• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus i Universitas islam negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus i Universitas islam negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DI AREAL KAMPUS I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KHOIRUL

BARIYAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DI AREAL KAMPUS I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KHOIRUL BARIYAH

104095003059

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2011

(5)

sayap dengan warna yang indah. Kupu-kupu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh produksi nektar dan panjang probosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., Hibiscus rosa-sinensis dan Lantana camara serta hubungan antara panjang probosis dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan metode survei. Pengamatan dilakukan pada pagi (08.00-12.00 WIB), siang (14.00-15.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB) bulan Agustus sampai dengan September 2008. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga

Ixora sp. dengan rata-rata diameter bunga mekar 32,09 mm; panjang tabung mahkota 33,09 mm; dan diameter tabung mahkota 1,17 mm dikunjungi oleh:

Graphium agamemnon (14,90±2,67 mm), Appias olferna (9,13±0,69 mm), Delias hyparete (12,85±0,51 mm), Eurema hecabe (8,98±0,36 mm) dan Leptosia nina

(8,99±0,46 mm); bunga H. rosa-sinensis dengan rata-rata diameter bunga mekar 88,86 mm; panjang tabung mahkota 35,18 mm; dan diameter tabung mahkota 5,66 mm dikunjungi oleh Hypolimnas bolina (13,44±0,09 mm), Papilio memnon

(28,83±0,04 mm), G. agamemnon (14,90±2,67mm), A. olferna (9,13±0,69 mm) dan D. hyparete (12,85±0,51 mm); bunga L. camara diameter bunga mekar 8,10 mm; panjang tabung mahkota 8,57 mm; dan diameter tabung mahkota 0,88 mm

dikunjungi oleh: H. bolina (13,44±0,09 mm), G. agamemnon (14,90±2,67 mm),

G. doson (15,96±0,15 mm), G. sarpedon (16,05±0,30mm), A. olferna (9,13±0,69 mm), D. hyparete (12,85±0,51 mm), E. hecabe (8,98±0,36 mm) dan L. nina

(8,99±0,46 mm). Terdapat kesesuaian antara panjang probosis dengan tinggi tabung bunga yang dikunjunginya.

(6)

Around Campuss I Islamic State University (UIN) of Syarif Hidayatullah Jakarta

Butterfly is an insect that is easy to know because having wings with beautiful colour. Feeding butterfly is influenced with nectar produced and proboscis length. The research aim was to know variety butterflies visitor to Ixora

sp., Hybiscus rosa-sinensis and Lantana camara and correlation between proboscis length with preferences feeding plant around campuss I UIN of Syarif Hidayatullah Jakarta by using survey method. Observation was done in the morning (08.00-12.00 am), afternoon (02.00-03.00 pm) and evening (04.00-05.00 pm) on August up to September 2008. The result showed that Ixora sp. flower (flower of blossom diameth average were 32,09 mm; corolla tube length average were 33,09 mm and corolla tube diameth were 1,17 mm) was visited by

Graphium agamemnon (14.90±2.67 mm), Appias olferna (9.13±0.69 mm), Delias hyparete (12.85±0.51 mm), Eurema hecabe (8.98±0.36 mm) and Leptosia nina correlation between proboscis length and corolla tube lengths which flowers visited it.

(7)

Shalawat serta salam tak lupa disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini berjudul “Hubungan Panjang Probosis Kupu-kupu dengan Preferensi Pakan di Areal Kampus I Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta” disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Studi S1, Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan proposal ini:

1. Priyanti, M.Si. sebagai pembimbing I dan Narti Fitriana, M.Si. sebagai pembimbing II terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan.

2. DR. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud. selaku ketua program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi dan DR. Syopiansyah jaya Putra, M. Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.

3. Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia Depok, Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.

(8)

6. Abdul Kodir dan Zahratul Aini yang telah membantu dalam mencari literatur, memberikan kritik dan semangat.

7. Teman Biologi angkatan 2004 dan BSC Net terima kasih atas bantuan, saran dan kritiknya.

Semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi Penulis dan dibalas oleh Allah SWT, amin. Segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu terbuka sebagai bahan koreksi demi kelancaran dan keberhasilan Penulis.

Jakarta, September 2011

(9)

KATA PENGANTAR ... i

2.3. Hubungan Tanaman dengan Kupu-kupu ... 15

2.4. Bunga Objek Penelitian ...16

(10)

3.3. Cara Kerja ... 20

3.3.1.Di lapangan ... 20

A. Koleksi Kupu-kupu ... 20

B. Pengukuran Panjang Probosis ... 21

C. Pengukuran Bunga dan Kandungan Nektar ... 21

D. Pengukuran Faktor Lingkungan ... 22

3.3.2. Pembuatan awetan dan Identifikasi Kupu-kupu ... 22

3.4. Analisis Data ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 24

4.1.1 Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 24

4.2.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 32

4.2.1.1 Preferensi Pakan Pada Bunga Ixora sp. ... 32

4.2.1.2 Preferensi Pakan Pada Bunga H. rosa-sinensis ... 35

4.2.1.3 Preferensi Pakan Pada Bunga L. camara ... 38

4.2.2 Deskripsi Kupu-kupu ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 51

(11)
(12)

Tabel 2. Kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 25 Tabel 3. Rata-rata (mm) panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif

(13)

Gambar 2. Bentuk dan Bagian Kepala Kupu-kupu ... 7

Gambar 3. Persentase (%) kupu-kupu yang mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 24

Gambar 4. Nilai rata-rata DBM (diameter bunga mekar), PTM (panjang ta- bung mahkota) dan DTM (diameter tabung mahkota) setiap bunga (mm) ... 26

Gambar 5. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per waktu pengamatan (pagi, siang dan sore hari) ... 27

Gambar 6. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per bulan ... 28

Gambar 7. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada pagi hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ... 28

Gambar 8. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada siang hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ……… 29

Gambar 9. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelemba- ban udara dan intensitas cahaya) pada sore hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ………. 30

Gambar 10. Nilai rata-rata kecepatan angin pada pagi, siang dan sore hari di sekitar ketiga jenis bunga ………... 31

Gambar 11. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelemba- ban udara dan intensitas cahaya) selama satu bulan di seki- tar ketiga jenis bunga ... 32

Gambar 12. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) H. bolina betina ... 45

Gambar 13. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. agamemnon jantan ... 46

Gambar 14. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. doson jantan... 46

Gambar 15. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. sarpedon jantan ...47

Gambar 16. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) P. memnon jantan... 47

Gambar 17. Kupu A. olferna jantan ... 49

Gambar 18. Kupu E. hecabe jantan ... 49

(14)
(15)

bunga di kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 57

Lampiran 3. Ukuran diameter bunga mekar (DBM), panjang tabung mahkota (PTM) dan diameter tabung mahkota (DTM) (mm) pada ketiga jenis tanaman berbunga ... 60

a. Bunga Ixora sp. …... 60

b. Bunga H. rosa-sinensis…………...………... 60

c. Bunga L. camara ………... 61

Lampiran 4. Ukuran panjang probosis kupu-kupu ... 62

Lampiran 5. Frekuensi kunjungan kupu-kupu pada tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . ... 63

Lampiran 6. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga Ixora sp. ... 64

Lampiran 7. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga H.rosa-sinensis ... 66

Lampiran 8. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga L. ca- mara ... 68

Lampiran 9. Jenis bunga yang dikunjungi oleh kupu-kupu (a) Ixora sp., (b) H. rosa-sinensis dan (c) L. camara………. 70

(16)

1.1Latar Belakang

Kupu-kupu merupakan salah satu hewan insekta (serangga) yang mudah dikenali oleh setiap orang karena memiliki warna dan bentuk sayap yang indah serta bersisik. Kupu-kupu mengunjungi tanaman dengan dua tujuan, yaitu: mencari makanan berupa nektar dan meletakkan telur pada bagian tanaman. Kupu-kupu memiliki peranan yang penting bagi tanaman. Salah satu peranan kupu-kupu adalah membantu penyerbukan tanaman berbunga. Penyerbukan yang dilakukan oleh kupu-kupu membantu proses terbentuknya buah dan biji dari suatu tanaman berbunga sehingga kupu-kupu juga berperan dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem (lingkungan) dan memperkaya keanekaragaman hayati tanaman (Bima, 2007; Hamidun, 2003).

(17)

(Philodendron bipinnatifium) dan flamboyan (Delonyx regia) untuk menambah nilai estetika (Fitriana, 2008; Priyanti, 2008).

Kupu-kupu menyukai bunga berukuran kecil yang berjumlah banyak dalam suatu tangkai utama, berwarna menarik, berbentuk tabung yang sempit dan memanjang serta menghasilkan nektar (Darjanto dan Satifah, 1984; Richards, 1997; Thompson, 2000). Nektar biasanya terletak pada bagian yang tersembunyi sehingga tidak semua hewan pengunjung dapat mengambilnya. Dalam mengambil nektar, kupu-kupu dibantu oleh probosis yang dimilikinya. Probosis merupakan alat penghisap yang berbentuk panjang dan tipis.

Satu jenis tanaman berbunga dapat dikunjungi oleh kupu-kupu yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya preferensi kupu-kupu dengan tanaman pakan. Selain itu, panjang probosis juga menentukan jenis tanaman berbunga yang dipilihnya. Setiap jenis kupu-kupu memiliki panjang probosis yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kupu-kupu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh panjang probosisnya (Loveless, 1989; Soekardi, 2004).

(18)

Sampai saat ini belum ada informasi yang melaporkan tentang jenis kupu-kupu apa saja yang mengunjungi tanaman berbunga seperti: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara yang terdapat di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penelitian tentang ukuran panjang probosis dan preferensi pakan di areal kampus ini belum pernah dilakukan.

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a) Jenis kupu-kupu apa saja yang mengunjungi bunga Ixora sp., H.

rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? b) Apakah terdapat hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan

preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a) Terdapat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora

sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Terdapat hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(19)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp.,

H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Untuk mengetahui hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Dapat memberikan informasi tentang jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Dapat memberikan informasi hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c) Dapat memberikan informasi tambahan untuk pengembangan program penghijauan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(20)

2.1Kupu-kupu

2.1.1Klasifikasi

Kupu-kupu memiliki tubuh yang khas dan bentuk sayap yang berbeda dengan serangga lain. Sayap kupu-kupu bersisik, sisik tersebut saling menutup yang menghasilkan pola warna tertentu. Sisik-sisik ini dapat menimbulkan bekas seperti debu pada jari seseorang bila dipegang. Ciri inilah yang menyebabkan hewan tersebut digolongkan ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata

lepis: sisik dan pteron: sayap (Salmah dkk., 2002).

Berdasarkan aktivitasnya, kupu dikenal dua kelompok, yaitu kupu-kupu siang (aktif siang hari atau diurnal) dan ngengat (aktif malam hari atau nokturnal). Kupu-kupu siang mempunyai tubuh yang langsing, sayap pada umumnya berwarna cerah, indah dan menarik, serta antena pada ujungnya membesar. Pada waktu istirahat sayapnya menutup dan tegak lurus dengan tubuh sehingga yang terlihat adalah permukaan sebelah bawah. Kupu-kupu malam tubuhnya lebih gemuk, warna sayapnya kusam dan antena berbentuk seperti bulu ayam. Pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen (perut) sehingga yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap (Salmah dkk., 2002).

(21)

beberapa famili, antara lain: Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Danaidae, Satyridae dan Lycaenidae.

2.1.2Morfologi

Kupu-kupu termasuk ke dalam divisi Endopterygota dengan empat fase hidup yang berbeda yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Divisi ini memiliki perbedaan bentuk dan makanan pada fase muda dan dewasa sehingga tidak terjadi persaingan antara keduanya (Preston-Mafham dan Preston-Mafham, 1988).

Kupu-kupu mempunyai tubuh yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen (perut) (Gambar 1). Tubuh kupu-kupu ditopang oleh kerangka luar (eksoskeleton) tempat organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Sebagian besar rangka luar berupa lapisan kitin yang tidak tembus air dan tidak larut dalam asam organik (Noerdjito dan Aswari, 2003).

Gambar 1. Bentuk dan Bagian Tubuh Kupu-kupu (D’ Abrera, 1977 dalam

Noerdjito dan Aswari, 2003)

(22)

antena. Tiga ruas kepala lainnya berasosiasi dengan bagian mulut. Mandibula (rahang bawah) kupu-kupu tereduksi dan maksila beradaptasi sebagai alat penghisap (probosis). Palpus labialis merupakan bagian bibir yang sangat sensitif sebagai alat peraba dalam memilih makanannya (Gambar 2) (Amir dkk., 2003; Borror dkk., 1992).

Gambar 2. Bentuk dan Bagian Kepala Kupu-kupu (Amir, dkk., 2003)

(23)

Abdomen kupu-kupu terdiri atas 10 ruas dan ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi organ genital. Pada sisi-sisi bagian abdomen terdapat enam sampai tujuh spirakel. Alat pencernaan, jantung, organ ekskresi dan organ kelamin serta sistem otot yang kompleks terdapat di dalam abdomen (Amir dkk., 2003).

2.1.3 Probosis

Probosis adalah alat penghisap berbentuk belahan tabung yang bersatu. Probosis terletak pada bagian kepala dan letaknya sama pada semua jenis kupu-kupu tetapi ukuran panjangnya berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. Apabila tidak digunakan, probosis akan digulung dan dapat dijulurkan kembali (Noerdjito dan Aswari, 2003). Dengan adanya probosis akan memudahkan kupu-kupu mengambil makanannya yang tersembunyi di dalam kelenjar nektar bunga. Selain kupu-kupu, lebah juga memiliki probosis yang fungsinya sama yaitu untuk mengambil nektar tetapi ukuran probosis lebah berbeda dengan probosis yang dimiliki kupu-kupu (Rusfidra, 2008).

(24)

2.1.4 Siklus Hidup

Kupu-kupu adalah serangga holometabola yang siklus hidupnya melalui stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (dewasa).

a. Telur

Telur kupu-kupu berukuran 1-2 mm, warna dan bentuknya beragam. Bentuknya ada yang setengah bulat, spiral, oval dan bulat. Telur diletakkan pada bagian bawah permukaan daun tanaman inangnya. Masa stadium telur berbeda-beda pada tiap jenis kupu-kupu, seperti: masa stadium telur Graphium agamemnon 45 hari dan Papilio memnon lima hari.

b. Larva (Ulat)

Telur akan menetas menjadi larva (ulat). Larva yang baru menetas, panjangnya berukuran sekitar 2-3 mm. Fase larva adalah fase makan yang sangat intensif dan mengalami pergantian kulit hingga lima kali tergantung pada jenis dan kesehatan larvanya. Setiap jenis memiliki bentuk, warna dan bulu ulat yang berbeda dan memakan pakan yang berbeda pula. Itulah sebabnya kupu-kupu meletakkan telurnya pada tanaman inangnya, yang akan dimakan ulat setelah menetas. Larva memiliki perlindungan dari serangga predator berupa osmeterium, yaitu: semacam zat beracun yang tidak berbau dan tidak enak. Lamanya fase ini berbeda-beda, ada yang waktunya pendek ada pula yang hanya beberapa minggu

bahkan berbulan-bulan baru menjadi kepompong, seperti: lamanya larva

(25)

c. Pupa (Kepompong)

Jika larva telah tumbuh sempurna maka akan berhenti makan dan bersiap untuk berkembang menjadi pupa (kepompong). Pada Fase pupa, ulat akan mengalami fase istirahat. Pada fase ini, akan terbentuk sel-sel imago. Masa stadium pupa G. agamemnon 11-12 hari dan P. memnon 13-15 hari.

d. Imago (Dewasa)

Dari pupa akan keluar kupu-kupu dewasa yang berwarna indah dan telah dilengkapi dengan alat-alat penting seperti: sayap, antena, probosis dan kaki. Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu ini tidak langsung terbang tetapi bergantung pada kantung pupanya sampai sayap-sayapnya kering dan siap untuk terbang. Kupu-kupu ini siap untuk kawin dan bereproduksi kembali (Achmad, 2002; Braby, 2000 dalam Amir dkk., 2003; Salmah dkk., 2002).

2.1.5 Ekologi

Kupu-kupu dapat ditemukan pada hampir setiap habitat yang menyebar mulai dari daerah dataran tinggi sampai dataran rendah. Penyebaran geografi yang luas dan keanekaragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi yang baik dalam studi lingkungan (Hamidun, 2003).

(26)

Parker, 1979). Dengan demikian terdapat hubungan antara kandungan nektar dengan waktu kunjungan kupu-kupu pada bunga (Fitriana, 2008).

Keanekaragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah faktor lingkungan dan keberadaan vegetasi sebagai inang dan pakan kupu. Keadaan lingkungan berpotensi untuk mendukung keanekaragaman kupu. Adanya pembangunan yang tidak terencana dapat menekan habitat kupu-kupu (Almaidah, 2005). Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan kupu-kupu, antara lain: suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Kupu-kupu akan mencari makanan pada suhu yang hangat berkisar 30oC. Suhu tubuh kupu-kupu pada saat terbang 5–10oC di atas suhu lingkungan. Pencarian makanan pada suhu yang rendah akan membutuhkan energi yang banyak (Mamahit, 2003; Soedrajat, 2008). Kupu-kupu beraktivitas pada kelembaban udara sekitar 60% karena dapat mengurangi resiko kekurangan air (dehidrasi) akibat terik matahari dan beraktivitas dengan kisaran cahaya 230 Klx (Amir dkk., 2003; Feltwell, 1986).

(27)

2.1.6 Manfaat

Kupu-kupu memiliki beberapa manfaat baik untuk manusia, tanaman atau lingkungan, diantaranya:

a. Mempunyai nilai artistik/keindahan sehingga digunakan sebagai hiasan dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai, dompet dan motif tekstil b. Bahan penelitian biologi (Bima, 2007).

Kupu-kupu dapat juga digunakan sebagai bioindikator. Keanekaragaman jenis kupu-kupu yang tinggi di suatu daerah menandakan sehatnya biologi lingkungan di tempat tersebut (Amir dkk., 2003). Beberapa alasan kupu-kupu dijadikan sebagai bioindikator diantaranya:

a) Stadium larva maupun dewasa sangat bergantung pada keragaman tanaman inang sehingga memberikan hubungan yang erat antara keragaman kupu-kupu dengan kondisi lingkungannya, seperti larva Troides helena hanya memakan daun Aristolochia tagala maka hilangnya pohon tersebut berarti hilang pula kupu-kupu T. helena

b) Kupu-kupu sangat sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan yang biasanya terjadi pada saat terjadinya perubahan struktur hutan (Brown dkk., 1991 dalam Widhiono, 2009).

2.2 Serangga Penyerbuk (Polinator)

(28)

kelamin betina pada bunga. Polinasi ini sangat penting untuk proses fertilisasi (pembuahan) yang akhirnya akan menghasilkan bunga, buah dan biji (Rusfidra, 2006a).

Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan polinator (penyerbuk). Polinator terbagi dua yaitu: polinator abiotik (angin, air dan gravitasi) dan polinator biotik (serangga, burung dan beberapa mamalia). Serangga merupakan salah satu jenis hewan yang sangat membantu dalam proses penyerbukan. Penyerbukan yang dilakukan oleh serangga disebut entomofili. Kupu-kupu merupakan salah satu polinator, ketika kupu-kupu sedang mengambil makanannya, secara tidak sengaja serbuk sari akan menempel pada tubuhnya sehingga memungkinkan menempelnya serbuk sari ke kepala putik ketika kupu-kupu hinggap pada bunga. Proses ini membantu dalam penyerbukan tanaman (Syafei, 1990).

Tabel 1. Hubungan Warna Bunga terhadap Polinator (Putra, 2006)

Warna Penyerbuk

(29)

Warna sangat berhubungan dengan polinator seperti: lebah biasanya menyerbuki bunga yang berwarna kuning, ungu, biru atau beberapa kombinasi warna tersebut sedangkan kupu-kupu menyerbuki bunga yang berwarna merah, biru cerah, kuning atau oranye dapat dilihat pada Tabel 1 (Levetin dan Mc Mahon, 1999).

Pola warna yang berbeda pada bagian daun mahkota (petal) menunjukkan letak nektar pada bunga. Letak nektar sering kali tidak terlihat oleh mata manusia tetapi sering tampak dalam cahaya ultraviolet (UV) yang dapat terlihat oleh serangga. Pada beberapa jenis tanaman hanya menampakkan petunjuk letak nektar pada cahaya UV (Sterndkk., 2003).

Kupu-kupu akan mengunjungi tanaman karena ada isyarat makanan yang diberitahu melalui bau dan nektar. Tidak semua bau bunga menarik bagi manusia misalnya bau bunga bangkai, bagi lalat bau bunga bangkai sangat menarik perhatiannya (Levetin dan Mc Mahon, 1999). Kumbang cenderung mengunjungi bunga dengan bau busuk dan kupu-kupu lebih menyukai bunga dengan bau yang harum/wangi (Stern dkk., 2003).

(30)

Kupu-kupu dan ngengat biasanya memilih tanaman yang memproduksi nektar dalam jumlah yang cukup besar sekitar 29% dengan komposisi 10-70% gula, lipid, asam amino dan protein (Schooven dan van Loon, 1998 dalam Fitriana, 2008; Romoser dan Stoffolano, 1998).

2.3 Hubungan Tanaman dengan Kupu-kupu

Kupu-kupu memerlukan tanaman sebagai sumber nektar dan sumber air untuk kelangsungan hidupnya serta untuk meletakkan telur-telurnya pada bagian-bagian tanaman yaitu daun dan batang. Aktivitas kupu-kupu dimulai pada pagi menjelang siang menyesuaikan dengan kesiapan tanaman untuk menyediakan makanannya. Dengan demikian terdapat hubungan antara kehadiran kupu-kupu dengan waktu berbunga (Loveless, 1989).

Nektar dihasilkan oleh kelenjar tanaman dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang bervariasi. Kelenjar ini dapat berasal dari suatu bagian khusus (suatu alat tambahan) pada bunga (nectary internal floral) atau dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami modifikasi dan telah berubah fungsinya (nectary extra floral). Kelenjar nektar yang merupakan modifikasi salah satu bagian bunga dapat berasal dari: dasar bunga, daun kelopak, daun mahkota, dan benang sari (Hidayat, 1995; Rusfidra, 2006b; Tjitrosoepomo, 2003).

(31)

kualitatifnya. Hal ini karena secara tidak langsung proses pembentukan nektar bersifat khas, pada jenis tumbuhan yang berbeda akan memiliki proses fisiologi yang unik dan khas sehingga berbeda dengan jenis lain (Fahn, 1979 dalam

Tricahyadi, 2007).

Intensitas sekresi nektar bervariasi pada setiap bunga. Faktor internal dan eksternal mempengaruhi jumlah nektar yang dihasilkan. Sekresi nektar sering terjadi pada periode yang sangat terbatas (Cutter, 1978). Faktor internal yang mempengaruhi produksi nektar diantaranya morfologi dan fisiologi. Jika jumlah floem lebih menonjol daripada xilem maka konsentrasi nektar dapat mencapai 50% dan jika xilem yang lebih dominan maka konsentrasi gula mungkin turun sampai 8%. Faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya kelembaban dan suhu udara. Meskipun nektar terletak di bagian yang terlindung hujan tetapi karena sifatnya yang higroskopis menyebabkan nektar akan encer pada suhu udara dan intensitas cahaya yang tinggi (Esau, 1977). Kelembaban udara dapat menyebabkan terjadinya evaporasi atau absorbsi air pada nektar. Keadaan ini mempengaruhi kenaikan atau pun penurunan konsentrasi gula pada nektar (Kevan dan Baker, 1984 dalam Tricahyadi, 2007).

2.4 Bunga Objek Penelitian

(32)

Chrysantemum indicum, Musaenda frondosa, Nephelium lappaceum, Syzigium aqueum, H. rosa-sinensis dan L. camara. Berikut ini adalah deskripsi tanaman berbunga yang dijadikan objek penelitian:

a. Bunga Soka (Ixora sp.)

Tanaman ini termasuk anggota famili Rubiaceae dengan kelopak berbentuk lonceng dan makhota berbentuk terompet (Tjitrosoepomo, 2002; Van Steenis, 1992). Bunganya merupakan majemuk campuran yaitu malai rata tetapi bagian-bagiannya berupa anak payung menggarpu. Bunga berbentuk tabung dengan warna merah, kuning atau jingga (Tjitrosoepomo, 2003).

b. Kembang Sepatu (H. rosa-sinensis)

Termasuk famili Malvaceae (Tjirosoepomo, 2002). Kembang sepatu tumbuh di ketiak daun (flos lateralis), terdapat daun kelopak tambahan (epicalyx)

berjumlah satu. Daun mahkota berwarna merah atau merah muda yang berjumlah lima helai dan bunganya berbentuk seperti terompet (Tjitrosoepomo, 2003; Van Steenis, 1992).

c. Bunga Tahi Ayam (L. camara)

(33)

2.5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada tanggal 20 Mei 2002, IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berganti nama menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.31 Tahun 2002. Lokasi kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terletak di Jalan Ir. H. Juanda 95 Ciputat Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Secara geografis UIN terletak pada 600 18’ 24,26’ LS dan 1060 45’ 14,96’ BT. Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki luas sekitar 71.620 m2 (Anonimus, 2008).

Berbagai jenis tanaman ditanam di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki berbagai fungsi, antara lain:

 Menciptakan lingkungan kampus yang sejuk, rapi, bersih dan indah sehingga

nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.

 Melestarikan ekosistem yang mantap serta keseimbangan hidro-orologis

lingkungan sekitarnya.

 Membangun laboratorium alam serta sarana penyedia bahan praktikum pada

beberapa mata kuliah seperti: anatomi tanaman, morfologi tanaman, ekologi, fisiologi tanaman dan lain-lain.

 Menyerap karbon dan penghasil oksigen.  Koleksi dan konservasi keanekaragaman hayati.

 Sebagai pelindung dari terpaan angin yang kencang serta menjadi peredam

(34)

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dan pengamatan dilakukan setiap pagi, siang, dan sore hari (pukul 08.00-12.00 WIB, 14.00-15.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB) pada bulan Agustus sampai September 2008 dengan interval waktu satu minggu. Pengambilan sampel bunga Ixora sp. dan L. camara dilakukan di sekitar Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) sedangkan bunga H. rosa-sinensis di sekitar

Student Center (SC). Pengawetan kupu-kupu dilakukan di Laboratorium Terpadu UIN, Jakarta dan identifikasi dilakukan di Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK), TMII, Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kupu-kupu, nektar bunga (Ixora sp., H. rosa-sinensis, L. camara), kapur barus (nafthalen), air suling dan alkohol 70%.

(35)

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Di lapangan

A. Koleksi Kupu-kupu

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei berdasarkan teknik random sampling yang dilakukan pada jenis tanaman tertentu. Tanaman yang digunakan untuk pengamatan adalah: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara. Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga kali, yaitu: pagi (08.00-12.00 WIB), siang (14.00-15.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB).

(36)

B. Pengukuran Panjang Probosis

Pengukuran panjang probosis harus dilakukan segera setelah kupu-kupu mati. Jika tidak, maka akan kesulitan untuk mengukurnya. Cara pengukuran panjang probosis yaitu merentang probosis yang tergulung sehingga dapat diukur panjangnya. Pengukuran dilakukan dari pangkal hingga ujung probosis menggunakan jangka sorong. Nilai yang diperoleh akan dihitung rata-ratanya. C. Pengukuran Bunga danKandungan Nektar

Diambil lima bunga pada masing-masing jenis untuk diukur panjang tabung mahkota, diameter bunga mekar dan diameter tabung mahkota dengan jangka sorong. Pengukuran ketiga parameter bunga ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari kemudian dirata-ratakan berdasarkan waktu pengamatan.

(37)

D. Pengukuran Faktor Lingkungan

Pada saat penangkapan, faktor lingkungan seperti: suhu (0C), kelembaban udara relatif (%), kecepatan angin (m/s) dan intensitas cahaya (Klx) juga diukur dengan termometer, higrometer, anemometer dan luxmeter. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan tiga kali yaitu: pagi, siang dan sore hari. Hasil yang diperoleh akan dirata-ratakan berdasarkan waktu pengamatan sehingga akan terlihat nilai rata-rata faktor lingkungan pada setiap tanaman selama satu bulan dan per waktu (pagi, siang, dan sore hari).

3.3.2 Pembuatan Awetan dan Identifikasi Kupu-kupu

(38)

3.4 Analisis Data

(39)

4.1HASIL

4.1.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatul- lah Jakarta

Frekuensi kupu-kupu mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ketiga famili kupu-kupu yang terkoleksi paling banyak mengunjungi bunga L. camara yaitu: Nymphalidae

(6,59%), Papilionidae (19,78%) dan Pieridae (24,18% ) (Gambar 3).

(40)

4.1.2 Panjang Probosis Kupu-kupu

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga L. camara paling sering di- kunjungi kupu-kupu baik pagi (lima jenis), siang (enam jenis) ataupun sore hari (dua hari). Data kunjungan kupu-kupu pada setiap bunga per waktu pengamatan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(41)

Tabel 3. Rata-rata (mm) panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

No Taksa Rata-rata panjang probosis (mm)

Nymphalidae

1 H. bolina 13,44 ± 0,09 Papilionidae

2 G. agamemnon 14,90 ± 2,67

3 G. doson 15,96 ± 0,15

4 G. sarpedon 16,05 ± 0,30

5 P. memnon 28,83 ± 0,04 Pieridae

6 A. olferna 9,13 ± 0,69

7 D. hyparete 12,85 ± 0,51

8 E. hecabe 8,98 ± 0,36

9 L. nina 8,99 ± 0,46

4.1.3 Morfologi Bunga

(42)

H. rosa-sinensis memiliki diameter bunga mekar (DBM= 88,86 mm) dan diameter tabung mahkota terlebar (DTM= 5,66 mm) serta memiliki panjang tabung mahkota terpanjang (PTM= 35,18 mm). Diameter bunga mekar, diameter tabung mahkota dan panjang tabung mahkota untuk setiap jenis bunga dapat dilihat pada Gambar 4.

4.1.4 Kandungan Nektar

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan nektar per waktu pengamatan (pagi, siang dan sore hari) menunjukkan bahwa kandungan nektar tertinggi pada pagi (18,25%) dan siang hari (21,25%) terjadi pada bunga L. camara sedangkan kandungan nektar tertinggi pada sore hari (20,50%) terjadi pada bunga H. rosa-sinensis. Data kandungan nektar pada setiap jenis per waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.

(43)

Hasil pengukuran nektar selama sebulan menunjukkan bahwa bunga

L. camara memiliki kandungan nektar tertinggi dengan rata 19%. Nilai rata-rata kandungan nektar setiap bunga per bulan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per bulan

4.1.5 Faktor Lingkungan

(44)

Berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban udara relatif dan intensitas cahaya pada pagi hari menunjukkan bahwa suhu dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis (29,80C dan 135,0 Klx). Untuk kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga L. camara yaitu 81,5%. Data hasil pengukuran suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya pada pagi hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga disajikan pada Gambar 7.

Gambar 8. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensi-tas cahaya) pada siang hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga

Hasil pengukuran suhu dan intensitas cahaya pada siang hari mengalami peningkatan dari pagi hari. Suhu tertinggi pada siang hari terjadi di sekitar bunga

L. camara (33,20C), kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu 67,1% dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga Ixora

(45)

intensitas cahaya pada siang hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga disajikan pada Gambar 8.

Gambar 9. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada sore hari selama satu bulan di

seki-tar ketiga jenis bunga

Pada Gambar 9 terlihat hasil pengukuran suhu, kelembaban udara relatif dan intensitas cahaya pada sore hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga. Nilai suhu tertinggi terjadi di sekitar bunga Ixora sp. (32,40C), kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis (65,5%) dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga L. camara (148,3 Klx).

(46)

kecepatan angin di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga per waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Nilai rata-rata kecepatan angin pada pagi, siang dan sore hari di seki- tar ketiga jenis bunga

(47)

Gambar 11. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara dan intensitas cahaya) selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga

4.2Pembahasan

4.2.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatul- lah Jakarta

4.2.1.1 Preferensi Pakan Pada Bunga Ixora sp.

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 3 famili kupu-kupu yang mengunjungi tanaman berbunga seperti: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. ca-mara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu: Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa bunga Ixora sp. dikunjungi famili Papilionidae (7,69%) dan Pieridae (13,19%); bunga H. rosa-sinensis dikunjungi Nymphalidae (3,29%), Papilionidae (10,99%) dan Pieridae

(48)

Papilionidae (19,78%) dan Pieridae (24,18% ) (Gambar 3). Dari data tersebut terlihat bahwa famili Pieridae lebih sering mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga dibandingkan Nymphalidae dan Papilionidae.

Bunga Ixora sp. memiliki morfologi berbunga majemuk, berwarna merah, berbentuk tabung dan harum. Bunga ini dikunjungi lima jenis kupu-kupu dengan

panjang probosis antara 8,98-14,90 mm yaitu: G. agamemnon, A. olferna,

D. hyparete, E. hecabe dan L. nina (Tabel 2 dan 3). Kupu-kupu G. agamemnon

dan H. bolina juga terlihat mengunjungi bunga Ixora sp. di sekitar kampus UI Depok (Handayani, 2000). Ukuran bunga ini lebih besar dibandingkan bunga

L. camara. Bunga Ixora sp. memiliki diameter bunga mekar (32,09 mm), panjang tabung mahkota (33,09 mm) dan diameter tabung mahkota (1,17 mm) (Gambar 4). Bunga dengan ukuran tersebut, memudahkan kupu-kupu untuk mengambil nektar yang terletak dekat bakal buah (Fahn, 1991).

(49)

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara panjang probosis dengan preferensi pakan (DBM, PTM dan DTM) menunjukkan hubungan antara keduanya tidak signifikan dengan signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05% dan pengaruh panjang probosis sebesar 63,8%. Hal ini terlihat dari beberapa jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga ini dengan ukuran panjang probosis yang berbeda yang menandakan bahwa bunga ini dapat dikunjungi kupu-kupu tanpa dipengaruhi panjang probosis melainkan faktor lain seperti: warna bunga, kandungan nektar dan faktor lingkungan.

Pada pagi hari bunga Ixora sp. dikunjungi empat jenis kupu-kupu yaitu:

G. agamemnon, A. olferna, D. hyparete dan E. hecabe (Tabel 2). Bunga Ixora sp. sedikit dikunjungi kupu-kupu karena kandungan nektar pada pagi hari paling rendah dibandingkan bunga H. rosa-sinensis dan L. camara yaitu 11,25%. Kupu-kupu D. hyparete dan E. hecabe terlihat hanya pada pagi hari saja mencari pakan pada bunga ini karena kedua jenis kupu-kupu ini lebih menyukai kandungan nektar bunga ini pada pagi hari yang tidak terlalu manis dan kondisi lingkungan di sekitar bunga ini. Faktor suhu, intensitas cahaya dan kecepatan angin rata-rata di sekitar bunga Ixora sp. lebih rendah dibandingkan di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu: 29,00C; 91,0 Klx dan 0,34 m/s sedangkan kelembaban udara rata-rata lebih tinggi dibandingkan di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu: 79,4% (Gambar 5, 7 dan 10).

(50)

yaitu: G. agamemnon, A. olferna dan L. nina. Salah satu yang menarik perhatian kupu-kupu sehingga masih mengunjungi bunga ini adalah kandungan nektarnya. Kupu-kupu L. nina terlihat mengunjungi bunga ini hanya pada siang hari karena lebih menyukai nektar yang manis dengan kandungan 16,25% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga Ixora spp. dengan suhu (32,80C), kecepatan angin (1,9 m/s), kelembaban udara (59,5%) dan intensitas cahaya (288,5 Klx) (Gambar 5, 8 dan 10). Dengan kecepatan angin dan intensitas cahaya seperti itu, menyebabkan kupu-kupu yang mencari pakan disekitar bunga Ixora sp. lebih sedikit karena kupu-kupu menghindari dehidrasi dan kupu-kupu akan kesulitan untuk menahan kencangnya angin.

Aktivitas pencarian pakan pada sore hari mengalami penurunan dibandingkan pagi dan siang hari bahkan pada bunga Ixora sp. tidak terlihat kupu-kupu yang mengunjunginya meskipun kandungan nektar pada bunga ini lebih tinggi dibandingkan pagi dan siang hari yaitu 19% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga tersebut masih dapat mendukung aktivitas kupu-kupu yaitu rata-rata suhu 32,40C; kecepatan angin 1,06 m/s; kelembaban udara 61,6% dan intensitas cahaya 120,5 Klx (Tabel 2 dan Gambar 5, 9 dan 10). Hal ini mungkin disebabkan kebutuhan pakannya sudah terpenuhi.

4.2.1.2 Preferensi Pakan Pada Bunga H. rosa-sinensis

Ukuran bunga H. rosa-sinensis paling besar dibandingkan Ixora sp. dan

(51)

mahkota yang lebih panjang yaitu 35,18 mm (Gambar 4). Dengan ukuran bunga yang besar akan menyeleksi kupu-kupu yang mengunjunginya. Kupu-kupu dengan panjang probosis kurang dari 9,00 mm seperti: E. hecabe dan L. nina

terlihat tidak mengunjungi bunga ini karena probosisnya tidak dapat menjangkau nektar yang terletak pada petal (Fahn, 1991) (Tabel 2 dan 3).

Kandungan nektar bunga H. rosa-sinensis lebih besar dibandingkan bunga

Ixora sp. yaitu 18,67% (Gambar 6). Akan tetapi, kupu-kupu yang mengunjunginya hanya lima jenis dengan panjang probosis antara 9,13-28,83 mm yaitu: H. bolina,P. memnon, G. agamemnon,A. olferna dan D. hyparete (Tabel 2 dan 3). Bunga H. rosa-sinensis lebih banyak dikunjungi A. olferna (12 individu) dan sedikit dikunjungi D. hyparete (Satu individu) (Lampiran 5). Sedikitnya kunjungan kupu-kupu ke bunga ini karena faktor lingkungan. Suhu dan kelembaban udara di sekitar bunga ini lebih tinggi dibandingkan bunga L. camara

yaitu: 31,400C dan 70,56% sedangkan kecepatan angin dan intensitas cahaya lebih rendah dibandingkan bunga Ixora sp. yaitu: 1,11 m/s dan 135,91 Klx (Gambar 11). Dengan kondisi lingkungan yang seperti itu, menyebabkan kupu-kupu yang berkunjung menjadi sedikit karena kupu-kupu kesulitan menahan kencangya tiupan angin dan menghindari dehidrasi akibat panas.

(52)

fakta di lapangan bahwa kupu-kupu dengan panjang probosis yang kurang dari 9,00 mm tidak dapat mengambil nektar dari bunga ini.

Pada pengamatan pagi hari bunga H. rosa-sinensis dikunjungi oleh empat jenis kupu-kupu yaitu: G. agamemnon, P. memnon, A. olferna dan D. hyparete

(Tabel 2). Kupu-kupu P. memnon terlihat hanya pada pagi hari mengunjungi bunga H. rosa-sinensis dan selama pengamatan hanya bunga tersebut yang dikunjungi P. memnon karena kupu-kupu tersebut lebih menyukai kandungan nektar bunga H. rosa-sinensis yang tidak terlalu manis dengan kandungan nektar 15,25% (Gambar 5). Faktor lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis

mempengaruhi kunjungan kupu-kupu karena keadaan di sekitar bunga ini pada pagi hari terasa lebih panas dibandingkan dua tempat bunga lainnya. Faktor suhu, intensitas cahaya dan kecepatan angin rata-rata lebih tinggi dari pada bunga Ixora

sp. dan L. camara yaitu: 29,80C; 135 Klx dan 0,39 m/s sedangkan kelembaban udara rata-rata lebih rendah dibandingkan dua tempat bunga lainnya yaitu: 79,1% (Gambar 7 dan 10).

(53)

angin (1,17 m/s), kelembaban udara (67,1%) dan intensitas cahaya (190,5 Klx) (Gambar 5, 8 dan 10).

Bunga H. rosa-sinensis hanya dikunjungi G. agamemnon pada sore hari meskipun nilai rata-rata kandungan nektar bunga ini paling tinggi yaitu 20,5% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis dengan suhu (32,00C), kecepatan angin (1,6 m/s), kelembaban udara (65,5%) dan intensitas cahaya (82,3 Klx) (Gambar 5, 9 dan 10). Angin yang bertiup kencang di sekitar bunga ini menyebabkan kupu yang berkunjung sedikit karena tidak semua jenis kupu-kupu dapat menahan kencangnya tiupan angin seperti itu. Selain itu, berkurangnya kupu-kupu mencari pakan dapat disebabkan banyak kupu-kupu yang telah memenuhi kebutuhan pakannya.

4.2.1.3 Preferensi Pakan Pada Bunga L. camara

(54)

harum dan memiliki tabung mahkota yang panjang dan sempit (Tjitrosoepomo,

L. camara dengan ukuran tabung mahkota tersebut memudahkan semua jenis kupu-kupu dapat menjangkau letak nektar yang berada pada dasar bunga. Selain itu, kandungan nektar bunga inilah yang menjadi pemikat utama kupu-kupu mengunjunginya sebab kandungan nektar bunga ini lebih tinggi dibandingkan dua bunga lainnya yaitu 19% (Gambar 6). Menurut Permana (2004), kupu-kupu menyukai bunga yang memiliki kelenjar nektar besar seperti: Lantana, Mimosa, Musaenda dan bunga dari famili Asteraceae.

(55)

tertutup oleh bayangan gedung FTIK sehingga keadaan di sekitar bunga ini akan lebih teduh dibandingkan bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis.

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi antara panjang probosis dengan preferensi pakan tidak signifikan karena 0,391 lebih besar dari 0,05% dan panjang probosis mempengaruhi preferensi pakan sebesar 0,14%. Hal ini bertentangan dengan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa tidak semua jenis kupu-kupu dapat mengambil nektar bunga L. camara contohnya kupu-kupu P. memnon terlihat tidak mengunjungi bunga ini.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa aktivitas pencarian pakan lebih banyak dilakukan pada pagi hari dibandingkan siang atau sore hari karena kupu-kupu beraktivitas pada siang hari sedangkan pada malam hari kupu-kupu tidak melakukan aktivitas mencari pakan akibatnya kupu-kupu merasa lapar dan ketika pagi tiba, kupu-kupu akan mencari pakan. Selain itu, produksi nektar dimulai pada pagi hari sehingga ada kesesuaian antara produksi nektar dengan pencarian pakan. Pencarian pakan pada pagi hari lebih banyak terjadi pada bunga L. camara

dibandingkan bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis.

Berdasarkan pengamatan terdapat tujuh jenis kupu-kupu yang

mengunjungi bunga L. camara pada pagi hari yaitu: G. agamemnon, G. doson, G. sarpedon, A. olferna, D. hyparete, E. hecabe dan L. nina. Hal ini

(56)

Klx) di sekitar bunga L. camara lebih rendah dibandingkan di sekitar bunga Ixora

sp. dan H. rosa-sinensis sedangkan kecepatan angin rata-rata di sekitar bunga ini lebih tinggi dari pada di sekitar bunga Ixora sp. yaitu: 0,37 m/s serta kelembaban udara rata-rata lebih tinggi dibandingkan di sekitar bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis yaitu 81,5% (Gambar 5, 7 dan 10). Kupu-kupu memilih bunga dengan kandungan nektar antara 20-40% (Anonimus, 2004).

Aktivitas pencarian pakan pada bunga L. camara terlihat tidak mengalami penurunan pada siang hari. Kupu-kupu H. bolina terlihat mengunjungi bunga ini pada siang dan sore hari sedangkan pada pagi hari tidak terlihat mengunjungi bunga ini maupun kedua bunga lainnya karena kupu-kupu ini lebih menyukai kondisi lingkungan pada siang hari dan kandungan nektar yang lebih tinggi (Tabel 2). Kandungan nektar pada bunga L. camara mengalami peningkatan dibandingkan pada pagi hari hari yaitu 21,25% (Gambar 5). Kondisi lingkungan di sekitar bunga L. camara dengan rata-rata suhu (33,20C), kecepatan angin (1,18 m/s), kelembaban udara (61,5%) dan intensitas cahaya (208,2 Klx) (Gambar 8 dan 10).

Produksi nektar bunga L. camara pada sore hari lebih rendah dari siang hari yaitu 17,5% sedangkan kondisi lingkungan di sekitar bunga L. camara rata-rata suhu (32,30C), kecepatan angin (0,58 m/s), kelembaban udara (64,3%) dan intensitas cahaya (148,3 Klx) (Gambar 5, 9 dan 10). Dengan kondisi tersebut menyebabkan kupu-kupu yang mengunjungi bunga ini sedikit. Hanya dua jenis kupu-kupu yang terlihat masih mengunjungi bunga ini yaitu: H. bolina dan

(57)

Selama pengamatan terlihat bahwa kupu-kupu G. agamemnon, A. olferna

dan D. hyparete mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena ketiga jenis kupu-kupu tersebut menyukai nektar yang dimiliki ketiga jenis bunga tersebut dan ketiganya memiliki ukuran panjang probosis antara 9,13-14,90 mm sehingga dapat menjangkau nektar yang tersembunyi pada ketiga jenis tanaman berbunga (Tabel 3). Morfologi ketiga bunga tersebut juga membantu ketiga kupu-kupu tersebut dalam mencari pakan seperti diameter bunga mekar (8,10-88,86 mm), panjang tabung mahkota (8,57-35,18 mm) dan diameter tabung mahkota (0,88-5,66 mm) sehingga memudahkan kupu-kupu menjangkau letak nektar (Gambar 4 dan Tabel 2). Selain itu, ketiga jenis kupu-kupu tersebut mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dan kandungan nektar yang berbeda pula.

Kupu-kupu E. hecabe dan L. nina terlihat hanya mengunjungi bunga Ixora

sp. dan L. camara (Tabel 2). Dari data tersebut terlihat adanya penyesuaian antara panjang probosis dengan letaknya nektar. Kupu-kupu E. hecabe (8,98mm) dan

L. nina (8,99 mm) memiliki ukuran probosis lebih pendek dibandingkan jenis kupu-kupu lainnya yang dikoleksi akan cenderung lebih memilih bunga dengan panjang tabung mahkota yang berukuran pendek seperti yang dimiliki bunga

Ixora sp. (33,09 mm) dan L. camara (8,57 mm). Selain itu, E. hecabe dan

(58)

Pada Tabel 2 terlihat bahwa H. bolina tidak mengunjungi bunga Ixora sp.

H. bolina memiliki ukuran probosis dengan panjang rata-rata 13,47 mm akan memilih bunga dengan panjang tabung mahkota seperti bunga H. rosa-sinensis

(35,18 mm) dan L. camara (8,57 mm) (Tabel 3 dan Gambar 4). Kupu-kupu ini juga cenderung menyukai nektar dengan kandungan antara 16,25-18,75% dan

lebih menyukai kondisi lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis dan

L. camara.

Ada beberapa kupu-kupu yang bersifat spesifik, artinya hanya mengunjungi satu jenis tanaman berbunga seperti: kupu-kupu P. memnon terlihat

hanya mengunjungi bunga H. rosa-sinensis sedangkan G. doson dan

G. sarpedon hanya mengunjungi bunga L. camara (Tabel 2). Fenomena ini menunjukkan adanya pemilihan antara kupu-kupu dengan karakteristik kandungan nektar yang dihasilkan jenis tanaman berbunga (Schooven dan van Loon, 1998

(59)

G. doson (15,96 mm) dan G. sarpedon (16,05 mm) akan memilih bunga dengan morfologi yang dapat dijangkau probosisnya dengan panjang tabung mahkota (8,57 mm) dan diameter tabung mahkota (0,88 mm) seperti bunga

L. camara (Tabel 3 dan Gambar 4). Selain itu, kedua jenis Graphium ini lebih menyukai nektar bunga L. camara dengan kandungan antara 15,25-18,75% dan lebih menyukai warna perpaduan antara kuning, putih dan ungu dibandingkan warna merah yang menyala serta menyukai kondisi lingkungan yang teduh.

4.2.2 Deskripsi Kupu-kupu

Berikut ini adalah deskripsi kupu-kupu yang mengunjungi tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

1.Nymphalidae

Kupu-kupu dari famili ini sangat bervariasi baik ukuran maupun warna. Pada umumnya, sayap berwarna coklat, oranye, kuning dan hitam. Kupu-kupu dari famili ini memiliki kaki depan yang tereduksi dan tidak digunakan dalam berjalan (Amir dkk., 2003). Pada penelitian hanya satu genus yang dikoleksi, yaitu: Hypolimnas (H. bolina).

a.Hypolimnas bolina

(60)

lebih terang dibanding permukaan atas sayap (Gambar 12). Kupu-kupu ini mengunjungi bunga L. camara dan H. rosa-sinensis.

(a) (b)

Gambar 12. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) H. bolina betina (Bariyah, 2009)

2. Papilionidae

Famili ini merupakan salah satu famili dengan jenis yang memiliki tanda-tanda sayap biasanya berwarna hitam yang dihiasi oleh warna-warna indah seperti: merah, hijau, biru dan kuning. Oleh sebab itu famili ini sering diperdagangkan dan dipelajari dalam entomologi (Smart, 1991). Sebagian besar jenis dari famili ini mempunyai vena keempat yang muncul menyerupai ekor pada sayap belakang sehingga disebut ”swallow tail”. Beberapa jenis anggotanya tergolong kupu-kupu yang dilindungi undang-undang (Salmah dkk., 2002). a.Graphium agamemnon

Jenis kupu-kupu ini memiliki bercak berwarna hijau apel. Bercak hijau apel pada permukaan atas dan bawah sayap sama jumlahnya tetapi pada permukaan bawah sayap bintik hijaunya tidak terlalu tampak. Kupu-kupu betina memiliki “swallow tail” yang lebih panjang dibandingkan jantan, ciri-ciri ini

(61)

lain dan terbang dengan cepat sehingga menyulitkan dalam pengkoleksian. Kupu-kupu yang dikoleksi adalah jantan dan dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora

sp., L. camara dan H. rosa-sinensis.

(a) (b)

Gambar 13. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. agamemnon jantan (Bariyah, 2009)

b. G. doson

Sayap berwarna hitam dengan bercak hijau kekuningan. Pada bagian dalam sayap belakang terdapat bintik merah kecoklatan. Sayap depan mempunyai bercak-bercak yang lebih besar dan berwarna lebih pucat (Gambar 14). Kupu-kupu ini seperti ditemukan oleh Salmah dkk., 2002. Perbedaan jantan dan betina dapat diketahui dari alat kelamin serta ukuran kupu-kupu betina lebih besar dari pada jantan. Kupu-kupu ini terlihat mengunjungi bunga L. camara.

(a) (b)

(62)

c. G. sarpedon

Secara umum, kupu-kupu jantan dan betina tidak berbeda. Jenis kupu-kupu ini memiliki permukaan atas sayap berwarna coklat tua sampai hitam dengan warna hijau kebiruan pada sayap depan dan belakang. Permukaan bawah sayap berwarna coklat terang dengan warna hijau kebiruan seperti permukaan sayap atas (Gambar 15). Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga L. camara.

(a) (b)

Gambar 15. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. sarpedon jantan (Bariyah, 2009)

d. Papilio memnon

(a) (b)

Gambar 16. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) P. memnon jantan (Bariyah, 2009)

(63)

morfologi) sehingga ditemukan beberapa tipe (Salmah dkk., 2002). Kupu-kupu jantan memiliki permukaan sayap atas dan bawah berwarna hitam tetapi pada bagian bawah sayap terdapat warna merah pada bagian pangkal sayap depan. Pada pinggiran sayap terdapat sisik-sisik halus berbentuk garis berwarna kebiruan yang tersebar di permukaan atas sayap sedangkan pada permukaan bawah sayap terdapat sisik-sisik halus yang berbentuk garis berwarna abu-abu (Gambar 16). Venasi sayap berwarna hitam, pada pangkal sayap berwarna merah, putih dan hitam. Di dalam penelitian, ditemukan jenis kupu-kupu jantan mengunjungi bunga

H. rosa-sinensis.

3. Pieridae

Biasanya disebut kupu-kupu oranye atau putih karena umumnya berwarna kuning dan putih tetapi ada juga dengan warna yang bervariasi seperti: oranye, hitam/merah (Smart, 1991). Famili ini sering ditemukan pada tumbuhan rumput dan semak seperti Mimosa pudica. Selain mencari pakan atau hanya sekedar terbang, tumbuhan semak juga menjadi inang dari larva famili ini. Pada saat matahari terik kupu-kupu akan bernaung di bawah daun-daun semak untuk melindungi diri dari dehidrasi.

a. Appias olferna

(64)

Gambar 17. Kupu A. olferna jantan (Bariyah, 2009) b. Eurema hecabe

Sayap depan dan belakang bagian atasnya berwarna kuning. Permukaan atas sayap, pada ujung sayap depan dan sayap belakang bagian tepinya berwarna hitam sedangkan pada permukaan bawah sayap terdapat sedikit bintik-bintik hitam yang tidak jelas. Sayap bagian bawah juga berwarna kuning. Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora sp.dan L. camara (Gambar 18).

Gambar 18. Kupu E. hecabe jantan (Bariyah, 2009) c. Delias hyparete

(65)

(a) (b)

Gambar 19. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) D. hyparete jantan (Bariyah, 2009)

d. Leptosia nina

Permukaan sayap atas dan bawah berwarna putih dengan bercak bulat pada bagian atas dan bawah sayap depan. Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora sp. dan L. camara (Gambar 20).

(a) (b)

(66)

5.1Kesimpulan

1. Terdapat keanekaragaman kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp.,

H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Bunga Ixora sp. dikunjungi A. olferna, D. hyparete, L. nina dan

E. hecabe dan G. agamemnon; bunga H. rosa-sinensis dikunjungi oleh

A. olferna, D. hyparete, P. memnon, G. agamemnon dan H. bolina sedangkan

bunga L. camara dikunjungi oleh jenis kupu-kupu, yaitu: A. olferna, D. hyparete, L. nina, E. hecabe, G. agamemnon, G. doson, G. sarpedon dan

H. bolina.

(67)

5.2Saran

(68)

kupu2.html. Diakses tanggal 13 April 2010.

Achmad, A. 2007. Penangkaran Kupu-kupu. http://labkonbiodend.blogspot. com/2007/11/kupu-kupu2.html. Diakses tanggal 20 Mei 2008.

Almaidah, S.R. 2005. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Desa Citalahab dan Hutan dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Skripsi

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Islam As-Syafi’iyah.

Amir, M., W.A. Noerdjito dan S. Kahono. 2003. Kupu (Lepidoptera): Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Biodiversity Conservation project in Indonesia. JICA.

Anonimus. 2004. Penyerbukan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/Zi6f3Xpp/II kualitas dan prod- penyerbukan1.doc. Diakses tanggal 03 Januari 2010.

Anonimus. 2008. Profil Universitas Islam Negeri Jakarta. Edisi kelima. UIN Press. Jakarta.

Bima. 2007. Penangkaran Kupu-kupu di Kepulauan Seribu. http://www. pulauseribu.net. Diakses tanggal 28 Februari 2008.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono. UGM Press. Yogyakarta.

Cruden, R.W. dan H. Parker. 1979. Butterfly Pollination of Ceasalpinia pulcherrima, with Observations on A Psychophilous Syndrome. Journal of Ecology, p.155-168.

Cutter, E.G. 1978. Plant Anatomy. Second Edition. Edward Arnold Ltd. New York.

D’Abrera, B. 1984. Butterflies on the Oriental Region Part II: Nymphalidae, Satyridae and Amanthusiidae. Hill house. Melbourne.

Darjanto dan S. Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silangan Buatan. Gramedia. Jakarta.

(69)

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta. Feltwell, J. 1986. The Natural History of Butterflies. Croom Helm, Ltd. London. Fitriana, N. 2008. Serangga Penyerbuk Pada Bunga Berbunga di Kawasan

Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Biologi Lingkungan, vol.2, No.1, p.46-52.

Hamidun, M.S. 2003. Penangkaran Kupu-kupu oleh Masyarakat di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. http://tumoutou.net/mari ni_susanti.htm. Diakses tanggal 28 Februari 2008.

Handayani, N.W. 2000. Preferensi Kupu-kupu Terhadap Beberapa Jenis Bunga di Kampus UI Depok. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Jurusan Biologi FMIPA ITB. Bandung.

Hidayat, R. dan A.M, Akyas. 2004. Menatahijaukan Kampus Suatu Konsep dan Pengalaman. Jurnal Ilmiah Biologi, vol.3,No.1,p.1-9.

Lamerkabel, J.S.A. 2004. Lebah Madu Hasil Hutan Ikutan dan Ternak Harapan.

http://www.freewebs.com/irwantoshut/madu.html. Diakses tanggal 17 Mei 2008.

Levetin, E. dan K. Mc Mahon. 1999. Plant dan Society. Second Edition. Mc Graw-Hill Inc. New York.

Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. Gramedia. Jakarta.

Mamahit, J.M.E. 2003. Mutualisme yang Indah antara Serangga dan Bunga.

http://tumoutou.net/702_07134/eva_mamahit.htm. Diakses tanggal 1 April 2008.

Morrel, R. 1960. Malaysian Nature Handbooks: Commmon Malayan Butterflies. Longman. Malaysia.

Noerdjito, W.A. dan P. Aswari. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa. Biologi LIPI. Cibinong.

(70)

Preston-Mafham, K. dan Preston-Mafham, R. 1988. Butterfly of The World. Facts on file, Inc. New York.

Price, P.W. 1989. Insect Ecology. Second Edition. A Wiley Interscience Publication. Canada.

Priyanti. 2008. Bunga Monokotil di Kampus I dan II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Biologi Lingkungan, vol.2, No.1, p.29-36.

Putra, R.E. 2006. Tipe Polinasi. http:// www.beritaiptek.com/images/penulis/ polinasi. Diakses tanggal 14 Maret 2008.

Richards, A.J. 1997. Plant Breeding System. Second Edition. Chapman and Hall. London.

Romoser, W.S. dan J.S. Stoffolano Jr. 1998. The Science of Entomology. Fourth Edition. MC Graw-Hill Book Companies, Inc. Boston.

Rusfidra. 2006a. Peranan Lebah Madu Sebagai Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi Bunga dan Pendapatan Petani. http://rusfidra.mul tiply.com/journal/item/41/Lebah_Polinator. Diakses tanggal 1 April 2008. Rusfidra. 2006b. Bunga Pakan Lebah Madu. http://www.bung-hatta.info/

content.php?article.141. Diakses tanggal 17 Mei 2008.

Rusfidra. 2008. Prospek Pengembangan Budidaya Perlebahan di Indonesia. http:// www.sumbarprov.go.id/detail_artikel.php?id. Diakses tanggal 02 Februari 2011.

Salmah, S., I. Abbas dan Dahelmi. 2002. Kupu-kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. Kehati. Padang.

Smart, P. 1991. The Illustrated Encyclopedia of the Butterfly World. Tiger Books International, PLC. London.

Soedrajat, A. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kupu-kupu.

http://www.pulauseribu.net. Diakses tanggal 13 April 2010.

Soekardi, H. 2004. Keanekaragaman Papilionidae di Hutan Gunung Betung, Lampung Sumatra: Penangkaran Serta Rekayasa Habitat Sebagai Dasar Konservasi. http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-s3-2004-herawa tiso-1121.Diak ses tanggal 17 Mei 2008.

(71)

Syafei, E.S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA ITB. Bandung.

Thompson, J.D. 2000. How do Visitation Patterns Vary Among Polinators in Relation to Floral Display and Floral Design in A Generalist Pollination System? Journal Oecologia, p. 386-394.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermathophyta). Cetakan ke-7. UGM Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Cetakan ke-14. UGM Press. Yogyakarta.

Tricahyadi, W. 2007. Letak Kelenjar Nektari pada Bunga Beberapa Spesies Tumbu han. http://madunektar.blogspot.com/2008/01/rasa-wangi-warna-kekentalan-ma du.html. Diakses tanggal 17 Mei 2008.

Van Steenis, C.G.G.J. 1992. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto. Pradnya Paramita. Jakarta.

(72)
(73)

c. Bunga L. camara Parameter

Waktu Suhu ( 0C)

Kecepatan angin (m/s)

Kelembaban Udara (%)

Intensitas Cahaya (Klx)

Pagi Minggu I 28 0,43 81,1 86

Minggu II 29 0,55 78,6 103

Minggu III 29 0,27 80,0 124

Minggu IV 28 0,23 86,4 58

Siang Minggu I 33 1,23 65,5 247

Minggu II 33 1,97 63,9 197

Minggu III 34 0,42 51,4 173

Minggu IV 33 1,08 65,5 216

Sore Minggu I 33 0,68 63,0 212

Minggu II 31 0,62 68,0 63

Minggu III 34 0,23 56,4 218

(74)

Lampiran 2. Kandungan nektar (%) bunga Ixora sp. , H. rosa-sinensis dan L. camara

Bunga

Waktu Ixora spp. H. rosa-sinensis L. camara

Pagi Minggu I 3 20 22

Minggu II 8 13 18

Minggu III 11 13 18

Minggu IV 23 15 15

Siang Minggu I 19 23 19

Minggu II 16 28 20

Minggu III 13 20 23

Minggu IV 17 10 23

Sore Minggu I 15 20 15

Minggu II 17 22 18

Minggu III 24 21 18

(75)

Gambar

Tabel 1. Hubungan warna bunga terhadap polinator  .........................................
Gambar 20. Permukaan atas sayap (a) dan permukaan bawah sayap (b) L.nina
Gambar 1. Bentuk dan Bagian Tubuh Kupu-kupu (D’ Abrera, 1977 dalam Noerdjito dan Aswari, 2003)
Tabel 1. Hubungan Warna Bunga terhadap Polinator (Putra, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan yang berhasil tidak lepas dari kinerja yang dihasilkan atau yang diberikan oleh pustakawan. Salah satu bentuk kinerja yang dilakukan pustakawan adalah bentuk

Maka dari itu sehubungan dengan hal di atas mengenai tugas dalam memberikan jasa layanan serta memenuhi keinginan informasi yang di cari pemustaka, maka untuk

Hasil analisis tersebut tidak konsisten dengan Syafitri (2012) dan Liestiani (2008) yang menyatakan bahwa dana dana perimbangan, baik DAU, DAK, dan DBH memiliki

Penelitian yang dilakukan di rumah sakit ini sangat penting karena dapat berfungsi sebagai tolok ukur kepuasan pasien dilihat dari sisi operasional yaitu

Hal demikian sejalan dengan tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

berikut: a) tingginya angka kejadian penyakit Demam Berdarah, sehingga berdampak pada kualitas hidup sehat masyarakat desa Purwosari, b) tingginya angka perokok

Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa, pada rasio tulangan yang lebih kecil, terjadi nilai perpindahan ultimit yang lebih besar dan beban lateral lebih kecil jika

Dengan adanya permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk validasi batas administrasi desa di Kecamatan Lumajang dengan metode kartometrik menggunakan