• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN VEGETATIF BEBERAPA VARIETAS NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) DALAM SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBI JALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN VEGETATIF BEBERAPA VARIETAS NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) DALAM SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBI JALAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Key words : vegetative growth, pineapple, intercropping, sweet potato

Muji Rahayu1, Amalia T Sakya1, Sukaya1 dan F.C. Wulan Sari2

PENDAHULUAN

1

Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UNS Surakarta

PERTUMBUHAN VEGETATIF BEBERAPA VARIETAS NANAS (

Ananas

comosus (L.) Merr) DALAM SISTEM TUMPANGSARI

DENGAN UBI JALAR

Vegetative Growth of some Variety of Pineapple (

Ananas comosus (L.) Merr) in

Intercropping System with Sweet Potato

aim of this research was to learn about the vegetative growth level of some varieties of pine-apple in intercropping with sweet potato, to obtain suitable pinepine-apple varieties which can be used in intercropping with sweet potato, and to obtain the suitable proportion of pineapple in

Tumpangsari merupakan salah satu pola pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda dalam satu lahan dalam waktu bersamaan. Melalui penerapan sistem tumpangsari, hasil pertanian dan pendapatan petani dapat meningkat.

Dalam kegiatan budidaya tanaman, tujuan akhir adalah didapatkannya hasil yang optimal. Untuk mencapai hasil tersebut, pertumbuhan vegetatif tanaman harus diperhatikan. Terjadinya interaksi antara tanaman yang dibudidayakan dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan sehingga interaksi yang terjadi tidak menyebabkan kerugian pada masing-masing tanaman. Hal tersebut mendorong diperlukannya suatu penelitian mengenai pertumbuhan vegetatif serta analisis

pertumbuhan tanaman. Melalui pengamatan selama fase vegetatif tanaman, dapat diketahui pertumbuhan masing-masing tanaman dan seberapa besar pemanfaatan semua faktor tumbuh oleh tanaman dalam pola tanam tumpangsari. Interaksi yang terjadi dalam budidaya secara tumpangsari meliputi ruang tumbuh, cahaya, air, dan unsur hara. Menurut Johu et al., (2002) keberhasilan pertanian sistem tumpangsari sangat ditentukan oleh usaha pemilihan komponen tanaman yang akan dikombinasikan. Alternatif pilihan harus memperhatikan jenis tanaman yang mempunyai daya kompetisi rendah.

Pola tanam tumpangsari yang sering dilakukan adalah antara tanaman pangan dengan tanaman pangan yang lain, sedangkan tumpangsari antara tanaman

The

intercropping with sweet potato. This research was conducted from November 2007 until March 2008 in Jumantono, Karanganyar and the Laboratory of Ecology and Management of Plant Production, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University. The research was arranged with Randomized Completely Block Design factorial with two treat-ment factor. The first factor was pineapple variety consisted of cayenne and queen variety. The second factor was proportion of intercropping consisted of 0%, 25%, 50% and 75% proportion of sweet potato. Additional treatment was sweet potato monoculture. Each treatment was repeated 3 times. The data were analyzed with normality test and continued by analysis of varian based on F test and contrast orthogonal. For comparable test done with DMRT on 5% level. Variable of this research was height of plant, number of leaf, canopy wide, dry weight of plant, leaf area, leaf area index, relative growth rate, net asimilation rate, and leaf area index.The results showed that the growth of pineapple monoculture was better than intercropping with sweet potato, intercropping proportion with give the best pineapple vegetative growth is 25 % proportion of sweet potato, and the vegetative growth of cayenne was better than queen variety.

(2)

BAHAN DAN METODE

pangan dengan tanaman buah masih belum banyak dikaji. Tumpangsari antara tanaman pangan dengan tanaman buah-buahan cukup menguntungkan, karena selain untuk pemenuhan bahan pangan juga dapat digunakan untuk pemenuhan gizi yang berasal dari buah. Salah satu pertanaman tumpangsari yang dapat dilakukan adalah antara nanas dengan ubi jalar.

Tanaman nanas merupakan tanaman yang banyak ditanam oleh petani di berbagai jenis lahan dan tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi, sedangkan ubi jalar merupakan sumber bahan pangan alternatif yang sudah banyak dikenal dan dibudidayakan petani. Selain itu, kedua tanaman tersebut juga memiliki perbedaan periode pertumbuhan, daerah penyebaran akar dan kanopi, serta jalur fiksasi karbon. Tanaman nanas termasuk tanaman CAM, sedangkan ubi jalar termasuk tanaman C3 (Gardner et al., 1991). Berdasarkan perbedaan karakter kedua tanaman tersebut, kemungkinan tanaman akan dapat memanfaatkan lahan dan faktor tumbuh yang tersedia secara efektif dan efisien serta memberikan hasil lebih tinggi.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam tumpangsari antara nanas dan ubi jalar adalah besar proporsi tanaman nanas dan ubi jalar sehingga diperoleh pertumbuhan vegetatif tanaman nanas yang baik dan akhirnya dapat diperoleh hasil optimal. Untuk menentukan besarnya proporsi masing-masing tanaman dalam tumpangsari perlu dilakukan pengaturan populasi tanaman supaya hasil tanaman yang ditumpangsarikan tinggi (Palaniappan, 1985).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman nanas dalam sistem tumpangsari dengan ubi jalar, menentukan varietas nanas yang sesuai untuk ditumpangsarikan dengan ubi jalar serta menentukan proporsi ubi jalar yang tepat untuk ditumpangsarikan dengan nanas agar diperoleh pertumbuhan vegetatif tanaman nanas yang baik.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai Maret 2008 di lahan kering Jumantono, Karanganyar dan Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RKAL) dengan 2 faktor perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Tinggi tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman nanas sampai dengan umur 15 minggu setelah tanam menunjukkan nanas cayenne menghasilkan tanaman lebih tinggi daripada nanas queen (Gambar 1). Hal ini karena kedua jenis tanaman nanas memiliki faktor genetik yang berbeda. Dari segi kenampakan morfologinya, nanas cayenne terlihat lebih tinggi dan lebih baik pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sri dan Sukmadjaja (2002), bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik, dimana perbedaan fenotipik tanaman disebabkan karena adanya perbedaan genetik dan perbedaan daya adaptasi pada lingkungan tumbuh yang baru.

Hasil pengamatan tinggi tanaman nanas menunjukkan bahwa tinggi tanaman nanas cenderung hampir sama antara nanas yang ditumpangsarikan maupun yang ditanam secara monokultur. Hal ini disebabkan nanas dan ubi jalar memiliki sistem perakaran yang berbeda, dimana perakaran nanas lebih dangkal dan sebagian berada pada permukaan, sedangkan perakaran ubi jalar lebih dalam, sehingga pengambilan hara dan pertumbuhan tanaman nanas tetap baik walaupun ditanam secara tumpangsari. Hal ini diperkuat oleh Riyanto (1995), yang menyatakan bahwa model tumpangsari identik dengan kepadatan tanaman berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menyerap sinar matahari, unsur hara, air dan CO

2. Apabila masing-masing tersedia dalam jumlah yang cukup atau berlebihan, maka tidak akan terjadi persaingan antar tanaman meskipun hidup berdekatan. Selain itu, ubi jalar bukan termasuk tanaman yang rakus cahaya, sehingga pada tumpangsari, nanas tetap mendapatkan sinar Faktor pertama yaitu varietas nanas, terdiri atas nanas varietas cayenne dan queen. Faktor kedua yaitu proporsi tumpangsari terdiri atas proporsi ubi jalar 0%, 25%, 50%, dan 75%. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Analisis data menggunakan uji normalitas yang kemudian dilanjutkan dengan sidik ragam berdasarkan uji F dan kontras ortogonal. Untuk uji komparasi dilakukan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) taraf 5%. Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, lebar kanopi, luas daun, indeks luas daun, laju pertumbuhan relatif, laju asimilasi bersih dan berat kering tanaman.

(3)

0 10 20 30 40 50 60 70 3 5 7 9 1 1 1 3 15 S a a t P e n g a m a t a n ( m s t) Tinggi Tanaman (cm) NCU75(nanas cayenne + 75% ubi jalar) NCU50(nanas cayenne + 50% ubi jalar)

NCU25 (nanas cayenne + 25% ubi jalar)

NQU75 (nanas queen + 75% ubi jalar)

NQU50 (nanas queen + 50% ubi jalar)

NQU25 (nanas queen + 25% ubi jalar)

NC (monokultur cayenne)

NQ (monokultur queen)

Gambar 1. Tinggi tanaman nanas pada berbagai perlakuan tumpangsari nanas dengan ubi jalar

b. Jumlah daun dan Lebar Kanopi

Tabel 1. Jumlah daun pada berbagai varietas nanas pada umur 3 MST, 7 MST, 11 MST dan 15 MST Varietas

nanas

Jumlah Daun Lebar Kanopi

3 MST 7 MST 11 MST 15 MST 3 MST 7 MST 11 MST 15 MST Cayenne 22,58 a 27,47 a 28,97 a 34,41 a 27,13 b 32,13 b 43,67 b 55,12 a Queen 12,11 b 14,00 b 14,80 b 20,75 b 33,25 a 38,58 a 47,36 a 52,14 a Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Daun merupakan organ produsen fotosintat utama. Daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya matahari melalui proses fotosintesis sebagai penghasil makanan yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan menghasilkan

bahan panen (Suryaningsih, 2004). Jumlah daun nanas cayenne lebih tinggi dan berbeda nyata dengan nanas queen, sedangkan lebar kanopi nanas yang terbesar pada nanas queen dan berbeda nyata dengan nanas cayenne (Tabel 1). Hal ini karena kedua jenis nanas termasuk dalam varietas yang berbeda.

Berdasar kenampakan morfologi, juga terlihat bahwa nanas queen memiliki jumlah daun lebih sedikit daripada nanas cayenne. Jumlah daun ini dipengaruhi oleh perbedaan varietas tanaman (Rusli dan Luntungan, 2000). Menurut Marthien (2008), nanas varietas queen memiliki jumlah daun lebih sedikit dan berukuran lebih pendek daripada varietas lain. Nanas cayenne memiliki lebih banyak daun, berarti nantinya nanas cayenne akan lebih optimal dalam fotosintesis dan lebih banyak menggunakan faktor pertumbuhan baik pada saat ditanam secara monokultur maupun secara tumpangsari matahari yang cukup untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soejono (2004), bahwa tanaman ubi jalar termasuk tanaman yang tidak rakus dalam penerimaan cahaya sehingga dapat ditanam dengan tanaman lain. Hasil penelitian Asandhi (1996), menunjukkan bahwa tinggi tanaman kentang dalam

tumpangsari dengan ubi jalar tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada monokultur karena tidak terjadi persaingan sinar matahari. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang ditumpangsarikan dengan ubi jalar tidak terhambat karena tidak terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya.

dengan ubi jalar.

Kanopi nanas queen lebih lebar daripada cayenne karena nanas varietas tersebut sudah dapat beradaptasi dan penanaman nanas dilakukan dengan jarak tanam yang sama walaupun dengan proporsi ubi jalar yang berbeda. Budiono (2004), menyatakan bahwa lebar kanopi tanaman cenderung semakin lebar jika jarak tanam semakin lebar. Dalam perlakuan jarak tanam nanas sama walaupun dengan proporsi ubi jalar yang berbeda maka proposi ubi jalar tidak mempengaruhi lebar kanopi nanas.

(4)

Tabel 2. Pengaruh varietas nanas dan proporsi tumpangsari terhadap luas daun dan indeks luas daun tanaman nanas

Keterangan : nilai purata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; HST : hari setelah tanam, (+) : ada interaksi, (-) : tidak ada interaksi

Luas daun dan indeks luas daun tanaman nanas varietas cayenne lebih tinggi daripada nanas queen sedangkan pada proporsi tumpangsari, proporsi 25% ubi jalar menghasilkan LD dan ILD lebih tinggi daripada proporsi lainnya. Hal ini karena pertumbuhan awal tanaman nanas masih lambat sehingga dalam pembentukan daun muda sebagai pengganti daun yang sudah tua atau daun yang telah gugur lebih lambat daripada penuaan atau gugurnya daun yang akhirnya berpengaruh terhadap luas daun tanaman yang terbentuk pada masing-masing proporsi tidak berbeda hasilnya.

Nilai LD dan ILD varietas nanas cayenne lebih tinggi daripada nanas queen. Hal ini karena perbedaan genetis tanaman nanas berpengaruh terhadap kenampakan tanaman. Perbedaan genetis akan menyebabkan bentuk dan ukuran suatu karakter tanaman. Perbedaan genetik ini dapat dilihat jika varietas yang berbeda ditanam pada lingkungan yang sama akan menunjukkan perbedaan yang nyata (Makmur, 1988).

d. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB)

Laju pertumbuhan relatif tanaman menunjukkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumber-sumber pertumbuhan tanaman dengan optimal, sedangkan laju asimilasi bersih dapat menggambarkan produksi bahan kering atau merupakan produksi bahan kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagian besar dari CO

2 (Kastono, et al., 2005). Nilai hasil bersih asimilasi bagi tanaman dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi daun dalam berfotosintesis (Prasetyo, 2004).

Pada 30-60 HST, LPR dan LAB tanaman nanas varietas cayenne tidak berbeda nyata dengan varietas queen, sedangkan untuk proporsi tumpangsari LPR dan LAB tertinggi terdapat pada proporsi 25% ubi jalar. Pada umur 60-90 HST, LPR dan LAB nanas varietas cayenne mengalami penurunan, sedangkan nanas varietas queen mangalami peningkatan. Pada proporsi tumpangsari 25 Perlakuan Luas Daun Tanaman Nanas (m

2) Indeks Luas Daun Tanaman Nanas 30HST 60HST 90HST 30 -60 HST 60-90 HST Varietas nanas Cayenne 0.132 a 0.225 a 0.311 a 0.012 a 0.015 a Queen 0.053 b 0.075 b 0.108 b 0.005 b 0.006 b Proporsi tumpangsari 0% ubi jalar 0.125 a 0.152 a 0.290 a 0.010 a 0.015 a 25% ubi jalar 0.094 a 0.195 a 0.193 a 0.010 a 0.014 a 50% ubi jalar 0.124 a 0.119 a 0.149 a 0.008 a 0.009 a 75% ubi jalar 0.135 a 0.133 a 0.206 a 0.009 a 0.012 a - - - - -

c. Luas Daun Tanaman (LD) dan Indeks Luas Daun (ILD)

Luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman yang penting karena laju fotosintesis per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas daun. Fungsi utama daun yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis (Guritno dan Sitompul, 1995). Sedangkan indeks luas daun merupakan perbandingan antara luas daun total dengan luas tanah

yang ditempati. Varietas nanas meningkatkan luas daun tanaman nanas karena dipengaruhi oleh faktor genetis dari masing-masing varietas nanas (Collin, 1960)

Pada umur 30-60 dan 60-90 HST varietas nanas meningkatkan indeks luas daun tanaman nanas, tetapi proporsi tumpangsari ubi jalar tidak meningkatkan indeks luas daun dan tidak terjadi interaksi antara varietas nanas dan proporsi tumpangsari (Tabel 2).

(5)

Tabel 3. Pengaruh varietas nanas dan proporsi tumpangsari terhadap laju pertumbuhan relatif tanaman nanas

Keterangan : nilai purata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; HST : hari setelah tanam, (+) : ada interaksi, (-) : tidak ada interaksi

Perlakuan LPR (g/g.hari) LAB (g/m

2.hari) 30-60 HST 60-90 HST 30-60 HST 60-90 HST Varietas Cayenne 0.011 a 0.010 a 3.006 a 2.778 a Queen 0.006 a 0.008 a 1.432 a 2.618 a Proporsi tumpangsari 0% ubi jalar 0.005 a 0.014 a 1.324 a 3.773 a 25% ubi jalar 0.015 a 0.008 a 3.373 a 2.383 a 50% ubi jalar 0.008 a 0.007 a 2.069 a 2.219 a 75% ubi jalar 0.006 a 0.008 a 2.111 a 2.417 a - - - -

% ubi jalar, LPR dan LAB tanaman nanas mengalami penurunan nilai namun tidak berbeda dengan proporsi lainnya. Hal ini terjadi karena adanya persaingan antar tanaman nanas maupun antara tanaman nanas dengan

tanaman ubi jalar yang ditumpangsarikan sehingga berpengaruh terhadap penurunan laju pertumbuhan relatif tanaman nanas.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 LAB (g.m-2.hari-1) 30-60 HST 60-90 HST Umur Tanaman (HST) U100 NcU25 NcU50 NcU75 NqU25 NqU50 NqU75 LAB tanaman ubi jalar pada umur 30-60 HST tertinggi pada tumpangsari nanas cayenne dengan 50% ubi jalar sedangkan pada umur 60-90 HST LAB tanaman ubi jalar tertinggi pada tumpangsari nanas queen dengan 75% ubi jalar. LAB tanaman ubi jalar lebih tinggi pada tumpangsari pada umur 30-60 HST, sedangkan pada umur 60-90 HST monokultur ubi jalar menghasilkan LAB lebih tinggi daripada tumpangsari nanas dengan proporsi ubi jalar 50% (Gambar 2). Peningkatan dan penurunan LAB tanaman ubi jalar berkaitan dengan LPR tanaman ubi jalar. Menurut Wibowo (2006) peningkatan nilai NAR yang semakin tinggi dipengaruhi oleh peningkatan laju pertumbuhan tanaman yang meningkat, karena pertambahan bahan baru tanaman sangat berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis.

LAB tanaman ubi jalar pada umur 30-60 HST lebih tinggi bila dibandingkan pada umur 60-90 HST. Penurunan nilai LAB tanaman ubi jalar ini disebabkan karena perkembangan luas daun yang terus meningkat sehingga terjadi saling menaungi antar daun dan mengakibatkan penurunan laju fotosintesis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sarwadana dan Gunadi (2007) bahwa turunnya nilai LAB pada periode umur 7 - 9 MST menunjukkan bahwa telah terjadi penutupan antar daun, serta persaingan antara bagian tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Keadaan tersebut menyebabkan laju fotosintesis menurun, sementara respirasi tetap berlangsung selama daun masih hidup. Penurunan dan peningkatan LAB berhubungan dengan perkembangan luas daun dan translokasi fotosintat ke seluruh bagian tanaman (Kadekoh, 2002).

Gambar 2. Purata laju asimilasi bersih tanaman ubi jalar (g/m2.hari)

e. Berat Kering Tanaman

Berat kering brangkasan adalah indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida. Berat kering tanaman merupakan akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan radiasi matahari yang tersedia sepanjang masa pertanaman oleh tajuk tanaman (Kastono, et al., 2005).

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Univer-sitas Indonesia. Jakarta

Budiono. 2004. Tekhnik Pengkajian Tumpangsari Bawang Merah dan Cabai Merah sebagai Alternatif Penanggulangan Hama Tikus. Bul.

Teknik Pertani. 9 (2).

Collin, J.L. 1960. The Pineapple: Botany, Cultivation,

and Utilization. Interscine Publiser Inc. New

York. 204p.

Gardner, F. P., R. Brent Pearce and Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Johu H S. P., Y. Sugito dan B. Guritno. 2002. Pengaruh Populasi dan Jumlah Tanaman per Lubang tanaman Jagung (Zea mays L.) Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil tanaman. Agrivita. 24(1):17-25. Kadekoh, I. 2002. Pola Pertumbuhan Kacang Tanah

(Ara-chis hipogaea L.) Dengan Jarak Tanam Bervariasi Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Pada Musim Kemarau. Agrista. 6(1): 63-70.

Kastono, D. H. Sawitri, dan Siswandono. 2005. Pengaruh Nomor Ruas Setek dan Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kumis Kucing.

J. Ilmu Pertanian. 12(1): 56-64.

Pada umur 30 HST berat kering tanaman yang dihasilkan bervariasi. Pada umur 60 HST, tumpangsari nanas cayenne dengan ubi jalar menunjukkan hasil yang berbeda antar kombinasi perlakuan sedangkan pada tumpangsari nanas queen dengan ubi jalar tidak menunjukkan hasil berbeda. Pada umur 90 HST, tumpangsari nanas cayenne dengan ubi jalar berbeda nyata dengan tumpangsari nanas queen dengan ubi jalar. Menurut Rahayu et al. (2006) pertumbuhan vegetatif tanaman akan berpengaruh terhadap bahan kering total tanaman yang terbentuk. Berat kering tanaman nanas tertinggi pada monokultur nanas varietas cayenne. Keadaan ini dipengaruhi oleh tinggi, jumlah daun, lebar kanopi dan indeks luas daun tanaman nanas varietas cayenne yang ditanam secara monokultur juga paling

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan tanaman nanas pada monokultur lebih baik daripada perlakuan tumpangsari dengan tanaman ubi jalar.

2. Proporsi tumpangsari nanas dan ubi jalar yang menghasilkan pertumbuhan vegetatif nanas paling baik adalah proporsi 25% ubi jalar baik pada varietas cayenne maupun queen.

3. Pertumbuhan vegetatif nanas varietas cayenne lebih baik daripada pertumbuhan vegetatif nanas queen. tinggi dibanding dengan perlakuan lain sehingga berat kering total tanaman yang terbentuk juga paling tinggi. Selain itu, berat kering yang besar juga disebabkan dari habitus varietas cayenne yang lebih besar.

Marthien. 2008. Modifikasi Alat Penyerut Daun Nenas Tipe Silinder. http://one.indoskripsi.com. Diakses tanggal 10 juli 2008.

Mursito, D. dan Kawiji. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanam dan Kedalaman Olah Tanah terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). Agrosains. 4(1): 1-6.

Prasetyo. 2004. Budidaya Tanaman Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan Sengon. J. Il. Perta.

Indon. 6(1):22-31.

Rahayu, M. D. Prajitno dan A. Syukur. 2006. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Gogo dan Beberapa Varietas Nanas dalam Sistem Tumpangsari di Lahan Kering Gunung Kidul, Yogyakarta. Biodiversitas. 7(10): 73-76. Riyanto, S. 1995. Fisiologi Produksi Tanaman

Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas

Mulawarman. Samarinda.

Sitepu, F.E. 203. Merangsang Pembungaan dan Pembuangan Tunas Untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Nanas (Ananas comosus L Merr.). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Sri, H. dan D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman Pola Pita Beberapa Aksesi Nenas Berdasarkan Analisis Isozim. J. Biotekn. Pertan. Vol 7 (2): 62-70.

Gambar

Gambar 1. Tinggi tanaman nanas pada berbagai perlakuan tumpangsari nanas dengan ubi jalar
Tabel 2. Pengaruh varietas nanas dan proporsi tumpangsari terhadap luas daun dan indeks luas daun tanaman               nanas
Tabel 3. Pengaruh varietas nanas dan proporsi tumpangsari terhadap laju pertumbuhan relatif tanaman nanas

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di SMA Negeri

Padang: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Putra Indonesia.. Metode dan Teknik

Setelah kinerja perangkat keras yakni detektor rfid telah berhasil bekerja dengan baik dimana menghasilkan sinyal keluaran digital sesuai dengan sinyal modulasi

Dengan cara pandang demikian, dapat ditarik benang merah bahwa perda bernuansa syariat Islam pada dasarnya adalah sebuah upaya yang ditempuh untuk turut serta menata kehidupan

T ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi gula kdapa dan garam dapur terhadap sitat fisikokimia dan organolept1k dendeng say at

Pembelajaran dengan model Think Pair Share memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menemukan gagasan Utama pada teks deskripsi oleh siswa SMP Negeri 3

Kegiatan Perencanaan Siklus I Sebagai upaya untuk membuat siswa termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses pembelajaran, siswa melakukan seminar

Belum optimalnya implementasi kebijakan produksi tanaman pangan lokal di Provinsi NTT karena masih terdapat beberapa masalah antara lain: Pada dimensi organisasi