• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh rasio pemberian pakan yang berbeda terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh rasio pemberian pakan yang berbeda terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal jantan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

!9/hrf

d

6 6 3

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA

KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

SKRIPSI JOKO SUWARNO

PROGRAM STUD1 ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK PAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

JOKO SUWARNO. D24104083. 2008. Pengaruh Rasio Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Produksi VFA dan NH3 Rumen serta Kapasitas lambung Domba Lokal Jantan. Skripsi. Program Studi Ilmu Zat makanan dan Makanan Temak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Lilis Khotijah, M.Si Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, M.Si

Penggemukan adalah salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan daging. Didalam penggemukan diperlukan pakan yang berkualitas, yang memenuhi zat zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh temak sehingga temak mampu menghasilkan kualitas karkas yang memenuhi selera konsumen. Tujuan utarna dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan rasio hijauan dengan ransumkomplit terhadap produksi VFA dan NH3 lumen serta perkembangan lambung domba. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Mei 2008 tempat pelaksanaan di laboratorium lapang kandang produksi Bagian IPT Ruminansia Kecil Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB. Temak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor domba jantan lokal yang berumur kurang dari satu tahun. Bobot badan awal ternak rata-rata pada domba 15,9*1,05 kg. Perlakuan terdiri dari P1 = 80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20% Ransum Komplit (RK) (Selama dua bulan); P2 = 20% RBH, 80% RK (Selama dua bulan); P3 = 20% RBH, 80% RK

(Selama satu bulan) dan dilanjutkan 80% RBH, 20% RK (Selama satu bulan). Peubah yang diamati adalah konsumsi dalam bahan kering (BK), pH, produksi VFA parsial, NH3 rumen, Bobot Tubuh Kosong (BTK), bobot jaringan bersih bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan abomasum), persentase bobot bersih bagian lambung terhadap bobot tubuh kosong, Persentase bobot bersih bagian lambung terhadap total lambung, dan volume bagian-bagian lambung. Pengukuran produk VFA dan NH3 serta pH rumen tidak menggunakan Rancangan statistik. Sedangkan untuk pengukuran bagian-bagian lambung menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan terdiri dari tiga ulangan adalah Data produksi VFA dan NH3 dianalisis secara diskriptif. Sedangkan data bagian-bagian lambung yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of Varians (ANOVA) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan yang berbeda, memberikan hasil produksi VFA dan NH3 serta pH rumen masih dalam keadaan normal untuk mikroba rumen, dan secara statistik untuk perlakuan selama dua bulan yaitu kapasitas lambung secara keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan secara nyata (p>0,05). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa peinberian pakan yang berbeda menghasilkan produksi VFA dan NH3 masih dalam kisaran normal, dan secara statistik tidak memberikan pengaruh terhadap kapasitas lambung domba.

(3)

ABSTRACT

The Effect of Different Feed Ratio to VFA and NH3 Production in Rumen and

Stomacl~ Capacity of Local Male Sheep

J. Suwarno. L. Khotijah. S. Rahayu

The objective of this experiment was to different the

VFA

and NH3 production of rumen and stomach capacity of local male sheep. This experiment had held on March until may 2008. This experiment used complete randomized design and descriptive with three treatments and three replication. Significant differences among treatments further tested with Duncant test. This research used 9 local ram with two dietary treatments included: 80% grass and 20% complete feed for two months (PI), 20% grass 80% complete feed for two months (P2), 20% grass and 80% complete feed for one months and 80% grass and 20% complete feed for one months (P3). This treatment have done in two months of study. The main goal of in this research

is

to discover the effect of not different feed ratio to VFA and NH3 production rumen, and stomach capacity local male sheep. The treatment give not effect to volatile fatty acid and NH3 local male sheep, the results showed that relative volume of total stomach and weights of tissue to empty body weight were not significantly differents, weights of tissue retikulu-rumen, omasum and abomasum.

Keywords :

VFA

parsial, NH3 , dietary ratio, dry matter consumtion, stomach
(4)

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA

KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

JOKO SUWARNO D24104083

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untnk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PENGARUH RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

TERHADAP PRODUKSI VFA DAN NH3 RUMEN SERTA

KAPASITAS LAMBUNG DOMBA JANTAN LOKAL

:Oleh

JOKO SUWARNO D24104083

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 18 September 2008

Pembimbing Utama

Ir. Lilis Khotijah, M.Si. NIP. 131 999 587

an Fakultas Petemakan

Pembimbing Anggota

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 April 1982 di Karanganyar, Jawa Tengah.

Penulis merupakan anak pertarna dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Musiman

dan Ibu Marsi.

Pendidikan dasar penulis dimulai tahun 1990 dan diselesaikan pada tahun

1997 di Rejosari satu, pendidikan tingkat Lanjutan Menengah Pertama diselesaikan

pada tahun 2000 di SMP Negeri Satu Gondangrejo Karanganyar, dan penulis

berhasil menyelesaikan pendidikan lanjutan Menengah Atas pada tahun 2002 di

SMU Muhammadiyah Satu Surakarta.

Pada tahun 2004 penulis masuk IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru IPB) dan pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak, Fakultas Petemakan, Institut

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan ucapan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah yang telah melimpahkan kenikmatanya sehingga penulis dimudahkan dalam penyelesain penulisan skripsi. Tak lupa penulis ucapkan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alihi wa sallanz, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir zaman nanti

Skripsi yang berjudul "Pengaruh Rasio Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Produksi VFA dan NH3 Rumen serta Kapasitas Lambung Domba Lokal Jantan" ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mulai bulan Maret sampai Mei 2008 di Laboratorium Lapang Ruminasia Kecil

bagian Ilmu Produksi Ternak.

Daging domba merupakan salah satu komoditas yang mampu menyediakan protein hewani bagi manusia dan kualitas daging merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam memenuhi selera konsumen. Pemberian pakan yang baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk penggemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio pemberian pakan terhadap produksi VFA dan NH3 rumen serta kapasitas lambung domba lokal, sehingga dapat sebagai dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Penulis mengakui masih banyak kekurangan dan tak luput dari kesalahan

karena penulis akui sebagai manusia biasa yang harus banyak belajar dan semoga skipsi ini bermanfaat bagi diri penulis serta bagi para pembaca.

(8)

DAFTAR IS1

ABSTRACT

...

iii

...

RIWAYAT HIDUP v

...

RIWAYAT HIDUP vi KATA PENGANTAR

...

vii

...

DAFTAR IS1

...

VIII DAFTAR TABEL

...

ix

DAFTAR GAMBAR

...

x

...

DAFTAR LAMPIRAN xi

...

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang

...

1

P e ~ m u s a n Masalah

...

1

Tujuan

...

2

...

TINJAUAN PUSTAKA 3 METODE

...

12

Waktu dan Ternpat

...

12

Materi

...

12

Rancangan

...

13

Prosedur

...

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

18

Konsumsi Zat Makanan

...

...

pH rumen Kadar . Amonia (NH 3)

...

Produksi Volatile Fatty Acid (YFA)

...

Bobot Tubuh Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih serta Volume Lambung

...

...

Bobot Jaringan Larnbung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong

...

Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Total Lambung KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesimpulan

...

29

Saran

...

29

UCAPAN TERIMAKASIH

...

30

...

DAFTAR PUSTAKA 31

...

(9)

DAPTAR TABEL

Nomor Halaman

1

.

Proporsi Bagian-bagian Lambung Anak Domba yang Digembalakan terhadap

Bobot Total Lambung

...

9

...

2

.

Ukuran Relatif Bagian Lambung dengan Berbagai Cara 10

3 . Komposisi Zat Makanan Ransum Berdasarkan Bahan Kering

...

13

4 . Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK). Total Digestible Nutrient (TDN) dan Serat Kasar (SK) untuk Rasio Rumput Brachiaria Humidicola

(RBH) dan Ransum Komplit (RK) Selama Satu Bulan

...

18 5

.

Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH

...

19 6

.

Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap NH3 Rumen (mM)

...

20

...

7

.

Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi VFA Parsial (mM) 21 8

.

Rataan Bobot Tubuh Kosong (BTK) dau Bobot Jaringan Bersih (gram) serta

Volume Lambung (ml)

...

23 9 . Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong (BTK)

...

25
(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

...

1

.

Sistem Lambung Ruminansia 3

...

2

.

Produk Fermentasi Karbohidrat di dalam Rurnen 6

...

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

...

1

.

Sidik Ragam Konsumsi BK 34

. . .

2 . Sidik Ragam Konsumsl Hljauan

...

34

...

3

.

Sidik Ragam Konsumsi Ransum Komplit 34

...

4

.

Sidik Ragam Persentase Konsumsi Hijauan 34

...

5

.

Sidik Ragam Persentase Konsumsi Ransum Komplit 34 6

.

Sidik Ragam Konsumsi PK

...

7

.

Sidik Ragam Konsumsi SK

...

8

.

Sidik Ragam Konsumsi TDN

...

...

9

.

Sidik Ragam PBB

10

.

Sidik Ragam Bobot Jaringan Abomasum Terhadap BTK

...

11

.

Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-retikulum Terhadap BTK

...

...

12

.

Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap BTK

...

13

.

Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-retikulum Terhadap Total Lambung

...

14

.

Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap Total Lambung
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggemukan adalah salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan daging. Didalam penggemukan diperlukan pakan yang berkualitas, yang memenuhi zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh temak sehingga ternak mampu menghasilkan kualitas karkas yang memenuhi selera konsumen.

Rasio pemberian makanan yang berbeda akan memberikan produk dan hasil pertumbuhan yang berbeda, Penyediaan daging yang berasal dari domba dengan pemberian jenis pakan yang sesuai merupakan alternatif untuk memenuhi permintaan konsumen akan daging yang berkualitas.

Rasio pemberian pakan dengan penambahan ransurn penguat merupakan usaha yang dilakukan petemak untuk menunjang keberhasilan penggemukan, akan tetapi faktor kecernaan merupakan faktor penting dalam mengubah pakan menjadi produk

yang dapat meningkatkan produksi dalam penggemukan, Menurut Speeding, (1970) saluran pencernaan merupakan organ terpenting dalam proses mengubah makanan menjadi produk hewan (misal daging) yang bernilai tinggi.

Di dalam saluran pencemaan terdapat berbagai macam produk adalah yang berperanan penting dalam merubah daging yang berkualitas baik. Salah satu produk sumber energi bagi ruminan dan merupakan perombakan dari karbohidrat adalah VFA,

sedangkan NH3 merupakan sumber protein mikroba yang kemudian akan dipergunakan

oleh ruminan sebagai sumber protein. Kemudian dikatakan oleh Parakkasi (1999) Protein dan karbohidrat 75% komponen urat daging.

Perurnusan Masalah

Penggemukan merupakan salah satu program pemeliharaan ternak dengan salah satu tujuan meningkatkan produksi daging. Keberhasilan program tersebut ditentukan

oleh kualitas dan cara pemberian pakan. Informasi pada kondisi sekarang, berapa rasio

hijauan dan ransum komplit masih sangat terbatas untuk diberikan secara tepat, maka dengan ini dicoba memilih rasio pemberian yang sesui untuk penggemukan domba.

(13)

terhadap produksi

VFA,

NH3 kapasitas lambung secara langsung akan menentukan

produksi.

Tujunn

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengamh perbedaan

rasio hijauan dan ransum komplit terhadap produksi

VFA

dan NH3 rurnen serta
(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Domba

Menurut Blakely dan Bade (1991), domba diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia (hewan), filurn Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan menyusui), ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap), family Bovidae (memamah biak), genus Ovis (domba) dan spesies Ovis Aries (domba yang telah didomestikasi).

Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan

Pencernaan adalah proses untuk memperkecil ukuran partikel (Tillman, et al., 1986). Sistem pencernaan (Tractus digestivus) terdiri atas saluran muskulo membronosa yang memanjang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukkan makanan, menggiling, mencema, dan menyerap makanan, serta mengeluarkan sisa buangan yang

berwujud padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakao sebagai

energi, tnembangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme (Frandson, 1992).

Usus halus

[image:14.527.64.407.414.738.2]

I

(15)

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Papille berkembang dengan baik sehingga luas permukaan bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang yang diproduksi, 85% diabsorbsi, melalui epithelium retikulu-rumen (Arora, 1989) Kemudian Hungate (1966) mengatakan bahwa rumen merupakan bagian yang terbesar dari bagian-bagian lambung ruminansia, karena menampung bahan makanan yang mengalami pencernaan fermentatif.

Retikuium

Retikulum mempunyai bentuk menyerupai sarang tawodlebah dan mendorong pakan padat dan mengalirkan ingesta ke dalam omasum. Retikulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola fermentasi di dalam organ ini serupa dengan yang terjadi di dalam rumen (Arora, 1989).

Omasum

Omasum terletak disebelah kanan rumino-retikulum (Hungate, 1966). Omasum

disebut perut buku, karena didalamnya tersusun oleh sejumlah lembaran-lembaran jaringan yang disebut leaves (lipatan) (Hungate, 1966). Adanya bentuk-bentuk lembaran dalam omasum berfungsi untuk mencegah masuknya partikel besar dari bahan makanan ke dalam orifisiom omasal, dan mengurangi ukuran partikel dari bahan yang melintasi pada olnasum (Frandson, 1992)

Abomasum

Abomasum disebut pula perut sejati atau perut kelenjar karena menghasilkan HCI dan Pepsinogen. Terletak sebelah kanan rumen yang menghubungkan omasum ke

(16)

dalam suasana asam untuk mempercepat proteolisis protein mikroba dan residu protein makanan oleh pepsin yang dikeluarkan oleh glandula peptik. Abomasum domba mensehesikan 5-6 liter dalam waktu 24 jam (Arora, 1989).

Proses Pencernaan

Energi

Hasil alchir pencemaan oleh jasad renik terhadap selulosa adalah asam-asam lemak terbang (volatilefatly acid = VFA) yang terdiri dari campuran asam asetat, asam propionat dan asam butirat. VFA berperanan mantap dalam metabolisme energi dalam ternak ruminmsia (Tillman et al, 1986) dan juga dikatakan oleh Forbes dan Frances (1993) bahwa hasil pencemaan karbohidrat dalam m e n adalah asam lemak terbang (VFA), yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat dan asam-asam lemak rantai cabang seperti asarn iso butirat, 2-metil butirat dan iso valerat

Banyaknya VFA yang ada dalam rumen dicirikan oleh aktivitas mikroba

(Church,l971). Sebagian besar ransurn temak ruminansia mengandung polisakarida atau karbohidrat struktural seperti selulosa, hemiselulosa dan karbohidrat lain yang tidak dapat dihidroliasa oleh enzim yang dihasilkan oleh alat pencemaan (Ranjhan,l980). Polisakarida akan dihidrolisa menjadi monosakarida terutama glokusa oleh enzim yang dihasilkan mikroba. Selanjutnya glukosa akan difermentasi menjadi VFA, terutama Asetat (C2), Propionat (C3), dan Butirat (C4); disarnping itu dihasilkan juga Isobutirat

(iC4), Isovalerat (iCj), Valerat (Cs) serta gas CH4 dan COz (Sutardi, 1977)

Selain berasal dari karbohidrat, VFA juga berasal dari protein (Kempton et al,,

1978). VFA terutama yang berantai cabang, esensial untuk pertumbuhan mikroba rumen (Sutardi., et al., 1983). Kadar asam lemak rantai cabang ini umumnya sedikit (Ranjhan,

1980), tetapi pada pemberian protein yang tinggi kadarnya akan naik (Sutardi,l977) Asam atsiri berkerangka karbon cabang, yaitu Isobutirat dan Isovalerat nampaknya sangat efisien sebagai kerangka karbon pembentukan protein mikroba (Sutardi el al,. 1983). Sutardi (1977) menyebutkan bahwa asam lemak berantai cabang diduga berasal dari asam amino berantai cabang leusin, isoleusin dan valin.

Asetat adalah precursor untuk pembentukan lemak air susu, karena itu jika

(17)

asetat/propionat rendah akan merangsang penggernukan. Tranformasi karbohidrat menjadi VFA ditunjukkan pada Gambar 2

karbohirat

oTp

+2H

Malat

H

'

\H20

n

ATP

Sukksinat

Sukksinil-CoA

1-COA

thilm lonil-CoA

-.

I I

co2

bthanol

Asetat Methan

-1-

Butirat

Garnbar 2. Produk Fermentasi Karbohidrat di dalarn Rurnen Sumber : Hungate (1966)

Perbandingan antara asarn len~ak terbang yang dihasilkan tidak tetap, bergantung

(18)

% Asetat, 40 % Propionat, 5-10 % Butirat dan 2-8 % Valerat. Apabila konsentrat dalam ransum meningkat, maka proporsi asetat menurun dan asam propionat meningkat (Ranjhan, 1980).

Asam lemak terbang secara keseluruhan yang diproduksi, 85% diabsorbsi, melalui epithelium retikulu-nunen (Arora, 1986) Asam-asam lemak terbang yang merupakan 60% konsumsi eitergi tercerna, secara konstan masuk melalui dinding rumen (Bergman et al., 1965; Orslov dan Mc Donald, 1971 dalam Arora, 1989) sebagian asam lemak terbang dimetabolisis dalam dinding mmen dan hasilnya menstimulir perkembangan papille rumen, sehingga menambah luas permukaan untuk diabsorpsi (Arora, 1989). Pakan biji-bijian juga mengakibatkan peningkatan produksi asam lemak terbang dan pengurangan aliran saliva, yang akan menimbulkan penebalan penebalan

keratin mukosa nunen (Arora, 1989)

Protein

Amonia merupakan nitrogen yang dibutuhkan mikroba rumen dan bersama dengan kerangka karbon sumber energi akan disintesis menjadi asam amino dan selanjutnya menjadi protein mikroba (Hungate, 1966).

Faktor yailg mempengaruhi konsentrasi N-NH3 adalah karbohidrat dalam ransum (Ranjhan, 1980). Proses proteolisis dan deaminasi berlangsung baik pada pH

6,5-7,O. pada kondisi pH yang lebih rendah, proses tersebut terhambat karena

pertumbuhan bakteri proteolitik dan selulotik tertekan (Drskov, 1982).

Peningkatan jumlah karbohidrat mudah difermentasi (RAC) akan mengurangi produksi amonia karena terjadi kenaikan penggunaan amonia untuk pertumbuhan mikroba (Ranjhan, 1980). Kondisi yang ideal adalah sumber energi tersebut dapat difermentasi sama cepat dengan pembentukan NH3, sehingga pada saat NH3 terbentuk terdapat produk fermentasi asal karbohidrat yang akan berfungsi sebagai sumber energi dan kerangka asam amino protein mikroba telah tersedia (Sutardi, 1977). Hubungan kecernaan karbohidrat dan protein di dalam rumen bisa dilihat pada Gambar 3.

Konsentrasi amonia dalam rumen tergantung pada kelarutan dan jumlah pakan.

Protein pakan yang didegradasi inenjadi asam amino akan mengalami proses deaminasi

(19)

dalam hati diubah menjadi urea. Urea yang dihasilkan sebagian akan masuk kembali ke

dalam rumen melalui saliva ataupun dinding rumen dan sebagian lagi disekresikan

melalui urin (Ranjhan, 1980; Annison et al, 2002; Arora, 1989).

Karbohidrat Protein

Dicerna

Gula Peptida dan Asam amino

Fermentasi

\

Assimilasi

I

l l

[image:19.523.42.428.46.633.2]

Protein mikroba

Gambar 3. Hubungan Kecernaan Karbohidrat dan Protein di dalam Rumen sumber : Hungate (1966)

Mikroorganisme rumen menghasilkan enzim protease yang digunakan untuk menghidrolisa protein menjadi peptida dan asam amino, yang selanjutnya dihidrolisa

(20)

akan disintesis menjadi asam amino dan selanjutnya menjadi protein mikroba (Hungate,

1966). Menurut Ranjhan (1980) batas minimum kadar amonia untuk pertumbuhan

mikroba sebesar 2 mg persen.

Penyediaan protein dalam ransum sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

hidup pokok dan produksi (Sutardi, 1981). Protein makanan yang dikonsumsi oleh

ternak ruminansia tidak sepenuhnya didegradasi oleh mikroba rumen. Sebagian 1010s ke

dalam usus bersama protein mikroba dan protein endogen (Kempton et al., 1978).

Degradasi protein dalam rumen dipengaruhi oleh sumber protein, bentuk fisik

dan kimia makanan, gerak laju makanan dalam rumen, jumlah konsumsi energi,

pertumbuhan mikroba dan ukuran partikel makanan (Hubber dan Kung, 1981).

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kapasitas Alat Pencernaan

Kapasitas alat pencernaan sangat tergantung pada perkembangan alat

pencernaan itu sendiri. Perturnbuhan dan perkembangan alat pencemaan temak domba

dipengaruhi oleh bobot tubuh, umur dan pakan (Luginbuhl, 1983) juga dijelaskan oleh

Phillipson (1977) yang mengemukakan bahwa kapasitas alat pencemaan nunen,

retikulum, omasum dan abomasum dipengaruhi oleh pakan temak.

Tabel 1. Proporsi Bagian-bagian Lambung Anak Domba yang Digembalakan terhadap Bobot Total Lambung

Persentase Total Umur (hari) Retikulu-rumen Omasum Abomasum Lambung

terhadap Total Alat Pencemaan

. . .

.

. . .

. . .

.%

...

...

...

.,...

.

Anak Domba

Dewasa 69 8 23 49

(21)

Luginbuhl (1983) menjelaskan bahwa kapasitas alat pencemaan, bobot digesta dan bobot tubuh kosong alat pencemaan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, kegemukan Vatness) dan bangsa ternak. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa urutan kecepatan pei-tumbuhan bagian-bagian lambung ialah rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Perkembangan rumen dipengaruhi oleh : 1) pakan kasar yang merupakan stimulus fisik bagi perkembangan kapasitas rumen, 2) produk fermentasi yang merupakan stimulus kimia bagi perkembangan stimulus papille-papille rumen. Ruminansia yang

memperoleh pakan berserat tinggi, volume total alat pencernaan akan lebih tinggi dari pada yang memperoleh pakan berserat kasar rendah. Setelah hewan mengkonsumsi pakan berserat tinggi, maka bobot rumen itu menjadi lebih berat dari pada hewan yang tidak memakan hijauan (Hungate, 1966).

Tabel 2. Ukuran Relatif Bagian Lambung dengan Berbagai Cara.

Mengisikan air Domba Dewasa 85-87 2-3 11-12 Isi lambung segar Domba Dewasa 88-93 2 5-10 Jaringan Lambung segar Domba Dewasa 69-73 5-7 22-23

Keterangan: RR. rumino-retikulum

Sumber: Warner dan Flatt, 1965 dalam Istidamah (2006)

Menurut Naim (1986) hasil volume dan kapasitas alat pencernaan yang dilaporkan oleh peneliti berbeda pada bangsa atau spesies ternak yang sama dan bobot

tubuh yang relatif sama menunjukkan adanya variasi. Variasi ini kemungkinan disebabkan oleh pakan yang diberikan dan teknik pengukuran yang berbeda yaitu dengan menggunakan marker, volun~e digesta absolut, atau dengan pengisian air (water fill). Ukuran Relatif lambung disajikan pada Tabel 2.

Perkembangan papille akan lebih besar terjadi pada rurninansia yang memperoleh konsentrat dari pada yang memperoleh pakan berserat kasar tinggi.

Dengan meningkatnya perkembangan papille, maka luas dan kapasitasnyapun akan meningkat, akibatnya penyerapan dan koefisien penggunaan zat makanan akan

bertambah (Wilson dan Brigstocke 1981).

Naim (1 986) melaporkan bahwa proporsi pertumbuhan jaringan alat pencernaan

[image:21.530.32.467.114.781.2]
(22)

jumlah serat kasar yang bertambah dalam rumen akan meningkatkan bobot kosong

saluran pencemaan

Wilson dan Brigstocke (1981) menjelaskan bahwa pemberian serat kasar @&an

kering) selain akan meningkatkan kapasitas rumen-retikulum juga akan meningkatkan

bobot jaringan rumen-retikulum. Namun peningkatan ketebalan dinding rumen-

retikulum Relatif kecil, dibandingkan dengan pertumbuhan ketebalan mukosa akibat

perkembangan papille. Perkembangan papille akan lebih besar terjadi pada ruminansia

yang memperoleh pakan konsentrat daripada pakan berserat kasar tinggi, seperti

rerumputan. Dengan perkembangan papille yang meningkat, maka luas dan

kapasitasnya akan meningkat pula, akibatnya penyerapan dan koefiisen akan meningkat

(23)

METODE

W a k t u dan T e m p a t

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2008. Tempat pelaksanaan di laboratorium lapang kandang produksi Bagian temak Ruminansia Kecil dan Bagian temak Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan, serta analisa kimia VFA dan NH3 di Balai Penelitian Peternakan Ciawi Bogor.

Materi

Ternak

Temak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor domba jantan lokal

yang beru~nur kurang dari satu tahun. Bobot badan awal temak rata-rata pada domba 15,67

*

0,89 kg. Temak yang digunakan diperoleh dari petemakan Mitra Tani Farm Ciampea Bogor yang dibeli dari pedagang pengumpul dengan asal domba dari para petani.

Kandang d a n Peralatan

Temak ditempatkan pada kandang individu dengan ukuran 120 x 120 x 170.

Kandang berbentuk panggung sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah serta kandang terbuat dari besi dan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dari ember plastik.

Termometer untuk mengukur suhu

Peralatan lain

Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, timbangan pegas merk Three Goats untuk menimbang bobot badan domba. Timbangan duduk untuk menimbang pakan, pH meter, selang panjang, selang pendek, kain saring, corong dan

botol selai.

Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum konlplit dalam

(24)

digunakan merupakan pakan komersial sapi perah (KPS Bogor), sedangkan untuk

rumput lapang diperoleh dari padang rumput sekitar kandang. Komposisi kandungan zat

makanan zat makanan dapat dilihat pada Tabel 3. komposisi bahan ransum komplit

terdiri dari onggok, wheat pollard, dedak padi, bungkil kopra, roti a&ir, kacang aflcir,

[image:24.530.29.475.130.785.2]

tetes tebu, urea, garam dan kapur

Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Berdasarkan Bahan Kering

Jenis pakan Komposisi

Ransum Brachiaria PI P2

Komplit humidicola 20% RK, 80% RBH 20% RBH, 80% RK

.

.

.

. . .

.

.

. . .

. . .

. . .

. . .

.

.

.

.%

...

. ... . ..

...

....

...

...

...

...

....

... ....

BK 100 100 80 20 80 20

LK 1,89 0,20 0,16 0,38 1,51 0,04

BETA-N 36,8 42,79 34,23 7,36 29,44 8,56

TDN 49,3 1 44,89 35,91 9,86 39,45 8,98

Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Petemakan Departemen Ilmu Nurtrii dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor, 2008

Rancangan

Pengukuran produk VFA dan NH3 serta pH rumen tidak menggunakan Rancangan statistik.

Sedangkan untuk pengukuran bagian-bagian lambung menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan terdiri dari tiga ulangan Rumus model

yang digunakan adalah :

y..= + y.+ E--

'J 0 "J

Keterangan

Y , -:Nilai Pengamatan dari Perlakuan ke-i ulangan ke-j

115 = Nilai Rata-rata

yi = Pengaruh Perlakuan ke-i

p,

= Galat perlakuan ke-j
(25)

Perlakuan

Perlakuan terdiri dari PI = 80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20%

Ransum Komplit (RK) (Selama dua bulan); P2 = 20% RBH, 80% RK (Selama dua bulan); P3 = 20% RBH, 80% RK (Selama satu bulan) dan dilanjutkan 80% RBH, 20% RK (Selarna satu bulan)

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK), TDN, dan SK 2. pH cairan rumen (Pengukuran menggunakan pH meter)

3. Produksi VFA (volatile fatly acid) total dan Parsial serta NH3 Rumen

4. Bobot Tubuh Kosong (BTK), bobot jaringan bersih rumen-retikulum, omasum dan abomasum

5. Persentase bobot bersih bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan abomasum) terhadap bobot tubuh kosong

6. Persentase bobot bersih bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan

abomasum) terhadap total lambung

7. Volume bagian-bagian lambung (rumen-retikulum, omasum dan abomasum)

Analisis data

Data produksi VFA dan NH3 dianalisis secara diskriptif. Sedangkan data bagian- bagian lambung yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of Varians (ANOVA) dan

apabila apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan Uji Duncan (Steel dan Torrie,

1993)

Prosedur

Persiapan

Bahan, peralatan dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian.

(26)

Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksaan penelitian selama satu minggu dengan maksud untuk mengadaptasikan pakan perlakuan

Perawatan intensif antara lain pencukuran bulu, pemberian obat cacing d m antibiotik. Penimbangan bobot badan dilakukan pada akhir periode adaptasi d m digunakan sebagai data awal penelitian.

Pemeliharaan

Ternak domba diberi pakan sesuai kebutuhan BK 5 % dari bobot badan, pemberian makanan d m minuman dimulai pada pagi hari pukul 06.00-07.00 WIB dan sore hari sekitar pukul 16.30 WIB. Pemberian pakan ransum komplit dalam bentuk kering atau mash yang diberikan dalam wadah plastik berupa baskom sedangkan rumput

diberikan dalam bentuk segar. Sisa pakan ditimbang keesokan hari. Penggemukan domba dalam penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Penimbangan temak domba

dilakukan dengan cara menggantung ternak dengan ban bekas yang dimodifikasi untuk menahan ternak pada perutnya. Peniinbangan domba dilakukan setiap seminggu sekali.

Pengambilan Contoh untuk Analisa Cairan rumen

Pengambilan contoh cairan rumen untuk mengetahui produksi VFA total d m parsial dan NH,. Sampel cairan rumen diambil empat jam setelah makan. Pengambilan

dilakukan dengan menggunakan selang karet yang dimasukkan ke dalam mulut domba dengan posisi kepala dimiringkan ke bawah kemudian cairan rumen akan mengalir

sesuai gaya grafitasi bumi, kemudian cairan rumen ditampung pada tabung selai yang telah diberi HgClz jenuh sekitar 2-3 tetes, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisa VFA dan NH3

Prosedur analisis

a. Analisis VFA secara parsial

Analisis VFA secara parsial menggunakan alat gas kromatografi (GC). Langkah pertanla di dalam analisis ini adalah dipipet 1 ml cairan contoh (rumen) dan dimasukkan

(27)

dan absorbsi zat terhadap dua fase diam (kolom) dan fase bergerak (gas). Adanya perbedaan partisi atau absorbsi pada kedua fase tersebut memunculkan puncak pada layar monitor. Dengan membaca kromotogram standar acuan VFA yang korlsentrasinya sudah diketahui maka VFA sampel tersebut dapat diukur, dan VFA total didapat dari penjumlahan total dari VFA parsial.

Perhitungan:

Area VFA Coiltoh X kandungan VFA Standar X 1000 VFA (mM) =

Area VFA Standar VFA X BM

Keterangan:

VFA = volatyle fatty acid (Asam asetat, Propionat, Butirat dan Valerat)

BM = Berat melekul VFA parsial

b. Analisis NH3 rumen

Analisa NH3 dilakukan dengan menggunakan teknik Microdifusi conway,

(General Laboratory Procedures, 1996) Cawan conway yang akan digunakan terlebih

dahulu diolesi dengan vaselin pada kedua bibimya Sebanyak 1 ml supematan cairan rumen ditempatkan disalah satu ruang sekat cawan dan larutan Na2C03 jenuh di letakkan pada ruang sekat yang lain. satu ml asam borat berindikator ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah Cawan conway. Selanjutnya Cawan Conway ditutup rapat agar udara tidak dapat masuk. Supematan dan larutan Na2C03 jenuh dicampur hingga merata dengan cara menggoyang-goyangkan cawan dan dimiringkan. Setelah itu cawan dibiarkan 24 jam pada suhu kamar hingga asam borat benvama biru, dan setelah

24 jam cawan dibuka. Pada bagian asam borat selanjutnya dititrasi dengan 0,02 N HCI sampai terjadi warna borat (merah jambu). Konsentrasi NH3 (mM) dihitung dengan menggunakan rumus:

(V HC1 Contoh - V HC1 Blanko) X N HU X 1000

NH 3( mM) =

V Contoh rumen ( ml) Keterangan :

V - Voluine Contoh rulnen (ml)

(28)

Prosedur Pemotongan dan Pengukuran Parameter

Sebelurn pemotongan temak dipuasakan sebelumnya selama 16 jam dengan maksud untuk mengosongkan isi saluran pencemaan. Pemotongan dilakukan didaerah leher sekitar sendi Atlas tepatnya pada Vena yugularis setelah itu dilakukan pengikatan ujung esophagus dan ujung usus besar sebelum memisahkan saluran pencernaan agar isi saluran pencernaan tidak keluar dan tidak berpengaruh pada bobot kotor saluran pencemaan. Kemudian dipisahkan bagian-bagian tubuh temak dipisahkan atas karkas dan non karkas ( kepala, kulit, ujung kaki dan saluran pencemaan).

Saluran pencernaan dipisahkan, dilanjutkan pengikatan organ-organ saluran pencernaan yaitu antara esophagus dengan men-retikulum, rumen-retikulurn dengan

omasum, omasum dengan abomasum, abomasum dengan usus halus, dan usus halus dengan usus besar ha1 ini dilakukan untuk mencegah tercampurnya digesta diantara saluran pencemaan. Setelah dilakukan pemisahan organ-organ tubuh ternak dilakukan penimbangan masing-masing organ yang telah dipisahkan maka didapatkan bobot tubuh

kosong setelah dikurangi isi saluran pencernaan dan darah. Saluran pencemaan dipisahkan bagian-bagian kemudian ditimbang berat kotor dan berat bersihnya ditimbang setelah dikeluarkan isi dan lemaknya dipisahkan. Kemudian dilanjutkan

pengukuran volume dengan cara mengisikan air pada setiap bagian-bagian lambung rumen-retikulum, omasum dan abomasum setelah isi digesta dari bagian-bagian

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Zat Makanan

Rataan konsumsi bahan kering masing-masing rumput dan ransum komplit pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrient (TDN) dan Serat Kasar (SK) untuk Rasio Rumput Brachiaria Hzimidicola (RBH) dan Ransum Komplit (RK) Selama Satu Bulan

-

Peubah P 1 P2

80% RBH, 20% RK 80% RK, 20% RBH

. .

. .

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

Jumlah (gleh).

. . .

. .

. . .

. . .

. . .

.

. . .

Konsumsi RBH 576,57*10,93 280,39*22,63

Konsumsi RK 156,74*99,10 460,17*43,66 Konsumsi BK Total 733,3 1*92,67 740,55*21,03 Total konsumsi PK 74,80rt6,74 90,18*7,32

Total konsumsi SK 294,40*34,38 215,24*12,20

Total Konsumsi TDN 360,13*36,44 362,94+26,33

Rataan konsumsi bahan kering harian pada penelitian rata-rata untuk perlakuan P1 adalah 733,31 g dan untuk perlakuan P2 rata-rata yaitu 740,s g, dari kedua perlakuan konsumsi bahan kering sudah memenuhi 5 % dari bobot badan, dan hasil tersebut konsumsi BK sesuai dengan rekomendasi dari NRC (1985). yaitu menurut

NRC, (1985) domba dengan bobot hidup 10-20 kg haruslah mengkonsumsi BK sebesar 500-1000 gr atau 5% dari bobot badan.

Rataan konsumsi rumput dan ransum komplit dalam bahan kering untuk PI adalah 576,57 dan 156,74 gr atau 78,70% dan 21,30%, ha1 ini menunjukkan konsumsi telah sesuai dengan perlakuan, sedangkan untuk perlakuan P2 rataan konsumsi rumput dan ransum komplit dalam bahan kering adalah 280,39 dan 460,17 gr atau 37,28% rumput dan 62,72% ransum komplit, ha1 ini menunjukkan konsumsi dengan rasio pemberian yang berbeda belum sesuai yang diharapkan untuk perlakuan P2.

[image:29.530.27.466.83.780.2]
(30)

gram, dari hasil tersebut di atas konsumsi protein kasar dan TDN antara 2 perlakuan nilainya lebih rendah dari yang direkomendasikan oleh NRC, (1985) yaitu menurut domba dengan bobot hidup 10-20 kg haruslah mengkonsumsi protein kasar sekitar 127- 167 glekorlhari dan TDN sekitar 400-800 glekorthari. Protein kasar dan TDN untuk domba penelitian masih dibawah standar kebutuhan yang direkomendasikan NRC, dikarenakan kebutuhan PK dan TDN yang sesuai NRC adalah untuk domba di daerah subtropis, sedangkan untuk domba untuk penelitian ini adalah domba lokal yang cocok didaerah tropis yang kebutuhan PK dan TDN berbeda dengan domba-domba di daerah subtropis.

Konsumsi serat kasar untuk perlakuan PI yaitu rata-rata 294,40 gram sedangkan

untuk perlakuan P2 yaitu rata-rata 21524 gram, dari masing-masing perlakuan konsumsi SK kasar hampir tidak berbeda jauh, ha1 ini karena kandungan SK dari masing-masing ransum cukup tinggi, kandungan SK ransum komplit sebesar 21,20 % sedangkan untuk rumput sebesar 41,39 %,

pH rumen yang netral merupakan gambaran kondisi di dalam rumen untuk aktivitas jasad renik yang masih hidup, Pengaruh perlakuan terhadap rataan pH dan

produksi NH 3 rumen disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pengaruh Perlakuan Terhadap pH

Perlakuan pH rumen

P 1 6,40+0,30

P2 6.35k0.35

Rata-rata

6,35+0,26

Keterangan: PI = 80% Rumput Brachiaria humidicola (RBH), 20% Ransum Kornplit (RK) P2 = 20% RBH, 80% RK

Hasil di atas pH rumen masih dalam keadaan netral untuk mikroba rumen, maka dalaln ha1 ini masih dalam kisaran pH yang dikatakan oleh Mc Donald et al. (1995) bahwa pH normal dalam rumen adalah 5,5-6,5 dan suhu normal adalah 38-42'C. Menurut Hungate (1966) bakteri dapat hidup optimum pada pH 5,s-7,O dalam kondisi tanpa oksigen, suhu antara 39-40°C dan adanya produk fermentasi pada konsentrasi

(31)

Kadar Amonia (NH 3)

Amonia dalam cairan rumen merupakan hasil dari proses degradasi protein dan nitrogen bukan protein (NPN) yang masuk dalam rumen. Amonia erat kaitannya dengan sintesis protein mikroba rumen, karena mikroba rumen memanfaatkan amonia sebagai sumber nitrogen (N) utama untuk sintesis protein mikroba rumen. Dengan demikian kadar NH3 merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

[image:31.533.32.467.0.803.2]

fermentabilitas pakan yang berhubungan dengan kecemaan protein pakan, aktivitas, dan populasi mikroba rumen. Produksi NH3 pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap NH3 Rumen (mM)

NH3

20% RK, 80% RBH 80% RK, 20% RBH --

1 16,il 12,83

Hasil di atas berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu seperti yang dinyatakan Sutardi (1977) konsentrasi NH3 yang marnpu dan baik untuk

pertumbuhan mikroba rumen berkisar antara 4-12

mM.

Konsentrasi NH3 untuk ransum perlakuan rata-rata 7,64 mM dan untuk perlakuan P2 rata-rata 6,55 mM, Abdelsamie el

al. (1990) menyatakan bahwa produksi NH, untuk domba adalah 117 mgll atau setara 8,35 mM. 0rskov (1982) menyatakan bahwa produksi NH3 dalam rumen dipengaruhi

oleh lamanya makanan berada dalam rumen, kelarutan protein ransum, pH rumen dan jumlah protein ransum.

Produksi Volntile Fntty Acid (VFA)

Produksi asam lemak terbang (VFA) merupakan perombakan karbohidrat dalam

rumen. Rataan pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA total dan VFA parsial

(32)
[image:32.533.31.473.36.790.2]

Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi VFA Parsial (mM) Perlakuan

Peubah Satuan

P 1 P2

20% RK, 80% RBH 80% RK, 20% RBH mM 77,85*8,84 63,08*13,30 Asarn Asetat (C2)

% 71,10*1,29 67,94*0,3 8 mM 20,7%1,20 17,36* 4,89 Asam Propionat (C3)

Yo 18,8%0,65 18,55*1,43 mM 1,41*0,37 0,79* 0,11 Asam Iso Butirat (iC4)

% 1,29*0,37 0,86*0,07

VFA total mM 110,05*9,10 92,805 19,60

% 100 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi VFA total yang dihasilkan untuk perlakuan P l rata-rata 110,05 mM, perlakuan P2 rata-rata 92,8 mM, dari hasil di atas menunjukkan bahwa konsentrasi VFA yang dihasilkan oleh semua ransum sudah mencukupi konsentrasi VFA normal seperti yang dinyatakan oleh Mc Donald et

01. (1995) bahwa produksi VFA total diantaranya dapat dipengaruhi oleh jenis dan

bentuk makanan yang diberikan serta populasi dan aktivitas mikroba pencerna karbohidrat, produksi VFA yang normal rata-rata adalah 70-150 mM. kemudian Verma

et ai., (1977) dainm Arora, (1989) menyatakan bahwa kecepatan produksi asam lemak terbang (VFA) dan sel bakteri berhubungan dengall konsumsi TDN.

(33)

20,79 mM propionat dan perlakuan P2 80 % ransum komplit konsentrasi asam asetat dan konsentrasi propionat rata-rata 63,08 mM dan 17,36 mM, dan persentase konsentrasi VFA parsial terhadap VFA total masing-masing pada perlakuan lumput yang dominan secara berturut-turut untuk Asetat, Prop, asam iso Butirat, asam n- Butirat, asam Iso Valerat, dan asam n-Valerat yaitu 71,10%; 18,89%; 1,29%; 7,78%, 0,99% dan 0,51%, Sutardi, (1977) menyatakan bahwa Ransum yang sebagian besar mengandung hijauan akan menghasilkan kira-kira : 65% Asetat (C2), 20% Propionat (C,), 10% Butirat (C4) dan 5% -10% Valerat (Cs). Sedangkan untuk perlakuan ransum komplit 80% yaitu secara berturut-turut presentasinya adalah Asetat, Prop, asam iso Butirat, asam n-Butirat, asam Iso Valerat, asam n-Valerat 67,94%; 18,55%; 0,86%; 11, 48%; 0.66% dan 0,46%. ha1 ini juga dijelaskan oleh Sutardi, (1977) Umumnya

perbandingan VFA berkisar antara : 65% asetat (Cz), 20% Propionat (C3), 10% Butirat

(C4) dan 5% Valerat (Cs), dan perbandingan antara asam lemak terbang yang dihasilkan tidak tetap, tergantung pada jenis makanan, pengolahan dan frekuensi

pemberian makan.

Hasil di atas memperlihatkan rasio asetat lebih tinggi dari propionat didalam perlakuan, perlakuan PI Asetat lebih tinggi dari Propionat dan perlakuan P2 asetat juga lebih tinggi dari Propionat, begitu juga halnya Produksi VFA dari masing-masing perlakuan menunjukkan, yang diharapkan seharusnya untuk perlakuan P2 dengan dominasi pakan lebih banyak Ransum komplit produksi VFA lebih tinggi propionat dari

pada pada perlakuan PI tetapi kenyataanya P2 asetat lebih tinggi sedangkan propionat terlihat hasilnya sama saja dengan perlakuan PI, ha1 ini mungkin karena pakan yang

digunakan adalah pakan sapi perah sehingga pakan tersebut untuk kualitas produksi susu maka kandungan SK ransum komplit cukup tinggi lihat Tabel 3. dan konsumsi SK masing-masing perlakuan sama-sama tinggi karena disebabkan kandungan SK masing- masing ransum juga tergolong tingggi, kemudian dinyatakan oleh Parakkasi, (1999) bahwa dengan karbohidrat yang mudah dicerna (misalnya pati) ratio asetat : propionat

menjadi kecil; maka dengan karbohidrat pembangun/struktural (misalnya selulosa,

(34)

Bobot Tubu11 Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih serta Volume Lambung

[image:34.533.32.488.102.802.2]

Nilai rataan bobot tubuh kosong dan rataan bobot masing-masing jaringan d m Volume lambung domba jantan lokal disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Tubuh Kosong (BTK) dan Bobot Jaringan Bersih (gram) serta Volume Lambung (ml)

Peubah Perlakuan

P 1 P2 P3 Rata-rata

BTK 127301939,52 15183,331569,77 12323,331661,08 13412,2211547,25

Abomasum 109*13,63 11 1,75+2,53 136,067159,24 118,94114,89 Omasum 58,28*11,68 66,67124,66 55,08&9,77 60,01*5,98

, ,

Volume 1038412111 10054*1601 8872*203 9770,15*987,74 Retikulum(RR)

Volume 708+264 592,2116,41 663,33*89,2 654,41*127,19 abomasum

Volume 1 16,1*46,3 119,3*38,2 92,2*49,0 109,2*5,58 omasum

Keterangan: PI = 80% Rumput Brachiaria huniidicola (RBI-I), 20% Ransu~n Kornplit (RK) P2 = 20% RBH, 80% RK

P3 = 20% RBH, 80% RK dan 80% RBH, 20%

Bobot Tubuh Kosong (BTK)

Nilai rata-rata bobot tubuh kosong untuk masing-masing perlakuan PI, P2 dan P3, secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian makan dengan rasio yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan domba dan bobot tubuh kosong antar tiga perlakuan relatif sama.

Bobot Jaringan Bersih dan Volume Rumen-Retikulum

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian rumput BH yang dominan inaupun RK yang dominan keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot rumen retikulum.

Rataan volume rumen-retikulum domba disajikan dalam Tabel 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, volume rumen-retikulum antara perlakuan tidak berbeda nyata. Tidak berbeda nyata karena dalam penelitian ini konsumsi pakan dalam bahan

kering secara statistik tidak berbeda nyata dan kemungkinan domba dalam penelitian ini

(35)

rendah yang kemungkinan juga kandungan serat kasar cukup tinggi sehingga domba terbiasa memakan makanan kasar, sehingga kapasitas rumen-retikulum tidak berbeda nyata. Menurut Moose et al, (1969) dalam Istidamah (2006) kapasitas rumen dipengaruhi oleh jumlah konsumsi, semakin banyak konsumsi pakan maka kapasitas rumen akan meningkat. Dalam penelitian ini konsumsi pakan dalam bahan kering Secara statistik tidak berbeda nyata, sehingga kapasitas men-retikulum tidak berbeda nyata. Seperti yang dijelaskan oleh Sutardi (1980) bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan m e n adalah makanan kasar yang merupakan stimulus fisik perkembangan rumen dan perangsang bagi pertumbuhan papille rumen. Sutardi (1980) menyatakan VFA merupakan perangsang bagi pertumbuhan papille rumen.

Dalam penelitian ini konsumsi SK antara perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara nyata dan produksi VFA juga tidak berbeda nyata sehingga rangsangan terhadap stimulus papilae rumen juga tidak berbeda, sehingga perkembangan volume atau kapasitas men-retikulum tidak berbeda secara nyata.

Bobot Jaringan Bersih dan Volume Omasum

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot jaringan omasum pemberian

rumput BH yang dominan maupun RK yang dominan antara perlakuan tidak memberikan perbedaan nyata pada bobot jaringan Omasum

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa volume omasum domba antara perlakuan tidak berbeda nyata, volume omasum antara perlakuan disajikan dalam Tabel 8.

Tidak berbedanya volume omasum antara perlakuan disebabkan oleh bobot jaringan yang tidak berbeda nyata. Menurut Istidamah (2006) bobot tubuh dan berat jaringan berkorelasi positif dengan volumenya.

Bobot Jaringan Bersih dan Volume Abomasum

Hasil uji sidik ragarn juga menunjukkan bahwa bobot jaringan omasum untuk

ketiga perlakuan tidak nyata secara statistik, hasil yang sama diperoleh Nunvahyullah

(1989) yang melaporkan bahwa pemberian suplementasi (garam, mineral dan pakan sumber protein) pada ransum tidak memberikan pengaruh secara nyata pada bobot

(36)

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa volume abomasum domba antara

perlakuan tidak berbeda nyata, volume abomasum antara perlakuan disajikan dalam

Tabel 8. Tidak berbedanya volume abomasum antara perlakuan disebabkan oleh lipatan-

lipatan abomasum pada tiap domba perlakuan diduga sama karena jenis kelamin domba

pada penelitian sama yaitu jantan, lipatan-lipatan abomasum merupakan tempat

penyerapan dan penampungan makanan, semakin banyak lipatan maka semakin banyak

makanan yang ditampung. menurut Bakrie (1980) bahwa jenis kelamin tidak

berpengaruh terhadap jumlah lipatan abomasum, apabila abornasum berisi makanan,

maka abomasum akan,teregang, yang menyebabkan lipatan menjadi lebih rendah dan

bahkan dapat menjadi rata sama sekali dengan permukaan fundus, serta lipatan-lipatan

menjadi seolah-olah tidak ada. Dengan demikian, semakin banyak jumlah lipatan spiral

pada abomasum, semakin besar pula daya tampung terhadap makanan.

Menurut Hungate (1966) setelah hewan mengkonsumsi makanan berserat tinggi

volume total alat pencernaan akan lebih tinggi daripada yang memperoleh makanan

makanan berserat rendah; selain itu volume lambung total juga dipengaruhi oleh bobot

badan.

Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong

Rataan persentase bobot jaringan lambung relatif terhadap bobot tubuh kosong

domba antara perlakuan disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Tubuh Kosong (BTK)

Perlakuan Peubah

P 1 P2 P3 Rata-rata

. .

. . . .

. .. . . .

.

.

.

. . .

. . .

. . .

..%

...

Abonlasum 0,86*0,12 0,74*0,04 1,09*0,45 0,89&0,18

Keterangan: PI = 80% Rumput Brachiaria htrmidicola (RBH), 20% Ransum Komplit (RK) P2 = 20% RBH, 80% RK

(37)

Bobot Jaringan Rumen-Retikulum terhadap BTK

Rataan persentase bobot jaringan mmen-retikulum terhadap bobot tubuh kosong domba untuk semua perlakuan disajikan dalam Tabel 9.

Nilai persentase bobot jaringan retikulu-men terhadap BTK antara perlakuan PI, P2 dan P3 pada domba umur kurang dari satu tahun masing-masing 4,51; 3,72 dan 4,24. Menurut Nurwahyullah (1989) nilai persentase bobot jaringan rumen-retikulum deugan pemberian nunput lapang nilai persentasennya sebesa 3,54 dan pakan dengan suplementasi (garam, mineral dan pakan sumber protein) pada pakan nilai persentasenya terhadap BTK sebesar 3,25; 3,23 dan 3,41. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian

ini dengan hasil yang diperoleh Nurwahyullah memiliki umur yang memiliki persamaan yaitu kurang dari satu tahun dan spesies dombanya sama yaitu sama-sama jenis domba lokal sehingga tidak adanya perbedaan secara nyata secara statistik.

Bobot Jaringan Omasum terhadap BTK

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rataan nilai persentase bobot jaringan omasum terhadap bobot tubuh kosong domba antara perlakuan tidak berbeda nyata, rataan bobot omasum terhadap bobot tubuh kosong dolnba antara perlakuan disajikan

dalarn Tabel 9. Nilai persentase rata-rata bobot omasum terhadap BTK antara masing- masing perlakuan PI, P2 dan P3 sebesar 0,46; 0,44 dan 0,45. sedangkan menurut Nurwahyullah (1989) nilai persentase bobot jaringan omasurn dengan pemberian rumput lapang nilai persentasenya sebesar 0,44; dan pakan dengan suplementasi (garam, mineral dan pakan sunlber protein) pada pakan nilai persentasenya terhadap BTK sebesar 0,41; 0,42 dan 0,45.

Bobot Jaringan Abomasum terhadap BTK

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rataan bobot jaringan abomasum terhadap bobot tubult kosong domba antara perlakuan tidak berbeda nyata, rataan bobot abomasunl terhadap bobot tubuh kosong domba antara perlakuan disajikan dalam Tabel 9. Persentase rata-rata bobot abomasum terhadap BTK masing-masing perlakuan PI, P2 dan P3 sebesar 0,86%; 0,74% dan 1,09%. nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan

hasil yang diperoleh Nurwahyullah (1989) nilai persentase bobot jaringan rumen

(38)

pakan dengan suplementasi (garam, mineral dan pakan sumber protein) nilai persentasenya terhadap BTK sebesar 0,45%; 0,42% dan 0,58% dan Menurut Naim (1986) nilai persentase bobot jaringan terhadap bobot tubuh kosong untuk domba adalah 0,7%

Persentase bobot jaringan masing-masing lambung terhadap bobot tubuh kosong relatif sama, hasil yang sama diperoleh oleh Nurwahyullah (1989) yang melaporkan bahwa domba pada umur satu tahun yang diberi suplementasi (garam, mineral dan pakan sumber protein dalam ha1 ini adalah ampas tahu) pada ransum tidak memberikan pengaruh secara nyata pada nilai persentase bobot jaringan rumen-retikulum, persentase bobot jaringan omasum maupun pada persentase bobot jaringan abomasum terhadap BTK, jika dibandingkan pemberian rumput lapang tanpa suplemen

Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Total Lambung

Rataan bobot bagian-bagian lambung terhadap bobot total lambung dornba

antara perlakuan disajikan dalam Tabel 10

Tabel 10. Bobot Jaringan Lambung Relatif terhadap Bobot Total Lambung Perlakuan

Peubah

P 1 P2 P3 Rata-rata

Rumen-Retikulum 77,39+2,39 76,01+0,73 73,54+4,02 75,65*1,95 Omasum 7,79*0,65 8,78*2,3 1 7.81*1,67 8,13+0,57

Abomasum 14,81+2,36 15.21-+1,79 18,66+5,69 16,23*2,11

.-

Keterangan: PI = 80% Rumput Brachinria hzo~iidicola (RBH), 20% Ransum Komplit (RK) P2 = 20% RBH, 80% RK

P3 = 20% RBH, 80% RK dan 80% RBH, 20% RK

Bobot Jaringan Rumen-Retikulum terhadap Total Lambung

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rataan bobot jaringan rumen-retikulum terhadap bobot total lambung domba antara perlakuan tidak berbeda nyata, rataan bobot Rumen Retikulum terhadap bobot total lambung domba antara perlakuan disajikan

dalam Tabel 10

(39)

illengatakan bahwa bobot jaringan rumen-retikulum terhadap bobot lambung total anak

domba dewasa sebesar 69 %.

Bobot Jaringan Omasum terhadap Total Lambung

Bobot jaringan omasum terhadap bobot total lambung disajikan pada Tabel 10.

Secara statistik antara tiga perlakuan pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan

nyata. Persentase bobot jaringan omasum terhadap total lambung rata-rata 8,33%.

Phillipson (1977) melaporkan bahwa bobot jaringan omasum domba dewasa tehadap

total lambung sebesar 8 %.

Bobot Jaringan Abomasum terhadap Total Lambung

Bobot jaringan abomasum yaitu sebesar rata-rata 16,23 %, tetapi secara statistik

tidak berbeda nyata. Tidak berbedannya antara perlakuan pada bobot jaringan lambung

terhadap total lambung memperlihatkan kapasitas relatif sama Menurut Phillipson

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rasio pemberian pakan yang berbeda Ransum komplit : Rumput (20% : 80%)

dan Rurnput : Ransum komplit (20% : 80%) tidak memberikan perbedaan terhadap

produksi Volatil Fatty Acid (VFA) total maupun parsial dan juga terhadap produksi

NH3 VFA dan NH3 yang dihasilkan tetap dalam kisaran normal yang dibutuhkan oleli mikroba iwnen untuk ternak domba. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jaringan

rumen-retikulum, omasum dan abomasum serta volume rumen-retikulum, omasum dan

abomasum secara statistik tidak memberikan pengaruh secara nyata.

Saran

Ransum yang diberikan yaitu rumput dan ransum koinplit sebaiknya tidak terpisal~ tetapi disatukan, sehingga rasio pemberian pakan dengan rasio 80% : 20%

(41)

UCAPAN TERIMAKASIH

Seagala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya saya berlindung diri saya dan kejelekan amal saya, saya ucapkan rasa syukur atas kelimpahan rahmat serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dimudahkan untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua dengan kasih sayangnya tanpa bisa terbalas jasanya telah banyak membantu baik memotivasi, materi hingga terselesaikan skripsi ini. Juga kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si yang telah membantu dalam membimbing maupun mendanai penelitian ini serta kepada Ir. Lilis Khotijah,

M.Si. yang telah membimbing hingga skripsi ini terselesaikan. Selain itu ucapan terima kasih kepada ibu Dwi Margi Suci sebagai pembimbing akademik, penguji seminar serta penguji sidang yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis hingga terselesainya skripsi.

Ucapan terima kasih pula kepada Slamet, Azis, Nurmalasari dan Yunita yang menjadi team penelitian ini yang telah banyak membantu dalam penelitian ini, serta

teman-teman kos Ghuroba yang telah banyak meberi semangat dan menyediakan

fasilitas hingga terselesainya skripsi ini serta kepada pak Jaja yang juga telah membantu dalam penelitian ini, ucapan terimakasih pula kepada teman sejurusan Edo, Galih Tresnandika, Joko Sulistyo, A h a , Zen, Suhel, Arif, Zur dan Rico serta teman-teman yang lain yang masih banyak telah memotivasi dan mendukung. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 18 September 2008

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdelsamie, R.E., D. Foulkes, S. Pickering, G. J. Mc Crabb, G. Chaffey and M. Inskip. 1990. A cows manual on Practical Workshop. Activities Conducted by the IPB- Australia Project. P: 99

Annison, E. F., D. B. Lindsay and J. V. Nolan. 2002. Sheep Nutrition: Digestion and Metabolism. M. Freer and H. Dove (Ed). CAB1 Publising, Australia. P: 95-1 16.

~Arora, S.P. 1989. Pencemaan mikroba pada ruminansia. Terjemahan : R. Murwani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm 44-49.

Bakrie. B. 1980. Jurnlah lipatan abomasums beberapa ternak ruminansia Indonesia. Karya Ilmiah. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Blakely, J., and D. H. Bade, 1991. Ilmu Petemakan. Terjemahan : Srigandono, B., dan Soedarsono Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Church, D.C. 1971. Digestyve Physiology and Nutrition Of Ruminants. Vol. 2 Corvallis, Oregon. P543-561

Forbes, J. M. And J. France. 1993. Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. CAB. International. London

dFrandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan

.

Edisi ke 4. Fakultas Petemakan Universitas Diponegoro. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

General Laboratory Procedures, 1996. Department of Dairy Science. University of Wisconsin. Madinson

Hubex. J. T. and J. R. L. Kung. 1981. Protein and non-protein nitrogen utilization in dairy cattle. J. Dairy Sci. 64 :1170-1195.

'Hungate, R. E. 1966. The Rumen and its Microbes. Academic Press, New York

Istidamah, I., 2006. Studi perbandingan fisio anatomi saluran pencemaan kambing dan domba. Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kass, M.L., P.J. Van Soest, W.G Pend, B. Lewis and R.E. Mc Dowel, 1980. Utilization of dietary fiber from alfalfa by growing swine. I. Apparent digestibility of diet component in the specific segment of gastrointestinal tract. J. Anim. Sci. 50(1) :

192-197.

Kempton, T. J., J. V. Nolan and R. A. Leng, 1978. Principles for the of non protein nitrogen and bypass protein in diets of ruminants in : F A 0 World Animal Review. FAO, Rome.

Luginbuhl, M.J, 1983. Comparative of the Digestive Tract i11 Cattle, Sheep and Goats : A Riview. Departement of Animal Science. Noth Carolina State University Press, London.

(43)

Naim, M. 1986. Studi perbandingan kapasitas digesta dan alat pencernaan antara kambing dan domba pada dua tingkat umur setelah dipuasakan 17 jam. Karya Ilmiah. Fakultas Petemakan. Instritut Pertanian bogor. Bogor

National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep: Nutrient Requiements of Domestic Animal. 61h Ed. ~ a t i o n a l Acdemy press. Washington D.C.

Nurwahyullah, A. D. 1986. Sifat fisik jaringan alat pencemaan domba pada lingkuilgan nutritif yang berbeda. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Peftanian Bogor. Bogor.

grskov,

E.

R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants Academic press Limited, london. P:

40-80.

Parakkasi, 1999. Ilmu Zat makanan dan Makanan Ternak Rumianan. Penerbit Universitas Indonesia-Press. Jakarta.

Phillipson, A. T., 1977. Ruminant Digestion In : M. J. Swenson, ed. Duke's Physiology of Domestic Animal. 9th Ed. Come11 University Press. Ithaca.

Ranjhan., S.M. 1980. Animal Nutritition and Feeding practice in India. 2nd Ed. Vikas publishing House put Ltd., New Delhi. PP. 93-104.

Soewardi, B., 1974. Gizi ruminansia. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas petemakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sutardi,

T.,

1977. Ikhtisar Ruminologi. BahanKursus Petemakan Sapi Perah. Kayu Ambon. Dirjen Peternakan-FAO. Jakarta.

Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Zat makanan. Departemen Ilmu Makanan Temak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, 198 1. Sapi perah dan pemberian makananya. Departemen ilmu Mkanan Ternak. FakultasPetemakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, T., N.A. Sigit daneT. Toharmat, 1983. Standardisasi mutu protein bahan makanan ruminansia berdasarkan parameter metabolismenya oleh mikroba rumen. Proyek Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi no 890/PITIDPPM/416/79. Direktorat pembinaan dan Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Speeding, C. R. W. 1970. Sheep Production and Grazing Manajement. Bailliere Tindall and Cassell. London.

Steel, R.G.D. dan J.H. Tonie. 1993. Prinsip dan prosedur Stastika. Terjemahan: B. Sumantri. PT gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

/Tillman, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekojo, 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke -3. Penerbit Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan Univertsitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

(44)
(45)
[image:45.530.37.481.82.784.2]

Tabel 1. Sidik Ragam Konsumsi BK

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 43854,34 21927,17 8,17 18,Sl 98,SO

Error 6 16092,21 2682,04

Total 8 59946,55 7493,32

Tabel 2. Sidik Ragam Konsumsi Hijauan

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 205108,69 102554,35 38,24 18,51 98,50

Total 8 741495,49 92686,94

Tabel 3. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Komplit

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,OS F0,Ol

Perlakuan 2 231621,29 115810,65 43,18 18,51 98,50

Error 6 7823,02 1303,84

Total 8 239444,31 29930,54

Tabel 4. Sidik Ragam Persentase Konsumsi Hijauan

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 3165,56 1582,78 0,59 18,51 98,50

Error 6 84,14 14,024

Total 8 3249,70 406,21

Tabel 5. Sidik Ragam Persentase Konsumsi Ransum Komplit -.

SK db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 351,73 175,86 0,07 18,51 98,50

Error

(46)

Tabel 6. Sidik Ragam Konsumsi PK

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol Pedakuan 2 178,93 89,46 0,03 18,51 98,50

Error 6 50570,21 8428,37

Total 8 50749,14 6343,64

Tabel 7. Sidik Ragarn Konsumsi SK

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol Perlakuan 2 848,18 424,09 0,16 18,51 98,50

Error 6 498456,38 83076,06

Total 8 499304,56 62413,07

Tabel 8. Sidik Ragam Konsumsi TDN

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol Perlakuan 2 1371,27 685,63 0,26 18,51 98,50

Error 6 970858,84 161809,81

Total 8 972230,12 121528,76

Tabel 9. Sidik Ragam PBB

. . . -.

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

--

Perlakuan 2 17,88 8,94 0,003 18,51 98,50 Error

Total

Tabel 10. Sidik Ragam Bobot Jaringan Abomasum Terhadap BTK

-

Surnber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

--

Perlakuan 2 0,17 0,086 1,11 18,51 98,50

Error 6 0,46 0,08

(47)

Tabel 11. Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-retikulum Terhadap BTK

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 0,94 0,47 2,47 18,51 98,50

Error 6 1,14 0,19

Total 8 2,08 0,26

Tabel 12. Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap BTK

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 0,0003 0,00014 0,Ol 18,51 98,50

Error 6 0,08 0,013

Total 8 0,081 0,Ol

Tabel 13. Sidik Ragam Bobot Jaringan Rumen-Retikulum Terhadap Total Lambung

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

.. . .

Perlakuan 2 22,92 11,46 1,53 18,51 98,50

Error 6 44,84 7/47

Total 8 67,76 8,47

Tabel 14. Sidik Ragam Bobot Jaringan Omasum Terhadap Total Lambung

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 1,94 0,97 0,34 18,51 98,50

Emor 6 17,08 2,85

Total 8 19,02 2,38

. . . ... . .-

Tabel 15. Sidik Ragam Bobot Jaringan Abomasum Terhadap Total Lambung

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0,05 F0,Ol

Perlakuan 2 26,82 13,41 0,98 18,51 98,50

Error 6 82,34 13,72

Gambar

Gambar 1. Sistem Lambung Ruminansia
Gambar 3. Hubungan Kecernaan Karbohidrat dan Protein di dalam Rumen
Tabel 2. Ukuran Relatif Bagian Lambung dengan Berbagai Cara.
Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Ransum Berdasarkan Bahan Kering
+6

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara intensitas dan dosis pemberian pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 46-60 HSPT, diameter batang pada 46-60 HSPT, jumlah daun pada

[r]

Perusahaan kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki saham aktif periode 2010-2012. Perusahaan kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

Penelitian ini bertujuan untuk reverse engineering atau mendesain ulang dari outer body mobil city car dengan cara pengolahan data digital dengan menggunakan sofware SOLIDWORK

dan ekonomi serta daya saing kompetitif dan komparatif yang paling tinggi; (2) Keberlanjutan kemitraan petani tembakau virginia dengan perusahaan GG agar tetap

Pengaruh konsentrasi pemberian 17α -MT pada pakan larva ikan nilem terhadap persentase kelamin jantan yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak

Mutu fisik sediaan krim didapatkan hasil organoleptis krim putih setengah padat dengan bau khas bawang tunggal, merupakan krim tipe M/A yang homogen dengan