PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
GERAKAN NASIONAL REHABILITASI
HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :
Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan,
Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial,
Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K.
E14101030
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
GERAKAN NASIONAL REHABILITASI
HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :
Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan,
Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial,
Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
D.H.M. NUR ABDULLAH AZIZ M.K.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
Judul : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GN-RHL) :
Kasus di Desa Sirnagalih dan Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
Nama Mahasiswa : D.H.M. Nur Abdullah Aziz M.K.
NRP : E14101030
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. NIP. 131 412 316
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP. 131 430 799
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.” Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi peserta program dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan, mengetahui perkembangan tanaman serta mengetahui tingkat keeratan hubungan antara karakteristik peserta program dengan tingkat partisipasi.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan dan keikhlasan doa, kasih sayang dan motivasi, Bapak Dr.Ir. Nurheni Wijayanto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi, serta Dinas Kehutanan Kabupaten Garut sebagai instansi yang telah memberi ijin tempat penelitian, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2006
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan diantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Eti Jubaedah dan Bapak Saefurohman, S.Sos. serta kakakku Dikdik
Muhammad Nur Rasyid Ridla yang telah memberikan dorongan moral dan material serta kasih sayang yang akan selalu tercurah.
2. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS. yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 3. Dr.Ir. Juang Rata Matangaran, MS. selaku penguji dari Departemen Hasil
Hutan dan Ir. Agus Priyono Kartono, MSi. selaku penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Kehutanan IPB, terima kasih atas waktu yang diluangkan untuk memberikan yang terbaik.
5. Endang Sumarna, SP. atas bantuan data dan diskusinya selama penelitian. 6. Pak Ipin Garnida, Pak Adin, Pak Udi, Pak Ustadz Hadma Wijaya dan Pak Ojo
atas bantuan dan keramahannya selama melakukan penelitian.
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Garut dan Wargi Asgar Bogor atas kesempatannya mengemban amanah.
8. Leny, Isma, Toni, Sandra, Wira, Irwan, Hery, Hendra, Yunita, Susan, Vien, Eva, Dudi, Bambang, Dimas, Kania, Dyah, Ahmad, Asri, Ika, Rani, Ani, Dini, Edwin, Putri, Muji, M. Harris, Aulia, Jufri, Alfared, Hernowo, Sukri, Trias, Dita, Ely, Lukman, Nur Maliki, Dikkie, Reny, Pudy, Ana, Priyo, Gunanto, Didi, Sari, Fajar atas suka dan dukanya. Tetap jaga ukhuwah!!!!!
9. Rekan-rekan Komando Dormitory, Wisma Cibanteng Indah, Pondok Alaska atas segala kenyamanan yang diberikan.
10.Rekan-rekan Fakultas Kehutanan IPB atas segala kekeluargaannya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus 1983. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Saefurohman,S.Sos dan Eti Jubaedah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1989 sampai tahun 1995 di SD Muhammadiyah 2 Garut. Pendidikan lanjutan tingkat pertama penulis tempuh di SMPN 1 Garut dari tahun 1995 sampai tahun 1998. Pendidikan lanjutan tingkat menengah atas diselesaikan di SMUN 1 Tarogong Garut dari tahun 1998 sampai tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Bidang minat yang dipilih pada saat perkuliahan adalah bidang Politik Ekonomi Sosial Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi intra dan ekstra kampus. Diantaranya anggota KOPMA IPB (2002), Staf Biro Kewirausahaan Departemen Keuangan BEM Fakultas Kehutanan IPB (2002-2004), Staf Litbang Forest Management Students Club (FMSC) (2002-2003), Ketua Presidium FMSC (2003), Sekretaris Umum FMSC (2003-2004), Staf Departemen Pertanian BEM KM IPB (2004-2005), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA) IPB (2004-2005).
Penulis pernah aktif sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Hutan (2003-2004). Tahun 2003 penulis melaksanakan magang di KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Tahun 2004 Praktek Pengenalan Hutan (PUK) di jalur Kamojang – Sancang (BKSDA II Jawa Barat) dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.. Tahun 2005 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan (PKL) di IUPHHK Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat.
DALAM PROGRAM GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN : Kasus di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, dibimbing oleh Dr. Ir. Nurheni Wijayanto,MS.
RINGKASAN
Kegiatan GN-RHL tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GN-RHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani peserta GN-RHL, mengetahui perkembangan tanaman GN-RHL, dan menganalisis hubungan karakteristik petani dengan partisipasi petani dalam GN-RHL.
Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon.
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) ... 4
Partisipasi Masyarakat ... 5
Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL ... 9
Penilaian Kesehatan Pohon ... 10
METODE ... 14
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
Sasaran dan Alat ... 14
Jenis Data yang Diambil ... 14
Teknik Pengumpulan Data ... 15
Teknik Pengambilan Contoh ... 15
Pengolahan Data ... 16
Analisis Data ... 19
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23
Letak dan Luas Desa Penelitian ... 23
Kondisi Fisik Desa Penelitian ... 23
Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian ... 25
ii
Keadaan Sosial Ekonomi ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
Karakteristik Responden ... 29
Partisipasi Masyarakat dalam Program GN-RHL ... 35
Perkembangan Tanaman GN-RHL ... 40
Tingkat Keeratan Hubungan ... 45
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
Kesimpulan... ... 50
Saran... ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap
Perencanaan GN-RHL ... 16
2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan GN-RHL ... 17
3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHLTahap Pelaksanaan GN-RHL ... 18
4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL ... 18
5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan ... 21
6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan ... 21
7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan ... 21
8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan ... 22
9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon ... 22
10.Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian ... 23
11.Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian... 25
12.Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian... 26
13.Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian ... 26
14.Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian ... 27
15.Tingkat Pendidikan Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian ... 27
16.Mata Pencaharian Masyarakat di Masing-masing Desa Penelitian ... 28
17.Sebaran Umur Responden ... 29
18.Tingkat Pendidikan Responden ... 30
19.Mata Pencaharian Utama Responden... 31
20.Mata Pencaharian Sampingan Responden ... 32
21.Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 33
22.Pendapatan Responden ... 33
23.Luas Kepemilikan Lahan Responden... 34
24.Jarak Tempuh Responden ... 34
25.Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian ... 35
iv 27.Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ... 37 28.Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi
dalam Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian ... 37 29.Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian ... 39 30.Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi
dalam GN-RHL di Desa Penelitian ... 39 31.Data Jumlah Tanaman GN-RHL ... 41 32.Data Kesehatan Tanaman GN-RHL ... 44 33.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan
Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan ... 46 34.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan
Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan ... 47 35.Korelasi Berperingkat Spearman Antara Karakteristik Petani dengan
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat (Departemen Kehutanan, 2003a). Namun seiring perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu, kondisi hutan dan lahan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi, mengalami fenomena degradasi sumberdaya hutan dan lahan yang terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya yang cepat dan dinamis. Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan dan telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Dari 120 juta hektar luas hutan, diperkirakan ± 56 juta hektar telah rusak, dengan laju deforestasi sebesar 1,6 juta sampai 2 juta hektar per tahun.
Sumberdaya hutan yang telah mengalami kerusakan perlu direhabilitasi. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Departemen Kehutanan, 2003b).
Kegiatan RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional sehingga kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yang penyelenggarannya dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.
Perumusan Masalah
2 termasuk ke dalam pencanangan program GN-RHL dari 52 daerah di Kabupaten Garut. Program GN-RHL di daerah ini telah dimulai sejak tahun 2003.
Kegiatan GN-RHL tersebut tidak akan pernah berhasil tanpa didukung oleh partisipasi masyarakat, karena keberhasilan suatu kegiatan pembangunan akan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan GN-RHL diharapkan memiliki arti yang besar, oleh karena itu diharapkan pada masyarakat akan dapat menumbuhkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan merasakan adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan GN-RHL tersebut. Perkembangan tanaman GN-GN-RHL dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program GN-RHL.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian, 2) Seberapa besar perkembangan tanaman GN-RHL, serta 3) Seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara karakteristik masyarakat di lokasi penelitian dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan masalah penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan membandingkan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan GN-RHL di lokasi penelitian.
2. Mengetahui perkembangan tanaman GN-RHL.
3. Menganalisis keeratan hubungan karakteristik masyarakat dengan partisipasi mereka dalam kegiatan GN-RHL.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
2. Bahan masukan bagi para pelaksana dan pengelola kegiatan GN-RHL untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan (Departemen Kehutanan, 2003b).
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) merupakan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perbaikan yang sifatnya terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoordinasi dengan melibatkan semua stakeholders melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan yang efektif dan efisien (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).
GN-RHL bertujuan untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003). GN-RHL bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan semua instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat, agar kondisi lingkungan hulu dapat kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan secara normal dan baik (Badan Koordinasi Nasional, 2005).
GN-RHL ini meliputi dua ruang lingkup yaitu: 1. Lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan GN-RHL ini meliputi dua kegiatan pokok yaitu : a. Kegiatan pencegahan perusakan lingkungan
b.Kegiatan penanaman hutan dan rehabilitasi
Kegiatan Penanaman Hutan dan Rehabilitasi adalah meliputi penyediaan bibit tanaman (pengadaan bibit, renovasi dan pembangunan sentra produksi bibit), penanaman (reboisasi, hutan rakyat, penanaman turus jalan, pemeliharaan tanaman, dll) dan pembuatan bangunan konservasi tanah (dam pengendali, dam penahan, gully plug, pembuatan teras (terasering), sumur resapan, grass barrier, dll), penyusunan rencana dan rancangan kegiatan, pengembangan kelembagaan (pendampingan, pelatihan dan penyuluhan) dan pembinaan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).
2. Lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah kegiatan GN-RHL diarahkan pada daerah-daerah aliran sungai yang kritis. Pemerintah telah mengidentifikasikan 68 DAS kritis yang perlu segera ditangani (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).
Perencanaan GN-RHL merupakan bagian integral dari sistem perencanaan RHL Nasional. Hirarki Perencanaan RHL Nasional terdiri dari Pola Umum RHL, Rencana RHL Lima Tahun, Rencana Teknis RHL (Pola dan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah), Rencana Teknis Tahunan dan Rancangan Kegiatan (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2003).
Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan program pengembangan masyarakat baik yang dirancang oleh pemerintah maupun pihak swasta ditentukan oleh partisipasi dari berbagai stakeholders. Para ahli mendefinisikan konsep partisipasi beragam. Menurut Soelaiman (1985) dalam Susiatik (1998) partisipasi anggota masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu adanya sikap mendukung dan adanya keterlibatan masyarakat secara individu, kelompok atau ke dalam kesatuan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program atas dasar tanggung jawab sosial.
6 beraneka ragam karena besar sekali kemungkinan terjadi kesalahpahaman tentang sebab dan akibatnya, ruang lingkup dan penyebarannya. Sedangkan menurut Verhangen (1979) dalam Soebiyanto (1993) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari kegiatan interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat.
Afiff (1992) menyatakan secara umum partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek.
Ada beberapa macam atau bentuk partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut Yadov (1980) dalam Susiatik (1998) menjelaskan ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu : (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam proses pembangunan bisa saja secara parsial, dan dapat pula secara prosesional pembangunan yang meliputi tahap-tahap ; (1) perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan, (2) pelaksanaan kegiatan pembangunan, (3) pemanfaatan hasil-hasil pembangunan, dan (4) penilaian hasil-hasil pembangunan.
Menurut Pamudji (1997) dalam Asnawati (2004) menyatakan bentuk-bentuk partisipasi, terdiri dari :
(1) Partisipasi dalam perencanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan (2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlibatan dalam bentuk
(3) Partisipasi dalam pengendalian kegiatan monitoring, pengawasan dan evaluasi, yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam bentuk : penyusunan pedoman pengendalian (melalui survey partisipatif), pengumpulan data (melalui survey partisipatif), dan penilaiaannya (melalui penilaian aspiratif) (4) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan, yaitu keterlibatan masyarakat
dalam bentuk pemanfaatan.
Sastropoetro (1986) dalam Santosa (1999) membagi faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang menjadi tiga hal yaitu :
1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial
2. Kegiatan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah
3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.
Menurut Hollsteiner (1981) dalam Utomo (1984), setidaknya ada tiga faktor yang mempersulit dalam mewujudkan partisipasi masyarakat, yaitu :
1. Ahli dari golongan elite menganggap diri mereka paling tahu dan merasa harus mempengaruhi masyarakat
2. Rakyat atau golongan bawah belum terbiasa dengan pola hidup modern, sehingga partisipasi mereka rendah tingkatannya, bahkan lebih menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam kegiatan ritus kolektif yang tradisionil
3. Adanya kontradiksi antara usaha mengembangkan partisipasi dengan usaha mencapai target secepat-cepatnya.
8 Sahidu (1998) menyatakan berpartisipasi dalam pembangunan bukan hanya berarti mengerahkan tenaga kerja secara sukarela dalam proses pembangunan, akan tetapi merupakan input dan sekaligus sebagai output pembangunan. Berpartisipasi dalam pembangunan berarti mengambil bagian atau berperanserta dalam pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan, dengan memberikan masukan berupa pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan atau materi serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Pendapat senada diungkapkan oleh Soetrisno (1995) yang menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan bukanlah mobilisasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan. Untuk mengembangkan dan melembagakan partisipasi rakyat dalam pembangunan harus diciptakan suatu perubahan persepsi dari pemerintah terhadap pembangunan. Pembangunan harus merupakan suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa, bukan ideologi baru yang harus diamankan. Untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritikan dan lain-lain, karena kritik tersebut merupakan salah satu bentuk dari partisipasi.
Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah :
1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan 2. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut 3. Adanya kemauan untuk berpartisipasi.
berpatisipasi, karena perilaku partisipasi merupakan hasil interaksi faktor-faktor keamanan, kemampuan dan kesempatan.
Keberhasilan Tanaman Program GN-RHL
Penilaian kinerja adalah proses untuk mengukur kinerja setiap tahap kegiatan GN-RHL secara periodik, dengan tujuan untuk memperoleh umpan balik dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Departemen Kehutanan, 2004). Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program Perhutanan Sosial perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang diharapkan, yaitu keberhasil-hasilan tanaman hutan yang baik (Perhutani, 1988).
Tujuan dari penilaian keberhasilan tanaman kehutanan menurut Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1979) dalam Mansuri (1988) adalah untuk memperoleh gambaran dan kesimpulan tentang hasil akhir dari kegiatan Perhutanan Sosial. Gambaran dan kesimpulan tersebut dipakai sebagai dasar untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut, baik dalam rangka pemeliharaan maupun dalam rangka pengulangan kegiatan.
Mansuri (1988) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan suatu tanaman dari kegiatan Perhutanan Sosial yang paling mudah adalah dilihat dari persen jadi tanaman tersebut (tanaman yang hidup). Ukuran tersebut dapat memberikan gambaran tentang persiapan tanaman, di samping itu persen jadi tanaman juga dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan cara mengerjakannya.
Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian (1979) dalam Mansuri (1988) menyatakan bahwa pemeliharaan dilakukan pada areal tanaman yang berhasil sesuai dengan umur tanaman yaitu sebagai hasil tanaman tahun pertama persentase tumbuh tanaman di lokasi rata-rata di atas 35 % dinyatakan berhasil sedangkan persentase tumbuh di bawah 35% dinyatakan gagal. Pemeliharaan tanaman yang berumur satu tahun meliputi kegiatan penyiangan, pendangiran dan penyulaman, sedangkan pemeliharaan pada tanman yang berumur dua tahun adalah penyiangan dan pendangiran saja.
10 dilaksanakan apabila pertumbuhan tanaman di atas 55%. Bila persentase tumbuh tanaman di bawah 55% dinyatakan gagal (Dinas Kehutanan Garut, 2005).
Tanaman dinyatakan sehat apabila pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Tanaman tidak sehat apabila pertumbuhan tidak baik, batang tidak lurus, daun pucat kekuning-kuningan dan terserang hama dan penyakit (Departemen Kehutanan, 2004).
Penilaian Kesehatan Pohon
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon
Menurut Mangold (1997) timbulnya gejala penyakit tumbuh-tumbuhan ditentukan oleh tiga unsur, yaitu :
a). Unsur Tanaman
Tanaman yang fisiknya lemah, kebanyakan akibat kekurangan gizi karena kekurangan rabuk (tanahnya kurus), kemasaman tanah tidak sesuai dengan sifat tanaman, kebanyakan air yang menggenang, juga karena kekurangan salah satu zat hara, sebagai akibat dari perabukan yang tidak seimbang (misalnya kebanyakan urea).
b). Unsur-unsur Penyebab
Jasad-jasad renik kebanyakan menjadi penyebab penyakit. Penyakit disebabkan oleh jenis bakteri, cendawan, virus dan nematoda. Namun tidak semua jasad renik jahat terhadap manusia. Bakteri dan cendawan dapat dibagi dalam dua golongan utama ialah yang dapat menimbulkan penyakit dan yang bermanfaat bagi manusia.
c). Unsur-unsur Lingkungan (1). Iklim/cuaca
dimanfaatkan oleh bakteri/cendawan untuk dengan mudahnya masuk ke dalam jaringan-jaringan.
(2). Suhu dan kelembaban udara
Bakteri dan cendawan untuk dapat berkembangbiak yang optimal memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu.
(3). Unsur Angin
Angin merupakan pembantu yang baik bagi penyebaran spora bakteri dan cendawan. Bukan tidak mungkin, karena angin dapat membawa debu, dapat pula menyebarkan penyakit virus.
(4). Air di dalam tanah
Tidak ada air dalam tanah berarti semua yang hidup yang berpijak pada tanah akan berhenti pertumbuhannya. Sebaliknya kebanyakam air pun dapat merupakan hambatan. Untuk jenis cendawan tertentu kebanyakan air adalam tanah justru baik, sehingga cendawan akan lebih ganas menyerangnya.
(5). Unsur tanah
Tanah ada yang berat, sedang dan sangat gembur. Ketiga-tiganya tidak merupakan tempat berpijak yang sama baiknya untuk jasad-jasad renik. Tanah yang sedang beratnya hingga yang cukup gembur mempunyai sifat cukup baik menahan air dan cukup banyak mengandung hawa yang segar. Faktor kemasaman tanah dapat mengekang perkembangbiakan jasad renik. Bakteri lebih menyukai kemasaman penghuni tanah yang agak masam dan nematoda menyenangi tanah yang agak masam.
Definisi tipe-tipe kerusakan pada pohon
Menurut Nuhamara (2002) kerusakan-kerusakan yang terdapat pada pohon dengan menggunakan metode Forest Health Monitoring (FHM) adalah sebagai berikut :
12 menimbulkan jaringan mati di atas menjadi semakin dalam dan luas, atau membentuk gol yang disebabkan oleh fungi karat pada akar, batang, cabang. b) Konk, tubuh buah atau badan buah, tubuh buah pada batang utama, batang
tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk layu. Punky Wood atau kayu gembol timbul bila ada lubang (bukaan) yang besarnya lebih lebar dari satu pensil yang terjadi di batang utama. Kayu gembol merupakan petunjuk adanya jaringan kayu yang menjadi lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Cabang busuk atau cabang dengan konk bukanlah indikator lapuk, kecuali nilai ambang yang disyaratkan dipenuhi (> 20% dari cabang terkena, dalam hal ini busuk/berkonk). Tunggak yang lapuk yang terkait dengan regenerasi ,melalui trubus.
c) Luka terbuka, suatu luka atau serangkaian luka dimana kulit telah mengelupas atau kayu bagian dalam tanah telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang, tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan.
d) Resinosis dan Gumosis, daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
e) Batang atau akar patah kurang dari 0,91 m dari batang-batang, akar-akar putus di dalam jarak/pada 0,91 m dari batang baik disebabkan oleh galian atau luka terpotong, atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).
f) Brum pada akar atau batang, gerombolan/kerumunan daun di tempat yang sama pada batang atau akar. Contohnya tumbuhan berdaun jarum di bagian tenggara Amerika yang terinfeksi oleh benalu kerdil.
g) Akar terluka atau mati, akar-akar dari batang yang terluka atau mati.
h) Mati ujung, kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh suatu serangga atau penyakit.
j) Kerusakan kuncup daun atau tunas, termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang <50%,pada sekukurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.
k) Perubahan warna daun, sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah bahwa warna itu hijau dan bukan berwarna lain.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sirnagalih dan Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, serta Desa Margaluyu dan Ciburial, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan yaitu dari bulan November 2005 sampai dengan Januari 2006. Pemilihan lokasi contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan kriteria lokasi kegiatan GN-RHL tahun tanam 2003.
Sasaran dan Alat
Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Desa Sirnagalih dan Pamalayan, serta Desa Margaluyu dan Ciburial yang menjadi peserta program GN-RHL. Adapun alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat pengumpulan data, kamera dan recorder sebagai alat dokumentasi, kalkulator dan alat tulis.
Jenis Data Yang Diambil
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. 1. Data primer
Diperoleh melalui wawancara langsung dengan para responden yaitu : peserta GN-RHL, Kepala Desa dan Masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya program GN-RHL, dan dengan cara mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan seperti pertemuan-pertemuan dan diskusi. Data-data tersebut meliputi :
a) Data umum (karakteristik) rumah tangga : nama, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian utama dan sampingan, pendapatan, luas lahan garapan, dan jarak tempuh.
masyarakat yang tinggi dapat dilihat dari keaktifan mengikuti pertemuan, keseriusan di dalam menjalankan program yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder
Diperoleh dari kantor desa, kecamatan dan instansi terkait. Data-data tersebut meliputi :
a) Keadaan umum lokasi penelitian meliputi letak, keadaan sosial ekonomi masyarakat dan keadaan fisik lingkungan.
b) Keadaan tanah, topografi, ketinggian lahan dan curah hujan. c) Pihak / Instansi yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara : 1.Teknik Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, baik responden maupun keadaan lapangan.
2.Teknik Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung terhadap responden.
3.Teknik Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data yang berdasarkan pada buku-buku literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.Teknik Pencatatan, yaitu pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder yang tersedia.
5.Teknik Survei, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan quesioner.
Teknik Pengambilan Contoh
16
Pengolahan Data
Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan studi literatur diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan cara sebagai berikut :
1. Karakteristik petani peserta GN-RHL
Data karakteristik petani peserta GN-RHL yang dihimpun untuk pengolahan data meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga (JTK), pekerjaan utama dan sampingan, luas pengusahaan hutan dan jarak tempat tinggal dengan hutan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan sistem tabulasi dengan menghitung persentase dari tingkat partisipasi masyarakat, yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkatan atau kriteria yang telah ditetapkan.
2.Partisipasi masyarakat
(a) Partisipasi tahap perencanaan GN-RHL
Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL dalam kegiatan perencanaan GN-RHL, yang dilihat dari aspek keterlibatan mereka di dalam : (1) Kontrak kerja dengan pihak Dinas Kehutanan; (2) Pemasangan patok batas pada lahan milik; (3) Penentuan jenis tanaman lain; (4) Pembentukan Kelompok Tani (KT).
Kriteria pemberian Skor berdasarkan jumlah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat peserta GN-RHL pada tahap perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan
No (1)
Intensitas keikutsertaan (2)
Skor (3) 1
2 3 4 5
Terlibat 4 Kegiatan Terlibat 3 Kegiatan Terlibat 2 Kegiatan Terlibat 1 Kegiatan
Tidak terlibat
Indeks skor yang dapat diraih responden dalam tahap perencanaan bernilai nol sampai empat, tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dapat dikategorikan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap Perencanaan
No (1)
Tingkat Partisipasi (2)
Skor (3) 1
2 3 4 5
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
3,01-4,00 2,01-3,00 1,01-2,00 0,01-1,00
0,00 Sumber : Udin (2005)
(b) Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL
Partisipasi tahap pelaksanaan GN-RHL dapat dilihat dari intensitas keikutsertaan petani dalam kegiatan : (1) Penyuluhan pertama; (2) Penyuluhan kedua ; (3) Penyuluhan ketiga; (4) Penyuluhan keempat; (5) Pertemuan KT pertama; (6) Pertemuan KT kedua; (7) Pertemuan KT ketiga; (8) Pertemuan KT keempat; (9) Pertemuan KT kelima; (10) Pertemuan KT keenam; (11) Pembuatan gubug kerja; (12) Penggebrusan tanah ; (13) Pembuatan jalan pemeriksaan; (14) Pembuatan teras guludan; (15) Pembuatan dan pemasangan ajir; (16) pembuatan plang tanaman; (17) menanam tanaman yang diprogramkan; (18) Menanam sesuai jarak tanam; (19) Menyulami tanaman yang mati; (20) Mewiwil tanaman; (21) Memupuk tanaman; (22) Menyemprot hama; (23) Tidak menanam tanaman yang dilarang; (24) Mendangir dan menyiangi tanaman; (25) Menanam jenis tanaman lain; (26) Merawat jenis tanaman; (27) Merawat jenis tanaman lain; (28) Mencegah kebakaran hutan; (29) Mencegah perencekan tanaman; (30) Mencegah penggembalaan liar; (31) Mencegah terjadinya erosi.
18 Tabel 3. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta GN-RHL Tahap
Pelaksanaan
(c) Partisipasi dalam GN-RHL
Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui keikutsertaan mereka baik pada tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan GN-RHL. Oleh sebab itu indeks skor partisipasi dalam GN-RHL merupakan akumulasi indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Besar skor tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL yaitu berkisar antara 0-35. Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam GN-RHL
No
3. Keberhasilan tanaman program GN-RHL
Penilaian tingkat keberhasilan fisik tanaman GN-RHL dilakukan pada persentase tumbuh/jadi tanaman dan kesehatan tanaman.
a). Persentase tumbuh/jadi tanaman
b). Kesehatan Tanaman
Tanaman GN-RHL yang diteliti terutama yang mengalami kerusakan, kemudian dicatat kondisi fisiknya ke dalam tabel pengamatan. Pohon yang sehat dan yang mati tidak dihitung karena tidak termasuk kriteria pohon mengalami kerusakan. Sedangkan untuk membedakan antara pohon yang sehat dan sakit adalah dengan cara melihat adanya tipe kerusakan yang terdapat pada pohon. Persentase tanaman sehat dapat dihitung dengan cara membandingkan antara tanaman yang sehat dengan tanaman yang hidup dikalikan 100 %.
Analisis Data
Analisis korelasi Rank Spearman
Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan menggunakan uji statistik untuk menguji hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat dan hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat keberhasilan fisik tanaman diuji dengan analisis Rank Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antarvariabel yang diukur. Adapun rumus Rank Correlation Spearman (rs) yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
) 1 (
6 1
2 2 − −
=
∑
N N
di
rs N = banyaknya sampel pengamatan
di = beda rangking variabel
20 Koefisien Rank Correlation Spearman ini berlaku bagi data dalam bentuk peringkat. Datanya mungkin telah dikumpulkan dalam bentuk peringkat, atau mungkin baru ditentukan peringkatnya kemudian (Steel dan Torrie, 1980).
Analisis fisik tanaman dengan metode FHM (Forest Health Monitoring)
Kondisi dari sebuah pohon dan kepekaan untuk menggambarkan kondisi tapak dan serangan dari serangga, penyakit atau binatang adalah indikator penting untuk tanaman agar beradaptasi pada tapaknya.
Analisis fisik tanaman yang digunakan dalam menilai kondisi fisik tanaman GN-RHL adalah dengan menilai kerusakan pohon berdasarkan kriteria metode Forest Health Monitoring (FHM) yaitu dengan menghitung Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada semua level pohon. Nilai tersebut diperoleh dengan cara mengalikan nilai tipe kerusakan (Tabel 5), nilai lokasi kerusakan (Tabel 6) dan nilai keparahan kerusakan (Tabel 7).
Apabila dalam satu pohon terdapat lebih dari satu kerusakan, maka dihitung sebagai kerusakan yang baru, sehingga NIK dari pohon tersebut adalah dengan menjumlahkan NIK pada masing-masing kerusakannya (Tabel 9). Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pada level pohon dirumuskan sebagai berikut : NIKn = An.Bn.Cn
Rumus total NIK pada satu pohon adalah :
∑
=r n
NIK 1 Keterangan :
∑
=r n
NIK 1
= Nilai total NIK
n
NIK = Nilai Indeks Kerusakan ke-n An = Nilai Tipe Kerusakan ke-n Bn = Nilai Lokasi Kerusakan ke-n Cn = Nilai Keparahan Kerusakan ke-n
Berdasarkan Mangold (1997), kesehatan suatu pohon dapat dilihat dari NIK-nya dengan melihat selang kesehatan pohon :
Tabel 5. Kode dan Definisi Tipe Kerusakan
Kanker, Gol (puru)
Konk, tubuh buah (badan buah), dan indikator lain tentang lapuk lanjut Luka terbuka/terkelupas
Resinosis, gumosis (keluar cairan/getah) Batang atau akar patah
Drum pada akar atau batang
Akar patah atau mati kurang dari 0,91 m dari batang Hilangnya ujung dominan/mati ujung
Cabang patah atau mati
Percabangan atau brum yang berlebihan Daun, kuncup atau tunas mengalami kerusakan Daun berubah warna
Lain-lain
Sumber : Mangold, 1997
Tabel 6. Kode dan Definisi Lokasi Kerusakan
Kode Uraian
Akar dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) Akar dan batang bagian bawah
Batang bagiah tengah (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)
Bagian bawah dan bagian atas batang
Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)
Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup, di atas dasar tajuk hidup)
Cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup)
Kuncup dan tunas (pertumbuhan lambat) Daun
Sumber : Mangold, 1997
Tabel 7. Kode dan Nilai Ambang Keparahan Kerusakan
22 Tabel 8. Kode dan Nilai Tipe, Lokasi dan Keparahan Kerusakan
Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Keparahan Kerusakan
Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai 1
Sumber : Mangold, 1997
Tabel 9. Perhitungan Nilai Indeks Kerusakan Pohon
Letak dan Luas Desa Penelitian
Secara wilayah administratif Desa Sirnagalih dan Pamalayan berada di
Kecamatan Bayongbong. Desa Sirnagalih memiliki luas 338,907 ha serta
Pamalayan memiliki luas 519,928 ha. Sedangkan Desa Ciburial dan Margaluyu
berada di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Ciburial memiliki luas
649,788 ha serta Margaluyu memiliki luas 407,92 ha. Adapun batas wilayah
lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian
No Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)
Kondisi Fisik Desa Penelitian
Kondisi fisik di empat desa penelitian seperti terlihat pada Gambar 1. dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Desa Sirnagalih
Desa Sirnagalih terletak pada ketinggian 700-1.200 m dpl, dengan
topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan.
Curah hujan rata-rata per tahun adalah 800 mm dan suhu rata-rata harian
32 0C. Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm.
24
2. Desa Pamalayan
Desa Pamalayan terletak pada ketinggian 1.300 m dpl, dengan
topografi bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan.
Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.410 mm dan suhu rata-rata 27 0C.
Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-50 cm. Jenis
tanah di desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.
Gambar 1. Lokasi GN-RHL di empat desa penelitian
3. Desa Ciburial
Desa Ciburial terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi
bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan
rata-rata per tahun adalah 1.000-1.500 mm dan suhu rata-rata 32 0C.
Kesuburan tanah sedang dengan solum tanah setebal 55 cm. Jenis tanah di
desa ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.
4. Desa Margaluyu
Desa Margaluyu terletak pada ketinggian 750 m dpl, dengan topografi
bergelombang dan sebagian besar berupa perbukitan/pegunungan. Curah hujan
tanah sedang dengan solum tanah berkisar antara 20-30 cm. Jenis tanah di desa
ini termasuk ke dalam jenis tanah Latosol.
Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Desa Penelitian
Jalan menuju lokasi penelitian pada umumnya sudah dilakukan
pengaspalan, dan masih terdapat sebagian berupa jalan tanah dan berbatu. Jarak
masing-masing desa lokasi penelitian ke ibukota bervariasi yaitu jarak Desa
Sirnagalih ke ibukota kecamatan ± 3 km, Desa Pamalayan ± 7 km, Desa Ciburial
± 0,5 km dan Desa Margaluyu ± 5 km. Sarana transportasi umum yang ada
diantaranya ojek yang menghubungkan masing-masing desa dengan ibukota
kecamatan. Tabel 11 menjelaskan sarana dan prasarana di lokasi penelitian.
Tabel 11. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian
No
Sarana Pendidikan :
a. TK
b. SD
c. SLTP/Sederajat
d. SLTA/Sederajat
e. Pesantren Tempat Ibadah : a. Mesjid
b. Musholla/Langgar
Jembatan
Bak Penampung Air Sarana Kesehatan :
a. Posyandu Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
Tata Guna Lahan Desa Penelitian
Tata guna lahan di masing-masing desa terdiri dari pemukiman dan
bangunan, persawahan, kebun/tegalan/ladang, hutan, perkebunan,
kolam/perikanan dan tanah kosong. Tata guna lahan secara rinci untuk
26
Tabel 12. Tata Guna Lahan di Desa-desa Lokasi Penelitian
No
(1)
Tata Guna Lahan
(2)
Luasan Masing-masing Desa (ha) Ds
Total 338,907 519,928 649,786 407,92
Sumber : Dinas Kehutanan Garut (2003)
Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian
1. Kependudukan/demografi
Jumlah penduduk yang ada di desa lokasi penelitian dapat dilihat pada
Tabel 13 yang dapat menggambarkan sumberdaya manusia yang tersedia dan
perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Sedangkan
sumberdaya yang produktif dapat digambarkan dari struktur umur penduduk
yang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 13. Data Kependudukan di Masing-masing Desa Penelitian
No (1)
Lokasi (2)
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Σ
Penduduk
4 Desa Margaluyu 3.524 50,51 3.453 49,49 6.977 1.700
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
Struktur umur penduduk berkaitan dengan angkatan kerja yang sebagian
besar berasal dari golongan produktif, yaitu usia 15-60 tahun. Dengan
demikian, potensi angkatan kerja dapat dideteksi melalui jumlah penduduk
usia produktif. Secara umum seluruh lokasi penelitian memiliki
sumberdaya/angkatan kerja yang potensial, melihat cukup besarnya jumlah
kelompok umur 15-25 tahun maupun umur 25-60 tahun yang termasuk ke
Tabel 14. Struktur Umur Penduduk di Masing-masing Desa Penelitian
No (1)
Lokasi Penelitian (2)
Struktur Umur (Tahun)
Total
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di empat desa penelitian pada umumnya
dapat dikatakan rendah. Sebagian besar penduduk di empat desa penelitian
berpendidikan SD sebanyak 7.078 jiwa (45,38 %). Tingkat pendidikan yang
relatif rendah ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,
diantaranya letak desa yang relatif jauh dari pusat kota, dan kurangnya sarana
pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk di empat desa lokasi penelitian
disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Sarana dan Prasarana yang Terdapat di Masing-masing Desa Penelitian
No
Σ Penduduk 2.337 1.063 7.078 3.132 1.915 73 15.598
% 14,98 6,81 45,38 20,08 12,28 0,47 100,00
Sumber : Departemen Dalam Negeri (2005)
3. Mata pencaharian
Kondisi geografis di empat desa penelitian dapat mempengaruhi mata
pencaharian penduduknya. Kondisi alam yang memungkinkan usaha pada
sektor pertanian berbanding lurus dengan mata pencaharian penduduk yang
sebagian besar adalah sebagai petani, baik petani sawah maupun petani
ladang. Mata pencaharian penduduk di empat desa lokasi penelitian dapat
28
Tabel 16. Mata Pencaharian Penduduk di Empat Desa Penelitian
No
Karakteristik Responden
Umur
Umur rata-rata peserta program GN-RHL adalah 49 tahun. Pada kondisi
ini, umumnya responden benar-benar produktif, mereka biasa melakukan kegiatan
bertani dan berladang, berdagang setiap hari atau pegawai negeri. Untuk kisaran
umur di bawah 30 tahun pada umumnya bekerja di luar daerah asalnya, mereka
memiliki bentuk usaha lain di kota seperti berdagang, buruh pabrik dan
berwiraswasta.
Kisaran umur rata-rata peserta program GN-RHL di empat desa lokasi
penelitian bervariasi. Umur rata-rata kelompok peserta GN-RHL di Desa
Sirnagalih adalah 47 tahun, Pamalayan adalah 44 tahun, Ciburial adalah 51 tahun
dan Margaluyu adalah 57 tahun. Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih
berada pada rentang umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau sebesar 40
%. Desa Pamalayan sebagian besar responden berada pada rentang umur 31-40
tahun dan 41-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 26,67 %. Desa
Ciburial sebagian besar responden berada pada rentang umur 51-60 tahun yaitu
sebanyak 15 orang atau sebesar 50 %. Sebagian besar responden di Desa
Margaluyu berada pada umur di atas 61 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau
sebesar 43,33 %. Sebaran umur peserta program GN-RHL dijelaskan pada Tabel
17.
30
Pendidikan
Pendidikan berperan penting di dalam membentuk sikap atau pandangan
masyarakat dalam usaha perbaikan kondisi daerah yang kritis, dalam hal ini
melalui program GN-RHL. Tingkat pendidikan ini tentunya sangat berpengaruh
dalam hal penyerapan informasi dan tingkat pengetahuan serta kesadaran
responden akan kegiatan GN-RHL. Tingkat pendidikan sebagian besar responden
yang masih rendah, merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
oleh instansi terkait dalam menentukan kebijakan program GN-RHL berikutnya.
Secara umum tingkat pendidikan peserta program GN-RHL di empat desa
masih rendah. Sebagian besar responden hanya menyelesaikan pendidikan sampai
tingkat SD, yaitu 96,67 % pada Desa Sirnagalih, 93,33% pada Desa Pamalayan,
33,33% pada Desa Ciburial dan 80,00 % pada Desa Margaluyu. Tingkat
pendidikan yang lebih baik hanya terlihat pada Desa Ciburial dan Margaluyu yaitu
telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SLTA yaitu berturut-turut sebesar
16,67 % dan 6,67 %. Rendahnya tingkat pendidikan responden di daerah
penelitian disebabkan berbagai faktor, antara lain karena kondisi perekonomian
responden yang umumnya berpenghasilan rendah, aksesibilitas yang rendah serta
masih minimnya sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian. Tingkat
pendidikan peserta program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Responden No
Mata pencaharian utama
Kesempatan memperoleh pekerjaan dan tingkat kemampuan
memanfaatkan potensi diri yang dimiliki responden untuk memenuhi kebutuhan
hidup dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan juga menunjukkan
tingkat penguasaan teknologi oleh masyarakat. Penguasaan dan penerapan
meningkatkan efisiensi pengolahan (memperkecil biaya pengolahan) dan
diharapkan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di empat lokasi
diperoleh bahwa kondisi lahan mempengaruhi kehidupan sehari-hari responden,
sehingga secara umum sebagian besar mata pencaharian utama responden di
empat lokasi penelitian adalah petani. Lahan yang diusahakan di empat lokasi
penelitian umumnya merupakan lahan kering dengan pola tanam campuran
dengan jenis palawija seperti jagung, kol, kentang, tomat, cabe dan
kacang-kacangan. Tanaman lain yang diusahakan adalah tanaman tahunan/kayu-kayuan
seperti sengon (jeunjing), suren, eucalyptus, alpukat, dan pepaya. Karakteristik
mata pencaharian utama responden dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Mata Pencaharian Utama Responden
No
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas, petani merupakan
mata pencaharian utama sebagian besar responden di empat lokasi penelitian.
Desa Sirnagalih (60 %), Pamalayan (80 %), Ciburial (60%) dan Margaluyu
(70%). Di samping itu sebagian kecil ada juga yang bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS)/Guru, Dagang/Wiraswasta, Buruh Tani, Pensiunan dan Staf
Desa.
Mata pencaharian sampingan
Sebagian responden di empat lokasi penelitian memiliki mata pencaharian
sampingan. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pendapatan responden di
samping mata pencaharian utama. Mata pencaharian sampingan responden di
32
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa di Desa Sirnagalih (53,33%) dan Desa
Margaluyu (76,67%) sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan
sampingan. Sedangkan di Desa Pamalayan sebagian besar responden (90%)
memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak (domba dan sapi perah). Di Desa
Ciburial pekerjaan sampingan terbesar adalah sebagai petani (40%). Sebagian
kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki pekerjaan sampingan
sebagai pedagang, buruh tani.
Tabel 20. Mata Pencaharian Sampingan Responden
No
Bila dibandingkan jumlah responden yang tidak memiliki pekerjaan
sampingan di empat desa lokasi penelitian, Desa Margaluyu dan Sirnagalih
memiliki persentase yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan di dua lokasi tersebut
sebagian besar waktu responden habis untuk menggarap lahan pertanian.
Sedangkan di Desa Pamalayan, sebagian besar responden menjadi peternak sapi
perah, hal ini disebabkan karena hasil yang didapatkan berpengaruh terhadap
pendapatan responden. Responden di Desa Ciburial yang memiliki pekerjaan
utama di luar pertanian memanfaatkan waktu luangnya untuk menggarap lahan
mereka sehingga pekerjaan sampingan mereka sebagian besar sebagai petani.
Jumlah tanggungan keluarga
Kisaran jumlah tanggungan keluarga (JTK) responden di empat desa
lokasi penelitian adalah 1 sampai dengan 6 orang. Dari data karakteristik
reponden yang terlampir pada lampiran 1 yang menggambarkan bahwa JTK
terbanyak yaitu 8 orang dan terkecil yaitu 1orang.
Responden di empat desa lokasi penelitian sebagian besar memiliki JTK
83,33%, Ciburial sebesar 63,33% serta di Margaluyu sebesar 66,67%. Tabel 21
dapat menunjukkan karakteristik JTK responden di empat desa lokasi penelitian.
Tabel 21. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden No
Banyaknya JTK di empat desa lokasi penelitian membuat mereka bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Responden
dalam menggarap lahan juga memberdayakan anggota keluarga mereka. Selain
menjadi beban ekonomi, dengan jumlah anggota keluarga yang banyak dapat
menjadi modal untuk tenaga kerja dalam meningkatkan pendapatan.
Pendapatan
Sebagian besar responden di Desa Sirnagalih dan Pamalayan memiliki
tingkat pendapatan pada kisaran Rp. 200.000-Rp. 300.000. Desa Sirnagalih
memiliki persentase sebesar 56,67 % dan Pamalayan sebesar 36,67 %. Sedangkan
di Desa Ciburial pendapatan responden per bulan sebagian besar berkisar antara
Rp. 300.000-Rp. 400.000 (33,33%). Di Desa Margaluyu sebagian besar responden
memiliki pendapatan kurang dari Rp. 200.000 per bulan (46,67 %). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Tingkat Pendapatan Responden
No
Sebagian besar pendapatan responden di empat desa lokasi penelitian
berkisar di antara Rp. 200.000-Rp. 400.000. Hal ini disebabkan oleh mata
pencaharian utama responden yang sebagian besar mengandalkan pada hasil
34
Luas kepemilikan lahan
Dari data rekapitulasi GN-RHL di empat desa penelitian pada lampiran
tabel dapat diketahui bahwa luas kepemilikan lahan terbesar untuk peserta
program GN-RHL adalah 1,5 ha, dan untuk kepemilikan lahan terkecil adalah
0,14 ha. Karakteristik kepemilikan lahan responden di empat desa lokasi
penelitian di sajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Luas Kepemilikan Lahan Responden No
Dari Tabel 23 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden di Desa
Sirnagalih (43,33 %) dan Pamalayan (53,33%) memiliki lahan kurang dari 0,25
ha. Sedangkan sebagian besar responden di Desa Ciburial (60%) dan Margaluyu
(63,33%) memiliki lahan yang berkisar antara 0,26-0,50 ha. Hanya sebagian kecil
responden yang memiliki lahan lebih dari 1 Ha yaitu di Desa Pamalayan (10%).
Dan sebagian kecil responden di empat desa lokasi penelitian memiliki lahan yang
berkisar antara 0,51-1,00 ha.
Jarak tempuh
Aksesibilitas masyarakat ke lahan GN-RHL ditentukan oleh jarak tempuh.
Jarak tempuh responden di empat desa lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel
24.
Tabel 24. Jarak Tempuh Responden No
Dari Tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar responden di tiga desa
(73,33%) memiliki jarak tempuh ke lahan GN-RHL kurang dari 1 km. Sedangkan
sebagian besar responden di Desa Pamalayan (70%) memiliki jarak tempuh yang
berkisar antara 1-2 km. Hanya sebagian kecil responden di empat desa lokasi
penelitian yang memiliki jarak tempuh lebih dari 2 km. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa lokasi lahan GN-RHL cukup dekat dengan tempat tinggal
responden, dengan demikian diharapkan tingkat produktifitas responden peserta
program GN-RHL dapat terjaga dengan baik.
Partisipasi Masyarakat Program GN-RHL
Partisipasi tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan program GN-RHL terdapat empat kegiatan yang
dilakukan oleh peserta GN-RHL dan Dinas Kehutanan, yaitu : penandatanganan
kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pemasangan patok batas dan
pembentukan Kelompok Tani (KT). Berdasarkan pencapaian indeks skor, tingkat
partisipasi responden dalam tahap perencanaan program GN-RHL dapat dilihat
pada Tabel 25.
Tabel 25. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Perencanaan di Desa Penelitian
No
Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada tahap perencanaan program di
empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi dengan
kecendrungan sedang, dengan skor rata-rata 2,03. Hal ini terjadi karena dengan
luas lahan yang tidak terlalu besar serta adanya kegiatan usaha lain di luar
GN-RHL pada beberapa daerah lokasi penelitian yang menyita sebagian waktu dan
tenaga peserta. Selain itu, kegiatan penandatanganan kontrak kerja hanya
melibatkan satu orang perwakilan saja dari peserta GN-RHL yaitu ketua KT.
Kegiatan penentuan jenis tanaman dilakukan oleh Dinas Kehutanan setempat.
Distribusi peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap
36
Tabel 26. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian
No
Partisipasi Tahap Perencanaan
Sedang Tinggi Sangat Tinggi
N
Dari Tabel 26 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar
peserta GN-RHL dalam kegiatan tahap perencanaan program tergolong sedang
yaitu 96,67%. Pada tahap perencanaan program ini tidak ada peserta yang
mencapai kategori sangat tinggi, dan hanya 3,3% peserta yang termasuk kategori
tinggi. Sebagian besar peserta termasuk ke dalam kategori sedang. Banyaknya
peserta yang tingkat partisipasinya tergolong sedang memberikan gambaran
bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap perencanaan program masih
kurang. Pada tahap perencanaan program ini, sebagian besar peserta hanya terlibat
pada kegiatan teknis di lapangan seperti pemasangan patok batas dalam hal
penentuan luas dan lokasi lahan garapannya.
Pada tahap perencanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan
peserta GN-RHL, yaitu kegiatan pemasangan patok batas dan pembentukan
kelompok tani. Kegiatan pemasangan patok batas dilakukan oleh seluruh peserta
program GN-RHL, yaitu 100 %. Banyaknya peserta yang terlibat dalam kegiatan
pemasangan patok batas karena kegiatan ini berkaitan dengan penentuan posisi
atau letak lahan andil masing-masing peserta program.
Partisipasi tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan program GN-RHL terbagi ke dalam lima kelompok
besar kegiatan, yaitu : penyuluhan dan pembinaan, pertemuan Kelompok Tani
(KT), persiapan, penanaman dan pemeliharaan, serta pengamanan. Berdasarkan
pencapaian indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam tahap pelaksanaan
program GN-RHL dapat dilihat pada Tabel 27 dan gubuk kerja GN-RHL dapat
Tabel 27. Tingkat Partisipasi Petani Tahap Pelaksanaan di Desa Penelitian
Berdasarkan data indeks skor yang diperoleh, skor minimum di Desa
Sirnagalih adalah 16 dan skor maksimum sebesar 26 dengan skor rata-rata untuk
setiap responden adalah 21,67. Di Desa Pamalayan skor minimum adalah 14 dan
skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah
22,67. Di Desa Ciburial skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28
dengan skor rata-rata untuk setiap responden adalah 20,97. Di Desa Margaluyu
skor minimum adalah 16 dan skor maksimum sebesar 28 dengan skor rata-rata
untuk setiap responden adalah 23,13. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada
tahap pelaksanaan program di empat desa lokasi penelitian, umumnya termasuk
kategori tinggi, dengan skor rata-rata 22,11. Distribusi peserta GN-RHL
berdasarkan tingkat partisipasinya dalam tahap pelaksanaan program dapat dilihat
pada Tabel 28 berikut ini.
Tabel 28. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Tahap Perencanaan di Desa Penelitian
No
Partisipasi Tahap Pelaksanaan
Sedang Tinggi Sangat Tinggi
N
Dari Tabel 28 terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar peserta
GN-RHL di empat desa penelitian dalam kegiatan tahap pelaksanaan program
tergolong tinggi yaitu sebesar 62,50% (75 responden). Sehingga rata-rata skor
38
Gambar 2. Gubuk kerja GN-RHL di empat desa penelitian
Pada tahap pelaksanaan program ini peserta yang mencapai kategori sangat
tinggi yaitu sebesar 25% (30 responden), dan hanya 12,5% peserta yang termasuk
kategori sedang (15 responden). Sebagian besar peserta termasuk ke dalam
kategori tinggi. Banyaknya peserta yang tingkat partisipasinya tergolong tinggi
memberikan gambaran bahwa keterlibatan peserta dalam kegiatan tahap
pelaksanaan program sudah baik. Pada tahap pelaksanaan program ini, sebagian
besar peserta terlibat pada semua kegiatan meskipun tidak seragam antara satu
desa dengan desa yang lain.
Pada tahap pelaksanaan program ini, kegiatan yang banyak melibatkan
peserta GN-RHL seperti tercantum dalam Lampiran 1, yaitu kegiatan persiapan,
penanaman dan pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan persiapan di empat desa lokasi
penelitian dilakukan oleh seluruh peserta program GN-RHL dengan rata-rata
mengikuti 5-6 kegiatan persiapan. Kegiatan-kegiatan penanaman dan
pemeliharaan tanaman juga dilakukan oleh seluruh peserta program dengan
rata-rata mengikuti 7-8 kegiatan. Banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut
karena motivasi petani dalam kegiaatan tersebut tergolong tinggi dan berkaitan
dengan tingkat keberhasilan tanaman sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan
Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL
Tingkat partisipasi masyarakat dalam GN-RHL diperoleh dari akumulasi
indeks skor tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan pencapaian
indeks skor, tingkat partisipasi responden dalam program GN-RHL dapat dilihat
pada Tabel 29.
Tabel 29. Tingkat Partisipasi Petani dalam GN-RHL di Desa Penelitian
No
Tingkat partisipasi peserta GN-RHL pada program GN-RHL di empat desa
lokasi penelitian, umumnya termasuk kategori tinggi, dengan skor rata-rata 24,18.
Tingkat partisipasi peserta pada program GN-RHL tertinggi adalah Desa
Margaluyu, dengan skor rata-rata sebesar 25,57 diikuti berturut-turut Pamalayan
(24,47), Sirnagalih (23,70) dan yang memiliki nilai skor rata-rata terendah adalah
Desa Ciburial, yaitu sebesar 23. Nilai skor minimum terdapat di Desa Pamalayan
yaitu sebesar 16 diikuti berturut-turut Sirnagalih dan Ciburial (Skor minimum 18)
serta Margaluyu dengan skor minimum 20. Nilai skor maksimum Desa Sirnagalih
yaitu 29 dan tiga desa yang lain masing-masing sama yaitu sebesar 31. Distribusi
peserta GN-RHL berdasarkan tingkat partisipasinya dalam program GN-RHL
dapat dilihat pada Tabel 30 berikut ini.
Tabel 30. Distribusi Petani Peserta Program GN-RHL menurut Tingkat Partisipasi dalam Program GN-RHL di Desa Penelitian
No
Partisipasi dalam GN-RHL
Sedang Tinggi Sangat Tinggi
N
Dari Tabel 30 tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi sebagian besar
peserta dalam program GN-RHL di empat desa penelitian tergolong tinggi, yaitu
40
46,67% dan Margaluyu sebesar 80%. Tingkat partisipasi peserta GN-RHL yang
termasuk kategori sedang yaitu yang mengikuti 15-21 dari kegiatan seluruhnya
berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Sirnagalih (6,67 %), Margaluyu
(16,67 %), Ciburial (33,33 %) serta Pamalayan (36,67 %). Tingkat partisipasi
peserta dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kesempatan mereka untuk
berpartisipasi dalam GN-RHL. Tingkat partisipasi pada kategori sangat tinggi di
empat desa penelitian berturut-turut dari yang terkecil adalah Desa Margaluyu
(1,25%), Pamalayan (1,67 %), Sirnagalih (3,6 %) serta Ciburial (12,86 %)
Faktor-faktor yang mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam
program GN-RHL di empat desa lokasi penelitian adalah mulai timbulnya
kesadaran akan pentingnya keberadaan hutan sebagai penopang lingkungan di
sekitar tempat tinggal mereka dan adanya kesempatan untuk meningkatkan taraf
hidup.
Perkembangan Tanaman GN-RHL
Jumlah tanaman
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa tiap peserta program di
empat desa penelitian menerima bantuan tanaman kayu-kayuan dan Multi Purpose
Trees Species (MPTS) berkisar antara 56-600 bibit tanaman dengan jenis yang berbeda-beda yang didasarkan pada luas kepemilikan lahan dan jarak tanam. Di
Desa Sirnagalih bantuan tanaman berupa bibit puspa (Schima wallichii), manglid (Magnolia blumei), jati (Tectona grandis), suren (Toona sureni), melinjo (Gnetum gnemon), mangga (Mangifera Indica), rambutan (Nephelium lappaceum) dan
durian (Durio zibethinus). Desa Pamalayan mendapat bantuan bibit nangka
(Artocarpus heterophyllus). Sedangkan di Desa Ciburial dan Margaluyu bibit
bantuan berupa jati, petai (Parkia speciosa), rambutan dan durian, di Desa
Margaluyu ditambah satu bibit tanaman MPTS, yaitu melinjo. Tabel 31
menjelaskan perkembangan jenis tanaman kayu-kayuan dan MPTS sejak awal
penanaman pada tahun 2003 sampai bulan Januari 2006 yang dimiliki oleh peserta
Tabel 31. Data Jumlah Tanaman
No (1)
Lokasi (2)
Jenis Kayu dan MPTS
(3)
Awal Penanaman (Desember 2003)
(4)
Hidup (Januari 2006) Σ Tanaman
Dari empat lokasi penelitian diperoleh bahwa total persen hidup untuk
semua jenis tanaman kurang dari 55 % yaitu sebesar 12 %, berdasarkan hasil
wawancara hal ini disebabkan karena sebagian besar jenis tanaman mengalami
kerusakan/mati pada saat awal penanaman. Pada saat awal penanaman bertepatan
dengan awal musim kemarau sehingga menyebabkan sebagian besar tanaman
mati. Selain itu disebabkan oleh kondisi bibit yang jelek dan kurang/belum siap
tanam serta beberapa jenis tanaman kurang cocok dengan kondisi lingkungan
sekitarnya terutama jenis tanaman MPTS. Jenis tanaman kayu-kayuan memiliki
persen tumbuh yang lebih tinggi dibanding dengan jenis tanaman MPTS. Di Desa
Sirnagalih persen tumbuh puspa dan manglid sebesar 0 %, sedangkan di Desa
Pamalayan persen tumbuh sebesar 20 % dan 60 %. Puspa di Jawa di dapati
tumbuh di dalam rimba berpohon tinggi di dalam hutan sekunder di bagian barat