PERAN GURU PE BERIBADAH SI T
Diajukan Untuk Me
WAWALA
JURUS FAKULTA INSTITUT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILA SISWA DI SD NEGERI KALIBENING SALATIG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S
Oleh:
LADUN SHOLICHATUI YAD’NGULAHU NIM: 11111202
USAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
LAKU IGA
KEM ITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALA AKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURU ra Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salat
ww.iainsalatiga.ac.id email : administrasi@iainsalatig
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kepada
ripsi Yth. Rektor IAIN S Di Salatiga
aikum. Wr. Wb.
i meneliti dan mengadakan perbaikan seperlun ami kirimkan naskah skripsi mahasiswa :
: Wawaladun Sholichatui Yad’ngulahu : 11111202
usan : FTIK / Pendidikan Agama Islam : Peran Guru Pendidikan Agama Isla
perilaku pembiasaan beribadah sisw Negeri Kalibening Salatiga Tahun 2014/2015
kan dalam siding munaqosyah. Demikian untuk
SKRIPSI
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU PEMBIASAAN BERIBADAH DI SD NEGERIKALIBENING SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DI SUSUN OLEH :
WAWALADUN SHOLICHATUI YAD’NGULAHU NIM.11111202
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Siti Rukhayati, M.Ag. Sekretaris Penguji : Dra. Hj. Maryatin, M.Pd. Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. Penguji II :Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd
KEM
orang lain yang terdapat
etik ilmiah.
EMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONES ITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALA ra Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salat
ww.iainsalatiga.ac.id email : administrasi@iainsalatig
ERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ngan di bawah ini:
Wawaladun Sholichatui Yad’ngulahu
: 11111202
Pendidikan Agama Islam
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
ripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan h
MOTTO
!
"
#
$%&
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Orang tuaku Bapak Samuri, dan Ibu Murni Sari yang sudah banyak
pengorbanan tanpa letih maupun pamrih dalam merawat dan mendidikku,
semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah SWT dunia dan akhirat.
2. Kakakku Siti Nurul Mida Yanti dan Adikku Nabiela Khoirun Nisa yang
selalu memberi semangat.
3. Keponakan-keponakanku Ulfa, Bima, Zaskia, Lintang, Irsyad dan Majid
yang selalu memberi keceriaan.
4. Ibu Dra. Hj. Maryatin, M. Pd. yang selalu sabar membimbing hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Sahabatku Lely, Munji, Aulia, dan Khusnul serta teman-teman PAI
angkatan 2011.
6. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI), pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Ibu Maryatin, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga serta pengorbanan waktunya dalam upaya
5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali
pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, dan doa restu kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu
baik moral maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak penulis
sebutkan satu persatu.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 25 Agustus 2015
Penulis
ABSTRAK
Yad’ngulahu, Wawaladun Sholichatui. 2015.Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam perilaku pembiasaan beribadah siswa Di SD Negeri Kalibening Salatiga TahunAjaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci:Peran Guru, Pembentukan Perilaku Siswa.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahuiPeran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Negeri Kalibening Salatiga terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (2) Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik perilaku beribadah siswa?. (3) Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam padapembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif,metode pengumpulan data antara lain: observasi, interview dan dokumentasi dengan teknis analisis data yaitu triangulasi data, reduksi data kemudian ditarik kesimpulan dan dibuatlaporan.
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. DefinisiOperasional ... 6
F. Metode Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20
A. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 20
B. Peran Guru pada perilaku beribadah siswa ... 31
C. Peran Guru pada pembelajaran PAI dan perilaku pembiasaan beribadahsiswa dalam kehidupan sehari-hari di SD N Kalibening Salatiga ... 35
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 43
A. Kondisi Umum SD N Kalibening ... 43
B. Data Informan ... 54
C. Temuan Penelitian ... 58
BAB IV PEMBAHASAN ... 65
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD N Kalibening Salatiga ... 65
B. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Perilaku siswa ... 66
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Penerapan Perilaku Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
C. Penutup ... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Data Guru dan Karyawan ... 52
TABEL 3.2 Data Sarana dan Prasarana ... 53
TABEL 3.3 Data Jumlah Siswa ... 53
TABEL 3.4 Data Prestasi Lomba Siswa Tahun 2014/2015 ... 54
TABEL 3.5 Data Prestasi taek wondo siswa Tahun 2015 ... 56
TABEL 3.6 Data Dokcil SD/MI Tingkat Kec.Tingkir ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
1. Reduksi Data
2. Triangulasi Data
3. Pedoman Wawancara
4. Hasil Wawancara
5. Kesimpulan
6. Foto Dokumentasi
7. Panduan APKG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan
merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik guna
memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang dapat
bermanfaat dagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini
sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (Syukur, 2014:2).
Pendidikan merupakan pengalaman belajar seseorang sepanjang
hidup, dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu
dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Artinya
pendidikan dapat dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang, dan waktu.
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan
yang menunjang berlangsungnya proses pendidikan, Maka dari itu perlu
adanya peran guru.
Peran guru yaitu tumpuan harapan mewujudkan pendidikan yang
benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi, yang berarti
terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas pendidik dalam
menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).
Salah satu dari peran guru yaitu sebagai inspirator, guru harus
dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik.
Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat
memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk
itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang
dihadapi anak didik (Djmarah, 2005: 45-46).
Peran guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan fungsi
belajar dalam mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan,
yaitu meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah agar peserta
didik mampu berperilaku positif misalnya setiap guru menjelaskan tentang
tata cara membaca Al-Qur’an dan peserta didik mampu membaca dengan
baik dan memperagakan serta mengamalkannya. Contoh lain misalnya
seorang guru menjelaskan tentang tata cara shalat, kemudian bagaimana
seorang siswa itu mampu melaksanakan shalat secara berjamaah dalam
Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak secara
berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku
kitapun terhadap orang lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang
guru memiliki persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka
sikap siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini termasuk perilaku mendidik (Setiadarma, 2001:49).
Kelebihan yang dimiliki seorang guru dapat dijadikan contoh bagi
peserta didik sebagaimana dalam firman Allah yang menyatakan bahwa
Rasul adalah sebaik-baik contoh bagi umat islam. Dengan menjadikan
pribadi Rasul sebagai contoh, guru akan dapat membimbing peserta
didiknya sesuai dengan agama.Dalam pembentukan perilaku siswa di
sekolah apabila diterapkan pendidikan agama islam sejak dini, maka
psikologi agama siswanya menjadi kuat serta tidak terjadi konfersi agama.
Dengan contoh yang baik pula, pola pergerakan dan pola belajar di
sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah guru programkan.
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:
Artinya: “sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Apabila diperhatikan dari kebiasaan guru mengajar sekarang ini,
maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan kegiatan yang muatannya
lebih besar kearah kinerja yang sangat tekstual dalam segala hal, baik
dalam membaca kurikulum, menghadapkan kurikulum kepada peserta
didik mereka, maupun dalam membelajarkan materi pelajaran kepada
peserta didik mereka.
Sebagai akibat dari tindakan guru yang demikian maka dampak
dari perilaku negatif dalam pembelajaran, anak-anak menjadi tidak
nyaman, dan hasilnya bagi anak-anak menyebabkan tidak mampu
memperoleh potensi yang kompetitif di masyarakat nyata dalam
menghadapi perubahan masyarakat yang tidak lagi menentu, tanpa arah,
yang harus dihadapi dengan berfikir alternatif melalui kinerja yang
menggunakan kreativitas mereka, sehingga pendidikan hanya
menghasilkan anak-anak yang memiliki ketergantungan sosial sangat
besar, tidak memiliki kemandirian, tidak memiliki rasa percaya diri, dan
tidak terlatih memecahkan persoalan kehidupan nyata (Djohar, 2006:7).
Sekolah Dasar (SD) Negeri Kalibening Salatiga merupakan
satu-satunya Sekolah negeri yang ada di kelurahan Kalibening. SD Negeri
Kalibening mempunyai pendidik yang berkompeten dalam mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Meskipun begitu, hasil survey
yang dilakukan pada tanggal 3 juni 2015 ditemukan kesulitan seorang guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menerapkan dan memperbaiki
Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul:
“PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU PEMBIASAAN BERIBADAH SISWA DI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya
adalah:
1. Bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Negeri
Kalibening Salatiga?
2. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mendidik
perilaku beribadah siswa?
3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam pada pembiasaan
beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran pendidikan Agama
Islam di SD Negeri Kalibening Salatiga.
2. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
3. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam terhadap
pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan atau manfaat,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
dunia pendidikan, dan dapat memperkaya khasanah keilmuan
khususnya tentang peran guru PAI dalam perilaku beribadah siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, jika ada pengaruh diantara variabel ini, diharapkan
dapat memiliki kegunaan bagi lembaga pendidikan khususnya SD Negeri
Kalibening Salatiga sebagai wacana untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah tersebut.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam
penggunaan kata pada judul penelitian ini perlu adanya penjelasan
beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel. Penulisan
1. Peran guru
a. Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan (Departememen P dan K, 1988:37).
b. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik
kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat
membentuk anak sesuai dengan kehendaknya (Syaiful, 2000:38).
c. Peran guru adalah tumpuan harapan mewujudkan pendidikan yang
benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi, yang
berarti terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas
pendidik dalam menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa peran guru dalam penelitian ini adalah orang yang
mengajarkan ilmu pengetahuan serta membimbing anak didik pada
pembelajaran pendidikan agama islam. Sebagai pengajar guru
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, mendidik berarti
mentransfer nilai-nilai, sedangkan membimbing adalah menuntun
anak didik menjadi manusia dewasa agar dapat berperilaku lebih baik
dengan tujuan pendidikan.
2. Perilaku beribadah
Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak secara
berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku
kitapun terhadap orang lain akan baik pula begitupun sebaliknya
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jika kita
memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku kitapun terhadap orang
lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang guru memiliki
persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka sikap
siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam kehidupan
sehari-hari, Hal ini termasuk perilaku mendidik.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, karena penelitian
ini bersifat deskriptif artinya adalah sebuah penelitian suatu kelompok
manusia atau suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu
kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985:27). Ruslan
(2019:133) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan
kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan angka-angka.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan.
Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat yaitu peneliti
terjun langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh subjek yang diamati mencakup peran guru pada pembelajaran
agama islamdan perilaku pembiasaan beribadah siswa, metode yang
digunakan, hambatan dan solusi yang ditempuh oleh SD Negeri
yang diperlukan dalam penelitian yang berhubungan dengan peran
guru pada pembelajaran agama islam dan perilaku pembiasaan
beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari di SD Negeri Kalibening
Salatiga.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibening Salatiga
yang beralamat di Jl. Ja’far Shodiq Kalibening, kecamatan Tingkir
kota Salatiga. Peneliti memilih lokasi ini karena ingin mengetahui
peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam, serta ingin
mengetahui perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2002:107). Data yang akan terkumpul melalui
penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu
mengenai konsep peran guru pada pembelajaran pendidikan agama
islam dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan
sehari-hari di SD Negeri Kalibening Salatiga, metode yang digunakan
serta hambatan dan solusi yang ditempuh.
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil
observasi pada tempat penelitian, dan hasil dari wawancara terhadap
penelitian ini yang dijadikan subjek dan informan adalah guru, siswa,
dan orang tua.
Bila dilihat dari sumber datanyamaka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan suber sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber
data yang diambil yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga
data asli atau data baru. Sumber langsung diperoleh dengan cara
observasi dan mewawancarai guru pendidikan agama islam, guru
kelas, dan kepala sekolah SD Negeri kalibening salatiga serta tidak
menutup kemungkinan yaitu orang-orang yang berkaitan dalam
peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam di SD
Negeri kalibening salatiga yaitu yang menjadi informan adalah
guru PAI, guru kelas, kepala sekolah, siswa dan orang tua.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder
disebut juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari
arsip, dan lain-lain. Data tersebut berguna untuk melengkapi data
primer.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara (interview)
Metode interview dikenal pula dengan istilah wawancara
adalah cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara
lisan dari seorang responden (Koentjaraningrat,1977:129).
Metode ini penulis gunakan untuk menanyakan informasi kepada
informan yang berkaitan dengan perilaku beribadah siswa di SD
Negeri Kalibening Salatiga.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki (Hadi,
1995:136).
Obsevasi dibagi menjadi tiga yaitu pertama, obsevasi
prtisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Kedua, obsevasi terus terang atau tersamar, yaitu
peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka
yang diteliti mengetahui sejak awalsampai akhir tentang aktivitas
tersamar dalam observasi, hal ini utuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Ketiga,
observasi tidak berstrukturyaitu obsevsi dilakukan dengan tidak
berstruktur karena fokus penelitian belum jelas, observasi tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus
terang atau samar. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran
tentang peran guru pada pembelajaran agama islam dan perilaku
beribadah siswa selama belajar mengajar berlangsung dan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. (Arikunto, 1989:188). Peneliti
mengumpulkan data tentang sejarah, foto-foto kegiatan tentang
peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam dan
perilaku pembiasaan beribadah dalam kehidupaan sehari-hari di SD
Negeri kalibening Salatiga.
6. Metode Analisis data
Dalam analisis data ada beberapa teknik yang digunakan secara
a.Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul dan catatan-catatan tertulis di lapangan
(Milles,1999:16).
Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini
selanjutnya dianalisis. Apabila data yang berasal dari lapangan sudah
cukup maka bisa diambil kesimpulan atau pengertian. Dan apabila
data belum cukup maka peneliti terjun lagi ke lapangan.
b.Penyajian data
Dalam tahap inipeneliti menyajikan data yang telah direduksi
dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan
lanjutan untuk analisis data.
Adapun metode analisis yang penulis gunakan adalah metode
analisis deskritif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum di lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di
c.Menarik Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data
maka peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah
terkumpul.
7. Pengecekan keabsahan temuan
Untuk menetapkan kabsahan data diperlukan tekhnik
pemeriksaan, diantaranya:
a. Keajegan pengamatan
Mencari secara konsisten dengan berbagaicara, kaitannya
dengan proses analisis yang konstan dan tetap (Moleong
2009:329). Peneliti mengamati proses pembelajaran yang
dilaksanakan di SD Negeri kalibening Salatiga, bukan hanya satu
kali saja melainkan sampai beberapa kali.
b. Keikutsertaan
Peneliti mengamati pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah Tekhnik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
1) Triangulasi Metode yaitu perbandingan data yang diperoleh
dari suatu metode lain, hasil didapat dari wawancara
2) Triangulasi Waktu Penelitian yaitu perbandingan data yang
didapat pada satu waktu dengan waktu yang lain, semisal
data yang diperoleh pada waktu pagi hari dibandingkan
dengan data yang diperoleh pada keesokan harinya.
3) Triangulasi Sumber Data yaitu sumber data yang diperoleh
dari siswa dengan data yang diperoleh dari guru dan orang
tua (Moleong 2009:330).
d. Analisis Kasus Negatif
Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan
kasus yang tidak sesuai dengan pola dal kecenderungan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan perbandingan (Moleong, 2009:334). Jika peneliti dalam
realitasnya menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan idealitas,
maka peneliti mencatat dan menganalisisnya, misalnya dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ada siswa yang kurang
berperilaku baik sehingga siswa lebih cenderung tidur, ramai,
ngalamun, dan tidak memperhatikan guru.
e. Uraian rinci
Melaporkan hasil penelitian dengan seteliti mungkin
yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan (Moelong, 2009:335).Peneliti mencatat hasil
mungkin sehingga dipastikan tidak ada data yang tertinggal
dalam laporan penelitian.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati
dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan. Penulis harus mengadakan
pendekatan secara terbuka kepada responden dengan tujuan untuk
memperoleh informasi atau data awal.
Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk
mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan pengamatan,
Setelah data-data sudah terkumpul kemudian dianalisis dan diikuti
dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.
Tahap ketiga Selanjutnya pengecekan dan pemeriksaan
keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data
yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika terdapat
ketiadaksesuaian maka perlu diadakan perbaikan.
Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini
hendaknya dijelaskan pda rancangan penulisan walaupun tidak
dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan
secara tepat. Karena akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan
secara keseluruhan penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka tahap-tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah
mulai dari penyerahan suratperizinan penulisan kepada SD Negeri
melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan responden dan
mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang telah
direncanakan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan
menjadikan pembahasan dalam skripsi, sehingga dapat memudahkan
dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dikaji, maka
penulis menyusun sistematiaka sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Cakupan bagian awal meliputi:
Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan
kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Dalam bagian inti penelitian ini, penulis membagi menjai lima bab
yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian,
Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber
Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian, dan
Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Peran guru pada pembelajaran agama islam (Pengertian
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peran guru). Peran
guru terhadap pembentukan perilaku siswa (Tugas guru,
Cara pembentukan perilaku anak didik). Peran guru PAI
pada pembentukan perilaku siswa.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pemaparan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum
SD Negeri Kalibening Salatiga dan hasil wawancara dengan
guru yang menjadi informan dalam penelitian. Gambaran
umum mengenai SD Negeri Kalibening Salatiga mencakup
profil sekolah, Letak Geografis Sejarah Singkat Sekolah,
Struktur Organisasi SD Negeri Kalibening Salatiga.Data
Informan. Temuan penelitian dengan hasilwawancara
dengan Guru mencakup peran guru pada pembelajaran PAI
dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan
BAB IV PEMBAHASAN
Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Negeri Kalibening Salatiga, Peran guru pada Pembelaaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kalibening Salatiga,
perilaku pembiasaan berbadah siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Peran orang tua terhadap pembentukan perilaku
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan, dan Saran.
3. Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam mencari ilmu setiap manusia akan memilih yang sesuai
kemampuannya, tanpa membebani dalam kehidupannya namun
demikian pasti ada beban pada setiap manusia yang mencari ilmu
tersebut. Rasa sulit dalam memahami suatu materi pasti akan diberi
hidayah dan diberi jalan keluar oleh Allah SWT, dalam hadist juga
dijelaskan sebagai berikut:
ِ ﱠ َ ْا َ إِ ً ْ ِ َط ُ َ ُﷲ َ ﱠ َ ً ْ ِ ِ ْ ِ ُ ِ َ ْ َ ً ِ َط َ َ َ ْ!َ"
Artinya:”Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut
ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim).
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga
itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan
benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat
berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah
orang yang sedang menuju surga Allah. Sebagai seorang pendidik
dapat memberi yang terbaik bagi anak didiknya untuk mencapai tujuan
dalam belajar untuk menyajikan materi dengan mudah dalam difahami
oleh siswa. Selain itu menghantarkan pada jalan yang dianjurkan oleh
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Syukur, 2014:2).
Pendidikan agama merupakan salah satu pelajaran yang harus
dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di
Indonesia. Karena pendidikan agama merupakan salah satu dimensi
untuk mewujudkan kehidupan antar umat beragama serta membentuk
sikap keagamaan peserta didik. Pendidikan agama islam (PAI)
merupakan bagian dari pendidikan islam dan pendidikan nasional,
yang menjadi mata pelajaran wajib disetiap lembaga pendidikan islam
(Majid, 2015:11).
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup
(Darajat 1987:87).
Mata pelajaran pendidikan agama islam secara keseluruhannya
dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadist, keimanan, akhlak
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa pendidikan
hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, serta
lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama islam,
yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan agama islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau latihan yang dilakukan secara
berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam
arti ada yang dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap
ajaran islam.
3. Pendidikan atau guru pendidikan agama islam (GPAI) yang
melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan secara
sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan
agama islam.
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama islam diarahkan
untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman ajaran agama islam dari peserta didik, yang disamping
untuk membentuk keshalehan pribadi, juga sekaligus untuk
membentuk keshalehan sosial (Muhaimin:76).
Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan
bimbingan di sekolah, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Peran Guru
a. Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Shaiful,
2000:31). Guru merupakan salah satu komponen penting dalam
proses pendidikan. Dipundaknya terletak tanggung jawab yang
besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang
dicitakan (Suharto, 2006:117-118).
Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di
mushola, di rumah, dan sebagainya. Masyarakat yakin bahwa
gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka
dipundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.
Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab sebab taggung
jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah. Pembinaan yang
tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru
agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak
didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah
sekalipun.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa guru adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Dan guru mempunyai fungsi ganda yaitu
mengajar, pendidik dan pembimbing. Sebagai pengajar guru
mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, mendidik berarti
mentransfer nilai-nilai, sedangkan membimbing adalah menuntun
anak didik menjadi manusia dewasa agar dapat berperilaku lebih
baik dengan tujuan pendidikan.Selain itu, guru juga mempunyai
peran yang sangat penting.
b. Peran Guru
Peran guru adalah tumpuan harapan mewujudkan
pendidikan yang benar-benar mencerminkan kemerdekaan dan
demokrasi, yang berarti terwujudnya pendidikan itu berada diatas
kreativitas pendidik dalam menjalankan tugas (Djohar, 2006:7).
Apabila teori tersebut diterapkan siswa dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam maka siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Salah satu contoh guru tidak hanya menjelaskan
membuat siswa senang masuk kelas yaitu dengan praktek bersama
di mushola.
Adapun peranan guru yang penting dapat disebutkan
sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembuat keputusan
Guru harus selalu membuat keputusan-keputusan bahan
pelajaran dan metode mengajar. Keputusan-keputusan ini
didasarkan atas banyak faktor seperti bahan inti yang harus
diajarkan, kemampuan murid dan apa yang diperlukan olehnya
dan tujuan yang akan dicapai.
2. Guru sebagai manager
Waktu yang dipergunakan oleh guru untuk berinteraksi
secara verbal dengan murid-muridnya (mengajar) rata-rata
hanya sekitar 20-30 persen setiap harinya. Selebihnya
dipergunakan untuk pengelolaan yang meliputi organisasi
pelajaran, mengisi berbagai formulir, menyiapkan ujian,
memeriksa dan menilai pekerjaan murid, menghadiri
rapat-rapat, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid dan
menyiapkan dokumen-dokumen.
Kegiatan lain ialah mengelola kelas, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan keputusan-keputusan dan
kelas. Tentu saja ini bukan hanya menjadi beban guru saja,
tetapi juga menjadi masalah sekolah secara keseluruhan.
3. Guru sebagai konselor
Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka
terhadap tingkah laku dan gerak gerik murid-muridnya. Guru
harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif apabila
murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dia harus tahu apabila
ada muridnya yang perlu dikonsultasikan kepada ahli kesehatan
mental misalnya, setiap murid jarang mengadukan persoalan
pribadinya kepada guru. Di samping itu guru juga diharapkan
dapat menangani tes minat dan dapat pula menafsirkan hasil tes
tersebut untuk murid dan orang tuanya. Dalam kaitan ini guru
harus waspada dengan perasaan orang tua, masyarakat sekitar,
kepentingan guru-guru lain dan murid-murid lainnya harus
dipertimbangkan, tidak boleh diabaikan.
4. Guru sebagai model
Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi
murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul
karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah
dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebaliknya gairah
suatu murid terhadap suatu mata pelajaran memudar karena
gersang. Dengan demikian guru tersebut dengan sengaja
berperan sebagai model.
Berdasarkan pengertian diatas, guru tidak begitu
menyadari peranannya sebagai model. Sebagai contoh misalnya,
guru selalu berperan sebagai model dalam mendemonstrasikan
cara berfikir memecahkan masalah. Apabila guru dapat
melibatkan murid-muridnya berfikir melalui berbagai macam
alternatif pemecahan masalah, besar kemungkinan
murid-muridnya menjadi sadar bahwa mereka mampu memecahkan
masalah dalam berbagai macam situasi (Mahmud, 1990:25-28).
5. Guru sebagai Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua ini yang berbeda
harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.
Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai
dengan sosio-kultural masyarakat dimana anak didik tinggal
akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru
pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari
jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti
guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor,
yang menilai dan mengkoreksi semua sikap, tingkah laku, dan
Koreksi yang harus guru lakukan tehadap sikap dan sifat
anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi diluar sekolahpun harus
dilakukan. Sebab diluar sekolah anak didik justru lebih banyak
melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral,
sosial, dan agama yang hidup dimasyarakat. Lepas dari
pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap
perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut
di dalamnya.
6. Guru sebagai inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham
yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar
adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan
petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu
tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar
yang baik, yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana
melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
7. Guru sebagai informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurikulum informasi yang baik
racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan
efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang
dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak
didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa
kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
8. Guru sebagai Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang
melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun
prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan
dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.
Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik
untuk bergairah dalam belajar.
9. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak
didik, lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana
ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan,
fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik
menyediakan fasilitas, sehingga akan tercapai lingkungan
belajar yang menyenangkan anak didik.
10.Guru sebagai pembimbing
Peranan guru sebagai pembimbing ini harus lebih
dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk
memimbing anak didik menjadi manusia dewasa . tanpa
bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi perkembangan dirinya. Kekurang mampuan anak
didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru.
Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin
berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat
diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri
(mandiri).
11.Guru sebagai Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola
kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua
anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya
interaksi edukatif sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan
baik akan menghambat kegiatan pelajaran. Anak didik tidak
musahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal
Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran
udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak
menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang
optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum pengelolaan
kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil
yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas
adalah agar anak didik betah di kelas dengan motivasi yag tinggi
untuk senantiasa belajar di dalamnya (Djamarah, 2005:43-49).
Berdasarkan beberapa peranan guru diatas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa peran guru itu sangat penting bagi
siswanya, agar proses belajar mengajar serta tujuan pendidikan
dapat tercapat.
B. Peran Guru pada Perilaku Pembiasaan Beribadah siswa dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Tugas Guru
Tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat
mulia, sehigga Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan
manusia lainnya seperti yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu:
#$رد ' ( ا ا)*وأ ! - او '. " ا) "اء ! - ا ﷲ 0
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat (Al-Mujadillah: 11) . (Kementrian Agama
Republik Indonesia:2011).
Seorang berilmu dan bekerja dengan ilmunya itu, adalah ibarat
matahari menyinari orang lain, dan juga menyinari dirinya sendiri.
Seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah
yang dinamakan orang besar di kolong langit ini. Dia itu ibarat
matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri.
Ibarat minyak kasturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan
ia sendiripun harum.
Seorang guru mempunyai kekuasaan untuk memberikan dan
membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna
bagi agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru memiliki banyak tugas,
baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk
pengabdian.Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak
didik adalah tugas guru sebagai profesi. Tugas guru sebagai pendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada
anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kepada anak didik.
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Tugas
guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai satu tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru. Sisi
ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan
kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan
begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.
Pada bidang kemasyarakatan guru juga mempunyai tugas mendidik
dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral Pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru
mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa
Indonesia. Maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah,
tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
(Djamarah, 2005:31-39).
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua,
dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali
anak didik dalam jangka waktu tertenu. Untuk itu, pemahaman
terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan
mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru
sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik di dalam
Berdasarkan pengertian diatas maka peran guru tidak hanya
mewujudkan pendidikan di sekolah tetapi seorang guru juga
mempunyai tugas yaitusebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat artinya anak didik dididik untuk bisa berinteraksi sosial
dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bila dirinci
lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah disebutkan.
Menurut Roestiyah NK (1998: 14-15), bahwa guru dalam
mendidik anak didik bertugas untuk:
a. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal,
tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih
dahulu.misalnya seorang guru berangkat ke sekolah tepat pada
waktunya.
b. Guru sebagai administrator dan manajer.
Disamping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan
urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor,
daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala
pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana
pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.
c. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja
sebagai suatu profesi, yaitu mengajarkan kepada peserta didik
tentang materi-materi yang belum diketahui agar siswa menjadi
paham.
d. Guru sebagai pemimpin. (guidance worker).
Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam
banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan soal
membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada
problem. Guru yang efektif ialah pemimpin yang efektif, yaitu
memanfaatkan potensi peserta didik untuk meningkatkan
pertumbuhan, perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Seorang guru harus bisa mengarahkan dan membimbing
siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat tercapai.
e. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.
Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya
dalam ekstrakurikuler, membentuk kelompok belajar dan
sebagainya (Syaiful, 2000:38-39).
Berdasarkan uraian diatas, tahulah bahwa tugasguru dalam
pembelajaran tidak ringan. Profesi guru harus berdasarkan
panggilan jiwa. Sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan
ikhlas, karena keberhasilan bukan saja terfokus pada kurikulum
serta metode pendidikan dan pengajaran, bahkan kepribadian
pendidik atau guru merupakan teladan serta contoh bagi siswanya
Dan contoh yang baik serta jalinan kasih sayang antara guru dan
siswa merupakan dominasi bagi suksesnya pendidikan di dalam
maupun di luar sekolah (masyarakat).
2. Cara Pembentukan Perilaku Peserta Didik
a. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah persepsi yang ditanamkan terhadap anak
secara berulang-ulang. Jika kita memiliki sifat baik terhadap orang,
perilaku kitapun terhadap orang lain akan baik pula. Demikian
pula, jika seorang guru memiliki persepsi atau perilaku positif
kepada anak didiknya maka sikap siswanyapun akan baik dalam
sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk
perilaku mendidik (Setiadarma, 2001:49).
b. Pengertian peserta didik
Menurut Tato Suharto peserta didik adalah makhluk Allah
yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai
taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual maupun
psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan,
bimbingan dan pengarahan pendidikagar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju
kedewasaan. Berarti siswa mengalami perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak berpengalaman
perkembangan, dan perkembangan yang diharapkan yaitu
perkembangan menciptakan perbaikan dan kebaikan.
3. Perilaku Pembiasaan Beribadah Siswa dalam Kehidupan Sehari-hari
Ada beberapa cara untuk mengubah pembentukan perilaku
individu, diantaranya adalah melalui modifikasi individu.
Modifikasi perilaku merupakan cara mengubah perilaku dengan
menerapkan prinsip-prinsip belajar. Pengubahan akan lebih efektif
bila didasarkan pada informasi yang tepat tentang penyebab
perilaku, intensitas perilaku, dan akibat yang ditimbulkan dari
perilaku tersebut.
Modifikasi perilaku sebagai cara mengubah perilaku
mempunyai keunggulan dan kelemahan, diantara keunggulannya
adalah bahwa tekhnik tersebut mengandalkan perilaku yang dapat
diamati dan diukur secara objektif sehingga hasilnya dapat
diramalkan. Kelemahan yang sering dihadapi adalah bahwa
perilaku manusia itu kompleks, sehingga untuk dianalisis secara
cermat akan mengalami kesulitan (Purwanto, 2012:5-14). Adapun
faktor-faktor pembentukan perlaku yaitu ada dua:
1). Faktor internal
Faktor internal adalah kumpulan dari unsur-unsur kepribadian
yang mempengaruhi perilaku manusia.
Adapun faktor kepribadian yang mempegaruhi perilaku
a. faktor instink biologis seperti lapar mendorong manusia
untuk makan dan minum, Sebenarnya, makan dan minum
disebut dalam kategori perilaku. misalnya karena
kemiskinan, sementara sifat rakus itu telah melekat dalam
jiwanya, maka hal tersebut mendorongnya melakukan
tindakan mencuri.
b. Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman,
penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan itu tidak muncul secara merata dan dengan
kadar yang sama pada setiap orang. Tetapi masing-masing
kebutuhan jiwa itu melahirkan perilaku yang berbeda. Dan
jika perilaku yang ditimbulkannya itu berlangsung lama
dan tetap, maka itulah yang disebut dengan karakter jiwa.
Kebutuhan akan rasa aman, misalnya, mendorong orang
menghindari semua sumber ancaman.
c. Pikiran yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara
berpikirnya. Maka pengetahuan mitos, agama yang masuk
kedalam benak seseorang itu akan mempengaruhi cara
berpikirnya dan selanjutnya cara bertindak dan
berperilakunya.
2). Faktor eksternal
manusia tersebut.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah:
a. Lingkungan keluarga yaitu nilai-nilai yang berkembang
dalam keluarga, kecenderungan- kecenderungan umum serta
pola sikap kedua orang tua terhadap anak akan sangat
mempengaruhi perilaku dalam semua tahap
pertumbuhannya. Orang tua yang bersikap demokratis dan
menghargai anaknya secara baik, akan mendorong anak itu
bersikap hormat pada orang lain. Sikap otoritatit yang
berlebihan akan menyebabkan anak menjadi minder dan
tidak percaya diri.
b. Lingkungan sosial yaitu nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat dan membentuk sistem sosial, ekonomi, dan
politiknya serta mengarahkan perilaku umum mereka, yang
kemudian kita sebut dengan budaya. Anak yang tumbuh di
tengah lingkungan masyarakat yang menghargai nilai waktu,
biasanya akan menjadi disiplin. Persaingan yang
membudaya dalam suatu masyarakat akan mendorong
anggota-anggotanya bersifat ambisius dan mungkin sulit
mencintai orang lain.
c. Lingkungan pendidikan Institusi pendidikan normal yang
sekarang mengambil begitu banyak waktu pertumbuhan
massa dan masjid, akan mempengaruhi perilaku seseorang
sesuai dengan nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungan
yang berkembang dalam lingkungan
tersebut(http://riopurboyo.com).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jika
kita memiliki sifat baik terhadap orang, perilaku kitapun terhadap
orang lain akan baik pula. Demikian pula, jika seorang guru
memiliki persepsi atau perilaku positif kepada anak didiknya maka
sikap siswanyapun akan baik dalam sekolah maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya sikap siswa yang operasional
didalam lingkungan sekitar selalu berpartisipasi dalam segala hal.
C. Peran Guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Beribadah Siswadalam Kehidupan Sehari-hari di SD Negeri Kalibening Salatiga
Peran guru pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah agar peserta didik
mampu berperilaku positif (Asmani, 2011:214-220).
Guru juga memegang peranan penting untuk mengarahkan proses
belajar siswa dengan mengelola seluruh perangkat belajar sehingga sesuai
dengan tujuan belajar siswa dan pendidikan pada umumnya. Kemampuan
memungkinkan keberhasilan siswanya. Hal ini berkaitan sekali dengan
kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran dan
menunjukkan tingkat keberhasilannya dalam proses belajar itu (Saroni,
2006:96).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 Agustus 2015
ditemukan bahwa Peran guru pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari di
SD Negeri Kalibening Salatiga yaitu guru memberikan pembelajaran
kepada siswa dengan cara menyampaikan materi yang dapat diserap oleh
siswa, dan apabila siswa belum mengerti siswa dapat bertanya langsung
dengan guru kemudian siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh guru dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya setiap
guru menjelaskan tentang tata cara membaca Al-Qur’an dan peserta didik
mampu membaca dengan baik dan memperagakan serta mengamalkannya.
Contoh lain misalnya seorang guru menjelaskan tentang tata cara shalat,
kemudian bagaimana seorang siswa itu mampu melaksanakan shalat
secara berjamaah dalam kehidupan sehari-hari.
Penekanan terpenting dari ajaran agama islam pada dasarnya
adalah hubungan antara sesama manusia dengan nilai-nilai yang berkaitan
dengan moralitas sosial. Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama
islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman
nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian
akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru sangat
berperan dalam membiasakan perilaku beribadah siswa di SD Negeri
Kalibening Salatiga dalam rangka mengantarkan siswa untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal tersebut hal yang harus dilakukan oleh guru agama
islam yaitu memberikan latihan-latihan, pengamalan, pembiasaan, dan
penghayatan agar siswa memiliki karakter islami dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian para guru telah memberikan peranannya dalam
upaya pembentukan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Peranan yang guru berikan kepada siswa akan menghasilkan para
siswa yang berfikir islami tentang keagaamaan dalam perilakunya. Selain
itu, peran guru pendidikan agama islam didalam memberikan metode
pembelajaran sangat beragam yaitu dengan menggunakan pendekatan
Child Learning Centered artinya pembelajaran berpusat pada siswa.
Artinya jika guru sedang menyampaikan materi siswa-siswanya harus
memahami, menghayati apa yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa
mampu untuk mengamalkan ajaran yang disampaikan oleh guru dalam
kehidupan sehari-harinya. Misalnya siswa harus tahu kewajibannya
terhadap Tuhan untuk menjalankan rukun islam salah satunya yaitu sholat
Peran guru pada pembelajaran pendidikan agama islam di SD Negeri
kalibening salatiga dapat dijadikan contoh bagi peserta didik dalam
perilaku pembiasaan beribadah siswa dalam kehidupan sehari-hari
sebagaimana dalam firman Allah yang menyatakan bahwa Rasul adalah
sebaik-baik contoh bagi umat islam. Dengan menjadikan pribadi Rasul
sebagai contoh, guru akan dapat membimbing peserta didiknya sesuai
dengan agama. Dalam perilaku pembiasaan beribadah siswa di SD Negeri
Kalibening Salatigatelah diterapkan pendidikan agama islam sejak dini,
maka psikologi agama siswanya menjadi kuat serta tidak terjadi konfersi
agama. Dengan contoh yang baik pula, pola pergerakan dan pola belajar di
sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah guru programkan dan
proses serta persiapan di dalam Alat Penilian Kinerja Guru (APKG) dapat
terlaksana.
Salah satu indikator yang terdapat di dalam APKG mengenai
karakteristik peserta didik yaitu “guru mencoba mengetahui penyebab
penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku
tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya” selurunya dapat
dilaksanakan oleh guru dan dapat terpenuhi, Artinya dapat disimpulkan
bahwa action guru juga sangat penting agar siswa bisa mengamalkan apa
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum SD Negeri Kalibening Salatiga 1. Letak Geografis
SD Negeri Kalibening terletak di Kelurahan Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatigayaitu tepatnya di Jalan Ja’far
shodiq. Berasarkan hasil observasi batas wiayah kalibening sebelah
utara adalah Dusun Genggong dan Dusun Nglumpit Kelurahan
Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, sebelah Timur adalah Dusun
Kalilondo Kelurahan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, sebelah
Selatan adalah Dusun Tegalsari Kelurahan Kalibening Kecamatan
Tingkir, sebelah Barat adalah Dusun Jurang Gunting Kelurahan
Ledok Kecamatan Argomulyo.
Kelurahan Kalibening terletak di perbatasan Kota Salatiga,
akan tetapi Dusun Kalibening merupakan Dusun yang sangat
strategis dalam bidang kependidikan. Hal ini didukung dengan
adanya berbagai macam lembaga pendidikan diantaranya terdapat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK),
Madrasah Diniah (Sekolah Sore dan Sekolah Malam), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar (SD),Sekolah menengah Kejuruan
2. Sejarah Berdirinya SD Negeri Kalibening Salatiga
SD Negeri Kalibening adalah satu-satunya Sekolah Negeri di
Kalibening. SD ini berdiri pada tanah seluas 2.335 m2.. SD Negeri
Kalibening berdiri pada tahun 1980 dan diberi nama SD Negeri
Kalibening Salatiga. SD Negeri Kalibening pertama kali dipimpin
oleh Bapak Tasdik Pranoto, S.Pd. bapak Tasdik Pranoto, S.Pd.
memimpin SD Negeri Kalibening salatiga selama kurang lebih 7
tahun, beliau menjabat menjadi kepala sekolah pada tahun
1979-1985. Setelah bapak Tasdik dipindah kemudian SD Negeri
Kalibening dipimpin oleh Bapak Kasno, S.Pd mulai tahun
1985-1980.
Pada tahun 1991-1995 SD Negeri Kalibening dipimpin oleh
Bapak Suali S.Pd. dalam kepemimpinannya pak suali sangat
mengerti dengan karakter siswa, beliau sangat ramah dan
berperilaku baik kepada siswanya. Pak suli menjabat menjadi
kepala sekolah di SD Negeri Kalibening Salatiga selama kurang
lebih 6 Tahun. Kemudian dipindah ke SD sidorejo kidul.
Selama 15 tahun SD Negeri Kalibening selalu dipimpin oleh
seorang laki-laki, namun pada tahun 1996-2003 SD Negeri
Kalibening dipimpin oleh seorang wanita yang bernama ibu Sri
Wahyuni, S.Pd. dalam kepemimpinannya beliau sangat tegas