• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) Dan April Jasmin Di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) Dan April Jasmin Di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Hilmi Awwaabi

Nim 109051000031

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Juli 2013

(5)

i

(SOLMED) dan April Jasmin di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012

Infotainment yang kita kenal sebagai program acara yang menyuguhkan berita dari kalangan selebriti. Dewasa ini ada penambahan objek pada pemberitaannya, selain selebriti kini tokoh masyarakat seperti ustadz sering pula muncul beritanya di infotainment dengan bingkai islami atau tidak. Pada pemberitaan ustadz di infotainment setidaknya memberikan warna tersendiri bagi khalayak. Namun sangat disayangkan pemberitaan seorang ustadz di infotainment ini, sering disamakan dengan artis populer lainnya. Selain itu ustadz yang sering muncul di infotainment merupakan ustadz yang mempunyai program televisi.

Setiap media mempunyai caranya masing-masing dalam menyajikan berita, maka dari pemaparan di atas tadi dapat diambil rumusan masalahnya adalah bagaimana infotainment Was-Was mengkontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin pada tanggal 23 Oktober 2012?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis framing sebagai teknik pengambilan datanya, dengan analisis framing kita akan mengetahui bagaimana suatu berita dipahami dan dikontruksi oleh wartawan, data yang diperoleh lalu diolah dengan menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki, karena peneliti akan melihat kontruksi berita pada teks berita yang muncul.

Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa kontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, dilihat dari lead beritanya infotainment Was-Was menggunakan lead why karena tema berita yang diambil merupakan tema keharmonisan keluarga kecil ustadz Solmed sehingga lead yang diambil merupakan latar informasi dari berita sebelumnya yang mana berita ustadz Solmed sebelumnya ditenggarai terkena musibah. Dalam bentuk kalimatnya infotainment Was-Was banyak menggunakan gaya bahasa metafora, walau demikian gaya bahasa yang dipakai tidak sukar untuk dipahami oleh khalayak.

Sebagai infotainment yang mempunyai hubungan baik dengan ustadz Solmed, infotainment Was-Was dalam pemberitaannya tanggal 23 Oktober 2012 segment ke-4 terdapat unsur gosip yang tertera dalam petikan kalimat pada lead-nya walau begitu tidak ada titik tekan pada kalimat yang berunsur gosip tersebut, karena penekanannya lebih kepada keharmonisan keluarga ustadz Solmed saat ini.

(6)

ii

Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak

terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

baginda Nabi besar Muhammad SAW. Amin.

Akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Hal ini tidak terwujud

sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril

maupun materi. Maka dengan itu peneliti kiranya ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pembantu Dekan Bidang Akademik Drs. Wahidin Saputra,

MA, Pembantu Dekan Bidang Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA,

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.Si yang

telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada

di kampus ini.

3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Hj. Umi Musyarofah,

MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di

(7)

iii

5. Dra. Armawati Arby, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbng peneliti dalam menyelesaikan proposal skripsi ini dengan

baik.

6. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan wawasan

ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti selama peneliti berada pada

masa kuliah.

7. Pengawas Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam

mencari berbagai literature yang menunjang untuk skripsi ini.

8. Pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang menunjang

untuk skripsi ini.

9. Keluarga tercinta, H. Komaludin dan Neneng Rohmatillah serta

kakak-adik tercinta yaitu Siti Risalti, Fadhilah Ulfah, Wilda, dan Misika Shofa.

Yang telah memberikan dukungan berupa materi serta do’a yang tulus dan

menjadi motivasi bagi peneliti.

10.Herri Hermawan, Mbak Ani, Mbak Mira dan segenap redaksi infotainment

(8)

iv

12.Sahabat-sahabat KPI A angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan

dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di

masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan terlupakan.

13.Tak lupa teman-teman di ponpes Daar el-Hikam, Hafis, Komar, Afwan,

Amir, Erwin, Ghozali dan yang lainnya, peneliti ucapkan terima kasih

karena telah membantu peneliti dalam mennghadapi kesulitan dalam

penelitian ini.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan,

semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Namun besar harapan peneliti bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya

bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Amin

(9)

v

E. Konseptualisasi Framing Model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki ... 33

(10)

vi

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(11)

vii

Tabel 5: Script Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin... 48

Tabel 6: Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh

(12)

viii

Gambar 4: April Jasmin Menyuapi Ustadz Solmed ... 59

Gambar 3: Ustadz Solmed Dan April Jasmin Bercanda ... 59

Gambar 6: April Jasmin Mencium Tangan Ustadz Solmed ... 60

(13)

ix

Lampiran 3: Script Berita ... 70

Lampiran 4: Alur Produksi Berita di Infotainment ... 72

Lampiran 3: Struktur PT. Creative Indigo Production ... 73

(14)

1

Dewasa ini dunia penyiaran berkembang sangat pesat ini dibuktikan

dengan semakin banyaknya stasiun televisi baru yang bermunculan sehingga

masyarakat harus pintar-pintar memilih suatu tayangan televisi, karena tak semua

tayangan yang ditayangkan di televisi bersifat mendidik.

Jika kita melihat tayangan televisi belakangan ini banyak

program/tayangan televisi yang mempunyai ratting yang tinggi, infotainment

misalnya, tayangan ini bisa kita jumpai dari pagi hari sampai sore, sehingga

dihampir semua stasiun televisi mempunyai tayangan infotainment baik itu

diproduksi oleh stasiun televisi maupun bekerja sama dengan pihak rumah

produksi.

Infotainment di pertelevisian Indonesia merupakan tayangan yang

memberikan suguhan informasi dari ranah hiburan berupa berita-berita dari dunia

para artis. Namun sangat disayangkan konten dalam infotainment ini dianggap

sebagian kalangan terlalu berlebihan, di mana dalam konten beritanya sering

memberitakan tentang kehidupan privasi para artis, seperti perceraian,

perselingkuhan, perselisihan dan lain-lain. Hampir semua sisi kehidupan dari

seorang publik figure, infotainment menjadikannya sebuah berita. Sementara pada

dasarnya infotainment identik dengan menghibur1.

1

(15)

Beberapa kalangan menilai bahwa berita di infotainment mempunyai

ratting yang paling tinggi di masyarakat dan dalam pemberitaannya yang paling

penting masyarakat senang terhadap apa yang disajikan oleh infotainment, di

dalam hal ini muncul spekulasi terhadap infotainment yang terkadang

menampilkan berita yang dibuat-buat bahkan tidak jarang ada kerjasama antara

artis dan wartawan untuk memunculkan berita sesuai pesanan2.

Infotainment terbukti digemari oleh masyarakat, walaupun dalam

peliputannya sering memasuki wilayah pribadi narasumber dan terkadang

mengabaikan kode etik jurnalistik3. Walaupun berita yang ditayangkan nyaris

tidak mendidik bagi khalayak, namun berita di infotainment tetap memiliki nilai

berita karena berita yang diangkat menyangkut kehidupan para orang terkenal

dengan keterkenalannya beritanya sering ditunggu-tunggu oleh khalayak4.

Akan tetapi dalam berita tertentu infotainment selalu menghadirkan

seorang ustadz yang biasanya memberikan solusi permasalahan, mengomentari

dari segi keislaman tentang berita yang diangkatnya ataupun memberitakan gaya

hidup dari sang ustadz tersebut. Dalam mengangkat berita seorang ustadz disadari

atau tidak telah memberikan warna tersendiri dalam pemberitaan di infotainment,

walaupun hanya sekedarnya dalam pemberitaan tersebut setidaknya ada sisi

positif yang bisa diambil, jika dalam pembingkain beritanya melihat dari sosok

ustadz-nya seperti gaya hidup seorang ustadz yang Islami atau dimintai komentar

dari pandangan Islam. Hampir di semua infotainment sekarang ini mulai ada

2 Musta’in, Dramatisasi Bisnis

Infotainment Antara Profesionalisme Dan Idealisme, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, V.5, no.2 (STAIN Purwokerto: Juli – Desember, 2011), h.269

3

Iswandi, Syahputra, Jurnalistik Infotainment “kancah baru jurnalistik dalam industi

televisi” (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), h.105

4

(16)

penambahan objek berita yang dulu objek beritanya hanya kepada artis dan

pekerja dunia hiburan saja tapi kini pemuka agama pun seperti ustadz

dijadikannya sebagai objek berita.

Di dalam infotainment seorang ustadz sering sekali jadi perbincangan baik

itu mengenai gaya hidup sampai ranah privasi seorang ustadz yang baik atau

pemberitaan yang buruk, hal ini disebabkan karena bingkai infotainment yang

lebih menonjolkan berita sensualitas saja tanpa melihat dampak yang terjadi pada

masyarakat.

Menurut Bungin setiap hari media massa berfokus kepada isu-isu penting

yang sifatnya sensualitas, maksudnya yang berhubungan dengan seks, syahwat,

dan hal-hal yang terkait dengannya5. Hal ini tentu agar menarik simpati pada

khalayak, karena jika berita tidak dimuat secara sensualitas maupun menyentuh

perasaan biasanya khalayak tidak akan memperhatikan berita tersebut.

Dalam kasus pemberitaan di infotainment ini khususnya berita seorang

ustadz, infotainment menjadikan beritanya sebagai berita yang hanya

memperlihatkan sensualitasnya saja, sehingga pendidikan bagi khalayak tidak ada.

Sebenarnya tidak semua berita infotainment itu tidak mendidik, bisa saja beritanya

mendidik tetapi tergantung redaksi infotainment itu sendiri membingkai suatu

berita. Misalnya berita yang ditayangkan tentang gaya hidup Islami seorang

ustadz yang mana berita akan menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat

bila dikemas tidak secara berlebihan.

5

(17)

Tapi dalam penampilannya infotainment cenderung menjadikan berita

sebagai komoditas pasar, artinya berita tidak lagi menjadi sebuah informasi

melainkan berita sudah berubah seperti barang dagangan6. Hampir semua media

massa sekarang ini tidak lagi memikirkan aspek penting dari berita tersebut,

apakah berita yang dibuat itu berdampak negatif atau positif terhadap masyarakat,

tapi yang terpenting dari berita sekarang bagaimana media massa membuat suatu

berita dengan semenarik mungkin agar khalayak tertarik.

Sehingga berita yang seharusnya menjadi sebuah informasi yang berguna

untuk masyarakat, dengan berubahnya berita menjadi sebuah produk yang

diperjual belikan, kini sebuah berita akan mengikuti selera pasar dan yang

menjadi tujuan bukan lagi memberikan pendidikan bagi masyarakat tapi hanya

mencari keuntungan materi belaka.

Ustadz Soleh Mahmud atau yang lebih dikenal ustadz Solmed merupakan

salah satu ustadz yang sering muncul di infotainment dari sekian banyak ustadz

yang sering muncul di acara-acara televisi, hanya ustadz Solmed yang selalu

diijadikan objek pemberitaan oleh beberapa infotainment, tak hanya menjadi

objek pemberitaan saja ia juga sering dimintai komentar-komentarnya terhadap

sejumlah pemberitaan di infotainment sehingga membuat nama ia semakin

popular di masyarakat.

Pada penulisan skripsi ini peneliti akan menganalisis framing tentang

berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April

Jasmin di infotainment Was-Was yang diproduksi oleh rumah produksi Creative

6

(18)

Indigo Production, infotainment ini tidak jauh berbeda dengan infotainment

lainnya namun pada saat-saat tertentu infotainment ini sering mengangkat berita

seorang ustadz terutama ustadz Soleh Mahmud (Solmed). Tayangan infotainment

Was-Was ini akan menyapa khalayak dari hari senin-kamis pada pukul 06.00

WIB di SCTV dengan durasi waktu satu jam, yang menjadikan infotainment ini

berbeda dengan infotainment lainnya tetapi tetap dalam satu rumah produksi yakni

dalam jenis infotainment Was-Was ini beritanya yang berpariasi atau news update

maksudnya berita yang diangkat merupakan berita yang terhangat dari kalangan

orang-orang terkenal dan tak hanya satu kasus para publik pigure, artis, maupun

orang ternama melainkan lebih dari satu kasus yang diangkat, contohnya saja

dalam satu episode infotainment ini bisa menampilkan 5 berita dari artis yang

berbeda dalam penayangannya. Dibandingkan dengan infotainment Silet, Intens

yang notabene masih satu rumah produksi, kedua infotainment ini dalam

pemberitaannya seperti investigasi maksudnya berita yang diangkat hanya satu

kasus tetapi diulas secara mendalam.

Sedangkan berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud

(Solmed) dan April Jasmin, muncul di segment ke-4 dan hanya berdurasi 3.48

menit, itu tandanya berita ini hanya setengah segment saja tayang di infotainment

Was-Was, tetapi sebelumnya ketika berita pengangkatan rahim April Jasmin

berita ustadz Solmed ini menjadi headline di infotainment Was-Was, bahkan

beritanya muncul setiap hari dalam satu minggu, tetapi selang beberapa minggu

dari berita pengangkatan rahim istri ustadz Solmed tersebut, infotainment

(19)

dimunculkan pada segment ke-4 dan itu pun hanya setengah segment, dengan

menggunakan gaya bahasa metafora dalam narasinya membuat berita ini

membawa makna kepada khalayak yang positif.

Dari pemaparan di atas peneliti tertarik meneliti pada pemberitaan

infotainment khusus pada berita keharmonisan pasangan ustadz Solmed dan April

Jasmin, yang menjadi fokus penelitian ini yaitu berfokus pada pengkontruksian

berita ustadz Solmed (Soleh Mahmud), karena ustadz Solmed belakangan ini

sering di beritakan oleh infotainment Was-Was.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

dengan menggunakan metode analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald

Kosicki untuk mengetahui kontruksi berita ustadz Solmed di infotainment

Was-Was.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi

dengan mengangkat sebuah judul skripsi: ”Analisis Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) Dan April Jasmin Di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan penelitian maka peneliti

membatasi penelitian ini, di dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti script

berita keharmonisan pasangan ustadz Solmed dan April Jasmin di infotainment

Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012. Adapun dalam metode penelitian ini

(20)

mengetahui pengkontruksian dan pembingkaian infotainment Was-Was terhadap

berita keharmonisan ustadz Solmed dan April Jasmin tanggal 23 Oktober 2012.

2. Rumusan Masalah.

Dari uraian di atas tadi maka peneliti dapat menentukan rumusan masalah

dalam penelitian ini, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

Bagaimana infotainment Was-Was mengkontruksi berita keharmonisan

rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin tanggal 23

Oktober 2012?

C. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

dapat dirumuskan untuk mengetahui kontruksi berita keharmonisan rumah tangga

ustadz Solmed di infotainment Was-Was.

D. Kegunaan Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka kegunaan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kegunaan akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada pengembangan ilmu komunikasi serta keilmuan mahasiswa

khusunya dalam kajian media massa.

Kegunaan Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada peneliti di masa yang akan datang, dan kepada tayangan infotainment

Was-Was dalam mengkontruksi dan menentukan suatu berita seorang ustadz.

(21)

mengandung informasi yang bermanfaat bagi masyarakat ataupun mengandung

nilai dakwah.

E. Tinjauan Pustaka

Di dalam penulisan skripsi ini peneliti meninjau penilitian yang terdahulu,

ada beberapa persamaan dan perbedaan diantara penulisan skripsi ini dengan

skripsi yang dulu diantaranya :

Skripsi yang pertama ditulis oleh Mimi Fahmiyah yang menulis tentang

pemberitaan buku Membongkar Cikeas, dalam skripsinya menyimpulkan bahwa

setiap pemberitaan pada harian Jurnal Nasioanal terjadi keberpihakan kepada

salah satu pihak, ada salah satu narasumber yang mendapat porsi lebih banyak bila

dibandingkan dengan narasumber lainnya7. Persamaan dari skripsi ini terdapat

pada penggunaan analisis data yang di mana sama-sama menggunakan analisis

framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki. Sedangkan perbedaannya

terletak pada objek dan subjek penelitian yang mana skripsi yang ditulis oleh

Mimi mengambil objek pada berita politik.

Skripsi yang kedua yaitu ditulis oleh Cahya Mulyaningrum yang meneliti

tentang pemberitaan pemain naturalisasi tim nasional Indonesia di Tabloaid Bola,

penemuan peneliti menyatakan bahwa Tabloid Bola banyak menggunakan unsur

what dan who untuk menggiring pembaca agar mengetahui apa yang terjadi dalam

proses naturalisasi dan juga menggiring pembaca agar mengetahui siapa saja yang

7

Mimi, Fahmiyah, Kontruksi Pemberitaan Buku Membongkar Cikeas Karya George Junus Aditjondro “ Analisis Framing Pada Harian Jurnal Nasional” (Skripsi S1 Fak. Ilmu Dakwah

(22)

akan dinaturalisasi serta siapa saja yang terlibat di dalamnya8. Persamaan dari

skripsi ini yaitu terdapat pada penggunaan analisis data yang di mana sama-sama

menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki.

Sedangkan perbedaannya terdapat pada unsur struktur framing yang di mana

saudara Cahya hanya menggunakan satu struktur framing dari model Zongdan

Pan dan Gerald Kosicki yaitu skrip.

Skripsi yang ketiga yaitu ditulis oleh Nurul Farida yang meneliti tentang

kepentingan politik di media, saudari Nurul menyimpulkan bahwa media massa di

jadikan alat kepentingan politik, karena media massa dinilai penting yang dapat

mengantarkan informasi serta mengajak seseorang untuk mengikuti apa yang ada

di media9. Persamaan dari skripsi ini yaitu terdapat pada penggunaan metode

penelitian yakni sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Perbedaanya yakni skripsi yang ditulis oleh saudari Nurul menggunakan model

framing dari Gamson dan Modigliani.

8

Cahya, Mulyaningrum, Analisis Framing Pemberitaan Pemain Tim Nasional Indonesia Pada Rubrik Ole Nasional Tabloid Bola. (Skripsi S1 Fak. Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Uin Jakarta, 2011)

9 Nurul, Farida, Pers Dan Kepentingan Politik ”Analisi

(23)

Tabel 1

Daftar Skripsi Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Skripsi Penelitian Jenis Penelitian Metode Model Framing

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana berita kehamonisan rumah tangga ustadz Solmed dan April Jasmin itu

dikemas, dibentuk, dan dikontruksi oleh infotainment Was-Was sehingga berita

ustadz yang diangkat mempunyai nilai dakwah.

Untuk mengetahui bingkai berita ustadz Solmed yang dikemas, dibentuk,

dan dikontruksi oleh infotainment Was-Was maka peneliti menggunakan analisis

framing model Zongdan Pan dan Gerald Kocisky yang menyebutkan bahwa ada 4

struktur untuk mengetahui pembingkaian suatu pemberitaan, yaitu sintaksis,

(24)

pengamatan, ataupun kutipan atas peristiwa sehingga menjadi sebuah berita, yang

bisa di lihat dari lead, headline, latar informasi, dan sumber berita. Skrip, yaitu

melihat bagaimana cara wartawan menyusun strategi atau bertutur dalam

pengemasan suatu peristiwa, tematik, yaitu hubungan cara wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam sebuah kalimat, ataupun

hubungan antar kalimat yang membentuk kalimat secara keseluruhan, retoris, cara

bagaimana wartawan memakai pemilihan kata, grafik, ataupun gambar yang

digunakan untuk memberikan sebuah penekanan dan bertujuan pada arti

tertentu10.

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian jenis

kualitatif dalam pemahamannya menekankan pada realitas alamiah yang

dikontruksi berdasarkan kesepakatan bersama, sedangkan peneliti dan yang diteliti

mempengaruhi hasil dari kontruksi11.

Menurut Dedi Mulyana bahwa jenis penelitian kualitatif adalah salah satu

jenis penelitian yang banyak menggunakan metode, serta sifatnya yang

menggunakan penafsiran dari peneliti. Dalam menelaah penelitiannya peneliti

sering menggunakan triangulasi, hal ini ditujukan agar peneliti mendapatkan

pemahaman yang mendalam12. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian

dengan menggunakan penafsiran dari seorang peneliti, peneliti dituntut agar bisa

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cetakan ke-6 h.175-176

11

Deddy Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.4

12

(25)

menganalisis apa yang ia lihat ketika meneliti dan apa yang dikatakan oleh orang

yang diteliti, untuk pencarian datanya, Dedi Mulyana menyebutkan bahwa peneliti

menggunakan triangulasi, triangulasi di sini bahwa peneliti menggunakan teknik

pengumpulan datanya dengan melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Sedangkan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis

framing, metode ini merupakan metode terbaru dari pendekatan analisis wacana,

analisis framing dipakai untuk menyeleksi suatu isu sehingga isu tersebut lebih

bermakana, menarik, dalam perspektifnya, dari perspektif tersebut dapat terlihat

fakta yang diambil, bagian yang ditonjolkan, dihilangkan, serta ke arah mana

berita ini akan dibawa13.

2. Paradigma Penelitian

Karena di dalam penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai

metode penelitiannya, maka analisis framing dalam pemberitaan menekankan

pada bingkai berita yang dikontruksi oleh wartawan, paradigmanya tidak lepas

dari paradigma kontruktivisme.

Paradigma kontruktivisme diartikan di mana individu menafsirkan suatu

realitas yang dilihatnya karena ada hubungan sosial antara individu tersebut

dengan individu lainnya ataupun dengan lingkungannya, kemudian individu

tersebut menafsirkan realitas, individu tersebut membangun realitas sosial

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ia alami sebelumnya14.

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media. h.162

14

(26)

Kontruktivisme dapat diartikan secara sederhanya yaitu proses di mana

individu menciptakan, mengkontruksi, menafsirkan suatu realitas berdasarkan atas

pengalaman yang ia alami, akan tetapi tetap pada kebenaran realitas yang

sesungguhnya.

3. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah infotainment Was-Was, karena infotainment

Was-Was merupakan infotainment yang paling awal tayang dari infotainment

lainnya yaitu pada pukul 06.00 WIB di stasiun SCTV serta infotainment ini sering

memberitakan seorang ustadz terlihat pada ulang tahun infotainment Was-Was

yang ke 9 secara khusus ustadz Solmed memberikan kado spesial yang diberikan

langsung olehnya dengan mendatangi studio, sedangkan objek penelitian ini

adalah berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan

April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, peneliti

mengambil berita ustadz Solmed ini karena diantara ustadz yang sering muncul di

layar kaca hanya ustadz Solmed yang sering diangkat beritanya, dan berita pada

tanggal 23 Oktober 2012 peneliti memilih berita pada tanggal tersebut, karena

tepat pada momen di mana istri ustadz Solmed pasca menerima musibah,

sehingga berita yang muncul mengisahkan keadaan keharmonisan rumah

tangganya.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti memilih 3 teknik

(27)

pengambilan sample yang telah ditentukan. Dalam menentukan sample dalam

penelitian ini, peneliti memakai jenis sample non prabability, dengan jenis

sample-nya yaitu purposive sampling. Pada pemahamannya purposive sampling

adalah teknik pengambilan sample dengan maksud atau tujuan tertentu, seseorang

atau sesuatu diambil karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu

tersebut memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.15 Oleh karena itu

penelitian dalam skripsi ini mengambil subjek penelitian yaitu redaksi

infotainment Was-Was, peneliti menganggap bahwa infotainment Was-Was

memiliki hubungan yang baik dengan ustadz Solmed, hal ini dibuktikan ketika

infotainment Was-Was merayakan ulang tahun yang ke-9, dengan sengaja ustadz

Solmed memberikan kado khusus kepada infotainment ini dengan mendatangi

langsung ke studio, maka dari itu peneliti akan mengumpulkan data dari redaksi

infotainment Was-Was yang terkait dengan berita keharmonisan rumah tangga

ustadz Solmed dan April Jasmin, dengan menggunakan 3 teknik pengumpulan

data, yaitu:

Wawancara, adalah percakapan antara dua orang yaitu orang yang

memberikan pertanyaan dan orang yang menjawab pertanyaan16. Sedangkan

menurut Deddy Mulyana wawancara adalah bentuk komunikasi yang mana ada

percakapan dua individu atau lebih yang ditujukan untuk memperoleh informasi

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan17.Dengan demikian peneliti akan

15

Hasan Musatafa, Teknik Sampling, diakses pada tanggal 3 September 2013 pukul 12.00 WIB di www.scribd.com

16

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cetakan ke-23, h.186

17

(28)

mewawancarai pihak produser pelaksana infotainment Was-Was yaitu Mira

Sukmasari, dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk penulisan skripsi

ini.

Observasi, adalah metode mengamati dan pencatatan terhadap objek

penelitian serta mengumpulkan data dari fenomena yang diteliti serta dituntut

untuk mengamati secara mendalam baik langsung atau tidak. Dengan demikian

peneliti akan mengamati berita keharmonisan rumah tangga ustadz Solmed dan

April Jasmin yang ditayangkan oleh infotainment Was-Was serta mencatat hasil

dari pengamatan tersebut karena berita tersebut muncul di segment ke-4 dengan

durasi 3.48 menit, hal ini tentu menjadi alasan besar bagi infotainment Was-Was

memunculkan berita ustadz Solmed di segment ke-4.

Dokumentasi, adalah salah satu teknik pengumpulan data, data yang

diperoleh terdiri atas tulisan dan video cuplikan berita keharmonisan rumah

tangga ustadz Solmed dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23

Oktober 2012, buku, website, dan hal yang terkait dengan penelitian ini.

b. Teknik Pengolahan Data

Didalam analisis datanya, penelitian ini menggunakan analisis framing

dengan menggunakan model Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki.

Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame yang

dihubungkan dengan teks berita, latar informasi, kutipan, sumber, pemakaian kata

atau kalimat ke dalam teks berita secara keseluruhan sementara itu frame memiliki

makna di mana seseorang memaknai suatu peristiwa yang terjadi berdasarkan

(29)

dimunculkan dalam teks berita, di dalam pendekatan ini framing terbagi kepada

empat struktur besar yaitu sintakis, skrip, tematik, dan retoris 18.

TABEL 2

Kerangka Framing Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki.19

STRUKTUR PERANGKAT

Untuk mempermudah proses penulisan, maka Penelitian yang akan

dibahas terdiri dari lima bab dan masing- masing bab terdiri dari sub bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

18

Alex Sobur, Analisis Teks Media. h.175

19

(30)

tinjauan pustaka, kerangka konsep metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI membahas pengertian infotainment, teori kontruksi sosial, konseptualisasi berita, konseptualisasi framing.

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL INFOTAINMENT WAS-WAS DAN PROFIL USTADZ SOLEH MAHMUD (SOLMED)

Profil rumah produksi Creative Indigo Production, dan sekilas tentang

profil ustadz Soleh Mahmud (Solmed).

BAB IV ANALISIS PENELITIAN membahas hasil penelitian yang berisi tentang analisis kontruksi berita keharmonisan rumah tangga

ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment Was-Was

pada tanggal 23 Oktober 2012, Interpretasi berita keharmonisan rumah

tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment

Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012

(31)

18 1. Pengertian Berita

Berita pada awalnya milik surat kabar, namun pada tataran sekarang ini

berita sudah tidak lagi milik surat kabar, tetapi sudah menunjuk kepada televisi,

radio, film, dan yang sekarang ini internet, dengan kata lain tak ada media tanpa

berita, tak ada berita tanpa media, oleh karenanya berita sudah menjadi

kebutuhan utama dari masyarakat modern di seluruh dunia1.

Istilah berita sering kita dengar, bahkan kita sering melihat atau membaca

dari media massa, tetapi hanya sebagian orang saja yang mengetahui apa itu

berita. Jika kita melihat dari kamus lengkap bahasa Indonesia berita adalah

Keterangan tentang peristiwa yanga hangat, kabar, cerita tentang kejadian yang

menarik dan masih baru2.

Maksud dari definisi berita di atas bahwa berita merupakan suatu

keterangan tentang peristiwa atau kejadian yang masih hangat dan baru serta

dikabarkan kepada khalayak oleh media massa. Akan tetapi definisi di atas belum

lengkap karena setiap pengertian berita berbeda-beda namun pokok ide-nya tidak

lepas dari sebuah peristiwa.

Kalau melihat definisi dari para tokoh, berita merupakan sebuah informasi

yang dilaporkan serta menarik khalayak banyak, dalam pelaporannya harus

berdasarkan fakta, kejadian atau ide yang disusun dengan jalan cerita dan di

1

AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature” (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2008), h.64

2

(32)

sebarluaskan oleh media massa dengan waktu yang secepat-cepatnya3. Oleh sebab

itu berita sangat mempengaruhi kepada suatu kehidupan di masyarakat, bahkan

dengan suatu berita dapat melahirkan perubahan sosial, konflik, maupun

perdamaian di masyarakat, karena sebaran berita tersebut dilakukan oleh media

massa yang mempunyai sebaran yang luas.

Dari pengertian di atas bahwa berita yaitu informasi, apakah semua

informasi itu berita. Memang setiap hari ada banyak informasi di mana-mana,

akan tetapi tidak semua informasi masuk dan dikatakan sebagai berita. Menurut

Asep Romli suatu yang mengandung unsur berita yaitu informasi yang memiliki

nilai berita (news value)4.

Seperti contoh tentang berita sisi kehidupsan dari ustadz Solmed yang

sering diberitakan oleh infotainment, apa yang menarik dari seorang ustadz

Solmed sampai kehidupannya diberitakan, padahal kita tahu bahwa ustadz sudah

banyak di mana-mana tetapi kenapa kehidupan mereka tidak jadi berita. Memang

ustadz banyak tapi mereka tidak terkenal seperti ustadz Solmed, mungkin setiap

orang pasti tahu siapa ustadz Solmed, dengan keterkenalannya itu yang membuat

sisi kehidupannya menjadi sebuah berita dan mempunyai nilai berita.

Williard C. Bleyerd mendefinisikan berita sebagai sesuatu yang termasa

yang dipilih oleh wartawan kerena sesuatu tersebut dianggap menarik serta

mempunyai makna yang luas bagi khalayak atau dapat menarik khalayak untuk

membaca sesuatu tersebut. Selain itu Williard C. Bleyerd menyebutkan bahwa

3

Moudri, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesiar, 2008), h 133

4

(33)

berita dapat didefenisikan sebagai penuturan yang benar dan tidak memihak,

sesuai fakta-fakta yang terjadi dan menarik5.

Sudirman Tebba mendefinisikan berita lebih kepada peristiwa yang di

ceritakan dengan jalan cerita, menurutnya ada dua hal yang terkandung dalam

berita yaitu peristiwa dan jalan cerita, sehingga ia menapikan bahwa jalan cerita

tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidaklah disebut berita6.

Dari beberapa definisi berita di atas kiranya peneliti dapat mendefinisikan

berita sebagai laporan mengenai peristiwa atau kejadian aktual, yang terjadi dan

bersifat penting sehingga dapat menarik khalayak karena peristiwa atau kejadian

tersebut memiliki nilai berita, dengan media massa sebagai alat sebarannya.

Dengan kata lain kita bisa mengetahui pokok dari definisi berita yaitu peristiwa

yang aktual, faktual, menarik, memiliki nilai berita, dan sebarannya oleh media

massa.

Berita merupakan hasil kontruksi dari wartawan dengan dipengaruhi oleh

media mereka bernaung, oleh sebab itu berita yang disajikan di media massa tidak

semuanya memberikan informasi yang netral, karena berita yang akan disuguhkan

kepada khalayak sebelumnya sudah direncanakan lewat rapat redaksi, sehingga

alur berita atau angle berita yang diambil terkadang disisipi dengan kepentingan

pemilik media tersebut. Walau demikian berita yang disajikan harus tetap pada

koridornya dengan mematuhi kode etik jurnalistik serta tidak merekayasa suatu

berita.

5 AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature”, h. 64 6

(34)

2. Nilai Berita

Istilah nilai berita tidak banyak pakar mendefinisikan istilah tersebut

karena agak sulit untuk didefinisikan, hal ini dikemukakan oleh Downie JR dan

Kaiser, selain itu menurutnya istilah ini juga sulit untuk dikonsepsikan, nilai berita

juga akan lebih sulit bila dikonsepsikan dengan membuat sebuah konsep berita7.

Nilai berita merupakan nyawa bagi sebuah berita, karena suatu informasi tidak

disebut berita kalau informasi tersebut tidak mengandung nilai berita, maka dari

itu seorang wartawan harus jeli melihat informasi mana yang mengandung nilai

berita atau tidak. Nilai berita ini menjadi tolak ukur apakah suatu berita layak atau

tidak untuk disebarkan kepada khalayak8.

Sebuah informasi yang mempunyai nilai berita ditentukan oleh

syarat-syarat tertentu yang wajib dipenuhi, dengan syarat-syarat-syarat-syarat itulah sebuah informasi

bernilai penting dan dapat dikatakan sebuah berita9. Adapun syarat berita yang

mempunyai nilai berita itu dilihat dari berita yang mengandung frekuensi, negatif,

tak terduga, tidak mendua, personalisasi, kedekatan budaya atau kepenuhartian,

berkaitan dengan pemerintah, berkaitan dengan individu atau popularitas,

konflik, prediksi, penting, besar, aktualisasi, kedekatan, tenar, yang menyentuh

perasaan orang banyak atau human interest yang terdiri dari ketegangan,

ketidaklaziman, minat pribadi, simpati, kemajuan, binatang, humor, seks, dan

usia10.

7

Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.17

8

Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005), h.53

9

Sedia Willing Barus, Jurnalistik “Petunjuk Teknis Menulis Berita” (T.tp: Erlangga, 2010), h.31

10

(35)

Terkait dengan penelitian ini bahwa berita keharmonisan rumah tangga

ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin merupakan suatu berita,

walupun konten beritanya memuat tentang kehidupan rumah tangga mereka, akan

tetapi tidak dimuat secara berlebihan atau dengan kata lain masih dalam batasan,

tidak masuk kepada wilayah yang sangat privasi. Dengan kata lain berita tentang

keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) telah memenuhi

syarat dari berita dengan mempunyai nilai berita yaitu ketenaran seorang ustadz

Soleh Mahmud (Solmed), dengan ketenarannya itu membuat banyak orang ingin

mengetahui tentang kehidupan ustadz Soleh Mahmud (Solmed), sehingga

kehidupan rumah tanggannya menjadi sebuah sorotan.

3. Jenis Berita

Jenis berita terbagi ke dalam 2 yaitu hard news (berita keras) dan soft

news (berita ringan)11. Berita keras adalah berita yang sifatnya penting dan harus

segera disampaikan kepada khalayak. Berita ringan yaitu penting yang tidak harus

segera disampaikan kerena jenis berita ini lebih menarik emosi ketimbang akal

pikiran12.

Berita keras menurut Morissan dibagi ke dalam beberapa bentuk berita

yaitu straight news yaitu berita yang sangat singkat dan hanya menyajikan

informasi yang penting saja hanya mencakup unsur 5W+1H, karena kalau tidak

segera disampaikan berita ini akan menjadi basi, feature yaitu berita ringan,

ringan tetapi menarik, menarik di sini berarti unik, lucu, aneh, berita semacam ini

bisa saja dikatakan sebagai berita ringan akan tetapi berita ini dibatasi oleh durasi

11 AS, Haris, Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature”, h. 65 12

(36)

waktu yang singkat sehingga berita ini masuk ke dalam katagori berita keras,

infotainment berasal dari dua kata yakni informasi dan entertainment yang berarti

hiburan jadi infotainment adalah informasi atau berita yang mengenai para pekerja

di dalam dunia hiburan yaitu para selebriti, sebelumnya infotainment masuk ke

dalam segment terakhir program news namun sekarang ini infotainment memiliki

program tersendiri13.

Sedangkan berita ringan dibagi kepada beberapa kategori yaitu magazine

adalah program berita yang disajikan lebih mendalam atau dengan kata lain

feature dengan durasi yang panjang, current affair yaitu berita penting yang

sebelumnya sudah disajikan tetapi dibuat kembali dengan lengkap dan mendalam,

dokumenteri adalah suatu program yang bertujuan untuk memberikan

pembelajaran dan pendidikan yang disajikan dengan menarik, dokumenteri

hampir mirip dengan film namun dokumenteri lebih kepada kehidupan nyata dan

tidak ada rekayasa, yang terakhir talk show yaitu suatu program yang membahas

suatu permasalahan dan menampilkan beberapa orang yang terkait dengan

permasalahan tersebut14.

4. Berita Dalam Pandangan Kontruksionis

Secara umum berita merupakan hasil dari kontruksi wartawan, yang

dipahami dari sebuah realitas yang direpresentasikan secara utuh dan apa adanya

persis seperti realita dilapangan, terkadang sebuah fakta dijadikan pembenaran

untuk menutupi sebuah subjektifitas dari pekerja media .

13

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.26

14

(37)

Bagi kaum kontruksionis realitas itu berisfat subjektif, karena realitas

dihadirkan oleh penafsiran seorang wartawan terhadap apa yang ia lihat, semua

realitas tidak ada yang bersifat objektif, karena realitas lahir dari pandangan atau

penafsiran tertentu, tergantung pada bagaimana konsepsi itu diartikan dan

dipahami oleh wartawan yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang

berbeda-beda, sehingga realitas yang hadir berbeda satu sama lainnya, dalam

posisinya media merupakan agen kontruksi terhadap suatu realitas yang mana

suatu berita di kontruksi lewat berbagai instrumen yang dimilikinya oleh sebab itu

berita yang sehari-hari beredar di masyarakat tidak hanya menggambarkan realitas

atau menunjukan pendapat sumber yang netral melainkan suatu berita sudah

terkontruksi oleh media yang mempunyai tujuan tertentu, selain itu suatu berita

tidak menggambarkan suatu refleksi terhadap realitas akan tetapi suatu kontruksi

atas realitas, karena menurut pandangan kontruksionis berita adalah suatu hasil

dari kontruksi yang melibatkan suatu pandangan, nilai-nilai moral, ideologi,

visi-misi dari wartawan atau media, dan tak hanya itu seorang wartawan dianggap

sebagai agen kontruksi realitas, karena realitas tidak diambil dengan apa adanya

akan tetapi ada proses kontruksi dalam pengambilan fakta di lapangan oleh sebab

itu suatu realitas tidak bersifat objektif melainkan bersifat subjektif karena

seorang wartawan ketika ia mengkontruksi suatu realitas dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman dan ideologi media di mana ia bernaung.15.

Oleh sebab itu suatu berita dalam pandangan kontruksionis, merupakan

suatu realitas yang sudah terkontruksi, jadi berita tidak bersifat netral atau suatu

15

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media” (Yogyakarta:

(38)

berita tidak sesuai dengan fakta di lapangan, tetapi suatu berita merupakan hasil

dari kontruksi media yang mempunyai tujuan dan ideologi tertentu, sehingga

berita yang ada berbeda dengan faktanya.

B. Teori Kontruksi Sosial

Peter L. Berger dan Thomas Luckman dalam tulisannya yang berjudul The

Social Contruction Of Reality, a Treatise in The Sosiological of Knowledge,

menjelaskan bahwa realitas diciptakan oleh manusia secara terus-menerus dan

dialami bersama secara subjektif16. Sehingga dalam pandangan Berger dan

Luckman tidak ada realitas yang tercipta dengan sendirinya atau secara objektif

karena menurutnya realitas merupakan suatu bentukan dari manusia/individu

dengan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada, selain itu realitas yang

diciptakan tersebut dipengaruhi pula oleh pengetahuan dan pengalaman individu

itu sendiri, sehingga realitas tersebut bersifat subjektif karena realitas tersebut

merupakan hasil dari suatu pandangan individu.

Selain itu Berger dan Luckman mengutarakan bahwa kontruksi sosial

tidak terjadi dengan begitu saja akan tetapi melalui tiga proses simultan yaitu

pertama eksternalisasi di mana individu menyesuaikan diri dengan

sosiokulturalnya karena manusia merupakan produk sosial, kedua objektivasi

yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif dan terlembagakan

atau mengalami institusionalisasi, ketiga internalisasi yaitu individu

mengidentifikasi dengan lembaga-lembaga sosial di mana individu itu menjadi

16

(39)

anggota17. Dalam arti yang sederhana bahwa proses simultan dari kontruski

merupakan awal terbentuknya suatu realitas di mana seorang individu dipicu

untuk berpikir ke luar atau memikirkan sesuatu disekelilingnya, setelah

mewacanakan apa yang dipikirkannya, individu tersebut akan merubah wacana

suatu lembaga atau barang tergantung apa yang ia wacanakan, dari merubah

wacana menjadi sesuatu tersebut individu akan mulai beradaptasi dengan apa

yang ia ciptakan atau memasukan dunia luar ke dalam dirinya.

Pada perkembangannya teori kontruksi sosial mengalami perubahan

dengan melibatkan media massa sebagai institusi yang berperan aktif membentuk

suatu realitas, maka teori kontruksi sosial kini berlangsung pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas, sebarannya merata sehingga realitas yang

dikontruksi memunculkan opini massa18.

Realitas sosial di dalam teori kontruksi sosial media massa merupakan

realitas media yang sengaja dibentuk oleh penulis naskah, dan realitas yang

dibentuk tersebut merupakan realitas baru19. Kalau kita amati berbagai tayangan

khususnya berita yang muncul di media massa mungkin sepintas dianggap bahwa

berita tersebut memang benar adanya, tapi jika kita bandingkan berita di media

massa yang satu dengan media massa lainnnya mungkin akan berbeda walaupun

berita yang diangkat sama.

17

Burhan Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa “Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman”, h. 2

18 Burhan, Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat”, h.202-203

19

(40)

Selain itu juga kita sering menemui berita yang ditayangkan di media

massa berbeda dengan realitas yang terjadi di lapangan, atau suatu berita tidak

sesuai dengan harapan narasumber. Hal ini membuktikan bahwa teori kontruksi

sosial media massa terjadi, dengan penulis naskah sebagai pembentuk realitas

tersebut.

Kendati demikian seorang wartawan tidaklah semena-mena membentuk

realitas tersebut sesuai keinginannya, akan tetapi seorang wartawan terlebih

dahulu diarahkan oleh pihak redaksi dalam membentuk suatu realitas sosial,

sedangkan pihak redaksi dalam mengarahkan suatu realitas yang akan dikontruksi

tentu akan berdasarkan ideologi, kepentingan owner, dan visi misi media tersebut.

Dalam teori kontruksi sosial media massa realitas sosial tidak terbentuk

secara tiba-tiba akan tetapi harus melalui proses tahapan-tahapan. Tahapan yang

pertama yaitu tahapan menyiapkan bahan materi kontruksi tahap pertama ini

lumrahnya dilakukan oleh pihak redaksi media massa, lalu didistribusikan kepada

desk editor atau kordinator liputan dan berujung kepada wartawan yang pertama

mengkontruksi realitas sosial, dalam tahapan ini biasanya media massa

memfokuskan isu yang berhubungan dengan tahta, harta, dan wanita, selain itu

media massa memfokuskan kepada isu yang menyentuh perasaan banyak orang,

sensitifitas, sensualitas, dan hal kengerian, dalam tahapan ini ada hal penting yang

(41)

kepada kapitalis, keberpihakan semu kapada masyarakat, dan keberpihakan

kepada kepentingan umum20.

Yang kedua yaitu tahapan sebaran kontruksi, prinsip dasarnya adalah

bahwa setiap informasi harus disampaikan kepada masyarakat dan setiap

informasi yang dianggap penting oleh media massa dianggap penting pula oleh

masyarakat, dalam tahapan ini biasanya media massa menggunakan strategi real

time, akan tetapi konsep real time ini berbeda antara media elektronik dan media

cetak, jika media elektronik mendefinisikan real time sebagai sesuatu yang harus

segera disiarkan, pada waktu itu juga informasi sampai kepada khalayak,

sedangkan real time menurut media cetak yaitu konsep yang sifatnya tertunda

yakni konsep yang terdiri dari harian, mingguan, dan bulanan21.

Tahap ketiga yaitu tahapan pembentukan kontruksi realitas di mana suatu

pemberitaan disebarkan kepada masyarakat lalu dari pemberitaan tersebut

membentuk kontruksi di masyarakat, di dalam terjadinya pembentukan kontruksi

di mana masyarakat menganggap bahwa apa yang disajikan media massa sebagai

sebuah realitas kebenaran, dengan kata lain bahwa masyarakat menganggap media

massa yang membenarkan suatu kejadian, selain itu dalam pembentukan kontruksi

realitas suatu masyarakat bersedia pikiran-pikirannya dikontruksi oleh media

massa dengan pilihan seseorang menjadi pembaca atau penonton maupun

pendengar konten dari media massa, tidak hanya itu pembentukan kontruksi

realitas menjadikan suatu masyarakat menjadi konsumtif, maksudnya media

20

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi“ Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 205

21 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “ Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

(42)

massa sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup suatu masyarakat bahkan tiada

hari tanpa menonton televisi, tiada hari tanpa membaca koran sampai mereka

tidak bisa beraktivitas sebelum menonton atau membaca televisi dan koran22.

Tahapan yang keempat yaitu pembentukan kontruksi citra, di mana

kontruksi ini dibangun dengan dua model yaitu model good news dan bad news,

model good news yaitu pembentukan kontruksi di mana suatu kontruksi

menghasilkan pemberitaan yang baik bahkan lebih baik dari apa yang terjadi,

sedangkan model bad news yaitu suatu pemberitaan yang dikontruksi dengan

menjelek-jelekan objek pemberitaan sehingga terkesan lebih buruk dari

sesungguhnya23.

Tahap yang terakhir yaitu tahap konfirmasi yakni khalayak memberikan

argumentasi kepada media massa karena keinginannya untuk terlibat dalam

mengkontruksi sebuah realitas24.

Dari kelima tahapan di atas bahwa realitas yang dibangun oleh media

massa haruslah melalui tahapan-tahapan yang di atas karena semua tahapan

memiliki fungsi yang berkesinambungan dengan tahapan yang satu dan

seterusnya, apabila salah satunya tidak dilakukan oleh media massa sebagai

pengkontruksi realitas sosial maka kontruksi sosial sedikit kemungkinan akan

terjadi.

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 208

23

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 209

24

(43)

Dalam pembentukan realitas sosial ada dua model realitas dibentuk oleh

media massa, yaitu model peta analog dan model refleksi realitas, model peta

analog adalah model di mana media massa membentuk realitas sosial berdasarkan

kontruksi sosial media massa dengan menganalogikan sebuah kejadian dengan

rasional, dengan kata lain melebih- lebihkan suatu kejadian25.

Contoh baru-baru ini empat artis tertangkap oleh BNN, pada saat itu

semua media massa memberitakan tentang empat artis yang terlibat narkoba,

bahwa empat artis dan sejumlah rekan-rekannya sedang berpesta narkoba di

kediaman seorang artis tersebut, menurut berita yang disiarkan keempat artis

tersebut sebelumnya sudah diincar oleh petugas tiga bulan lalu, dua hari kemudian

dua artis dan beberapa orang yang tertangkap ketika kejadian itu dilepaskan oleh

petugas BNN karena tidak terbukti menggunakan narkoba, kemudian dua artis

tersebut membantah bahwa pada kejadian itu terjadi pesta narkoba.

Model selanjutnya yaitu model refleksi realitas yaitu merefleksikan

kehidupan yang terjadi di masyarakat dengan kehidupan yang tak pernah terjadi

dan seolah-olah kehidupan yang tidak pernah terjadi itu dianggap ada dan pernah

terjadi26.

Seperti contoh banyak kita temui di film-film, dan sinetron, misalkan

dalam sinetron laga Indosiar di mana seseorang bisa terbang, menghilang, atau

seorang pemeran dalam sinetron tersebut sudah meninggal dan bisa hidup

kembali, atau dalam film Avatar di mana kita diperlihatkan dengan keadaan planet

25

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi“Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 212

26

(44)

lain di luar bumi lalu manusia di planet tersebut persis dengan bentuknya, namun

semua itu hanyalah kontruksi belaka pada kenyataannya tidak pernah terjadi tapi

seakan-akan kita yang menonton kejadian tersebut memang benar terjadi.

C. Konseptualisasi Infotainment

Infotainment berasal dari gabungan dua kata yaitu information yang berarti

informasi dan entertainment yang berarti hiburan.

Infotainment merupakan suatu konsep yang berasal dari John Hopkins

University (JHU), Baltimore Amerika Serikat, pada awalnya JHU membawa misi

kemanusiaan dibidang kedokteran dan didukung oleh Center Communication

Program (CCP), yang tugasnya menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada

masyarakat dan dapat mengubah prilaku masyarakat ke arah positif, namun pada

waktu itu penyampaian dalam bentuk informasi saja dirasa kurang cukup karena

dalam pesan-pesan tersebut membawa misi khusus untuk melahirkan perubahan di

masyarakat, oleh sebab itu diperlukanlah balutan khusus dalam informasi tersebut

agar masyarkat tertarik, akhirnya disisipkanlah entertainment guna menarik

perhatian masyarakat, dalam prakteknya JHU menampilkan sebuah hiburan dalam

menyampaikan pesan kesehatannya seperti konser-konser musik untuk kaum

muda, konsep ini kemudian dipinjam oleh media massa khususnya di

pertelevisian Indonesia, akan tetapi isi dari infotainment di pertelevisian Indonesia

sangat berebeda jauh dengan latar belakang historisnya yang mana JHU menitik

beratkan informasi sebagai inti acara yang disampaikan pada publik yang berarti

(45)

infotainment yang terjadi dalam industri pertelevisian Indonesia yaitu informasi

tentang hiburan27.

Morissan mendifinisikan infotainment sebagai program yang menyajikan

dalam dunia hiburan yakni yang menjadi objek berita tersebut mengenai

kehidupan pekerja dalam dunia hiburan seperti pemain sinetron, film, penyanyi, ia

pun mengatagorikan infotainment ke dalam jenis berita hard news28.

Pada historisnya memang pengertian infotainment diartikan sebagai

informasi yang dibalut dengan hiburan, namun pada perkembangannya

infotainment ini berubah arti menjadi informasi dalam ranah hiburan. Sehingga

dalam perkembangannya pun menuai pro dan kontra dari para ulama yang

diwakili oleh MUI yang mengeluarkan fatwa haram menonton infotainment.

Bahkan tidak hanya dari para ulama saja, dari para akademisi muncul pro

kontra tentang apakah infotainmemnt ini bisa disebut kegiatan juranalistik ataukah

tidak. Ada beberapa kalangan menilai bahwa mengatagorikan infotainment

sebagai genre baru dalam jurnalistik dengan menyebutnya sebagai jurnalistik

kuning, ada pula yang mengatakan bahwa infotainment bukanlah produk

jurnalistik karena dalam kegiatannya sering melanggar kode etik jurnalistik, serta

berita yang disuguhkan dinilai tidak berkualitas29. Bahkan pada tahun 2010 ada

wacana tentang pelarangan bagi stasiun televisi untuk tidak menayangkan

infotainment, namun pada akhirnya sejumlah infotainment mulai menyusaikan

dan mentaati etika-etika jurnalistik yang tertuang dalam kode etik jurnalistik

27

Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment “Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri

Televisi”h.65

28

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h.26

29

(46)

bahkan organisasi wartawan yaitu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)

membentuk divisi khusus untuk infotainment.

Dari sekian banyak infotainment yang ada di televisi kita dilihat dari

kontennya lebih mengedepankan nilai hiburan dari pada nilai informasi, dengan

menempatkan hiburan sebagai yang utama hal ini mengukuhkan infotainment

digemari oleh masyarakat.

Walaupun program infotainment menuai pro dan kontra sebagai produk

jurnalistik atau bukan, tetapi Iswandi tetap memasukan infotainment sebagai

produk baru dalam jurnalistik, namun ia menyebutkan bahwa infotainment bisa

dikatakan produk jurnalistik apabila dalam peliputannya mengikuti kaidah-kaidah

jurnalistik serta infotainment harus menghilangkan kekeliruan dalam isinya yaitu

tidak menjadikan gosip sebagai berita, tidak mencari-cari kesalahan narasumber,

tidak memaksa narasumber untuk dimintai keterangannya, beritanya tidak

didramatisasi, harus membedakan opini dan fakta, tidak mengumbar privasi

narasumber, tidak mengancam narasumber, sebisa mungkin menghindari

penggunaan istilah30.

D. Konseptualisasi Framing Model Zongdan Pan Dan Gerald Kosicki

Analisis framing merupakan hasil dari paradigma kontruksionis, dalam

analisis framing bertujuan untuk melihat bagaimana media massa mengkontruksi,

membingkai suatu berita, sehingga seorang peneliti akan mengetahui berita

tersebut apakah ada keberpihakan, menjungkirkan, siapa lawan siapa, mana

30

Iswandi, Syahputra, Jurnalistik Infotainment “Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri

(47)

kawan dan mana lawan. Di dalam sebuah berita terdapat frame yang berbeda

beda sehingga suatu berita mempunyai arah tersendiri, kerena dalam membuat

suatu berita akan ada sisi yang ditonjolkan dan sisi yang dihilangkan sehingga

dalam suatu peristiwa yang sama, berita yang ditayangkan akan berbeda.

Framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki yaitu proses membuat

pesan lebih menonjol dengan menempatkan satu informasi lebih dari yang lainnya

sehingga pesan lebih cepat tertuju kepada khalayak31. Dengan menempatkan

suatu informasi yang lebih dari yang lainnya pasti ada satu informasi yang kurang

diberi penekanan sehingga informasi tersebut dianggap kurang penting oleh

media.

Selain pengertian framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki

beberapa tokoh dari framing, Ada yang mendifinisikan framing juga diantaranya

yaitu Robert N. Entman yang mendefinisikan framing sebagai proses seleksi isu

yang menonjolkan sisi tertentu32. Penempatan sebuah informasi yang

menempatkan informasi kepada penempatan yang khas sehingga sisi tertentu

mendapatkan perhatian yang lebih banyak ketimbang sisi yang lainnya.

Sedangkan menurut William A. Gamson framing adalah suatu gagasan atau cara

bercerita yang terorganisir dalam bentuk kemasan package kemasan tersebut

berupa struktur atau skema seseorang yang digunakan untuk membentuk suatu

realitas, dan menafsirkan pesan-pesan yang ia bentuk33.

Menurut Pan dan Kosicki ada konsepsi yang saling berkaitan di dalam

framing, pertama, konsepsi prikologi, konsepsi ini dipahami bagaimana seseorang

31

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”, h.290 32

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”.h.77 33

(48)

memproses suatu informasi dalam dirinya, framing di sini di lihat sebagai

penempatan suatu isu atau peristiwa dengan penempatan yang lebih menonjol,

sehingga elemen dari isu tersebut dianggap lebih penting dalam mempengaruhi

membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis yaitu melihat

bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu isu dengan pandangan

tertentu, dalam framing di sini bagaimana seseorang mengklasifikasikan,

mengorganisir suatu peristiwa dengan pengalaman serta pengetahuan untuk

mengertikan dirinya dan realitas yang ada di luar dirinya, sehingga frame tersebut

lebih dapat dipahami dan dimengerti sebab sudah dilabeli dengan label tertentu34.

Dalam dua konsepsi tersebut bahwa konsepsi psikologis lebih melihat kepada

proses internal dari teori kontruksi sosial dan konsepsi sosiologis lebih melihat

kepada proses eksternal dari teori kontruksi sosial.

Seiring perkembangannya framing mulai digunakan dalam penelitian ilmu

komunikasi dengan melihat bagaimana suatu media membentuk suatu realitas,

dengan pembentukan tersebut itulah media dapat menciptakan suatu realitas yang

baru sesuai ideologi, visi dan misi media tersebut.

Dalam arti sederhana framing adalah suatu metode atau pendekatan yang

didasarkan untuk mengetahui cara bagaimana wartawan mengkontruksi suatu

berita dan mengorganisir suatu gagasan ide sehingga dapat membentuk sebuah

kemasan berita, seorang wartawan akan menyeleksi isu-isu tertentu, dalam

penyeleksian isu tersebut setidaknya ada sudut pandang yang dilihatnya, sehingga

34

Gambar

Tabel 2: Kerangka Framing Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki .................... 16
Gambar 3: Ustadz Solmed Bertemu Dengan April Jasmin ................................. 58
Tabel 1 Daftar Skripsi Terdahulu
TABEL 2 Kerangka Framing Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki.19
+7

Referensi

Dokumen terkait

HASIL PENGAMATAN DAN PEMANTAUAN PROSES PEMBELAJARAN (Mohon diisi dengan tulisan tangan dengan jelas)..

HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

[r]

[r]

Dari permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu perancangan sistem informasi geografis pemetaan wilayah di Bali untuk pengelompokan wisata budaya dengan beberapa

2011, Kajian Sistem Drainase Untuk Mengatasi banjir Genangan Studi Kasus Sistem Drainase Jalan Akasia Kota Pangkalan Kerinci.. Jurnal Sains dan Teknologi 10,

Desain Didaktis Konsep Energi Potensial Berdasarkan Kesulitan Belajar Siswa Pada Sekolah Menengah Atas.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu