• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya hidup Kaum Biseksual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya hidup Kaum Biseksual"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Kaum Biseksual

Dikalangan Mahasiswa Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S1)Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan

AYU YUSTINING NIM: 41807070

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha Suci Allah yang senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang-orang beriman yang selalu taat, tunduk, dan patuh kepada-Nya, dan kepada orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya. Shalawat dan salam senantiasa diberikan pada Rasul junjungan, uswah ibadah, uswah hasanah, Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau, keluarga, para shahabat sampai kita semua hingga akhir zaman nanti.

Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Dzat Illahi Robbi yang telah menganugerahkan setetes Ilmu-Nya yang Maha Luas tak terbatas kepada peneliti yang memiliki banyak kedangkalan akal, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Gaya Hidup Kaum Biseksual (Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa Kota Bandung”.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

(3)

vii

berlimpah kepada penulis, terima kasih “ kalian adalah orang tua terbaik”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka peneliti sangat mengharapkan dan menghargai sekali berbagai sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya. Namun peneliti tetap memanjatkan rasa syukur sebesar-besarnya kepada Allah yang telah menuntun qolbu, akal dan jasad ini untuk taat, tunduk dan patuh di Jalan-Nya.

Dan dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.

2. Yth. Drs. Manap Solihat., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

(4)

viii

memberikan bantuan, pikiran, waktu, dan tenaganya, serta pengajaran yang baik selama peneliti melaksanakan perkuliahan.

5. Yth. Bapak serta Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan dukungan, tenaga, waktu, pikiran, serta pengajaran yang baik selama peneliti melaksanakan perkuliahan.

6. Yth. Seluruh staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu segala keperluan peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Yth. “Mitra Citra Remaja” khususnya kepada Bpk Abdurrahman Shaleh dan Pak Ogie yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Yts. Adik- adik ku, Agus Hermawan dan, Andini Saidah yang telah mendukung dan membantu peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

(5)

ix

yang telah banyak memberikan doanya kepada peneliti…. You’re my best partner..!!

11.Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2007, Friska Asha, Kikin, Gita, Mas Duen, Adin, June, Bayu, Sendy, Opik,Helmi, Mutee, Fitri dan teman-teman lainnya, terima kasih. 12.Rekan-rekan IK-Humas 1 , IK-Humas 2 dan Humas 3 2007, terima

kasih atas kerjasamanya.

13.Buat teman-teman Unpad perikanan, Shandy, Ega, Sva, Jabon, Loli, Fian, eja buat bebek juga sama pegot makasi udah banyak ngehibur ditwitter terima kasih buat semangatnya.

14.Buat sahabat-sahabat saya juga, Aldy Setianto, Omen, Tri, Esih, yogi, ka isa, Jamal, serta Gwmble yang selalu memberi dukungan, terima kasih kawan.

15.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik kepada kita semua serta melimpahkan segala karunia- Nya. Amin.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

(6)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami fluktuasi dari zaman ke zaman.

Persoalan hidup masa kini pun semakin kompleks. Ditambah dan dipicu oleh

Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Dan Jika diamati dari tahun ke tahun ini telah terjadi peningkatan terus menerus dalam tuntutan pada gaya hidup baik pada pria maupun wanita.

Kehidupan didunia mahasiswa diwarnai persoalan, perilaku yang

menyimpang dari ukuran normal. Salah satu penyimpangan yang makin banyak

terjadi adalah penyimpangan seksual, misalnya pada kaum Lesbi, Gay maupun

Biseksual. Dalam hal ini lebih memfokuskan pada penyimpangan seksual yaitu

Biseksual.

Biseksual adalah wanita dan pria yang tertarik secara seksual atau erotik

kepada anggota dari kedua jenis kelamin. Biasanya, orang biseksual terlibat dalam

aktivitas seksual dengan partner dari kedua jenis kelamin. Istilah prokem yang

mengacu kepada orang biseksual adalah AC/DC (berdasarkan istilah yang dipakai

untuk menggambarkan dua jenis arus listrik), 'pemukul-berganti' (istilah bisbol yang

(7)

melempar), atau orang yang 'berayun ke dua arah' (ungkapan bisbol lainnya, tapi bisa

juga berhubungan dengan ayunan sebagai tingkah-laku seksual)1.

Diperkirakan bahwa orang mendapatkan dan mengalami kejadian biseksual

ini dalam beberapa cara yang berbeda. Bagi sebagian orang hal ini berawal sebagai

satu bentuk percobaan untuk menambahkan percikan ke dalam kehidupan seksual

mereka, namun itu tidak menjadi arena utama aktivitas seksual. Bagi yang lain itu

adalah pilihan yang mereka sengaja untuk berpartisipasi dalam apapun yang terasa

paling nyaman saat itu.

Percobaan seksual dalam hubungan antara sahabat baik cukup umum di antara

wanita dan bisa pula terjadi antara dua pria berteman baik, atau seorang pria

homoseks dapat mengembangkan hubungan seksual dari hubungan yang biasa,

namun bersahabat, dengan seorang wanita.

Seks berkelompok adalah tempat lain untuk percobaan biseksual. Akhirnya,

beberapa orang mengambil filosofi biseksual sebagai hasil pertumbuhan sistim

kepercayaan pribadi. Misalnya, seorang wanita yang selama ini aktif dalam gerakan

wanita menemukan bahwa cmereka menjadi dekat dengan wanita lain lewat

pengalaman dan menerjemahkan kedekatan ini ke dalam ekspresi seksual. Pria

biseksual mungkin mengalami ketertarikan homoseksual dan terlibat dalam

pengalaman homoseksual sebelum mereka menjadi sadar akan seksualitas ganda

mereka.

1

(8)

Bagi wanita, kecenderungannya adalah untuk mengalami heteroseksualitas

terlebih dulu. Walau orang-orang dengan kecenderungan biseksual tidak begitu saja

bisa cocok dengan bentuk manapun, ada beberapa pola yang mungkin berlaku untuk

banyak biseksual. Beberapa pria dan wanita tampaknya mengalihkan pilihan

pasangan seks mereka secara acak, tergantung persediaan dan keadaan. Beberapa

telah melakukan hubungan dalam bentuk ini, mencari pasangan dari jenis kelamin

alternatif saat hubungan yang sekarang berakhir.

Pada kasus lain, seorang biseksual mungkin memiliki hubungan bersamaan

dengan pria dan wanita sekaligus. Penyelewengan selama hubungan tetap dapat juga

digunakan untuk mengekspresikan kecenderungan biseksual seseorang. Hampir

selalu - yang mana pun dari pola-pola ini yang berlaku - orang dengan kecenderungan

biseksual memiliki kecenderungan ke arah hubungan dengan satu jenis kelamin

daripada lainnya. Banyak Para peneliti yang telah mempelajari seksualitas ganda

wanita mencatat bahwa beberapa wanita yang menyebut diri mereka biseksual

berkata bahwa mereka mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang paling baik

dipenuhi oleh pria dan beberapa lainnya yang paling baik dipenuhi wanita. Beberapa

pria biseksual memberi alasan ini juga, tapi jauh lebih sering pria biseksual

menjelaskan gaya hidup seksualnya dalam istilah kebutuhan akan variasi dan

kreatifitas.2

2

(9)

Orang biasanya mengetahui kecenderungan biseksual mereka pada masa

dewasa. Kebanyakan individu yang menyadari ketertarikan mereka pada jenis

kelamin yang sama mencoba mengingkari minat mereka dan mencoba menyesuaikan

diri untuk sementara dengan gaya hidup heteroseksual yang lebih diterima di

masyarakat. Biasanya waktu masa remaja ada konflik batin yang semakin meningkat

tentang kesukaan seksual mereka yang barangkali tidak dapat diselesaikan penuh

sampai masa dewasa. Umum bagi orang-orang untuk sudah cukup jauh memasuki

usia 20-an atau 30-an sebelum menerima kecenderungan biseksual mereka.

Definisi masyarakat akan apa yang normal, layak, benar, dan alami memiliki

pengaruh besar atas bagaimana perasaan orang biseksual tentang orientasi seksual

mereka. Oleh karena pandangan negatif terhadap biseksualitas, tidak heran bila pria

dan wanita dengan kecenderungan biseksual merasa terasing dari dan ditekan oleh

baik komunitas heteroseksual dan homoseksual. Bagi mereka, hal ini dapat

menimbulkan pertanyaan yang serius tentang identitas seksual mereka.

Orang-orang biseksual memiliki masalah sama dengan orang homoseksual

dalam 'keluar' ke masyarakat dan memberi tahu kecenderungan mereka kepada

keluarga dan teman-teman. Seseorang yang biseksual mungkin seringkali

menemukan bahwa lebih sulit untuk memulai dan mempertahankan hubungan

daripada orang heteroseksual atau homoseksual, karena orang biseksual berbeda dan

orang sering salah sangka, mereka yang tidak memiliki kecenderungan itu mungkin

menolak atau merasa bahwa persahabatan dengan orang yang cenderung biseksual

(10)

Kecemburuan, yang bisa menjadi masalah dalam hubungan apapun, terutama

mungkin terjadi dalam hubungan dengan salah satu pasangan biseksual. Ancaman

akan kompetisi yang begitu menyebar itu dapat menjadi sangat menekan. Jika dilihat

dari segi normatif, perilaku homoseksual dan biseksual dapat dikategorikan sebagai

perilaku sosial menyimpang, karena masyarakat Indonesia melihat kedua preferensi

seksual ini bukanlah hal yang lazim, dianggap menyimpang dari norma2 yang

berlaku di Indonesia.

"Menurut MacDonald dalam Crooks & Baur (2005), individu biseksual adalah individu yang dapat terlibat dan menikmati aktivitas seksual dengan kedua jenis kelamin, yaitu jenis kelamin yang sama dan jenis kelamin yang berbeda, atau mengetahui bahwa dirinya mau untuk melakukan hal tersebut. Kebanyakan biseksual tidak tertarik kepada wanita dan pria sama besarnya, dan terkadang berpindah-pindah fase ketertarikannya sepanjang waktu. Ada kalanya pada saat ini ia tertarik kepada wanita tetapi seminggu kemudian ia hanya tertarik kepada pria3.

Namun, ada pula beberapa biseksual yang berada pada kondisi statis. Artinya,

sepanjang waktu ia mengalami ketertarikan terhadap pria dan wanita sama besarnya.

Di dalam skala 0-6 orientasi seksual yang dibuat oleh Alfred C. Kinsey, biseksual

umumnya berada di skala 1-5 secara stabil. Artinya, biseksual tidak memiliki

ketertarikan secara eksklusif kepada salah satu jenis kelamin saja.

“Dalam Crooks & Baur (2005), biseksual dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, antara lain: real orientation, transitory orientation, transitional orientation, dan homosexual denial. Pada real orientation, individu biseksual memiliki ketertarikan pada wanita dan pria sejak awal kehidupannya dan berlanjut hingga usia dewasa.”

3

(11)

Pada orientasi ini, individu mungkin saja terlibat secara aktif dalam hubungan

seksual dengan lebih dari satu pasangan atau mungkin saja tidak dan akan selalu

memiliki perasaan ketertarikan terhadap kedua jenis kelamin secara terus menerus.

Pada transitory, biseksual tidak menjadi orientasi seksual dominan dari

individu yang bersangkutan. Kondisi biseksual di sini merupakan keadaan temporer

dan terjadi umumnya karena pengaruh dari lingkungan, misalnya seorang

heteroseksual yang akhirnya memiliki ketertarikan terhadap individu dari jenis

kelamin sama karena adanya kebutuhan seksual yang harus dipenuhi tetapi kondisi

lingkungan tidak memungkinkan baginya untuk berhubungan dengan lawan jenis

sehingga ia memutuskan untuk berhubungan dengan sesama jenis untuk mengurangi

dorongan seksualnya, contohnya di penjara atau di boarding school yang

diperuntukan bagi satu jenis kelamin saja.

Bagi individu-individu homoseksual, individu-individu biseksual pada

kategori ini mereka lihat sebagai seorang homoseksual yang kurang berusaha untuk

(12)

Gambar 1. 1

Lambang Biseksual

Sumber: http://www.google.co.id/images 22/03/2011 23.20

Pada awalnya, para ahli teori penyusunan identitas memandang biseksual sebagai salah satu bentuk penyembunyian identitas homoseksual atau sebagai tahap transisi antara identitas heteroseksual dan identitas gay dan lesbian (Fox, 1995).Akhir-akhir ini, biseksualitas telah diterima sebagai sebuah orientasi seksual tersendiri.Namun, kurangnya penerimaan oleh kaum gay dan lesbian serta kaum heteroseksual membuat penyusunan identitas biseksual sangat menantang (Paul, 1996).

(13)

seringkali ada tahap keempat, yaitu kebingungan lanjutan, yang dialami oleh kaum biseksual karena kurangnya penerimaan (validasi) atas orientasi seksual ini.

Namun, para peneliti lain menyimpulkan bahwa penyusunan identitas biseksual “merupakan sebuah proses rumit yang tidak bisa dimasukkan dalam tahapan-tahapan linear seperti itu.Konteks sosial, hubungan yang dijalani oleh individu, dan seberapa terbuka individu tersebut terhadap biseksualitas sangat mempengaruhi cara mereka menafsirkan identitas mereka” (Fox, 1995).Orientasi seksual kaum biseksual dewasa tidak terlalu tergantung pada orientasi seksual mereka sebelum dewasa (Weinberg & Hammersmith, 1981).Kebanyakan biseksual wanita pada awalnya mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual dan kemudian baru menyadari perasaan homoseksualnya, sementara kebanyakan pria justru sebaliknya, berangkat dari identitas homoseksual, baru menemukan identitas biseksualnya (Bell dkk.; Rust, 1993).

Kaum biseksual umumnya menyadari identitas dirinya dua atau tiga tahun lebih lama dari kaum gay atau lesbian (Fox, 1995). Kebanyakan kaum biseksual dalam penelitian Bell dkk (1981) menyatakan bahwa mereka mengalami konflik dalam menyeimbangkan berbagai variabel yang terkait dengan ketertarikan dan perilaku seksual mereka namun seiring dengan berjalannya waktu merasa lebih aman dengan identitas biseksual tersebut.Biseksualitas tidak terlalu menjadi masalah bagi wanita, dibandingkan dengan pria4.

4

(14)

Gambar 1. 2 Contoh Kaum Biseksual

Sumber: http://www.google.co.id/images 22/03/2011 23.30

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan di dorong oleh pesatnya teknologi informasi dan komunikasi seperti surat kabar, televisi, film, internet jarak informasi dari satu kota ke kota bahkan satunegara ke negara lain pun terasa gampang dan semakin tipis kaum ini berkomunikasi dan menyebarnya kaum-kaum biseksual yang ada.

(15)

yang sering mendapat stigma negatif tersebut adalah dapat memengaruhi konsep diri dan gaya hidup individu yang bersangkutan.

Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192 ) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan citra diri³. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (self image)” (suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (citra diri)).

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan5.

5

(16)

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya³.

Dari wacana di atas yang sudah dijelaskan, dan dapat di tarik sebuah permasalahan tentang Gaya Hidup yang digunakan oleh kaum Biseksual, yaitu tentang Aktivitas, minat dan Citra diri yang ada pada kaum Biseksual ini. Mengangkat pembahasan tentang kaum Biseksual ini menarik untuk diteliti karena karena merupakan sebuah kaum sosial yang kini mulai banyak dan tersebar di seluruh kota besar di Indonesia dan selalu dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Oleh sebab itu, Peneliti kemudian mengambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana Gaya Hidup kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa kota Bandung (Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup kaum Biseksua di kalangan Mahasiswa kota Bandung)

1. 2 Identifikasi Masalah

(17)

1. 3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan Bagaimana Gaya hidup kaum biseksual di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung.

1. 3. 2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Aktivitas kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Minat kaum Biseksua dikalangan Mahasiswa Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui Citra Diri kaum Biseksual dikalangan Mahasiwa Kota

Bandung.

4. Untuk mengetahui Gaya Hidup kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa Kota Bandung.

1. 4. Kegunaan Penelitian 1. 4. 1 Kegunaan Teoritis

(18)

1. 4. 2 Kegunaan Praktis 1. Untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang keberadaan kaum Biseksual yang selama ini menjadi sesuatu yang menimbulkan tanda tanya dalam sosialitas peneliti. Penelitian ini memberikan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai macam perilaku sosial yang terdapat di dalam masyarakat khususnya pada masyarakat Biseksual. Penelitian ini juga memberikan kesempatan yang baik bagi peneliti untuk mengetahui berbagai teori komunikasi dalam bentuk nyata dan membandingkan dengan keadaan yang sebenar nya dalam penelitian.

2. Untuk Akademisi

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

3.Untuk Masyarakat

(19)

1. 5 Kerangka Pemikiran 1. 5. 1 Kerangka Teoritis

Gaya hidup menurut Kotler adalah “perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya” 6.

Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001:174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama

pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

6

(20)

1. Aktivitas yaitu proses untuk menjalankan atau berpartisipasi dalam berdasarkan yang hidup. Aktivitas juga bisa diartikan juga sebagai suatu kegiatan dimana seseorang melakukan suatu proses untuk menjalani kehidupan nya.7

2. Minat, adalah suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya8

Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia”. Minat dapat menjadi

sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94)

Menurut Soesilowindradini dalam Bukunya Tuharjo,(1989:13),gaya hidup adalah “suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat

seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang

7

Aguschanra/www.artikata.com/arti-318259-aktivitas.html/23 Maret 2011/14.30 WIB 8

(21)

memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Slameto dalam “TomiDarmawan,2007” yang menyatakan “bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya”.

Suyanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam “Tomi Darmawan,2007” memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan kesenangan9.

3. Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri Ia juga merupakan konsep diri tentang individu seperti apa

9

(22)

yang diangkapakan Maxwell Maltz dalam Bukunya Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality. Yang mengatakan bahwa Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita.

1. 5.2 Kerangka Konseptual

Interaksi yang dijelaskan disini ialah Gaya Hidup, yang dimana Gaya hidup itu menyangkut tentang Aktivitas, Citra dan minat para kaum Biseksual. Misalnya aktivitas yang berisi tentang penampilan, perilaku dan bahasa yang rumit dan sulit diramalkan melalui simbol-simbol yang selama ini dipegang oleh kaum Biseksual seperti jika wanita yang kadang terkesan berpenampilan sebagai lelaki jika dia sedang berperan menjadi kaum laki-laki demi pasangan wanitanya.

1. Aktivitas yaitu berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh para kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa Kota Bandung maupun juga dalam aktivitas sehari-harinya.

2. Minat, Kebanyakan individu yang menyadari ketertarikan mereka pada jenis kelamin yang sama mencoba mengingkari minat mereka dan mencoba menyesuaikan

(23)

3. Para kaum Biseksual memiliki citra diri,atau bisa disebut juga sebagai konsep diri, konsep diri tersendiri yang membedakan antara seorang kaum Biseksual dan bukan Biseksual. Dari konsep diri yang dibentuk oleh para kaum Biseksual, menginginkan adanya penilaian dan penghargaan positif dan menginginkan dihargai dan dicintai karena nilai yang di miliki oleh mereka sebagai seorang Biseksual.

Kepribadian kaum Biseksual ini didapatkan dari pengalaman-pengalaman juga yang didapatkan dari lingkungan, yang ingin mencari jati dirinya bahkan ada juga yang berawal dari sekedar coba-coba.

1. 6 Daftar Pertanyaan Penelitian a. Aktivitas

1. Bagaimana Anda melakukan aktivitas Anda dalam kegiatan sehari-hari? 2. Apakah ada acara khusus yang hanya dilakukan hanya dengan kaum Biseksual

saja?

3. Apa alasan Anda membuat kegiatan yang hanya dilakukan oleh kaum Biseksual saja?

b. Minat

4. Mengapa Anda tertarik pada duajenis kelamin?

(24)

6. Apa yang menyebabkan Anda memasuki kehidupan kaum Biseksual? 7. Apa yang Anda rasakan/pikirkan ketika Anda lari dari kodrat Anda sebagai

massyarakat normal dan berubah menjadi seorang Biseksual?

c. Citra Diri

8. Sebagai seorang kaum Biseksual, apa Anda mempunyai sifat kepekaan yang jauh lebih peka dari pada kaum biasa?

9. Bagaimana penilaian Anda pada keadaan fisik Anda? 10. Bagaimana penilaian Anda pada keadaan emosi Anda? 11. Bagaimana kepribadian Anda sebagai kaum Biseksual?

12. Bagaimana penilaian Anda pada kemampuan sosial berinteraksi Anda? 13. Bagaimana sikap asli Anda sesungguhnya dikehidupan Normal Anda?

1. 7 Subjek Penelitian dan Informan Penelitian 1.7.1Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya ( atributt -nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian (Tatang M, 2009)10

Subjek Penelitian ini adalah kaum Biseksual dikalangan Mahasiswa Kota Bandung.

10

(25)

1.7.2 Informan Penelitian

Informan adalalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, diminati informasi mengenai objek penelitian tersebut. Biasanya, informasi atau narasumber peneliti ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa kasus (satu kesatuan unit) antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi (perantara) sosial.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif adalah purposive sampling (teknik sampel bertujuan) dimana diambil dengan melalui pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk lebih jelas, informan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1. 1 Informan

No Nama Keterangan

1 Nadia K Mahasiswi

2 Apriliandi Mahasiswa

3 Khrisna M Mahasiswa

4 C. Alexandra Mahasiswi

(26)

g. 3 Key Informan

Dalam penelitian ini, ada seorang yang menjadi narasumber kunci (Key informan) yaitu seorang Program manajer dari sebuah lembaga yang cukup mengetahui tentang Gaya Hidup kaum Biseksual ini yaitu MCR (Mitra Citra Remaja)

MCR adalah suatu lembaga atau Pusat Pendidikan Layanan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja, dimana MCR ini bertujuan Melayani konsultasi kesehatan reproduksi remaja termasuk didalamnya masalah Biseksual.

Untuk lebih jelas, key informan dapat dilihat pada tabel 1.2 :

Tabel 1.2

Key Informan

No Nama Keterangan

1 Abdurrahman Program Manager

Sumber : Peneliti, 2011

1. 7 Metode Penelitian

(27)

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku yang di amati. Pendekatannya di arahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian, tetapi memandang nya sebagai bagain dari satu keutuhan.

Dalam pendekatan kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta berubah-ubah sehingga biasa nya rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitian di mulai untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering di asosiasikan dengan teknik analisa data dan penulisan laporan penelitian.

Dan dalam penelitian ini juga, peneliti menggunakan study deskriptif karena

berdasarkan penjelasan yang banyak dijelaskan diatas, terbentuklah mengenai definisi

penelitian deskriptif, melalui teknik analisis deskriptif dan mengetahui dengan jelas

perilaku yang dilakukan oleh kaum Biseksual ini,

1. 8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data yang dalam pelaksanaan nya adalah mengadakan tanyaa jawab terhadap orang-orang yang erat kaitan nya dengan permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh masalah yang di teliti.

Wawancara menurut Koentjaraningrat11 adalah:

Percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Koentjaraningrat, 1996) Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatklan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, wawancara ini dilakukan kepada kaum Biseksual.

2. Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan. Observasi penelitian

11

(29)

dilakukan dengan cara mendatangi dan melihat langsung sebuah perkumpulan para kaum Biseksual ini di Wilayah Bandung.

3. Studi Literatur

Peneliti juga menggunakan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data sekunder. Diantaranya studi literatur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar belakang penelitian melalui jurnal-jurnal yang berkaitandengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak yang mendukung penelitian.

4. Internet Searching/ penelusuran data online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).

(30)

menggunakan internet searching karena didalam internet terdapat banyak bahasan dan sumber data yang beragam dan dinamis tentang perkembangan penelitian yang dalam hal ini tentang pria metroseksual. Peneliti menggunakan internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah ada sebelumnya. Dalam penggunaannya, peneliti mencari berbagai data yang brkenaan dengan penelitian seperti buku para ahli dari luar negeri dan lain-lain tanpa ada batasan ruang dan waktu. Teknik pengumpulan data internet searching ini sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang kemungkinan bentuk fisiknya belum terdapat di dalam masyarakat, sehingga memungkinkan mendapatkan informasi untuk mendapatkan informasi diberbagai tempat.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.

1. 9 Teknik Analisisa Data

(31)

gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah:

1. Penyeleksian data.

Yaitu pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data dan serta kejelasan data. Memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klasifikasi data

Yaitu mengelompokan data dan dipilih-pilih sesuai dengan jenisnya. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelaan secara lebih detail dan jelas.

3. Merumuskan hasil penelitian.

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk menjelaskan dalam bentuk laporan penelitian yang terarah dan sistematis.

4. Menganalisa hasil penelitian.

(32)

dilapangan. Menganalisa jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha menguatkan yang ada.

5. Penarikan kesimpulan

Pada tahap ini mengambil satu intisari yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Dengan penarikan kesimpulan diharapkan seluruh penelitian dapat tercakup secara menyeluruh pada bagian ini. Agar mudah di mengerti dan dipahami.

1. 10 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.10.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini bertepat di kota Bandung. Penelitian di lakukan diberbagai tempat yang biasa nya dijadikan tempat berkumpulnya para kaum-kaum Biseksual. Penelitian ini mencakup beberapa titik di kota Bandung. Tempat-tempat yang biasa nya menjadi area publik juga termasuk kedalam beberapa bagian dari berbagai titik penelitian seperti mall, diskotik dan juga cafe

Berbagai tempat publik tersebut akan dijadikan tempat peneitiaan antara peneliti dan para kaum-kaum Biseksual baik yang wanita dan juga pria.

1.10.2 Waktu Penelitian

(33)

Tabel 1.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No

Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan

judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Pengumpulan Data

Wawancara

Bimbingan

(34)

Sumber : Peneliti Maret 2011

L. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan praktis), kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, subjek dan informan, teknik analisis data, sistematika penulisan, lokasi dan waktu penelitian.

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

Bimbingan

9 Penyusunan Bab

(35)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang mendukung penelitian serta kaitannya dengan permasalahan yang diangkat, tinjauan tentang para kaum Biseksual ini.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai awal mulanya mereka masuk ke dalam komunitas Biseksual

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang uraian dari hasil penelitian berdasarkan wawancara data yang terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif, identitas respon dan analisis deskriptif hasil penelitian dan rangkuman.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(36)

31

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris “communication” berasal dari bahasa latin atau “communicatio” dan bersumber dari kata communis” yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9).

Thoha menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain.”

(Thoha, 1996: 145).

Membahas tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau juga definisi yang salah. Sama hal nya seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan sesuatu yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik . Atau terlalu luas , misalnya Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikan.

(37)

komunikasi yang meleset. Pada saat dua orang berkomunikasi, ibarat dua dunia yang berbeda bertemu sebab masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda atau latar belakang yang berbeda.

Dalam proses penyampaian juga harus bisa menimbulkan kesamaan makna mengenai apa yang ada dibahas. Kesamaan makna dapat terlihat dari mengerti bahasa yang digunakan dan mengerti makna dari hal yang dipercakapkan. Dengan adanya kesamaan tersebut maka akan memudahkan penerimaan informasi dari orang yang kita ajak berkomunikasi.

Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek komunikasi dari Onong Uchana Effendy, yang dikutip dari Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah :

“Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif". (Effendy, 2001:10) 2.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang dilakukan sehari-hari oleh manusia tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Dan berikut adalah tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:

(38)

2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan diatas tersebut oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap ataupun dalam bertindak.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

1. Pada umumnya komunikasi dalam pelaksanaannya memiliki berbagai macam fungsi dalam kehidupan manusia(Effendy, 2003 :8), seperti berikut ini ;

2. Menyampaikan informasi (to inform) 3. Mendidik (to educate)

4. Menghibur (to entertain) 5. Mempengaruhi (to influence)

(39)

yang cukup diminati karena adanya factor kesenangan, mempengaruhi (to influence) biasanya bersatu dengan penyampaian informasi. Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut

. Jadi secara umum dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.4 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari yang namanya proses. Oleh karena itu apakah suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses yang berlangsung tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah :

“Diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) atau antar kedua belah pihak.” (Ruslan 1999 : 69).

(40)

1. Proses komunikasi secara primer

Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.

2. Proses komunikasi secara sekunder

“Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain”. (Effendy, 1984 : 11-17).

(41)

2.1.5 Unsur-Unsur Komunikasi

Didalam melakukan kegiatan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dari berbagai pengertian komunikasi yang banyak ditemui, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

- Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

- Pesan

(42)

propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

- Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi.

- Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

- Pengaruh

(43)

pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

- Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

- Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

(44)

kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut dimensi internal.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi.“ (Cangara, 2005 :

23).

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi AntarPribadi

(45)

Mempunyai tujuan tertentu yang menghasilkan hubungan yang timbal balik Merupakan sesuatu yang dipelajari11.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikai antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Cirri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik. (Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa “komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (1984:4)

Menurut Vandeber, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Effendy mengemukakan juga bahwa “pada hakikatnya

komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”. (Liliweri, 1997:12)

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena

11

(46)

komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (1993:61)

2.2.1 Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

2.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi antarpribadi juga mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi

antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni: 1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

(47)

berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)

Adapun ciri-ciri komunikasi anatrpribadi menurut Alo Liliweri yaitu: 1. Spontanitas, terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap

muka.

2. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.

3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja. 4. Kerapkali berbalas-balasan.

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil.

(48)

2.2.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas:

a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek: 1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan

psikologis

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik. b. Fungsi pengambilan keputusan

(49)

dan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi 2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu yang kita maui (Sugiyo, 2005: 9). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah:

a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.

b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,

d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain,

e. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar f. Mempengaruhi orang lain

(50)

Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, membantu orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan diri sebagai suatu agen yang dapat mengubah diri dan lingkungan sesuai dengan yang kita kehendaki, selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses belajar menuju perubahan yang lebih baik12.

2.3 Tinjauan tentang Gaya Hidup 2.3.1 Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192)adalah pola hidup seseorang di

dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan citra dirinya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan

berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode

of living that is identified by how people spend their time (activities), what they

consider important in their environment (interest), and what they think of

themselves and the world around them (opinions)”.

Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali

dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting

orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan

tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan

Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,

12

(51)

bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu13.

Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola

hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam

kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan

keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola

hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam

membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor

utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis

dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia,

tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih

kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Dalam Gaya Hidup terbagi oleh 3 yaitu :

1. Aktivitas yaitu proses untuk menjalankan atau berpartisipasi dalam berdasarkan yang hidup. Aktivitas juga bisa diartikan juga sebagai suatu kegiatan dimana seseorang melakukan suatu proses untuk menjalani kehidupan nya14.

Akhir-akhir ini, biseksualitas telah diterima sebagai sebuah orientasi seksual tersendiri. Namun, kurangnya penerimaan oleh kaum gay dan lesbian serta kaum heteroseksual membuat penyusunan identitas biseksual sangat menantang.

13

Ajik Prastiyo/Pengertian Gaya Hidup/http://wordpress.com/18 Maret 2011 pukul 22.49 WIB 14

(52)

Namun, para peneliti lain menyimpulkan bahwa penyusunan identitas biseksual merupakan sebuah proses rumit yang tidak bisa dimasukkan dalam tahapan-tahapan linear seperti itu.Konteks sosial, hubungan yang dijalani oleh individu, dan seberapa terbuka individu tersebut terhadap biseksualitas sangat mempengaruhi cara mereka menafsirkan identitas mereka (Fox, 1995).

Orientasi seksual kaum biseksual dewasa tidak terlalu tergantung pada orientasi seksual mereka sebelum dewasa (Weinberg & Hammersmith, 1981).Kebanyakan biseksual wanita pada awalnya mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual dan kemudian baru menyadari perasaan homoseksualnya, sementara kebanyakan pria justru sebaliknya, berangkat dari identitas homoseksual, baru menemukan identitas biseksualnya (Bell dkk.; Rust, 1993). Kaum biseksual umumnya menyadari identitas dirinya dua atau tiga tahun lebih lama dari kaum gay atau lesbian (Fox, 1995).Kebanyakan kaum biseksual dalam penelitian Bell dkk (1981) menyatakan bahwa mereka mengalami konflik dalam menyeimbangkan berbagai variabel yang terkait dengan ketertarikan dan perilaku seksual mereka namun seiring dengan berjalannya waktu merasa lebih aman dengan identitas biseksual tersebut.Biseksualitas tidak terlalu menjadi masalah bagi wanita, dibandingkan dengan pria.

(53)

sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya15.

Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia”. Minat dapat

menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94)

Menurut Soesilowindradini dalam Bukunya Tuharjo,(1989:13),gaya hidup adalah “suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan

terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Slameto dalam “TomiDarmawan,2007” yang menyatakan “bahwa minat adalah

rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya”.

15

(54)

Suyanto16 (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam “Tomi Darmawan,2007” memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk

merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu”. Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa

unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan kesenangan.

Rasa ketertarikan seksual seorang lelaki dengan seorang wanita atau terhadap seorang lelaki merupakan hal wajar. Namun jika rasa ketertarikan terhadap lawan jenis tersebut dibarengi sekaligus ketertarikan terhadap yang sejenis sekaligus, maka bisa dikatakan orang tersebut telah menderita penyimpangan seks yang disebut biseks. Mereka tertarik secara erotis pada lelaki atau perempuan pada anggota kedua jenis kelamin tersebut pada waktu bersamaan.

Biseks merupakan suatu perilaku psikoseksual yang menempatkan dua jenis kelamin sebagai obyek seksual dalam valensi yang berimbang. Penderita biseks dapat mengalami rangsangan erotik baik dari laki-laki maupun perempuan, sehingga ia dapat melakukan hubungan intim dengan sesama lelaki dan juga

16

(55)

perempuan. Meski, tidak selalu seorang penderita biseks akan terlibat dalam aktivitas seksual dengan partner dari kedua jenis kelamin tersebut.

Kelainan seksual pada manusia sendiri dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Perilaku heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Perilaku heteroseksual adalah prilaku psikoseksual dengan orientasi psikoseksual yang optimal. Artinya, minat seksual tertuju pada pasangan lain jenis. Perkembangan heteroseksual yang wajar ini sangat dipengaruhi aspek genetik, pola asuh, pergaulan serta kemulusan perkembangan tahapan psikoseksual terdahulu. Sementara itu, perkembangan perilaku homoseksual dan biseksual dapat terjadi oleh berbagai sebab.

3.Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri Ia juga merupakan konsep diri tentang individu seperti apa yang diangkapakan Maxwell Maltz dalam Bukunya Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality. Yang mengatakan bahwa Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita. Citra diri juga bisa disebut dengan konsep diri.

(56)

remeh oleh teman — temannya, karena itulah mereka juga bisa menjadi percaya diri. Kaum Biseksual juga bisa menghargai dirinya sendiri walaupun orang — orang di sekitar mereka berpandangan negatif terhadap kaum biseksual. Untuk penampilan, mereka cukup memperhatikan penampilannya sehingga dari hari ke hari mereka selalu berusaha untuk merubah penampilannya agar terlihat lebih macho, misalnya dengan mengikuti kegiatan fitness.

Tetapi ada juga seorang dari kaum Biseksual ini memiliki konsep diri negatif, sebagai seorang biseksual, dia selalu melihat dirinya banyak kekurangan, sehingga untuk berinteraksi dengan masyarakat menjadi sempit, tetapi terkadang mereka melihat keadaan biseksual sebagai kelebihan, karena pada saat yang sama dirinya bisa menyukai lawan jenis dan sesama jenis pada saat yang sama. Saat ini pun mereka merasa gagal menjadi manusia yang baik untuk keluarganya maupun dirinya sendiri. mereka juga belum bisa menghargai dirinya sendiri karena dari dalam dirinya masih ada penolakan, kaum biseksual ini pun merasa tidak percaya diri sehingga membuat subjek menjadi minder saat ingin berkenalan dengan perempuan. Begitu pula di tempat mereka kuliah, ada beberapa orang yang meremehkan kemampuan kuliah mereka.

Faktor — Faktor Yang Mempengaruhi Citra diri

(57)

1. Orang — orang terdekat kaum ini tidak berusaha menghindar ketika mengetahui orientasi seksual kaum ini, mereka justru memberi dukungan kepada kaum ini sehingga membuat hubungan mereka bertambah akrab.

2. Orang –orang dari kaum Biseksual tidak pernah merasa tertekan, bahkan selama ini yang membuat dirinya tetap kuat adalah dirinya sendiri.

3. Kaum Biseksual ini tidak pernah mendapat cemoohan dari orang lain.

B. Faktor — faktor yang mempengaruhi subjek kedua memiliki konsep diri negatif:

1. Seorng yng Biseksual selalu merasa tertekan dengan keadaannya karena dia belum bisa menemukan solusi agar dia bisa menerima kenyataan bahwa dirinya adalah seorang biseksual

2. Kaum Biseksual ini juga banyak menerima cemoohan dan sindiran dari orang lain

bahkan dari rekan terdekatnya sendiri

2.4 Tinjauan Tentang Biseksual

Biseksual adalah wanita dan pria yang tertarik secara seksual atau erotik

kepada anggota dari kedua jenis kelamin. Biasanya orang biseksual terlibat dalam

aktivitas seksual dengan partner dari kedua jenis kelamin. Istilah prokem yang

Gambar

Gambar 1. 2
Tabel 1. 1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini, dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat memberikan dampak meningkatnya kebutuhan akan informasi, yang juga berdampak

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara self esteem dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada kaum gay , artinya semakin tinggi self

Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal.. “Sosiologi Gaya

Meningkatnya kebutuhan akan media yang dapat digunakan untuk bertukar informasi secara cepat dan mudah, membuat semakin banyak manusia yang menggunakan fasilitas di Internet agar

Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang

Abstrak : Perkembangan internet yang semakin cepat dengan berbagai macam fungsi dan kebutuhan, menuntut meningkatnya kualitas keamanan jaringan webserver. Terutama dengan

i ABSTRAK Semakin pesatnya perkembangnya zaman kebutuhan informasi terus meningkat, sebagai lembaga/instansi yang memberikan berbagai informasi, perpustakaan dituntut untuk terus

Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi, referensi dan literature terkait gaya hidup, kualitas produk dan keputusan pembelian yang dapat dijadikan