• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi aturan jenayah murtad menurut enakmen kanun jenayah syariah II (1993) di negeri Kelantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi aturan jenayah murtad menurut enakmen kanun jenayah syariah II (1993) di negeri Kelantan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT

ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI

KELANTAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (SSY)

Oleh :

NUR SUHAIDA BINTI RAZALI NIM : 108045200021

KONSENTRASI SIYASAH SYARI’YYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(2)

IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT

ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI

NEGERI KELANTAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

Oleh :

NUR SUHAIDA BINTI RAZALI NIM : 108045200021

Pembimbing :

Dr. Rumadi, M.Ag NIP : 196903041997031012

K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R I ’ Y Y A H PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT

ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI KELANTAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Februari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (SSY) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).

Jakarta, 2 Februari 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Nip: 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....………)

Nip: 197210101997031008

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....………)

Nip: 197102151997032002

3. Pembimbing I : Dr. Rumadi, M.Ag.

(..…....………)

Nip: 196903041997031012

4. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. (..…...…...………)

(4)

5. Penguji II : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....………)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yaang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Februari 2010

Nur Suhaida

(6)

KATA PENGANTAR

Tiada seindah kata yang dapat penulis ukirkan dan tiada semanis ungkapan yang dapat penulis bicarakan, hanya pujian dan kesyukuran yang tidak terhingga

kepada Allah SWT di atas nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, memberi

peluang untuk penulis terus menyelesaikan skripsi ini. Bingkisan shalawat dan

salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, keluarga baginda, para

sahabat dan tabi’in serta para penerus perjuangan dalam menegakkan kalimah

Allah.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai memenuhi syarat guna memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (SSY), jurusan Siyasah Syari’yyah, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi pensyaratan tersebut,

penulis telah menyusun sebuah skripsi yang berjudul : “IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI KELANTAN”. Walaupun pelbagai rintangan dan halangan yang dilalui terpaksa penulis menhadapinya

dengan sabar dan tabah dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini, namun

berkat taufiq dan hidayat-Nya di samping doa dan restu keluarga tercinta,

dorongan, bantuan, bimbingan, dan suntikan semangat dari pelbagai pihak,

(7)

penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama

kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kewenangan yang

dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun

skripsi ini.

2. Bapak Dr. Asmawi, M. Ag. dan ibu Seri Hidayati, M. Ag. selaku PJS ketua,

dan seketaris jurusan Jinayah Siyasah yang telah banyak memberi motivasi

dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Rumadi, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberi tunjuk ajar, arahan, dan masukan kepada penulis hingga tuntas

skripsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baik baiknya kepada

penulis.

4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan-karyawan yang

banyak membantu penulis memfasalitaskan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

5. Terima kasih yang tak terhingga, yang dicintai Bonda serta Ayahandaku

Razali Bin Ismail dan Norasiah Binti Ariffin yang tak pernah jemu

(8)

bantuan dari sisi penulisan maupun keuangan dalam menyelesaikan proses

penulisan ini.

6. Kakandaku yang kusayangi, Nohaslina dan suami Mohd yusoff serta cahaya

mata mereka Nurul Shahirah dan Mohd Shafiq, Nor Mala dan suami Mohd

Noor dan cahaya mata mereka Iman Faris, Mohd Firdaus, tidak lupa juga

adindaku Nur Maizatul Ain, Mohd Syahidbullah, Mohd Taufiq dan Nur

Syafiqah selaku saudara-saudara kandungku yang banyak meluangkan banyak

masa bersama penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada bapa saudara, emak saudara dari pihak ayah maupun ibu yang telah

banyak memberikan pertolongan dan dorongan dalam menuntut ilmu di bumi

Indonesia ini dari berbagai aspek sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi

ini.

8. Seluruh pihak kedutaan besar Malaysia di Indonesia yang banyak membantu

penulis hingga tuntasnya skripsi ini.

9. Ribuan terima kasih juga kepada Pengarah (penerbitan) Urusetia Penerangan

Kerajaan Negeri Kelantan, Tuan Haji Rosidi Ismail yang memberikan

kerjasama yang amat memuaskan kepada penulis.

10.Seluruh perhargaan dan penghormatan kepada Dato’ Tuan Guru Haji Harun

Bin Taib, Rektor Ustaz Mahmud Sulaiman, Ustaz, dan Ustazah di KUDQI,

dan seluruh warga KUDQI yang memberikan tunjuk ajar, dorongan,

semangat, kesabaran, dan bersama dalam pahit dan manis tidak akan

(9)

11.Buat teman kosanku yang sangat ceria dalam mengharungi pahit manis

kehidupan dalam menuntut ilmu, Ummu Nurul Aiman Mat Jamil dan Siti

Aishah Mohd.

12.Tidak lupa juga sahabat-sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu, yang

dikasihi Zainab, hayati, Aisyah abdullah, Syazwani, Marina, Katijah, dan

Hafizah, teman-teman se-Malaysia dari Kolej universiti Darul Quran

Islamiyyah ( KUDQI), Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS)

Nur Amirah Rasid, Aimuni Awangludin, dan Syahidah Abd. hamid dan

teman-teman dari Akedemik Pengajian Islam dan Dakwah (APID),

13.Teman-teman dekatku Wan Khadijah W. Khalid serta suami Hafizuddin Abu

Bakar, Nur Laili Rasid, Ahmad, Saedah, sa, yah dan suwie jutaan terima kasih

penulis ucapkan karena turut mendoakan kejayaan, memberi partisipasi, dan

semangat kepada penulis demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini. Tidak

lupa juga kepada Insan yang dicintai karena sentiasa memberi semangat dan

dukungan. Semoga doaku dan doamu dimakbulkan oleh Yang Maha Kuasa.

14.Teman-teman seangkatan 2008/2009 Program Studi Jinayah Siyasah,

Konsentrasi Siyasah Syari’yyah, terima kasih saya ucapkan. Teman-teman

dekatku dari Indonesia Wilda Azizah, Lisa Permata Sari, Ade Rohmi, Nara,

Irsyad, Mulki Sulaiman serta tidak lupa kepada semua teman-teman di seluruh

(10)

15.Terakhir, kepada semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis

dalam penulisan skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat serta warga

yang berada di Malaysia dan Indonesia.

Demikian sudah penyelesaiannya penulis mengarangkan ucapan terima kasih

kepada semua pihak harapan penulis semoga Allah SWT Yang membalas Segala

jasa dan budi baik kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan

manfaat kepada pihak-pihak yang berkaitan maupun para pembaca pada

umumnya.

Jakarta, 10 Februari 2010 M, 25 Safar 1431

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian...7

D. Metode Penelitian...8

E. Review Studi terdahulu ...10

F. Sistematika Penulisan...12

BAB II MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM...……...14

A. Murtad dan Istilah Lain Yang Terkait...14

B. Dalil-dalil Al-Quran Dan As-Sunnah tentang murtad...18

C. Perkara-perkara Yang Menyebabkan Murtad...21

(12)

E. Tindak pidana terhadap pelaku murtad Sebagai Jinayah

Hudud...28

BAB III LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 NEGERI KELANTAN...36

A. Demografi Negeri Kelantan...36

1. Keadaan Geografi...36

2. Situasi Politik...38

B. Latar Belakang Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di Negeri Kelantan...42

1. Proses Penyediaan Draf Hudud Di Kelantan...43

2. Jawatankuasa Hudud dan Qisas Negeri Kelantan...44

C. Mendapatkan Persepakatan Ulama’ ...46

D. Isi kandungan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) di Negeri Kelantan...47

BAB IV IMPLEMENTASI ATURAN JINAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN JINAYAH SYA RIAH II 1993 DI NEGERI KELANTAN ...54

A. Upaya perlaksanaan Syariat Islam di Negeri kelantan...54

B. Halangan Perlaksanaan...54

(13)

2. Halangan Politik...57

C. penyelesaian Masalah untuk melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah II 1993 di negeri kelantan ...64

1. Perubahan Perlembagaan...65

2. Perubahan Struktur Politik...68

3. Penerangan Kepada Rakyat Malaysia amnya dan Rakyat kelantan khasnya...70

BAB V PENUTUP...74

A. Kesimpulan...74

B. Saran-saran...75

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam penelitian sejarah masuknya Islam di Malaysia1 (dahulu Melaka), para

sejarawan telah menyatakan bahwa Islam telah memasuki Semenanjung Melaka

pada abad ke-15 M. Pada abad ke-15 itu, agama Islam sudah menjadi agama yang

dianut oleh Kerajaan dan kebanyakkan rakyatnya. Penetapan ini didasarkan atas

bukti-bukti sejarah berupa pengalaman ajaran-ajaran Islam dikalangan masyarakat

Melayu dan non-Muslim yang kemudian memeluk agama Islam telah dianggap

sebagai orang Melayu. Semua ini berlangsung sejak abad ke-15 M. Tun Saleh

Abbas, sejarawan Melayu, (mantan Ketua Hakim Negara) menyebutkan bahwa

Islam telah menjadi agama orang-orang Melayu sejak 500 tahun yang lalu. 2

Menurut cacatan sejarah, agama Islam pertama sekali dibawa para pedagang

Arab ke India, dan disebarkan ke Tanah Melayu pada abad ke-15. Sejak saat itu

1 Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Inggeris pada tanggal 30 Agustus 1957. Malaysia adalah negara federasi dari 13 negara bagian, terdiri dari Johor, Kedah, Kelantan, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Serawak, Selangor, dan Terengganu. Malaysia menggunakan sistem Demokrasi Berparlimen. Kepala Negara dijabat oleh seorang Raja dengan gelar Sultan Yang Dipertuan Agong. Kepala Pemerintahan dipegang oleh oleh Perdana Menteri sebagai pemegang Kekuasaan Eksekutif dan dibantu oleh anggota Kabinet atau para Menteri. Kekuasaan Legislatif berada di tangan parlimen, terdiri dari yang Dipertuan Agong, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Negara Kerajaan ini menganut banyak partai. Partai yang berhasil menempatkan wakil terbanyak di Parlimen, ketua partai otomatis menjadi Perdana Menteri. Raja Malaysia dipilih oleh para Sultan Negara bagian melalui Majelis Raja-raja. Raja yang dipilih adalah salah seorang diantara para Sultan 13 Negara bagian. Lihat Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) cet.5, h. 189

(15)

telah banyak orang-orang Melayu yang memeluk agama Islam, dan berupaya

melakukan perlawanan terhadap kolonial penjajah di Tanah Melayu.

Pada tahun 1511 M, datang pelaut Portugis ke Melaka, kemudian disusul pelaut

bangsa Belanda pada 1641 M, dan pada tahun 1786 pelaut Inggeris tiba di Pulau

Pinang yang pada tahun 1874 menguasai Perak. Semenjak itu Inggeris menjajah

Malaysia sampai tahun 1957. Pada tahun itu 1957 Malaysia merdeka.

Pada tahun 1963, ketika Undang-Undang Dasar (Perlembagaan) Persekutuan

Malaya dibicarakan pada tahun 1956, menjelang kemerdekaan Malaysia, di dalam

draf rancangan undang-undang tersebut tidak dicantumkan bahwa agama Islam

adalah agama Persekutuan. Ketika itu, salah seorang anggota sidang, Hakim

Abdul Hamid dari Pakistan, mengajukan cadangan bahwa agama Islam perlu

ditetapkan menjadi agama negara. Akan tetapi, hasil akhir dari pembahasan

undang-undang tersebut tidak menyetujui usulan tersebut, tetapi juga tidak

disebutkan bahwa Persekutuan Malaya sebagai Negara Sekular.

Setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Perlembagaan Malaysia,

dalam perkara 3 (1), dinyatakan bahwa : “Agama Islam adalah agama bagi

Persekutuan, tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai

di mana-mana bagian Persekutuan”.3

Perkara 3 (1) ini, menurut Ahmad Ibrahim, menunjukkan bahwa Agama Islam

bukan saja menyangkut persoalan formal atau identitas seseorang, tetapi juga

(16)

meliputi seluruh amalan dan aspek kehidupan. Masyarakat Melayu harus

menunjukkan sikap keislamannya dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena

itu, masyarakat melayu, yang hak-hak istimewa mereka dijamin oleh

undang-undang, berhak untuk mengatur hidup mereka sesuai dengan ajaran Islam, baik

yang berhubungan dengan masalah ibadah, dan muamalah, maupun jenayah, dan

hukum-hukum lainnya.4

Berdasarkan kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan kalau setiap negara

bagian di Malaysia dalam menyusun undang-undang yang akan berlaku untuk

setiap negeri, dan menyesuaikan undang-undang tersebut dengan ajaran Islam.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Perlembagaan

Malaysia, maka dalam merealisasikan keinginan rakyat dan pemerintah di tingkat

negara bagian, secara bertahap masing-masing negara bagian, secara bertahap

telah melakukan kondifikasi hukum dalam beberapa aspek kehidupan.

Negara Bagian Kelantan Darul Naim, yang menjadi wilayah kajian skripsi ini,

telah memiliki beberapa kodifikasi hukum, yaitu Undang-undang Pengadilan

Syariah 1327 H, Undang-undang Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu

1911, dan Undang-undang Perkawinan dan Perceraian Islam 1938. pada tahun

1938 itu juga diberlakukan undang Pelanggaran Agama dan

Undang-undang Masjid 1938.

(17)

Pada pra dan awal kemerdekaan Malaysia, produk undang-undang yang

berkaitan dengan hukum Islam tidak banyak perubahan. Menurut Ahmad Ibrahim,

perubahan undang-undang pada awal kemerdekaan Malaysia lebih banyak

menyangkut pengadministrasian, yurisdiksi dan kekuasaan Pengadilan Syariah. 5

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menilai sajauh manakah Enakmen6 Kanun

Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan yang telah diluluskan sebulat suara

oleh Dewan undangan Negeri (DUN) Kelantan7 pada 25 November 1993 itu

dapat dilaksanakan sepenuhnya di Negeri Kelantan Darul Naim khususnya dan di

Malaysia amnya. Kandungan enakmen tersebut memperuntukkan tentang

kesalahan dan sanksi pidana Islam (Hudud) sebagaimana yang disyariatkan oleh

Allah SWT dalam al-Quran dan bertetapan dengan Hadis Nabi SAW.

Kajian ini melibatkan satu enakmen yang telah diluluskan (tetapi belum dapat

dilaksanakan) di dalam sejarah Malaysia moden untuk melaksanakan

undang-undang yang disyariatkan oleh Allah yang selama ini hanya dipelajari secara

teoritas sahaja oleh rakyat Malaysia pada hari ini. Kejayaan di dalam pelaksanaan

enakmen ini akan memberi kesan yang besar kepada masyarakat, sistem politik

dan sistem perundangan negara Malaysia.

5 Ahmad Ibrahim, “Perkembangan Kodifikasi Hukum Islam Di Malaysia” Dalam Sudirman Tebba (Ed), Perkembangan Terakhir Hukum Islam Di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga Dan Pengkodifikasiannya, (Bandung, Mizan, 1993) H 100

6 Enakmen adalah nama bagi undang-undang yang diluluskan oleh dewan legislatif di peringkat negara bagian (DPRP). Jika di dewan legislatif tingkat nasional (parlemen) dinamakan akta

(18)

Berdasarkan kajian dan penilaian yang dibuat, enakmen ini adalah

suatuenakmen yang amat penting untuk menjadi titik tolak kepada perlaksanaan

hukum Islam secara keseluruhannya (hudud, qisas, dan takzir) di Malaysia, yang

selama ini hanya tertumpu kepada hukum kekeluargaan, kewarisan, dan wakaf

(Ahwal Syakhsiyyah) sahaja, justeru itu semua pihak terutamanya yang beragama

Islam seharusnya memainkan peranan untuk menjayakannya.

Jika terdapat sedikit kelemahan maka ia tidak seharusnya menjadi satu alasan

untuk menolak keseluruhan hukum itu, akan tetapi usaha-usaha haruslah dicari

untuk mengatasi kelemahan itu. Perlembagaan Persekutuan Malaysia, dan akta

mahkamah Syariah (bidangkuasa Jenayah) 1965 (pindaan 1984) haruslah dinilai

semula untuk memberikan laluan kepada pelaksanaan enakmen ini di Kelantan.

Untuk itu di dalam skripsi ini, penulis akan membahaskan tentang Pelaksanaan

Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negara Bagian Kelantan, dari sudut

perlembagaan , dan perundangan serta politik, serta akan membahaskan cadangan

penyelesaian bagi membolehkan ia dilaksanakan berdasarkan pandangan pakar

politik, dan hukum di Malaysia. Dengan demikian penulis memilih judul

“IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT

ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI NEGERI KELANTAN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

(19)

Terdapat pelbagai permasalahan yang di bahas dalam Enakmen Kanun Jenayah

Syariah II 1993 Di Negeri Kelantan, antaranya adalah seperti berikut:

1. Jenis-jenis kesalahan hudud, kesalahan-kesalahan hudud adalah seperti

Sariqah (mencuri), hirabah (merompak), zina (melakukan persetubuhan

haram), qazaf (membuat tuduhan bahwa seseorang itu melakukan zina yang

mana tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi), syurb

(meminum arak atau minuman yang memabukan) dan murtad (keluar dari

agama Islam).

2. Qisas adalah kesalahan-kesalahan yang menyebabkan kematian manusia dan

menyebabkan kecederaan badan.

Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih terfokus, tersusun dengan sistematis

dan terarah, maka penulis membatasi lingkup permasalahan dengan pembatasan

masalah Jenayah Murtad.

2. Rumusan Masalah

Walaupun Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 telah diluluskan oleh

Dewan Undangan Neger Kelantan, tetapi ianya tidak dapat dijalankan karena

telah dihalang Kerajaan Persekutuan melalui satu arahan rasmi yang dikeluarkan

oleh perdana Menteri kepada Menteri besar Negeri kelantan.

Agar tidak adanya pembahasan yang melebar sehingga menimbulkan kerancuan

serta kesalah pahaman dalam penulisan ini, maka penulis merumuskan masalah

yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini sebagai berikut:

(20)

2. Apa Saja usaha-usaha yang dilakukan Kerajaan negeri Bagian Kelantan dalam

upaya pelaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi melaksanakan Kanun

Jenayah syariah II 1993 negeri Kelantan?

3. Apa saja Halangan perlaksanaan oleh Undang-undang Perlembagaan

Malaysia, dan bagaimanakah cara penyelesaiannya?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas,maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan dan mencari jawaban atas

masalah-masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan Apa itu Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.

2. Untuk mengetahui Usaha-usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Bagian

Kelantan dalam upaya perlaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi

melaksanakan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.

3. Untuk mengukur sejauhmana tantangan dan halangan perlaksanaan Syariat

Islam oleh pemerintah Malaysia khusus di Negara bagian Kelantan Darul

Naim dan apakah jalan penyelesaian untuk mengatasi kendala yang

menghalang pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan.

Seterusnya, manfaat yang dapat dikutip dari penelitian ini antara lain adalah

(21)

a. Memberikan informasi kepada umum tentang murtad yang boleh

merosakkan aqidah umat Islam khususnya di Malaysia dan di Indonesia

umumnya.

b. Sumbangan kepada masyarakat dalam memberi pemahaman implementasi

aturan Jenayah Murtad menurut Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993

Di Negeri Kelantan.

c. Sebagai tambahan bagi khazanah wacana keilmuan di Malaysia

D. Metode Penelitian

Untuk memperolehi sesuatu hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah, maka penggunaan metode pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan

tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini yang sangat

mempengaruhi sampai tidaknya isi penulisan kepada tujuan yang ingin dicapai.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data.

Penulis menggunakan teknis pengumpulan data yaitu melalui Penelitian

Kepustakaan (Library Research), Penelitian Lapangan (field Research) dan

Wawancara.

a) Penelitian Kepustakaan (LibraryResearch)

Penulis menggunakan kitab-kitab antaranya: Murtad: Punca-punca dan

(22)

Al-Hasani Al-Azhari, 2002, Murtad Implikasi Hukum dan Fenomena

karangan Riduan Mohamad Nor tahun 2006 dan lainnya.

b) Penelitian Lapangan (field Research)

Dalam penelitian lapangan, penulis langsung ke lapangan atau lokasi

penelitian yaitu Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Kelantan dan Pejabat

Setiusaha Kerajaan Negeri Kelantan untuk memperoleh data-data seperti:

Dasar-dasar Kerajaan Negeri Kelantan DarulNaim, Jilid 1, terbitan Pusat

Kajian Strategik serta Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara Sensasi dan

Legitimasi pengarang Anual Bahri Haji Haron dan Kamarul Zaman Haji

Yusoff tahun 2001 dan lainnya.

c) Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab. Penulis menggunakan teknik tanya jawab secara

lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka untuk mencari informasi

secara detail dan terperinci. Dengan demikian diperoleh jawaban secara

langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yang dibahas. Di sini

Penulis mewawancarai Rosidi Ismail, Penolong Pengarah (Penerbitan)

Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan pada 30 Ogos 2009 antara

soalan yang di tanyakan apakah pendekatan yang dilakukan bagi

menghalang umat Islam daripada murtad? Antara soalan lainnya bilakah

(23)

2. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dan dianalisis apa adanya

(descriptive analysis) yaitu penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil

pengamatan dan kajian di lapangan kemudian menggunakan teknik analis isi

(content analysis), yaitu menganalisis data menurut isinya.

Di samping itu, dalam penelitian ini juga dipergunakan analisis perbandingan

dari pakar-pakar hukum di Malaysia, yang membuat riset upaya pelaksanaan

syari’at Islam di Negara Bagian Kelantan dan kendala serta tantangan dari

Perlembagaan Persekutuan Malaysia. Analisis perbandingan ini berguna untuk

melihat secara menyeluruh apakah solusi terbaik agar syari’at Islam dapat

dipraktekkan secara formal di Malaysia.

3. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan secara teknik penulisan sesuai berpedomen pada

prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah 2007.

E. Review Studi Terdahulu

No Nama/ Judul dan tahun Keterangan Perbedaan

1 Khairul Neza binti

Juaher/2009,

Pertukaran Agama

Penulis mengkaji

bagaimanakah status

hukum tentang

Perbedaan dengan

yang dibahas oleh

(24)

Menurut

Undang-undang Keluarga Islam

di Mahkamah Tinggi

Negeri Sembilan,

Malaysia.

pembubaran

perkawinan yang

salah satu pihak

keluar dari agama

Islam mengikut

Undang-undang

keluarga Islam

Negeri Sembilan. Ia

juga meneliti konsep

dan bentuk-bentuk

hukum Islam tentang

pertukaran agama

dan implikasi hukum

apa yang

ditimbulkan apabila

berlaku pertukaran

agama.

berbeda karena

penulis membahas

mengenai

implementasi

aturan Jenayah

murtad menurut

Enakmen

undang-undang Kanun

Jenayah Syariah II

1993 bagi Negeri

Kelantan.

2 Mohd Soleh Bin Haji

Mohd Hashim/2006,

Masalah Riddah

(Murtad) dalam

Penelitian apa

sebenarnya masalah

riddah secara

pengertian luas,

Manakala perbedaan

ini adalah penulis

tidak membahas

(25)

Perspektif

Perundang-undangan Tahun 1957.

sempit dan

aplikasinya yang

berlaku akibat

masalah riddah dan

untuk mengetahui

apakah-apakah

perkara yang

menyebabkan riddah

dan hukuman yang

dikenakan terhadap

orang yang riddah.

Dan apakah Islam

Agama rasmi

persekutuan tanah

Melayu itu

dilaksanakan secara

menyeluruh atau

tidak dan aplikasinya

terhadap kasus-kasus

riddah yang berlaku.

secara luas dan

sempit dan

aplikasinya yang

berlaku akibat

masalah riddah

tetapi membahas

definisi murtad

dan istilah-istilah

lain yang terkait

seperti kafir, ahl

al-kitab dan

musyrik. Selain

itu, penulis

menguraikan

murtad sebagai

jenayah hudud.

(26)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata aturan

penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti

berikut:

BAB I Pada permulaan bab ini penulis mengetengahkan gambaran pendahuluan yang memuatkan latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode

penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II Pada bab ini penulis menguraikan tentang Murtad dan istilah-istilah lain yang terkait, dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah,

perkara-perkara yang menyebabkan murtad, tindakan sahabat nabi

(Abu Bakar As-Siddiq) dalam mengatasi golongan murtad, dan

tindak pidana pelaku murtad sebagai Jenayah hudud.

BAB III Bab seterusnya, latar belakang enakmen kanun jenayah syariah (II) 1993 Negeri Kelantan, demografi Negeri Kelantan yang berisikan

sub bahasan keadaan geografi dan situasi politik, latar belakang

enakmen kanun jenayah syariah (II) 1993 negeri Kelantan,

mendapatkan persepakatan Ulama’ dan isi kandungan Enakmen

Kanun Jenayah Syariah II Di Negeri Kelantan.

(27)

II 1993 Negeri Kelantan, upaya perlaksanaan syariat Islam di

negeri Kelantan, Halangan perlaksanaan, dan penyelesaian

masalah untuk melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah (II)

1993 di negeri Kelantan dalam implementasi undang-undang

murtad di Negeri Kelantan.

BAB V Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam bab ini, penulis membuat kesimpulan atas masalah yang

telah dibahas dan mengemukakan saran-saran sebagai solusi dari

(28)

BAB II

MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM

A. Murtad dan Istilah-istilah Lain Yang Terkait.

1. Istilah Murtad

Murtad yaitu keluar dari agama Islam, baik pindah pada agama yang lain atau

menjadi tidak beragama.8

Murtad menurut bahasa arab berasal daripada perkataan riddah. Dari segi

bahasa, riddah bermakna kembali daripada sesuatu kepada yang selainnya. Oleh

itu dari sudut bahasa murtad bermakna orang yang kembali daripada sesuatu

kepada yang lainnya. 9

Dari segi istilah syara’ , murtad ditakrifkan dengan pelbagai takrifan.

Antaranya ialah:

1. Menurut Imam Al-Husni: “keluar daripada Islam dan kembali kepada kufur serta membebaskan diri daripada Islam”10

2. Menurut Al-Shaykh ‘Abd Al-Qadir Awdah : “ Meninggalkan agama Islam dan keluar daripada setelah menganutnya.” 11

8 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2007), Cet. 40, h. 445.

9 Arieff Salleh Rosman, Murtad Menurut Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Pusat Pengajian Islam dan Pembangunan Sosial, universiti teknologi Malaysia, 2000), h.8

10 Ibid. h. 8

(29)

3. Menurut Dr. wahbah al- Zuhayli : “ Berpaling daripada Islam dan kembali

kepada kufur, sama ada dengan niat atau perbuatan yang mengkafirkan atau

perkataan, dan sama ada diucapkan dengan gurauan atau penentangan atau

I’tiqad.”12

4. Menurut Sayyid Sabiq: “Kembali orang Islam yang berakal dan dewasa

kepada kafir dengan kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.

Baik yang kembali itu orang lelaki mahupun orang perempuan.” 13

5. Menurut Dr Abd al-karim Zaydan: “Keluar daripada Islam”

Kesimpulan daripada takrifan ini, orang murtad ialah seorang muslim mukallaf

yang keluar daripada agama Islam sama ada dengan kepercayaan, perkataan atau

perbuatan, dengan kehendaknya sendiri.14

Perkataan murtad membawa maksud keluar dari berpegang dengan agama Islam

dan kembali berpegang dengan agama bukan Islam tanpa mengira apa jenis

sekalipun agama bukan Islam itu. 15

12 Ibid, h. 9 13 Ibid, h.9 14 Ibid, h.10

(30)

2. Istilah Kafir

Di kalangan ahli fikih, dikenal beberapa macam jenis kafir:

Kafir Dzimmi : yaitu orang-orang kafir yang masih tetap dengan agama lamanya

akan tetapi ia tunduk dan patuh pada ketentuan Agama Islam dengan tidak

memerangi umat Islam. Terhadap orang kafir Dzimmi ini sikap Islam cukup jelas,

mereka harus dilindungi.16

Kafir Mu’ahad : adalah orang kafir yang melakukan kontrak kesepakatan dengan

umat Islam untuk tidak saling menyerang satu sama lain. Mereka membuat

kesepakatan perihal genjatan senjata dalam waktu tertentu. Kafir ini tak boleh

dibunuh.17

Kafir Musta’min : yaitu orang kafir yang minta jaminan keamanan kepada

orang-orang Islam dalam waktu tertentu18.

Kafir Harbi : yaitu orang kafir yang selalu memusuhi Islam dengan berbagai cara,

mungkin dengan jalan menghasut, memfitnah, bahkan dengan peperangan fisik

berupa penumpasan. Kafir jenis keempat ini dipandang sebagai orang-orang yang

membahayakan eksistensi Islam.19

16

Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi berbasis Al-Qur’an, (Depok, KataKita ,2009) cetakan kedua.hal 307

(31)

3. Istilah al-Kitab

Golongan ahlul Kitab adalah golongan Yahudi yang berpegang kepada Kitab

Taurat, serta golongan Nasrani yang berpegang kepada Kitab Injil.20

4. Istilah Musyrik

Musyrik secara literal berarti menyekutukan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Namun kata syirk lebih sering dipahami sebagai upaya menyekutukan Allah dengan benda-benda atau sesuatu yang lain. Orang melakukan perbuatan syirk

atau isyrak disebut musyrik.21

Secara historis, syirk menunjukkan pada perilaku orang-orang Mekah yang menyembah obyek-obyek fisik, seperti patung atau benda-benda keramat sebagai

entitas yang sakral.22

Penerapan hukum terhadap golongan musyrikin dan golongan Ahlul Kitab

berbeda. Karena secara ketauhidan, kedua golongan ini memiliki perbedaan yang

sangat tajam. Golongan musyrikin tidak mengenal Allah SWT. Mereka

menyembah berhala, sedang ahlul kitab lebih dekat kepada fitrah tauhid. Mereka

menyembah Allah, mereka mengaku adanya Nabi. Mereka tidak mengakui

Muhammad SAW. Sebagai Rasul Allah SWT. 23

20 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Interaksi Fiqh Islam Dengan Syariat Agama Lain, (Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2001) cet. 1, h. 76

21 Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, (Depok, KataKita, 2009) cetakan kedua.hal 317

22 Ibid, h 317

(32)

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa antara kaum

musyrikin dan ahlul kitab terdapat perbedaan besar. Dan antara umat Islam

dengan ahlul Kitab hampir sama terkecuali dalam penerapan beberapa hukum

saja.24

B.Dalil-dalil al-Quran Dan as-Sunnah tentang murtad.

! "#

$ &'()*+,

-./

01

2

34

56 )7+,

8

+9 :

;

<6;7

=>?

@A

C

D;E (

)'

F( F

G

HI

J

=

CKD)7+,

LM=

N 1

FCE

O 1

Artinya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya

tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”

Dalam al-Quran, kufr memiliki beragam arti, diantaranya pertama, kufr berarti

sebagai lawan dari syukur. Dengan demikian, orang yang tidak mensyukuri

nikmat atau karunia Allah juga disebut sebagai kafir. Kedua, kufr sebagai lawan

dari iman. Ketiga, kafir diindentikkan dengan orang yang melakukan kezaliman.25

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan

24 Ibid, h. 80

(33)

kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan tidak pula

akan menunjukkan jalan kepada mereka.”26 Adapun arti murtad dalam syariah

tradisional, murtad berarti berpaling seseorang yang sudah menganut Islam

menjadi kufur karena sengaja.27

+,

E

)PQ

QR<6

1

E

3K +E)'

+S

T+,

U

'*

VXY )7Z,"Z)'

3)0

V

CKD

(

1,#

[

-+N \? 7

=

5]^

=+,

_

VXY )7Z,"#+,

0(

) A,#

?

8 7

=

_

QR

T

DE

'

H`,O

=

]

a a a a

Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Dalil-dalil as-Sunnah tentang murtad

!

" ﻥ$%

&' ﺡ)*

+ ,*

- .

%

/ ,

0*

1

2 3

& *

&' ﺡ

'

14

5

!6

& 47

8

1%9:;

< :;%

&'= =0

10

14

>5

!6

& 47

>?%

! ی"

A1 = *

A 7

B C,

28

Artinya: “Dari Abu Nukman Muhammad Ibnu Fadhil telah menceritakan kepada kami dari Hammad ibnu Zaid daripada Abu Ayub daripada Ikrimah, ia berkata: Ali ra pernah membawa beberapa orang yang murtad (kafir zindiq29), lalu semuanya dibakar. Maka setelah berita itu sampai kepada

26 QS al-Nisa’ (4) : 168. Ibid, h. 300

27 Ahmad Suaedy, Dkk, Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009) Cet. I, H. 87

28

(34)

Ibnu Abbas, ia berkata: kalau aku tidak membakarnya, karena Rasulullah saw. Pernah melarang: tetapi aku akan membunuhnya, karena Rasulullah saw pernah bersabda “Barangsiapa yang menukar agamanya (dari Islam ke agama lain) maka bunuhlah ia” (HR Bukhari).

B 0 ?,

% ?>D

E

41

%F ,

G H < >IC

% D

J?

K

! )L*

A ,ﺥ)* / >

K

>&N

O P ,ﺥ % Q

R

! S4T ?;% G H

U3 V&;ﻥ

%>

A

D

0* V!0

% W*

<1=ی !>; A1D,=4 7 XU6Y PJ1ی 3 A1=D;ZF 7 XNSN A1D=L,ﺡ >SR

Q % .T [ F & 7 WﺡF & \]ﻥT &' O !]

F ^H ی7

;* ]_ A 7

(

30

Artinya: “Dan dari Muhammad bin Abdullah bin Abdullah al-qari, ia berkata: Ada seorang laki-laki dari tawanan Abu Musa, lalu Umar bertanya kepada Abu Musa tentang (pendapat) orang banyak ( sahabat lainnya), kemudian Abu musa memberitahukannya: kemudian Umar bertanya lagi : apa ada berita yang baru ? Abu Musa menjawab : ya, ada. Yaitu berita seorang laki-laki yang kufur sesudah islam. Umar bertanya: lalu apa yang kamu perbuat terhadap dia? Abu Musa menjawab: kutarik dia, lalu kupukul lehernya. Umar berkata : mengapa tidak kamu tahan dia selama tiga hari dan kamu beri makan setiap hari dengan sepotong roti, lalu kamu suruh supaya dia supaya taubat, barangkali dia mau taubat, dan mau menarik kembali urusan Allah itu. Demi Allah! Sungguh aku tidak akan hadir dan tidak rela, karena (begitulah) yang telah sampai kepadaku.” ( R. Syafi’i)

Syafi’i berkata, kafir zindiq itu harus disuruh taubat sebagaimana lainnya, Ia

beralasan bahwa riwayat yang menerangkan kafir zindiq harus dibunuh tanpa

meminta taubat adalah lanjutan dari sebagian riwayat, bahwa Ali bin Abi Thalib

ra. Pernah menyuruh mereka itu supaya taubat. Begitu seperti yang disebut dalam

29

Zindiq: mereka yang melahirkan Imam, dan menyembunyikan kekufuran, menyelundup ke dalam Islam dengan berpura-pura menganut agama Islam. Lihat Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, (Jakarta: Pt Pustaka Rizki Putra) Jilid 9, H. 244

(35)

Fath al-Bari dari riwayat Abdullah bin Syarik dari ayahnya, ia berkata: kepada

Ali bin Abi Thalib pernah dikatakan, bahwa disana ada satu kaum di pintu Masjid

yang menganggap, bahwa engkau Tuhan mereka. Lalu mereka itu dipanggil oleh

Ali, seraya berkata : Apa yang kamu katakan itu? Mereka menjawab: engkau

adalah Tuhan kami, pencipta kami, dan pemberi makan kami. Ali menjawab :

celaka kamu, aku adalah seorang hamba seperti kamu, aku makan seperti kamu

makan, dan aku minum seperti kamu minum, jika aku taat kepada Allah. Ia akan

memberiku ganjaran kalau ia mau, dan jika aku durhaka kepada-Nya aku

khawatir aku akan disiksa-Nya. Oleh itu, takutlah kamu kepada Allah dan

kembalilah ke jalan yang benar. Namun mereka menolaknya. Kemudian pada

pagi harinya, mereka datang kepada Ali dan datang pula Qunbar sambil

melaporkan, bahwa mereka itu telah menarik omongannya itu. Ali kemudian

berkata: bawalah masuk mereka itu, maka mereka pun berkata seperti itu. Maka

ketika hari ketiga, Ali berkata: kalau kamu tetap masih berkata seperti itu (yaitu

Ali adalah Tuhan), maka kamu akan kubunuh dengan sadis sekali. Namun mereka

tetap membandel, dan tetap pada pendiriannya. Akhirnya Ali menyuruh dibuatkan

beberapa lubang di antara pintu masjid dan istana dan menyuruh diambilkan kayu

bakar untuk dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu dan kemudian dinyalakan

api. Kemudian Ali tetap berkata kepada mereka seperti itu: sesungguhnya aku

akan melaksanakan hukuman itu atau kamu mau taubat. Namun mereka masih

(36)

C. Perkara-Perkara Yang Menyebabkan Murtad.

Keluar dari Islam berarti tidak mempercayai lagi Islam, ini bisa berlaku dengan

tiga cara:

1. Murtad melalui perbuatan.

Murtad menurut perbuatan adalah seperti melakukan perbuatan diharamkan

oleh Islam secara menolak pengharaman itu dengan sengaja atau dengan tujuan

menghina Islam atau mempersendakannya, atau secara degil atau takbur32. Seperti

:

a. Sujud menyembah berhala, matahari, bulan dan pada makhluk-mahkluk lain,

seperti pada manusia, haiwan, kayu dan batu.

b. Membuang al-Quran atau Hadis Nabi SAW.

c. Melakukan sesuatu perkara yang diharamkan oleh Islam dengan

menghalalkannya seperti berzina, minum arak, membunuh manusia, dan

sebagainya dengan menolak pengharamnya.33

2. Murtad dengan perkataan atau ucapan.

31

Syekh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Terjemahan Nailul Authar, (Surabaya: Pt. Bina Ilmu, Jilid 6, 1993),, h. 2697

32 Mohd Sukki Othman, DKK, Mengapa Perlu Kepada Undang-Undang Jinayah Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Yamien Sdn. Bhd, 2008) Cetakan Pertama, h.79.

(37)

Murtad dengan perkataan adalah seperti mengeluarkan kata-kata yang dapat

menunjukkan atau membawa kepada kekufuran. Seperti:

a. Mengatakan Allah SWT bersekutu dan berbilang-bilang, syari’at Islam

diturunkan Allah bukan untuk mengatur perhubungan di antara individu

dengan masyarakat dan Negara, hukum-hukum Islam tidak wajib

dilaksanakan pada masa sekarang, karena tidak sesuai dengan kehidupan

masyarakat hari ini.34

b. Mendakwa menjadi Nabi atau membenarkan orang yang mendakwa menjadi

Nabi.35

3. Murtad dengan Iktikad.

a. Tidak mengakui bahwa Allah SWT ialah Tuhan yang berhak disembah, tidak

mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah utusan Allah SWT, Atau

menginkari salah seorang rasul-rasul yang telah terdahulu dari Nabi

Muhammad SAW, dan juga tidak mengakui bahwa al-Quran itu diturunkan

kepada Nabi dengan perantaraan Malaikat Jibril dan sebagainya, menginkari

hari akhirat, menginkari dan menafikan Islam atau mengistiharkan diri keluar

dari Islam.36

34 Ibid, h. 21

35 Ibid, h.21

36 Said bin Ibrahim, Jinayah Murtad Dari Segi Hukum Syara’ Dan Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Darul Ma’rifah, 1998) cet. 1, h. 18

(38)

b. Tidak mempercayai dan meragui hukum-hukum Allah, qadha dan qadar, dan

yang berkaitan dengan hari qiamat seperti Surga, Neraka, dan lain-lainya.

c. Menghalalkan perkara-perkara yang telah diharamkan Allah dengan dalil-dalil

qat’ie seperti menghalalkan zina, minum arak, makan riba’ dan sebagainya37

Perlu diingat bahwa dengan adanya iktikad semata-mata di dalam hati seseorang

itu belum bisa dianggap sebagai murtad selagi belum ada kata-kata atau perbuatan

yang mencerminkan iktikad itu. Oleh karena itu, tidak bisa dikenakan apa-apa

hukuman, dan malah masih dianggap sebagai seorang muslim pada lahirnya dan

dalam segala urusan keduniaannya, adapun hukumannya nanti terserah kepada

Allah SWT.38

D. Tindakan Sahabat Nabi (Abu Bakar As-Siddiq Dalam mengatasi Golongan Murtad)

1. Pembenterasan pembangkang zakat.

Pada masa Abu Bakar RA menggantikan jabatan Rasulullah SAW selepas

kewafatannnya, muncul pemberontakan di Yaman. Musailamah dari Banu

Hanifah dan Tulaihah dari Banu Asad mendakwa dirinya sebagai nabi dan

mengajak orang supaya mempercayai kenabian mereka. Ajakan Musailamah

berhasil sehingga pengikutnya mengatakan “ Nabi dari persekutuan lebih kami

37 Ibid , h. 19.

(39)

sukai dari nabi kaum Quraisy Muhammad SAW sudah meninggal, sedangkan

Tulaihah masih hidup.”39

2. Tanda-tanda pembangkangan.

Kekacauan yang menimpa kawasan arab berkesudahan dengan berbaliknya

mereka dari Islam. Sementara yang lain tetap tidak mau menunaikan zakat kepada

Abu Bakar. Keengganan mereka membayar zakat disebabkan kikir atau karena

anggapan mereka pembayaran itu upeti yang sudah tidak berlaku setelah

Rasulullah SAW wafat, dan bisa dibayar kepada siapa saja yang mereka pilih.

Mereka tidak mahu membayar zakat menyatakan keengganan mereka tidak

tunduk kepada pemerintah khalifah Abu Bakar. Sementara dipihak Abu Bakar ia

mengadakan rapat dengan para sahabat lain untuk membincangkan permasalahan

yang berlaku di tanah Arab. Seorang ahli rapat menyarankan supaya tidak

memerangi mereka. Manakala Abu Bakar tetap dengan pendiriannya mengatakan

“ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepada ku yang dahulunya

mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan kuperangi”40

Kabilah Abs dan Zubyan serta Banu Kananah, Gatatan dan Fazarah bergabung

dan mengirim utusan kerumah Abu Bakar RA dan meminta kepercayaan kepada

beliau bahwa mereka akan menjalankan sholat tetapi tidak menunaikan zakat.

Lalu Abu Bakar RA “ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat

39 Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 88.

(40)

kepada ku yang dahulunya mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan

kuperangi” 41

3. Pertempuran pertama memerangi kaum yang enggan membayar zakat.

Perkiraan Abu Bakar RA tidak melesit bahwa penyerangan Madinah dari kaum

yang enggan menunaikan zakat. Selang 3 hari dari perjumpaan utusan kepada

Abu Bakar RA. Mereka menyerang Madinah di waktu malam bertujuan

melemahkan pasukan Muslim, akan tetapi Abu Bakar RA telah bersiap sedia

dengan pasukannya sehingga ke markaz pasukan lawan dan dapat

memporakperandakan markaz lawan.42

Walaupun pada ketika itu pasukan lawan yang bergabung dari beberapa kabilah

lebih ramai dari pasukan muslim, tetapi dengan keimanan dan para sahabat yang

kental ia dapat mematahkan pasukan lawan. Ini mengingatkan kepada kaum

muslimin mengenai peperangan Badr yang jumlah musuh lebih besar dari

pasukan muslimin. Dalam kasus ini kekaguman umat Islam kepada Abu Bakar

RA memang pada tempatnya. Sejak mula memang ia bertekad tidak

meninggalkan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Tidak heran jika tawaran

yang menyalahi ketentuan dari Allah dalam al-Quran ditolaknya. Ini

mengingatkan kita kepada sabda Nabi SAW “ Demi Allah, kalaupun mereka

meletakkan Matahari ditangan kananku dan Bulan ditangan kiriku, dengan

(41)

maksud supaya meninggalkan tugasan ini (menyebarkan Islam), sungguh tidak

akan ku tinggalkan, biar nanti Allah yang membuktikan kemenangan itu

ditanganku, atau aku binasa karenanya”43

4. Persiapan peperangan riddah.

Kabilah-kabilah Abs, Zubyzn, Banu Bakr dan yang bersekutu dengan mereka

telah dikeluarkan oleh Abu Bakar RA dari Abraq, mereka bergabung dengan

Tulaihah di Buzkhah. Sementara itu Abu Bakar RA kembali ke Madinah sambil

berfikir mencari jalan untuk membasmi mereka yang telah murtad sampai tuntas.

Ia tidak akan berdamai atau berkompromi dengan mereka sebelum mereka

kembali kepada Allah dan Rasulnya.44

Adakah Abu Bakar RA menggerakkan pasukannya yang telah siap sedia maju

ke medan perang? Sebelum itu ia mengutus utusan untuk perdamaian dengan

sebaik-baiknya. Surat Abu Bakar RA kepada kaum murtad dengan menyebut

Firman Allah bertujuan menyangkal fitnah dan kekecewaan yang mereka katakan

kalau Muhammad SAW benar-benar Rasul tentu ia tidak akan mati” kemudian

setelah mengingatkan supaya orang bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya ia

berkata dalam suratnya:

kepada saya diberitahu ada yang meninggalkan agama Islam setelah ia berikrar dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya berbalik dan tidak mengindahkan Allah SWT dan perintahnya tetapi sebaliknya mengikut kehendak setan. Saya sudah mengeluarkan perintah kepada pemimpin pasukan bersenjata

43

Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 92

(42)

yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansar, dan saya perintahkan untuk tidak memerangi dan membunuh sesiapapun sebelum di ajak mematuhi ajaran Allah. Barangsiapa yang memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan kemusyrikan, lalu mengerjakan pekerjaan yang baik harus diterima dan dibantu. Tetapi jika ada yang membangkang harus diperangi dan jangan ada yang ditinggalkan. Mereka harus dihujani dengan anak panah dan dibakar dengan api, dibunuh, perempuan dan anak-anak ditawan, dan tiada sesiapapun yang diterima kecuali di dalam Islam” 45

Setelah mengadakan persiapan menghadapi kaum murtad, kini Abu Bakar RA

melancarkan perang riddah yang sangat menentukan dalam sejarah Islam. Jika

perang ini tidak dimenangkan oleh pasukan muslimin pasti merupakan ancaman

kembalinya orang-orang Arab ke dalam kehidupan jahiliah. Tetapi Allah SWT

menghendaki agama-Nya mengalahkan semua agama. Pasukan muslim

memenangkan dalam peperangan riddah dan dari situlah awal tersebarnya Islam

di timur dan Barat.46

E. Tindak Pidana Terhadap Pelaku Murtad Sebagai Jenayah Hudud.

Murtad merupakan bagian dari perbuatan dosa yang sangat besar. Perbuatan itu

dapat menggugurkan semua nilai kebaikan yang pernah dimilikinya sebelum

keluar dari Islam. Dia juga layak untuk mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.

+,

E

)PQ

QR<6

1

E

3K +E)'

+S

T+,

U

'*

VXY )7Z,"Z)'

3)0

V

CKD

(

1,#

[

-+N \? 7

=

45

Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 104.

(43)

5]^

=+,

_

VXY )7Z,"#+,

0(

) A,#

?

8 7

=

_

QR

T

DE

'

H`,O

=

]

` 0,

a

b

b c

Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang muslim mana pun yang keluar dari agama Islam dan dia tetap berada pada kekafirannya sampai meninggal dunia,

maka seluruh kebaikan yang pernah dilakukannya akan sia-sia dan buah

kebaikannya juga tidak dapat dirasakan dunia. Karena itu, dia tidak lagi memiliki

hak seperti yang dimiliki oleh kaum Muslimin lainnya. Selain itu, dia juga tidak

berhak mendapatkan kenikmatan akhirat yang seharusnya dapar diraih oleh

seorang Muslim. Dia akan terus mendapatkan siksa yang pedih. Allah SWT. Juga

telah menetapkan hukuman bagi orang-orang yang murtad yang harus

disegerakan selama di dunia sementara siksa di akhirat sudah menanti, yaitu

hukuman mati.47

Sanksi terhadap orang yang murtad adalah hukuman mati. Hal dimaksud,

disepakati oleh pakar hukum Islam klasik bagi kaum pria; sedangkan sanksi

terhadap perempuan yang murtad ada perbedaan pendapat. Menurut Abu Hanifah

sanksinya yaitu penjara, sedangkan jumhur fuhaqa (mayoritas ahli fiqh ), menolak

(44)

pendapat Abu Hanifah dan sepakat bahwa hukum mati terahadap orang murtad

baik laki-laki maupun wanita.48

Perbuatan murtad (riddah) tergolong salah satu tindak pidana yang menghanguskan segala perbuatan baik (amal saleh) yang pernah dilakukan

sebelumnya49.

Jenayah Murtad merupakan satu fenomena yang amat berbahaya, maka terdapat

peruntukkan dalam sistem perundangan untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena

masalah ini melibatkan semua pihak sama ada individu, keluarga, masyarakat dan

pihak berkuasa, sudah tentu timbul desakan untuk mencari penyelesaian secara

tuntas bagi mengatasi masalah ini. 50

Mengikut jumhur ulama, kesalahan murtad boleh dikategorikan dalam sistem

perundangan Islam sebagai kesalahan yang dikenakan hukuman hudud.51

Seseorang yang melakukan Jenayah Murtad akan dijatuhkan hukuman hudud.

Bagaimanapun hukuman itu masih lagi tertakluk kepada tiga hukuman utama.

Wujudnya kepelbagaian hukuman-hukuman itu adalah tertakluk kepada

48 Zainuddin Ali, M.A. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, (Sinar Grafika) h. 123.

49 Amin Suma, M.A, Sh, Dkk, Pidana Islam Di Indonesia Peluang, Prospek, Dan Tantangan, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001) cet. 1, h. 66

50 Ibid, h. 67

(45)

keputusan hakim dengan melihat sebab-sebab dan latar belakang kasus murtad

tersebut.52

1. Sanksi Utama

Para ulama sepakat bahwa pelaku murtad (riddah) wajib dikenakan hukum

bunuh (al-qatl), sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

\,

5

!6

& 47

?%

! ی"

A1 = *

d

A 7

B C,

53

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang berganti agama (murtad), maka bunuhlah dia. (HR. Bukhari)

Juga Hadis Mu’adz bin Jabal berikut:

=0ی >=ﺡ e HF 8 ">1' >&N & 4F H \* !

,H % . ;

K

! 14 7 f W

=0*

)*

g C, h6 5

54

Artinya: Dari Mu’adz ibn Jabal RA (ia menceritakan) tentang adanya seorang laki-laki yang telah masuk Islam, kemudian dia kembali ke agama yahudi ,(Mu’adz ibn jabal berkata):aku tidak akan duduk sampai dia (orang murtad tersebut) dihukum bunuh, itulah ketetapan Allah dan rasulNya. Lalu orang tersebut diperintahkan untuk dihukum bunuh. (HR. Buhkari Muslim)

Dan juga Hadis Ibnu Abbas sebagai berikut:

^0 7 & 47 !6

5 > , &=_ P? 7 >JF ! 2ﻥ 3 D F >iF D'

/ ,

%

' S* R ' 6* !6*

K

' =0* !6 ) 7 ' I% \* ! ;j* 1;D :ﺥF 6 k . i 3 D *

K

+ ,*

5 , - .

& 47 !6

?R ' " il* ?'ﺵ 8F

55

52 I. doi Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1992) cet. 1, h. 7

53 Riwayat Bukhari 54 Shohih Bukhari

(46)

Artinya: DariIbnu Abbas Ra. Ia menceritakan tentang seorang buta. Ibu kandungnya adalah seorang wanita hamba sahaya yang melakukan penghinaan terhadap Rasulullah SAW. Meskipun telah dilarang, wanita tersebut tidak menghentikan perbuatannya. Dan pada suatu malam, anaknya yang buta itu mengambil semacam benda pegangan lalu diletakkannya pada perut wanita itu, dan sambil bertelekan pada benda itu bunuh wanita tersebut. Sementara itu, Rasulullah datang (menyaksikannya) lalu beliau bersabda: lihatlah wanita itu halal darahnya. ( HR. Abu Dawud).

Sementara itu, para ulama berbeda pendapat apabila pelaku Murtad itu seorang

wanita. Abu Hanifah berpendapat, tidak dikenakan hukum bunuh apabila pelaku

murtad seorang wanita, dia hanya wajib dikurung dan disuruh bertaubat sampai

dia kembali beragama Islam, karena Rasulullah SAW melarang membunuh

wanita.56

Dalam salah satu Hadis disebutkan:

Artinya: Dan terdapat keterangan dari Rasulullah SAW, tentang larangan membunuh wanita, tatkala beliau melihat seorang wanita yang terbunuh, beliau bersabda: kenapa wanita ini dibunuh?

Di samping itu, Abu Hanifah beralasan bahwa diwajibkan hukum bunuh

terhadap pelaku murtad bukan disebabkan kekufurannya, melainkan untuk

menghindarkan kejahatan atau perlawanannya terhadap kaum muslimin.57

Sementara itu, jumhur ulama berpendapat bahwa Hadis di atas merupakan

larangan membunuh wanita kafir asli, dan juga dalam kondisi peperangan,

dikarenakan wanita bersifat lemah dan tidak memilik kekuatan untuk berperang.

56 Muhammad Amin Suma, DKK, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. 1, h. 67.

(47)

Oleh karena itu, jumhur ulama berpendapat bahwa pelaku murtad wanita juga

wajib dihukum bunuh. Alasannya, dampak madlarat riddah dari seorang wanita

sama dengan dampak madlarat riddah dari seorang pria.58

a) Anjuran bertaubat sebelum dihukum bunuh.

Ulama Hanafiyah berpendapat, pelaku murtad dianjurkan untuk diberi

kesempatan bertaubat sebelum dilakukan hukuman bunuh. Sementara jumhur

ulama menyatakan, wajib hukumnya memberi kesempatan bertaubat kepada

pelaku murtad.59

Mengenai tenggang waktunya, sebagian ulama memberi tempoh selama tiga

hari. Sementara sebagian ulama lainnya tidak membatasinya, hanya secara

berulang-ulang menyuruh pelaku murtad untuk bertaubat sampai ada dugaan kuat

bahwa pelaku tetap teguh dalam kemurtadannya, dan pada saat itulah hukum

bunuh dilaksanakan.60

2. Hukuman ganti.

Hukuman ganti berlaku apabila hukuman asal (bunuh) ke atas orang yang

melakukan Jinayah murtad tidak boleh dijalankan. Hukuman ganti boleh

dilaksanakan mengikut sebab-sebab tertentu seperti berikut:

a. Sanksi utama (bunuh) digugurkan dari orang yang murtad disebabkan dia

telah bertaubat dan kembali semula kepada Islam. Dalam kasus ini, hakim

58 Ibid, h. 67.

59 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VII, h. 187

(48)

boleh menggantikan hukum asal itu dengan hukum takzir yang berpatutan

sebagai pengajaran kepadanya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Hukuman takzir itu sama ada memenjarakan ataupun menyebat si pelaku

dengan kadar yang tertentu.61

b. Sanksi utama yaitu bunuh digugurkan karena didapati ada kesamaran. Hal

seperti itu pernah dijalankan oleh Imam Abu Hanifah apabila beliau

menggugurkan hukuman bunuh ke atas perempuan dan kanak-kanak yang

telah murtad. Sebagai ganti kepada hukuman asal, maka perempuan dan

kanak-kanak itu dijatuhkan hukuman penjara selama masa yang tidak

dihadkan sehingga masa yang tidak dihadkan sehingga mereka bertaubat

dan kembali menganut agama Islam. 62

3. Sanksi tambahan.

Adapun sanksi tambahan terhadap pelaku murtad (riddah) adalah hilangnya

kepemilikan terhadap hartanya.63

Para ulama telah bersepakat bahwa apabila pelaku murtad kembali memeluk

Islam, status kepemilikan hartanya berlaku seperti semula (ketika dia muslim).

Demikian pula, para ulama juga bersepakat bahwa apabila pelaku murtad

61 Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.

62Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.

63

(49)

meninggal dunia, atau telah dihukum bunuh, atau bergabung dengan pihak musuh

(orang-orang Kafir), hilanglah hak kepemilikan atas hartanya.64

Namun demikian, para ulama berbeda pendapat tentang apakah hilangnya hak

kepemilikan harta tersebut terhitung sejak yang bersangkutan murtad ( melakukan

dah riddah). Atau terhitung sejak pelaku meninggal dunia, dihukum bunuh, atau

bergabung dengan pihak musuh.65

Abu Hanifah, Malik, dan al-Syafi’I berpendapat bahwa hilangnya kepemilikan

terhadap hartanya terhitung sejak pelaku berbuat riddah. oleh karena itu, begitu ia

murtad, hartanya wajib ditahan (yuhjaru’ alaih). Tetapi apabila ia kembali masuk

Islam, kepemilikan terhadap hartanya kembali seperti semula, dan apabila ia

meninggal dunia atau dihukum bunuh atau bergabung dengan musuh, hilanglah

kepemilikan terhadap hartanya semata-mata dikarenakan riddahnya, dan

karenanya menjadi hilang pula keterpeliharaan (ishmah) akan hartanya.66

Dalam pada itu, Malik dan al-Syafi’i berpendapat, hilangnya kepemilikan

pelaku murtad terhadap hartanya berlaku terhadap seluruh hartanya (baik yang

diperoleh sebelum murtad maupun sesudahnya). Sementara pendapat Abu

Hanifah Hanifah adalah bahwa hilangnya kepemilikan harta tersebut hanya

64 Ibid, h. 71 65 Ibid, h. 71

(50)

berlaku terhadap harta yang diperolehnya setelah dia murtad. Adapun harta yang

diperoleh sebelum dia murtad merupakan hak ahli warisnya.67

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, jelas menunjukkan bahwa murtad

merupakan suatu kesalahan yang amat besar di sisi Islam. Ini dibuktikan dengan

hukuman berat yaitu sanksi utama ialah hukuman bunuh yang dijatuhkan kepada

orang yang murtad. Kejadian murtad merupakan satu fenomena yang telah

berlaku sepanjang zaman dan hukuman yang berat diperlukan untuk

membendungnya terus menjadi berleluasa pada masa kini dan akan datang.68

67Ibid, h. 71

(51)

BAB III

LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI NEGERI KELANTAN

A. Demografi Negeri Kelantan

1. Keadaan Geografi

Negara Malaysia terbagi menjadi 15 negeri bagian, yaitu: Putrajaya, Wilayah

Persekutuan, Melaka, Negeri Sembilan, Selangor, Terengganu, Pahang, Johor,

Kelantan, Kedah, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Sabah dan Sarawak. Negeri

Kelantan ini merupakan salah satu dari negeri bagian yang ada di Malaysia.

Adapun mengenai batas-batas negeri kelantan adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Thailand.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan negeri Pahang.

c. Sebelah barat berbatasan dengan negeri Perak.

d. Sebelah timur berbatasan dengan laut China Selatan. 69

Kelantan mempunyai keluasan 5,750 km. Persegi, dengan 118 km. Jarak dari

Utara ke Selantan, dan 88 km. Jarak dari Timur ke Barat. Negeri Kelantan berada

di garis 4˚ 32’ dan 60˚ 15’ dari Utara dan 101˚ 19’ dan 102˚ 37’ di Timur.

Mengikut bancian terbaru penduduk negeri Kelantan sebanyak 1,181,699 orang.70

(52)

Negeri Kelantan di bagi menjadi 10 jajahan (Kabupaten) dan tiap-tiap

kabupaten dibagi pula menjadi beberapa daerah. Kabupaten yang terdapat di

negeri Kelantan yaitu: Kota Bharu, Pasir Mas, Tanah Merah, Kuala Krai, Pasir

Putih, Machang, Bachok, Tumpat, Gua Musang, dan Jeli.71

Pada Kabupaten inilah letaknya daerah-daerah atau kampung-kampung sebagai

unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.

Kota Bahru merupakan ibukota kepada Negeri Kelantan sekaligus ia adalah

kota terbesar dengan kepadatan penduduk seramai 376,900 orang. Kota ini juga

menjadi pusat pentadbiran (pemerintahan), perdagangan, kebudayaan Negri

Kelantan.72

Jumlah penduduk negeri Kelantan menurut penganut agama secara keseluruhan

dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

No Bangsa Jumlah Persentasi

1 2 3 4 5 6 Islam Kristen Hindu Buddha Compius

Agama suku Kaum/ folk

1.240.798 1.626 1.626 59.086 1.131 6.565 94.5% 0.2% 0.2% 4.5% 0.1% 0.5%

Jumlah 1.313.014 100.00%

Sumber data: Jabatan Perangkaan Negeri Kelantan, tahun 2000

70 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 5

71 Ibid, h. 5

(53)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perbandingan Penganut Agama

Negeri Kelantan yang terbanyak adalah penganut agama Islam yakni sebanyak

1.240.789 (94,5%), penganut agama lain (Kristen, Hindu, Buddha) hanya

sebanyak 4,9% dan Kompius dan agama Suku Kaum/Folk sebanyak 0,6%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penduduk yang beragama Islam

adalah golongan mayoritas di Negeri kelantan, dan umumnya mereka adalah

orang-orang Melayu.

2. Situasi Politik

Masyarakat Kelantan menilai perkembangan politik negeri mereka dari satu masa ke satu masa. Mereka sungguh komited dengan politik. Bagi mereka politik

seperti permainan tradisional seperti rebana, kertuk, dikir barat dan lain-lain. Bagi

ahli piskologis mengaitkan

Referensi

Dokumen terkait