiri dari beberapa metode, yaitu :

1. Adaptasi/Saduran

Adaptasi atau saduran merupakan metode penerjemaJnan yang paling bebas

dan paling dekat dengan teks bahasa sasaran (Bsa). Kata 'saduran' dapat dimasukkan

di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam naskah asli.

Metode ini biasa dipakai dalam meneljemahkan drama atau puisi, yaitu yang

mempertahankan tema, karalcter dan alur.

2. Peneljemahan bebas

Penerjemahan yang menggunakan metode ini biasanya lebih mengutanlakan

isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Metode ini berbentuk sebuah parafi'ase yang

(26)

3. Penerjemahan Idiomatik

Penerjemahan jenis ini bertujuan mereproduksi atau menghasilkan pesan

dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan

idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.

4. Peneljemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian

rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti

oleh pembaca.

b. Penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber (Bsu).

Dalam metode jenis ini, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan

setepat-tepatnya makna kontekstual Tsu, meskipun menghadapi hambatan-hambatall

sintaksis dan semantik pada Tsa (yakni hambatan belltuk dan makna).

Penerjemahall ini melahirkan beberapa metode penerjemahan, :,ebagai berikut :

1. Penerjemahan Kata-Demi-Kata

Dalatn metode penerjemahan jenis ini, kata-kata Tsa biasanya langsung

diletakkan di bawah versi Tsu. Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks,

dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini

dipergunakan sebagai tabapan prapenerjemahan pada penerjemahan teks yang sangat

sukar atau unM memahami mekanisme Bsu. Namun demikian metode ini tidak

(27)

2. PeneIjemahan Harfiah

Penerjemahan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini, konstruksi

gramatikal Bsu dicarikan padanannya yang terdekat dalam Bsa, tetapi peneIjemahan

leksikal atau, kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks. Hasil terjemahan dengan

metode ini me11iadi kaku, karena peneljemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa

Bsu ke dalam tata bahasa Bsa.

Metode penerjemahan ini digunakan sebagai proses awal penerjemahan bukan

sebagai metode penerjemahan yang lazim. Metode ini membantu penel:jemah melihat

masalah yang harus diatasi.

3.Penerjemahan Setia

Penerjemahan ini mencoba mereproduksi makna kontekstual Tsu dengan

masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini berpegang teguh pada

maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil teIjemahan kadang-kadang terasa kaku dan

sering kaH asing karena, kata-kata yang bennuatan lrultural atau budaya

dialihbahasakan, tetapi penyimpangal1 dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih

tetap dibiarkan. Metode ini bennanfaat untuk membantu penerjemah dalam proses

awal pengalihan.

4.Penerjemahan Semantis

PeneIjemahan semantis hams senantiasa mempertimbangkan unsur estetika

teks Bsu dengan mengkompromikan makJIa selama masih dalam batas kewajaran.

Kata yang sangat sedikit bennuatan budaya dapat diteIjemaIlkal1 dengan kata-kata

(28)

Perbedaan yang mendasar pada kedua kelompok atan jenis metode di atas

terletak pada penekanalU1ya saja, dall di luar perbedaml ini keduanya saling berbagi

masalah. Keberbagial1 ini menyal1gkut (I) Maksud atau tujUal1 dalalll sebual1 teks

Bsu, (2) Tujual1 penerjemal1, (3) Pembaca dal1latar belalcang atau setting teks.16

3. Penilaian HasilTerjemahan

Penilaial1 teIjemal1al1 sal1gat penting disebabkal1 oleh dua alaSail (I). Untuk

mencipatakal1 hubungal1 dialektik al1tal'a teori dal1 praktek penerjemahal1, (2). Untuk

kepentingal1 kriteria dan standar dalam menilai kompetensi peneIjemal1, temtalna

apabila kita menilai beberapa versi teks Bsa dal'i teks Bsu yal1g sallla.17

Seoral1g peneIjemal1 tentunya mallgingiukan hasil terjemal1al1 yang baik.

TeIjemahal1 yal1g baik agak sulit didapatkan. Sebab untuk mencapainya,

membutuhkal1 segenap keal1lian peneIjemal1 dalalll segalaュ。Gセ。ャャャ segi. Bukan hanya

semal1gat yal1g berkobar dan bakat yal1g ada padanya secara alalllial1, pengalamal1

yal1g luas pun sal1gat membantn dalalll menambal1 gairah keIja.

Beberapa prinsip penerjemal1al1 yal1g ditawarkal1 Savory(1968) dalaln ral1gka

mencapai produk atau hasil teIjemahan yal1g baik, diantaral1ya;

(I). A translation must give the words of original (TeIjemahal1 hams menyajikal1

kata-kata dari naskal1 aslinya)

16 Rochayah Machali,Op. Cit., h. 49-56

(29)

(2). A translation must give the ideas of the original (Terjemahan harus menyajikan

ide-ide dari naskah aslinya)

(3). A translation should read like an original work (Terjemahan hendaknya terbaca sendiri karya aslinya)

(4). A translation should reflect the style of the translator (Terjemahan hendaknya merefleksikan gaya dari naskah aslinya)

(5). A translation should possess the style of the translator (TeIjemahan hendaknya memiliki gaya yarig dipakai oleh penerjemah)

(6). A translator should read like a translator (TeIjemahan hendaknya terbaca sebagai terjemahan)

(7). A translation should read as a contemporary of the translator (Tel:jemahan hendaknya terbaca sebagaimana bahasa kontemporer naskah aslinya)

(8). A translation should read as a contemporary of the lranslator (TeIjemahan hendaknya terbaca sebagaimana bahasa kontemporerー・ャャエセイェ・ュ。ィI

(9). A translation may add to or omit from the original (Terjemahan boleh menambahkan atau mengurangi bagian dari naskah aslinya)

(10). A translation may never add to or omit from the original (Teljemahan sarna sekali boleh tidak menambah atau mengurangi bagian dari naskah aslinya) (11). A translation of verse should be in prose (Terjemahan sajak hendaknya

(30)

(12). A translation of verse should be III verse (Terjemahan sajak hendaknya

berbentuk sajak)18

Dari kesemuanya, penerjemah tentu akan mengalanli kesulitan bila

menerapkan semua prinsip di atas, sebab terkadang satu dengan lailillya saling

beliolak belakang. Karenanya, seorang penerjemah boleh memilih mana yang paling

tepat menurut selera masing-masing, tidak perlu semuanya hams diikuti.

Menilai teljemahan tentunya didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu, sehingga suatu teIjemahan dapat dikatakan baik jika telah

memenuhi semua kriteria tersebut.

Suatu peI1ilaiatI harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas, akan tetapi,

karena penilaian karya terjemahan adalah relative (berdasarkan kriteria lebih-kurang),

maka validitas penilaian dapat di pandang dari aspek content validity dan face

validity. AlasanI1ya adalah karena menilai satu terjemahan berarti melihat aspek isi

(content) dan sekaliglIs juga aspek-aspek yang menyangkut "keterbacaan" seperti

ejaan (face), sekalipun ejaan itu sendiri juga berkaitan dengan rnakna.

Pada saat ini definisi terjemahan yang dianggap baik oleh banyak orang ialah

yang didasarkan pada makna dan bukan pada bentuk. Tujuan penerjemahan yang

berdasarkan makna, dalam garis besarnya, bertujuan untuk me:ngalihkan malma yang

terdapat di dalam bahasa atau teks sumber ke dalam bahasa atau teks sasaran. Dalam

mengalihkan makna dari Bsu ke dalam Bsa hanls dijaga agar tidak ada yang hilang

(31)

dan tidak ada yang ditambah atau berubah. Selain itu, makna yang dialihkan ke dalarn Bsu itu harus diungkapkan sewajar mungkin menurut kaidah-kaidah yang berlaku bagi Bsa.

Berdasarkan pengertian teljemahan diatas, penilaian terhadap hasil terjemahan dapat ditujukan kepada, pertama-tarna makIla atau isi teks; kedua, kewajaran menurut Bsa. Selain apa yang harus dinilai atau diperhatikan, perlu juga diketahui bagaimana cam melakukan penilaian untuk jenis-jenis penerjemahan tertentu, siapa yang berkompeten menilai perlu juga ditentukan.

Dalarn penilaian isi teks, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah isi teks terjemahan akurat atau tidak. Sejauh mana makna yang terdapat di dalam Bsu dapat dialihkan secara akurat ke dalam teks teljemahan. Pedoman yang perlu diperhatikan di sini ialah apakah ada yang ditambah dan dikurangi. Jika teks terjemahan dapat mengungkapkan seluruh makna yang terdapdt di dalarn Bsu, maka teljemahan dapat

dianggap kurang baik. Selain itu, harus diperhatikan pula, apa teks teljemahan memuat sesuatu yang tidak terdapat di dalarn Bsu. Jika ada, maka teljemahan dianggap tidak baik. Seandainya makna dapat ditimbang, maka bobot makna Bsu hams sarna dengan bobot malma Bsa.19

19

Maurist Simatupaug, Pengantar Teori Teljemah, (Jakarta, VI Direktorat Jendral

(32)

B.TEORI DIKSI

Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat dibalik kata-kata yang digunakan. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan komunikasi, selalu berusaha agar orang lain dapat memahaminya dan di samping itu, ia harus bisa memahami orang lain. Dengau eara ini terjalinlah komunikasi dua arall yang baik dan hmllionis.

Pengertian yang terdapat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkml sebuah gagasan atau sebuah ide, yang ak;;m disampaikan kepada orang lain.

Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka dengan demikian semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya.

Mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudall dan lanem' mengadakan komunikasi dengml orang lain.

Tidak dapat pula dismlgkal bahwa penguasaaan kosa kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi bagaiman tidak, seeara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenmnya berkisar pada persoalan kosakata.

(33)

pengertiannya maka Ja akan mengungkapkan pula sec:ara tepat apa yang

dimaksucikannya.

1.Pengertian DiksidanKorelasinya Dengan Makna

a. Pengertian Diksi.

Diksi dalam kamus bahasa Indonesia (1988) benuti pemilihan kata yang

bennakna tepat dan selaras (cocok penggunannya) untuI( ュHセョァオョァォ。ーォ。ョ gagasan

dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan ldlalayak pendengar atau pembaca.

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer diksi berarti pilihan kata;

penggunaan kata yang sesuai dalam penyampaian suatu gagasan dengan tema

b· . . . 20

pem lcaraan, pertstIwa, atau pellllrsa.

Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah "kemampuan

membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin

disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi

dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat

dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau

perbendaharaan kata bahasa itU.21 Kridalaksana (1993) mendefinisikan diksi dengan

20 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem

English Press, 2002), Cet. Ke-2, h. 354

21 Gorys Keraf,Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet.

(34)

pilihan kata dan kejelasan lafal wItuk memperoleh efek tectentu dalam berbicara di

depan mnmn atau karang-mengarang.22

Diksi di dalam kamus teori linguistik Ingris-Arab AI-Khuli (1982) adalah

: ..t;,

liJ

I

L9.! .. , , ,

Pemilihan kata : Memilih kata dalam berbicara dan tulis menulis kemudian disusun

berdasarkan aspek ketepatan, kejelasan dan efektif.23

AdapWl menurut Purwa Darminta, ia yakin bahwa pada umWlWya pilihan

selalu diarahkan kepada kata-kata yang "tepat", "seksanla", dan "Iazim". Ketiga

Wlsur tadi menjadi pedoman untuk memilih kata. "Tepat" mengenai arti dan

tempatnya. Kata yang tepat di tempat yang tepat. Itulah yang patut digWlakan.

"Seksama" ialah serasi benar apa yang hendak dituturkan. "Lazim", adalah sudah

menjadi kata wnmn, kata yang di kenaI dan dipakai dalam bahasa Indonesia.24

22 Hari Murti Kridalaksana, Kamus Linnguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),

Cet Ke-3, h.44

23 M. Al Kholi, A Dictionary of Theorithical With an Arabic-english Glossary, (Riyadh:

Librairie Du Lihan, 1982), p. 97

24 A. Widia Marlaya,Seni Menggayakan Kalimat,(Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke-5,

(35)

Sinonim diksi adalah pilihan leksikal. Pilihan kata sebagai sinonim diksi dapat

menyesatkan, karena pilihan kata itu tidak boleh selalu berupa kata (dasar atau

turunan), tetapi dapat berupa kata majemuk atau frase.25

Dari beberapa pendapat diatas, secara umum penulis menyimpulkan definisi

diksi dengan, pilihan kata yang sesuai dengan makna dan ide yang ingin

diungkapkan. Tepat dalam penggunaannya, serasi dengan apa yang akan diungkapkan

dan lazim dikenal serta dipakai dalam bahasa Indonesia umum. Sinonim diksi tidak

selalu pilihan kata, karena pilihan kata tidak selalu berupa kala (dasar atau turunan)

tetapi dapat pula berupa frase atau kata majemuk.

b. Korelasi Diksi dengan Makna.

Telah diketahui bahwa kata hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, apabila

berada dalam kalimat. Ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan lawan

bicaranya. Di samping ia mengungkapkan kehendak, perasaan, dan pikirlin, ia juga

mempertimhangkan pemilihan kata yang akan digunakannya. Tentu saja kata yang

dipilih adalah kata kata-kata yang dapat mendukuhg apa yang dikehendakinya,

dipikirkan dan dirasakan.

Pemilihan kata bukan saja rnempertimbangkat1lawan bicara, tetapi juga ingin

menunjukkan watak pembicara. Itu sebabnya seorang pembicara bukan saja dihmtut

25 Akrom Malibmy, "Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika", Makalah, (Jakarta: UIN,

(36)

untuk mengetahui pada saat mana suatu kata digunakan, dan pada saat mana kata

tersebut tidak dapat dimanfaatkan.

Kesalahan seorang penulis atau pembicara dalam pemilihan kata akan

berakibat perubahan makna yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Sehingga

pesan yang disampaikan tidak dapat tersalurkan, bahkan memungkinkan adanya

kesalah pahaman.

Makna kata dapat menimbulkan reaksi pada orang yang mendengar atau

membaca. Reaksi yang timbul itu dapat belwujud "pengertian" atau "tindakan".

Dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan "kata", tetapi dengan

suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Pembaca atau pendengar yang

berlainan akan memj:Jengaruhi pula pilihan kata dan cara penyampaian amanat

tersebut.26

Dengan demikian seseorang yang telah mengetahui makna sebuah kata tidak

akan begitu saj a berbicara atau menulis. Banyak faktor yang harus diperhatikan,

dipertimbangkan, dan diperhitungkan.

2. Syarat Ketepatan dan Kesesuaian DiI<si

Kata merupakan salah satu unsur dasar ballasa yang sangat penting. Dengan

kata-kata kita berpikir, menyatakan perasaan serta gagasan.

(37)

Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan, terutama melalui tulisan merupakan pekerjaan yang cukup sulit. Suatu karangan merupakan media komunikasi antara penulis dan pembaca. Akan tetapi, komunikasi tersebut hanya akan berlangsung dengan baik selarna pembaca mengartikan kata dan rangkaian

kata-kata sesuai dengan maksud penulis. Jika pembaca mempunyai tafsiran yang berbeda dengan penulis tentang kata atau rangkaian kata-kata yang dipakai, komunikasi itu akan terputus. Terjadilah salah paham, kesenjangan komunikasi dan sebagainya. Karena itu kita perlu berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan dipergunakan di dalam tulisan.

Dalam memilih kata ada dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan. Pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sehuah gagasan, hal atau barang yang akan diarnanatkan. Ketepatan dapat pula diartik:m dengan kemanlpuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sarna pada imajinasi pembaca atau pendengar. Pembicara atau penulis berusaha secermat mungkin memilih kata untuk mencapai maksud yang dikchendakinya. Ketepatan kata yang dipilih akan mewakili pesan penulis atau pembicara, kata yang dipilih sudah tepat akan tepat, tanlpak dari reaksi selanjutnya, baik verbal maupun nonverbal dari pembaca atau pendengar dan tidak menimbulkan salah paham.27

Persyaratan pokok kedua dalam memilih kata adalah, kesesuaian atau kecocokan dalarn mempergunakan kata tersebut. Kesesuaian menyangkut kecocokan

(38)

antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan atau situasi dan keadaan pembaca, atau sesuai dengan konteks pemakainya. Konteks pemakaian yang dimaksud dalarn hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.28

Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan antara lain, hubungan makna antara kata yang satu dengan kata yang lain dalam sebuah kalimat dan kelaziman kata-kata yang hams dipilih.

Sedangkan faktor nonkebahasaan yang perlu diperhat:ikan dalam pemilihan kata agar serasi adalah: a. Situasi pembicaraan

b. Lawan bicara c. Sarana bicara

Situasi pembicaraan menyangkut situasi resmi dan situasi yang tidak resmi. Dalam situasi pembicaraan yang resmi bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku. Kebakuan yang dimaksudkan, meliputi bentuk kata, pilihan kata, eajaan maupun susunan kalimatnya. Kesesuaian dalam pendayagunaan kata-kata dalam suatu situasi, akan memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena tidak semua kata-kata yang sama dapat diungkapkan dalarn kesempatan dan situasi yang sarna. Ada yang formal dan ada pula yang nonformal.29

Selanjutnya, berkenaan dengan faktor lawan bicara, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu; a. Siapa lawan bicara

28 Ibid" h. 102

(39)

b. Bagaiman kedudukkan atau status sosialnya

c. Seberapa dekat hubungan pembicara dan lawan bicara.

Faktor nonkebahasaan lain yang perlu juga diperhatikan adalah, sarana yaitu

lisan atau tulisan. Bahasa yang digunakan secara lisan dapat dipeIjelas dengan

penggunaan intonasi, gerakan anggota tubuh, atau situasi pembicaraanya. Sedangkan

bahasa yang digtmakan secara tulisan lebih dituntut menggunakan unsur-unsur

kebahasaan yang lebih lengkap agar dapat mendnkung kejelasan informasi.30

Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk mencapai ketepatan pilihan

kata, diantaranya:

a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi dari dua. kata yang mempunyai

makna yang mirip satu sama lain. la harus menetapkan mana yang akan

dipergunakannya untuk mencapai maksudnya.

b. Membedakan secara cermat kata yang hampir bersinonim. Dengan menguasal

makna kata yang sama memungkinkan penulis atau pembicara menggunakan kata

yang bervariasi. Sinonim kata ini dapat digunakan secara berganti-ganti agar

pembaca tidak bosan dengan kata yang itu-itu saja.

c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak

mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, malm akan membawa

akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.

30 Mustakim, Membina KemamplIan Berbahasa (Pandllan ke Arah Kemahiran Berbahasa),

(40)

d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Meskipun bahasa selalu tumbuh dan

berkembang sesuai dengan perkembangan dalanl masyarakat. Namun hal itu tidak

berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru

biasanya mWlcul untuk pertama karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau

pengarang terkenal.

e. Waspadalah terhadap penggooaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang

mengandung akhiran asing tersebut.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan hams digunakan secara idiomatik.

g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembaca hams membedakan kata

umum dan kata k1msus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada

kata umum. Karena kata yang k1msus memperlihatkan pertalian yang khusus atau

kepada obyek yang kI1usus, maka kesesuaian akan lebih cepat diperoleh antara

pembaca dan penulis.

h. Mempergunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus.

1. Memperhatikan perubahan makna yang teljadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

J. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.31

Selain unsur-unsur bahasa yang dikuasai dan dikenaJ. oleh seluruh anggota

masyarakat bahasa, ada juga oosw' bahasa yang terbatas penuturnya. Unsur-oosur

semacam ini dikenal dengan berbagai macam nama seperti sla.ng, bahasa daerah atau

(41)

lU1Sur daerah dan sebagainya. Kata-kata yang termasuk dalam kelompok ini harus

dipergtmakan secara hati-hati agar tidak merusak suasana.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh penulis dan pembicara agar

kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu situasi dan menghindari ketegangan

antara penulis atau pembicara dengan para haditin atai para pernbaca, yaitu:

a. Hindatilah sejauh mlU1gkin bahasa atau unsur substandard dalam situasi yang

fonnal.

b. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalan1 situasi yang

umum hendaknya penulis dan pembicam memperglU1akan kata-kata populer.

c. Hindarilah lU1gkapan-lU1gkapan usang (idiom yang mati). Seorang pembicara atau

pengarang yang masih berusaha mengglU1akan kata atau idiom yang sudah usang

dan tak bertenaga, akan selalu menghadapi resiko bahwa ia plU1 dianggap sebagai

pengarang yang usang dan kaku.

d. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial tidak tergantung pada kata yang

diglU1akan, tetapi dalam penggunaannya lU1tuk menyatakan suatu maksud.32

3. Diksi Dalam Kalimat.

Pengguanaan diksi atau pilihan kata lU1tuk menimbulkan gagasan yang tepat

pada imajinasi pembaca atau pendengar, tidak hanya dilaknkan pada tataran kata.

Namun, dilakukan pula pada tataran kalimat, sehingga menjadi kalimat yangjelas dan

efektif. Dengan kalimat efektif seorang penerjemah dapat menyampaikan

(42)

pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara jelas. Kalimat efektif itu beltenaga. Ia memiliki suatu kekuatan maha gaib yang bisa menggerakkan tenaga, pikiran, maupun emosi pembaca. Oleh karena itu ciri-ciIi kalimat efektif harns dicarnkan dan dilaksanakan dalam penerjemahan. Menurut Gorys Keraf, kalimat efektif adalah kalimat yang secat'a tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis datI sanggup menimbulkan gagasan yang smna tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca sepelti yang dipikirkatl oleh pembicara ataupun penulis.33

Menurut Zaenal Arifin, kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemmnpuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar alau pembaca seperti, apa yang ada dalmn pikiran penulis alau pembicara. Kalimat efektif lebih mengutmnakan keefektifan kalimat itu sehingga k"jeiasan kalimat dapat terj amino34

Sebagaimana pula yang diungkapkan J.S. Badudu, sebuah kalimat dapat

dikatakan sebagai kalimat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif dapat menymnpaikan pesarl, gagasan, ide atau

33A. Widya Martaya,Lac. Cil.• h. 44

J4

Zaenal Arifin S. Amran Tasai, Cerlnal Berbahasa Indonesia unluk PT, (Jakarta:

(43)

pemberitahuan kepada penerima pesan, sesuai dengan ide yang ada pada pikiran

penyampai.35Kalimat efektif harns memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• Struktur kalimat teratuf.

• Kata yang digunakan mendukung makna secara tepat dan berhubungan

antar bagian yang logis.

• Susunan kata teratur.

• Penggunaan kata yang tidak berlabihan.

• Penggunaan kata yang tepat makna.

• Penggunaan kata tugas yang tepat dalam kalimat.

Ada pula ciri kalimat efektif yang lain menurut Widya Martaya, sebagai

berikut:

a.Mewujudkan Koherensi yang Baik dan Kompak.

Koherensi adalah pertautan antara lUlSur-unSur yang membangun kalimat dan

alinea. Tiap kata atau fi'ase dalam kalimat harus selaJu berkaitan. Untuk menjaga

koherensi itu, hendaknya peneJjemah :

(I). Kritis Terhadap Pemakaian Kata Depan.

Dalam sebuah kalimat terkadang salah menggunakan kata depan. Karena

beberapa kata depan membutuhkan pasangan yang harns selalu bersama-sama dan

pasangan kata ini sudah terpadu. Andai kata pemakaian kata itu tidak sesuai atau

35 l.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III, (Jakarta: Gramedia Puslaka Vlama,

(44)

salah satu unsurnya ditinggalkan, maka ungkapan idiomatik itu akan pincang dan dikategorikan pemakaian yang salah.36

Contoh: Berhubung itu, selurnh warga harns menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.

Dari contoh diatas kata depan 'berhubung' tidak menggunakan frase idiomatik, sehingga kalimat yang terdengar terasa janggal. Frase idiomatik yang cocok untuk kata depan 'berhubung' adalah 'dengan'. Jadi sebaiknya kata depan yang digunakan pada kalimat tersebut 'sehubungan dengan'. Kata depan sehubungan dengan harns selalu bersama-sama karena unsur itu merupakal1l bagian yang padu dari frase idiomatik tersebut. Kalimat diatas lebih efektif : Sehubunga dengan hal itu,

seluruh warga hanls menjaga kebersihan lingktmgan masing-masing. (2). Kritis Terhadap Pemakaian Kata Ganti Dalam Kalimat.

Ada kemungkinan pemakaian kata ganti dalam kalimat menyebabkan kalimat itu tidak efektif, karena pemakaian kata ganti yang tidak jelas.

Contoh: Atas perhatiarmya, saya ucapkan terima kasih.

Kalimat diatas belum efektif, karena kata ganti 'nya' pada kata 'perhatiannya' tidak jelas. Kata ganti 'nya' digunakan untuk mengacu kepada sesuatu yang sudah disebutkan. Dengan demikian kalimat diatas akan menjadi efektif bila diubah menjadi: Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.37

36 A. Widya Martaya.Gp. Cit.,h. J J9

(45)

b. Kesepadanan dan Kesatuan.

Yang dimaksud dengan kesepadanan dan kesatuan adalah kesepadanan atau

keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.

Kesepadanan ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan

pikiran yang baik.

(1) Subjek dan Predikat harus Jelas.

Kalimat efektif memiliki struktur yang baik, artinya kalimat itu hams

mempinyai unsur-unsnr subjek dan predikat atau dapat ditarnbahkan dengan objek

atau keterangan lain yang melahirkan keterpaduan arti dan mempakan ciri keuttihan

kalimat.

Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan daengan

menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, kepada, dan

sebagainya.38Contoh :

Kalimat Tidak Efektif Di dalanl keputusan itu adalah kebijaksanaan yang dapat

menguntungkan umum.

Kalimat Efektif Keputusan itu adalah kebijaksanaan yang

menguntungkan umum.

2) Kalimat EfektifHams Bersih dari Beberapa Hal

a) Kontaminasi (Perallcuall)

Contoh:Disekolah kami dipelajarkan berbagai kepandaian wanita.

(46)

Kalimat diatas terasa rancu karena, kata "dipelajarkan" akan terasa efektif jika diganti dengan kata " diajarkan". Sehingga kalimat diatas sebaiknya; Disekolah itu para siswa diajarkan bennacam-macam keterarnpilan.

b) Pleonasme (Penambahan yang tidak perIu) Contoh;

TeIjemahnya;

"Kita melihat dalam masyarakat, para wanita-wanita itu mengecat kuku".

Pada kalimat di atas, terdapat kta ulang yang tidak tepat. Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat efektif apabila diubah menjadi ; Kita melihat dalam masyarakat, para wanita yang mengecat kuku mereka.

c) Hiperkorek (Membetulkan apa yang sudab betul sehingga menjadi salab) Contoh: Semua izazahnya telah di laminating supaya awet.

Kalimat diatas tidak efektif, sementara kalimat efektifuya adalab: 'Semua ijazabnya telab di laminating supaya awet'.39

c. Memperhatikan paralelisme.

Paralelisme (kesejajaran) adalah penggunaan bentuk grarnatikal yang sarna untuk unsur-unsur kalimat yang sarna fungsinya. Artinya, jika sebuab pikiran

(47)

dinyatakan dengan frase, maka pikiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatakan pula dengan frase. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua juga menggtmakan bentuk nomina.

Contoh: Seeara tegas dan konsekuen pemerintah rnenindak para pelaku penyelundupan karena mereka menjatuhkan industri dalam negeri, aparatur pemerintah dilUsak, dan mereka rongrong kewibawaan pemerintah.

Kata yang menduduki jabatan predikat tidak sarna bentuknya, yaitu kata menindak, menjatuhkan, dilUsak dan rongrong. Agar kaHmat diatas memiliki kesejajaran atau keparalelan, akan lebih baik jika predikat pada kalimat tersebut diubah menjadi predikat yang verbal bentuk me-, sebagai berikut: Seeara tegas dan konsekuen pemerintah menindak para pelaku penyelundupan karena mereka menjatuhkan industri dalam negeri, merusak aparatur pemerintah, dan merongrong kewibawaan pemerintah.40

d. Menghemat Penggunaan Kata.

Yang dipantangkan dalam kalimat efektif adalah pemborosan kata, maIm gagasan yang eukup disampaikan dengan satu kalimat jangan dikatakan dengan dua atau tiga kalimat. Demikian juga Frase atau kelompok kata yang sudah jelas dan terang maksudnya dalam bentuk yang ringkas, tak ada gunanya diperluas dengan kata-kata yang tidak perlu atau mubazir.

(48)

Upaya-upaya untuk menghemat kata antara lain ialah:

1). Menghilangkan subjek yang tidak diperlukan,

Contoh: Para pegawai perusahaan itu bekeJja produktif karena mereka merasa

dihargai dan dilibatkan sebagai pribadi.

Kalimat diatas tidak diwarnai kehematan karena kata 'mereka' yang

menduduki jabatan subjek tidak diperlukan sebab frase 'para pegawai' yang juga

menduduki jabatan subjek sudah jelas dan terang maksudnya sehingga tidak perlu

pengulangan gagasan yang sama dengan kata yang berlainan. Dengan demikian

kalimat tersebut akan baik jika menjadi : Para pegawai perusahaan itu bekerja dengan

produktifkarena merasa dihargai dan dilibatkan sebagai pribadi.

2). Menjauhkan pemakaian kata depandaridandaripadayang tidak perlu.

Contoh : Sejarah daripada peljuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar

dan arah dari pada politik kita ynag bebas dan aktif.4!

Pada kalimat diatas penggunaan kata 'daripada' tidaklah perlu, karena hanya

akan mengaburkan pokok pembicaraan. Dengau demikian akan lebih efektif jika

kalimat tersebut menjadi: Sejarah perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi

dasar dan arah poliik kita yang bebas dan aktif.

(49)

A. Gmnbarlm Umum Kitab Fiqlml-Mal"atil-Mnslimali dan Biogl"lilfi Kedua

Penerjemali.

Meningkatnya minat masyarakat untuk mendalami masalah fiqih sebagai pedoman pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehad-hari merupakan tindak lanjut masyarakat muslim dalam semangat dan kesadaran beragama. Terbukti dengan menjamurnya literature-literatur berbahasa Arab yang telalt diterjemahkan, dad

karya-karya klasik sepelti Fathul-qarib karya Syaikh Muhammad bin Qasim AI-Ghazzi, fathul-mu'in karya Syaikh Imam Nawawi AI-Bantani sampai dengan kitab-kitab Fiqih modern karya Sayyid Sabiq maupun DR. YusufQordhowi.

Dalam disiplin ilmu fiqih, bentukan sosial juga memainkan peranrnl yrnlg tidak sedikit. Tuntutan yrnlg muneul drn'i kepentingan bersrnna adalall juga preferensi bagi tema-tema fiqih yang muneul selanjutnya. Kitab Fiqhul-mar 'atil-muslimah karangan Syaikh Ibrahim Muhrnnmad ai-Jamal adalall salah satunya.

(50)

Namun demikian Allah telah menciptakan laId-laId dan perempuan dengan kekhasan

masing-masing, sehingga diperlukan penjelasan yang lebih rinci guna menghindari

kesalahan yang mungkin terjadi di kemudian hari. Seperti kitab-kitab fiqih pada

umumnya, pada bagian ibadah kitab ini berisi tentang thaharah, shalat, zakat, puasa

dan haji. Sedangkan pada bagian mu'amalatberisi tentang nikah, thalak,hudud,

makanan, dan jual-beli. Disamping pembahasan-pembahasan umum yang

berhubungan dengan fiqih, kitab ini tentu akan lebih banyak rnengulas permasalahan

wanita. Terlihat dengan dua pembahasan khusus mengenai pandangan Islam

terhadap wanita dan keagungan Islam dalam mengatur naluri (seks) wanita. Kitab ini

mempergunakan metode komparasi (muqoron) dengan merujuk dan membandingkan

pendapat-pendapat dari kalangan madzahib al-arba'ah (Hana:fi, Maliki, Syafi'i dan

Hambali).

Kitab Fiqhul-mar 'atil-muslimah termasuk kitab yang telall banyalc

diteljemahkan oleh beberapa orang peneljemall, dua diantaranya ialah Anshori Umar

Sitanggal dan Zaid husein AI-Hamid.

1. Anshori Umar Sitanggal

Anshori Umar adalah salall satu dari beberapa penerjemah buku ini. Lahir di

Brebes tepatnya di desa Sitanggal, pada tanggal 1 Agustus 1953. Beliau termasuk

penerjemah/penulis yang memiliki riwayat pendidikan formal yang tidak cukup baik,

karena ijazah SD tidak pernah beliau dapatkan, namun demikian beliau sempat

mengenyam pendidikan pergulUan tinggi di Universitas Ibnu Kholdun meski hanya

(51)

yaitu peristiwa makar yang dilakukan oleh salah satu organisa:,i politik yang dikenal dengan gerakan 30 September atau G 30 S/PKI. BerbekaJ pendidikan selama tujuh tahoo di pondok pesantren Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, beliau telah banyak menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab.

Selain sebagai penerjemah beliau juga pernah mengajar di beberapa lembaga pendidikan negeri maupoo swasta, saat ini beliau berstatus sebagai pengasuh pondok-pesantren An-Najah Bekasi.

Pada tahun 1975 beliau hijrah ke Surakarta. Di sinilah beliau banyak menghabiskan waktooya ootuk mengajar ilmu-ilmn agan1a, tepatnya setelah beliau menikahi putri seorang kiai pimpinan sebuah pondok-pesantren salaf di Pelumcen Surakarta. Meskipun beliau telah sering meneljemahkan kitab-kitab berbahasa Arab namun, bam pada tahun SO-an beliau serius menekuni bidang ini. Sampai saat ini beliau telah menerjemahkan tidak kurang dari 50 judul buku. Karya-karya tulisnya ini telah beredar di masyarakat dan sebagian besar diterbitkal1 oleh CV. Asy-Syifa Semarang.

Menurut beliau, penerjemahan yang baik adalah penerjemahan seutuhnya tetapi menggunakan baJlasa yang enak. Seorallg ー・ョ・セェ・ュ。ャャ hams memiliki kesabaran dan ketelitian yang tinggi di samping menguasai teori-teori teJjemahan,

(52)

Anshori Umar meneljemahkan kitab fiqhul-mar'atil-muslimah terdorong oleh

dua hal. Pertama, beliau melihat penerjemahan kitab fiqih yang membahas khusus

mengenai wanita masih sangat sedikit sekali jumlahnya, sehingga dengan

menerbitkan terjemahannya akan menghasilkan nilai jual yang tinggi. Selain

motivasi ekonomi, penerjemahan kitab ini sangat bermanfaat terutama bagi kaum

wanita. Karena, tidak dapat dipungkiri wanita sebagai suri tauladan dalam satu

masyarakat terkecil (keluarga), memegang peranan yang sangat besar dalanl

menciptakan manusia-manusia yang berakhlak mulia sebagail11ana yang

dicita-citakan dunia Islam. Jika wanita-wanita dalam suatu rumah baik, akan baik pula

anak-anak mereka.

: Peuerbit CY. Asyifa

: Penerbit CY. Asyifa

:pエセョ・イ「ゥエ CY. Asyifa

: Penerbit Toha Putra

Nailul Authar

Fiqh AI-Mar'ati AI-Muslimah

Ada beberapa buku yang merupakan hasil peneljemahan terhadap kitab-kitab

kuning. Sampai saat ini sekitar lima puluh buku yang telah beredar di l11asyarakat

yang mempakan buku terjemahan dari kitab-kitab kuning dan beberapa buku lagi

yang bukan bempa buku terjel11ahan dari kitab ktming.42 Beberapa buku tersebut

diantaranya :

Tafsir AI-Maraghi

DUlTatun Naasihin

42 Anshori Urnar, Pengasuh Pondok Pesantren An-Najah Bekasi, Wawancara Pribadi,

(53)

Ashrul Qurud Agar dijaga Allah

Kisah-kisah teladan sepanjang sejarah Islam

: Penerbit Daarul Fikr : Penerbit Noen

: Penerbit Husaini

2. Zaid Husein AI-Hamid

Nanla beliau adalah Zaid bin Husein AI-Hamid. Lahir di Pasuruan Jawa Timur pada tanggal 13 Juli 1950. Meskipun beliau seorang muslim sejak lahir, bahkan termasuk warga keturunan Arab, pendidikan di bangku sekolah dasar hingga menengah pertama beliau habiskan di sebuah sekolah katolik 8wasta, tepatnya di SD dan SMP Katolik Sang Timur Pasuruan Jawa Timur. Pertimbangan kualitas dan sistem yang lebih majII menyebabkan orang tua beliau memilih sekolah Kristen

llntuk mempelajari ilmu pengetahuan umum kala itu. Sebagai seorang muslim yang taat, selepas pulang sekolah beliau belajar ilmu-ilmu agama di madrasah. Hal ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan pengetahuan yang beliau dapatkan, karena sejatinya seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban yang hams dijalankan termasuk mempelajari ilmu-ilmu agama yang dianutnya.

(54)

Pada tahun 1982 beliau mulai menerjemahhm buku-buku berbahasa Arab. Lebih dari seratus buku berbahasa Arab telah beliau teljemahkan. Selain sebagai pengajar dan penerjemah laid Husein juga seorang penulis buku pelajaran bahasa Arab dan kamus bahasa Arab.

laid Husein AI-Hamid melakukan peneljemahan bulm ini tidak lain untuk melengkapi buku-buku fiqih tentang wanita yang memang masih sangat sedikit jumlahnya. Dalam menerjemahkan buku Fiqhul-mar 'atil-muslimah selain merujuk pada kamus beliau juga merujuk pada buku-buku referensi lainnya seperti,.

Fiqhussunnah dan semacanmya glma memperluas wawasan, disamping lebih memudahkan peneljemahan.43

Beberapa karya laid Husein AI-Hamid, diantaranya:

Kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab AI-Muyassar Penerbit Pustaka Amani Kamus Arab-IndonesiaAl-Mufid Penerbit Pustal<a Amani.

Buku Pintar Soal Jawab Hukum Waris Penerbit Surabaya. Buku pelajaran bahasa Arab Pel1lerbit Surabaya.

Fiqih AI-Muslimah Penerbit Pustaka Amani.

B.AnalisisDiksi Dalam Hubungannya Dengan Makna

Pada bab ini, penulis menganalisis hasil terjemahan Anshori Vmar Sitanggal

dan laid Husein AI-Hamid pada bab thaharah buku terjemahan Fiqhul-mar

'atil-43Zaid Husein AI-Hamid, Penerjemah kilab Fiqh AI-Mar' ali AI-Muslimah,ViaSlIrat,Jakarla

(55)

muslimah mengenai diksi dalal11 hubungannya dengan makna. Analisis diksi yang

berhubungan dengan l11alcna l11eliputi : malcna mnum dankhusus, denotatif dan

konotatif serta malcna referensial il11plisit.

i.Makna Umum dan Khusus

Kata mnum dibedal(an dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.

Ma\(in luas ruang lingkup suatu kata, ma\(in umum sifatnya. Ma\(in umum suatu kata

makin banya\( kemungkinan salah pallaJll atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin

khusus kata yang dipa\(ai, l11a\(in dekat penulis kepada ketepatal1 pilihan katanya.44

Penulis mengaJnbii beberapa data yang berkaitan dengan pembahasan ini

sebagai berikut:

Terjemahan Anshori Ul11aJ'

"Membersihkan tubuh dari hadats, najis dsb".

TeljemallaJl laid Husein ]

"MembersihkaJl bagian luar dari hadats, kotoran daJl sebagainya".

Dalam kamus AI-Mmlawwir kata

-..JA\J;J\

berma\(na 'yang luar (bagian/sisi

lnar). TeljemahaJl berdasaJ'kan kamus ini dipilih oleh laid Husein dalaJn

meneljemahkan kata yaJlg bergaJ'is bawah pada kalimat di atas. Kata yang digaris

44 Sabarti Akbaidah, et. aL, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Erlangga, 1996) Cet. Ke-IO, h. 87.

(56)

bawahi kurang tepat bila diartikan dengan 'bagian luar'. Kata tersebut mempunyai

malma bagian luar semua benda. Melihat kata selanjutnya "badats, najis (kotoran)

dan sebagainya", maka ada pengkbususan malma yang dimaksudkan oleh penulis.

Meskipun kal11us AI-Munawwir l11engartikan kata terse but dengan 'bagian

luar' ,namun kata ini tidak tepat ditel11patkan pada kalil11at di atas. Tidak selamanya

kata dalam kamus almn tepat dipilih, karena konteks kalil11at yang dihadapi seorang

peneIjel11ah l11empengaruhi ketepatan pilihan kata. Berdasarkan hal ini teljemahan

Anshori Umar yang l11engartikan kata

.J-"!'\.JQ.\\

dengan "tubuh", lebih tepat memjuk

pada kata setelahnya 'hadats, kotoran dan sebagainya'.

Terdapat juga dalanl kalimat

46 -\ ••11 .• L セN

J6.).1

セIi

Jc.

セi

1·I'··q

.... .. .. .. . /) J"'" Njセ 0 " .

w,

U'" j-'''> J

Teljel11ahan Anshori Umar

"Kebanyakan para ulama l11emberikan rukhsah (keringanan) pada saat

terpaksa kepada orang lelaki untuk menggunakan air yang telah digunakan bersuei

oleh orang wanita...".

Terjel11ahan Zaid Husein

"Sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa sisa wudhu wanita mempakan

rukhsall (keringanan) bagi laki-Iaki.. ....".

(57)

Terjemahan kata

セ|

J,AI

yang dipilih oleh Zaid Husein kurang tepat.

Dalam kamus BI 'ilmuwan' berarti orang yang ahli atau banyak pengetahuannya

mengenai suatu ilmu. Meskipun Kata

r-LJI

J.A>I

dapat diartikan 'ilmuwan',akan

tetapi dalam konteks kalimat di atas, kata tersebut masih bermakna umum, karena seorang geolog pun dapat di sebut ilmuwan. Dalam ballasa Indonesia kata 'ilmuwan', biasanya digandengkan dengan bidang ilmu yang dikuasainya agar kata yang

dimalesudkan akan tersampaikan dengan bai!c Dalam bidang keagamaan kata'

J,A\

セiG

akan lebih tepat diterjemahkan dengan "ulama". Dengan demikian terjemahan

Anshori Umar lebih memenuhi kriteria keteptan diksi. Karena kata "ulama" mempunyai makna yang khusus yaitu orang yang ahli dalam pengetahuan agama Islanl. Namun demikian, pada teljemahan Anshori Umar terdapat pemilihan kata yang kurang tepat. Kata 'kebanyakall' dan 'para' mengandung gagasan yang sama,

(58)

Dalam kalimat lain

TeJjemahan Anshori Umar

"Dan begitu pula kata Ibnu Sayidinnas dalam syarahnya " ini adalah termasuk

perkara yang sudah disepakati oleh siapapun ".

Terjemahan Zaid Husein

"Ibnu Sayyidin Anaas dalam syarahnya menambahkan " ini adalah pendapat

yang disepakati banyak orang".

Pada teJjemahan Anshori Umar kata yang digarisbawahi terasa lebih luas bila

diartikan ' siapapun'. Dalam Islam, penentuan status hukum sesuatu dilakukan oleh

para ulama setelah Allah dan Rasul-Nya. Kata ' siapapun ' mempunyai arti semua

orang, baik ia beragama Islam atau non Islam.Sedangkan ter.jemahan Zaid Husein

pun belum dapat dikatakan tepat dengan meneJjemahkan kata yang bergaris bawah

dengan 'banyak orang', namun demikian kemungkinan 'orang' yang dimaksud

adalah orang Islam. Tetapi kata tersebut akan lebih tepat jika dipergantikan dengan

'para ulama', merujuk pada konteks kalimat yang dihadapi oleh peneJjemah, yaitu

konteks hukum agama Islam.

2. Makna Denatatifdan Kanatatif

Makna denotatif adalah malma yang mengacu pada gll;gasan tertentu (makna

dasar) yang tidak mengandung makna tambahan atau nilai rasa tertentu. Makna

(59)

konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa tertentu disamping makna dasarnya.48 Guna mencapai ketepatan diksi, seorang pembicara atau penulis harns dapat membedakan makna denotatif dan konotatif secara c:ermat.

Suatu kata kerap kali tidak hanya mendukung satu konsep atau objek saja, melainkan juga menimbulkan asosiasi dengan sesuatu. Nilai rasa sllatu kata ditentukan oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Nilai itu mllngkin bersifat positif (tinggi, menyenangkan, baik, sopan, saki'al) atau negatif (rendah, menjengkelkan, kotor) Malena yang akan dipilih dalam sllatu tlllisan, bergantllng kepada tujuan dan sifat tlllisan tersebut. Jika yang ingin dipaparkan ialah suatu balmsan ilmiah mengenai suatu masalall, maka di dalam karangan temtama akan digunakan kata-kata dengan makna denotatif. Akan tetapi, dalam sajal, misalnya, akan digunakan kata-kata dengan makila konotatif.49 Penulis menemukan data yang berkaitan dengan pembahasan ini diantaranya ;

Terjemahan Anshori Umm';

"Namun demikian barang smpa yang ma1l1-ma1l1 dekat kebl1l1 sangat dikhawatirkan iaエ・セェ・イオュオウ kedalamnya".

Terjemahan laid Husein:

4' Mustakim,Gp. Cit.,h. 43.

49Sabarti Akhaidah, et. aI., Gp. Cit.,h. 86.

(60)

"Namun orang yang mendekati tempat terlarang, ia akan terjerumus dalam

keharaman".

Kata "terjerumus" p

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, uji F (simultan) dan uji t (parsial) dimaksud untuk mengetahui secara simultan dan secara parsial

Kombinasi larutan HCl-KI merupakan salah satu reagen yang efektif untuk melarutkan Hg dalam batuan [3,5].Larutan KI dapat meningkatkan kelarutan HgS dalam HCl karena

Dari penelitian yang telah dilakukan di areal pertanian Desa BlangKrueng, dapat disimpulkan bahwa potensi energi matahari dan energi angin layak untuk dikembangkan

Menentukan sama ada terdapat perbezaan yang signifikan antara markat pencapaian murid pendekatan konstruktivisme dengan pelajar pendekatan tradisional dalam ujian pasca

Dapat disimpulkan dari pakar bahasa dalam Bahasa Indonesia bahwa kata konjungsi merupakan kata yang berfungsi sebagai kata penghubung baik dalam kalimat,klausa, frasa maupun

Pemerintah menguasai jaringan informasi sampai desa Pemerintah menyebarkan informasi yang seragam Suara pemerinta dianggap paling benar. Suara yang berbeda/berseberangan dieliminir

Jadi, anak yang tadinya hanya bisa satu kata, sekarang udah mulai bisa kalimat dua-kata , kemudian kalimat tiga-kata.. Tapi kadang-kadang, anak juga mengalami kesukaran

Dari tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa persepsi anak pada bentuk- bentuk perilaku kekerasan sosial ekonomi yang menyatakan setuju terhadap memaksa bekerja yaitu sebanyak 31