• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PE BERIBADAH SI T

Diajukan Untuk Me

WAWALA

JURUS FAKULTA INSTITUT

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILA SISWA DI SD NEGERI KALIBENING SALATIG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S

Oleh:

LADUN SHOLICHATUI YAD’NGULAHU NIM: 11111202

USAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

LAKU IGA

(2)

KEM ITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALA AKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURU ra Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salat

ww.iainsalatiga.ac.id email : administrasi@iainsalatig

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada

ripsi Yth. Rektor IAIN S Di Salatiga

aikum. Wr. Wb.

i meneliti dan mengadakan perbaikan seperlun ami kirimkan naskah skripsi mahasiswa :

: Wawaladun Sholichatui Yad’ngulahu : 11111202

usan : FTIK / Pendidikan Agama Islam : Peran Guru Pendidikan Agama Isla

perilaku pembiasaan beribadah sisw Negeri Kalibening Salatiga Tahun 2014/2015

kan dalam siding munaqosyah. Demikian untuk

(3)

SKRIPSI

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU PEMBIASAAN BERIBADAH DI SD NEGERIKALIBENING SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DI SUSUN OLEH :

WAWALADUN SHOLICHATUI YAD’NGULAHU NIM.11111202

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji:

Ketua Penguji : Siti Rukhayati, M.Ag. Sekretaris Penguji : Dra. Hj. Maryatin, M.Pd. Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. Penguji II :Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(4)

KEM

orang lain yang terdapat

etik ilmiah.

EMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONES ITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALA ra Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salat

ww.iainsalatiga.ac.id email : administrasi@iainsalatig

ERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ngan di bawah ini:

Wawaladun Sholichatui Yad’ngulahu

: 11111202

Pendidikan Agama Islam

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

ripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan h

(5)

MOTTO

!

"

#

$%&

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Orang tuaku Bapak Samuri, dan Ibu Murni Sari yang sudah banyak

pengorbanan tanpa letih maupun pamrih dalam merawat dan mendidikku,

semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah SWT dunia dan akhirat.

2. Kakakku Siti Nurul Mida Yanti dan Adikku Nabiela Khoirun Nisa yang

selalu memberi semangat.

3. Keponakan-keponakanku Ulfa, Bima, Zaskia, Lintang, Irsyad dan Majid

yang selalu memberi keceriaan.

4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M. Pd. yang selalu sabar membimbing hingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Sahabatku Lely, Munji, Aulia, dan Khusnul serta teman-teman PAI

angkatan 2011.

6. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang

(7)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

4. Ibu Maryatin, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya dalam upaya

(8)

5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali

pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, dan doa restu kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu

baik moral maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak penulis

sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 25 Agustus 2015

Penulis

(9)

ABSTRAK

Yad’ngulahu, Wawaladun Sholichatui. 2015.Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam perilaku pembiasaan beribadah siswa Di SD Negeri Kalibening Salatiga TahunAjaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci:Peran Guru, Pembentukan Perilaku Siswa.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahuiPeran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri Kalibening Salatiga terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (2) Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik perilaku beribadah siswa?. (3) Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam padapembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari?.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif,metode pengumpulan data antara lain: observasi, interview dan dokumentasi dengan teknis analisis data yaitu triangulasi data, reduksi data kemudian ditarik kesimpulan dan dibuatlaporan.

(10)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. DefinisiOperasional ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20

A. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 20

B. Peran Guru pada perilaku beribadah siswa ... 31

C. Peran Guru pada pembelajaran PAI dan perilaku pembiasaan beribadahsiswa dalam kehidupan sehari-hari di SD N Kalibening Salatiga ... 35

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 43

A. Kondisi Umum SD N Kalibening ... 43

B. Data Informan ... 54

C. Temuan Penelitian ... 58

BAB IV PEMBAHASAN ... 65

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD N Kalibening Salatiga ... 65

B. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Perilaku siswa ... 66

C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Penerapan Perilaku Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Penutup ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Data Guru dan Karyawan ... 52

TABEL 3.2 Data Sarana dan Prasarana ... 53

TABEL 3.3 Data Jumlah Siswa ... 53

TABEL 3.4 Data Prestasi Lomba Siswa Tahun 2014/2015 ... 54

TABEL 3.5 Data Prestasi taek wondo siswa Tahun 2015 ... 56

TABEL 3.6 Data Dokcil SD/MI Tingkat Kec.Tingkir ... 56

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Reduksi Data

2. Triangulasi Data

3. Pedoman Wawancara

4. Hasil Wawancara

5. Kesimpulan

6. Foto Dokumentasi

7. Panduan APKG

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan

merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik guna

memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang dapat

bermanfaat dagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini

sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (Syukur, 2014:2).

Pendidikan merupakan pengalaman belajar seseorang sepanjang

hidup, dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu

dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Artinya

pendidikan dapat dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang, dan waktu.

Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan

(15)

yang menunjang berlangsungnya proses pendidikan, Maka dari itu perlu

adanya peran guru.

Peran guru yaitu tumpuan harapan mewujudkan pendidikan yang

benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi, yang berarti

terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas pendidik dalam

menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).

Salah satu dari peran guru yaitu sebagai inspirator, guru harus

dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik.

Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat

memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk

itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari

pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.

Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang

dihadapi anak didik (Djmarah, 2005: 45-46).

Peran guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan fungsi

belajar dalam mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan,

yaitu meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah agar peserta

didik mampu berperilaku positif misalnya setiap guru menjelaskan tentang

tata cara membaca Al-Qur’an dan peserta didik mampu membaca dengan

baik dan memperagakan serta mengamalkannya. Contoh lain misalnya

seorang guru menjelaskan tentang tata cara shalat, kemudian bagaimana

seorang siswa itu mampu melaksanakan shalat secara berjamaah dalam

(16)

Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak secara

berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku

kitapun terhadap orang lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang

guru memiliki persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka

sikap siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini termasuk perilaku mendidik (Setiadarma, 2001:49).

Kelebihan yang dimiliki seorang guru dapat dijadikan contoh bagi

peserta didik sebagaimana dalam firman Allah yang menyatakan bahwa

Rasul adalah sebaik-baik contoh bagi umat islam. Dengan menjadikan

pribadi Rasul sebagai contoh, guru akan dapat membimbing peserta

didiknya sesuai dengan agama.Dalam pembentukan perilaku siswa di

sekolah apabila diterapkan pendidikan agama islam sejak dini, maka

psikologi agama siswanya menjadi kuat serta tidak terjadi konfersi agama.

Dengan contoh yang baik pula, pola pergerakan dan pola belajar di

sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah guru programkan.

Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:

Artinya: “sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

(17)

Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru mengajar sekarang ini,

maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang muatannya

lebih besar kearah kinerja yang sangat tekstual dalam segala hal, baik

dalam membaca kurikulum, menghadapkan kurikulum kepada peserta

didik mereka, maupun dalam membelajarkan materi pelajaran kepada

peserta didik mereka.

Sebagai akibat dari tindakan guru yang demikian maka dampak

dari perilaku negatif dalam pembelajaran, anak-anak menjadi tidak

nyaman, dan hasilnya bagi anak-anak menyebabkan tidak mampu

memperoleh potensi yang kompetitif di masyarakat nyata dalam

menghadapi perubahan masyarakat yang tidak lagi menentu, tanpa arah,

yang harus dihadapi dengan berfikir alternatif melalui kinerja yang

menggunakan kreativitas mereka, sehingga pendidikan hanya

menghasilkan anak-anak yang memiliki ketergantungan sosial sangat

besar, tidak memiliki kemandirian, tidak memiliki rasa percaya diri, dan

tidak terlatih memecahkan persoalan kehidupan nyata (Djohar, 2006:7).

Sekolah Dasar (SD) Negeri Kalibening Salatiga merupakan

satu-satunya Sekolah negeri yang ada di kelurahan Kalibening. SD Negeri

Kalibening mempunyai pendidik yang berkompeten dalam mengajarkan

ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Meskipun begitu, hasil survey

yang dilakukan pada tanggal 3 juni 2015 ditemukan kesulitan seorang guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menerapkan dan memperbaiki

(18)

Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian

dengan judul:

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU PEMBIASAAN BERIBADAH SISWA DI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya

adalah:

1. Bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Negeri

Kalibening Salatiga?

2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik

perilaku beribadah siswa?

3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam pada pembiasaan

beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran pendidikan Agama

Islam di SD Negeri Kalibening Salatiga.

2. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

(19)

3. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam terhadap

pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan atau manfaat,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada

dunia pendidikan, dan dapat memperkaya khasanah keilmuan

khususnya tentang peran guru PAI dalam perilaku beribadah siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, jika ada pengaruh diantara variabel ini, diharapkan

dapat memiliki kegunaan bagi lembaga pendidikan khususnya SD Negeri

Kalibening Salatiga sebagai wacana untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah tersebut.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam

penggunaan kata pada judul penelitian ini perlu adanya penjelasan

beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel. Penulisan

(20)

1. Peran guru

a. Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan (Departememen P dan K, 1988:37).

b. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik

kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat

membentuk anak sesuai dengan kehendaknya (Syaiful, 2000:38).

c. Peran guru adalah tumpuan harapan mewujudkan pendidikan yang

benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi, yang

berarti terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas

pendidik dalam menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa peran guru dalam penelitian ini adalah orang yang

mengajarkan ilmu pengetahuan serta membimbing anak didik pada

pembelajaran pendidikan agama islam. Sebagai pengajar guru

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, mendidik berarti

mentransfer nilai-nilai, sedangkan membimbing adalah menuntun

anak didik menjadi manusia dewasa agar dapat berperilaku lebih baik

dengan tujuan pendidikan.

2. Perilaku beribadah

Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak secara

berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku

kitapun terhadap orang lain akan baik pula begitupun sebaliknya

(21)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jika kita

memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku kitapun terhadap orang

lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang guru memiliki

persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka sikap

siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam kehidupan

sehari-hari, Hal ini termasuk perilaku mendidik.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, karena penelitian

ini bersifat deskriptif artinya adalah sebuah penelitian suatu kelompok

manusia atau suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu

kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985:27). Ruslan

(2019:133) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan

kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan angka-angka.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat yaitu peneliti

terjun langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh subjek yang diamati mencakup peran guru pada pembelajaran

agama islamdan perilaku pembiasaan beribadah siswa, metode yang

digunakan, hambatan dan solusi yang ditempuh oleh SD Negeri

(22)

yang diperlukan dalam penelitian yang berhubungan dengan peran

guru pada pembelajaran agama islam dan perilaku pembiasaan

beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari di SD Negeri Kalibening

Salatiga.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibening Salatiga

yang beralamat di Jl. Ja’far Shodiq Kalibening, kecamatan Tingkir

kota Salatiga. Peneliti memilih lokasi ini karena ingin mengetahui

peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam, serta ingin

mengetahui perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2002:107). Data yang akan terkumpul melalui

penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu

mengenai konsep peran guru pada pembelajaran pendidikan agama

islam dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan

sehari-hari di SD Negeri Kalibening Salatiga, metode yang digunakan

serta hambatan dan solusi yang ditempuh.

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil

observasi pada tempat penelitian, dan hasil dari wawancara terhadap

(23)

penelitian ini yang dijadikan subjek dan informan adalah guru, siswa,

dan orang tua.

Bila dilihat dari sumber datanyamaka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan suber sekunder. Sumber primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber

data yang diambil yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga

data asli atau data baru. Sumber langsung diperoleh dengan cara

observasi dan mewawancarai guru pendidikan agama islam, guru

kelas, dan kepala sekolah SD Negeri kalibening salatiga serta tidak

menutup kemungkinan yaitu orang-orang yang berkaitan dalam

peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam di SD

Negeri kalibening salatiga yaitu yang menjadi informan adalah

guru PAI, guru kelas, kepala sekolah, siswa dan orang tua.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder

disebut juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari

(24)

arsip, dan lain-lain. Data tersebut berguna untuk melengkapi data

primer.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara (interview)

Metode interview dikenal pula dengan istilah wawancara

adalah cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas

tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara

lisan dari seorang responden (Koentjaraningrat,1977:129).

Metode ini penulis gunakan untuk menanyakan informasi kepada

informan yang berkaitan dengan perilaku beribadah siswa di SD

Negeri Kalibening Salatiga.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki (Hadi,

1995:136).

Obsevasi dibagi menjadi tiga yaitu pertama, obsevasi

prtisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Kedua, obsevasi terus terang atau tersamar, yaitu

peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada

sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka

yang diteliti mengetahui sejak awalsampai akhir tentang aktivitas

(25)

tersamar dalam observasi, hal ini utuk menghindari kalau suatu

data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Ketiga,

observasi tidak berstrukturyaitu obsevsi dilakukan dengan tidak

berstruktur karena fokus penelitian belum jelas, observasi tidak

dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus

terang atau samar. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran

tentang peran guru pada pembelajaran agama islam dan perilaku

beribadah siswa selama belajar mengajar berlangsung dan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. (Arikunto, 1989:188). Peneliti

mengumpulkan data tentang sejarah, foto-foto kegiatan tentang

peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam dan

perilaku pembiasaan beribadah dalam kehidupaan sehari-hari di SD

Negeri kalibening Salatiga.

6. Metode Analisis data

Dalam analisis data ada beberapa teknik yang digunakan secara

(26)

a.Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dan catatan-catatan tertulis di lapangan

(Milles,1999:16).

Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini

selanjutnya dianalisis. Apabila data yang berasal dari lapangan sudah

cukup maka bisa diambil kesimpulan atau pengertian. Dan apabila

data belum cukup maka peneliti terjun lagi ke lapangan.

b.Penyajian data

Dalam tahap inipeneliti menyajikan data yang telah direduksi

dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan

lanjutan untuk analisis data.

Adapun metode analisis yang penulis gunakan adalah metode

analisis deskritif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

sejak sebelum di lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di

(27)

c.Menarik Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data

maka peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah

terkumpul.

7. Pengecekan keabsahan temuan

Untuk menetapkan kabsahan data diperlukan tekhnik

pemeriksaan, diantaranya:

a. Keajegan pengamatan

Mencari secara konsisten dengan berbagaicara, kaitannya

dengan proses analisis yang konstan dan tetap (Moleong

2009:329). Peneliti mengamati proses pembelajaran yang

dilaksanakan di SD Negeri kalibening Salatiga, bukan hanya satu

kali saja melainkan sampai beberapa kali.

b. Keikutsertaan

Peneliti mengamati pembelajaran yang dilakukan di dalam

kelas dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah Tekhnik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

1) Triangulasi Metode yaitu perbandingan data yang diperoleh

dari suatu metode lain, hasil didapat dari wawancara

(28)

2) Triangulasi Waktu Penelitian yaitu perbandingan data yang

didapat pada satu waktu dengan waktu yang lain, semisal

data yang diperoleh pada waktu pagi hari dibandingkan

dengan data yang diperoleh pada keesokan harinya.

3) Triangulasi Sumber Data yaitu sumber data yang diperoleh

dari siswa dengan data yang diperoleh dari guru dan orang

tua (Moleong 2009:330).

d. Analisis Kasus Negatif

Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan

kasus yang tidak sesuai dengan pola dal kecenderungan

informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai

bahan perbandingan (Moleong, 2009:334). Jika peneliti dalam

realitasnya menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan idealitas,

maka peneliti mencatat dan menganalisisnya, misalnya dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ada siswa yang kurang

berperilaku baik sehingga siswa lebih cenderung tidur, ramai,

ngalamun, dan tidak memperhatikan guru.

e. Uraian rinci

Melaporkan hasil penelitian dengan seteliti mungkin

yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan (Moelong, 2009:335).Peneliti mencatat hasil

(29)

mungkin sehingga dipastikan tidak ada data yang tertinggal

dalam laporan penelitian.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati

dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan. Penulis harus mengadakan

pendekatan secara terbuka kepada responden dengan tujuan untuk

memperoleh informasi atau data awal.

Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk

mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan pengamatan,

Setelah data-data sudah terkumpul kemudian dianalisis dan diikuti

dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.

Tahap ketiga Selanjutnya pengecekan dan pemeriksaan

keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data

yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika terdapat

ketiadaksesuaian maka perlu diadakan perbaikan.

Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini

hendaknya dijelaskan pda rancangan penulisan walaupun tidak

dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan

secara tepat. Karena akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan

secara keseluruhan penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka tahap-tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah

mulai dari penyerahan suratperizinan penulisan kepada SD Negeri

(30)

melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan responden dan

mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang telah

direncanakan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan

menjadikan pembahasan dalam skripsi, sehingga dapat memudahkan

dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dikaji, maka

penulis menyusun sistematiaka sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Cakupan bagian awal meliputi:

Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan

kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata

pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Dalam bagian inti penelitian ini, penulis membagi menjai lima bab

yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,

Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian,

Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber

(31)

Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian, dan

Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peran guru pada pembelajaran agama islam (Pengertian

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peran guru). Peran

guru terhadap pembentukan perilaku siswa (Tugas guru,

Cara pembentukan perilaku anak didik). Peran guru PAI

pada pembentukan perilaku siswa.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pemaparan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum

SD Negeri Kalibening Salatiga dan hasil wawancara dengan

guru yang menjadi informan dalam penelitian. Gambaran

umum mengenai SD Negeri Kalibening Salatiga mencakup

profil sekolah, Letak Geografis Sejarah Singkat Sekolah,

Struktur Organisasi SD Negeri Kalibening Salatiga.Data

Informan. Temuan penelitian dengan hasilwawancara

dengan Guru mencakup peran guru pada pembelajaran PAI

dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan

(32)

BAB IV PEMBAHASAN

Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD

Negeri Kalibening Salatiga, Peran guru pada Pembelaaran

Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kalibening Salatiga,

perilaku pembiasaan berbadah siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Peran orang tua terhadap pembentukan perilaku

siswa dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan, dan Saran.

3. Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar

(33)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam mencari ilmu setiap manusia akan memilih yang sesuai

kemampuannya, tanpa membebani dalam kehidupannya namun

demikian pasti ada beban pada setiap manusia yang mencari ilmu

tersebut. Rasa sulit dalam memahami suatu materi pasti akan diberi

hidayah dan diberi jalan keluar oleh Allah SWT, dalam hadist juga

dijelaskan sebagai berikut:

ِ ﱠ َ ْا َ إِ ً ْ ِ َط ُ َ ُﷲ َ ﱠ َ ً ْ ِ ِ ْ ِ ُ ِ َ ْ َ ً ِ َط َ َ َ ْ!َ"

Artinya:”Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut

ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim).

Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga

itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan

benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat

berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah

orang yang sedang menuju surga Allah. Sebagai seorang pendidik

dapat memberi yang terbaik bagi anak didiknya untuk mencapai tujuan

dalam belajar untuk menyajikan materi dengan mudah dalam difahami

oleh siswa. Selain itu menghantarkan pada jalan yang dianjurkan oleh

(34)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Syukur, 2014:2).

Pendidikan agama merupakan salah satu pelajaran yang harus

dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di

Indonesia. Karena pendidikan agama merupakan salah satu dimensi

untuk mewujudkan kehidupan antar umat beragama serta membentuk

sikap keagamaan peserta didik. Pendidikan agama islam (PAI)

merupakan bagian dari pendidikan islam dan pendidikan nasional,

yang menjadi mata pelajaran wajib disetiap lembaga pendidikan islam

(Majid, 2015:11).

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina

dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup

(Darajat 1987:87).

Mata pelajaran pendidikan agama islam secara keseluruhannya

dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadist, keimanan, akhlak

fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa pendidikan

(35)

hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, serta

lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama islam,

yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan agama islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran, atau latihan yang dilakukan secara

berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam

arti ada yang dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap

ajaran islam.

3. Pendidikan atau guru pendidikan agama islam (GPAI) yang

melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan secara

sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan

agama islam.

Kegiatan pembelajaran pendidikan agama islam diarahkan

untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan

pengalaman ajaran agama islam dari peserta didik, yang disamping

untuk membentuk keshalehan pribadi, juga sekaligus untuk

membentuk keshalehan sosial (Muhaimin:76).

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan

(36)

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan

bimbingan di sekolah, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Peran Guru

a. Pengertian Guru

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Shaiful,

2000:31). Guru merupakan salah satu komponen penting dalam

proses pendidikan. Dipundaknya terletak tanggung jawab yang

besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang

dicitakan (Suharto, 2006:117-118).

Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti

dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di

mushola, di rumah, dan sebagainya. Masyarakat yakin bahwa

gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi

orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka

dipundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.

Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab sebab taggung

jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah. Pembinaan yang

(37)

tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru

agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak

didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah

sekalipun.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa guru adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan

kepada anak didik. Dan guru mempunyai fungsi ganda yaitu

mengajar, pendidik dan pembimbing. Sebagai pengajar guru

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, mendidik berarti

mentransfer nilai-nilai, sedangkan membimbing adalah menuntun

anak didik menjadi manusia dewasa agar dapat berperilaku lebih

baik dengan tujuan pendidikan.Selain itu, guru juga mempunyai

peran yang sangat penting.

b. Peran Guru

Peran guru adalah tumpuan harapan mewujudkan

pendidikan yang benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan

demokrasi, yang berarti terwujudnya pendidikan itu berada diatas

kreativitas pendidik dalam menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).

Apabila teori tersebut diterapkan siswa dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam maka siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya. Salah satu contoh guru tidak hanya menjelaskan

(38)

membuat siswa senang masuk kelas yaitu dengan praktek bersama

di mushola.

Adapun peranan guru yang penting dapat disebutkan

sebagai berikut:

1. Guru sebagai pembuat keputusan

Guru harus selalu membuat keputusan-keputusan bahan

pelajaran dan metode mengajar. Keputusan-keputusan ini

didasarkan atas banyak faktor seperti bahan inti yang harus

diajarkan, kemampuan murid dan apa yang diperlukan olehnya

dan tujuan yang akan dicapai.

2. Guru sebagai manager

Waktu yang dipergunakan oleh guru untuk berinteraksi

secara verbal dengan murid-muridnya (mengajar) rata-rata

hanya sekitar 20-30 persen setiap harinya. Selebihnya

dipergunakan untuk pengelolaan yang meliputi organisasi

pelajaran, mengisi berbagai formulir, menyiapkan ujian,

memeriksa dan menilai pekerjaan murid, menghadiri

rapat-rapat, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid dan

menyiapkan dokumen-dokumen.

Kegiatan lain ialah mengelola kelas, yaitu kegiatan yang

bersangkutan dengan keputusan-keputusan dan

(39)

kelas. Tentu saja ini bukan hanya menjadi beban guru saja,

tetapi juga menjadi masalah sekolah secara keseluruhan.

3. Guru sebagai konselor

Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka

terhadap tingkah laku dan gerak gerik murid-muridnya. Guru

harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila

murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dia harus tahu apabila

ada muridnya yang perlu dikonsultasikan kepada ahli kesehatan

mental misalnya, setiap murid jarang mengadukan persoalan

pribadinya kepada guru. Di samping itu guru juga diharapkan

dapat menangani tes minat dan dapat pula menafsirkan hasil tes

tersebut untuk murid dan orang tuanya. Dalam kaitan ini guru

harus waspada dengan perasaan orang tua, masyarakat sekitar,

kepentingan guru-guru lain dan murid-murid lainnya harus

dipertimbangkan, tidak boleh diabaikan.

4. Guru sebagai model

Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi

murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul

karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah

dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebaliknya gairah

suatu murid terhadap suatu mata pelajaran memudar karena

(40)

gersang. Dengan demikian guru tersebut dengan sengaja

berperan sebagai model.

Berdasarkan pengertian diatas, guru tidak begitu

menyadari peranannya sebagai model. Sebagai contoh misalnya,

guru selalu berperan sebagai model dalam mendemonstrasikan

cara berfikir memecahkan masalah. Apabila guru dapat

melibatkan murid-muridnya berfikir melalui berbagai macam

alternatif pemecahan masalah, besar kemungkinan

murid-muridnya menjadi sadar bahwa mereka mampu memecahkan

masalah dalam berbagai macam situasi (Mahmud, 1990:25-28).

5. Guru sebagai Korektor

Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai

yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua ini yang berbeda

harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.

Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai

dengan sosio-kultural masyarakat dimana anak didik tinggal

akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru

pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari

jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti

guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor,

yang menilai dan mengkoreksi semua sikap, tingkah laku, dan

(41)

Koreksi yang harus guru lakukan tehadap sikap dan sifat

anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi diluar sekolahpun harus

dilakukan. Sebab diluar sekolah anak didik justru lebih banyak

melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral,

sosial, dan agama yang hidup dimasyarakat. Lepas dari

pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap

perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut

di dalamnya.

6. Guru sebagai inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham

yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar

adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan

petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu

tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari

pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar

yang baik, yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana

melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.

7. Guru sebagai informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan

informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,

selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran

yang telah diprogramkan dalam kurikulum informasi yang baik

(42)

racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan

efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang

dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak

didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa

kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

8. Guru sebagai Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak

didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan

motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang

melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun

prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan

dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.

Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan

sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik

untuk bergairah dalam belajar.

9. Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan

fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak

didik, lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana

ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan,

fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik

(43)

menyediakan fasilitas, sehingga akan tercapai lingkungan

belajar yang menyenangkan anak didik.

10.Guru sebagai pembimbing

Peranan guru sebagai pembimbing ini harus lebih

dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk

memimbing anak didik menjadi manusia dewasa . tanpa

bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan anak

didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru.

Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin

berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat

diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri

(mandiri).

11.Guru sebagai Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola

kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua

anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari

guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya

interaksi edukatif sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan

baik akan menghambat kegiatan pelajaran. Anak didik tidak

musahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal

(44)

Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran

udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak

menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang

optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum pengelolaan

kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil

yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas

adalah agar anak didik betah di kelas dengan motivasi yag tinggi

untuk senantiasa belajar di dalamnya (Djamarah, 2005:43-49).

Berdasarkan beberapa peranan guru diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa peran guru itu sangat penting bagi

siswanya, agar proses belajar mengajar serta tujuan pendidikan

dapat tercapat.

B. Peran Guru pada Perilaku Pembiasaan Beribadah siswa dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Tugas Guru

Tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat

mulia, sehigga Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan

berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan

manusia lainnya seperti yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu:

#$رد ' ( ا ا)*وأ ! - او '. " ا) "اء ! - ا ﷲ 0

(45)

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat (Al-Mujadillah: 11) . (Kementrian Agama

Republik Indonesia:2011).

Seorang berilmu dan bekerja dengan ilmunya itu, adalah ibarat

matahari menyinari orang lain, dan juga menyinari dirinya sendiri.

Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah

yang dinamakan orang besar di kolong langit ini. Dia itu ibarat

matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri.

Ibarat minyak kasturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan

ia sendiripun harum.

Seorang guru mempunyai kekuasaan untuk memberikan dan

membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna

bagi agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru memiliki banyak tugas,

baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk

pengabdian.Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak

didik adalah tugas guru sebagai profesi. Tugas guru sebagai pendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada

anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kepada anak didik.

(46)

menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Tugas

guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai satu tugas

kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru. Sisi

ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan

kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus

menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan

begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Pada bidang kemasyarakatan guru juga mempunyai tugas mendidik

dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang

bermoral Pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru

mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa

Indonesia. Maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah,

tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

(Djamarah, 2005:31-39).

Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua,

dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali

anak didik dalam jangka waktu tertenu. Untuk itu, pemahaman

terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan

mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru

sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik di dalam

(47)

Berdasarkan pengertian diatas maka peran guru tidak hanya

mewujudkan pendidikan di sekolah tetapi seorang guru juga

mempunyai tugas yaitusebagai penghubung antara sekolah dan

masyarakat artinya anak didik dididik untuk bisa berinteraksi sosial

dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bila dirinci

lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan.

Menurut Roestiyah NK (1998: 14-15), bahwa guru dalam

mendidik anak didik bertugas untuk:

a. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal,

tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih

dahulu.misalnya seorang guru berangkat ke sekolah tepat pada

waktunya.

b. Guru sebagai administrator dan manajer.

Disamping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan

urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor,

daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala

pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana

pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.

c. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja

(48)

sebagai suatu profesi, yaitu mengajarkan kepada peserta didik

tentang materi-materi yang belum diketahui agar siswa menjadi

paham.

d. Guru sebagai pemimpin. (guidance worker).

Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam

banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan soal

membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada

problem. Guru yang efektif ialah pemimpin yang efektif, yaitu

memanfaatkan potensi peserta didik untuk meningkatkan

pertumbuhan, perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh peserta

didik. Seorang guru harus bisa mengarahkan dan membimbing

siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat tercapai.

e. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya

dalam ekstrakurikuler, membentuk kelompok belajar dan

sebagainya (Syaiful, 2000:38-39).

Berdasarkan uraian diatas, tahulah bahwa tugasguru dalam

pembelajaran tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan

panggilan jiwa. Sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan

ikhlas, karena keberhasilan bukan saja terfokus pada kurikulum

serta metode pendidikan dan pengajaran, bahkan kepribadian

pendidik atau guru merupakan teladan serta contoh bagi siswanya

(49)

Dan contoh yang baik serta jalinan kasih sayang antara guru dan

siswa merupakan dominasi bagi suksesnya pendidikan di dalam

maupun di luar sekolah (masyarakat).

2. Cara Pembentukan Perilaku Peserta Didik

a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak

secara berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang,

perilaku kitapun terhadap orang lain akan baik pula. Demikian

pula, jika seorang guru memiliki persepsi atau perilaku positif

kepada anak didiknya maka sikap siswanyapun akan baik dalam

sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk

perilaku mendidik (Setiadarma, 2001:49).

b. Pengertian peserta didik

Menurut Tato Suharto peserta didik adalah makhluk Allah

yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai

taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual maupun

psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan,

bimbingan dan pengarahan pendidikagar dapat mengembangkan

potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju

kedewasaan. Berarti siswa mengalami perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak berpengalaman

(50)

perkembangan, dan perkembangan yang diharapkan yaitu

perkembangan menciptakan perbaikan dan kebaikan.

3. Perilaku Pembiasaan Beribadah Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada beberapa cara untuk mengubah pembentukan perilaku

individu, diantaranya adalah melalui modifikasi individu.

Modifikasi perilaku merupakan cara mengubah perilaku dengan

menerapkan prinsip-prinsip belajar. Pengubahan akan lebih efektif

bila didasarkan pada informasi yang tepat tentang penyebab

perilaku, intensitas perilaku, dan akibat yang ditimbulkan dari

perilaku tersebut.

Modifikasi perilaku sebagai cara mengubah perilaku

mempunyai keunggulan dan kelemahan, diantara keunggulannya

adalah bahwa tekhnik tersebut mengandalkan perilaku yang dapat

diamati dan diukur secara objektif sehingga hasilnya dapat

diramalkan. Kelemahan yang sering dihadapi adalah bahwa

perilaku manusia itu kompleks, sehingga untuk dianalisis secara

cermat akan mengalami kesulitan (Purwanto, 2012:5-14). Adapun

faktor-faktor pembentukan perlaku yaitu ada dua:

1). Faktor internal

Faktor internal adalah kumpulan dari unsur-unsur kepribadian

yang mempengaruhi perilaku manusia.

Adapun faktor kepribadian yang mempegaruhi perilaku

(51)

a. faktor instink biologis seperti lapar mendorong manusia

untuk makan dan minum, Sebenarnya, makan dan minum

disebut dalam kategori perilaku. misalnya karena

kemiskinan, sementara sifat rakus itu telah melekat dalam

jiwanya, maka hal tersebut mendorongnya melakukan

tindakan mencuri.

b. Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman,

penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan-kebutuhan itu tidak muncul secara merata dan dengan

kadar yang sama pada setiap orang. Tetapi masing-masing

kebutuhan jiwa itu melahirkan perilaku yang berbeda. Dan

jika perilaku yang ditimbulkannya itu berlangsung lama

dan tetap, maka itulah yang disebut dengan karakter jiwa.

Kebutuhan akan rasa aman, misalnya, mendorong orang

menghindari semua sumber ancaman.

c. Pikiran yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara

berpikirnya. Maka pengetahuan mitos, agama yang masuk

kedalam benak seseorang itu akan mempengaruhi cara

berpikirnya dan selanjutnya cara bertindak dan

berperilakunya.

2). Faktor eksternal

(52)

manusia tersebut.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

adalah:

a. Lingkungan keluarga yaitu nilai-nilai yang berkembang

dalam keluarga, kecenderungan- kecenderungan umum serta

pola sikap kedua orang tua terhadap anak akan sangat

mempengaruhi perilaku dalam semua tahap

pertumbuhannya. Orang tua yang bersikap demokratis dan

menghargai anaknya secara baik, akan mendorong anak itu

bersikap hormat pada orang lain. Sikap otoritatit yang

berlebihan akan menyebabkan anak menjadi minder dan

tidak percaya diri.

b. Lingkungan sosial yaitu nilai-nilai yang berkembang dalam

masyarakat dan membentuk sistem sosial, ekonomi, dan

politiknya serta mengarahkan perilaku umum mereka, yang

kemudian kita sebut dengan budaya. Anak yang tumbuh di

tengah lingkungan masyarakat yang menghargai nilai waktu,

biasanya akan menjadi disiplin. Persaingan yang

membudaya dalam suatu masyarakat akan mendorong

anggota-anggotanya bersifat ambisius dan mungkin sulit

mencintai orang lain.

c. Lingkungan pendidikan Institusi pendidikan normal yang

sekarang mengambil begitu banyak waktu pertumbuhan

(53)

massa dan masjid, akan mempengaruhi perilaku seseorang

sesuai dengan nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungan

yang berkembang dalam lingkungan

tersebut(http://riopurboyo.com).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jika

kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku kitapun terhadap

orang lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang guru

memiliki persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka

sikap siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Contohnya sikap siswa yang operasional

didalam lingkungan sekitar selalu berpartisipasi dalam segala hal.

C. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Beribadah Siswadalam Kehidupan Sehari-hari di SD Negeri Kalibening Salatiga

Peran guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu

meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah agar peserta didik

mampu berperilaku positif (Asmani, 2011:214-220).

Guru juga memegang peranan penting untuk mengarahkan proses

belajar siswa dengan mengelola seluruh perangkat belajar sehingga sesuai

dengan tujuan belajar siswa dan pendidikan pada umumnya. Kemampuan

(54)

memungkinkan keberhasilan siswanya. Hal ini berkaitan sekali dengan

kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran dan

menunjukkan tingkat keberhasilannya dalam proses belajar itu (Saroni,

2006:96).

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 Agustus 2015

ditemukan bahwa Peran guru pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari di

SD Negeri Kalibening Salatiga yaitu guru memberikan pembelajaran

kepada siswa dengan cara menyampaikan materi yang dapat diserap oleh

siswa, dan apabila siswa belum mengerti siswa dapat bertanya langsung

dengan guru kemudian siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran yang

disampaikan oleh guru dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya setiap

guru menjelaskan tentang tata cara membaca Al-Qur’an dan peserta didik

mampu membaca dengan baik dan memperagakan serta mengamalkannya.

Contoh lain misalnya seorang guru menjelaskan tentang tata cara shalat,

kemudian bagaimana seorang siswa itu mampu melaksanakan shalat

secara berjamaah dalam kehidupan sehari-hari.

Penekanan terpenting dari ajaran agama islam pada dasarnya

adalah hubungan antara sesama manusia dengan nilai-nilai yang berkaitan

dengan moralitas sosial. Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama

islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman

nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau

(55)

keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian

akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru sangat

berperan dalam membiasakan perilaku beribadah siswa di SD Negeri

Kalibening Salatiga dalam rangka mengantarkan siswa untuk memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal tersebut hal yang harus dilakukan oleh guru agama

islam yaitu memberikan latihan-latihan, pengamalan, pembiasaan, dan

penghayatan agar siswa memiliki karakter islami dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian para guru telah memberikan peranannya dalam

upaya pembentukan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Peranan yang guru berikan kepada siswa akan menghasilkan para

siswa yang berfikir islami tentang keagaamaan dalam perilakunya. Selain

itu, peran guru pendidikan agama islam didalam memberikan metode

pembelajaran sangat beragam yaitu dengan menggunakan pendekatan

Child Learning Centered artinya pembelajaran berpusat pada siswa.

Artinya jika guru sedang menyampaikan materi siswa-siswanya harus

memahami, menghayati apa yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa

mampu untuk mengamalkan ajaran yang disampaikan oleh guru dalam

kehidupan sehari-harinya. Misalnya siswa harus tahu kewajibannya

terhadap Tuhan untuk menjalankan rukun islam salah satunya yaitu sholat

(56)

Peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam di SD Negeri

kalibening salatiga dapat dijadikan contoh bagi peserta didik dalam

perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari

sebagaimana dalam firman Allah yang menyatakan bahwa Rasul adalah

sebaik-baik contoh bagi umat islam. Dengan menjadikan pribadi Rasul

sebagai contoh, guru akan dapat membimbing peserta didiknya sesuai

dengan agama. Dalam perilaku pembiasaan beribadah siswa di SD Negeri

Kalibening Salatigatelah diterapkan pendidikan agama islam sejak dini,

maka psikologi agama siswanya menjadi kuat serta tidak terjadi konfersi

agama. Dengan contoh yang baik pula, pola pergerakan dan pola belajar di

sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah guru programkan dan

proses serta persiapan di dalam Alat Penilian Kinerja Guru (APKG) dapat

terlaksana.

Salah satu indikator yang terdapat di dalam APKG mengenai

karakteristik peserta didik yaitu “guru mencoba mengetahui penyebab

penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku

tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya” selurunya dapat

dilaksanakan oleh guru dan dapat terpenuhi, Artinya dapat disimpulkan

bahwa action guru juga sangat penting agar siswa bisa mengamalkan apa

(57)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Kondisi Umum SD Negeri Kalibening Salatiga 1. Letak Geografis

SD Negeri Kalibening terletak di Kelurahan Kalibening

Kecamatan Tingkir Kota Salatigayaitu tepatnya di Jalan Ja’far

shodiq. Berasarkan hasil observasi batas wiayah kalibening sebelah

utara adalah Dusun Genggong dan Dusun Nglumpit Kelurahan

Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, sebelah Timur adalah Dusun

Kalilondo Kelurahan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, sebelah

Selatan adalah Dusun Tegalsari Kelurahan Kalibening Kecamatan

Tingkir, sebelah Barat adalah Dusun Jurang Gunting Kelurahan

Ledok Kecamatan Argomulyo.

Kelurahan Kalibening terletak di perbatasan Kota Salatiga,

akan tetapi Dusun Kalibening merupakan Dusun yang sangat

strategis dalam bidang kependidikan. Hal ini didukung dengan

adanya berbagai macam lembaga pendidikan diantaranya terdapat

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK),

Madrasah Diniah (Sekolah Sore dan Sekolah Malam), Madrasah

Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar (SD),Sekolah menengah Kejuruan

(58)

2. Sejarah Berdirinya SD Negeri Kalibening Salatiga

SD Negeri Kalibening adalah satu-satunya Sekolah Negeri di

Kalibening. SD ini berdiri pada tanah seluas 2.335 m2.. SD Negeri

Kalibening berdiri pada tahun 1980 dan diberi nama SD Negeri

Kalibening Salatiga. SD Negeri Kalibening pertama kali dipimpin

oleh Bapak Tasdik Pranoto, S.Pd. bapak Tasdik Pranoto, S.Pd.

memimpin SD Negeri Kalibening salatiga selama kurang lebih 7

tahun, beliau menjabat menjadi kepala sekolah pada tahun

1979-1985. Setelah bapak Tasdik dipindah kemudian SD Negeri

Kalibening dipimpin oleh Bapak Kasno, S.Pd mulai tahun

1985-1980.

Pada tahun 1991-1995 SD Negeri Kalibening dipimpin oleh

Bapak Suali S.Pd. dalam kepemimpinannya pak suali sangat

mengerti dengan karakter siswa, beliau sangat ramah dan

berperilaku baik kepada siswanya. Pak suli menjabat menjadi

kepala sekolah di SD Negeri Kalibening Salatiga selama kurang

lebih 6 Tahun. Kemudian dipindah ke SD sidorejo kidul.

Selama 15 tahun SD Negeri Kalibening selalu dipimpin oleh

seorang laki-laki, namun pada tahun 1996-2003 SD Negeri

Kalibening dipimpin oleh seorang wanita yang bernama ibu Sri

Wahyuni, S.Pd. dalam kepemimpinannya beliau sangat tegas

Gambar

TABEL 3.1 Data Guru dan Karyawan ..........................................................
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan
Tabel 3.2 Data Sarana dan Prasarana
Tabel 3.4  Data prestasi lomba siswa tahun 2014/2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Melalui uji moderated regression analysis (MRA) dihasilkan customer satisfaction mampu memoderasi trust, commitment, communication dan conflict handling terhadap

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang menyerupai balok dan menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan dari

Pak Najib, Mbak Armi, Mbak Dewi, Mbak Yani, Pak Slamet Rahardjo, Mbak Agnes, Kakak Maru dan seluruh staf yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) yang telah banyak

Sehingga pada akhirnya akan di ketahui teknik lotting apa yang paling tepat untuk setiap bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan.. Karena teknik lotting yang digunakan tidak

Sumber: Kotler (1997) Rangsangan pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

flowchart ) untuk  menyelesaikan  permasalahan  menggunakan logika 

Penggunaan dana kapitasi di sembilan Puskesmas di Kota Semarang telah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal (2), (3) dan (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21