PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN DALAM PERNIKAHAN
TINJAUAN HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
AHMAD FARHAN NIM : 106043101281
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 September 2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN DALAM PERNIKAHAN TINJAUAN HUKUM ISLAM telah diajukan dalamSidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum
Jakarta, 22 September 2010 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA (………) NIP. 195703121985031003
2. Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag (………) NIP. 196511191998031002
3. Pembimbing : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA (………)
NIP.150294051
4. Penguji I : Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag (………) NIP. 197003232000031001
KATA PENGANTAR
ﻢﻴﺣﺮﻟا
ﻦﻤﺣﺮﻟا
ﷲا
ﻢﺴﺑ
Al-hamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kepada segenap hamba-Nya, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN DALAM PERNIKAHAN TINJAUAN HUKUM ISLAM.
Betapapun hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan, berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ayah dan Ibu yang tercinta H. Chairullah Az dan Hj. Munawaroh yang senantiasa mendoakan, mendukung dan membantu ananda (penulis), baik moril maupun materil.
7. Para rekan-rekan mahasiswa/i Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqih Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2006. 8. Segenap sahabat Lingkar Studi Tasawuf “El_Jalabiyya Comunity” yang telah
berkontribusi kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang belipat ganda dari apa yang telah dikontribusikan kepada penulis baik moril maupun materil. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, Amien.
Jakarta, 13 Syawwal 1431 H 22 September 2010 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ………. iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ……… 8
E. Review Studi Terdahulu ……….. 10
F. Sistematika Penulisan ……….. 13
BAB II SEKILAS PANDANGAN TENTANG SELAPUT DARA A. Selaput Dara Menurut Hukum Islam dan Ilmu Kedokteran ……… 15
1. Pengertian Selaput Dara ……… 15
2. Macam-macam Bentuk Selaput Dara ……… 18
3. Faktor-faktor Penyebab Robeknya Selaput Dara ………... 19
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SELAPUT DARA TIRUAN ( ARTIFICIAL VIRGINITY HYMEN ) A. Selaput Dara Tiruan ……….. 22
B. Urgensi Kaum Perempuan Memakai Selaput Dara Tiruan ………... 25
C. Antusiasme Kaum Perempuan Memakai Selaput Dara Tiruan ………. 29
BAB IV ANALISA PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN MENURUT
HUKUM ISLAM
A. Mashlahat dan Mudharat Pemakai Selaput Dara Tiruan ……… 36
1. Mashlahat Pemakaian Selaput Dara Tiruan ………. 36
2. Mudharat Pemakaian Selaput Dara Tiruan ………... 44
B. Pemakaian Selaput Dara Tiruan Dilihat Dari Penyebab Robeknya Selaput Dara Menurut Hukum Islam ………... 45
1. Kecelakaan, Terbentur Benda Keras dan Olah Raga ……… 46
2. Perbuatan Zina ……….. 49
3. Hubungan Intim Suami-Istri (Sebab Pernikahan Yang Sah) ………. 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 55
B. Saran ……… 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT dengan segala kekuasaan-Nya telah menciptakan alam dan
segala makhluk yang ada di bumi ini. Setiap makhluk yang diciptakan-Nya
mempunyai nyawa yang terbagi kepada tiga bagian. Pertama, makhluk nabati
(tumbuh-tumbuhan), Kedua, makhluk hewani (binatang), Ketiga, makhluk insani
(manusia). Semua makhluk ini terdiri dari dua jenis yang saling
berpasang-pasangan. Bagi makhluk nabati dan hewani ada jenis jantan dan betina, sedangkan
pada makhluk insani ada jenis laki-laki dan perempuan. Hikmah diciptakannya
segala jenis makhluk ini agar saling membutuhkan dan memerlukan sehingga
dapat hidup berkembang.1 Allah SWT berfirman dalam (QS. An-Nisa/ 4 : 1) yang
berbunyi :
⌧
☯
⌧
Artinya :
1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Untuk dapat hidup berkembang dan melestarikan keturunan, pada satu sisi
yang sama Allah SWT telah memberikan gharîzah (insting) biologis kepada
semua makhluk yang diciptakannya. Tetapi, pada sisi lainnya Allah SWT
memberikan akal hanya kepada manusia. Pada jenis mahkluk seperti
tumbuh-tumbuhan dan hewan hanya diberikan gharîzah biologis saja, sedangkan pada
jenis makhluk insani (manusia) selain diberikan gharîzah biologis juga diberikan
akal yang berguna untuk berfikir membedakan mana yang hak dan batil. Hal
inilah yang membedakan antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan maupun
hewan baik dari tata cara menjalankan kehidupan dan melestarikan keturunan
(berkembang biak). Selain itu, terdapat juga perbedaan lainnya seperti pada
hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak ada aturan dalam melestarikan keturunan,
sedangkan pada manusia dalam melestarikan keturunan terdapat suatu aturan
yang berupa pernikahan.2
Dalam ajaran Islam, pernikahan merupakan suatu hal yang fitrah dan
memiliki nilai-nilai yang agung yang berbeda dengan ajaran-ajaran lainnya.
Ajaran Islam juga menyempurnakan tata cara pernikahan yang baik (menghindari
sifat-sifat kebinatangan) dan berusaha untuk menempatkannya pada kedudukan
2
yang mulia guna mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang
berderajat tinggi dan menempatkan keduanya itu sebagai makhluk yang mulia.
Dengan adanya ikatan tali pernikahan, keduanya dapat saling membutuhkan,
saling mengisi dan berbagi perasaan suka maupun duka dalam hidup berumah
tangga. Semuanya ini Allah SWT jadikan antara keduanya itu untuk
menyempurnakan kehidupan manusia, dari laki-laki dan perempuan ini
selanjutnya menurunkan keturunan-keturunan lainnya. Dalam kehidupan berumah
tangga, suami dapat hidup dengan tenang bersama istrinya tempat ia mengadu dan
mencurahkan segala keluh kesahnya, berbagi perasaan dengan harapan istrinya
dapat meringankan beban yang dipikulnya. Dengan demikian suami akan
menemukan ketenangan batin dan jiwa yang sempurna serta dapat membangun
keluarga yang penuh kedamaian, kecintaan dan kasih sayang. Allah SWT
berfirman dalam (QS. al-Rum/ 30 : 21).3
☯
☺
⌧
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
3
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Di satu sisi, dalam menjalankan, membangun dan membina kehidupan
berumah tangga terkadang terdapat gelombang-gelombang yang datang secara
perlahan-lahan. Kehidupan berumah tangga diibaratkan sebagai suatu perjalanan
dalam mengarungi samudera untuk mencapai tepian dermaga pada suatu pulau
yang menjadi tujuan. Dalam mengarungi samudera ini tentu akan banyak
menghadapi berbagai gelombang. Keadaan seperti ini bukan hanya dialami pada
orang tertentu, tetapi setiap insan yang bernafas baik yang telah membina rumah
tangga atau sedang membina rumah tangga mengalami hempasan gelombang
tersebut.
Berkaitan dengan gelombang (problematika) yang ditemukan dalam
kehidupan berumah tangga, yang belakangan ini muncul yakni tentang selaput
dara (hymen). Permasalahan ini nampaknya sering terjadi atau bahkan menjadi
permasalahan yang sangat universal terjadi pada orang-orang yang baru
membangun kehidupan berumah tangga (pengantin baru). Pada Era tahun 70-an,
memang terdapat suatu pandangan pada masyarakat tertentu bahwa selaput dara
diidentikkan dengan keperawanan seorang perempuan yang merupakan hal paling
berharga, paling rahasia dan lambang kehormatan yang paling asasi. Oleh
karenanya, selaput dara dijadikan sebagai tanda bahwa seorang perempuan itu
masih perawan dan terhormat. Robeknya selaput dara pada seorang perempuan
dapat menjadi sebuah ‘aib besar dan dapat merusak kehormatan harga diri
keluarga.4
Pandangan yang dikemukakan di atas telah berakar di masyarakat luas.
Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu faktor dari penyebab robeknya selaput
dara itu karena disebabkan oleh perbuatan zina. Apalagi jika dilihat secara kasat
mata dengan maraknya pergaulan bebas (free sex) di kalangan anak remaja,
ditambah dengan model berpacaran anak remaja saat ini yang memang sudah
melewati batas norma-norma agama. Faktanya, dapat dilihat mulai dari anak
tingkat SMP hingga anak tingkat Universitas sudah berani melakukan hubungan
seksual di luar nikah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara
terang-terangan. Hal ini memberikan suatu implikasi pada masyarakat bahwa robeknya
selaput sama dengan hilangnya keperawanan, karena hal-hal tersebut.5
Berdasarkan data hasil survei penelitian ilmiah yang pernah dilakukan
oleh Boyke Dian Nugraha, menurutnya bahwa keperawanan di Negara Indonesia
memang masih dihormati dan dihargai. Hal ini terbukti dengan adanya tingkat
keinginan laki-laki untuk menikah dengan perempuan perawan masih sangat
tinggi yakni berkisar 70% sampai dengan 80%. Yang dimaksud dengan
perempuan perawan di sini dalam artian belum pernah melakukan hubungan intim
4
Dalam hal ini keberadaan selaput dara menjadi sesuatu yang sangat penting. Adanya selaput dara dan keluarnya percikan darah pada malam pertama saat berhubungan seksual menjadi suatu tanda bahwa perempuan masih perawan atau suci. Lihat Muhammad Yusuf, dkk, Kematian Medis “Isu-isu Hukum Kontemporer Dari Jenggot Hingga Keperawanan” (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 123.
5
dengan lawan jenis, memiliki selaput dara secara utuh dan mengeluarkan percikan
darah pada saat melakukan hubungan seksual pada malam pertama.6
Akibat dari pandangan masyarakat dan ditambah dengan data penelitian
tersebut, pada satu sisi banyak perempuan perawan yang telah robek selaput
daranya sebelum menikah yang bukan disebabkan karena perbuatan zina merasa
resah ketika hendak menikah. Mereka takut mengecewakan suami jika telah
menikah dengannya disebabkan selaput daranya telah robek terlebih dahulu dan
tidak mengeluarkan percikan darah pada saat melakukan hubungan intim malam
pertama. Dan pada sisi lainnya, banyak pula perempuan yang sudah robek selaput
daranya dan hilang keperawanannya yang disebabkan karena perbuatan zina
merasa resah ketika hendak menikah. Mereka takut ketahuan oleh suami
disebabkan selaput daranya telah robek dan keperawanannya telah hilang terlebih
dahulu.7
Akhirnya, banyak perempuan baik yang hanya robek selaput daranya
(bukan sebab perbuatan zina) maupun yang robek selaput daranya dan hilang
keperawanannya (sebab perbuatan zina) mengambil alternatif untuk menutupinya
dengan memakai selaput dara tiruan.8 Munculnya produk ini membuat antusias
kaum perempuan yang telah robek selaput daranya baik yang bukan disebabkan
oleh perbuatan zina maupun yang disebababkan oleh perbuatan zina untuk
6
Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Solusinya (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 3-5. 7
Handrawan Nadesul, Cara Sehat Menjadi Perempuan “Cantik-Feminin-Cerdas” (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2008), h. 36.
8
memakainya ketika hendak melakukan hubungan seksual dengan suami agar
dapat menyenangkan suami dan menambah kepercayaan diri suami. Pemakaian
selaput dara tiruan ini didasari dengan melihat tingkat keinginan laki-laki
menikah dengan perempuan perawan masih sangat tinggi serta ditambah dengan
minimnya pengetahuan masyarakat untuk saat ini tentang selaput dara dan
keperawanan.9
Dari alasan pemikiran yang telah diuraikan di atas, penulis selaku
mahasiswa Fakultas Syari’ah merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dan
mencoba mengabadikannya dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan
judul: “PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN DALAM PERNIKAHAN
TINJAUAN HUKUM ISLAM”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam skripsi ini berkisar pada pemakaian
selaput dara tiruan dalam pernikahan ditinjau dari hukum Islam.
2. Rumusan Masalah
Dengan melihat pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi topik
bahasan pada rumusan masalah yang akan dibahas ialah :
1) Bagaimana hukum pemakaian selaput dara tiruan ditinjau dari hukum
Islam?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai penulis dalam hal ini
adalah :
1) Untuk mengetahui hukum pemakaian selaput dara tiruan ditinjau dari
hukum Islam.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1) Manfaat secara Teoritis yakni :
Memperkaya khazanah keilmuan khususnya di lingkungan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Manfaat secara Praktis yakni :
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hukum pemakaian
selaput dara tiruan ditinjau dari hukum Islam.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan
beberapa tahapan dalam pembahasannya. Adapun tahapan tersebut adalah :
1. Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini merupakan suatu penulisan yang menitik beratkan
pada penelitian kepustakaan (Library Research). Oleh karena itu, jenis
permasalahan yang ada secara sistematis, faktual dan aktual mengenai
faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.10 Adapun pada
penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual yaitu suatu pendekatan
yang beranjak dari pandangan-pandangan para ahli hukum. Pemahaman akan
pandangan-pandangan ini menjadi sandaran bagi peneliti dalam membangun
suatu argumentasi hukum dalam memecahkan masalah.11
2. Data Penelitian
Adapun jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
• Bahan Primer
Adapun bahan hukum primer ialah Kitab :
ةﺮﺻﺎﻌﻣ
ﺔﺒ ﻃ
ﺎ ﺎﻀﻓ
ﻰﻓ
ﺔ ﻬﻘﻓ
ثﺎﺤ ا
Karya Muh. Nu’aim Yasin, Kairo: Penerbit Darussalam, 1421 H.• Bahan Sekunder
Adapun bahan hukum sekunder ialah berupa buku-buku,
artikel-artikel, majalah-majalah maupun literatur-literatur lainnya yang ada
kaitannya dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :
10
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 35. 11
• Studi Kepustakaan yakni dengan cara mengumpulkan, mengutip dan
memperoleh landasan teoritis berupa konsep dari buku-buku,
artikel-artikel maupun sumber lainnya yang terkait dengan pokok bahasan yang
diangkat penulis.12
4. Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari kepustakaan, setelah itu penulis
melakukan klasifikasi data. Setelah diklasifikasi lalu dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif yakni analisis dengan menggunakan
penafsiran hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional.13
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Yang Diterbitkan Oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
E. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan studi terdahulu yang sudah dilakukan oleh penulis terhadap
beberapa skripsi, bahwa belum ada yang membahas secara khusus tentang
pemakaian selaput dara tiruan dalam tinjauan hukum Islam. Adapun penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Nama : Nur Rohmiyati
NIM : 9943116906
12
Tommy H. P, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2007), h. 28. 13
Prodi : PMH
Tahun : 2003
Judul Skripsi :
"Hak Reproduksi Perempuan Menurut Hukum Islam dan Hukum
Internasional"
Dalam skripsi ini, penulis menjelaskan bahwasannya:
Hak reproduksi menurut hukum Internasional ialah merupakan bagian dari
hak azasi manusia yang harus kita lindungi, jaga, hormati dan junjung
tinggi. Hak ini sebagaimana tercantum dalam dokumen, piagam dan hasil
konferensi Internasional.
Sedangkan hak reproduksi menurut hukum Islam ialah lebih menitik
beratkan hak perempuan selaku istri dan ibu.
Hal ini tertera dalam:
a. Menikmati hubungan seksual.
b. Mengatur kehamilan.
c. Jaminan keselamatan.
Letak perbedaannya :
1) Sisi Positif dan negatif dari pemakaian selaput dara tiruan.
2. Nama : Siti Maemah
NIM : 0043219260
Tahun : 2005
Judul Skripsi :
"Operasi Penyempurnaan dan Penggantian Alat Kelamin Dalam Tinjauan
Hukum Islam Serta Pengaruhnya Terhadap Status Perkawinan dan
Kewarisannya"
Dalam skripsi ini, penulis menjelaskan bahwasannya:
Dalam hukum Islam, operasi penyempurnaan alat kelamin adalah
dibolehkan (mubah), karena operasi ini untuk mempertegas dan
memperjelas alat kelamin yang sudah ada. Sedangkan hukum operasi
penggantian alat kelamin adalah haram, karena operasi ini mengakibatkan
organ kelamin luar tidak sesuai dengan organ kelamin dalam dan termasuk
perbuatan mengubah ciptaan Allah SWT.
Status hukum perkawinan setelah melakukan operasi penyempurnaan
kelamin bagi khunsa wadih adalah tetap seperti semula sesuai dengan
kejelasan status sebelumnya, bahkan dengan dilakukan operasi akan
mempertegas statusnya. Sedangkan status hukum perkawinan setelah
melakukan operasi penggantian alat kelamin adalah tidak sah bahkan
haram jika ia melakukan perkawinannya dengan kondisi jenis kelamin
yang baru, karena operasi penggantian kelamin dari laki-laki menjadi
perempuan atau sebaliknya tidak merubah status jenis kelaminnya ia tetap
berstatus dengan jenis kelaminnya ia tetap berstatus dengan jenis
Status hukum kewarisannya setelah melakukan operasi penyempurnaan
bagi khunsa wadih adalah tetap sesuai dengan kejelasan status
sebelumnya. Operasi ini tidak merubah kedudukannya sebagai ahli waris,
bahkan lebih menguatkan statusnya setelah melakukan operasi
penyempurnaan tersebut. Sedangkan status hukum kewarisan setelah
melakukan operasi penggantian kelamin bagi waria (banci) kejiwaan
adalah tidak merubah kedudukannya sebagai ahli waris, ia tetap
berkedudukan sebagai ahli waris seperti jenis kelaminnya yang asli yang
normal pada waktu lahirnya sebelum operasi.
Letak perbedaannya :
1) Pada sisi hukum pemakaian selaput dara tiruan menurut hukum Islam
(Artificial Virginity Hymen).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun dalam lima bab, dimana pada tiap-tiap
bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan merupakan variasi
ringkas secara garis besar mengenai hal pokok yang dibahas guna mempermudah
dalam memahami dan melihat hubungan satu bab dengan lainnya. Adapun uraian
pada setiap bab adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Teknik
Bab II Sekilas Pandangan Tentang Selaput Dara
Berisikan tentang A. Selaput Dara Menurut Ilmu Kedokteran Dan Hukum Islam :
1). Pengertian Selaput Dara, 2). Macam-macam Bentuk Selaput Dara, 3).
Faktor-faktor Penyebab Robeknya Selaput Dara
Bab III Tinjauan Umum Tentang Selaput Dara Tiruan
Berisikan tentang A. Selaput Dara Tiruan : 1). Pengertian Selaput Dara Tiruan, 2).
Bentuk dan Muatan Selaput Dara Tiruan, B. Urgensi Kaum Perempuan Memakai
Selaput Dara Tiruan, C. Antusiasme Kaum Perempuan Memakai Selaput Dara
Tiruan, D. Keperawanan Dalam Pandangan Kaum Perempuan dan Laki-laki : 1).
Keperawanan Dalam Pandangan Kaum Perempuan, 2). Keperawanan Dalam
Pandangan Kaum Laki-laki
Bab IV Analisa Pemakaian Selaput Dara Tiruan Menurut Hukum Islam
Berisikan tentang A. Mashlahat Dan Mudharat Pemakaian Selaput Dara Tiruan :
1). Mashlahat Pemakaian Selaput Dara Tiruan, 2). Mudharat Pemakaian Selaput
Dara Tiruan, B. Pemakaian Selaput Dara Tiruan Dilihat Dari Penyebab Robeknya
Selaput Dara Menurut Hukum Islam : 1). Kecelakaan, Terbentur Benda Keras,
Haid Luar Biasa, 2). Perbuatan Zina, 3). Hubungan Intim Suami-Istri (Sebab
Pernikahan Yang Sah)
Bab V Penutup
Pada bab terakhir ini dikemukakan kesimpulan dari rangkaian pembahasan dan
BAB II
SEKILAS PANDANGAN TENTANG SELAPUT DARA
A. Selaput Dara Menurut Ilmu Kedokteran Dan Hukum Islam
1. Pengertian Selaput Dara
Secara etimologi kata selaput dara dalam bahasa Indonesia dan
Ghisyâu al-Bakârah (
ة
رﺎ
ﻜ
ﺒﻟا
ءﺎ
ﺸ
ﻏ
) dalam bahasa Arab maupun Hymendalam bahasa Inggris mengandung arti selaput tipis yang menutupi liang
vagina.1 Sedangkan secara terminologi yang dimaksud dengan selaput dara
itu sendiri adalah selaput tipis yang menghubungkan antara organ reproduksi
perempuan bagian luar (vulva) dengan organ reproduksi bagian dalam
(vagina), atau membran tipis yang berada antara labium mayora dan labium
minora dari satu sisi dan saluran vagina pada sisi yang lain.2
Dalam Ilmu Kedokteran, selaput dara diistilahkan dengan hymen.
Hymen merupakan selaput (membran) tipis yang menutupi sebagian liang
vagina yang pada bagian tengahnya berlubang tempat keluarnya darah
menstruasi dan pada umumnya dimiliki oleh perempuan perawan.3 Dalam
memberikan suatu definisi tentang selaput dara, para pakar di Ilmu
Kedokteran memiliki definisi yang beragam diantaranya :
1
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 102.
2
AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (New York: Oxford University Press, 1995), Fifth Edition, h. 585.
3
1. Menurut Syaifuddin, selaput dara merupakan lapisan tipis yang menutupi
sebagian besar dari liang senggama, ditengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada
bagian ini.4
2. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, selaput dara merupakan selaput tipis
yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya selaput dara
berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan
yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan
dalam rahim).5
Sedangkan dalam kajian Hukum Islam sebagaimana yang terangkum
dalam literatur-literatur fiqh, bahwa selaput dara diistilahkan dengan (
ة
رﺎ
ﻜ
ﺒﻟا
)atau ( .
ة
ر
ْﺬ
ﻌﻟا
) Kata al-Bakârah maupun al-‘Uzrah ini mengandung artikeperawanan atau kegadisan. Kata keperawanan ataupun kegadisan
merupakan selaput tipis yang letaknya berada pada wilayah kemaluan
perempuan yang menghubungkan antara organ reproduksi perempuan bagian
luar (vulva) dengan organ reproduksi bagian dalam (vagina).6 Dalam
memberikan suatu definisi tentang selaput dara, para Ulama Hukum Islam
memiliki definisi yang beragam yakni sebagai berikut :
4
Syaifuddin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1997), Edisi 2, h. 114.
5
Ida Bagus Gde Manuaba, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (Jakarta: Penerbit Arcan, 1999), h. 48.
6
1. Menurut Ibn Qudâmah, keperawanan merupakan selaput tipis yang berada
pada kemaluan perempuan yang masih suci atau belum pernah melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya.7
2. Menurut Abdurrahmân al-Jazirî, keperawanan merupakan selaput tipis
yang terletak di wilayah vagina dan pada umumnya dimiliki oleh
perempuan perawan yang belum pernah berhubungan seksual dengan
lawan jenisnya.8
3. Menurut Muhammad bin Qâsim al-Ghazî, keperawanan merupakan
selaput tipis yang berada pada kemaluan seorang perempuan perawan
yang belum pernah berhubungan seksual baik secara halal maupun
haram.9
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dipahami
bahwa selaput dara merupakan selaput atau membran tipis yang terletak pada
wilayah vagina yang menghubungkan antara organ reproduksi perempuan
bagian luar dengan organ reproduksi bagian dalam, pada bagian tengahnya
terdapat lubang tempat keluarnya darah menstruasi. Dan pada umumnya
selaput dara dimiliki oleh perempuan perawan sebagai tanda bahwa
perempuan tersebut belum pernah melakukan hubungan seksual baik secara
halal maupun haram.
7
Abû Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudâmah Maqdisî, al-Mughnî (Kairo: Hajr,1989), Juz 9, h. 411.
8
Abdurrahmân al-Jazirî, al-Fiqh ‘Ala al-Mazâhib al-‘Arba’ah (Kairo: Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyyah, 2005), Juz 4, h. 28.
9
2. Macam-macam Bentuk Selaput Dara
Pada umumnya setiap perempuan perawan memiliki selaput dara,
hanya saja bentuk dan fleksibilitasnya (tingkat kelembutan) berbeda-beda.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk selaput dara yang pada umumnya
dimiliki oleh perempuan perawan, yakni sebagai berikut10 :
1) Ada yang bentuknya melingkari lubang vagina (annular hymen).
2) Ada yang bentuknya ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka
(septate hymen).
3) Ada yang bentuknya ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka, tetapi
lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak (cibriform hymen).
4) Ada yang bentuknya membesar, disebabkan sering berhubungan seksual.
Namun masih menyisakan jaringan selaput dara (introitus).
10
5) Ada yang bentuknya menutup lubang rahim (impervorate hymen),
sehingga menyebabkan wanita tidak bisa haid dan harus dioperasi.
Sedangkan fleksibilitas selaput dara terbagi kepada dua bagian, diantaranya
sebagai berikut11 :
1. Ada yang elastis.
2. Ada yang rigid.
Ukuran lubang selaput dara berbeda-beda, yakni12 :
1) Lubangnya ada yang seujung jari.
2) Lubangnya ada yang mudah dilalui dua ujung jari.
3. Faktor-faktor Penyebab Robeknya Selaput Dara
Berdasarkan atas bentuk dan fleksibilitas selaput dara yang
berbeda-beda. Maka dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
robeknya selaput dara, yakni sebagai berikut13 :
1) Hubungan seksual suami-istri.
2) Kecelakaan.
3) Olah raga (lompat-lompat, berkuda).
4) Masturbasi.
5) Akibat perkosaan.
11
Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Solusinya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 66-67.
12
Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya “Pacar Beda Agama dan Konsepsi Pacaran Dalam Islam & Pernikahan Seaqidah Versus Beda Aqidah”, (T.tp., PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 8.
13
Penjelasan lainnya tentang penyebab robeknya selaput dara, yakni sebagai
berikut14 :
Terlalu Rapuh
Selaput dara sudah robek sebelumnya karena terlalu rapuh. Penyebabnya
karena olah raga seperti berkuda, bela diri, bersepeda.
Kelewat Elastis
Tidak adanya bercak darah di malam pertama disebabkan belum robeknya
selaput dara karena sifatnya sangat elastis. Pada beberapa kasus ditemukan
bahwa elastisitas selaput dara memungkinkan tidak robek pada waktu
pertama kali berhubungan seksual. Bahkan ada yang baru terkoyak setelah
perempuan tersebut melahirkan.
Darahnya Tidak Banyak
Keluar banyak atau sedikit darah dari kemaluan wanita tergantung
pembuluh dara yang terdapat pada selaput dara tersebut. Jika selaput dara
yang banyak pembuluh darahnya otomatis mengeluarkan banyak darah,
tetapi jika tidak keluar darah berarti pembuluh darah yang ada pada
selaput dara tersebut sedikit.
Tidak Punya Selaput Dara
Perkembangan teknologi memungkinkan dilakukannya penelitian tentang
selaput dara secara mendalam. Hasilnya ternyata dalam penelitian yang
14
dilakukan para seksolog ditemukan beberapa perempuan yang sejak lahir
memang tidak memiliki membran ini.
Mengenai faktor-faktor penyebab robeknya selaput dara, dalam hal ini
terdapat perbedaan yang mencolok antara robeknya selaput dara yang
disebabkan oleh kecelakaan (terbentur benda keras, olah raga, masturbasi)
dengan robeknya selaput dara yang disebabkan oleh hubungan seksual
(persetubuhan suami-istri, perbuatan zina, perkosaan). Perbedaannya yakni
sebagai berikut15 :
1) Selaput dara yang robek akibat kecelakaan bisa di area selaput dara yang
mana saja dan koyakannya tidak sampai ke tepi cincin selaput dara.
2) Sedangkan selaput dara yang robek akibat hubungan seksual biasanya
terjadi pada area selaput dara pukul 05.00-07.00 dan koyakannya sampai ke
dasar cincin selaput dara.
15
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG SELAPUT DARA TIRUAN
(ARTIFICIAL VIRGINITY HYMEN)
A. Selaput Dara Tiruan
1. Pengertian Selaput Dara Tiruan (Artificial Virginity Hymen)
Artificial Virginity Hymen dalam bahasa Inggris atau selaput dara
tiruan dalam bahasa Indonesia merupakan selaput tipis yang mirip dengan
selaput dara asli.1 Selaput dara tiruan ini dipakai oleh kaum perempuan yang
menderita robek selaput daranya disebabkan oleh berbagai faktor agar nampak
memiliki selaput dara secara utuh dan dianggap masih perawan pada saat
melakukan hubungan seksual malam pertama. Selaput dara tiruan ini dibuat
oleh Hisaki Seishiro yang merupakan seorang Doctoral pertama tentang
himen di Department of Human Movement Science Institute Kyoto pada tahun
1993. Pada 1995 selaput dara tiruan ini menjadi sangat populer di Jepang dan
Thailand.2
Akhir-akhir ini, selaput dara tiruan ini sudah mulai tersebar luas ke
berbagai penjuru Negara dan juga banyak diburu oleh kaum perempuan yang
menginginkan saat melakukan hubungan seksual malam pertama agar nampak
masih terlihat memiliki selaput dara secara utuh serta dianggap masih
1
Pipiet Tri Noorastuti dan Sandy Adam Mahaputra, “Selaput Dara Tiruan Mulai Diburu”, artikel ini diakses pada 29 Oktober 2009 dari http://kosmo.vivanews.com/news/read/98835-selaput dara tiruan mulai diburu
2
perawan.3 Karena alat ini diyakini mampu untuk membuat kaum perempuan
merasa percaya diri pada saat melakukan hubungan seksual dengan lawan
jenisnya terutama bagi perempuan yang baru menikah (pengantin baru),
karena selaput dara tiruan ini dapat mengeluarkan cairan berwarna merah
yang menyerupai darah pada saat aktivitas hubungan seksual sedang
berlangsung.4
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dipahami
bahwa selaput dara tiruan (Artificial Virginity Hymen) ialah selaput tipis yang
mirip dengan selaput dara asli, dapat mengeluarkan cairan berupa darah
buatan yang dipakai oleh kaum perempuan yang menderita robek selaput
daranya agar nampak seperti perempuan perawan pada umumnya.
2. Muatan Dan Bentuk Selaput Dara Tiruan
Mengenai muatan dan bentuk selaput dara tiruan adalah sebagai berikut5 :
1) Muatan selaput dara tiruan (Artivicial Virginity Hymen) :
a. Terbuat dari natural albumin.
b. Di dalamnya terdapat protein untuk menambah sel darah.
c. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, tidak mengandung bahan
pewarna dan juga tidak membuat alergi.
d. Mudah robek dengan benda tumpul.
3
“Selaput Dara Tiruan Kini Beredar di Indonesia”, artikel ini diakses pada 21 Oktober 2009 dari http://www.selaputdaratiruan.com
4
Ryu dan Yuka chan, “Gigimo Selaput Dara Palsu”, artikel ini diakses pada 16 Oktober 2009 dari http://www.detiknews.com/read/2009/10/16/152213/1222823/159/laris-manis-100-alat-ludes
5
e. Sehabis dipakai, tidak perlu membuang lagi karena selaput dara buatan
ini akan larut beserta darah buatannya.
f. Selaput dara buatan ini bisa disimpan hingga 2 tahun.
2) Bentuk selaput dara tiruan (Artificial Virginity Hymen) :
[image:31.612.113.504.107.632.2]Gambar 2a. Selaput Dara Tiruan
B. Urgensi Kaum Perempuan Memakai Selaput Dara Tiruan
Indonesia merupakan suatu Negara yang penduduknya terdiri dari
bermacam-macam suku. Masing-masing suku memiliki ciri khas kebudayaan dan
tradisi yang berbeda-beda. Selain itu, masing-masing suku juga mempertahankan
nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para leluhurnya, terutama yang berkaitan
dengan etika maupun norma hidup. Hal ini terwujud pada tahun 70-an bahkan
sampai sekarang, yang memunculkan suatu pandangan bahwa keperawanan
perempuan menjadi sesuatu yang sangat penting, berharga dan harus dijunjung
tinggi. Selain itu, keperawanan juga dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai
kepribadian maupun tingkah laku (behavior) seorang perempuan. Oleh
karenanya, banyak seruan yang timbul bahwa setiap perempuan harus menjaga
keperawanannya hingga ke pintu pernikahan.6
Dengan memandang pentingnya nilai keperawanan perempuan tersebut,
akhirnya memunculkan suatu pengindentikkan bahwa keperawanan sama dengan
selaput dara. Pengidentikkan ini dengan melihat kepada seorang perempuan yang
memiliki selaput dara secara utuh dan mengeluarkan percikan darah pada saat
melakukan aktivitas hubungan seksual untuk pertama kalinya. Keluarnya percikan
darah tersebut menandakan bahwa perempuan masih perawan dan belum pernah
tersentuh dengan lawan jenisnya. Sedangkan seorang perempuan yang tidak
memiliki selaput dara dan tidak mengeluarkan percikan darah pada saat
6
melakukan aktivitas hubungan seksual untuk pertama kalinya, menandakan
bahwa perempuan sudah tidak perawan.7 Berdasarkan data hasil survei penelitian
yang pernah dilakukan oleh dr. Boyke, menurutnya bahwa 70% sampai dengan
80% laki-laki di Indonesia menginginkan menikah dengan perempuan perawan.
Dalam arti belum pernah melakukan hubungan intim dengan siapa pun, memiliki
selaput dara secara utuh dan mengeluarkan percikan darah pada saat melakukan
hubungan seksual pada malam pertama.8
Dalam hal ini, selaput dara seakan menjadi sesuatu yang sangat sakral dan
menakutkan bagi semua orang, terutama bagi pengantin laki-laki maupun
perempuan dan keluarga. Atau dapat dikatakan bahwa selaput dara menjadi suatu
hal yang sangat dilematis dalam relasi hubungan seksual suami-istri. Sehingga
banyak suami yang merasa khawatir jika mendapatkan istrinya tidak
mengeluarkan percikan darah ketika aktivitas hubungan seksual malam pertama
dan bahkan ada pula yang menuduh istrinya sudah tidak perawan (pernah berbuat
zina).9 Robeknya selaput dara pada seorang perempuan yang disebabkan oleh
berbagai faktor, pada satu sisi dapat menyebabkan timbulnya suatu ‘aib dan
mengganggu stabilitas keadaan jiwanya (psikologis). Terutama bagi perempuan
7
Sebagai contoh, di Negara Mesir keperawanan perempuan diidentikkan dengan keutuhan selaput daranya dan mengeluarkan percikan darah pada saat hubungan seksual malam pertama, hal ini dijadikan sebagai lambang kesucian dan kehormatan dari seorang perempuan. Selain itu, keluarnya percikan darah dari vagina perempuan menandakan bahwa perempuan tersebut perempuan perawan. Nelly van Doorn Harder, Menakar Harga Perempuan “Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam” (Bandung: Mizan, 1999), h. 33-37, 59-60.
8
"Kesehatan : Heboh Seputar Selaput Dara Tiruan", artikel ini diakses pada 5 November 2009 dari http://www.suarakaryaonline.com
9
yang telah menginjak usia pernikahan. Hal ini akan membawa dampak buruk bagi
dirinya, rasa tidak tenang, takut, ragu, mudah tersinggung dan bahkan dapat
mengakibatkan trauma kalau ‘aibnya tercium oleh orang lain.10
Rasa ketakutan tersebut timbul dikarenakan adanya kekhawatiran pada
diri perempuan tidak dianggap masih perawan serta tidak dapat membahagiakan
calon suami. Dalam relasi hubungan seksual, kepuasan bukan hanya dapat
dinikmati oleh perempuan (istri) semata, tetapi laki-laki (suami) juga berhak
mendapatkan kepuasan tersebut. Jika kepuasan seksual tersebut hanya dapat
dinikmati oleh salah satu pihak saja, maka dapat menimbulkan suatu konflik batin
yang berujung kepada ketidak harmonisan disebabkan salah satu pihak tidak
dapat menikmati kepuasan dalam berhubungan seksual.11
Bagi seorang suami, meraih kepuasan seksual itu baru dapat dirasakan
setelah mendapatkan keperawanan istrinya, hal itu ditandai dengan mampu
merobek selaput daranya dan mendapatkan percikan darah yang keluar dari
lubang vagina. Jika hal tersebut tidak didapatkan oleh suami, maka dapat memicu
terjadinya ketidak harmonisan dalam berhubungan seksual.12
Dalam suatu kasus tertentu disebutkan, bahwa terdapat suatu konflik
hubungan rumah tangga antara suami-istri yang permasalahan utamanya adalah
selaput dara. Hal ini dikarenakan telah berakarnya suatu pandangan yang
10
Muhammad Nu’aim Yasin, Fikih Kedokteran. Penerjemah Munirul Abidin, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), h. 279.
11
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan “Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender” (Yogyakarta: LKis, 2009), h. 153-154.
12
mengidentikkan bahwa keperawanan sama dengan selaput dara. Akibatnya, pada
saat hubungan seksual malam pertama suami mendapatkan istrinya tidak
mengeluarkan percikan darah lalu ia langsung menuduh istrinya sudah tidak
perawan. Setelah itu, suami merasakan adanya tekanan batin yang mendalam dan
tidak berhasrat untuk melakukan hubungan seksual untuk seterusnya. Hal ini jelas
memberikan dampak yang negatif terhadap kaum perempuan secara umum.13
Berkaitan dengan urgensi kaum perempuan memakai selaput dara tiruan,
hal ini dengan melihat kepada pandangan budaya dan tradisi masyarakat yang
telah berakar sedemikian kuatnya, sehingga memunculkan pandangan adanya
kesamaan antara keperawanan dengan selaput dara. Dengan adanya pandangan
tersebut, akhirnya membuat para perempuan yang robek selaput daranya
disebabkan oleh berbagai faktor untuk memakai selaput dara tiruan.14
Pemakaian selaput dara tiruan ini bertujuan untuk menutupi ‘aib yang ada
pada diri perempuan dan menghindari prasangka buruk masyarakat. Selain itu,
pemakaian selaput dara tiruan ini juga bertujuan untuk menjalin relasi hubungan
seksual suami-istri yang harmonis, tanpa ada salah satu pihak yang merasa tidak
puas dan mengangkat martabat kaum perempuan yang telah terpojokkan dengan
reaksi masyarakat yang berlebihan.15
13
Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya “Pacar Beda Agama dan Konsepsi Pacaran Dalam Islam & Pernikahan Seaqidah Versus Beda Aqidah” (T.tp., PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 1-3.
14
“Makna Keperawanan Sesuai Budaya Negara”, artikel ini diakses pada 12 Agustus 2009 dari http://www.rileks.com
15
C. Antusiasme Kaum Perempuan Memakai Selaput Dara Tiruan
Malam pertama merupakan suatu permulaan kehidupan bagi suami-istri.
Malam tersebut memiliki daya pengaruh yang sangat besar terhadap suami-istri
untuk membangkitkan rasa cinta atau mendatangkan kemarahan. Hal ini terwujud
dalam hubungan seksual malam pertama yang dilakukan suami-istri (pengantin
baru).16 Bagi pengantin baru, hubungan seksual pada malam pertama memberikan
suatu kesan yang mendalam dan kesan tersebut akan selalu dikenang oleh
keduanya. Hubungan seksual yang dilakukan suami-istri bukan hanya bertujuan
untuk mendapatkan anak dan mengembangkan keturunan semata. Tetapi, dalam
hal ini juga bertujuan untuk mencari kesenangan dan kenikmatan (hubungan
seksual merupakan buah perkawinan).17
Memperoleh kenikmatan dalam hubungan seksual sangatlah penting bagi
suami-istri. Hal ini dapat diraih jika keduanya saling menunjang atau antara kedua
belah pihak suami-istri saling menopang guna tercapainya kenikmatan seksual.
Kenikmatan hubungan seksual bukan hanya diperuntukkan bagi suami atau istri
semata. Tetapi, keduanya itu berhak untuk memperoleh kenikmatan seksual. Hal
ini agar tidak terdapat ketidak seimbangan antara suami-istri.18
Bagi suami yang baru menikah ia akan merasakan kenikmatan hubungan
seksual ketika mendapatkan keperawanan istrinya yang biasanya ditandai dengan
16
Mahmud al-Shabbâgh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Penerjemah Bahruddin Fannani (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 80.
17
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita. Penerjemah As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 207.
18
keluarnya percikan darah melalui vagina. Dengan keluarnya percikan darah
tersebut dapat meyakinkan suami bahwa perempuan yang dinikahinya masih
perawan (belum tersentuh oleh lawan jenis). Hal inilah yang membuat kaum
lelaki atau khususnya suami merasa bangga dan meraih kepuasan seksual.19 Akan
tetapi, jika perempuan yang dinikahinya tidak mengeluarkan percikan darah pada
saat hubungan seksual malam pertama, maka akan timbul suatu keraguan dalam
diri suami yang pada akhirnya tidak merasakan kepuasan seksual. Dalam hal ini,
suami akan berprasangka buruk terhadap istrinya dengan mengatakan dirinya
sudah tidak perawan dan mencari kepuasan seksual kepada perempuan lain atau
bahkan langsung menceraikan istrinya.20
Berkaitan dengan antusiame kaum perempuan memakai selaput dara
tiruan, dikarenakan dapat membantu untuk menciptakan suasana hubungan
seksual yang harmonis. Selain itu, dengan memakai selaput dara tiruan
perempuan akan lebih percaya diri untuk menjalani kehidupan berumah tangga
yang baik. Pemakaian selaput dara tiruan ini pada dasarnya melihat kepada
tingkat keinginan kaum laki-laki untuk menikah dengan perempuan perawan yang
masih sangat tinggi. Dalam hal ini terdapat beberapa kegunaan dalam memakai
selaput dara tiruan, yakni sebagai berikut :
1. Agar nampak memiliki selaput dara secara utuh dan mengeluarkan percikan
darah.
19
Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Solusinya (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 97. 20
2. Membuat kaum perempuan lebih percaya diri.
3. Menciptakan hubungan seksual yang harmonis.
4. Membuat suami merasa bangga terhadap istri.
5. Menutup cela.
6. Menghilangkan rasa trauma yang berlebihan.
D. Keperawanan Dalam Pandangan Kaum Perempuan Dan Laki-laki
1. Keperawanan Dalam Pandangan Kaum Perempuan
Salah satu tanda kekuasaan Allah SWT adalah terciptanya
keperawanan pada setiap perempuan. Keperawanan merupakan sesuatu yang
melekat pada diri kaum perempuan, ia merupakan lambang kehormatan yang
sangat bernilai tinggi (great value).21 Nilai keperawanan seorang perempuan
memiliki keagungan dan bahkan semenjak dahulu diakui sebagai sebuah
simbol bahwa kesuciannya masih terjaga serta dapat dijadikan perbedaan
antara perempuan yang baik akhlaknya dengan perempuan yang buruk
akhlaknya. Seorang perempuan yang dapat menjaga keperawanan disebut
sebagai perempuan yang dapat menjaga kesucian atas dirinya yang dapat
membawa nama baik dirinya dan keluarga.22
Bagi kaum perempuan, menjaga keperawanan sampai kepada pintu
pernikahan merupakan hal yang paling utama. Kaum perempuan mempunyai
21
Lola Wagner dan Danny Irawan Yatim, Seksualitas di Pulau Batam “Suatu Studi Antropologi” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h. 60-61.
22
kewajiban untuk menjaga keperawanannya dengan sekuat tenaga
(mati-matian), karena keperawanan hanya dimiliki sekali dalam seumur hidup.
Menjaga keperawanan mengandung arti menjaga kesucian, dalam artian
seorang perempuan belum pernah ternodai dengan lawan jenisnya.
2. Keperawanan Dalam Pandangan Kaum Laki-laki
Keperawanan seorang perempuan merupakan sesuatu yang sangat
bernilai tinggi dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi para lelaki.
Terlebih lagi bagi para suami (pengantin baru), ia akan merasakan kepuasan
pada saat mendapatkan keperawanan istrinya. Puas dalam arti bahwa suami
tidak salah memilih perempuan yang mampu menjaga kesuciannya sampai
kepada pintu pernikahan. Hal ini diibaratkan seperti seseorang yang
menggembalakan ternaknya disebuah padang rumput yang tidak pernah
dijamah oleh seorang pun sebelumnya.23 Selain itu, keperawanan seorang
perempuan juga dapat menjadi pokok penting dalam hubungan berumah
tangga (hubungan seksual suami-istri) atau dapat dikatakan bahwa salah satu
pondasi kasih sayang seorang suami dalam kehidupan berumah tangga adalah
ketika mendapatkan istrinya masih perawan pada malam pertama.24
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah
menghimbau sahabat yang sudah mampu untuk berumah tangga agar
menikahi perempuan yang masih perawan.
23
al-Istanbuli, Kado Perkawinan, h. 203-205. 24
Seperti yang tertera dalam sabdanya25 :
ﺣ
ﱠﺪﺛ
ـ
ﺎ
ْﺒ
ﺔـ
:
ﺣ
ﱠﺪﺛ
ـ
ﺣ
ﺎ
ﱠ
دﺎـ
ْـ
ز
ْ
ﺪـ
ـ
ْ
ْـ
ﺮ
و
ْـ
دْ
ـ
رﺎ
,
ـ
ْ
ـﺎ
ـ
ﺮ
ْـ
ْﺒـ
ﺪ
ﻟا
ـ
ـ
لﺎ
:
ـ
ﺰ
ﱠو
ْ
اﻣ
ْـ
ﺮ
اًة
,
ﻓـ
ﺎ
ْـ
ﱠﻟا
ﺒـ
ﱠ
ﺻ
ـﱠ
ﻟا
ﻰ
ـ
ْـ
و
ﱠ
ﻓﻘ
ـ
لﺎ
:
ا
ـ
ﺰ
ﱠو
ْ
ـ
ﺎ
ـﺎ
ـ
ﺮ
ﻓ
؟
ﻘْ
:
ﻌـ
ْ
.
ﻓﻘ
ـ
لﺎ
:
ﻜْـ
ًﺮ
ا
ا
ْم
ﺛﱢ
ﺒًـ
؟
ﺎ
ﻓﻘ
ْ
:
ﻟﺎ
,
ـ
ْ
ﺛﱢ
ﺒـ
ًﺎ
.
ﻓﻘ
ـﺎ
ل
:
هـ
ﱠ
ـ
رﺎ
ـًﺔ
ـ
ﺒﻬ
ـ
و
ﺎ
ـ
ﺒـ
ﻚ
.
ﻓﻘ
ْ
:
ـﺎ
ر
ـْﻮ
ل
ﷲا
!
ا
ﱠن
ﺒْـ
ﺪ
ﻟا
ـ
ﻣـ
تﺎ
و
ـ
ﺮ
ك
ْﺒـ
ـ
تﺎ
اْو
ْـ
ًﺎﻌ
,
ﻓ
ْﺌـ
ـ
ْ
ﻘـ
ْﻮ
م
ْﻬ
ـ
ﱠ
) .
اور
ﻟا
ـ
ىﺬﻣﺮ
(
Artinya :Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan bahwa Abdullah meninggal dunia dengan meninggalkan sembilan orang anak wanita atau tujuh orang anak wanita. Lalu Jabir kawin dengan wanita janda, maka Rasulullah SAW bertanya: “Hai Jabir! Kau telah menikah” ? Jabir menjawab “ya”. Rasulullah bertanya lagi “perawan atau janda”? Kata Jabir “janda ya Rasulullah. Beliau bertanya lagi: “mengapa kamu tidak memilih gadis yang bisa bersenang-senang denganmu atau yang bisa saling bercanda denganmu? Kata Jabir: sesungguhnya Abdullah (ayah Jabir) telah meninggal dengan meninggalkan tujuh orang anak wanita atau sembilan orang anak wanita. Lalu, saya menikahi wanita yang bisa mengurus mereka dan bisa membuat mereka baik. (HR. al-Thirmidzi)
Dalam hadits ini diterangkan bahwa setiap laki-laki dihimbau untuk
menikahi perempuan yang masih gadis atau perawan, karena hal itu lebih
diutamakan dari pada menikahi perempuan janda. Dengan menikahi
perempuan yang masih perawan itu, maka banyak faedah yang dapat diambil.
Dan juga dibolehkan bagi mereka yang tidak mengutamakan menikah dengan
perempuan yang masih perawan disebabkan adanya udzur.26
25
Imam Abu Isa Muhammad bin Isa ibn Mûsa al-Thirmidzi, Jâmi’ al-Thirmidzi (Riyadh: Darussalam, 1999), No. 1100, h. 264.
26
Selain hadits di atas, Rasulullah SAW juga pernah bersabda tentang
keutamaan dan faedah-faedah yang bisa didapatkan seorang lelaki menikahi
perempuan perawan (masih suci)27 :
ـ
لﺎ
ر
ـْﻮ
ل
ﻟا
ـ
ﺻ
ـﱠ
ﻟا
ﻰ
ـ
ْـ
و
ﱠ
" :
ْﻜ
ـْ
ـ
ﻻﺎ
ْﻜ
ـ
رﺎ
ﻓـ
ﺎﱠ
ﻬـ
ﱠ
ا
ْـ
ﺬ
ب
اْﻓ
ـﻮ
ها
ًـ
و
ﺎ
اْ
ـ
ا
ْر
ﺣ
ـ
ﻣﺎ
ًـ
و
ﺎ
ا
ْر
ﺿ
ـ
ﻰ
ـﻟﺎ
ْـ
ﺮ
"
) .
اور
ا
ـ
ﺎﻣ
(
Artinya :“Tetapkanlah (pilihanmu) pada wanita yang masih perawan, karena mereka lebih bersih farjinya dan lebih menerima peranakannya dan rela dengan pemberian yang sedikit”.
Menurut al-Bujairimi, seperti yang dikutip dalam kitab “Hâsyiyah
I’ânatuth Thâlibin” bahwa terdapat tiga keutamaan menikahi perempuan
perawan yakni sebagai berikut28 :
1) Dengan keluguannya sebagai gadis, dia akan mencintai dan mengasihi
suaminya dengan sepenuh hati. Karena kecintaannya itu, maka dirinya
lebih mengutamakan suaminya dari pada orang lain.
2) Dengan menikahi seorang gadis atau perawan, maka seorang lelaki akan
bertambah gelora cinta kasihnya. Sebab pada umumnya laki-laki pasti
menginginkan wanita yang masih perawan, murni dan belum ternodai
kesuciannya.
3) Kelebihan menikahi seorang gadis atau perawan, karena tidak ada
kerinduan dihatinya terhadap laki-laki lain.
27
Syaikh Abû ‘Abbâs Syihâbuddin Ahmad bin Abî Bakr Abdurrahmân bin Ismâ’il al-Kanâni al-Bushirî al-Qâhirî al-Syafi’Î, Zawâid ibn Mâjah ‘Ala al-Kutubi al-Khamsah (Beirut-Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1993), h. 265.
28
Dalam hal ini, perempuan perawan dipandang masih bersih dan
kesuciannya masih terjaga terutama farjinya atau rahimnya. Rahim perempuan
perawan belum pernah terpolusi oleh bibit lelaki manapun. Di samping itu,
beristrikan seorang perempuan perawan memudahkan suami dalam
membimbingnya dan mengaturnya dalam kehidupan berumah tangga. Atau
lebih tepatnya lebih mudah diajak untuk bekerjasama dalam membina rumah
tangga, kemudian mendapat pengalaman bersama-sama dikarenakan
BAB IV
ANALISA PEMAKAIAN SELAPUT DARA TIRUAN
MENURUT HUKUM ISLAM
A. Mashlahat Dan Mudharat Pemakai Selaput Dara Tiruan
1. Mashlahat Pemakaian Selaput Dara Tiruan
Pemakaian selaput dara tiruan pada satu sisi dapat mewujudkan suatu
kemashlahatan bagi kaum perempuan, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk Menutupi Cela (‘Aib).
Robeknya selaput dara yang disebabkan oleh berbagai faktor
menyebabkan timbulnya suatu ‘aib bagi pemiliknya dan dapat
mengganggu stabilitas keadaan jiwanya (psikologis). Terutama bagi
perempuan perawan yang telah menginjak usia pernikahan lalu mengalami
penderitaan berupa robek selaput daranya sebelum menikah, hal ini akan
membawa dampak buruk bagi dirinya, rasa tidak tenang, ragu, mudah
tersinggung dan bahkan dapat mengakibatkan trauma kalau ‘aibnya
tercium oleh orang lain.1
Pemakaian selaput dara tiruan (Artificial Virginity Hymen) ini,
secara psikologis dapat memberikan solusi kepada seorang perempuan,
karena ‘aib yang terdapat pada dirinya dapat disikapi secara aktif, bukan
hanya dengan pasrah tanpa tindakan apapun. Tindakan aktif berupa
1
pemakaian selaput dara tiruan ini dapat menutupi ‘aib dirinya dan
berdampak positif bagi orang lain terutama pasangan hidupnya setelah
terikat dengan tali pernikahan.
Menutupi ‘aib bagi diri sendiri maupun orang lain merupakan
sikap yang mulia, karena merupakan salah satu tujuan syari’ah (maqashid
al-syari’ah) yakni menjaga kehidupan dan kehormatan (hifdz an-nafs wa
an-nasl) baik bagi diri sendiri maupun keluarga.
Hal ini pernah dinyatakan Rasulullah SAW melalui sabdanya2 :
ﺣ
ﱠﺪﺛ
ـ
ﺎ
ﺒ
ْـﺪ
ْـ
ا
ْﺒـ
طﺎ
ْـ
ﺤﻣ
ـ
ﻘﻟا
ﺪ
ـ
ﺸْﺮ
ـ
:
ﺛﱠﺪﺣ
ـ
ا
ﺎ
ـ
ﻰ
:
ﺣ
ﱠﺪﺛ
ـ
ﻻا
ﺎ
ْ
ـ
لﺎ
:
ﺣ
ﱢﺪْﺛ
ـ
ْ
ا
ـ
ﺻ
ﻰ
ـﻟﺎ
,
ـ
ْ
ا
ـ
ه
ﻰ
ـ
ﺮ
ْـ
ﺮ
ة
ـ
ﱠﻟا
ﺒـ
ﱢ
ﺻ
ـﱠ
ﻟا
ﻰ
ـ
ْـ
و
ﱠ
ـﺎ
ل
:
ﻣـ
ْ
ﱠ
ـ
ْ
ﻣ
ْ
آـ
ْﺮ
ـًﺔ
ﻣـ
ْ
آـ
ﺮ
ب
ﺪﻟا
ْـ
ﺎ
ﻟا
ـ
ْـ
آـ
ْﺮ
ـًﺔ
ﻣـ
ْ
آـ
ﺮ
ب
ـْﻮ
م
ﻘﻟا
ـ
ﻣﺎ
ـﺔ
,
و
ﻣـ
ْ
ﱠـ
ﺮ
ﻣ
ﻰ
ْﻌ
ـ
ﺮ
ﻰـﻓ
ﺎـ ْﺪﻟا
ﱠـ
ﺮ
ﻟا
ـ
ْـ
ﻓـ
ﺪﻟا
ﻰ
ْـ
و
ﺎ
ﻻا
ـ
ﺮ
ة
,
و
ﻣـ
ْ
ـ
ﺮ
ﻰ
ﻣ
ْـ
ـ
ﺎـ ْﺪﻟا
ﻰـﻓ
ـ
ﺮ
ﻟا
ـ
ـْ
ﻓـ
ﺪﻟا
ﻰ
ْـ
و
ﺎ
ﻻا
ـ
ﺮ
ة
,
و
ﻟا
ـ
ﻓـ
ﻰ
ـْﻮ
ن
ﻌﻟا
ﺒْـ
ﺪ
ﻣـ
آ
ﺎ
ـ
نﺎ
ﻌﻟا
ْﺒـ
ﺪ
ﻓـ
ﻰ
ـْﻮ
ن
ا
ْـ
) .
اور
ىﺬـﻣﺮ ﻟا
(
Artinya :Dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat, dan barang siapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat, dan barang siapa menutupi (‘aib) seorang muslim Allah akan menutupi (‘aibnya) di dunia dan akhirat, dan Allah akan selalu menolong hambanya selama ia menolong saudaranya”.(HR. al-Thirmidzi)
Bagi seseorang yang ‘aibnya dapat tertutupi, maka ia akan
memperoleh kepuasan tersendiri. Karena harga dirinya telah kembali dan
2
kehormatannya dapat terjaga. Apalagi yang menyangkut dengan masalah
robeknya selaput dara, yang telah menjadi konstruksi masyarakat sebagai
lambang kesucian dan harga diri seorang perempuan. Jika ‘aib tersebut
dibiarkan tersebar ke masyarakat, maka bukan hanya diri seorang
perempuan tersebut yang berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak
buruk terhadap nama baik keluarga.
Oleh karena itu, tindakan aktif yang dilakukan oleh perempuan
tersebut dengan memakai selaput dara tiruan dapat memunculkan sisi
positif dalam membawa ketentraman dan kebahagiaan hidup.
b. Melindungi Keluarga.
Salah satu aspek dalam kehidupan yang tidak dapat diabaikan
adalah faktor keluarga, karena cepat atau lambat suatu saat terbentuk
dikemudian hari. Betapa calon suami dapat sangat kecewa, apabila orang
yang dicintainya selama ini sudah tidak memiliki selaput dara yang utuh
pada saat malam pertama berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya
suatu konflik antara suami-istri. Pihak suami merasakan kekecewaan yang
mendalam serta berlanjut kepada ketidakpuasan. Maka hancurlah suatu
harapan untuk membangun mahligai rumah tangga dikemudian hari.3
Keadaan seperti ini tentunya melibatkan keluarga dekat untuk
mencari dan menemukan solusi terbaik bagi seluruh keluarga, baik dari
3
pihak suami maupun istri. Oleh karena itu, sebenarnya kemajuan di bidang
medis mengenai pemakaian selaput dara tiruan dapat memberikan suatu
solusi dalam mengurangi rasa kekecewaan yang mendalam dan dapat
melindungi ‘aib keluarga.
c. Mencegah Prasangka Buruk (Negative Thinking).
Agama Islam sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai telah
mengajarkan kepada setiap manusia untuk senantiasa berprasangka baik
(husnu al-dzan) dengan kebersihan hati dan saling percaya, bukan dengan
berprasangka buruk terhadap orang lain. Berprasangka baik dalam rangka
menjalin hubungan baik antar individu maupun sosial merupakan tindakan
yang terpuji. Bersikap seperti ini, jika ditumbuh kembangkan dengan baik
niscaya mampu untuk dapat mewujudkan keharmonisan dalam
berhubungan antar individu maupun sosial agar terjaga dengan baik.
Sebaliknya, berprasangka buruk bukan merupakan tindakan yang
terpuji. Jika sikap seperti ini tetap dibiarkan berkembang, maka dapat
menimbulkan perpecahan dalam menjalin hubungan baik individu
maupun sosial. Oleh karena itu, berprasangka buruk dalam perspektif
agama tidak diperbolehkan.4
Terdapat beberapa penjelasan melalui Al-Qur’an maupun Hadits
mengenai tidak diperbolehkannya berprasangka buruk, diantaranya :
4
Allah SWT berfirman di dalam (QS. al-Hujurat/ 49: 12) yang berbunyi :
⌧
☺
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-purba-sangka itu dosa dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurat/ 49: 12)
Dalam suatu riwayat disebutkan dari Abu Hurairah RA. Ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda5 :
ﺣ
ﱠﺪﺛ
ـ
ﺎ
ْﺤ
ـ
ْـ
ْﺤ
ـ
ـ
لﺎ
:
ـ
ﺮ
ْا
ت
ﻣ
ﻰ
ـﻟﺎ
ﻚ
ـ
ْ
ا
ـ
ﻰ
ﱢﺰﻟا
ـ
دﺎ
ـ
ْ
ﻟا
ْ ﺎ
ـ
ﺮ
ج
ـ
ْ
ا
ـ
ﻰ
هـ
ﺮ
ْـ
ﺮ
ة
,
ا
ﱠن
ر
ـ
لْﻮ
ﻟا
ـ
ﺻ
ـ
ﻟا
ﻰ
ـ
ْ
ـ
ﱠ
و
ـ
لﺎ
:
ا
ـ
آﺎ
ـْ
و
ﻈﻟا
ـ
ﱠ
ﻓـ
ﺎ
ﱠن
ﻈﻟا
ـ
ﱠ
اآ
ْـﺬ
ب
ﺤﻟا
ـﺪ
ْ
و
ﻟ
ﺎ
ﺤ
ـﺎ
ـﺪ
ْو
و
ا
ﻟ
ﺎ
ﱠ
ـْﻮ
و
ا
ﻟ
ﺎ
ﺒـ
ﻏﺎ
ﻀ
ـْﻮ
ا
و
آـ
ْﻮ
ـْﻮ
ا
ﺒـ
دﺎ
ﻟا
ـ
ا
ْﻮ
ا
ًـﺎ
) .
اور
ﻣ
(
Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk adalah sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian saling hasad/ mendengki, saling memata-matai dan saling membenci. Namun, jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim)
5
Mengenai robeknya selaput dara pada seorang perempuan perawan
serta tidak keluarnya percikan darah pada vagina saat melakukan
hubungan seksual untuk pertama kali, tidak dapat secara langsung
mengkategorikannya (judgment) sebagai perempuan yang sudah tidak
perawan tanpa mengklarifikasi dan menelitinya terlebih dahulu. Karena
pada umumnya setiap perempuan memiliki selaput dara dengan bentuk
dan fleksibilitas yang berbeda-beda. Robeknya selaput dara yang terjadi
pada sebagian perempuan bukan hanya disebabkan oleh hubungan seksual
saja, melainkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.6
d. Demi Keadilan Gender Antara Laki-laki dan Perempuan.
Terdapat perbedaan yang mencolok antara kaum laki-laki dengan
perempuan dalam hal pengaruh psikologi maupun fisik, diantaranya7 :
1) Bagi seorang perempuan yang telah robek selaput daranya disebabkan
oleh berbagai faktor selain hubungan seksual, akan mengalami tekanan
batin dan berdampak buruk terhadap keadaan jiwanya. Sedangkan bagi
perempuan yang melakukan hubungan seksual di luar nikah, akan
mengalami perubahan yang signifikan terhadap fisiknya maupun
secara mental.
6
Sylvia S. Mader, “Understanding Human Anatomy and Physiology” (New York: McGraw-Hill, 2005), Fifth Edition, h. 353.
7
Misalnya, selaput daranya robek dan sekaligus mengalami kehilangan
keperawanannya. Atau terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan
serta mengakibatkan timbulnya suatu gangguan pada jiwanya.
2) Bagi seorang laki-laki walaupun sering melakukan hubungan seksual
di luar nikah, maka tidak mengalami perubahan terhadap fisiknya.
Misalnya, jika sebab melakukan hubungan seksual, maka mengalami
kehilangan keperjakaannya (tetapi hal ini sangat sulit untuk diketahui).
Selain itu, secara sosial pun juga mendapatkan sanksi yang
berbeda antara seorang laki-laki dengan perempuan, diantaranya8 :
1) Bagi perempuan yang telah robek selaput daranya disebabkan oleh
faktor selain hubungan seksual ataupun pernah melakukan hubungan
seksual di luar nikah diberikan sanksi berupa julukan dengan sebutan
perempuan nakal.
2) Bagi laki-laki yang pernah melakukan ataupun sering melakukan
hubungan seksual di luar nikah tidak diberikan julukan apapun.
Dampak dari robeknya selaput dara sangat berpengaruh terhadap
psikologis seorang perempuan. Mengingat pandangan masyarakat yang
mengidentikkan bahwa robeknya selaput dara sama dengan hilangnya
keperawanan yang disebabkan oleh perbuatan zina. Padahal robeknya
8
selaput dara tidak hanya disebabkan oleh perbutan zina, tetapi penyebab
robeknya beragam seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya.
Akibat yang timbul disebabkan oleh pandangan tersebut membuat
seorang perempuan perawan menjadi pemurung, merasa gelisah dan sedih
bahkan dalam kondisi tertentu dapat mengakibatkan frustasi maupun putus
asa yang berkepanjangan dan berakhir pada tidak mau untuk menikah
dikarenakan takut tidak bisa membahagiakan suami dikemudian hari.
Posisi semacam ini jelas merugikan kaum perempuan.9
Sebenarnya ajaran Islam telah menghimbau agar jangan dengan
mudah melakukan tuduhan zina terhadap perempuan yang baik-baik, dan
memberikan ancaman yang berat bagi penuduhnya.10
Allah SWT berfirman dalam (QS. al-Nur/ 24 : 4-5) dan (QS. al-Nur/ 24 :
23-25) yang berbunyi :
☺
⌧
9
Nadesul, Cara Sehat Menjadi Perempuan, h. 36-37. 10
⌦
⌧
Artinya :
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Nur/ 24 : 4-5)
☺
⌧
☺
⌧
☺
☺
☺
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka Balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya)”. (QS. al-Nur/ 24 : 23-25)
Selain dapat terwujudnya suatu kemashlahatan bagi perempuan dari
pemakaian selaput dara tiruan, dalam hal ini juga terdapat suatu kemudharatan
yang dapat terwujud, antara lain sebagai berikut :
a. Adanya Unsur Penipuan.
Bagi masyarakat yang kurang memahami tentang ilmu kedo