• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bryant and White. 1982. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : LIBERTY.

Damanik, Grace Leliharni. 2013. Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaaan Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Medan Selayang”. Jurnal Penelitian. [Internet].

[diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat diunduh dari:

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/2136

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Girsang, LJ. 2011. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan (Kasus: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor). [Skripsi]. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015].Dapat diunduh dari :

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49980/I11ljg.pdf

Harahap, Angga. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Skipsi program sarjana Universitas Sumatera Utara.

(2)

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta; Graha Ilmu Lewaherilla, N., E. 2002. Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan.

Makalah Program Pasca Sarjana / S3. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lexy J. Moleong. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya Lugiarti, Eppy. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Program

Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti. Tesis. Pascasarjana, IPB Mardikanto T. 2010. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. Surakarta: UNS Press Nawawi, dkk. 1994. Penelitian terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nikijuluw, v.p.h. 2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Dan Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat di unduh melalui : https://www.academia.edu/1442332/Aspek_Sosial_Ekonomi_Masyarakat_Pesisir_dan_Str ategi_Pemberdayaan_Mereka_dalam_Konteks_Pengelolaan_Sumberdaya_Pesisir_Secara_ Terpadu

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat Poewardaminta. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Purba, AH. 2006. Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Skipsi program sarjana Universitas Sumatera Utara.

(3)

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia. Jakarta: LP3ES.

Soeharto, Irawan. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta ---. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit

Alfabeta

Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sumaryadi, I Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama

Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan masyarakat dan jaringan pengaman sosial. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sutiyono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Program Desa Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta. [Internet]. [diunduh tanggal 11 januari 2015]. Dapat diunduh dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808675/Jurnal-Kepatihan.pdf

Tjokromidjojo, Bintoro, 1993. Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Mas Agung Wirawan, Sarwono, Solita. 1991. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali

(4)
(5)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan subjek atau objek. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Dalam Sugiyono (2010 : 11), metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu dengan cara peneliti melakukan pengumpulan data misalnya dengan membagikan kuesioner, test, dan wawancara terstruktur.

3.2. Lokasi Penelitian

(6)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu atau populasi merupakan keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat Desa Bogak yang namanya terdaftar dalam kelompok pelatihan sebanyak 10 kelompok yang masing masing kelompok terdiri dari 10 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari yang ingin diteliti. Karena jumlah pupulasi hanya 100 orang maka sampel yang diambil adalah total sampling yang berjumlah 100 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk menggali sumber data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui :

1. Data primer

(7)

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, foto, jurnal, artikel, dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Singarimbun dalam (Nanawi 1994:263) mengatakan analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu dengan menggunakan beberapa analisis yaitu:

1. Analisis Tabel Tunggal

Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori (Nanawi 1994:266). Analisa Tabel Tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa Tabel tunggal dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan masalah mengenai respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak .

2. Uji Hipotesa

(8)

kegiatan program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakatnya terhadap program tersebut, maka peneliti menggunakan rumus Chi-square. Chi-square merupakan teknik analisa statistik yang menyelidiki frekuensi pengamatan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:



 

n

i k

i ij

ij ij

e

e

n

X

1 1

2

2

(

)

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram

4.1.1 Deskripsi Lokasi

Desa Bogak merupakan salah satu desa pesisir yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Baturabara. Berdasarkan letak astronomisnya, Desa Bogak berada pada posisi 03º01’54’’-03º03’56’’ BT dan 99º33’57” LU. Terletak pada daerah pantai dengan ketinggian 3-5

meter di atas permukaan laut. Desa Bogak memiliki curah hujan rata-rata per tahun 2678,4 mm/tahun dengan suhu udara minimum 24º dan maksimum 36º.

Desa Bogak merupakan desa yang baru mekar pada tahun 1950, sebelumnya Desa Bogak masih bergabung dengan Kabupaten Asahan. Desa Bogak memiliki wilayah yang cukup luas yang terdiri dari dusun satu hingga dusun lima. Secara geografis Desa Bogak merupakan bagian dari Kecamatan Tanjung Tiram yang berbatasan langsung dengan beberapa daerah diantaranya :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pahlawan, 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Indrayaman, 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Maju dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bandar Rahmat.

(10)

menempuh jarak ke ibu kota provinsi mencapai 157 km, adapun lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan umum atau pribadi kurang lebih 4jam.

4.1.2 Keadaan Penduduk

4.1.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk yang tinggal di Desa Bogak cukup terbilang padat, hal tersebut dapat dibuktikan dari Tabel 4.1 yang peneliti ambil dari data kantor kepala desa.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 2013 2752 55,21 2232 44,78 4984

jiwa

2 2014 2777 55,14 2259 44,85 5036

jiwa (sumber : Profil Desa Bogak tahun 2014)

(11)

4.1.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Indonesia merupakan Negara yang mengakui dan menjamin keberadaan masyarakatnya untuk meyakini dan memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Di Desa Bogak komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat di Tabel 4.2 :

Tabel 4.2

Jumlah Pemeluk Agama

No Kategori Jumlah Presentase

1 Islam 5031 99,90

2 Katolik 5 0,09

Jumlah 5036 100,00

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa agama yang ada di desa ini adalah Agama Islam dan Katolik, akan tetapi yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut Agama Islam yakni berjumlah 5031 jiwa dengan presentase 99,90%, sedangkan Katolik hanya berjumlah 5 jiwa dengan presentase 0,09%. Meskipun mimoritas namun masyarakat yang beragama Katolik tetap aman menjalani kehidupan seperti masyarakat lainnya. Tingginya toleransi tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya konflik antarumat beragama di desa ini.

4.1.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

(12)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Kategori Jumlah Presentase

1 Melayu 4.190 83,20

2 Batak 492 9,76

3 Nias 10 0,19

4 Jawa 344 6,83

Jumlah 5036 100,00

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah Suku Melayu yang ada di desa ini sebanyak 4.190 orang dengan presentase 83,20%, Suku Batak sebanyak 492 orang dengan presentase 9,76% , Suku Nias sebanyak 10 orang dengan presentase 0,19%, dan sisanya Suku Jawa sebanyak 344 orang dengan presentase 6,83%.

4.1.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(13)

Tabel 4.4

Mata Pencaharian Pokok Penduduk

No Jenis Pekerjaan Jenis kelamin Jumlah Presentase Laki-laki Perempuan

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakkat di Desa Bogak bermatapencaharian sebagai nelayan yakni 95,71%. Dari Tabel 4.4 tersebut juga dapat diketahui bahwa di desa ini hanya sedikit perempuan yang bekerja diluar rumah yakni hanya 2,95 % dibanding dengan laki laki yang mencapai 96,99%

4.1.3 Sarana dan Prasarana Desa Bogak

(14)

4.1.3.1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menopang kemajuan suatu bangsa dan Negara, oleh sebab itu maka sarana pendidikan harus selalu ada pada masing masing daerah. Berikut ini merupakan sarana pendidikan yang terdapat di Desa Bogak .

Tabel 4.5

Sarana Pendidikan di Desa Bogak No Pendidikan Formal Terakreditasi Jumlah

1 Play Group Ya 1

2 SD/sederajat Ya 3

3 SMP/sederajat Ya 1

(Sumber:Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa sarana pendidikan di Desa Bogak cukup memadai, namun tidak ada Sekolah Menengah Atas di desa ini sehingga anak anak yang telah selesai menempuh pendidikan di jenjang SMP harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.

4.1.3.2 Sarana Kesehatan

(15)

Tabel 4.6

Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah Tenaga ahli Jumlah

1

Puskesmas 1 unit Dukun Bersalin

Terlatih

1 orang

2 Apotek 1 unit Bidan 2 orang

3 Posyandu 1 unit

(sumber : Profil Desa Bogak Tahun 2014)

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa di desa ini, sarana kesehatan cukup memadai. Meskipun tidak ada rumah sakit namun desa ini memiliki sarana kesehatan lain seperti puskesmas, apotek, posyandu dan balai pengobatan masyarakat. selain itu ada juga tenaga ahli seperti bidan dan dukun bersalin terlatih.

4.1.3.3 Sarana Ibadah

Di Desa Bogak hanya ada sarana ibadah untuk umat muslim yang berjumlah 2 unit, sedangkan sarana ibadah lain tidak ada, hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat di Batubara menganut agama islam. Kendatipun begitu keharmonisan antar umat beragama di desa ini tetap terjaga.

4.1.4 Kelembagaan atau Organisasi Desa Bogak

(16)

lembaga atau organisasi untuk mendukung dan mengembangkan kehidupannya sebagai masyarakat pesisir diantaranya melalui lembaga ekonomi dan organisasi keagamaan.

Adapun lembaga ekonomi masyarakat di desa ini adalah kelompok simpan pinjam yang berjumlah 6 unit, namun berdasarkan hasil wawancara kepada sejumlah masyarakat menyatakan bahwa kelompok simpan pinjam tersebut tidak berjalan sabagaimana mestinya atau tidak aktif dalam menjalankan fungsinya. Selain lembaga ekonomi, di Desa Bogak juga terdapat lembaga keagamaan yang juga merupakan suatu kesatuan dari system masyarakat yang ada di Desa Bogak dintaranya adalah pengajian perempuan kahairunisa dan serikat tolong menolong. Masing masing lembaga keagamaan tersebut berjalan aktif sesuai dengan fungsinya.

4.2. Gambaran Struktur Masyarakat

Masyarakat Desa Bogak merupakan masyarakat pesisir dimana secara geografis, masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagian besar masyarakat pesisir di Desa Bogak, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan. Dilihat dari aspek sumberdaya ekonomi yang tersedia di kawasan pesisir, masyarakat nelayan terkelompok sebagai berikut:

1. Pemanfaat langsung sumberdaya lingkungan, seperti nelayan

2. Pengolah hasil ikan atau hasil laut lainnya, seperti pemindang, pengering ikan, pengasap dan pengusaha terasi dan ikan asin

(17)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di desa ini yang melakukan pekerjaan dalam melaut atau bernelayan hanya kaum laki-lakinya saja sedangkan kaum perempuan hanya sebagian kecil saja yang melakukan pengelolaan hasil laut yang berukuran kecil sepeti kepah dan kerang. Kaum perempuan lebih memilih aktifitas ini dikarenakan menurut mereka bisa menyambil pekerjaan rumah tangga yang lainnya agar semua dapat berjalan seimbang.

Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan di Desa Bogak ini menghadapi banyak masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Ragam masalah tersebut antara lain :

1) Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada.

Kelembagaan sosial ekonomi seyogianya dapat menjadi sarana bagi masyarakat di Desa Bogak untuk dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun kelembagaan sosial ekonomi yang ada di Desa Bogak masih sangat minim dan belum menjalankan fungsi sebagai mana mestinya.

2) keterbatasan akses modal dan teknologi sehingga mempengaruhi dinamika usaha.

Lemahnya fungsi lembaga ekonomi yang ada di desa sini mengakibatkan terbatasnya akses modal bagi masyarakat dalam kegiatan ekonominya, hal tersebut juga berpengaruh terhadap teknologi yang mereka gunakan dalam profesinya sebagai nelayan, para nelayan di desa ini sebagian besar masih menggunakan perahu dan jaring untuk menangkap ikan. 3) Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses

pendidikan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

(18)

terlihat dari banyaknya anak anak yang tidak sekolah dikarenakan sibuk membantu orangtuanya mencari nafkah sebagai nelayan. Terbatasnya akses pendidikan juga turut mempengaruhi kesadaran mereka untuk sekolah. Di Desa Bogak hanya ada sekolah sebatas pada Sekolah Menengah Pertama, sedangkan untuk melanjuti Sekolah Menengah Atas mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh ke pusat kota.

Masyarakat di desa ini mayoritas penduduknya suku melayu yang didalam kehidupan sehari-harinya masing memegang teguh norma adat dan agama. Masyarakat Desa Bogak menurut para tokoh masyarakat, tokoh agama dan beberapa masyarakat biasa adalah masyarakat yang memiliki hubungan sosial yang kuat antar satu dengan yang lain. Masyarakat pada umumnya lebih memiliki rasa kepercayaan yang tinggi antar masyarakat. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

4.3 Pogram Bina Desa

(19)

Pembangunan yang bersifat bottom up yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif kiranya dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dialami masyarakat pesisir, dimana proses pembangunan merupakan proses yang memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara keseluruhan, sejak dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya oleh masyarakat. Adapun tujuan pembangunan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka kebijakan pembangunan perdesaan dapat dilakukan dengan peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mempersiapkan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan.

Menurut Suharto (2005) Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuahan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

(20)

dari Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi kepada lapisan masyarakat tertinggal yang dalam hal ini merupakan masyarakat pesisir di Desa Bogak .

Hal yang melatarbelakangi pelaksanaan Program Bina Desa di desa ini adalah karena mayoritas masyarakat di desa ini memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah dikarenakan perekonomian mereka sebagian besar bergerak disektor nelayan yang pendapatannya dipengaruhi oleh keadaan alam, serta rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam hal mengelolah dan memanfaatkan potensi alam lokal, padahal ada banyak potensi alam yang terdapat di Desa Bogak yang dapat diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Adapun yang menjadi sasaran utama dari program ini adalah kelompok perempuan di Desa Bogak hal ini dikarenakan di Desa Bogak merupakan daerah padat penduduk dengan mayoritas ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Waktu senggang yang ada, tidak digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan dan bermanfaat secara ekonomis. Melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis potensi alam, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas serta kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kreatifitas yang diajarkan dengan mengandalkan potensi alam lokal yang terhampar luas namun belum pernah dioptimalkan oleh masyarakat setempat dengan alasan kurangnya pengetahuan akan hal tersebut. Sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat, Progam Bina Desa mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran dan kreatifitas kelompok perempuan di Desa Bogak tentang pemanfaatan potensi alam lokal.

2. Meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Desa Bogak . 3. Meningkatkan solidaritas kelompok perempuan di Desa Bogak 4. Memberdayakan kaum perempuan.

(21)

1. Masyarakat sadar dan kreatif dalam memanfaatkan potensi alam lokal. 2. Pendapatan ekonomi masyarakat meningkat secara bertahap.

3. Solidaritas antar masyarakat semakin kuat.

4. Kebutuhan praktis dan strategis perempuan terpenuhi.

Komponen pemberdayaan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil hasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69). Sejalan dengan hal tersebut adapun seragkaian kegiatan Program Bina Desa yang telah dilakukan sebagai berikut :

4. Persiapan dan Perencanaan

 Identifikasi Masalah

(22)

 Penyusunan Program

Gambar 4.1 Bagan Kegiatan Program Bina Desa

5. Pelaksanaan

 Pembentukan Kelompok Kecil

Pembentukan kelompok kecil dilakukan untuk membagi kelompok masryarakat yang beranggotakan 100 orang menjadi 10 kelompok kecil beranggotakan 10 orang. Pembentukan kelompok kecil ini dilakukan agar pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ini dapat lebih mudah dan efisien. Masing-masing kelompok diketuai oleh satu orang untuk memudahkan tim pengabdi mengkoordinir kelompok tersebut.

Pelatihan Pembuatan Aksesoris Dari Kulit Kepah dan Kerang Pembagian Menjadi

Kelompok-Kelompok Kecil

Pelatihan Pembuatan Olahan Mangrove Menjadi Makanan

Sosialisasi Kepada Kelompok Perempuan

(23)

 Sosialisasi Lanjutan

Sosioalisasi lanjutan dilakukan untuk menjelaskakn program kerja dan tujuan dari pelaksanaan pemberdayaan yang akan mereka terima. Sosialisasi tersebut juga bertujuan untuk memperkenalkan diri seluruh tim pengabdi beserta dosen pembimbing, selain itu juga dilakukan pemutaran video yang berisi tentang keberhasilan sebuah desa lain dari program pemberdayaan untuk menumbuhkan semangat para masyarakat.

 Pelatihan Pengelolaan Kulit Kerang Menjadi Aksesoris

Pelatihan pengelolaan kulit kerang menjadi aksesoris dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama menjelaskan bagaimana cara menghilangkan bau dari kerang tersebut dan jenis kerang apa saja yang dapat dipakai dalam pembuatan aksesoris. Kulit kerang didapat dari bantuan para nelayan yang mencarinya dilaut dan dipantai.

Gambar 4.2

Pelatihan Pengelolaan Kulit Kerang Menjadi Aksesoris.

(24)

Hal yang pertama dilakukan untuk pelatihan pembuatan kerupuk ikan adalah persiapan alat dan bahan terutama mencari ikan segar yang sesuai dan dapat dijadikan kerupuk ikan, kemudian dilakukan demonstrasi tahapan pengelolaan bahan oleh tim bina desa. Setelah itu setiap kelompok diberikan alat dan bahan yang harus dipraktekan setelah demo selesai.

Gambar 4.3

Pelatihan Pengolahan Kerupuk Ikan

Gambar 4.4

Hasil Olahan Kerupuk Ikan

 Pelatihan Pengelolaan Nipah Menjadi Manisan

(25)

nipah, baik manfaat serta tips-tips pengelolaan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan demonstrasi pembuatan buah nipah menjadi manisan oleh tim bina desa.

 Pelatihan Pengolahan Kerupuk Jeruju

Tanaman jeruju juga merupakan jenis dari tanaman mangrove. Pembuatan kerupuk jeruju hanya memanfaatkan daunnya saja. Dalam pelatihan ini, masyarakat terlebih dahulu diberikan pengenalan tentang manfaat serta berbagai kegunaan tanaman jeruju. Setelah itu dilakukan demonstrasi untuk pembuatan kerupuk daun jeruju oleh tim bina desa.

Gambar 4.5

Pelatihan Pengolahan Kerupuk Jeruju

3. Monitoring dan Evaluasi

(26)

Gambar 4.6

Foto Bersama Masyarakat dan Pengabdi

4.4 Karekteristik Responden

Responden dalam hal ini adalah masyarakat Desa Bogak yang menjadi peserta Program Bina Desa yaitu sebanyak 100 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. bab ini adalah sebagai berikut:

4.4.1. Identitas Responden

a. Usia

(27)

Tabel 4.7 Usia Responden

No Usia Frekuensi Persentase

1 20 - 29 tahun 15 15,00

2 30 - 39 tahun 37 37,00

3 40 - 49 tahun 41 41,00

4 50 - 59 tahun 7 7,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Tabel 4.7 menunjukkan usia terbanyak yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah usia berkisar 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 41%. Usia 30 – 39 tahun menduduki posisi terbanyak kedua yaitu sebesar 37%. Selanjutnya usia 20 – 29 tahun sebesar 15% , dan terakhir usia 50 – 59 tahun sebesar 7%, dari total 100 responden. Dari Tabel 4.9 tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan usia produktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anita yang merupakan ketua pelaksana Program Bina Desa, ia mengatakan bahwa mereka memang memilih ibu ibu yang masih muda karena masih sehat-sehat dan masih bisa bekerja keras. Dalam program pemberdayaan ini, memilih masyarakat yang masih berusia produktif adalah hal yang tepat, sebab penduduk yang berusia produktif merupakan penduduk yang masih mampu bekerja dan mengasilkan sesuatu serta dapat berfikir kreatif.

b. Pendidikan

(28)

Tabel 4.8 Pendidikan Terakhir Responden

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 68 68,00

2 SMP 27 27,00

3 SMA 4 4,00

4 Lain-Lain 1 1,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir dari responden terbanyak adalah mereka yang hanya menyelesaikan pendidikan setingkat SD sebesar 68%. Setelah itu SMP sebesar 27%. Sedangkan SMA hanya sebesar 4%, dan terakhir lain-lain hanya sebesar 1% dari total 100 responden. Lain-lain ini merupakan mereka yang tidak tamat SD.

Hasil kuesioner pada Tabel 4.8 tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan di desa ini masih kurang menjadi prioritas sejak dulu. Rendahnya pendidikan masyarakat merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi Negara Indonesia khususnya di wilayah pesisir. Pendidikan yang rendah tersebut juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan masyarakat pesisir hidup dalam kemiskinan. Oleh sebab itu diperlukan adanya program pemberdayaan masyarakat yang dirancang untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakberdayaan. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat proses perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang masih tertinggal.

c. Etnis

(29)

Tabel 4.9

Identitas Reponden Berdasarkan Etnis

No Etnis Frekuensi Persentase

1 Melayu 94 94,00

2 Jawa 4 4,00

3 Batak 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Berdasarkan hasil kuesioner yang tertuang dalam Tabel 4.9 tersebut diketahui bahwa mayoritas responden adalah Suku Melayu yakni sebesar 94 % . Sedangkan yang Suku Jawa hanya 4%, dan sisanya 2% responden adalah Suku Batak. Suku Melayu menjadi suku yang mayoritas dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah pesisir yang masih dihuni oleh masyarakat asli Melayu yang sudah lama menetap hingga puluhan tahun bahkan dari generasi ke generasi. Sedangkan suku lainnya seperti jawa dan batak merupakan suku pendatang dari daerah lain.

d. Status

(30)

responden yang berstatus sudah menikah karena memang yang menjadi sasaran utama dari program ini adalah para ibu rumah tangga yang tidak bekerja agar nantinya mereka dapat mandiri dalam mencari penghasilan sendiri untuk membantu perekonomian keluarga.

4.4.2 Respon Terhadap Program Bina Desa

Mengenai respon responden terhadap Program Bina Desa di Desa Bogak dikategorikan menjadi tiga bagian yang terdiri dari, tanggapan tentang adanya Program Bina Desa di desa ini, tanggapan terhadap pelatihan keterampilan yang telah dijalankan, serta tanggapan tentang kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Hal tersebut diukur berdasarkan banyak dan sedikitnya tanggapan responden yang bersifat positif terhadap Program Pemberdayan Masyarakat yang telah dilaksanakan di Desa Bogak .

a. Adanya Program Bina Desa di Desa Bogak

Tanggapan masyarakat terhadap adanya pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.11 :

Tabel 4.11

Setuju Dengan Adanya Program Bina Desa No Adanya Program Bina Desa Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00

(31)

sangat setuju adanya Program Bina Desa di Desa Bogak. Dari Tabel 4.11 tersebut dapat dilihat bahwa tanggapan responden terhadap adanya Program Bina Desa cenderung positif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Azwar (1988), ia mengatakan bahwa respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dapat dalam bentuk baik atau buruk, dan positif atau negative. Menurutnya, apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut. Respon masyarakat yang positif juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Idam yang merupakan ketua kelompok pengajian khairunissa berikut ini :

“Selama 16 tahun saya disini ini baru pertama kalinya ada program seperti ini. Program ini sangat bermanfaat bagi saya dan para ibu-ibu lainnya karena kami diajarkan keterampilan setiap minggu, ya kalau bisa program seperti ini terus berlanjutlah.”

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat pertama yang dilaksanakan di Desa Bogak. Respon masyarakat yang positif terhadap adanya program tersebut mencerminkan sikap keterbukaan masyarakat terhadap inovasi atau hal hal baru yang datang dari luar. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disebut oleh inkeles sebagai manusia modern. Dimana salah satu ciri-ciri dari manusia yang dimaksud adalah keterbukaan terhadap terhadap pengalaman dan ide baru. Dengan adanya masyarakat modern maka proses pembangunan dapat dengan mudah dilakukan. Sebab menurut Inkeles dan Smith dalam So-Suwarsono (1991) pembangunan bukan sekedar masalah pemasokan modal dan teknologi saja, tetapi dibutuhkan manusia atau masyarakat modern yang dapat mengembangkan sarana material tersebut supaya menjadi produktif.

(32)

merupakan salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa adanya kepercayaan dari pemimpin komunitas untuk mengembangkan pemberdayaan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Dalam Program Bina Desa ini Sekertaris Desa memberi dukungan dan kepercayaan penuh kepada pelaksana Program Bina Desa untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat didesanya. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Sekertaris Desa berikut ini :

“Kegiatan mahasiswa untuk membantu masyarakat patut diancungi jempol, kegiatan seperti inilah yang harusnya dilakukan, jangan cuma mau dapat gelar sarjana saja”

Terkait dengan hal tersebut Anita mengatakan bahwa tidak ada kendala pada saat mengurus perizinan pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak, bahkan mereka sangat dibantu oleh Pak Ridwan untuk mengajak dan memilih masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan.

b. Diberikan Pelatihan Keterampilan

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.12 :

Tabel 4.12

Setuju Diberikan Pelatihan Keterampilan

No Diberikan Pelatihan Keterampilan Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00

2 Tidak setuju 0 0,00

3 Setuju 26 26,00

(33)

No Diberikan Pelatihan Keterampilan Frekuensi Persentase

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 26% responden meyatakan setuju diberikan pelatihan keterampilan. Kemudian sisanya 74% responden meyatakan sangat setuju diberikan pelatihan keterampilan. Banyaknya responden yang sangat setuju diberikan pelatihan keterampilan memperkuat respon positif masyarakat terhadap Program Bina Desa. Terkait dengan hal tersebut Bu Aisyah yang merupakan salah satu peserta pelatihan keterampilan menyatakan :

“Pelatihan keterampilan yang dilakukan mahasiswa sangat bagus,, tapi sayangnya masyarakat yang mau ikut dibatasi, padahal banyak ibu-ibu lain yang mau ikut pelatihan keterampilan”

Dalam Program Bina Desa pelatihan keterampilan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas mayarakat dalam mengolah potensi alam lokal seperti tanaman mangrove dan limbah kulit kerang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rubin dalam Sumaryadi (2005: 94-96) mengemukakan beberapa prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat salah satunya yaitu dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.

(34)

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang hanya untuk perempuan dapat dilihat melalui Tabel 4.13 :

Tabel 4.13

Setuju Pelatihan Keterampilan Hanya Untuk Perempuan No Pelatihan Keterampilan Untuk Perempuan Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00

2 Tidak Setuju 0 0,00

3 Setuju 27 27,00

4 Sangat Setuju 73 73,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa 27% dari 100 responden meyatakan setuju pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Sedangkan 73% responden meyatakan sangat setuju pelatihan keterampilan hanya untuk perempuan. Menurut mereka pelatihan keterampilan tersebut memang cocok dilakukan oleh perempuan, karena laki-laki sudah sibuk melaut.

(35)

d. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Tanaman Mangrove

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam berupa tanaman mangrove dapat dilihat melalui Tabel 4.14 :

Tabel 4.14

Setuju Memanfaatkan Tanaman Mangrove

No Memanfaatkan Tanaman Mangrove Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00 kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Sedangkan sisanya 67% responden meyatakan sangat setuju terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman mangrove. Salah satu alasan yang menjadikan Desa Bogak menjadi desa sasaran pelaknanaan Program Bina Desa adalah banyaknya sumber daya alam seperti tanaman mangrove yang sama sekali belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidaktahuan mereka untuk mengolahnya menjadi produk makanan yang bernilai jual. Ketidaktahuan masyarakat dalam mengolah tanaman mangrove menjadi produk makanan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bu Evi seperti berikut ini :

“Kami tidak tahu, selama ini tanaman mangrove dibiarkan tumbuh liar di perkarangan rumah warga, kami menggunakan daunnya untuk mengusir tikus karena karenan daunnya berduri, jadi tikus takut dengan durinya itu…”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Nurhayati seperti berikut :

(36)

Pelatihan keterampilan mengolah tanaman mangrove merupakan hal yang baru bagi masyarakat, mereka menjadi sadar bahwa ternyata tamanan mangrove dapat diolah menjadi makanan yang dapat dikonsumsi bahkan bernilai jual. Munculnya kesadaran masyarakat dalam mengolah sumberdaya alam tersebut merupakan salah satu tujuan dari Program Bina Desa.

e. Pelatihan Keterampilan Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang memanfaatkan limbah kulit kerang dapat dilihat melalui Tabel 4.15 :

Tabel 4.15

Setuju Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang

No Memanfaatkan Limbah Kulit Kerang Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00

2 Tidak setuju 0 0,00

3 Setuju 51 51,00

4 Sangat setuju 49 49,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

(37)

“Saya suka membuat aksesoris dari kulit kerang, namun saat membersihkan kulit kerangnya kan agak susah, terkadang kulit kerang yang masih berbau meski sudah di rendam berkali kali”

Sedangkan sisanya 49% responden meyatakan sangat setuju dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berupa limbah kulit kerang. Menurut mereka kulit kerang banyak terdapat dipinggir pantai sehingga mudah dicari. Selain tanaman mangrove, kerang atau tiram yang biasa disebut oleh masyarakat di Desa Bogak juga merupakan sumberdaya alam pesisir yang sangat berlimpah di Desa Bogak, sehingga tak heran jika banyak ditemukan kulit kerang yang berserakan di tepi pantai. Limbah kulit kerang tersebut seyogianya dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bernilai guna untuk masyarakat.

f. Pelatihan Keterampilan Yang Diselengarakan Diakhir Pekan

Tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan diakhir pekan dapat dilihat melalui Tabel 4.16 :

Tabel 4.16

Setuju Pelatihan Keterampilan Dilaksanakan Diakhir Pekan No Kegiatan Pelatihan Keterampilan Yang

Dilaksanakan Diakhir Pekan Frekuensi Persentase

(38)

setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir pekan. Kemudian sisanya sebesar 30% responden sangat setuju kegiatan pelatihan keterampilan yang dilaksanakan diakhir pekan.

Masyarakat yang tidak setuju pelatihan dilaksanakan diakhir pekan karena menurut mereka di akhir pekan biasanya digunakan untuk menghadiri acara pesta. Temuan ini didukung dari hasil wawancara dengan Bu Nurhayati sebagai berikut :

“Saya pernah satu kali gak hadir mengikuti pelatihan karena ada acara perta pernikahan saudara saya, padahal waktu itu pertama kalinya pelatihan keterampilan diadakan”

Menurut Sumaryadi (2005) dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan membutuhkan dukungan sumber daya yang besar, baik dari segi pembiayaan maupun waktu. Dalam kegiatan pemberdayaan ini waktu yang dibutuhkan memang cukup banyak, sebab perjalanan menuju desa binaan cukup jauh sehingga memakan waktu hingga 5 jam, terlebih lagi para pengabdi yang masih berstatus sebagai mahasiswa sehingga harus membagi waktu untuk perkuliahan dan mengabdi pada masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Anita berikut ini:

(39)

g. Minat masyarakat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan

Minat masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui tabel 4.17:

Tabel 4.17

Minat Masyarakat Untuk Ikut Serta Dalam Pelatihan Keterampilan No Minat Masyarakat Frekuensi Persentase

1 Iya 100 100,00

2 Tidak 0 0,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah

Respon positif masyarakat juga dapat dilihat dari minat mereka untuk mengikuti kegiatan keterampilan. Dari tabel 4.17 diketahui bahwa 100% atau seluruh respoden berminat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat benar benar membutuhkan program ini. Selain hasil kuesioner, minat masyarakat untuk ikut serta dalam pelatihan keterampilan tersebut juga dapat diketahui dari wasil wawancara dengan Yaser yang merupakan salah satu anggota pelaksana program sebagai berikut :

“Saat pertama kali melakukan sosialisasi Program Bina Desa respon masyarakat sangatlah antusiaa, mereka mendesak kami untuk segera melaksanakan pelatihan keterampilan, bahkan mereka juga langsung menandatangai kontrak kerja sama Program Bina Desa untuk mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan.

(40)

mencerminkan bahwa mereka bersedia untuk melakukan perubahan yang positif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka khususnya dalam bidang ekonomi.

Temuan ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Panayotou (1982) dalam Nikijuluw (2001), ia menekankan bahwa masyarakat nelayan lebih senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan. Menurutnya hal seperti ini mengakibatkan mereka sulit untuk melakukan perubahan karena mereka sudah merasa nyaman dengan kehidupan seperti itu.

h. Kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak

Tanggapan masyarakat tentang kelanjutan Program Bina Desa di Desa Bogak dapat dilihat melalui Tabel 4.18 :

Tabel 4.18

Setuju Dengan Kelanjutan Program Bina Desa No Kelanjutan Program Bina Desa Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak setuju 0 0,00

2 Tidak Setuju 0 0,00

3 Setuju 21 21,00

4 Sangat setuju 79 79,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

(41)

seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk dan mendukung atau menolak. Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk mendukung objek tersebut, sedangkan respon negatif cenderung untuk menolak objek tersebut. Dari Tabel 4.20 tersebut terlihat bahwa masyarakat cenderung mendukung kelanjutan Program Bina Desa. Terkait dengan dukungan masyarakat untuk kelanjutan Program Bina Desa, Anita mengatakan sebagai berikut :

“Masyarakat sangat ingin ada kegiatan selanjutnya agar mereka lebih berkembang, mereka juga mengusulkan agar kegiatan program seperti ini dapat dilakukan di desa lainnya, namun untuk saat ini kami belum bisa melanjutkan lagi karena terkendala masalah dana”

i. Respon Masyarakat Terhadap Kehadiran Pelaksana Program

Respon masyarakat terhadap kehadiran pelaksana program yang merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara dapat dilihat melalui Tabel 4.19 :

Tabel 4.19

Menyukai Kehadiran Pelaksana Program

No Menyukai Kehadiran Pelaksana Program Frekuensi Persentase

1 Iya 100 100,00

2 Tidak 0 0,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah

(42)

juga dapat dilihat dari sambutan baik mereka sejak pertama sosialisasi Program Bina Desa. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Yaser berikut ini :

“Saat pertama kali kami datang melakukan sosialisasi Program Bina Desa dengan ibu-ibu kelompok pengajian khairunnisa kami disambut baik, mereka sangatlah antusias dan ingin agar program ini segera dilaksanakan. ”

j. Jumlah Pelatih Keterampilan (mahasiswa) Telah Memadai

Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang jumlah mahasiswa yang mengajarkan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.20 :

Tabel 4.20

Jumlah Mahasiswa Yang Melatih Keterampilan Telah Memadai

No Jumlah Mahasiswa yang Melatih

Keterampilan Telah Memadai Frekuensi Persentase

1 Iya 86 86,00

2 Tidak 14 14,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.20 tersebut diketahui bahwa 86% responden menyatakan bahwa jumlah pelaksana program yang melatih keterampilan telah memadai. Namun ada 14% responden yang menyatakan bahwa jumlah pelaksana program mahasiswa tidak memadai atau sedikit. Anita selaku ketua pelaksana program juga mengakui bahwa teman teman mahasiswa yang mengabdi hanya sedikit, hal tersebut dikarenakan banyak teman teman mahasiswa yang sibuk dan jarak desa binaaan yang cukup jauh memakan waktu hingga 5 jam, serta penghematan biaya transportasi juga menjadi salah satu alasan sedikitnya mahasiswa dibawa untuk mengabdi.

(43)

pembiayaan, tenaga, maupun waktu juga merupakan salah satu factor berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas masyarakat. Jika tidak ada dukungan sumber daya yang besar maka pelaksanaan pemberdayaan sulit untuk dijalankan. Dari pernyataan Anita tersebut maka jelaslah bahwa pelaksanaan Program Bina Desa ini memerlukan dana, tenaga dan juga waktu yang cukup banyak. Terlebih lagi jarak lokasi pemberdayaan cukup jauh dari pusat kota.

k. Profesionalitas Pelaksana Program

(44)

antara pihak pelaksana program dengan masyarakat sasaran yang tertuang dalam kontrak kerjasama yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Dengan adanya kontrak kerjasama tersebut maka pelaksana program harus dituntut professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengabdi.

Tanggapan masyarakat terhadap profesionalitas pelaksana program adalah hal yang penting dan akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut, sebagaimana yang ditemukan oleh Angga Harahap pada tahun 2010 pada penelitiannya yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara”. Dari hasil penelitiannya tersebut ditemukan bahwa tidak

semua masyarakat berpartisipasi dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional, hal ini karena ketidakpercayaan sebagian masyarakat terhadap pelaku pelaksanaan kegiatan di perdesaan.

4.4.3 Partisipasi Masyarakat

(45)

a. Kehadiran Masyarakat Pada Kegiatan Sosialisasi

Partisipasi responden untuk mengadiri kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pelaksana program dapat dilihat melalui Tabel 4.22 :

Tabel 4.22

Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan awal yang dilaksanakan sebelum mulainya pelaksanaan Program Bina Desa di Desa Bogak. Pada tahap ini, mahasiswa selaku pelaksana program memberitahukan kepada masyarakat sasaran tentang apa itu Program Bina Desa, termasuk didalamnya tujuan, manfaat, serta mekanisme program yang akan dijalankan. Dari Tabel 4.22 tersebut diketahui bahwa kehadiran masyarakat pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan sebelum program pemberdayaan masyarakat dijalankan sebesar 50%. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pelaksana program Anita menjelaskan bahwa awalnya masyarakat sasaran dibatasi hanya 50 orang, namun karena berlebihnya anggaran dana maka ditambah menjadi 100 orang. Penambahan tersebut dilakukan setelah sosialisasi pertama melalui Bapak Seksertaris Desa. Dari Bapak Seksertaris Desa tersebut masyarakat direkrut untuk ikut dalam kegiatan pelatihan.

(46)

suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Sejalan dengan itu, Slamet dalam Mardikanto (2010), menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan tiga unsur pokok yaitu adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Program Bina Desa merupakan program pemberdayaan masyarakat yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpatisipasi sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi program.

b. Kahadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan

Partisipasi responden yang pernah menghadiri kegiatan pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.23 :

(47)

keterlibatan sebagai anggota. Dari Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa seluruh responden pernah menghadiri kegiatan pelatihan keterampilan dalam program tersebut. Hadirnya masyarakat dalam kegiatan pelatihan keterampilan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat secara langsung dalam bentuk keterlibatannya sebagai anggota.

c. Intensitas Kehadiran Masyarakat Mengikuti Pelatihan Keterampilan

Dalam Program Bina Desa tersebut, kegiatan pelatihan keterampilan untuk mengolah sumberdaya alam yang tersedia dilaksanakan sebanyak empat kali. Adapun intensitas kehadiran responden dalam mengikuti pelatihan keterampilan tersebut dapat dilihat melalui Tabel 4.24 :

Tabel 4.24

Intensitas Kehadiran Responden Dalam Kegiatan Pelatihan Keterampilan

No Intensitas Kehadiran Responden Frekuensi Persentase

1 Selalu (4 kali) 59 59,00

2 Sering (3 kali) 30 30,00

3 Jarang (2 kali) 9 9,00

4 hanya sekali 2 2,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

(48)

Dari Tabel 4.24 dapat disimpulkan bahwa responden cenderung aktif dalam mengikuti pelatihan keterampilan. Hal ini berarti bahwa antusiasme masyarakat cukup tinggi untuk menghadiri pelatihan. Terkait dengan antusiame masyarakat dalam mengikuti pelatihan keterampilan, Anita mengatakan sebagai berikut :

“.. dari minggu keminggu jumlah masyarakat yang ikut serta semakin meningkat”.

Kecenderungan masyarakat yang aktif dalam mengikuti pelatihan keterampilan jugas mencerminkan bahwa Program Bina Desa tersebut benar benar dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Evi sebagai berikut :

Setiap minggu saya selalu hadir mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan, bahkan hujanpun saya tempuh demi menghadiri pelatihan itu, kalau gak datang rugi, karena pelatihan keterampilan memberikan banyak manfaat salah satunya ya jadi tahu cara mengolah daun jeruju menjadi kerupuk, kan lumayan dapat ilmu baru”

Temuan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sastropoetro (1988) dalam Lugiarti (2004) yang menyebutkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa dipaksa. Menurutnya partisipasi adalah keterlibatan secara spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan.

d. Memberikan Bantuan Berupa Peminjaman Peralatan

(49)

Tabel 4.25

Partisipasi Responden Dalam Memberikan Pinjaman Peralatan

No Pernah Memberikan Bantuan Frekuensi Persentase

1 Iya 4 4,00

2 Tidak 96 96,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.25 tersebut diketahui bahwa hanya ada 4% responden yang ikut memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan yang akan digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan tersebut. Hasil kuesioner tersebut menunjukkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan guna mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan. Meskipun begitu, para pengabdi tetap merasa terbantu dengan bantuan yang diberikan masyarakat, hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan Anita berikut ini :

“Setiap pelatihan keterampilan kami selalu minjam tikar untuk alas duduk masyarakat di balai desa, selain itu kami juga minjam soundsistem, dan peralatan masak lainnya, Alhamdulillah ibu ibu sangat baik, mereka mau meminjamkannya sampai acara selesai”

(50)

Ada berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana yang ditemukan oleh Yoni Yulianti pada tahun 2012 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok”. Dalam penelitian tersebut ia mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam program tersebut diberikan dalam bentuk tenaga dan sumbangan pikiran berupa usulan, saran maupun kritik.

Apa yang ditemukan oleh Yoni Yulianti dalam penelitiannya tersebut juga sama dalam penelitian ini, adapun partisipasi masyarakat ditemukan bukan hanya dalam bentuk tenaga namun juga memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan yang akan digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan. Namun berdasarkan hasil kuesioner dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan berupa peminjaman peralatan masih sangat kurang.

e. Partisipasi Responden Dalam Mempraktekkan Kembali Keterampilan

(51)

Tabel 4.26

Mempraktekan Kembali Keterampilan Yang Telah Diajarkan

No Pernah Mempraktekan Kembali

Keterampilan Frekuensi Persentase

1 Iya 100 100,00

2 Tidak 0 0,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Antusias masyarakat terhadap Program Bina Desa juga dapat dilihat usaha mereka untuk mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Dari Tabel 4.26 tersebut diketahui bahwa 100% responden menyatakan pernah mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Temuan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Aisyah sebagai berikut :

“Setelah pelatihan keterampilan besoknya kami buat lagi, buatnya rame-rame sama ibu ibu lain jadi bisa sambil bercerita.. hehehe”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Dawo berikut ini :

“Diantara semua keterampilan saya lebih suka membuat kerupuk jeruju, bahannya mudah didapat karena ada dihalaman rumah saya, jadi kalau mau buat tinggal petik saja”

f. Intensitas Mempraktekkan Kembali Keterampilan

(52)

Tabel 4.27

Intensitas Mempraktekan Kembali Keterampilan

No Intensitas Frekuensi Persentase

1 Sangat sering (lebih dari 5 kali) 35 35,00

2 Sering (4-5 kali) 23 23,00

3 Kadang-kadang (2-3 kali) 28 28,00

4 Hanya sekali 14 14,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.27 tersebut diketahui bahwa dari 100 responden yang pernah mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan, sebanyak 35% responden menyatakan sangat sering mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Kemudian 23% responden menyatakan sering mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan, selanjutnya 28% responden menyatakan jarang mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan. Sedangkan 14% responden menyatakan hanya sekali mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan.

(53)

g. Bekerjasama Dengan Kelompok Saat Mempraktekkan Kembali Keterampilan.

Partisipasi responden dalam mempraktekkan kembali keterampilan yang telah diajarkan bersama teman-teman kelompok dapat dilihat melalui Tabel 4.28 :

Tabel 4.28

Mempraktekan Kembali Keterampilan Bersama Kelompok

No Mempraktekan Kembali Keterampilan

Bersama Kelompok Frekuensi Persentase

1 Iya 65 65,00

2 Tidak 35 35,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

(54)

h. Berwirausaha Memproduksi Aksesoris atau Makanan

Responden yang sudah memulai berwirausaha memproduksi aksesoris dari kulit kerang atau makanan dapat dilihat melalui Tabel 4.29 :

Tabel 4.29 Berwirausaha

No Berwirausaha Frekuensi Persentase

1 Iya 58 58,00

2 Tidak 42 42,00

Total 100 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.29 tersebut diketahui bahwa 58% responden menyatakan telah berwirausaha memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove. Temuan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Evi berikut ini :

“saya jual sendiri (kerupuk jeruju dan kerupuk ikan), menerima pesanan orang juga, keuntungannya bisa mencapai tiga puluh ribu dalam satu pesanan yang ukuran satu kilo, kan lumayan untuk nambah uang belanja”

Keberanian masyarakat untuk memulai berwirausaha adalah hal yang sangat diharapkan oleh pelaksanaan Program Bina Desa untuk mencapai tujuan pemberdayaan. Keberanian masyarakat memulai berwirausaha menandakan bahwa masyarakat mulai sadar dan mau berusaha untuk melepaskan diri dari ketidakberdayaan.

(55)

“Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Program Desa Wisata Di Daerah Istimewa Yogyakarta”, menemukan bahwa pemberdayaan masyarakat desa memberikan kontribusi

peningkatan kesejahteraan ekonomi.

Namun hasil kuesioner dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat berani berwirausaha. Dari Tabel 4.29 juga dapat dilihat ada sebanyak 42% responden yang menyatakan belum berwirausaha memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove. Mereka mengeluhkan masalah pemasaran, menurut mereka sudah banyak yang menjual kerupuk jeruju dan aksesoris dari kulit kerang, sehingga mereka bingung dan tidak tau harus menjual kemana. Seperti yang dikatakan oleh Bu Nurhayati berikut ini :

“Tidak saya jual, karena teman teman lain sudah banyak yang jual, jadi kerupuk jeruju yang saya buat hanya untuk saya makan sendiri bersama keluarga, anak saya suka dengan rasanya yag gurih”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bu Naimah berikut ini :

“Awalnya sih banyak teman-teman yang jual (aksesoris), yang beli juga banyak, tapi makin lama makin berkurang peminatnya, sekarang udah gak saya jual lagi, mereka ajalah yang masih buat”

i. Bekerja Sama Dengan Kelompok Dalam Berwirausaha

(56)

Tabel 4.30

Bekerjasama dengan Kelompok Berwirausaha

No Bekerjasama dengan Kelompok Berwirausaha Frekuensi Persentase

1 Iya 40 68,96

2 Tidak 18 31.04

Total 58 100,00

Sumber: data primer diolah 2015

Dari Tabel 4.30 tersebut diketahui bahwa dari 58 responden yang telah memulai usaha/bisnis memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove 68,96% diantaranya menyatakan bekerjasama dengan kelompok. Masyarakat yang bekerjasama dalam berwirausaha juga dibuktikan dari hasil wawancara dengan Bu Idam berikut ini :

“Kami bekerjasama membuat aksesoris dari kulit kerang. Jadi kalau ada yang gak tau bisa diajari dengan yang lain, aksesoris itu ada yang kami pakai sendiri da nada juga yang kami jual, keuntungan dari hasil penjualan kami simpan untuk tabungan kelompok dan akan digunakan untuk modal selanjutnya”

Namun tidak semua masyarakat yang bekerja sama dalam berwirausaha. Berdasarkan hasil kuesioner yang tertuang dalam tabel 4.31 terlihat bahwa ada sebanyak 18 responden menyatakan tidak berkerjasama dengan kelompok dalam memulai usaha/bisnis memproduksi aksesoris ataupun makanan dari bahan mangrove. Temuan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Bu Evi sebagai berikut :

(57)

j. Hubungan Sosial Responden Dengan Sesama Anggota Kelompok

Hubungan sosial yang baik merupakan iklim yang bagus untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakat, karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan sosial responden dengan sesama anggota kelompok pelatihan keterampilan dapat dilihat melalui Tabel 4.31 :

Tabel 4.31

Hubungan Sosial Responden Dengan Sesama Anggota Kelompok

No Hubungan Sosial Responden Dengan

Sesama Anggota Kelompok Frekuensi Persentase

1 Sangat baik 59 59,00

Dari Tabel 4.31 tersebut diketahui bahwa 59% responden menyatakan hubungan sosial dengan teman kelompoknya sangat baik. Menurut mereka pelatihan keterampilan tersebut meningkatkan keakraban mereka dengan bekerjasama membuat kreatifitas, mereka juga jadi bisa bertukar pikiran untuk membuat karya yang lebih bagus dan mencari solusi bersama saat mengalami kendala. Selanjutnya 41% responden menyatakan hubungan sosial dengan teman kelompoknya baik. Menurut mereka sebelum adanya pelatihan hubungan sosial dengan sesama anggota kelompok memang sudah baik, setiap hari mereka bertegur sapa satu sama lain dan mengikuti kegiatan bersama seperti pengajian setiap minggunya.

(58)

Analisis dengan menggunakan tabulasi silang bertujuan untuk mengetahui apakah Ada perbedaan partisipasi masyarakat dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak berdasarkan respon masyarakatnya terhadap program tersebut. Berikut ini merupakan distribusi antara respon masyarakat dengan Partisipasinya dalam mengikuti program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 4.33

Tabulasi Silang Respon Masyarakat Terhadap Adanya Program Bina Desa dan Intensitas Kehadiran Masyarakat Mengikuti Pelatihasn Peterampilan

Respon

Berdasarkan output Tabel silang antara respon masyarakat terhadap adanya Program Bina Desa dengan intensitas kehadiran masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelatihan dapat dilihat bahwa sebesar 8% responden yang setuju dengan adanya Program Bina Desa mengaku selalu hadir mengikuti pelatihan keterampilan, 14% responden mengaku sering hadir mengikuti pelatihan keterampilan, 5% responden mengaku jarang mengikuti pelatihan, dan sisanya 2% responden mengaku hanya sekali mengikuti pelatihan keterampilan.

(59)

mengikuti pelatihan, dan tidak ada responden mengaku hanya sekali mengikuti pelatihan

Linear-by-Linear Association 18.029 1 .0000

N of Valid Cases 100

a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .58.

Tabel 4.34 merupakan Tabel yang menunjukkan besarnya nilai Chi Square. Nilai Chi Square dari data yang diolah adalah 19,358 dengan p value sebesar 0,000. Nilai p value ini kemudian dibandingkan dengan nilai α = 0,05. Maka diperoleh Nilai Chi Square hitung 19,777 sedangkan Chi Square Tabel pada (α = 0,05), df=3 adalah 7,815. Oleh karena Chi Square hitung

>Chi Square Tabel (19,777 > 7,815) dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan respon nya terhadap program tersebut, dimana masyarakat yang sangat setuju dengan adanya Program Bina Desa cenderung lebih aktif menghadiri berbagai kegiatan pelatihan setiap minggunya.

Penelitian yang terkait tentang respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat sudah pernah dilakukan. Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Ananta Hidayat Purba pada tahun 2006 yang berjudul

“Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir”. Program Nasional Pemberdayaan

(60)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif, namun partisipasi masyarakat dalam kegiatan program tersebut masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelaku kegiatan di pedesaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap Program Bina Desa adalah positif, respon tersebut sejalan dengan partisipasi masyarakatnya yang juga cenderung aktif mengikuti berbagai kegiatan pelatihan keterampilan. Cruthefield dalam Sarwono (1991) menyebutkan terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu variabel struktural yang merupakan faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik yang berupa objek atau fenomena tertentu dan variabel fungsional yang merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.

(61)

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu kegiatan untuk membentuk masyarkat yang mampu berdaya mandiri. Masalah kemiskinan yang terjadi di desa, dan melihat potensi alam lokal seperti mangrove dan kulit kerang yang melimpah di kawasan tersebut yang ternyata dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya pemanfaatannya membuat tim pelaksana Program Bina Desa memilih desa tersebut sebagai desa binaan yang menerima serangkaian program pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan potensi alam lokal yang tersedia.

Dalam suatu program pemberdayaan di suatu komunitas masyarakat respon dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui apakah adanya program pemberdayaan disuatu komunitas masyarakat benar-benar dibutuhkan, diterima, serta dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat (Program Bina Desa kelompok perempuan) berbasis potensi alam lokal di Desa Bogak dapat diambil kesimpulan yaitu respon masyarakat terhadap Program Bina Desa sangat positif,

(62)

Selain melihat respon masyarakat, dalam penelitian ini juga ditemukan partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan pelatihan yang juga cukup tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari data yang telah dikumpulkan. Adapun partisipasi responden dibagi kedalam tiga tahap yakni :

o Tahap perencanaan, pada tahap ini partisipasi responden dilihat dari keikutsertaannya menghadiri sosialisasi, peneliti menemukan bahwa 50% responden hadir dalam sosialisasi tersebut.

o Tahap pelaksanaan, pada tahap ini partisipasi responden dilihat dari keikutsertaannya menghadiri berbagai pelatihan keterampilan. Peneliti menemukan data bahwa seluruh responden pernah mengikuti pelatihan keterampilan dengan intensitas yang berbeda-beda. Intensitas kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan keterampilan dari 100 responden, 59% diantaranya sangat sering (4 kali) mengikuti pelatihan keterampilan. 30% diantaranya sering (3 kali) mengikuti pelatihan keterampilan. Selanjutnya 9% diantaranya jarang (2 kali) mengikuti pelatihan keterampilan. Sedangkan sisanya 2% hanya sekali mengikuti pelatihan keterampilan. Namun partisipasi responden dalam memberikan bantuan peminjman peralatan guna mendukung kelancaran kegiatan pelatihan keterampilan masih sangat kurang yakni hanya 4%.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Jumlah Pemeluk Agama
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku
Tabel 4.4 Mata Pencaharian Pokok Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Susunlah dalam kolom 1, tentukan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman serta faktor- faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan. b) Beri

Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 lalu menunjukkan bahwa media sosial twitter merupakan media sosial

Penelitian ini dilatar belakangi marketing perusahaan merupakan ujung tombak perusahaan dalam mencari calon anggota yang sesuai dengan rencana kerja

[r]

BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN BIBIT SIRSAK ( Annona muricata Linn).. (Various Types Of Fertilizers As Supporting The Growth Of Sirsak (Annona

Aqil Ibnu ,(2010), Analisis Fluid Viscous Damper Pada Bangunan Dua Belas Lantai Akibat Gaya Gempa, Universitas Sumatera Utara, Indonesia. Naurah Nazifa, (2015), Analisis

[r]

Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator Aktivitas siswa terdiri dari 7