• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) CV. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) CV. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS

(

Ananas comosus

L. Merr.)

CV.

QUEEN

HASIL PERBANYAKAN

IN VITRO

SUBKULTUR III

DI LAPANG

Oleh

Niswatun Chasanah A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS

(Ananas comosus

L. Merr.) CV. QUEEN

HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III

DI LAPANG

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Niswatun Chasanah A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

NISWATUN CHASANAH. Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang. (Di bawah bimbingan SOBIR).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro subkultur III terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) di lapang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Tajur, Bogor, dengan ketinggian lahan 250 m di atas permukaan laut dan suhu harian berkisar 21oC-33oC. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2005.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu faktor perlakuan konsentrasi BAP dengan 4 taraf perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Setiap perlakuan diulang lima kali yang terdiri dari tanaman nanas hasil kultur in vitro yang berasal dari lima mahkota nanas yang berbeda. Masing- masing ulangan terdiri dari 20 tanaman. Tanaman ditanam dalam bedengan yang berukuran 1.4 m x 36 m dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm. Sebagai pemeliharaan, tanaman diberi pupuk anorganik dengan dosis 900 kg urea per Ha, 400 kg TSP per Ha dan 900 kg KCl per Ha. Penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi tanaman sedangkan untuk proteksi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan pestisida. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah stomata. Pengamatan dilakukan sebulan sekali pada 14-19 bulan setelah tanam (BST).

(4)

SUMMARY

NISWATUN CHASANAH. The Study of Vegetative Growth of Pineapple (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Subculture III in the field. (Suvervised by SOBIR)

The research was aimed to elucidate the effects of 6-Benzylaminopurine (BAP) in in vitro media to the vegetative growth of pineapple (Ananas comosus L. Merr.) subculture III in the field. The research was conducted on April to October 2005 in Tropical Fruits Research Station (PKBT), Tajur, Bogor, at 250 m above sea level and daily temperature at 21o-33oC.

The research arranged under Randomized Complete Block Design with single factor experiment. The factor is the concentration of BAP with 4 different treatments. They were 0.5 mg/l, 1 mg/l, 2 mg/l, and 4 mg/l of BAP concentration levels. Each of them replicated five times. Each treatment consists of five different crown of pineapple from in vitro culture, each replication consist of 20 plants. They were planted at the distance of 60 cm x 30 cm in little dyke with 1.4 m x 36 m long and fertilized with 900 kg/ha of Urea, 400 kg/ha of TSP, and 900 kg/ha of KCl. Pouring and weeding were depend on plant condition, and pesticide was used as protection from pest and plant disease. The observation conducted once a month on 14th–19th months after planting. The variables examined in this research are the height of plant, diameter canopy, length of leaf, width of leaf, number of leaves, number of suckers and number of stomata.

(5)

LEMBAR

PENGESAHAN

Judul : STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr.) CV.QUEEN HASIL PERBANYAKAN

IN VITRO SUBKULTUR III DI LAPANG Nama : Niswatun Chasanah

NRP : A00400027

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sobir, MSi. NIP. 131 841 754

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Depok, Jawa Barat pada tanggal 23

Februari 1981. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan

Bapak Drs. Budi Basuki (Alm.) dan Ibu Musriyati.

Pada tahun 1987 penulis bersekolah di TK Aisyiyah IV Bustanul

Athfal Depok. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1994 di SD

Negeri Depok Jaya I kemudian melanjutkan ke SMP Negeri II Depok dan lulus

tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di

SMU Negeri I Depok.

Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas kebesaran, rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pertumbuhan

Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Sobir, MSi., selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan

pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan

karya tulis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan

karya ilmiah ini.

3. Dr. Ir. Fatimah Nursandi, MSi., yang telah memberikan baha n penelitian dan

motivasi kepada penulis.

4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan fasilitas

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Bapak, Ibu, Mas Hari, Mas Bowo, Mbak Wily, dan Nung atas doa,

pengertian, pengorbanan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis.

Sungguh hanya Allah yang tahu betapa rasa sayang dan cinta ini teramat

dalam.

6. Mbak Heny, Kak Ari, Om Boang, dan Bulik Sri atas dukungan moral maupun

materil selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.

7. Asih, Rina, Ita, Dini, Ave, Dina, Akh Mustolih, Akh Lee2c_yash, Febri,

Hendi, Gandhi, dan Imron yang telah membantu di lapang, laboratorium

maupun perpustakaan. Sungguh, bantuan kalian amat berarti.

8. Nana atas bantuan moral, semangat dan nasihat. Semoga persahabatan ini tak

lekang oleh waktu.

9. Akh Taufik dan Pipin atas bantuan selama pengolahan data.

(8)

11. Pak Ibramsyah dan Bu Yuyun atas bantuan selama di kebun Tajur 2.

12. Teman-teman dan adik-adik seperjuangan di LDF Faperta. Sungguh,

ukhuwah itu teramat indah dan berwarna, biarkan ia tetap menghiasi hati- hati

kita sampai kapanpun jua.

13. Teman-teman di Hortikultura 37 atas persahabatan dan kebersamaannya

selama ini. Adanya kalian membuat penulis semakin banyak belajar dalam

pencarian jati diri.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis selama penelitian sampai penyusunan karya ilmiah ini.

Bogor, April 2006

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Tanaman Nanas ... 3

Ekologi Tanaman Nanas ... 5

Jenis-jenis Tanaman Nanas ... 7

Perbanyakan Tanaman nanas ... 8

Kultur Jaringan Nanas ... 8

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode... 12

Pelaksanaan ... 13

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum Percobaan ... 14

Hasil ... 17

Pembahasan ... 21

KESIMPULAN... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan

In Vitro Subkultur III di Lapang ... 16

2. Rata-rata Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada

14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 18

3. Rata-rata Jumlah Anakan per Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III dan Persentase Tanaman yang Memiliki Anakan per Perlakuan pada

14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 19

4. Perbandingan Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur I, Subkultur III dan

Tanaman Asal Perbanyakan Konvensional ... 21

Lampiran

1. Data Iklim Stasiun Klimatologi Bogor pada Bulan Mei-Oktober

2005 ... 28

2. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen

Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ... 29

3. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen

Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ... 30

4. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil

Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang... 31

5. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil

(11)

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS

(

Ananas comosus

L. Merr.)

CV.

QUEEN

HASIL PERBANYAKAN

IN VITRO

SUBKULTUR III

DI LAPANG

Oleh

Niswatun Chasanah A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS

(Ananas comosus

L. Merr.) CV. QUEEN

HASIL PERBANYAKAN IN VITRO SUBKULTUR III

DI LAPANG

SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Niswatun Chasanah A00400027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

NISWATUN CHASANAH. Studi Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv.Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang. (Di bawah bimbingan SOBIR).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro subkultur III terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) di lapang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Tajur, Bogor, dengan ketinggian lahan 250 m di atas permukaan laut dan suhu harian berkisar 21oC-33oC. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2005.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu faktor perlakuan konsentrasi BAP dengan 4 taraf perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Setiap perlakuan diulang lima kali yang terdiri dari tanaman nanas hasil kultur in vitro yang berasal dari lima mahkota nanas yang berbeda. Masing- masing ulangan terdiri dari 20 tanaman. Tanaman ditanam dalam bedengan yang berukuran 1.4 m x 36 m dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm. Sebagai pemeliharaan, tanaman diberi pupuk anorganik dengan dosis 900 kg urea per Ha, 400 kg TSP per Ha dan 900 kg KCl per Ha. Penyiraman dan penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi tanaman sedangkan untuk proteksi tanaman dari serangan hama dan penyakit digunakan pestisida. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah stomata. Pengamatan dilakukan sebulan sekali pada 14-19 bulan setelah tanam (BST).

(14)

SUMMARY

NISWATUN CHASANAH. The Study of Vegetative Growth of Pineapple (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Subculture III in the field. (Suvervised by SOBIR)

The research was aimed to elucidate the effects of 6-Benzylaminopurine (BAP) in in vitro media to the vegetative growth of pineapple (Ananas comosus L. Merr.) subculture III in the field. The research was conducted on April to October 2005 in Tropical Fruits Research Station (PKBT), Tajur, Bogor, at 250 m above sea level and daily temperature at 21o-33oC.

The research arranged under Randomized Complete Block Design with single factor experiment. The factor is the concentration of BAP with 4 different treatments. They were 0.5 mg/l, 1 mg/l, 2 mg/l, and 4 mg/l of BAP concentration levels. Each of them replicated five times. Each treatment consists of five different crown of pineapple from in vitro culture, each replication consist of 20 plants. They were planted at the distance of 60 cm x 30 cm in little dyke with 1.4 m x 36 m long and fertilized with 900 kg/ha of Urea, 400 kg/ha of TSP, and 900 kg/ha of KCl. Pouring and weeding were depend on plant condition, and pesticide was used as protection from pest and plant disease. The observation conducted once a month on 14th–19th months after planting. The variables examined in this research are the height of plant, diameter canopy, length of leaf, width of leaf, number of leaves, number of suckers and number of stomata.

(15)

LEMBAR

PENGESAHAN

Judul : STUDI PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr.) CV.QUEEN HASIL PERBANYAKAN

IN VITRO SUBKULTUR III DI LAPANG Nama : Niswatun Chasanah

NRP : A00400027

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sobir, MSi. NIP. 131 841 754

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Depok, Jawa Barat pada tanggal 23

Februari 1981. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan

Bapak Drs. Budi Basuki (Alm.) dan Ibu Musriyati.

Pada tahun 1987 penulis bersekolah di TK Aisyiyah IV Bustanul

Athfal Depok. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1994 di SD

Negeri Depok Jaya I kemudian melanjutkan ke SMP Negeri II Depok dan lulus

tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di

SMU Negeri I Depok.

Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Program Studi

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas kebesaran, rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pertumbuhan

Vegetatif Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Sobir, MSi., selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan

pengarahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan

karya tulis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan

karya ilmiah ini.

3. Dr. Ir. Fatimah Nursandi, MSi., yang telah memberikan baha n penelitian dan

motivasi kepada penulis.

4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan fasilitas

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Bapak, Ibu, Mas Hari, Mas Bowo, Mbak Wily, dan Nung atas doa,

pengertian, pengorbanan dan kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis.

Sungguh hanya Allah yang tahu betapa rasa sayang dan cinta ini teramat

dalam.

6. Mbak Heny, Kak Ari, Om Boang, dan Bulik Sri atas dukungan moral maupun

materil selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.

7. Asih, Rina, Ita, Dini, Ave, Dina, Akh Mustolih, Akh Lee2c_yash, Febri,

Hendi, Gandhi, dan Imron yang telah membantu di lapang, laboratorium

maupun perpustakaan. Sungguh, bantuan kalian amat berarti.

8. Nana atas bantuan moral, semangat dan nasihat. Semoga persahabatan ini tak

lekang oleh waktu.

9. Akh Taufik dan Pipin atas bantuan selama pengolahan data.

(18)

11. Pak Ibramsyah dan Bu Yuyun atas bantuan selama di kebun Tajur 2.

12. Teman-teman dan adik-adik seperjuangan di LDF Faperta. Sungguh,

ukhuwah itu teramat indah dan berwarna, biarkan ia tetap menghiasi hati- hati

kita sampai kapanpun jua.

13. Teman-teman di Hortikultura 37 atas persahabatan dan kebersamaannya

selama ini. Adanya kalian membuat penulis semakin banyak belajar dalam

pencarian jati diri.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis selama penelitian sampai penyusunan karya ilmiah ini.

Bogor, April 2006

Penulis

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Tanaman Nanas ... 3

Ekologi Tanaman Nanas ... 5

Jenis-jenis Tanaman Nanas ... 7

Perbanyakan Tanaman nanas ... 8

Kultur Jaringan Nanas ... 8

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode... 12

Pelaksanaan ... 13

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum Percobaan ... 14

Hasil ... 17

Pembahasan ... 21

KESIMPULAN... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan

In Vitro Subkultur III di Lapang ... 16

2. Rata-rata Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada

14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 18

3. Rata-rata Jumlah Anakan per Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III dan Persentase Tanaman yang Memiliki Anakan per Perlakuan pada

14-19 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 19

4. Perbandingan Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur I, Subkultur III dan

Tanaman Asal Perbanyakan Konvensional ... 21

Lampiran

1. Data Iklim Stasiun Klimatologi Bogor pada Bulan Mei-Oktober

2005 ... 28

2. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen

Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ... 29

3. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen

Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ... 30

4. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil

Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang... 31

5. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil

(21)

6. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Jumlah Daun Nanas (Ananas Comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil

Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang... 33

7. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Jumlah Anakan Nanas (Ananas Comosus L. Merr.) Cv. Queen

Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang ... 34

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kondisi Pertanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada

19 Bulan Setelah Tana m (BST) ... 14

2. Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang yang Akan

Berbunga pada 16 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 15

3. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di

Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)... 17

4. Grafik Rata-rata Diameter Tajuk Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di

Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)... 17

5. Grafik Rata-rata Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)... 18

6. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)... 19

7. Grafik Rata-rata Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di

Lapang pada 19 Bulan Setelah Tanam (BST) ... 20

8. Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III pada Bidang Pandang

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nanas dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan

secara generatif dengan menggunakan bijinya dilakukan hanya untuk tujuan

pemuliaan. Umumnya nanas diperbanyak secara konvensional dengan

menggunakan bagian vegetatif tanaman.

Penelitian dengan menggunakan teknik perbanyakan tanaman nanas perlu

dikembangkan karena teknik perbanyakan konvensional dan modifikasinya tidak

efisien. Teknik perbanyakan konvensional dengan menggunakan bagian vegetatif

tanaman seperti crown (mahkota buah), slip (tunas dasar buah), shoot (tunas

samping) dan sucker (anakan) meme rlukan waktu lama, jumlah bibit yang dihasilkan sedikit dan tidak seragam.

Penggunaan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan nanas lebih efektif

dan efisien serta ketersediaan bibitnya lebih terjamin.Menurut Vesco et al. (2001)

dari satu mata tunas dapat dihasilkan 1 juta planlet dalam waktu 9 bulan dengan

interval subkultur 45 hari dan rata-rata multiplikasi 10 tunas untuk tiap mata

tunas. Menurut Imelda dan Erlyandari (2000) secara teoritis pada media MS yang

diberi BAP 1 mg/l akan diperoleh sebanyak 1.4 juta planlet dari satu mata tunas

mahkota buah dalam waktu satu tahun.

Dalam penelitian ini digunakan tanaman nanas hasil perbanyakan in vitro

subkultur III. Hormon 6-benzylaminopurine (BAP) yang ditambahkan dalam media in vitro akan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman

nanas setelah ditanam di lapang. Hormon BAP telah banyak berhasil dalam

perbanyakan in vitro berbagai tanaman hortikultura seperti pisang (Imelda, 1991),

nanas Bogor (Yusnita et al., 1999; Imelda dan Erlyandari, 2000), kentang (Satria,

2004) serta pepaya, jeruk dan manggis (Litz dan Jaiswal, 1991).

Teknik perbanyakan in vitro mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan perbanyakan konvensional yaitu : (1) membutuhkan bahan tanam atau eksplan

sedikit, (2) menghasilkan tanaman bebas patogen dalam waktu cepat dan ruangan

(24)

atau lingkungan dan (4) kecepatan produksi dapat diatur sesuai permintaan pasar

(Fiorina dan Liroti, 1987).

Teknik perbanyakan in vitro pada beberapa jenis tanaman terbukti efisien

namun pada tanaman nanas belum digunakan secara komersial karena

kemungkinan terjadi variasi (Bartholomew dan Criley, 1988). Perlakuan BAP

pada subkultur I memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keragaan vegetatif

tanaman di lapang dan terhadap kualitas buah yang dipanen (Nursandi, 2006).

Penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh BAP dan frekuensi subkultur

terhadap keragaan vegetatif tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman

nanas dalam jumlah besar dan seragam.

Tujuan Penelitian

Untuk mempelajari pengaruh BAP dalam media perbanyakan in vitro subkultur III terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen di lapang.

Hipotesis

Perbedaan taraf konsentrasi BAP dalam media perbanyakan in vitro subkultur III tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan

vegetatif tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.) cv. Queen di lapang.

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Nanas

Nanas (Ananas comosus L. Merr.) termasuk ke dalam kelas

Monocotyledonae, ordo Farinosae, famili Bromeliaceae dan genus Ananas

(Collins, 1960). Tanaman nanas berupa herba tahunan atau dua tahunan dengan

tinggi 50-100 cm (Wee dan Thongtham, 1997).

Tanaman nanas berasal dari Amerika Selatan yaitu di daerah Brazil,

Paraguay dan Argentina karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya

(Nakasone dan Paull, 1999). Suku Indian di daerah tropik Amerika telah lama

membudidayakan tanaman nanas setelah menyeleksinya berdasarkan ukuran

buah, kualitas buah dan ada atau tidaknya biji sehingga menjadi tanaman nanas

yang enak dimakan (Collins, 1960). Lebih lanjut disebutkan bahwa penyebaran

tanaman nanas dilakukan oleh para penjelajah Spanyol dan Portugis. Tanaman

nanas pada awalnya dibawa ke Afrika dan pada tahun 1550 dibawa ke India. Pada

abad ke 16 tanaman nanas sampai ke Cina, Pulau Jawa dan Filipina. Menurut

Nakasone dan Paull (1999) saat ini tanaman nanas telah dibudidayakan di hampir

semua daerah tropik dan subtropik dan menjadi salah satu buah tropik penting

dalam perdagangan internasional.

Tanaman nanas memiliki nama tertentu di setiap daerah atau negara.

Tanaman ini disebut pineapple (Inggris), pain de sucre (Perancis), apangdan (Filipina), Maneas (Kamboja), nat (Laos), yaannat (Thailand), thom (Vetnam), danas (Sunda) dan naneh (Sumatera) (Wee dan Thongtham, 1997). Negara penghasil nanas utama diantaranya Thailand, Brazil, Filipina, India, Cina,

Indonesia, Meksiko, Amerika Serikat, Pantai Gading, Malaysia, Afrika Selatan

dan Banglades (FAO, 2005).

Salah satu ciri khas tanaman nanas antara lain memiliki perakaran yang

terbatas, tumbuh pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, dapat

menyimpan air pada ketiak daun, dan mempunya i jaringan penyimpan air pada

daun-daunnya sehingga tanaman nanas dapat bertahan pada kondisi kering dalam

waktu yang relatif lama (Collins, 1960). Menurut Nakasone dan Paull (1999)

(26)

sekitar 15 cm. Namun dalam tanah yang remah, subur dan bebas dari parasit, akar

tanaman nanas dapat memanjang sekitar 50 cm secara vertikal dan 1.83 m secara

horizontal dalam waktu satu tahun.

Batang tanaman nanas pendek dengan diameter batang bagian bawah lebih

kecil dibandingkan diameter bagian atas. Seluruh batang tertutup oleh daun dan

akar sehingga baru akan terlihat setelah daun dan akar dibuang (Collins, 1960).

Menurut Nakasone dan Paull (1999) batang tanaman nanas dewasa berbentuk

tongkat dengan panjang sekitar 30-35 cm dan diameter bagian batang yang paling

tebal mencapai 6.5-7.5 cm.

Daun tanaman nanas berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m

atau lebih dengan lebar 5-8 cm. Pinggiran daun berduri atau hampir rata

tergantung varietasnya. Ba gian ujung daun lancip, bagian pangkal daun

berdaging, berserat, beralur dan tersusun dalam spiral yang menutupi seluruh

batang (Wee dan Thongtham, 1997). Jumlah daun meningkat secara teratur

dengan rata-rata pertambahan daun lima atau enam helai per bulan sehingga

ketika dewasa tanaman nanas mempunyai sekitar 70-80 helai daun yang aktif

(Nakasone dan Paull, 1999).

Bunga nanas merupakan bunga hermaprodit dengan enam benangsari dan

satu tangkai putik yang berisi kepala putik yang bercabang tiga (Nakasone dan

Paull, 1999). Perbungaan nanas merupakan gabungan dari 200 kuntum bunga

yang tak bertangkai dan berwarna lembayung kemerah- merahan (Wee dan

Thongtham, 1997). Tanaman nanas mempunyai tepung sari dan indung embrio

fertil namun tidak kompatibel sendiri. Kebanyakan kultivar kompatibel silang dan

menghasilkan biji jika disilangkan dengan jumlah biji mencapai 2000-3000 butir

per buah (Collins, 1960). Menurut Wee dan Thongtham (1997) pada

pembudidayaan nanas secara komersial hanya ditanam satu kultivar pada satu

lahan untuk mencegah terjadinya persilangan.

Buah nanas merupakan buah majemuk yang terdiri dari 100 sampai 200

anak buah yang bergabung pada inti atau poros buah. Buah nanas memiliki

panjang sekitar 20.5 cm dengan diameter 14.5 cm dan berat 2.2 kg (Collins,

1960). Lebih lanjut disebutkan bahwa biasanya terdapat dua rangkaian spiral mata

(27)

mulai dari dasar buah hingga ke ujung buah. Rangkaian spiral yang satu

kemiringannya lebih landai sedangkan yang lainnya lebih curam. Menurut

Nakasone dan Paull (1999) buah nanas memiliki delapan baris spiral mata dari

dasar buah hingga ujung buah dengan kemiringan landai dan 13 baris spiral mata

dengan kemiringan yang lebih curam. Lebih lanjut disebutkan bahwa waktu antara

akhir mekarnya bunga sampai masaknya buah yaitu sekitar empat bulan

sedangkan total waktu antara inisiasi pembungaan hingga pemanenan yaitu sekitar

enam sampai tujuh bulan.

Menurut Wee dan Thongtham (1997) hama yang paling berbahaya pada

pertanaman nanas adalah kutu bubuk (Dysmicoccus brevipes). Serangga ini umum

dijumpai di daerah tropik. Penyebaran kutu bubuk ke areal pertanaman nanas

dibantu oleh semut-semut yang membangun hubungan simbiosis dengan kutu

bubuk. Selain itu kumbang Carpophilus foveicollis juga merupakan hama penting dalam pertanaman nanas. Kumbang ini menjadikan buah nanas yang sudah

matang sebagai tempat perkembangbiakannya.

Menurut Wee dan Thongtham (1997) beberapa penyakit yang banyak

dijumpai dalam pertanaman nanas diantaranya yaitu penyakit layu buah yang

disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi, busuk bagian tengah (heart rot) yang disebabkan oleh Phytophthora cinnamomi dan P. parasitica dan penyakit marmer

(marbling disease) yang disebabkan oleh Erwinia ananas. Selain itu terdapat penyakit kantung menjangat (leathery pocket), busuk poros buah, penggabusan

bagian dalam buah (interfruitlet corking), busuk basah dan busuk berkhamir

(yeastly rot).

Ekologi Tanaman Nanas

Nanas dapat tumbuh dengan baik di daerah antara 25oLU dan 25oLS. Umur tanaman meningkat dengan makin jauhnya dari ekuator dan makin

tingginya tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997). Tanaman nanas dapat

tumbuh di daerah dengan ketinggian sampai 1525 m (Collins, 1960).

Tanah yang ideal untuk pertanaman nanas adalah tanah liat berpasir

dengan drainase yang baik untuk mencegah penggenangan dan penyakit busuk

(28)

menyukai tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dan pH antara 4.5-6.5.

Akan tetapi, tanaman nanas dapat dipelihara pula pada tipe tanah yang sangat

bervariasi, seperti tanah gambut yang asam.

Temperatur adalah faktor terpenting dalam pembudidayaan nanas.

Temperatur minimum untuk pertanaman nanas antara 15oC-20oC sedangkan temperatur maksimumnya antara 25oC-32oC. Temperatur optimum yang cocok untuk pertanaman nanas adalah 30oC di siang hari dan 20oC di malam hari. Pada suhu yang terlalu dingin, pertumbuhan tanaman nanas tertunda, daun-daun sempit,

lebih pendek dan kaku, slips lebih banyak, buah lebih kecil dengan mata yang menonjol dan daging buram. Selain itu buahnya lebih asam dan rendah kadar

gulanya (Nakasone dan Paull, 1999).

Tanaman nanas termasuk ke dalam tanaman dengan jalur fotosintesis tipe

CAM (Crassulacean Acid Metabolism) dan merupakan tanaman xerofit yang tahan terhadap kekeringan untuk waktu yang lama (Nakasone dan Paull, 1999).

Pada siang hari jumlah kandungan asam organik menurun, disertai dengan

peningkatan pH cairan sel daun sedangkan pada malam hari terjadi keadaan yang

sebaliknya. Pola harian kandungan asam organik dari tumbuhan CAM diikuti oleh

pola harian pembukaan dan penutupan stomata yang terdapat pada permukaan

daunnya. Stomata terbuka pada malam hari sehingga CO2 dapat berdifusi ke

dalam daun, difiksasi melalui bantuan PEP karboksilase (fosfoenol piruvat

karboksilase) menjadi asam malat. Pada siang hari stomata tertutup sehingga laju

transpirasi akan dihambat (Prawiranata et al., 1994).

Walaupun tanaman nanas toleran terhadap kekeringan dalam waktu yang

lama, namun air sangat dibutuhkan untuk penyerapan unsur-unsur hara yang

terkandung di dalamnya. Curah hujan yang dibutuhkan dalam pertanaman nanas

adalah antara 600 mm sampai 3500 mm per tahun dengan curah hujan optimum

1000-1500 mm per tahun (Nakasone dan Paull, 1999).

Intensitas cahaya yang diterima tanaman nanas yang sedang tumbuh

sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kualitas bua h. Persentase cahaya

yang sangat rendah menghambat pertumbuhan dan menghasilkan buah yang kecil

dengan kualitas yang rendah. Namun, terlalu banyak cahaya dapat menyebabkan

(29)

Jenis-jenis Tanaman Nanas

Menurut Wee dan Thongtham (1997) terdapat banyak kultivar tanaman

nanas yang berbeda-beda dalam ukuran tanaman, ukuran buah, warna dan rasa

daging buah serta pinggiran daunnya yang rata atau berduri. Tanaman nanas untuk

produksi komersial umumnya dibagi menjadi enam kultivar yaitu Cayenne, Queen, Red Spanish, Singapore Spanish, Abacaxi dan Cabezona.

Cayenne adalah yang paling luas penanamannya, banyak ditanam di Filipina, Thailand, Hawaii, Kenya, Meksiko dan Taiwan. Kultivar ini mempunyai

ukuran daun sekitar 100 cm x 6.5 cm, bagian atas daun berwarna

kemerah-merahan sedangkan bagian bawah daun kelabu keperak-perakan dengan tepi daun

rata dan sedikit duri di pangkal serta ujung daun. Buahnya berbentuk silinder,

daging buah berwarna kuning pucat sampai kuning dengan berat sekitar 2.5 kg

(Wee dan Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) kultivar

Cayenne memiliki buah dengan warna kulit oranye, bermata dangkal, rasanya manis, sedikit serat dan juicy.

Queen banyak ditanam di Australia dan Afrika Selatan untuk diperdagangkan dalam bentuk segar. Baik tanaman maupun buahnya berukuran

lebih kecil dibandingkan Cayenne, daunnya berduri, daging buahnya berwarna kuning keemasan dan berat buah sekitar 0.5-1.3 kg (Wee dan Thongtham, 1997).

Menurut Nakasone dan Paull (1999) kultivar Queen memiliki kulit buah berwarna kuning dan bermata dalam. Buahnya memiliki rasa lebih manis dibandingkan

Cayenne, keasaman rendah dan rendah serat.

Red Spanish terutama ditanam di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, daunnya panjang dan berduri dengan serat yang sangat kuat sehingga

dimanfaatkan untuk membuat kain di Filipina. Buahnya memiliki berat sekitar

0.9-1.8 kg dengan daging buah berwarna kuning pucat (Wee dan Thongtham,

1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) Red Spanish memiliki kulit buah berwarna merah dengan mata dalam, rasanya agak asam dan berserat.

Singapore Spanish banyak dipelihara di Malaysia untuk dikalengkan. Daunnya memiliki panjang sekitar 1 m, berduri sedikit di ujungnya, buahnya

memiliki berat sekitar 1.6-2.3 kg dengan daging buah berwarna kuning keemasan

(30)

Abacaxi banyak ditanam di Brazil untuk pasaran lokal. Tepi daun berduri,

daging buah berwarna kuning pucat dengan berat buah sekitar 1.5 kg (Wee dan

Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1999) Abacaxi memiliki kulit buah berwarna kuning dengan rasa buah manis, lembut dan juicy sehingga tidak

cocok untuk dikalengkan atau diekspor dalam bentuk segar.

Cabezona banyak ditanam di Puerto Rico untuk diperdagangkan buahnya

dalam bentuk segar (Wee dan Thongtham, 1997). Menurut Nakasone dan Paull

(1999) Cabezona memiliki tanaman dan buah yang berukuran besar dengan berat

buah sekitar 4.5-6.5 kg dan diperdagangkan untuk pasaran lokal Puerto Rico dan

Meksiko dimana konsumennya lebih menyukai buah nanas berukuran besar.

Perbanyakan Tanaman Nanas

Perbanyakan tanaman nanas secara aseksual dapat menggunakan tunas

akar (suckers), tunas batang (shoots), tunas tangkai buah (hapas), tunas dasar buah (slips), mahkota (crown) dan stek batang. Suckers yaitu tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di permukaan tanah. Shoots yaitu tunas yang tumbuh dari bagian batang di atas permukaan tanah. Hapas yaitu tunas yang

tumbuh dari pangkal tangkai buah (peduncle). Slips yaitu tunas yang tumbuh di bawah dasar buah. Crown yaitu tunas yang tumbuh di atas pucuk buah sedangkan

stek batang ditumbuhkan dari potongan batang yang mempunyai mata tunas tidur

(Collins, 1960). Dari bermacam bahan perbanyakan tersebut, yang paling banyak

digunakan yaitu suckers, shoots, slips dan crown (Nakasone dan Paull, 1999).

Lamanya waktu dari penanaman hingga pemanenan tergantung dari bahan

perbanyakan yang digunakan. Tanaman yang berasal dari slips akan berbuah

dalam waktu 18-20 bulan setelah tanam, shoots 15 bulan setelah tanam sedangkan

crown 22 bulan setelah tanam (Hartmann et al., 1997). Tanaman yang berasal dari

suckers dapat berbuah pada 14-17 bulan setelah tanam (Nakasone dan Paull, 1999).

Kultur Jaringan Nanas

Schleiden dan Schwan pada tahun 1838 mengemukakan teori totipotensi

(31)

dengan zygot, yang merupakan asal pertumbuhan tanaman dan mempunyai

informasi genetik yang diperlukan untuk mengarahkan perkembangan sel menjadi

tumbuhan dewasa (Prawiranata et al., 1994). Berdasarkan informasi tersebut maka

berkembang teknik perbanyakan tanaman secara kultur jaringan (in vitro).

Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian-bagian

tanaman seperti protoplas, sel, sekelompok sel ataupun organ kemudian

menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali

(Suryowinoto, 1996). Menurut Wattimena (1988) teknik kultur jaringan berguna

untuk mendapatkan bibit dalam jumlah besar serta seragam.

Menurut Hartmann et al. (1997) terdapat tiga tahap dalam teknik kultur jaringan. Tahap pertama adalah usaha memperoleh eksplan yang bersih dan steril

dan menumbuhkannya dalam media yang mengandung hara. Tahap ini juga

disebut sebagai tahap inisiasi. Tahap kedua adalah penggandaan propagula yang

cepat sehingga diperoleh tanaman dalam jumlah besar. Tahap ketiga adalah

aklimatisasi dimana tanaman diadaptasikan dalam lingkungan tumbuh di luar

kultur. Pada tahap ini dilakukan pemindahan planlet ke media tanam dalam pot

atau tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam kultur

adalah sumber eksplan, genotipe tanaman induk, media kultur dan lingkungan

tumbuh (Wiendi et al., 1991). Komponen utama dalam media kultur meliputi

garam mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan zat pengatur tumbuh

(Gamborg, 1991).

Penggunaan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan nanas telah diteliti

dengan menggunakan berbagai eksplan seperti tunas samping atau tunas ketiak,

mata tunas tidur mahkota buah ataupun tunas pucuk (Rangan, 1984). Menurut

Vesco et al. (2001) dari satu mata tunas dapat dihasilkan 1 juta planlet dalam waktu 9 bulan dengan interval subkultur 45 hari dan rata-rata multiplikasi 10

tunas untuk tiap mata tunas. Sedangkan menurut Imelda dan Erlyandari (2000)

teknik in vitro sangat efisien dalam penyediaan bibit nanas Bogor, secara teoritis pemberian zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 1 mg/l ke dalam media

(32)

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang terdapat secara alami

maupun sintetik dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam jaringan tertentu

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena,

1988). Dari jaringa n, zat pengatur tumbuh ditranslokasikan ke bagian lain dan

menimbulkan respon dengan cara mendorong, merangsang, menghambat atau

menahan proses fisiologis, biologis maupun morfologis yang spesifik. Zat

pengatur tumbuh yang digolongkan ke dalam fungsi- fungs i tersebut antara lain

auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan etilen (Wattimena, 1988).

Menurut Gunawan (1988) ada dua golongan zat pengatur tumbuh yang

sangat penting dalam kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin. Auksin berfungsi

merangsang pembentukan kalus, suspensi sel dan organ sedangkan sitokonin

berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.

Secara fisiologis sitokinin dan turunannya berpengaruh terhadap stimulasi

dan diferensiasi sel, pemanjangan dan perluasan daun serta pengembangan

kotiledon (Karanof et al., 1991). Sitokinin terdapat dalam dua kategori yaitu sitokinin endogen dan sitokinin sintetik. Salah satu sitokinin sintetik adalah BAP

(6-benzylaminopurine). Peran fisiologis sitokinin adalah mendorong pembelaha n

sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada

kentang serta menghambat senesen dan absisi (Wattimena et al., 1992).

Dari berbagai hormon sitokinin sintetik yang umum dipakai, BAP paling

sering digunakan karena sangat efektif dalam menginduksi pembentukan dan

penggandaan tunas, mudah didapat dan harganya relatif lebih murah (George dan

Sherington, 1984). Menurut Quinlan dan Weaver (1969) dalam Gardner (1991) BAP berperan dalam penyimpanan klorofil, pengumpulan asam amino dan

penyimpanan protein dalam daun yang semuanya menunjukkan penundaan proses

penuaan.

Pada saat terbentuk pucuk dan akar dalam botol kultur, planlet dapat

dipindahkan pada media in vivo. Planlet harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrof menjadi autotrof. Masa penyesuaian ini disebut aklimatisasi (Gunawan,

1988).

(33)

kurangnya lignifikasi pada batang, stomata yang tidak berfungsi dengan baik dan

sel-sel palisade yang sedikit pada daun sehingga fotosintesis rendah. Planlet

berkembang dalam botol kultur yang mempunyai lingkungan dengan tingkat

pencahayaan rendah, aseptik, cukup gula dan hara untuk tumbuh secara heterotrof

dan kelembaban relatif tinggi (Hartmann et al., 1997). Preece dan Sutter (1991) menyatakan bahwa kondisi tersebut akan menghasilkan mutu fenotipe yang

kurang mempunyai kemampuan untuk mengatasi kondisi lingkungan bila

dipindahkan ke lapang sehingga tanaman hasil kultur in vitro membutuhkan proses aklimatisasi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di lapangan.

Menurut Hussey (1983) sistem perakaran dan pucuk tanaman hasil kultur in vitro

membutuhkan suatu adaptasi terhadap kondisi normal.

Planlet perlu disiapkan agar dapat hidup dalam kondisi lapang yaitu

dengan merangsang pembentukan akar, memberikan kekebalan terhadap patogen

dan membuat peralihan dari kondisi heterotrof ke autotrof (Murashige, 1974).

Proses aklimatisasi dapat dimulai pada kondisi in vitro yaitu memindahkan planlet

ke media tanpa hormon, meningkatkan intensitas cahaya (Hartmann et al., 1997; Pierik, 1987) dan membuka tutup kultur sedikit demi sedikit selama beberapa hari

sebelum pemindahan bibit (Preece dan Sutter, 1991). Menurut Rahmawati et al. (2004) tanaman yang kualitas in vitronya baik maka akan tumbuh baik pula ketika

(34)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan

Tropika, Tajur, Bo gor, dengan ketinggian lahan 250 m di atas permukaan laut,

dan suhu harian berkisar 21oC-33oC. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober 2005.

Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman nanas

kultivar Queen hasil subkultur III dengan eksplan dari mahkota (crown) yang berbeda yang diberi perlakuan beberapa taraf konsentrasi BAP

(6-Benzylaminopurine) yaitu 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Bahan lain yang digunakan yaitu

pupuk urea, TSP, KCl dan pestisida.

Alat yang digunakan adalah alat-alat perkebunan, kamera, meteran, alat

tulis, kutek, selotip, gunting, gelas obyek dan mikroskop.

Metode

Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) faktor tunggal, yaitu faktor perlakuan konsentrasi BAP dengan 4 taraf

perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 mg/l. Setiap perlakuan

diulang lima kali yang terdiri dari tanaman nanas hasil kultur in vitro yang berasal

dari lima mahkota nanas yang berbeda. Masing- masing perlakuan terdiri dari 20

tanaman. Model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij : Pengamatan pada media perlakuan ke- i dan kelompok ke-j

(i = 1, 2, 3, 4; j = 1, 2, 3, 4, 5) µ : Nilai rataan umum

(35)

εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke- i dan kelompok ke-j

Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji F. Bila uji F

menunjukkan pengaruh nyata pada taraf α=5% maupun α=1%, maka dilanjutkan

dengan uji DMRT.

Pelaksanaan

Bibit nanas hasil kultur in vitro yang berumur 2 bulan setelah aklimatisasi

ditanam dalam bedengan yang berukuran 1.4 m x 36 m dengan jarak tanam 60 cm

x 30 cm. Tanaman diberi pupuk kandang pada saat tanam dengan dosis 4 kg/m2. Tanaman diberi pupuk anorganik dengan dosis urea 3 g/tanaman, TSP 3

g/tanaman dan KCl 3 g/tanaman. Pupuk tersebut diaplikasikan pada 1, 4, 7, 10

dan 13 bulan setelah tanam (BST).

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 14 bulan setelah tanam

(BST) dan diamati setiap sebulan sekali. Peubah yang diamati meliputi :

1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun

terpanjang yang ditangkupkan ke atas.

2. Diameter tajuk tanaman, diukur berdasarkan garis tengah tanaman dari

ujung daun terluar melewati titik tumbuh tanaman.

3. Panjang daun, diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dari daun yang

terpanjang.

4. Lebar daun, diukur dari bagian daun terlebar dari daun yang terpanjang.

5. Jumlah daun, dihitung dari banyaknya daun yang ada pada semua ruas

termasuk daun yang masih menguncup.

6. Jumlah anakan, dihitung dari banyaknya jumlah tunas yang muncul dari

bagian batang yang berada di permukaan tanah.

7. Jumlah stomata, dihitung dari stomata yang tampak dalam bidang pandang

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

[image:36.596.141.480.230.483.2]

Secara umum kondisi pertanaman nanas selama penelitian cukup baik

(Gambar 1). Temperatur maksimum rata-rata 31.8oC sedangkan temperatur minimum rata-rata 22.4oC dengan curah hujan rata-rata 295.7 mm/bulan dan hari hujan rata-rata 14.5 hari/bulan (Tabel Lampiran 1).

Gambar 1. Kondisi Pertanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Hama yang dominan ditemukan selama penelitian yaitu kutu bubuk

(Dysmicoccus brevipes), lundi dan semut. Kutu bubuk menyerang bagian bawah

tanaman yang dekat dengan permukaan tanah dengan cara menusuk dan

menghisap (Direktorat Tanaman Buah Deptan, 2004). Lundi dan semut

menyerang bagian perakaran sehingga menyebabkan terganggunya penyerapan

hara dan air oleh akar. Pengendalian hama dengan penyemprotan curacron 2 cc/l

sesuai dengan kondisi pertanaman nanas.

Penyakit yang menyerang pertanaman nanas pada 18 bulan setelah tanam

(37)

ini disebabkan oleh Phythopthora cinnamomi atau P. parasitica. Gejala yang

ditimbulkan yaitu daun tanaman tampak klorosis dengan ujung nekrosis,

daun-daun muda mudah dicabut karena pangkalnya busuk, bagian daun-daun yang busuk

mempunyai batas berwarna coklat (Direktorat Tanaman Buah Deptan, 2004).

Penyakit ini menyerang beberapa tanaman di luar tanaman contoh. Pengendalian

dengan cara mencabut tanaman yang terserang.

Gulma yang dominan ditemukan selama penelitian adalah alang-alang

(Imperata cylindrica) dan rumput teki (Cyperus rotundus). Pengendalian gulma dilakukan secara manual setiap dua minggu sekali. Menurut Wee dan Thongtham

(1997) gulma dapat menurunkan hasil panen nanas sekitar 21%-42%. Beberapa

[image:37.596.170.454.331.545.2]

tanaman mulai berbunga pada 16 BST (Gambar 2).

Gambar 2. Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang yang Akan Berbunga pada 16 Bulan Setelah Tanam (BST)

Perbedaan konsentrasi 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media kultur tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman, lebar daun,

jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah stomata. Perbedaan konsentrasi BAP

hanya berpengaruh terhadap panjang daun pada 19 bulan setelah tanam (BST)

(38)
[image:38.596.116.518.144.719.2]

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

Peubah Umur Tanaman Pengaruh BAP

1. Tinggi tanaman 14 BST tn

15 BST tn

16 BST tn

17 BST tn

18 BST tn

19 BST tn

2. Diameter tajuk 14 BST tn

15 BST tn

16 BST tn

17 BST tn

18 BST tn

19 BST tn

3. Panjang daun 14 BST tn

15 BST tn

16 BST tn

17 BST tn

18 BST tn

19 BST *

4. Lebar daun 14 BST tn

15 BST tn

16 BST tn

17 BST tn

18 BST tn

19 BST tn

5. Jumlah daun 14 BST tn

15 BST tn

16 BST tn

17 BST tn

18 BST tn

19 BST tn

6. Jumlah anakan 14 BST **

15 BST **

16 BST **

17 BST **

18 BST **

19 BST **

7. Jumlah stomata 19 BST tn

Keterangan : BST : Bulan Setelah Tanam

(39)

Hasil

Rata-rata tinggi tanaman terus meningkat pada 14-19 BST namun rata-rata

pertambahan tinggi tanaman mengalami penurunan (Gambar 3). Hal ini terjadi

karena tanaman akan memasuki fase generatif yang dicirikan oleh semakin

melambatnya pertambahan tinggi tanaman.

61.25 65.03

68.04 71.31

76.77 73.99

50 60 70 80

14 15 16 17 18 19

Umur tanaman (BST)

[image:39.596.174.461.208.351.2]

Tinggi tanaman (cm)

Gambar 3. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Rata-rata diameter tajuk terus meningkat pada 14-19 BST namun rata-rata

pertambahan diameter tajuk mengalami penurunan pada 17-19 BST (Gambar 4).

102.28 98.25

93.83 89.33

84.89 80.35

70 80 90 100 110

14 15 16 17 18 19

Umur tanaman (BST)

Diameter tajuk (cm)

[image:39.596.171.460.512.650.2]
(40)

Perbedaan konsentrasi BAP tidak memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap panjang daun pada 14-18 BST namun pada 19 BST perbedaan

konsentrasi BAP memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Tanaman dengan

perlakuan BAP 0.5 mg/l menunjukkan rata-rata panjang daun tertinggi yaitu

[image:40.596.105.516.265.351.2]

sebesar 61.39 cm (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Panjang Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Perlakuan BAP (mg/l)

Panjang daun (cm)

14 BST 15 BST 16 BST 17 BST 18 BST 19 BST 0.5 49.36 52.60 54.36 57.00 59.17 61.39a

1 48.50 50.84 53.27 55.40 57.04 58.74b 2 48.66 50.47 51.33 54.01 55.93 57.89b 4 47.03 49.22 51.34 53.49 56.05 58.65b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

Rata-rata lebar daun terus meningkat dari 14 BST hingga 19 BST (Gambar

5). Pada 18 BST terjadi penurunan rata-rata pertambahan lebar daun. Hal ini

terjadi karena tanaman akan memasuki fase generatif.

Gambar 5. Grafik Rata-rata Lebar Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Rata-rata jumlah daun terus meningkat dari 14 BST hingga 19 BST. Pada

19 BST rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 5.97 helai (Gambar 6). 4.73 4.53 4.41 4.18 3.99 3.75 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

14 15 16 17 18 19

Umur tanaman (BST)

[image:40.596.168.456.488.629.2]
(41)

57.99 52.02 46.42 42.46 38.84 34.63 0 20 40 60 80

14 15 16 17 18 19

Umur tanaman (BST)

[image:41.596.173.462.103.242.2]

Jumlah daun

Gambar 6. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Pada 1 BST hingga 19 BST tanaman dengan perlakuan BAP 2 mg/l

memiliki rata-rata jumlah anakan yang paling tinggi sedangkan tanaman dengan

perlakuan BAP 4 mg/l memiliki rata-rata jumlah anakan terendah (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan per Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III dan Persentase Tanaman yang Memiliki Anakan per Perlakuan pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)

Umur Tanaman (BST)

BAP (mg/l)

0.5 1 2 4

14 4.2b

(53%) 4.3b (46%) 6.1a (61%) 3.2b (51%)

15 5.3b

(57%) 6.2ab (53%) 7.9a (68%) 4.5b (56%)

16 6.1b

(62%) 7.8ab (54%) 9.5a (71%) 5.7b (64%)

17 7.3b

(65%) 9.6ab (56%) 11.5a (72%) 7.2b (65%)

18 9.6b

(68%) 12.5ab (60%) 15.3a (74%) 9.4b (68%)

19 12.3b

(74%) 15.8ab (62%) 19.6a (77%) 11.9b (70%)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

[image:41.596.112.513.490.686.2]
(42)

Perbedaan konsentrasi BAP tidak memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap jumlah stomata pada 19 BST (Tabel 1). Rata-rata jumlah stomata daun

pada tanaman dengan perlakuan BAP 0.5 mg/l, 1 mg/l, 2 mg/l dan 4 mg/l

[image:42.596.128.485.195.322.2]

berturut-turut yaitu 23.22, 23.43, 24.19 dan 23.66 (Gambar 7).

Gambar 7. Grafik Rata-rata Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 19 Bulan Setelah Tanam (BST)

23.2 23.4

24.2

23.7

22.5 23.0 23.5 24.0 24.5

BAP 0.5 BAP 1 BAP 2 BAP 4

(43)

Pembahasan

Hasil sidik ragam (Tabel 1) me nunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

BAP secara umum tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk,

panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan jumlah stomata. Subkultur yang

berulang-ulang menyebabkan pemberian BAP tidak mempengaruhi keseimbangan

hormon endogen eksplan ke arah pertumbuhan. Menurut Wiendi et al. (1991)

pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro dipengaruhi oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh yang ada di dalam eksplan.

Subkultur kalus yang berulang-ulang dapat menyebabkan sel kehilangan daya

morfogenetiknya.

Pertanaman nanas di lapang menunjukkan keragaman walaupun jenis atau

kultivarnya sama dan ditumbuhkan dalam kondisi lapang yang sama. Hal ini

terlihat dari hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 2-8), dimana ulangan atau

kelompok memberikan pengaruh yang berbeda terhadap semua peubah

pengamatan. Adanya keragaman yang terjadi antar ulangan dalam percobaan ini

disebabkan oleh asal mahkota yang berbeda pada masing- masing ulangan.

Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur

III menunjukkan tinggi tanaman, diameter tajuk dan panjang daun yang relatif

lebih rendah dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional (Tabel 4).

Tabel 4. Perbandingan Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur I, Subkultur III dan Tanaman Asal Perbanyakan Konvensional

Peubah Subkultur I* Subkultur III Konvensional**

Tinggi tanaman (cm) 69.68 71.31 85.95

Diameter tajuk (cm) 88.34 93.83 124.24

Panjang daun (cm) 59.04 54.98 71.23

Lebar daun (cm) 5.08 4.41 3.78

Jumlah daun 51.22 46.42 27.89

Jumlah anakan 14.40 8.95 5.12

Keterangan :* Nursandi, 2006

[image:43.596.112.519.553.714.2]
(44)

Menurut Wattimena (1988) sitokinin menghambat dominasi apikal serta

merangsang ploriferasi tunas ketiak dan munculnya tunas baru. Dengan

penghambatan dominasi apikal maka pertumbuhan tanaman mengarah kepada

pertumbuhan lateral sehingga akan mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman.

Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III menunjukkan tinggi tanaman dan diameter tajuk yang relatif lebih tinggi

dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in vitro subkultur I (Tabel 4). Menurut

Wiendi et al. (1991) subkultur yang berulang-ulang menyebabkan sel kehilangan

daya morfogenetiknya.

Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III memiliki jumlah daun dan jumlah anakan yang relatif lebih tinggi

dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional namun jumlah daun dan

jumlah anakannya relatif lebih rendah dibandingkan tanaman hasil perbanyakan in

vitro subkultur I (Tabel 48). Menurut Sari dan Imelda (2004) pengaruh BAP yang berperan dalam menggandakan tunas lebih kuat sehingga pada media yang

mengandung BAP penggandaan tunas lebih menonjol daripada pertumbuhan

tunas tersebut. Pada akhir pengamatan, rata-rata pertambahan jumlah daun yaitu

sebesar 5.97 helai (Gambar 6). Menurut Nakasone dan Paull (1999) rata-rata

pertambahan jumlah daun pada tanaman nanas biasanya antara 5-6 helai daun per

bulan.

Perbedaan konsentrasi BAP memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

jumlah anakan (suckers). Pada 14 BST tanaman dengan perlakuan BAP 2 mg/l memiliki rata-rata jumlah anakan tertinggi (6.1 anakan). Pada 15-19 BST tanaman

dengan perlakuan BAP 2 mg/l memiliki rata-rata jumlah anakan yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan BAP 0.5 mg/l dan 4 mg/l. Persentase tanaman beranak

tertinggi pada 14-19 BST terdapat pada perlakuan BAP 2 mg/l sedangkan

persentase tanaman beranak terendah terdapat pada perlakuan BAP 1 mg/l (Tabel

3). Menurut Wattimena et al. (1992) sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel dan pembentukan tunas. Menurut Imelda dan Erlyandari (2000)

BAP efektif dalam menggandakan tunas asal diberikan dalam jumlah yang tepat.

Menurut Agustina (2005) sitokinin dengan konsentrasi yang tinggi dapat

(45)

subkultur I. Lebih lanjut disebutkan bahwa ukuran tanaman yang lebih kecil

dibandingkan tanaman yang lainnya juga dapat mengakibatkan jumlah anakan

sedikit. Pada subkultur III didapatkan bahwa jumlah anakan semakin meningkat

seiring dengan peningkatan konsentrasi BAP hingga 2 mg/l (Tabel 3).

Dari pengamatan di lapang juga didapat bahwa ukuran tanaman yang besar

tidak menyebabkan jumlah anakan semakin banyak. Untuk mendapatkan jumlah

anakan yang banyak diperlukan pemberian BAP dalam konsentrasi yang tepat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tristiawati (2005) yang menunjukkan

bahwa tanaman dengan perlakuan BAP 2 mg/l memberikan jumlah anakan dan

persentase tanaman beranak yang terbanyak.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop, stomata tanaman nanas

terdapat di permukaan bawah daun dengan rata-rata jumlah stomata sebanyak 23.6

pada bidang pandang mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 kali (Gambar 8).

Menurut Dwidjoseputro (1994) pada tanaman darat umumnya stomata dijumpai

pada permukaan daun bagian bawah. Stomata tidak hanya terdapat di daun

namun juga dapat ditemui pada ranting dan batang muda dengan jumlah yang

[image:45.596.170.455.462.663.2]

berbeda-beda pada setiap spesies tanaman.

(46)

KESIMPULAN

Perbedaan konsentrasi 6-Benzylaminopurine (BAP) dalam media in vitro subkultur III tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tajuk tanaman,

lebar daun, jumlah daun dan jumlah stomata daun tanaman di lapang. Perbedaan

konsentrasi BAP berpengaruh terhadap panjang daun pada 19 BST dimana

perlakuan BAP 0.5 mg/l memberikan rata-rata panjang daun tertinggi. Perbedaan

konsentrasi BAP berpengaruh terhadap jumlah anakan pada 14-19 BST dimana

perlakuan BAP 2 mg/l memberikan rata-rata jumlah anakan tertinggi.

Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III menunjukkan tinggi tanaman, diameter tajuk dan panjang daun yang relatif

lebih rendah dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional namun tinggi

tanaman dan diameter tajuknya relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman hasil

perbanyakan in vitro subkultur I. Keragaan tanaman nanas cv. Queen hasil perbanyakan in vitro subkultur III memiliki jumlah daun dan jumlah anakan yang relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman hasil perbanyakan konvensional namun

jumlah daun dan jumlah anakannya relatif lebih rendah dibandingkan tana man

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, G.G.R. 2005. Studi pertumbuhan vegetatif tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr) kultivar Queen hasil kultur in vitro. Skripsi. Faperta, IPB. Bogor. 41 hal.

Bartholomew, DP. And RA. Criley. 1988. Tropical fruit and beverage crops. In: Nickell, LG. (Ed.). Plant Regulating Chemicals. CRC Press, Inc. Florida.

Collins, J.L 1960. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London. 292 pp.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 1994. Penuntun Budidaya Hortikultura. Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.

Direktorat Tanaman Buah Deptan RI. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang. Dirjen Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 16 hal.

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fiorino, P. and F. Loreti. 1987. Propagation of fruit trees by tissue culture in Italy. HortScience 22:353-358.

Food and Agriculture Orga nization. 2005. FAO Statistics. Rome, Italy.

Gamborg, O.L. 1991. Kalus dan kultur sel. Hal. 1-13. Dalam: Wetter, L.R. dan F. Constable (Ed.). Metode Kultur Jaringan Tanaman. Edisi Kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.UI Press. 428 hal.

George, E.F. and P.D. Sherington. 1984. Plant and Propagation by Tissue Culture. Exegetics Ltd. Eastern Press. England. 709pp.

Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. 252 hal.

Hartmann, H. T., D. E. Kester, F.T. Davis, and R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles and Practice. 6th ed. Prentice Hall. Inc. London. 647pp.

(48)

Imelda, M. 1991. Penerapan teknologi in vitro dalam penyediaan bibit pisang. Pros. Seminar Bioteknologi Perkebunan dan Lokakarya Biopolimer Untuk Industri. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. Hal.71-79.

Imelda, M. dan F. Erlyandari. 2000. Produksi bibit Nanas Bogor (Ananas comosus L. Merr) melalui proliferasi tunas. Pros. Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi III. Puslitbang Bioteknologi, LIPI. Cibinong. Hal.443-448.

Karanof, E., L. Illief, J.T.S. Georgiev, M. Tsolova, F. Alexiefa, and I. Puneva. 1991. Physiology and Application of Phenyl Urea Cytokinin. Pros. The 14th International Conference on Plant Growth Substances. Amsterdam. p.842-851.

Litz, R.E. and V.S. Jaiswal. 1991. Micropropagation of tropical and subtropical fruit. In: P.C. Deberg and R.H. Zimmerman (Eds.). Micropropagation. Technology and Application. Kluwer Academic Publ. London. 485pp.

Murashige, T. 1977. Plant propagation trough tissue culture. Ann. Rev. Plant Physiol. 25:135-166.

Nakasone, H.Y. dan R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. CAB International. New York.

Nursandi, F. 2006. Studi perbanyakan in vitro tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.) dan analisis kestabilan genetik berdasarkan karakter morfologi, isozim dan RAPD (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor. 148 hal.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publisher. Dordrecht. 344pp.

Prawiranata, S. Harran, dan P. Tjondronegoro. 1994. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. FMIPA, IPB. Bogor.

Preece, J.E. and E.G. Sutter. 1991. Acclimatization of micropropagated plant s to the greenhouse and field. p.71-93. In: P.C. Deberg and R.H. Zimmerman (Eds.). Micropropagation. Technology and Application. Kluwer Academic Publ. London. 485pp.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2005. Data persiapan pelepasan Nenas Queen mahkota Bogor. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Faperta. IPB, Bogor. (Tidak dipublikasikan).

(49)

Sari, L. dan Imelda, M. 2004. Pengaruh Benzil Amino Purin (BAP) dan Adenin Sulfat (AS) terhadap multiplikasi tunas dan jumlah daun in vitro lidah buaya (Aloe vera L. Burm. F.). Jurnal Stigma. XII(4):413-416.

Satria, B. 2004. Perbanyakan vegetatif klon kentang unggul (Solanum tuberosum L.) dengan pemberian konsentrasi BAP pada media MS melalui kultur jaringan. Jurnal Stigma. XII(1):14-18.

Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta. 252 ha l.

Tristiawati, S. 2005. Pengaruh konsentrasi BAP terhadap keragaan vegetatif tanaman Nanas cv. Queen subkultur III di lapang. Makalah Seminar. Faperta, IPB. Bogor.

Vesco, L.L., A.A. Pinto, G.R. Zaffari, R.O. Nodari, M.S. Reis, and M.P. Guerra. 2001. Improving pineapple micropropagation protocol through explant size and medium composition manipulation. Fruits. Vol 56: 143-154.

Wee Y.C. dan M.L.C. Thongtham. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam: Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). Prosea. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 68-75.

Wiendi, N.M.A., G.A. Wattimena, dan L.W. Gunawan. 1991. Perbanyakan Tanaman. Dalam: Wattimena. G.A. Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. Hal.17-149.

Yusnita, Aprianita, dan D. Hapsoro. 1999. Pengaruh Benzyladenine dan Naphthaleneacetic terhadap perbanyakan tunas nanas (Ananas comosus L.) in vitro. J. Agrotropika. IV(2):6-10.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. 247 hal.

(50)
[image:50.596.109.517.126.314.2]

Tabel Lampiran 1. Data Iklim Stasiun Klimatologi Bogor pada Bulan Mei-Oktober 2005

Bulan Temperatur rata-rata (oC) Curah hujan

(mm) Hari hujan

Maksimum Minimum

Mei 2005 31.9 23.5 322 11

Juni 2005 31.4 23.0 299 18

Juli 2005 31.4 21.7 235 11

Agustus 2005 31.6 21.4 337 12

September 2005 32.3 22.0 235 14

Oktober 2005 32.2 22.7 346 21

(51)

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Tinggi Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang

Umur

Tnm

(BST)

Sumber

Keragaman DB JK KT F Hitung Pr>F KK

14 Perlakuan 3 362.02747 120.67582 0.65 0.5839 22.24994

Ulangan 4 12720.94316 3180.23579 17.11 <.0001

Galat 372 69149.01621 185.88445

Total 379 82231.98684

15 Perlakuan 3 527.77308 175.92436 0.94 0.4209 21.02616

Ulangan 4 11111.94387 2777.98597 14.86 <.0001

Galat 372 69552.28411 186.96851

Total 379 81192.00105

16 Perlakuan 3 483.80994 161.26998 0.87 0.4581 20.04971

Ulangan 4 10889.70254 2722.42564 14.64 <.0001

Galat 372 69160.43236 185.91514

Total 379 80533.94484

17 Perlakuan 3 728.44330 242.81443 1.46 0.2256 18.10396

Ulangan 4 10060.64890 2515.16222 15.10 <.0001

Galat 372 61947.77580 166.52628

Total 379 72736.86800

18 Perlakuan 3 447.36947 149.12316 1.01 0.3878 16.41357

Ulangan 4 11007.15244 2751.78811 18.66 <.0001

Galat 372 54871.96756 147.50529

Total 379 66326.48947

19 Perlakuan 3 552.34129 184.11376 1.40 0.2433 14.94432

Ulangan 4 12346.63712 3086.65928 23.42 <.0001

Galat 372 49020.93198 131.77670

Total 379 61919.91039

[image:51.596.106.5

Gambar

Gambar 1. Kondisi Pertanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. QueenHasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 19 Bulan Setelah Tanam (BST)
Gambar 2. Tanaman Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang yang Akan Berbunga pada 16 Bulan Setelah Tanam (BST)
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh 6-Benzylaminopurine (BAP) terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Jumlah Stomata Daun Nanas (Ananas comosus L
Gambar 3. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Nanas ( Ananas comosus L. Merr.) Cv. Queen Hasil Perbanyakan In Vitro Subkultur III di Lapang pada 14-19 Bulan Setelah Tanam (BST)
+7

Referensi

Dokumen terkait

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH NANAS (ANANAS COMOSUS L. Merr) MUDA VARIETAS QUEEN TERHADAP MORTALITAS CACING PARASIT (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO.. Oleh: LUWIH SUNARSIH (

[r]

Evaluasi variasi somaklonal hasil perbanyakan in vitro tanaman nenas telah dilakukan pada plantlet dalam botol dan aklimatisasi di lapangan umur 6 minggu (Mhatre et al.

[r]

Awal Muncul Tunas Planlet Nanas Hasil analisis awal muncul tunas planlet tumbuh tanaman nanas menunjukan bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh jenis BAP Benzyl Amino

planlet selama penelitian, pada peubah lebar daun dan jumlah daun berpengaruh nyata dari 8 MST sampai 19 MST, sedangkan pada panjang daun dan diameter tajuk

Berdasarkan gejala khas berupa munculnya garis coklat dan lepuhan pada daun tanaman yang sakit serta hasil karakterisasi yang menyatakan bahwa isolat B termasuk Gram

Jika konsentrasi kolkisin yang diberi pada tanaman nanas tidak tepat atau terlalu tinggi maka akan berpengaruh terhadap jumlah kromosom pada nanas sehingga tidak akan