EFEKTIVITAS PNPM MANDIRI PERDESAAN DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KECAMATAN BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI
SELATAN
TESIS
Oleh
FAISAL CANDRA HASAN HARAHAP
117003006/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIVITAS PNPM MANDIRI PERDESAAN DALAM
RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KECAMATAN BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI
SELATAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FAISAL CANDRA HASAN HARAHAP
117003006/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIVITAS PNPM MANDIRI PEDESAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN BATANG TORU
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
ABSTRAK
PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
memberdayakan masyarakat miskin dalam arti memandirikan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat miskin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di
Kecamatan Batang Toru dilihat dari Input, Proses, dan Output. Efektivitas PNPM
Mandiri Perdesaan dalam rangka pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli
Selatan diukur dengan tiga aspek Input, Proses, Output. Berdasarkan hasil
pengolahan data diketahui bahwa pada tahap perencanaan (input) PNPM Mandiri
Perdesaan di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan dinilai sangat
efektif dan diperoleh hasil sebesar 3,14. Berdasarkan hasil pengolahan data
pelaksanaan (proses) PNPM Mandiri Perdesaan dinilai sangat efektif diperoleh
hasil sebesar 3,44. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas maka diketahui
bahwa hasil (output) penerapan PNPM Mandiri Perdesaan diperoleh hasil sebesar
3,68 hal ini menunjukan nilai yang sangat efektif untuk membantu pengembangan
wilayah.
THE EFFECTIVENESS OFRURAL PNPM-MANDIRI PROGRAM IN RELATION REGIONAL DEVELOPMENT IN BATANG TORU
SUBDISTRICT, TAPANULI SELATAN DISTRICT.
ABSTRACT
Rural PNPM Mandiri constitutes a community empowerment program which involves the government, private sector, and community; empowerment for the poor means to make themindependent and to improve their capability. The objective of the research was to find out the effectiveness of PNPM-MandiriPedesaan (National Program for Rural Independent Community Empowerment) in Batang Toru Subdistrict, viewed from the input, process, and output of PNPM-MandiriPedesaan on regional development in TapanuliSelatan District and measured by the input, process, and output. Based of the data processing, it was found that the planning stage (input) of PNPM-MandiriPedesaan in Batang Toru Subdistrict, TapanuliSelatan District was very effective at the value of 3.14. Based on the data processing, the implementation (process) of PNPM-MandiriPedesaan was very effective at the value of 3.44. Based on the data processing above, it was found that the result (output) of the implementation of PNPM Mandiri-Pedesaan, it was found that the value was 3.68 which indicated that it had a very effective value for helping regional development.
PERNYATAAN
Judul Tesis
EFEKTIVIITAS PNPM MANDIRI PERDESAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN BATANG TORU
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesisi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara adalah benar merupakan karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jela sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulis
ilmiah.
Apabila ada dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau bagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Januari 2014
Penulis,
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena
atas berkat kemurahan-Nya. Juga shalawat beriring salam penulis haturkan
keharibaan junjungan Nabi Besar MUHAMMAD SAW yang telah membukakan
jalan kebenaran bagi seluruh umat manusia, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul “Efektivitas PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Selatan “ di susun
guna memenuhi salah satu syarat untuk gelar Magister Sains ( M.Si ) pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang memberikan bantuan dan dukungan, baik
sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis
melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis
sampaikan kepada yang terhormat :
1. Teristimewa kepada Ayahanda H. Hasanuddin Harahap, S.Sos dan Ibunda
Hj. Nuremma Tanjung yang telah membesarkan dengan segenap cinta dan
keikhlasan serta pengorbanan yang tulus yang tak akan mungkin dapat
terbalas sampai kapanpun. Istriku Siti Soraya, SE, yang senantiasa
mendo’a kan dan memberikan dukungan, motivasi, kesabaran yang tulus
kepada penulis selama penulis dalam pendidikan.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah
3. Bapak Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam dan Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Rujiman, MA dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku
Komisi Pembimbing yang dengan ketulusan, dan kearifan dan kesabaran
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis
dalam penyusunan tesis ini.
5. Bapak Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D. Ak,
CA dan Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
6. Kepada seluruh dosen civitas akademika Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran akademik pada
Program Studi PWD USU Medan.
7. Bapak Bupati Tapanuli Selatan dan selaku Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan yang telah memberikan izin dan membantu kepada
Penulis untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak Camat Batang Toru beserta jajarannya, Kepala Desa Sekecamatan
Batang Toru, UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Batang Toru,
serta masyarakat Kecamatan Batang Toru yang telah bersedia membantu
9. Teman-teman kuliah pada Program Studi Perencanaan Universitas
Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik membangun demi semua
pihak. Akhirnya dengan rahmat Allah SWT tesis ini penulis persembahkan bagi
semua pihak yang membacanya, dengan harapan dapat memberikan arti dan
manfaat.
Medan, Januari 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Faisal Candra Hasan Harahap, lahir pada tanggal 25 Juli 1985 di
Hutagodang, anak kedua dari dua bersaudara dari ayahanda H. Hasanuddin
Harahap, S.Sos dan Ibu Hj. Nuremma Tanjung.
Pada tahun 1996 tamat SDN No. 101380 Garoga Kec. Batang Toru dengan
status berijazah. Pada tahun 1999 tamat dari SMP Negeri 2 Batang Toru dengan
status berijazah. Pada tahun 2003 tamat dari SMA Negeri 4 Padangsidimpuan
dengan status berijazah. Pada tahun 2008 tamat dari STIA LAN-RI Jakarta
dengan program studi Manajemen Pembangunan Daerah (Tugas Belajar) dengan
status berijazah.
Pada tahun 2003 berstatus CPNS dan pada tahun 2004 berstatus PNS,
penugasan pertama di Kantor Camat Huristak sebagai staf, pada tahun 2008
ditugaskan sebagai staf di Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, dan
tahun 2010 ditugaskan sebagai Kasi Pemerintahan di Kantor Lurah Napa Kec.
Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Alhamdulillah penulis
mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan di Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan di Sekolah Pasca Sarjana Universitas
DAFTAR ISI
2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Efektivitas ... 14
2.2.1 Pengertian Efektivitas ... 14
2.2.2 Kriteria Efektivitas Organisasi ... 18
2.2.3 Pendekatan Terhadap Efektivitas ... 19
2.3 PNPM Mandiri ... 21
2.3.1 Tujuan Dasar Digulirkannya Program PNPM MP .. 23
2.3.2 Keluaran Program ... 24
2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 24
2.3.4 Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan ... 27
2.4 Partisipasi Masyarakat ... 29
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 32
2.5 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 34
2.6 Pengembangan Wilayah ... 37
2.7 Kerangka Pemikiran ... 40
2.8 Hipotesis Penelitan ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1 Lokasi Penelitian ... 42
3.2 Populasi dan Sampel ... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.5 Teknik Analisis Data ... 47
3.6 Identifikasi Variabel ... 49
3.6.1 Identifikasi Variabel ... 49
3.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ... 54
4.1.1 Letak Geografis Dan Luas Wilayah ... 54
4.1.2 Kepadatan Dan Penyebaran Penduduk ... 55
4.1.3 Pendidikan ... 57
4.1.4 Ketenagakerjaan ... 58
4.1.5 Profil Wilayah Kecamatan Batang Toru ... 60
4.2 Karekteristik Responden ... 62
4.3 Efektivitas Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Batang Toru ... 64
4.3.1 Variabel Input/Perencanaan ... 64
4.3.2 Variabel Proses/Pelaksanaan ... 66
4.3.3 Variabel Output/Hasil ... 67
4.4 Perhitungan Efektivitas PNPM Mandiri Perdesaan ... 69
4.5 Dampak Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Bagi Masyarakat Miskin Di Kecamatan Batang Toru ... 70
4.5.1 Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Dampak Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Batang Toru ... 70
4.6 Hubungan Antar Variabel ... 72
4.6.1 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur Responden Sebelum PNPM ... 72
4.6.2 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Umur Responden Sesudah PNPM ... 74
4.6.3 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Sebelum PNPM ... 75
4.6.4 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Status Perkawinan Sesudah PNPM ... 76
4.6.5 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM ... 78
4.6.6 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM ... 79
4.6.7 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Pendidikan Sebelum PNPM ... 80
4.6.8 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Pendidikan Sesudah PNPM .... 82
4.6.9 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan dengan Jumlah Anggota Keluarga Sebelum PNPM 83 4.6.10 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan Jumlah Anggota Keluarga Sesudah PNPM ... 85
4.6.11 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja dengan Umur Sebelum PNPM ... 86
4.6.13 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja dengan Tingkat Pendidikan Sebelum
PNPM ... 89
4.6.14 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan
Kerja dengan Tingkat Pendidikan Sesudah
PNPM ... 90
4.6.15 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan
Kerja dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM ... 92
4.6.16 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan
Kerja dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM ... 93
4.7 Analisis Efektivitas Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan ... 94
4.8 Dampak Program PNPM Mandiri Perdesaan Terhadap
Peningkatan Pendapatan Masyarakat ... 98
4.9 Dampak Program PNPM Mandiri Perdesaan Terhadap
Penciptaan Peluang Kerja Masyarakat Miskin Di
Kecamatan Batang Toru ... 103
4.10 Hubungan AntaraVariabel Total Pendapatan Dengan
Umur Responden Sebelum PNPM ... 105
4.11 Hubungan AntaraVariabel Total Pendapatan Dengan
Umur Responden Sesudah PNPM ... 106
4.12 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Status Perkawinan Responden Sebelum PNPM ... 106
4.13 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Status Perkawinan Responden Sesudah PNPM ... 107
4.14 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Jenis Kelamin Sebelum PNPM ... 107
4.15 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Jenis Kelamin Sesudah PNPM ... 108
4.16 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Tingkat Pendidikan Sebelum PNPM ... 108
4.17 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM ... 109
4.18 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Jumlah Anggota Keluarga Sebelum PNPM ... 109
4.19 Hubungan Antara Variabel Total Pendapatan Dengan
Jumlah Anggota Keluarga Sesudah PNPM ... 110
4.20 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja
Dengan Umur Sebelum PNPM ... 110
4.21 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja
Dengan Umur Sesudah PNPM ... 111
4.22 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja
Dengan Tingkat Pendidikan Sebelum PNPM ... 111
4.23 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja
Dengan Tingkat Pendidikan Sesudah PNPM ... 111
4.24 Hubungan Antara Variabel Total Kesempatan Kerja
Dengan Jenis Kelamin Sebelum PNPM ... 112
Dengan Jenis Kelamin Sesudah PNPM ... 113
4.26 Dampak Program PNPM Mandiri Perdesaan Terhadap Pengembangan Wilayah ... 113
4.27 Efektivitas PNPM Mandiri Perdesaan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan ... 116
BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 124
5.1 Kesimpulan ... 124
5.2 Saran ... 125
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HLM
2.1. Jurnal Pengukuran Efektivitas Pelaksanaan Program Litbang
Kemendagri
21
3.1. Data Jumlah Penduduk, Rumah Tangga Dirinci Menurut
Desa/Kelurahan di Kecamatan Batang Toru Tahun 2012
43
3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Desa/Kelurahan 45
3.3. Pengukuran Efektivitas Pelaksanaan Program 48
4.1. Distribusi Penduduk Dan Luas Serta Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan
56
4.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja
Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Tapanuli Selatan
59
4.3. Karekteristik Responden Kecamatan Batang Toru 63
4.4. Persepsi Responden Terhadap Indikator Orientasi Program
Keluarga Miskin Pada Tahap Input/Perencanaan
65
4.5. Persepsi Responden Terhadap Indikator Prioritas Pada
Masyarakat Miskin Pada Tahap Proses/Pelaksanaan
67
4.6. Persepsi Responden Terhadap Indikator Transparansi Dan
Akuntabel pada tahap Output/Hasil
68
4.7. Perhitungan Efektivitas Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Batang Toru
69
4.8. Persepsi Responden Terhadap Indikator Dampak Program
PNPM Mandiri Perdesaan Bagi Masyarakat Miskin
71
4.9. Penggunaan Bantuan PNPM Mandiri Perdesaan Oleh
Masyarakat di Kecamatan Batang Toru
72
4.10. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
73
4.11 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
74
4.12 Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Status Perkawinan Di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
76
4.13. Kelompok Pendapatan Rumah Tinggi Miskin Menurut Status Perkawinan di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
77
4.14. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
78
PNPM
4.16. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
81
4.17. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecmatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
82
4.18. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
84
4.19. Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
85
4.20. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
87
4.21. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
88
4.22. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
90
4.23. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
91
4.24. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
92
4.25. Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HLM
1.1. Gambar Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka Tapanuli
Selatan Tahun 2005-2012
5
2.1. Gambar Bagan Alur Pemikiran 41
3.1. Gambar Kerangka Konsep Penelitian 53
4.1. Gambar Peta Tapanuli Selatan 54
4.2. Gambar Grafik Perkembangan Tingkat Partisipasi Sekolah
Tapanuli Selatan Tahun 2005-2011
57
4.3. Gambar Grafik Persentase Penduduk Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan di Tapanuli Selatan
58
4.4. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
73
4.5. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
75
4.6. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Status Perkawinandi Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
76
4.7. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Status Perkawinan di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
77
4.8. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
78
4.9. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah
Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
80
4.10. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
81
4.11. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
83
4.12. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
84
4.13. Gambar Hasil Penelitian Kelompok Pendapatan Rumah Tangga Miskin Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
86
Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
4.15. Gambar Hasil Penelitian Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Umur di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
89
4.16. Gambar Hasil Penelitian Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
90
4.17. Gambar Hasil Penelitian Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
91
4.18. Gambar Hasil Penelitian Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sebelum Pelaksanaan PNPM
93
4.19. Gambar Hasil Penelitian Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Batang Toru Sesudah Pelaksanaan PNPM
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL HLM
1 Data Responden 128
2 Kuesioner 132
EFEKTIVITAS PNPM MANDIRI PEDESAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN BATANG TORU
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
ABSTRAK
PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
memberdayakan masyarakat miskin dalam arti memandirikan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat miskin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di
Kecamatan Batang Toru dilihat dari Input, Proses, dan Output. Efektivitas PNPM
Mandiri Perdesaan dalam rangka pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli
Selatan diukur dengan tiga aspek Input, Proses, Output. Berdasarkan hasil
pengolahan data diketahui bahwa pada tahap perencanaan (input) PNPM Mandiri
Perdesaan di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan dinilai sangat
efektif dan diperoleh hasil sebesar 3,14. Berdasarkan hasil pengolahan data
pelaksanaan (proses) PNPM Mandiri Perdesaan dinilai sangat efektif diperoleh
hasil sebesar 3,44. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas maka diketahui
bahwa hasil (output) penerapan PNPM Mandiri Perdesaan diperoleh hasil sebesar
3,68 hal ini menunjukan nilai yang sangat efektif untuk membantu pengembangan
wilayah.
THE EFFECTIVENESS OFRURAL PNPM-MANDIRI PROGRAM IN RELATION REGIONAL DEVELOPMENT IN BATANG TORU
SUBDISTRICT, TAPANULI SELATAN DISTRICT.
ABSTRACT
Rural PNPM Mandiri constitutes a community empowerment program which involves the government, private sector, and community; empowerment for the poor means to make themindependent and to improve their capability. The objective of the research was to find out the effectiveness of PNPM-MandiriPedesaan (National Program for Rural Independent Community Empowerment) in Batang Toru Subdistrict, viewed from the input, process, and output of PNPM-MandiriPedesaan on regional development in TapanuliSelatan District and measured by the input, process, and output. Based of the data processing, it was found that the planning stage (input) of PNPM-MandiriPedesaan in Batang Toru Subdistrict, TapanuliSelatan District was very effective at the value of 3.14. Based on the data processing, the implementation (process) of PNPM-MandiriPedesaan was very effective at the value of 3.44. Based on the data processing above, it was found that the result (output) of the implementation of PNPM Mandiri-Pedesaan, it was found that the value was 3.68 which indicated that it had a very effective value for helping regional development.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan pembangunan daerah tidak hanya untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga harus mampu
mewujudkan distribusi pendapatan yang merata diantara golongan masyarakat.
Pembangunan sering diartikan dengan peningkatan pendapatan dan pengurangan
kemiskinan, namun bukan peningkatan pendapatan per orang melainkan
penekanan lebih besar terhadap pelayanan sosial khusunya kesehatan dan
pendidikan (Anand dan Ravallion, 1993). Distribusi pendapatan yang merata
berimplikasi pada terwujudnya stabilitas nasional yang sehat dan dinamis di
masyarakat. Masalah klasik yang besar dan mendasar bagi sebagian daerah di
Indonesia yaitu masih belum bisa dituntaskan sampai saat ini masalah
pengangguran dan kemiskinan. Perkembangan kondisi kemiskinan suatu daerah,
secara ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan menurunnya tingkat kemiskinan suatu
daerah berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
Dalam mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan
makmur maka pemerintah sebagai salah satu penyelenggara negara dan
pengemban amanat rakyat dalam mewujudkan tujuan negara, telah melakukan
program pembangunan nasional yang bertujuan untuk menciptakan perluasan
kesempatan bagi terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin seperti hak atas
dengan sasaran utama yang selalu mendapat perhatian yaitu kemiskinan dan
pengangguran, juga target tujuan pembangunan millenium (MDGs) adalah
menghapuskan kelaparan dan kemiskinan (Anger, 2010). Dampak dari
pelaksanaan strategi pembangunan (pengentasan kemiskinan) yang berorientasi
ekonomi menyebabkan masyarakat sebagai kelompok sasaran hanya sebagai
obyek pembangunan, akibatnya dalam pemanfaatan bantuan tidak optimal
sehingga banyak program bantuan (pengentasan kemiskinan) kurang memberikan
hasil yang optimal karena kebijakan yang bersifat top down (Zain, 2010) seperti
berbagai program pengentasan kemiskinan yang berupaya untuk meringankan
beban hidup masyarakat telah dilaksanakan seperti bantuan langsung tunai (
BLT), skema kredit usaha tani (KUT), serta beras miskin (raskin ).
Walaupun berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah namun
kegagalan tetap saja terjadi, hal ini salah satunya diakibatkan tidak tepatnya
uluran bantuan yang diberikan serta peluang ekonomi dan bisnis lebih cepat
dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi kuat yang memiliki produktivitas tinggi dapat
menikmati hasil yang lebih besar dibandingkan pelaku ekonomi lemah baik itu
melalui usaha perseorangan maupun kelompok atau patungan. Bahwa struktur
pemerintahan yang fokus pada peran institusi lokal dapat meningkatkan efisiensi
dan kesetaraan dalam pengentasan kemiskinan (JSTOR, 1996). Dalam
memecahkan masalah kemiskinan maka data dan informasi tentang kemiskinan
yang akurat dan tepat sasaran sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan
pelaksanaan dan pencapaian tujuan atau sasaran dari kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan baik di tingkat nasional, provinsi maupun
untuk memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat
yang kurang berdaya serta pentingnya basis data dalam setiap pembahasan tentang
kemiskinan yang dimulai dari identifikasi masyarakat miskin berdasarkan ukuran
standar hidup dan norma minimum (M.H. Suryanarayana, 1996). Masalah
kemiskinan bukan hanya berkisar pada masalah definisi dan karakteristik
masyarakat serta masalah yang berkaitan dengan konsumsi atau material, tetapi
juga mengacu kepada ketidakberdayaan dalam berbagai aspek kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat (Mafruhah, 2000). Ketidakberdayaan masyarakat
tersebutlah yang dianggap sebagai penyebab gagalnya program pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan sehingga ketimpangan pembagian pendapatan yang
terjadi tercermin dari masih adanya masyarakat miskin yang perlu mendapat
penanganan yang serius dari pemerintah.
Pemerintah mencanangkan program nasional, PNPM-Mandiri pada tahun
2007 yang merupakan penggabungan Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perdesaan), dimana dalam PNPM
terdapat dua program inti yaitu PNPM-Mandiri Perdesaan yaitu khusus bergerak
di wilayah perdesaan serta PNPM-Mandiri Perkotaan yaitu Program
pemberdayaan khususnya bagi wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah
Perkotaan. PNPM-Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan
masyarakat (community empowerment) yaitu pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat memberdayakan masyarakat miskin dalam arti memandirikan dan
meningkatkan kemampuan masyarakat miskin dalam memperoleh hak- hak
ekonomi, sosial dan politik serta mengontrol keputusan–keputusan yang
mengidentifikasi masalah maupun kebutuhan- kebutuhannya sendiri. Melalui
PNPM-Mandiri Perdesaan diharapkan adanya perubahan perilaku/sikap dan cara
pandang masyarakat miskin serta mampu untuk berpartisipasi dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan proses pelibatan diri
secara penuh pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama dimana
tiap pihak yang berkepentingan/ terlibat (pemerintah, pemodal dan masyarakat)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses perencanaan dan
pembangunan (Budiyanto, 2011).
Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu penghasil PAD terbesar di
Provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai
banyak penduduk pendatang yang datang dengan harapan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih baik. Terlebih para migran ini apabila tidak didukung
dengan keahlian dan ketrampilan memadai menyebabkan muncul pengangguran
dan penduduk miskin.Pemerintah perlu belajar untuk merencanakan dan berupaya
untuk mengontrol gerakan penduduk dalam negara dimana pada sebagian besar
wilayah migrasi muncul kemiskinan (Skeldon, 2002).
Selanjutnya indikator ketenagakerjaan lainnya yang sangat penting adalah
tingkat pengangguran. Dimana pengangguran yang dianggap paling serius untuk
diatasi adalah pengangguran terbuka, yaitu angkatan kerja yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang mencari/mempersiapkan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat
Gambar Grafik 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Tapanuli Selatan Tahun 2005-2012
Sumber : Indikator Kesejahtraan Tapanuli Selatan (2012) Catatan Mulai 2009 data Tapanuli Selatan telah terpisah dengan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas.
Dari Data diatas, tahun 2012 menunjukkan, bahwa tingkat pengangguran
terbuka di Tapanuli Selatan adalah sebesar 4,18 persen dari total angkatan kerja,
yang artinya dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja di Tapanuli Selatan
sekitar 4 orang diantaranya pengangguran. Angka tingkat pengangguran terbuka
ini perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak terkait Karena
sangat disadari bahwa tingginya pengangguran akan berakibat pada kerawanan
sosial.
Dilain pihak, Dilihat perkembangannya, persentase penduduk miskin di
Pada tahun 1999 persentase penduduk miskin di Tapanuli Selatan tercatat sekitar
15 persen dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 22,75 persen kemudian sedikit
turun pada tahun 2001, namun kembali meningkat pada tahun 2003 menjadi 24,76
persen. Pada kurun waktu 2004 sampai 2006 kecenderungan peningkatan
persentase penduduk miskin ini kembali terlihat, yaitu dari 22,08 persen tahun
2004 menjadi 24,17 persen tahun 2006. Kondisi positif terjadi pada tahun 2007
dimana persentase penduduk Tapanuli Selatan yang hidup dibawah garis
kemiskinan turun menjadi 20,33 persen. Kemudian terus menurun hingga tahun
2012 menjadi 11,96 persen.
Dalam upaya mempercepat pengentasan angka kemiskinan tersebut,
Kabupaten Tapanuli Selatan menerapkan program penanggulangan kemiskinan
PNPM-Mandiri Perdesaan. Pelaksanaan PNPM-Mandiri Perdesaan di wilayah
Batang Toru dalam pengentasan kemiskinan nampaknya perlu diteliti secara
mendalam masih terdapat masyarakat miskin. Hal ini dimungkinkan akibat
ketidakberdayaan masyarakat miskin dalam menyerap program- program
pemerintah, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin,
serta akibat sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat miskin itu sendiri yang
kurang memiliki peran dalam pembangunan daerah.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melaksanakan
penelitian dengan judul : “ Efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan Dalam
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang, maka
yang menjadi perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Efektivitas Program PNPM Mandiri Perdesaan dilihat dari Input di
Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan ?
2. Bagaimana Efektivitas Program PNPM Mandiri Perdesaan dilihat dari Proses
di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan ?
3. Bagaimana Efektivitas Program PNPM Mandiri Perdesaan dilihat dari Out Put
di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini :
1 Untuk mengetahui efektivitas Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Batang Toru dilihat dari
Input, Proses, dan Output.
2 Untuk mengetahui apakah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan berdampak positif terhadap penghasilan rumah tangga
miskin dan penciptaan kesempatan kerja masyarakat miskin di
Kecamatan Batang Toru.
3 Untuk menganalisis efektivitas dampak yang dirasakan masyarakat
dengan program PNPM Mandiri Pedesaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara ilmah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir secara ilmiah dan menuliskannya di dalam bentuk karya ilmiah
berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau
referensi bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Selatan dan para stakeholders pembangunan.
3. Secara Akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu.
Beberapa penelitian serupa telah dilakukan berkaitan dengan PNPM
Mandiri antara lain :
Kirana (2012) yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana
Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan Di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Metode
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang
tertuang dalam tabel silang dan tabel tunggal. Sampel dalam penelitian ini adalah
warga yang menerima pinjaman bergulir, yaitu sudah melakukan peminjaman
pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, yaitu sebanyak
45 orang.
Melalui analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa
Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Medan Barat telah efektif. Hal ini terlihat dari 4 indikator dalam melihat
efektivitas suatu program, yaitu yang terdiri dari : tingkat kualitas, dimana yaitu
pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM (Badan Keswadayaan
Masyarakat) kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau penerima
manfaat, seperti bimbingan yang dilakukan oleh pihak BKM dalam hal pembuatan
proposal pengajuan usaha. Tingkat kuantitas, dilihat modal yang diberikan dan
KSM dan modal tersebut harus digunakan untuk mengembangkan atau membuka
usaha. Dari dampak dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang
diterima oleh responden setelah menerima pinjaman Bergulir. Dari tingkat waktu
pengembalian pinjaman bergulir terlihat bahwa tidak lebih dari 12 bulan. Dari
penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan
pinjaman bergulir yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan adalah salah
satu program yang efektif bagi warga miskin untuk dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu dengan membuka atau mengembangkan
usaha yang berbasis mikro.
Haris (2010) dengan judul penelitiannya Efektivitas Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa
Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara. Efektivitas
pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penelitian ini, dilihat
melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, tingkat kuantitas, tingkat dampak dan
tingkat waktu. Penelitiannya ini adalah penelitian deskriptif, dimana sampel dalam
penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok simpan pinjam
perempuan, yaitu sebanyak 40 orang. Instrumen analisa data yang digunakan
adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data
tunggal.
Analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Kegiatan
Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pulo Dogom belum efektif. Hal itu terlihat
dari 4 indikator dalam melihat efekktivitas suatu kegiatan, yaitu terdiri dari :
tingkat kualitas, dimana anggota kelompok kurang mudah untuk mendapatkan
modal yang diterima masih kurang dalam pembagian yang tidak merata kepada
anggota kelompok dan penghasilan hanya bertambah sedikit dikarenakan anggota
yang membuka usaha dengan modal sendiri yang jumlahnya lebih besar dari pada
modal yang diberikan oleh PNPM-MP. Tingkat dampak, dilihat dari jenis usaha
yang dilakukan sebelum dan setelah mengikuti kegiatan, jenis usaha tidak ada
yang berubah menjadi usaha yang lebih besar, melainkan hanya terhadap
penghasilan anggota kelompok yang berpengaruh. Tingkat waktu, dilihat dari
pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan sebagian besar anggota
membutuhkan waktu diatas 2 tahun untuk dapat menunjukkan hasil. Dari
penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
simpan pinjam perempuan dari PNPM-MP ini adalah program yang belum efektif
bagi kelompok masyarakat, dan dalam pengentasan kemiskinan.
Renyaan (2010) yang berjudul Efektivitas PNPM Mandiri di Kabupaten
Jayapura. Dalam penelitiannya bersifat Kualitatif dengan tekhnik pengumpulan
data melalui wawancara, observasidan dokumentasi, teknik analisis data
digunakan dengan teknik analisis kualitatif dengan proses analisis meliputi
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.adapun kesimpulan dalam
penelitiannya secara umum efektivitas PNPM Mandiri di Kabupaten Jayapura
berjalan efektif, meskipun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi yaitu
sosialisasi, pengawasan dan kerjasama.
Indrajaya (2009) dengan judul penelitian Efektivitas pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di
Kecamatan Kuta berkesimpulan mengenai dampak pelaksanaan program PNPM
masyarakat miskin di Kecamatan Kuta yaitu : adanya peningkatan pendapatan dan
peningkatan kesempatan kerja sesudah menerima program dibandingkan sebelum
menerima program PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam penelitiannya yang menjadi
sampel penelitian adalah seluruh populasi rumah tangga miskin (RTM) yang ada
di Kecamatan Kuta berdasarkan hasil pendataan BPS Kabupaten Tapanuli Selatan
tahun 2008 yaitu sebanyak 115 rumah tangga.
Putra (2013) dengan judul Penelitian Efektivitas Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Dalam Rangka
Pemberdayaan Perempuan Di Kelurahan Nenang Kecamatan Penajam Kabupaten
Penajam Paser Utara. Dalam penelitiannya terkait dengan Program SPP
diKelurahan Nenang Menunjukkan bahwa program SPP masih belum efektif hal
ini dapat terlihat bahwa program ini belum mencapai sasaran secara maksimal,
masih adanya Rumah Tangga Miskin (RTM) yang merupakan sasaran SPP belum
bisa mengikuti program dikarenakan mereka tidak mempunyai usaha, selain itu
masih ditemukan banyak penyimpangan pemanfaat dana yang mengakibatkan
tidak mampu memberikan manfaat dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat. Sebagai contoh adanya beberapa pemanfaat yang menggunakan dana
SPP untuk keperluan sehari – hari. Dan juga masih terdapatnya kelompok yang
tidak atau jarang mengikuti pertemuan rutin kelompok yang biasa mereka lakukan
satu bulan sekali dikarenakan kesibukan masing – masing kelompokMeski
demikian upaya program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tersebut telah
membawa perubahan yang berarti yaitu menjadikan masyarakat lebih mandiri,
dan juga ada masyarakat yang mengalami perubahan kearah yang lebih baik
penelitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan metode kualitatif, dengan
dasar penelitian studi kasus.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
memaparkan dan bertujuan memberikan gambaran serta penjelasan dari variabel
yang diteliti, dalam penelitian ini yaitu memaparkan dan menggambarkan
Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan di Kelurahan Nenang Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser
Utara. Miles dan Huberman (2007:20) menyatakan bahwa analisis interaktif
terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Pratiwi (2011) Efektivitas program nasional pemberdayaan masyarakat
(PNPM) mandiri pedesaan terhadap tingkat kesejahteraan hidup masyarakat di
desa Kampung baru Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Subjek penelitian ini
adalah masyarakat miskin penerima bantuan PNPM Mandiri Pedesaan, Kader
Pembedayaan Masyarakat Desa (KPMD), Pendamping Lokal (PL), Fasilitator
Kecamatan (FK) dan ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK)" Metode penelitian
yang yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus
sehingga dapat diperolah gambaran yang jelas dari permasalahan yang diteliti"
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data
dalam penelitian ini dilakukan dengan pemilihan data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Ada pun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
pelaksanaan, dan pelestarian. Dilihat dari indikator efektivitas PNPM Mandiri
Pedesaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa, PNPM
tidak secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2. Efektivitas
2.2.1. Pengertian Efektivitas.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai
kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga
bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,
dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Suatu organisasi secara keseluruhannya dalam kaitannya dengan
efektivitas adalah mencapai tujuan organisasi. Jika tiap-tiap individu berperilaku
atau bekerja efektif dalam mencapai tujuannya, maka kelompok dimana ia
menjadi anggota juga efektif dalam mencapai tujuan, organisasi itu juga efektif
mencapai tujuan. Efektivitas berbeda dengan efesiensi. Efesiensi adalah
pengorbanan untuk mencapai tujuan. Dimana semakin kecil pengorbanannya
dalam mencapai tujuan, maka dikatakan semakin efesiensi. Sedangkan Efektivitas
adalah ukuran sejauh mana tujuan (organisasi) dapat dicapai ( Sigit, 2003: 1 ).
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas merupakan
suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program tersebut berhasil atau tidak.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang
telah ditetapkan ( Siagian, 2001: 24)
Suatu efektivitas dilihat berdasarkan pencapain hasil atau pencapaian dari
suatu tujuan. Efektivitas berfokus kepada outcome (hasil) dari suatu program atau
kegiatan, yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi
tujuan yang diharapkan. Dalam teori sistem, suatu organisasi dipandang sebagai
satu dari sejumlah elemen yang saling tergantung. Aliran input dan output
merupakan titik awal dalam menggambarkan suatu organisasi. Dengan istilah
yang sederhana, organisasi merupakan sumber daya (input) dari sistem yang lebih
besar (lingkungan), memproses input dan mengembalikannya dalam bentuk yang
telah diubah atau output (Ivancevich dkk, 2006 :23)
Sesuai dengan pendapat soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas
adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bernard, efektivitas
adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).
Masih menurut pendapat ahli, menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas
secara umum dan yang paling menonjol adalah :
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)
Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan
operasional dalam melaksanakan program-program kerjayang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat
diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Sementara itu, menurut Richard M.
Steers, efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat
melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang
menjelaskan bahwa : Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas
merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga
secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan
maksimal.
Efektivitas organisasi merupakan suatu konsep meyeluruh yang
menyertakan sejumlah konsep komponen. Konsep efektivitas organisasi
tergantung pada teori sistem yaitu dimensi waktu yang juga penting. Dua
kesimpulan utama dari teori sistem adalah : (1) kriteria efektivitas harus
merefleksikan keseluruhan siklus input-proses-output, bukan hanya output, dan
(2) kriteria efektivitas harus merefleksikan hubungan antara organisasi dan
Berdasarkan teori sistem, suatu organisasi merupakan elemen sebuah
sistem yang lebih besar yaitu lingkungan. Dengan berlalunya waktu, setiap
organisasi mengambil, memproses, dan mengembalikan sumber daya ke
lingkungan. Kriteria utama dari efektivitas organisasi adalah apakah organisasi
tersebut bertahan dengan lingkungannya.
Sehubungan dari penjelasan tersebut maka efektivitas adalah
menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil
guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan
sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dampak dan waktu) telah dicapai, serta
ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai
target-targetnya.
2.2.2. Kriteria Efektivitas Organisasi.
Konsep mengenai efektivitas organisasi selain disandarkan pada teori
sistem, tetapi perlu ditambahkan dengan sesuatu yang baru yaitu pada dimensi
waktu. Hubungan antara kriteria efektivitas dan dimensi waktu dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Produksi
Produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi
jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan
2. Efesiensi
Konsep efesiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan antara output
keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau output yang merupaka bentuk
umum dari ukuran ini.
3. Kepuasan
Konsep kepuasan mendefenisikan penekanan pada perhatian yang
menguntungkan bagi anggota organisasi maupun pelanggannya. Artinya bahwa
organisasi harus mampu memberikan kepuasan kepada kebutuhan para
anggota.
4. Adaptasi
Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa organisasi
mampu menanggapi perubahan intren dan ekstren. Jika organisasi tidak dapat
menyesuaikan diri , maka kelangsungan hidupnya akan terancam, namun
adaptasi tidak memiliki ukuran yang pasti dan nyata. Dapat dijelaskan, apabila
tiba waktunya untuk mengadakan penyesuaian dikarenakan adanya
fenomena-fenomena tertentu, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri.
5. Perkembangan
Organisasi harus mengembangkan diri agar tetap hidup atau berjaya untuk
jangka panjang. Efektivitas dengan pertimbangannya, maka efektivitas dapat
dibagi menjadi efektivitas jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Keseimbangan optimal adalah keseimbangan dari pencapaian hubungan yang
wajar antara kriteria-kriteria itu dalam periode waktu tertentu ( Tampubolon,
2.2.3. Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu
efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu
pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu
pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut
efektif.
b. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga
dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga
memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan
pada teori mengenai keterbukaan system suatu lembaga terhadap
lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan
lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang
merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga
dilemparkannya pada lingkungannya.
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari
suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara
terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap
sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta
kesehatan lembaga.
Tingkat efektivitas pelaksanaan PNPM-Mandiri Perdesaan meliputi
variabel input, proses dan juga output. Variabel input meliputi : ketepatan sasaran,
tujuan dan tingkat sosialisasi; variabel proses meliputi : kelembagaan, ketepatan
penggunaan dana dan tujuan program, prosedur, dan pengawasan sedangkan
variabel output meliputi : kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan, transparan dan
diumumkan; gotong royong dan tambahan pendapatan; monitoring dan evaluasi
proyek.
Menurut Subagyo (2000) efektivitas adalah kesesuaian antara output
dengan tujuan yang ditetapkan. Tingkat efektivitas program dalam hal ini
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan program
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Jarak (range)
realisasi program sebagai berikut :
1. 1% sampai dengan 50% : tidak efektif
2. 51% sampai dengan 100% : efektif
Tingkat kualifikasi efektivitas dikutip dari jurnal pengukuran efektivitas
pelaksanaan program Litbang Kemendagri (1991) sebagaimana yang disajikan
NO
Nilai Interval (%) Tingkat Efektifitas
1 3,25 – 4,00 Sangat tidak efektif
2 2,50 – 3,25 Tidak efektif
3 1,75 – 2,50 Cukup efektif
4 1,00 – 1,75 Sangat efektif
Sumber : Efektivitas Pelaksanaan Evaluasi Kinerja
PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Debie Puspasari, Fisip UI, 2012)
2.3. PNPM Mandiri.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan
desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK
adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat
miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan
kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses
sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk
peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem
pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
(4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi
yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan rumah tangga
miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan
partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.
Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri
Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang
dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat
menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan
keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK).
2.3.1. Tujuan Dasar Di Gulirkannya Program PNPM- MP
• Tujuan Umum :
Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan
mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan.
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya local
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar
Desa (BKAD)
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan
2.3.2. Keluaran Program.
a. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah tangga Miskin (RTM) dan
kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian
b. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa
c. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam
memfasilitasi pembangunan partisipatif
d. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan
e. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan
pelayanan sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM
f. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan
pembangunan
g. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku
kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan
2.3.3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan.
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai
prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini
mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip
itu meliputi:
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada
pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang
berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada
pembangunan fisik semata.
b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa
intervensi negatif dari luar
c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang
sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada
masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada
masyarakat miskin
e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara
aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari
tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan
gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan
dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat
kegiatan pembangunan,kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran
kedudukan pada saat situasi konflik
g. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil
keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat
h. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel
adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses
pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis,
legal, maupun administratif
i. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan
yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan
j. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap
pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah
mempertimbangkan sistem pelestariannya.
2.3.4. Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan.
a. PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui
tahapan-tahapan kegiatan berikut:
b. Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung
melalui fórum-forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/
memanfaatkan media/ saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat
pemerintahan
c. Proses Partisipatif Pemetaan Rumah tangga Miskin (RTM) dan
Pemetaan Sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan
kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumah
tangga yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin (RTM).
Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat peta sosial desa dengan
tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya desa mereka,
yang berguna untuk mengagas masa depan desa, penggalian gagasan
untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta mendukung
pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya
d. Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa dan Kecamatan.
Masyarakat Desa (KPMD) satu laki–laki, satu perempuan untuk
mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian
mendapat peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan
fungsinya dalam mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan
khusus perempuan, untuk melakukan penggalian gagasan berdasarkan
potensi sumberdaya alam dan manusia di desa masing-masing, untuk
menggagas masa depan desa. Masyarakat kemudian bersama-sama
membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa dan
bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan
yang prioritas untuk didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri
menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat
kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya
sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari
masayarakat akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
e. Seleksi/ Prioritas Kegiatan di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat
melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk
memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah
ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan
memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan
akhir mengenai kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum
musyawarah antar-desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri
oleh wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan.
kecuali yang tercantum dalam daftar larangan (''negative list''). Dalam
hal terdapat usulan masyarakat yang belum terdanai, maka usulan
tersebut akan menjadi bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD)
f. Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka. Dalam forum
musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan
yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas
pendanaan program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan
mendampingi TPK dalam mendisain sarana/ prasarana (bila usulan
yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan),
penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja
yang terlibat dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut berasal
dari warga desa penerima manfaat
g. Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan. Selama pelaksanaan
kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan
minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum
program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir,
dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan kepada desa, serta
badan operasional dan pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan
2.4. Partisipasi Masyarakat.
Partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan dan keberlanjutan program pembangunan. Partisipasi berarti
keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan
secara sadar. Bhattacharyya (Ndraha, 1990) mengartikan partisipasi sebagai
pengambilan bagian dalam kegiatan bersama Kegagalan dalam mencapai hasil
dari program pembangunan tidak mencapai sasaran karena kurangnya partisipasi
masyarakat. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain:
(Kartasasmita, 1997) a) Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil
masyarakat dan tidak menguntungkan rakyat banyak. b) Pembangunan meskipun
dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami
maksud itu. c) Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat dan
rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai denganpemahaman
mereka. d) Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi sejak
semula rakyat tidak diikutsertakan.
Keikutsertaan masyarakat adalah sangat penting di dalam keseluruhan
proses pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan
selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal sampai tahap akhir.
Oleh karena itu, menurut T. Ndraha partisipasi publik dapat terjadi pada 4 (empat)
jenjang, yaitu:
a. Partisipasi dalam proses pembentukan keputusan;
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil;
Konsep ini memberikan makna bahwa masyarakat akan berpartisipasi
secara sukarela apabila mereka dilibatkan sejak awal dalam proses pembangunan
melalui program pemberdayaan. Ketika mereka mendapatkan manfaat dan merasa
memiliki terhadap program pemberdayaan, maka dapat dicapai suatu
keberlanjutan dari program pemberdayaan.
Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap pembangunan
ada beberapa bentuk. Menurut Ericson (dalam Slamet, 1994:89) bentuk partisipasi
masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu:
1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan
rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu
kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran
dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan;
2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang
ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya
pada pekerjaan tersebut;
3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini
maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek
setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap
ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek
2.4.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor
dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat
untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran
aparat dan lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan berkaitan
dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan Zanden
(1988), mengemukakan pandangan multidimensional tentang stratifikasi
masyarakat yang mengidentifikasi adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas
(ekonomi), status (prestise) dan kekuasaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal
Untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat
sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah
laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti
umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan
(Slamet,1994:97). Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu
dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam
kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet,
1994:137-143).
Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
_ Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan