• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

GERAKAN NASIONAL REHABILITASI

HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :

Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan,

Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial,

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K.

E14101030

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

GERAKAN NASIONAL REHABILITASI

HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :

Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan,

Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial,

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

Judul : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :

Kasus di Desa Sirnagalih dan Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

Nama Mahasiswa : D.H.M. Nur Abdullah Aziz M.K.

NRP : E14101030

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. NIP. 131 412 316

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP. 131 430 799

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.” Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi peserta program dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan, mengetahui perkembangan tanaman serta mengetahui tingkat keeratan hubungan antara karakteristik peserta program dengan tingkat partisipasi.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan dan keikhlasan doa, kasih sayang dan motivasi, Bapak Dr.Ir. Nurheni Wijayanto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi, serta Dinas Kehutanan Kabupaten Garut sebagai instansi yang telah memberi ijin tempat penelitian, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan diantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Eti Jubaedah dan Bapak Saefurohman, S.Sos. serta kakakku Dikdik

Muhammad Nur Rasyid Ridla yang telah memberikan dorongan moral dan material serta kasih sayang yang akan selalu tercurah.

2. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 3. Dr.Ir. Juang Rata Matangaran, MS. selaku penguji dari Departemen Hasil

Hutan dan Ir. Agus Priyono Kartono, MSi. selaku penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Kehutanan IPB, terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk memberikan yang terbaik.

5. Endang Sumarna, SP. atas bantuan data dan diskusinya selama penelitian. 6. Pak Ipin Garnida, Pak Adin, Pak Udi, Pak Ustadz Hadma Wijaya dan Pak Ojo

atas bantuan dan keramahannya selama melakukan penelitian.

7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Garut dan Wargi Asgar Bogor atas kesempatannya mengemban amanah.

8. Leny, Isma, Toni, Sandra, Wira, Irwan, Hery, Hendra, Yunita, Susan, Vien, Eva, Dudi, Bambang, Dimas, Kania, Dyah, Ahmad, Asri, Ika, Rani, Ani, Dini, Edwin, Putri, Muji, M. Harris, Aulia, Jufri, Alfared, Hernowo, Sukri, Trias, Dita, Ely, Lukman, Nur Maliki, Dikkie, Reny, Pudy, Ana, Priyo, Gunanto, Didi, Sari, Fajar atas suka dan dukanya. Tetap jaga ukhuwah!!!!!

9. Rekan-rekan Komando Dormitory, Wisma Cibanteng Indah, Pondok Alaska atas segala kenyamanan yang diberikan.

10.Rekan-rekan Fakultas Kehutanan IPB atas segala kekeluargaannya.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus 1983. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Saefurohman,S.Sos dan Eti Jubaedah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1989 sampai tahun 1995 di SD Muhammadiyah 2 Garut. Pendidikan lanjutan tingkat pertama penulis tempuh di SMPN 1 Garut dari tahun 1995 sampai tahun 1998. Pendidikan lanjutan tingkat menengah atas diselesaikan di SMUN 1 Tarogong Garut dari tahun 1998 sampai tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Bidang minat yang dipilih pada saat perkuliahan adalah bidang Politik Ekonomi Sosial Kehutanan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi intra dan ekstra kampus. Diantaranya anggota KOPMA IPB (2002), Staf Biro Kewirausahaan Departemen Keuangan BEM Fakultas Kehutanan IPB (2002-2004), Staf Litbang Forest Management Students Club (FMSC) (2002-2003), Ketua Presidium FMSC (2003), Sekretaris Umum FMSC (2003-2004), Staf Departemen Pertanian BEM KM IPB (2004-2005), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA) IPB (2004-2005).

Penulis pernah aktif sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Hutan (2003-2004). Tahun 2003 penulis melaksanakan magang di KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Tahun 2004 Praktek Pengenalan Hutan (PUK) di jalur Kamojang – Sancang (BKSDA II Jawa Barat) dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.. Tahun 2005 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan (PKL) di IUPHHK Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat.

(8)

DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, dibimbing oleh Dr. Ir. Nurheni Wijayanto,MS.

RINGKASAN

Kegiatan GN-RHL tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GN-RHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani peserta GN-RHL, mengetahui perkembangan tanaman GN-RHL, dan menganalisis hubungan karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam GN-RHL.

(9)

Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon.

(10)

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) ... 4

Partisipasi Masyarakat ... 5

Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL ... 9

Penilaian Kesehatan Pohon ... 10

METODE ... 14

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

Sasaran dan Alat ... 14

Jenis Data yang Diambil ... 14

Teknik Pengumpulan Data ... 15

Teknik Pengambilan Contoh ... 15

Pengolahan Data ... 16

Analisis Data ... 19

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23

Letak dan Luas Desa Penelitian ... 23

Kondisi Fisik Desa Penelitian ... 23

Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian ... 25

(11)

ii

Keadaan Sosial Ekonomi ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Karakteristik Responden ... 29

Partisipasi Masyarakat dalam Program GN-RHL ... 35

Perkembangan Tanaman GN-RHL ... 40

Tingkat Keeratan Hubungan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan... ... 50

Saran... ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap

Perencanaan GN-RHL ... 16

2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan GN-RHL ... 17

3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHLTahap Pelaksanaan GN-RHL ... 18

4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL ... 18

5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan ... 21

6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan ... 21

7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan ... 21

8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan ... 22

9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon ... 22

10.Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian ... 23

11.Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian... 25

12.Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian... 26

13.Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian ... 26

14.Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian ... 27

15.Tingkat Pendidikan Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian ... 27

16.Mata Pencaharian Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian ... 28

17.Sebaran Umur Responden ... 29

18.Tingkat Pendidikan Responden ... 30

19.Mata Pencaharian Utama Responden... 31

20.Mata Pencaharian Sampingan Responden ... 32

21.Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 33

22.Pendapatan Responden ... 33

23.Luas Kepemilikan Lahan Responden... 34

24.Jarak Tempuh Responden ... 34

25.Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian ... 35

(13)

iv 27.Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ... 37 28.Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi

dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ... 37 29.Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian ... 39 30.Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi

dalam GN-RHL di Desa Penelitian ... 39 31.Data Jumlah Tanaman GN-RHL ... 41 32.Data Kesehatan Tanaman GN-RHL ... 44 33.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan

Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan ... 46 34.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan

Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan ... 47 35.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan

(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(16)

Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat (Departemen Kehutanan, 2003a). Namun seiring perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu, kondisi hutan dan lahan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi, mengalami fenomena degradasi sumberdaya hutan dan lahan yang terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya yang cepat dan dinamis. Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan dan telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Dari 120 juta hektar luas hutan, diperkirakan ± 56 juta hektar telah rusak, dengan laju deforestasi sebesar 1,6 juta sampai 2 juta hektar per tahun.

Sumberdaya hutan yang telah mengalami kerusakan perlu direhabilitasi. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Departemen Kehutanan, 2003b).

Kegiatan RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional sehingga kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yang penyelenggarannya dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.

Perumusan Masalah

(17)

2 termasuk ke dalam pencanangan program GN-RHL dari 52 daerah di Kabupaten Garut. Program GN-RHL di daerah ini telah dimulai sejak tahun 2003.

Kegiatan GN-RHL tersebut tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GN-RHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian, 2) Seberapa besar perkembangan tanaman GN-RHL, serta 3) Seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara karakteristik masyarakat di lokasi penelitian dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL.

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan masalah penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian.

2. Mengetahui perkembangan tanaman GN-RHL.

3. Menganalisis keeratan hubungan karakteristik masyarakat dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :

(18)

2. Bahan masukan bagi para pelaksana dan pengelola kegiatan GN-RHL untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan (Departemen Kehutanan, 2003b).

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) merupakan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perbaikan yang sifatnya terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoordinasi dengan melibatkan semua stakeholders melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan yang efektif dan efisien (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).

GN-RHL bertujuan untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). GN-RHL bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat, agar kondisi lingkungan hulu dapat kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan secara normal dan baik (Badan Koordinasi Nasional, 2005).

GN-RHL ini meliputi dua ruang lingkup yaitu: 1. Lingkup kegiatan

Ruang lingkup kegiatan GN-RHL ini meliputi dua kegiatan pokok yaitu : a. Kegiatan pencegahan perusakan lingkungan

(20)

b.Kegiatan penanaman hutan dan rehabilitasi

Kegiatan Penanaman Hutan dan Rehabilitasi adalah meliputi penyediaan bibit tanaman (pengadaan bibit, renovasi dan pembangunan sentra produksi bibit), penanaman (reboisasi, hutan rakyat, penanaman turus jalan, pemeliharaan tanaman, dll) dan pembuatan bangunan konservasi tanah (dam pengendali, dam penahan, gully plug, pembuatan teras (terasering), sumur resapan, grass barrier, dll), penyusunan rencana dan rancangan kegiatan, pengembangan kelembagaan (pendampingan, pelatihan dan penyuluhan) dan pembinaan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).

2. Lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah kegiatan GN-RHL diarahkan pada daerah-daerah aliran sungai yang kritis. Pemerintah telah mengidentifikasikan 68 DAS kritis yang perlu segera ditangani (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).

Perencanaan GN-RHL merupakan bagian integral dari sistem perencanaan RHL Nasional. Hirarki Perencanaan RHL Nasional terdiri dari Pola Umum RHL, Rencana RHL Lima Tahun, Rencana Teknis RHL (Pola dan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), Rencana Teknis Tahunan dan Rancangan Kegiatan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).

Partisipasi Masyarakat

Keberhasilan program pengembangan masyarakat baik yang dirancang oleh pemerintah maupun pihak swasta ditentukan oleh partisipasi dari berbagai stakeholders. Para ahli mendefinisikan konsep partisipasi beragam. Menurut Soelaiman (1985) dalam Susiatik (1998) partisipasi anggota masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu adanya sikap mendukung dan adanya keterlibatan masyarakat secara individu, kelompok atau ke dalam kesatuan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program atas dasar tanggung jawab sosial.

(21)

6 beraneka ragam karena besar sekali kemungkinan terjadi kesalahpahaman tentang sebab dan akibatnya, ruang lingkup dan penyebarannya. Sedangkan menurut Verhangen (1979) dalam Soebiyanto (1993) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari kegiatan interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat.

Afiff (1992) menyatakan secara umum partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek.

Ada beberapa macam atau bentuk partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut Yadov (1980) dalam Susiatik (1998) menjelaskan ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu : (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam proses pembangunan bisa saja secara parsial, dan dapat pula secara prosesional pembangunan yang meliputi tahap-tahap ; (1) perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan, (2) pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) pemanfaatan hasil-hasil pembangunan, dan (4) penilaian hasil-hasil pembangunan.

Menurut Pamudji (1997) dalam Asnawati (2004) menyatakan bentuk-bentuk partisipasi, terdiri dari :

(1) Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk

(22)

(3) Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan dan evaluasi, yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk : penyusunan pedoman pengendalian (melalui survey partisipatif), pengumpulan data (melalui survey partisipatif), dan penilaiaannya (melalui penilaian aspiratif) (4) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan masyarakat

dalam bentuk pemanfaatan.

Sastropoetro (1986) dalam Santosa (1999) membagi faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang menjadi tiga hal yaitu :

1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial

2. Kegiatan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah

3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.

Menurut Hollsteiner (1981) dalam Utomo (1984), setidaknya ada tiga faktor yang mempersulit dalam mewujudkan partisipasi masyarakat, yaitu :

1. Ahli dari golongan elite menganggap diri mereka paling tahu dan merasa harus mempengaruhi masyarakat

2. Rakyat atau golongan bawah belum terbiasa dengan pola hidup modern, sehingga partisipasi mereka rendah tingkatannya, bahkan lebih menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam kegiatan ritus kolektif yang tradisionil

3. Adanya kontradiksi antara usaha mengembangkan partisipasi dengan usaha mencapai target secepat-cepatnya.

(23)

8 Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam pembangunan bukan hanya berarti mengerahkan tenaga kerja secara sukarela dalam proses pembangunan, akan tetapi merupakan input dan sekaligus sebagai output pembangunan. Berpartisipasi dalam pembangunan berarti mengambil bagian atau berperanserta dalam pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan, dengan memberikan masukan berupa pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan atau materi serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Soetrisno (1995) yang menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan bukanlah mobilisasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan. Untuk mengembangkan dan melembagakan partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu perubahan persepsi dari pemerintah terhadap pembangunan. Pembangunan harus merupakan suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa, bukan ideologi baru yang harus diamankan. Untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritikan dan lain-lain, karena kritik tersebut merupakan salah satu bentuk dari partisipasi.

Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah :

1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan 2. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut 3. Adanya kemauan untuk berpartisipasi.

(24)

berpatisipasi, karena perilaku partisipasi merupakan hasil interaksi faktor-faktor keamanan, kemampuan dan kesempatan.

Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL

Penilaian kinerja adalah proses untuk mengukur kinerja setiap tahap kegiatan GN-RHL secara periodik, dengan tujuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Departemen Kehutanan, 2004). Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program Perhutanan Sosial perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang diharapkan, yaitu keberhasil-hasilan tanaman hutan yang baik (Perhutani, 1988).

Tujuan dari penilaian keberhasilan tanaman kehutanan menurut Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1979) dalam Mansuri (1988) adalah untuk memperoleh gambaran dan kesimpulan tentang hasil akhir dari kegiatan Perhutanan Sosial. Gambaran dan kesimpulan tersebut dipakai sebagai dasar untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut, baik dalam rangka pemeliharaan maupun dalam rangka pengulangan kegiatan.

Mansuri (1988) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan suatu tanaman dari kegiatan Perhutanan Sosial yang paling mudah adalah dilihat dari persen jadi tanaman tersebut (tanaman yang hidup). Ukuran tersebut dapat memberikan gambaran tentang persiapan tanaman, di samping itu persen jadi tanaman juga dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan cara mengerjakannya.

Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian (1979) dalam Mansuri (1988) menyatakan bahwa pemeliharaan dilakukan pada areal tanaman yang berhasil sesuai dengan umur tanaman yaitu sebagai hasil tanaman tahun pertama persentase tumbuh tanaman di lokasi rata-rata di atas 35 % dinyatakan berhasil sedangkan persentase tumbuh di bawah 35% dinyatakan gagal. Pemeliharaan tanaman yang berumur satu tahun meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran dan penyulaman, sedangkan pemeliharaan pada tanman yang berumur dua tahun adalah penyiangan dan pendangiran saja.

(25)

10 dilaksanakan apabila pertumbuhan tanaman di atas 55%. Bila persentase tumbuh tanaman di bawah 55% dinyatakan gagal (Dinas Kehutanan Garut, 2005).

Tanaman dinyatakan sehat apabila pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Tanaman tidak sehat apabila pertumbuhan tidak baik, batang tidak lurus, daun pucat kekuning-kuningan dan terserang hama dan penyakit (Departemen Kehutanan, 2004).

Penilaian Kesehatan Pohon

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon

Menurut Mangold (1997) timbulnya gejala penyakit tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh tiga unsur, yaitu :

a). Unsur Tanaman

Tanaman yang fisiknya lemah, kebanyakan akibat kekurangan gizi karena kekurangan rabuk (tanahnya kurus), kemasaman tanah tidak sesuai dengan sifat tanaman, kebanyakan air yang menggenang, juga karena kekurangan salah satu zat hara, sebagai akibat dari perabukan yang tidak seimbang (misalnya kebanyakan urea).

b). Unsur-unsur Penyebab

Jasad-jasad renik kebanyakan menjadi penyebab penyakit. Penyakit disebabkan oleh jenis bakteri, cendawan, virus dan nematoda. Namun tidak semua jasad renik jahat terhadap manusia. Bakteri dan cendawan dapat dibagi dalam dua golongan utama ialah yang dapat menimbulkan penyakit dan yang bermanfaat bagi manusia.

c). Unsur-unsur Lingkungan (1). Iklim/cuaca

(26)

dimanfaatkan oleh bakteri/cendawan untuk dengan mudahnya masuk ke dalam jaringan-jaringan.

(2). Suhu dan kelembaban udara

Bakteri dan cendawan untuk dapat berkembangbiak yang optimal memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu.

(3). Unsur Angin

Angin merupakan pembantu yang baik bagi penyebaran spora bakteri dan cendawan. Bukan tidak mungkin, karena angin dapat membawa debu, dapat pula menyebarkan penyakit virus.

(4). Air di dalam tanah

Tidak ada air dalam tanah berarti semua yang hidup yang berpijak pada tanah akan berhenti pertumbuhannya. Sebaliknya kebanyakam air pun dapat merupakan hambatan. Untuk jenis cendawan tertentu kebanyakan air adalam tanah justru baik, sehingga cendawan akan lebih ganas menyerangnya.

(5). Unsur tanah

Tanah ada yang berat, sedang dan sangat gembur. Ketiga-tiganya tidak merupakan tempat berpijak yang sama baiknya untuk jasad-jasad renik. Tanah yang sedang beratnya hingga yang cukup gembur mempunyai sifat cukup baik menahan air dan cukup banyak mengandung hawa yang segar. Faktor kemasaman tanah dapat mengekang perkembangbiakan jasad renik. Bakteri lebih menyukai kemasaman penghuni tanah yang agak masam dan nematoda menyenangi tanah yang agak masam.

Definisi tipe-tipe kerusakan pada pohon

Menurut Nuhamara (2002) kerusakan-kerusakan yang terdapat pada pohon dengan menggunakan metode Forest Health Monitoring (FHM) adalah sebagai berikut :

(27)

12 menimbulkan jaringan mati di atas menjadi semakin dalam dan luas, atau membentuk gol yang disebabkan oleh fungi karat pada akar, batang, cabang. b) Konk, tubuh buah atau badan buah, tubuh buah pada batang utama, batang

tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk layu. Punky Wood atau kayu gembol timbul bila ada lubang (bukaan) yang besarnya lebih lebar dari satu pensil yang terjadi di batang utama. Kayu gembol merupakan petunjuk adanya jaringan kayu yang menjadi lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Cabang busuk atau cabang dengan konk bukanlah indikator lapuk, kecuali nilai ambang yang disyaratkan dipenuhi (> 20% dari cabang terkena, dalam hal ini busuk/berkonk). Tunggak yang lapuk yang terkait dengan regenerasi ,melalui trubus.

c) Luka terbuka, suatu luka atau serangkaian luka dimana kulit telah mengelupas atau kayu bagian dalam tanah telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang, tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan.

d) Resinosis dan Gumosis, daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.

e) Batang atau akar patah kurang dari 0,91 m dari batang-batang, akar-akar putus di dalam jarak/pada 0,91 m dari batang baik disebabkan oleh galian atau luka terpotong, atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

f) Brum pada akar atau batang, gerombolan/kerumunan daun di tempat yang sama pada batang atau akar. Contohnya tumbuhan berdaun jarum di bagian tenggara Amerika yang terinfeksi oleh benalu kerdil.

g) Akar terluka atau mati, akar-akar dari batang yang terluka atau mati.

h) Mati ujung, kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh suatu serangga atau penyakit.

(28)

j) Kerusakan kuncup daun atau tunas, termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang <50%,pada sekukurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

k) Perubahan warna daun, sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah bahwa warna itu hijau dan bukan berwarna lain.

(29)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan yaitu dari bulan November 2005 sampai dengan Januari 2006. Pemilihan lokasi contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan kriteria lokasi kegiatan GN-RHL tahun tanam 2003.

Sasaran dan Alat

Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Desa Sirnagalih dan Pamalayan, serta Desa Margaluyu dan Ciburial yang menjadi peserta program GN-RHL. Adapun alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat pengumpulan data, kamera dan recorder sebagai alat dokumentasi, kalkulator dan alat tulis.

Jenis Data Yang Diambil

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Diperoleh melalui wawancara langsung dengan para responden yaitu : peserta GN-RHL, Kepala Desa dan Masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya program GN-RHL, dan dengan cara mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan seperti pertemuan-pertemuan dan diskusi. Data-data tersebut meliputi :

a) Data umum (karakteristik) rumah tangga : nama, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian utama dan sampingan, pendapatan, luas lahan garapan, dan jarak tempuh.

(30)

masyarakat yang tinggi dapat dilihat dari keaktifan mengikuti pertemuan, keseriusan di dalam menjalankan program yang telah ditetapkan.

2. Data sekunder

Diperoleh dari kantor desa, kecamatan dan instansi terkait. Data-data tersebut meliputi :

a) Keadaan umum lokasi penelitian meliputi letak, keadaan sosial ekonomi masyarakat dan keadaan fisik lingkungan.

b) Keadaan tanah, topografi, ketinggian lahan dan curah hujan. c) Pihak / Instansi yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara : 1.Teknik Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, baik responden maupun keadaan lapangan.

2.Teknik Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung terhadap responden.

3.Teknik Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang berdasarkan pada buku-buku literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.Teknik Pencatatan, yaitu pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder yang tersedia.

5.Teknik Survei, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan quesioner.

Teknik Pengambilan Contoh

(31)

16

Pengolahan Data

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan cara sebagai berikut :

1. Karakteristik petani peserta GN-RHL

Data karakteristik petani peserta GN-RHL yang dihimpun untuk pengolahan data meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga (JTK), pekerjaan utama dan sampingan, luas pengusahaan hutan dan jarak tempat tinggal dengan hutan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan sistem tabulasi dengan menghitung persentase dari tingkat partisipasi masyarakat, yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkatan atau kriteria yang telah ditetapkan.

2.Partisipasi masyarakat

(a) Partisipasi tahap perencanaan GN-RHL

Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL dalam kegiatan perencanaan GN-RHL, yang dilihat dari aspek keterlibatan mereka di dalam : (1) Kontrak kerja dengan pihak Dinas Kehutanan; (2) Pemasangan patok batas pada lahan milik; (3) Penentuan jenis tanaman lain; (4) Pembentukan Kelompok Tani (KT).

Kriteria pemberian Skor berdasarkan jumlah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL pada tahap perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan

No (1)

Intensitas keikutsertaan (2)

Skor (3) 1

2 3 4 5

Terlibat 4 Kegiatan Terlibat 3 Kegiatan Terlibat 2 Kegiatan Terlibat 1 Kegiatan

Tidak terlibat

(32)

Indeks skor yang dapat diraih responden dalam tahap perencanaan bernilai nol sampai empat, tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dapat dikategorikan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan

No (1)

Tingkat Partisipasi (2)

Skor (3) 1

2 3 4 5

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

3,01-4,00 2,01-3,00 1,01-2,00 0,01-1,00

0,00 Sumber : Udin (2005)

(b) Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL

Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL dapat dilihat dari intensitas keikutsertaan petani dalam kegiatan : (1) Penyuluhan pertama; (2) Penyuluhan kedua ; (3) Penyuluhan ketiga; (4) Penyuluhan keempat; (5) Pertemuan KT pertama; (6) Pertemuan KT kedua; (7) Pertemuan KT ketiga; (8) Pertemuan KT keempat; (9) Pertemuan KT kelima; (10) Pertemuan KT keenam; (11) Pembuatan gubug kerja; (12) Penggebrusan tanah ; (13) Pembuatan jalan pemeriksaan; (14) Pembuatan teras guludan; (15) Pembuatan dan pemasangan ajir; (16) pembuatan plang tanaman; (17) menanam tanaman yang diprogramkan; (18) Menanam sesuai jarak tanam; (19) Menyulami tanaman yang mati; (20) Mewiwil tanaman; (21) Memupuk tanaman; (22) Menyemprot hama; (23) Tidak menanam tanaman yang dilarang; (24) Mendangir dan menyiangi tanaman; (25) Menanam jenis tanaman lain; (26) Merawat jenis tanaman; (27) Merawat jenis tanaman lain; (28) Mencegah kebakaran hutan; (29) Mencegah perencekan tanaman; (30) Mencegah penggembalaan liar; (31) Mencegah terjadinya erosi.

(33)

18 Tabel 3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap

Pelaksanaan

(c) Partisipasi dalam GN-RHL

Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui keikutsertaan mereka baik pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan GN-RHL. Oleh sebab itu indeks skor partisipasi dalam GN-RHL merupakan akumulasi indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Besar skor tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL yaitu berkisar antara 0-35. Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL

No

3. Keberhasilan tanaman program GN-RHL

Penilaian tingkat keberhasilan fisik tanaman GN-RHL dilakukan pada persentase tumbuh/jadi tanaman dan kesehatan tanaman.

a). Persentase tumbuh/jadi tanaman

(34)

b). Kesehatan Tanaman

Tanaman GN-RHL yang diteliti terutama yang mengalami kerusakan, kemudian dicatat kondisi fisiknya ke dalam tabel pengamatan. Pohon yang sehat dan yang mati tidak dihitung karena tidak termasuk kriteria pohon mengalami kerusakan. Sedangkan untuk membedakan antara pohon yang sehat dan sakit adalah dengan cara melihat adanya tipe kerusakan yang terdapat pada pohon. Persentase tanaman sehat dapat dihitung dengan cara membandingkan antara tanaman yang sehat dengan tanaman yang hidup dikalikan 100 %.

Analisis Data

Analisis korelasi Rank Spearman

Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat dan hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat keberhasilan fisik tanaman diuji dengan analisis Rank Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antarvariabel yang diukur. Adapun rumus Rank Correlation Spearman (rs) yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

) 1 (

6 1

2 2 − −

=

N N

di

rs N = banyaknya sampel pengamatan

di = beda rangking variabel

(35)

20 Koefisien Rank Correlation Spearman ini berlaku bagi data dalam bentuk peringkat. Datanya mungkin telah dikumpulkan dalam bentuk peringkat, atau mungkin baru ditentukan peringkatnya kemudian (Steel dan Torrie, 1980).

Analisis fisik tanaman dengan metode FHM (Forest Health Monitoring)

Kondisi dari sebuah pohon dan kepekaan untuk menggambarkan kondisi tapak dan serangan dari serangga, penyakit atau binatang adalah indikator penting untuk tanaman agar beradaptasi pada tapaknya.

Analisis fisik tanaman yang digunakan dalam menilai kondisi fisik tanaman GN-RHL adalah dengan menilai kerusakan pohon berdasarkan kriteria metode Forest Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon. Nilai tersebut diperoleh dengan cara mengalikan nilai tipe kerusakan (Tabel 5), nilai lokasi kerusakan (Tabel 6) dan nilai keparahan kerusakan (Tabel 7).

Apabila dalam satu pohon terdapat lebih dari satu kerusakan, maka dihitung sebagai kerusakan yang baru, sehingga NIK dari pohon tersebut adalah dengan menjumlahkan NIK pada masing-masing kerusakannya (Tabel 9). Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada level pohon dirumuskan sebagai berikut : NIKn = An.Bn.Cn

Rumus total NIK pada satu pohon adalah :

=

r n

NIK 1 Keterangan :

=

r n

NIK 1

= Nilai total NIK

n

NIK = Nilai Indeks Kerusakan ke-n An = Nilai Tipe Kerusakan ke-n Bn = Nilai Lokasi Kerusakan ke-n Cn = Nilai Keparahan Kerusakan ke-n

Berdasarkan Mangold (1997), kesehatan suatu pohon dapat dilihat dari NIK-nya dengan melihat selang kesehatan pohon :

(36)

Tabel 5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan

Kanker, Gol (puru)

Konk, tubuh buah (badan buah), dan indikator lain tentang lapuk lanjut Luka terbuka/terkelupas

Resinosis, gumosis (keluar cairan/getah) Batang atau akar patah

Drum pada akar atau batang

Akar patah atau mati kurang dari 0,91 m dari batang Hilangnya ujung dominan/mati ujung

Cabang patah atau mati

Percabangan atau brum yang berlebihan Daun, kuncup atau tunas mengalami kerusakan Daun berubah warna

Lain-lain

Sumber : Mangold, 1997

Tabel 6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan

Kode Uraian

Akar dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) Akar dan batang bagian bawah

Batang bagiah tengah (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

Bagian bawah dan bagian atas batang

Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup, di atas dasar tajuk hidup)

Cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup)

Kuncup dan tunas (pertumbuhan lambat) Daun

Sumber : Mangold, 1997

Tabel 7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan

(37)

22 Tabel 8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan

Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Keparahan Kerusakan

Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai 1

Sumber : Mangold, 1997

Tabel 9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon

(38)

Letak dan Luas Desa Penelitian

Secara wilayah administratif Desa Sirnagalih dan Pamalayan berada di

Kecamatan Bayongbong. Desa Sirnagalih memiliki luas 338,907 ha serta

Pamalayan memiliki luas 519,928 ha. Sedangkan Desa Ciburial dan Margaluyu

berada di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Ciburial memiliki luas

649,788 ha serta Margaluyu memiliki luas 407,92 ha. Adapun batas wilayah

lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian

No Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)

Kondisi Fisik Desa Penelitian

Kondisi fisik di empat desa penelitian seperti terlihat pada Gambar 1. dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Desa Sirnagalih

Desa Sirnagalih terletak pada ketinggian 700-1.200 m dpl, dengan

topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan.

Curah hujan rata-rata per tahun adalah 800 mm dan suhu rata-rata harian

32 0C. Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm.

(39)

24

2. Desa Pamalayan

Desa Pamalayan terletak pada ketinggian 1.300 m dpl, dengan

topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan.

Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.410 mm dan suhu rata-rata 27 0C.

Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-50 cm. Jenis

tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.

Gambar 1. Lokasi GN-RHL di empat desa penelitian

3. Desa Ciburial

Desa Ciburial terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi

bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan

rata-rata per tahun adalah 1.000-1.500 mm dan suhu rata-rata 32 0C.

Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah setebal 55 cm. Jenis tanah di

desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.

4. Desa Margaluyu

Desa Margaluyu terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi

bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan

(40)

tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm. Jenis tanah di desa

ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.

Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian

Jalan menuju lokasi penelitian pada umumnya sudah dilakukan

pengaspalan, dan masih terdapat sebagian berupa jalan tanah dan berbatu. Jarak

masing-masing desa lokasi penelitian ke ibukota bervariasi yaitu jarak Desa

Sirnagalih ke ibukota kecamatan ± 3 km, Desa Pamalayan ± 7 km, Desa Ciburial

± 0,5 km dan Desa Margaluyu ± 5 km. Sarana transportasi umum yang ada

diantaranya ojek yang menghubungkan masing-masing desa dengan ibukota

kecamatan. Tabel 11 menjelaskan sarana dan prasarana di lokasi penelitian.

Tabel 11. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian

No

Sarana Pendidikan :

a. TK

b. SD

c. SLTP/Sederajat

d. SLTA/Sederajat

e. Pesantren Tempat Ibadah : a. Mesjid

b. Musholla/Langgar

Jembatan

Bak Penampung Air Sarana Kesehatan :

a. Posyandu Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)

Tata Guna Lahan Desa Penelitian

Tata guna lahan di masing-masing desa terdiri dari pemukiman dan

bangunan, persawahan, kebun/tegalan/ladang, hutan, perkebunan,

kolam/perikanan dan tanah kosong. Tata guna lahan secara rinci untuk

(41)

26

Tabel 12. Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian

No

(1)

Tata Guna Lahan

(2)

Luasan Masing-masing Desa (ha) Ds

Total 338,907 519,928 649,786 407,92

Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)

Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian

1. Kependudukan/demografi

Jumlah penduduk yang ada di desa lokasi penelitian dapat dilihat pada

Tabel 13 yang dapat menggambarkan sumberdaya manusia yang tersedia dan

perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Sedangkan

sumberdaya yang produktif dapat digambarkan dari struktur umur penduduk

yang dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 13. Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian

No (1)

Lokasi (2)

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Σ

Penduduk

4 Desa Margaluyu 3.524 50,51 3.453 49,49 6.977 1.700

Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)

Struktur umur penduduk berkaitan dengan angkatan kerja yang sebagian

besar berasal dari golongan produktif, yaitu usia 15-60 tahun. Dengan

demikian, potensi angkatan kerja dapat dideteksi melalui jumlah penduduk

usia produktif. Secara umum seluruh lokasi penelitian memiliki

sumberdaya/angkatan kerja yang potensial, melihat cukup besarnya jumlah

kelompok umur 15-25 tahun maupun umur 25-60 tahun yang termasuk ke

(42)

Tabel 14. Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian

No (1)

Lokasi Penelitian (2)

Struktur Umur (Tahun)

Total

Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di empat desa penelitian pada umumnya

dapat dikatakan rendah. Sebagian besar penduduk di empat desa penelitian

berpendidikan SD sebanyak 7.078 jiwa (45,38 %). Tingkat pendidikan yang

relatif rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,

diantaranya letak desa yang relatif jauh dari pusat kota, dan kurangnya sarana

pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk di empat desa lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian

No

Σ Penduduk 2.337 1.063 7.078 3.132 1.915 73 15.598

% 14,98 6,81 45,38 20,08 12,28 0,47 100,00

Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)

3. Mata pencaharian

Kondisi geografis di empat desa penelitian dapat mempengaruhi mata

pencaharian penduduknya. Kondisi alam yang memungkinkan usaha pada

sektor pertanian berbanding lurus dengan mata pencaharian penduduk yang

sebagian besar adalah sebagai petani, baik petani sawah maupun petani

ladang. Mata pencaharian penduduk di empat desa lokasi penelitian dapat

(43)

28

Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Empat Desa Penelitian

No

(44)

Karakteristik Responden

Umur

Umur rata-rata peserta program GN-RHL adalah 49 tahun. Pada kondisi

ini, umumnya responden benar-benar produktif, mereka biasa melakukan kegiatan

bertani dan berladang, berdagang setiap hari atau pegawai negeri. Untuk kisaran

umur di bawah 30 tahun pada umumnya bekerja di luar daerah asalnya, mereka

memiliki bentuk usaha lain di kota seperti berdagang, buruh pabrik dan

berwiraswasta.

Kisaran umur rata-rata peserta program GN-RHL di empat desa lokasi

penelitian bervariasi. Umur rata-rata kelompok peserta GN-RHL di Desa

Sirnagalih adalah 47 tahun, Pamalayan adalah 44 tahun, Ciburial adalah 51 tahun

dan Margaluyu adalah 57 tahun. Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih

berada pada rentang umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau sebesar 40

%. Desa Pamalayan sebagian besar responden berada pada rentang umur 31-40

tahun dan 41-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67 %. Desa

Ciburial sebagian besar responden berada pada rentang umur 51-60 tahun yaitu

sebanyak 15 orang atau sebesar 50 %. Sebagian besar responden di Desa

Margaluyu berada pada umur di atas 61 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau

sebesar 43,33 %. Sebaran umur peserta program GN-RHL dijelaskan pada Tabel

17.

(45)

30

Pendidikan

Pendidikan berperan penting di dalam membentuk sikap atau pandangan

masyarakat dalam usaha perbaikan kondisi daerah yang kritis, dalam hal ini

melalui program GN-RHL. Tingkat pendidikan ini tentunya sangat berpengaruh

dalam hal penyerapan informasi dan tingkat pengetahuan serta kesadaran

responden akan kegiatan GN-RHL. Tingkat pendidikan sebagian besar responden

yang masih rendah, merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan

oleh instansi terkait dalam menentukan kebijakan program GN-RHL berikutnya.

Secara umum tingkat pendidikan peserta program GN-RHL di empat desa

masih rendah. Sebagian besar responden hanya menyelesaikan pendidikan sampai

tingkat SD, yaitu 96,67 % pada Desa Sirnagalih, 93,33% pada Desa Pamalayan,

33,33% pada Desa Ciburial dan 80,00 % pada Desa Margaluyu. Tingkat

pendidikan yang lebih baik hanya terlihat pada Desa Ciburial dan Margaluyu yaitu

telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SLTA yaitu berturut-turut sebesar

16,67 % dan 6,67 %. Rendahnya tingkat pendidikan responden di daerah

penelitian disebabkan berbagai faktor, antara lain karena kondisi perekonomian

responden yang umumnya berpenghasilan rendah, aksesibilitas yang rendah serta

masih minimnya sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian. Tingkat

pendidikan peserta program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Tingkat Pendidikan Responden No

Mata pencaharian utama

Kesempatan memperoleh pekerjaan dan tingkat kemampuan

memanfaatkan potensi diri yang dimiliki responden untuk memenuhi kebutuhan

hidup dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan juga menunjukkan

tingkat penguasaan teknologi oleh masyarakat. Penguasaan dan penerapan

(46)

meningkatkan efisiensi pengolahan (memperkecil biaya pengolahan) dan

diharapkan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di empat lokasi

diperoleh bahwa kondisi lahan mempengaruhi kehidupan sehari-hari responden,

sehingga secara umum sebagian besar mata pencaharian utama responden di

empat lokasi penelitian adalah petani. Lahan yang diusahakan di empat lokasi

penelitian umumnya merupakan lahan kering dengan pola tanam campuran

dengan jenis palawija seperti jagung, kol, kentang, tomat, cabe dan

kacang-kacangan. Tanaman lain yang diusahakan adalah tanaman tahunan/kayu-kayuan

seperti sengon (jeunjing), suren, eucalyptus, alpukat, dan pepaya. Karakteristik

mata pencaharian utama responden dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Mata Pencaharian Utama Responden

No

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, petani merupakan

mata pencaharian utama sebagian besar responden di empat lokasi penelitian.

Desa Sirnagalih (60 %), Pamalayan (80 %), Ciburial (60%) dan Margaluyu

(70%). Di samping itu sebagian kecil ada juga yang bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil (PNS)/Guru, Dagang/Wiraswasta, Buruh Tani, Pensiunan dan Staf

Desa.

Mata pencaharian sampingan

Sebagian responden di empat lokasi penelitian memiliki mata pencaharian

sampingan. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pendapatan responden di

samping mata pencaharian utama. Mata pencaharian sampingan responden di

(47)

32

Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa di Desa Sirnagalih (53,33%) dan Desa

Margaluyu (76,67%) sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan

sampingan. Sedangkan di Desa Pamalayan sebagian besar responden (90%)

memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak (domba dan sapi perah). Di Desa

Ciburial pekerjaan sampingan terbesar adalah sebagai petani (40%). Sebagian

kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki pekerjaan sampingan

sebagai pedagang, buruh tani.

Tabel 20. Mata Pencaharian Sampingan Responden

No

Bila dibandingkan jumlah responden yang tidak memiliki pekerjaan

sampingan di empat desa lokasi penelitian, Desa Margaluyu dan Sirnagalih

memiliki persentase yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan di dua lokasi tersebut

sebagian besar waktu responden habis untuk menggarap lahan pertanian.

Sedangkan di Desa Pamalayan, sebagian besar responden menjadi peternak sapi

perah, hal ini disebabkan karena hasil yang didapatkan berpengaruh terhadap

pendapatan responden. Responden di Desa Ciburial yang memiliki pekerjaan

utama di luar pertanian memanfaatkan waktu luangnya untuk menggarap lahan

mereka sehingga pekerjaan sampingan mereka sebagian besar sebagai petani.

Jumlah tanggungan keluarga

Kisaran jumlah tanggungan keluarga (JTK) responden di empat desa

lokasi penelitian adalah 1 sampai dengan 6 orang. Dari data karakteristik

reponden yang terlampir pada lampiran 1 yang menggambarkan bahwa JTK

terbanyak yaitu 8 orang dan terkecil yaitu 1orang.

Responden di empat desa lokasi penelitian sebagian besar memiliki JTK

(48)

83,33%, Ciburial sebesar 63,33% serta di Margaluyu sebesar 66,67%. Tabel 21

dapat menunjukkan karakteristik JTK responden di empat desa lokasi penelitian.

Tabel 21. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden No

Banyaknya JTK di empat desa lokasi penelitian membuat mereka bekerja

lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Responden

dalam menggarap lahan juga memberdayakan anggota keluarga mereka. Selain

menjadi beban ekonomi, dengan jumlah anggota keluarga yang banyak dapat

menjadi modal untuk tenaga kerja dalam meningkatkan pendapatan.

Pendapatan

Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih dan Pamalayan memiliki

tingkat pendapatan pada kisaran Rp. 200.000-Rp. 300.000. Desa Sirnagalih

memiliki persentase sebesar 56,67 % dan Pamalayan sebesar 36,67 %. Sedangkan

di Desa Ciburial pendapatan responden per bulan sebagian besar berkisar antara

Rp. 300.000-Rp. 400.000 (33,33%). Di Desa Margaluyu sebagian besar responden

memiliki pendapatan kurang dari Rp. 200.000 per bulan (46,67 %). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Tingkat Pendapatan Responden

No

Sebagian besar pendapatan responden di empat desa lokasi penelitian

berkisar di antara Rp. 200.000-Rp. 400.000. Hal ini disebabkan oleh mata

pencaharian utama responden yang sebagian besar mengandalkan pada hasil

(49)

34

Luas kepemilikan lahan

Dari data rekapitulasi GN-RHL di empat desa penelitian pada lampiran

tabel dapat diketahui bahwa luas kepemilikan lahan terbesar untuk peserta

program GN-RHL adalah 1,5 ha, dan untuk kepemilikan lahan terkecil adalah

0,14 ha. Karakteristik kepemilikan lahan responden di empat desa lokasi

penelitian di sajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Luas Kepemilikan Lahan Responden No

Dari Tabel 23 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden di Desa

Sirnagalih (43,33 %) dan Pamalayan (53,33%) memiliki lahan kurang dari 0,25

ha. Sedangkan sebagian besar responden di Desa Ciburial (60%) dan Margaluyu

(63,33%) memiliki lahan yang berkisar antara 0,26-0,50 ha. Hanya sebagian kecil

responden yang memiliki lahan lebih dari 1 Ha yaitu di Desa Pamalayan (10%).

Dan sebagian kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki lahan yang

berkisar antara 0,51-1,00 ha.

Jarak tempuh

Aksesibilitas masyarakat ke lahan GN-RHL ditentukan oleh jarak tempuh.

Jarak tempuh responden di empat desa lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel

24.

Tabel 24. Jarak Tempuh Responden No

Dari Tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar responden di tiga desa

(50)

(73,33%) memiliki jarak tempuh ke lahan GN-RHL kurang dari 1 km. Sedangkan

sebagian besar responden di Desa Pamalayan (70%) memiliki jarak tempuh yang

berkisar antara 1-2 km. Hanya sebagian kecil responden di empat desa lokasi

penelitian yang memiliki jarak tempuh lebih dari 2 km. Hal ini dapat

menggambarkan bahwa lokasi lahan GN-RHL cukup dekat dengan tempat tinggal

responden, dengan demikian diharapkan tingkat produktifitas responden peserta

program GN-RHL dapat terjaga dengan baik.

Partisipasi Masyarakat Program GN-RHL

Partisipasi tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan program GN-RHL terdapat empat kegiatan yang

dilakukan oleh peserta GN-RHL dan Dinas Kehutanan, yaitu : penandatanganan

kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pemasangan patok batas dan

pembentukan Kelompok Tani (KT). Berdasarkan pencapaian indeks skor, tingkat

partisipasi responden dalam tahap perencanaan program GN-RHL dapat dilihat

pada Tabel 25.

Tabel 25. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Perencanaan di Desa Penelitian

No

Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada tahap perencanaan program di

empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi dengan

kecendrungan sedang, dengan skor rata-rata 2,03. Hal ini terjadi karena dengan

luas lahan yang tidak terlalu besar serta adanya kegiatan usaha lain di luar

GN-RHL pada beberapa daerah lokasi penelitian yang menyita sebagian waktu dan

tenaga peserta. Selain itu, kegiatan penandatanganan kontrak kerja hanya

melibatkan satu orang perwakilan saja dari peserta GN-RHL yaitu ketua KT.

Kegiatan penentuan jenis tanaman dilakukan oleh Dinas Kehutanan setempat.

Distribusi peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap

(51)

36

Tabel 26. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian

No

Partisipasi Tahap Perencanaan

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

N

Dari Tabel 26 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar

peserta GN-RHL dalam kegiatan tahap perencanaan program tergolong sedang

yaitu 96,67%. Pada tahap perencanaan program ini tidak ada peserta yang

mencapai kategori sangat tinggi, dan hanya 3,3% peserta yang termasuk kategori

tinggi. Sebagian besar peserta termasuk ke dalam kategori sedang. Banyaknya

peserta yang tingkat partisipasinya tergolong sedang memberikan gambaran

bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap perencanaan program masih

kurang. Pada tahap perencanaan program ini, sebagian besar peserta hanya terlibat

pada kegiatan teknis di lapangan seperti pemasangan patok batas dalam hal

penentuan luas dan lokasi lahan garapannya.

Pada tahap perencanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan

peserta GN-RHL, yaitu kegiatan pemasangan patok batas dan pembentukan

kelompok tani. Kegiatan pemasangan patok batas dilakukan oleh seluruh peserta

program GN-RHL, yaitu 100 %. Banyaknya peserta yang terlibat dalam kegiatan

pemasangan patok batas karena kegiatan ini berkaitan dengan penentuan posisi

atau letak lahan andil masing-masing peserta program.

Partisipasi tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan program GN-RHL terbagi ke dalam lima kelompok

besar kegiatan, yaitu : penyuluhan dan pembinaan, pertemuan Kelompok Tani

(KT), persiapan, penanaman dan pemeliharaan, serta pengamanan. Berdasarkan

pencapaian indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam tahap pelaksanaan

program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 27 dan gubuk kerja GN-RHL dapat

(52)

Tabel 27. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian

Berdasarkan data indeks skor yang diperoleh, skor minimum di Desa

Sirnagalih adalah 16 dan skor maksimum sebesar 26 dengan skor rata-rata untuk

setiap responden adalah 21,67. Di Desa Pamalayan skor minimum adalah 14 dan

skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah

22,67. Di Desa Ciburial skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28

dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 20,97. Di Desa Margaluyu

skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata

untuk setiap responden adalah 23,13. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada

tahap pelaksanaan program di empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk

kategori tinggi, dengan skor rata-rata 22,11. Distribusi peserta GN-RHL

berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap pelaksanaan program dapat dilihat

pada Tabel 28 berikut ini.

Tabel 28. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian

No

Partisipasi Tahap Pelaksanaan

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

N

Dari Tabel 28 terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar peserta

GN-RHL di empat desa penelitian dalam kegiatan tahap pelaksanaan program

tergolong tinggi yaitu sebesar 62,50% (75 responden). Sehingga rata-rata skor

(53)

38

Gambar 2. Gubuk kerja GN-RHL di empat desa penelitian

Pada tahap pelaksanaan program ini peserta yang mencapai kategori sangat

tinggi yaitu sebesar 25% (30 responden), dan hanya 12,5% peserta yang termasuk

kategori sedang (15 responden). Sebagian besar peserta termasuk ke dalam

kategori tinggi. Banyaknya peserta yang tingkat partisipasinya tergolong tinggi

memberikan gambaran bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap

pelaksanaan program sudah baik. Pada tahap pelaksanaan program ini, sebagian

besar peserta terlibat pada semua kegiatan meskipun tidak seragam antara satu

desa dengan desa yang lain.

Pada tahap pelaksanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan

peserta GN-RHL seperti tercantum dalam Lampiran 1, yaitu kegiatan persiapan,

penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan persiapan di empat desa lokasi

penelitian dilakukan oleh seluruh peserta program GN-RHL dengan rata-rata

mengikuti 5-6 kegiatan persiapan. Kegiatan-kegiatan penanaman dan

pemeliharaan tanaman juga dilakukan oleh seluruh peserta program dengan

rata-rata mengikuti 7-8 kegiatan. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut

karena motivasi petani dalam kegiaatan tersebut tergolong tinggi dan berkaitan

dengan tingkat keberhasilan tanaman sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan

(54)

Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL

Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL diperoleh dari akumulasi

indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan pencapaian

indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam program GN-RHL dapat dilihat

pada Tabel 29.

Tabel 29. Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian

No

Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada program GN-RHL di empat desa

lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi, dengan skor rata-rata 24,18.

Tingkat partisipasi peserta pada program GN-RHL tertinggi adalah Desa

Margaluyu, dengan skor rata-rata sebesar 25,57 diikuti berturut-turut Pamalayan

(24,47), Sirnagalih (23,70) dan yang memiliki nilai skor rata-rata terendah adalah

Desa Ciburial, yaitu sebesar 23. Nilai skor minimum terdapat di Desa Pamalayan

yaitu sebesar 16 diikuti berturut-turut Sirnagalih dan Ciburial (Skor minimum 18)

serta Margaluyu dengan skor minimum 20. Nilai skor maksimum Desa Sirnagalih

yaitu 29 dan tiga desa yang lain masing-masing sama yaitu sebesar 31. Distribusi

peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam program GN-RHL

dapat dilihat pada Tabel 30 berikut ini.

Tabel 30. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Program GN-RHL di Desa Penelitian

No

Partisipasi dalam GN-RHL

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

N

Dari Tabel 30 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar

peserta dalam program GN-RHL di empat desa penelitian tergolong tinggi, yaitu

(55)

40

46,67% dan Margaluyu sebesar 80%. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL yang

termasuk kategori sedang yaitu yang mengikuti 15-21 dari kegiatan seluruhnya

berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Sirnagalih (6,67 %), Margaluyu

(16,67 %), Ciburial (33,33 %) serta Pamalayan (36,67 %). Tingkat partisipasi

peserta dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kesempatan mereka untuk

berpartisipasi dalam GN-RHL. Tingkat partisipasi pada kategori sangat tinggi di

empat desa penelitian berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Margaluyu

(1,25%), Pamalayan (1,67 %), Sirnagalih (3,6 %) serta Ciburial (12,86 %)

Faktor-faktor yang mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam

program GN-RHL di empat desa lokasi penelitian adalah mulai timbulnya

kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penopang lingkungan di

sekitar tempat tinggal mereka dan adanya kesempatan untuk meningkatkan taraf

hidup.

Perkembangan Tanaman GN-RHL

Jumlah tanaman

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa tiap peserta program di

empat desa penelitian menerima bantuan tanaman kayu-kayuan dan Multi Purpose

Trees Species (MPTS) berkisar antara 56-600 bibit tanaman dengan jenis yang berbeda-beda yang didasarkan pada luas kepemilikan lahan dan jarak tanam. Di

Desa Sirnagalih bantuan tanaman berupa bibit puspa (Schima wallichii), manglid (Magnolia blumei), jati (Tectona grandis), suren (Toona sureni), melinjo (Gnetum gnemon), mangga (Mangifera Indica), rambutan (Nephelium lappaceum) dan

durian (Durio zibethinus). Desa Pamalayan mendapat bantuan bibit nangka

(Artocarpus heterophyllus). Sedangkan di Desa Ciburial dan Margaluyu bibit

bantuan berupa jati, petai (Parkia speciosa), rambutan dan durian, di Desa

Margaluyu ditambah satu bibit tanaman MPTS, yaitu melinjo. Tabel 31

menjelaskan perkembangan jenis tanaman kayu-kayuan dan MPTS sejak awal

penanaman pada tahun 2003 sampai bulan Januari 2006 yang dimiliki oleh peserta

(56)

Tabel 31. Data Jumlah Tanaman

No (1)

Lokasi (2)

Jenis Kayu dan MPTS

(3)

Awal Penanaman (Desember 2003)

(4)

Hidup (Januari 2006) Σ Tanaman

Dari empat lokasi penelitian diperoleh bahwa total persen hidup untuk

semua jenis tanaman kurang dari 55 % yaitu sebesar 12 %, berdasarkan hasil

wawancara hal ini disebabkan karena sebagian besar jenis tanaman mengalami

kerusakan/mati pada saat awal penanaman. Pada saat awal penanaman bertepatan

dengan awal musim kemarau sehingga menyebabkan sebagian besar tanaman

mati. Selain itu disebabkan oleh kondisi bibit yang jelek dan kurang/belum siap

tanam serta beberapa jenis tanaman kurang cocok dengan kondisi lingkungan

sekitarnya terutama jenis tanaman MPTS. Jenis tanaman kayu-kayuan memiliki

persen tumbuh yang lebih tinggi dibanding dengan jenis tanaman MPTS. Di Desa

Sirnagalih persen tumbuh puspa dan manglid sebesar 0 %, sedangkan di Desa

Pamalayan persen tumbuh sebesar 20 % dan 60 %. Puspa di Jawa di dapati

tumbuh di dalam rimba berpohon tinggi di dalam hutan sekunder di bagian barat

Gambar

Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan
Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap
Tabel 3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap
Tabel 7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

JuduJ Tesis Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam PengeloJaan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Desa Kembung Luar dan Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Kabupaten

kependudukan serta pembinaan terhadap masyarakat desa, hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama dua hari di masing-masing desa yang menjadi sasaran

Tujuan utama dari pembinaan perpustakaan desa di Desa Dangiang dan Desa Dawungsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut ini antara lain peserta dapat mengetahui dan memiliki

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, beberapa tradisi dan budaya masyarakat desa mulai berubah termasuk di daerah-daerah di kepulauan Nias. Hal ini

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkat Pengetahuan dan Pertisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Desa Maccini Baji Kecamatan

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap dan partisipasi masyarakat terhadap Hutan Diklat Sisimeni Sanam di Desa Sillu, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten

Pada hasil pengamatan daerah survei di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu-Malang, pada titik survei ke-1 N2, memiliki kelas drainase tanah yang baik, permeabilitas

Peran Masyarakat pada Tahap Pengawasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Dukuhdalem Keterlibatan masyarakat dan atau kelompok tani dalam tahapan pengawasan kegiatan Rehabilitasi