IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI
KELANTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (SSY)
Oleh :
NUR SUHAIDA BINTI RAZALI NIM : 108045200021
KONSENTRASI SIYASAH SYARI’YYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI
NEGERI KELANTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah
Oleh :
NUR SUHAIDA BINTI RAZALI NIM : 108045200021
Pembimbing :
Dr. Rumadi, M.Ag NIP : 196903041997031012
K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R I ’ Y Y A H PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI KELANTAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Februari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (SSY) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).
Jakarta, 2 Februari 2010 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Nip: 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....………)
Nip: 197210101997031008
2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....………)
Nip: 197102151997032002
3. Pembimbing I : Dr. Rumadi, M.Ag.
(..…....………)
Nip: 196903041997031012
4. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. (..…...…...………)
5. Penguji II : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....………)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yaang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Februari 2010
Nur Suhaida
KATA PENGANTAR
Tiada seindah kata yang dapat penulis ukirkan dan tiada semanis ungkapan yang dapat penulis bicarakan, hanya pujian dan kesyukuran yang tidak terhingga
kepada Allah SWT di atas nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, memberi
peluang untuk penulis terus menyelesaikan skripsi ini. Bingkisan shalawat dan
salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, keluarga baginda, para
sahabat dan tabi’in serta para penerus perjuangan dalam menegakkan kalimah
Allah.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai memenuhi syarat guna memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (SSY), jurusan Siyasah Syari’yyah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi pensyaratan tersebut,
penulis telah menyusun sebuah skripsi yang berjudul : “IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI KELANTAN”. Walaupun pelbagai rintangan dan halangan yang dilalui terpaksa penulis menhadapinya
dengan sabar dan tabah dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini, namun
berkat taufiq dan hidayat-Nya di samping doa dan restu keluarga tercinta,
dorongan, bantuan, bimbingan, dan suntikan semangat dari pelbagai pihak,
penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama
kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kewenangan yang
dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Asmawi, M. Ag. dan ibu Seri Hidayati, M. Ag. selaku PJS ketua,
dan seketaris jurusan Jinayah Siyasah yang telah banyak memberi motivasi
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Rumadi, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberi tunjuk ajar, arahan, dan masukan kepada penulis hingga tuntas
skripsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baik baiknya kepada
penulis.
4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan-karyawan yang
banyak membantu penulis memfasalitaskan dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Terima kasih yang tak terhingga, yang dicintai Bonda serta Ayahandaku
Razali Bin Ismail dan Norasiah Binti Ariffin yang tak pernah jemu
bantuan dari sisi penulisan maupun keuangan dalam menyelesaikan proses
penulisan ini.
6. Kakandaku yang kusayangi, Nohaslina dan suami Mohd yusoff serta cahaya
mata mereka Nurul Shahirah dan Mohd Shafiq, Nor Mala dan suami Mohd
Noor dan cahaya mata mereka Iman Faris, Mohd Firdaus, tidak lupa juga
adindaku Nur Maizatul Ain, Mohd Syahidbullah, Mohd Taufiq dan Nur
Syafiqah selaku saudara-saudara kandungku yang banyak meluangkan banyak
masa bersama penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada bapa saudara, emak saudara dari pihak ayah maupun ibu yang telah
banyak memberikan pertolongan dan dorongan dalam menuntut ilmu di bumi
Indonesia ini dari berbagai aspek sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi
ini.
8. Seluruh pihak kedutaan besar Malaysia di Indonesia yang banyak membantu
penulis hingga tuntasnya skripsi ini.
9. Ribuan terima kasih juga kepada Pengarah (penerbitan) Urusetia Penerangan
Kerajaan Negeri Kelantan, Tuan Haji Rosidi Ismail yang memberikan
kerjasama yang amat memuaskan kepada penulis.
10.Seluruh perhargaan dan penghormatan kepada Dato’ Tuan Guru Haji Harun
Bin Taib, Rektor Ustaz Mahmud Sulaiman, Ustaz, dan Ustazah di KUDQI,
dan seluruh warga KUDQI yang memberikan tunjuk ajar, dorongan,
semangat, kesabaran, dan bersama dalam pahit dan manis tidak akan
11.Buat teman kosanku yang sangat ceria dalam mengharungi pahit manis
kehidupan dalam menuntut ilmu, Ummu Nurul Aiman Mat Jamil dan Siti
Aishah Mohd.
12.Tidak lupa juga sahabat-sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu, yang
dikasihi Zainab, hayati, Aisyah abdullah, Syazwani, Marina, Katijah, dan
Hafizah, teman-teman se-Malaysia dari Kolej universiti Darul Quran
Islamiyyah ( KUDQI), Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS)
Nur Amirah Rasid, Aimuni Awangludin, dan Syahidah Abd. hamid dan
teman-teman dari Akedemik Pengajian Islam dan Dakwah (APID),
13.Teman-teman dekatku Wan Khadijah W. Khalid serta suami Hafizuddin Abu
Bakar, Nur Laili Rasid, Ahmad, Saedah, sa, yah dan suwie jutaan terima kasih
penulis ucapkan karena turut mendoakan kejayaan, memberi partisipasi, dan
semangat kepada penulis demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini. Tidak
lupa juga kepada Insan yang dicintai karena sentiasa memberi semangat dan
dukungan. Semoga doaku dan doamu dimakbulkan oleh Yang Maha Kuasa.
14.Teman-teman seangkatan 2008/2009 Program Studi Jinayah Siyasah,
Konsentrasi Siyasah Syari’yyah, terima kasih saya ucapkan. Teman-teman
dekatku dari Indonesia Wilda Azizah, Lisa Permata Sari, Ade Rohmi, Nara,
Irsyad, Mulki Sulaiman serta tidak lupa kepada semua teman-teman di seluruh
15.Terakhir, kepada semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat serta warga
yang berada di Malaysia dan Indonesia.
Demikian sudah penyelesaiannya penulis mengarangkan ucapan terima kasih
kepada semua pihak harapan penulis semoga Allah SWT Yang membalas Segala
jasa dan budi baik kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan
manfaat kepada pihak-pihak yang berkaitan maupun para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 10 Februari 2010 M, 25 Safar 1431
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...vi
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian...7
D. Metode Penelitian...8
E. Review Studi terdahulu ...10
F. Sistematika Penulisan...12
BAB II MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM...……...14
A. Murtad dan Istilah Lain Yang Terkait...14
B. Dalil-dalil Al-Quran Dan As-Sunnah tentang murtad...18
C. Perkara-perkara Yang Menyebabkan Murtad...21
E. Tindak pidana terhadap pelaku murtad Sebagai Jinayah
Hudud...28
BAB III LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 NEGERI KELANTAN...36
A. Demografi Negeri Kelantan...36
1. Keadaan Geografi...36
2. Situasi Politik...38
B. Latar Belakang Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di Negeri Kelantan...42
1. Proses Penyediaan Draf Hudud Di Kelantan...43
2. Jawatankuasa Hudud dan Qisas Negeri Kelantan...44
C. Mendapatkan Persepakatan Ulama’ ...46
D. Isi kandungan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) di Negeri Kelantan...47
BAB IV IMPLEMENTASI ATURAN JINAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN JINAYAH SYA RIAH II 1993 DI NEGERI KELANTAN ...54
A. Upaya perlaksanaan Syariat Islam di Negeri kelantan...54
B. Halangan Perlaksanaan...54
2. Halangan Politik...57
C. penyelesaian Masalah untuk melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah II 1993 di negeri kelantan ...64
1. Perubahan Perlembagaan...65
2. Perubahan Struktur Politik...68
3. Penerangan Kepada Rakyat Malaysia amnya dan Rakyat kelantan khasnya...70
BAB V PENUTUP...74
A. Kesimpulan...74
B. Saran-saran...75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian sejarah masuknya Islam di Malaysia1 (dahulu Melaka), para
sejarawan telah menyatakan bahwa Islam telah memasuki Semenanjung Melaka
pada abad ke-15 M. Pada abad ke-15 itu, agama Islam sudah menjadi agama yang
dianut oleh Kerajaan dan kebanyakkan rakyatnya. Penetapan ini didasarkan atas
bukti-bukti sejarah berupa pengalaman ajaran-ajaran Islam dikalangan masyarakat
Melayu dan non-Muslim yang kemudian memeluk agama Islam telah dianggap
sebagai orang Melayu. Semua ini berlangsung sejak abad ke-15 M. Tun Saleh
Abbas, sejarawan Melayu, (mantan Ketua Hakim Negara) menyebutkan bahwa
Islam telah menjadi agama orang-orang Melayu sejak 500 tahun yang lalu. 2
Menurut cacatan sejarah, agama Islam pertama sekali dibawa para pedagang
Arab ke India, dan disebarkan ke Tanah Melayu pada abad ke-15. Sejak saat itu
1 Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Inggeris pada tanggal 30 Agustus 1957. Malaysia adalah negara federasi dari 13 negara bagian, terdiri dari Johor, Kedah, Kelantan, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Serawak, Selangor, dan Terengganu. Malaysia menggunakan sistem Demokrasi Berparlimen. Kepala Negara dijabat oleh seorang Raja dengan gelar Sultan Yang Dipertuan Agong. Kepala Pemerintahan dipegang oleh oleh Perdana Menteri sebagai pemegang Kekuasaan Eksekutif dan dibantu oleh anggota Kabinet atau para Menteri. Kekuasaan Legislatif berada di tangan parlimen, terdiri dari yang Dipertuan Agong, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Negara Kerajaan ini menganut banyak partai. Partai yang berhasil menempatkan wakil terbanyak di Parlimen, ketua partai otomatis menjadi Perdana Menteri. Raja Malaysia dipilih oleh para Sultan Negara bagian melalui Majelis Raja-raja. Raja yang dipilih adalah salah seorang diantara para Sultan 13 Negara bagian. Lihat Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) cet.5, h. 189
telah banyak orang-orang Melayu yang memeluk agama Islam, dan berupaya
melakukan perlawanan terhadap kolonial penjajah di Tanah Melayu.
Pada tahun 1511 M, datang pelaut Portugis ke Melaka, kemudian disusul pelaut
bangsa Belanda pada 1641 M, dan pada tahun 1786 pelaut Inggeris tiba di Pulau
Pinang yang pada tahun 1874 menguasai Perak. Semenjak itu Inggeris menjajah
Malaysia sampai tahun 1957. Pada tahun itu 1957 Malaysia merdeka.
Pada tahun 1963, ketika Undang-Undang Dasar (Perlembagaan) Persekutuan
Malaya dibicarakan pada tahun 1956, menjelang kemerdekaan Malaysia, di dalam
draf rancangan undang-undang tersebut tidak dicantumkan bahwa agama Islam
adalah agama Persekutuan. Ketika itu, salah seorang anggota sidang, Hakim
Abdul Hamid dari Pakistan, mengajukan cadangan bahwa agama Islam perlu
ditetapkan menjadi agama negara. Akan tetapi, hasil akhir dari pembahasan
undang-undang tersebut tidak menyetujui usulan tersebut, tetapi juga tidak
disebutkan bahwa Persekutuan Malaya sebagai Negara Sekular.
Setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Perlembagaan Malaysia,
dalam perkara 3 (1), dinyatakan bahwa : “Agama Islam adalah agama bagi
Persekutuan, tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai
di mana-mana bagian Persekutuan”.3
Perkara 3 (1) ini, menurut Ahmad Ibrahim, menunjukkan bahwa Agama Islam
bukan saja menyangkut persoalan formal atau identitas seseorang, tetapi juga
meliputi seluruh amalan dan aspek kehidupan. Masyarakat Melayu harus
menunjukkan sikap keislamannya dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena
itu, masyarakat melayu, yang hak-hak istimewa mereka dijamin oleh
undang-undang, berhak untuk mengatur hidup mereka sesuai dengan ajaran Islam, baik
yang berhubungan dengan masalah ibadah, dan muamalah, maupun jenayah, dan
hukum-hukum lainnya.4
Berdasarkan kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan kalau setiap negara
bagian di Malaysia dalam menyusun undang-undang yang akan berlaku untuk
setiap negeri, dan menyesuaikan undang-undang tersebut dengan ajaran Islam.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Perlembagaan
Malaysia, maka dalam merealisasikan keinginan rakyat dan pemerintah di tingkat
negara bagian, secara bertahap masing-masing negara bagian, secara bertahap
telah melakukan kondifikasi hukum dalam beberapa aspek kehidupan.
Negara Bagian Kelantan Darul Naim, yang menjadi wilayah kajian skripsi ini,
telah memiliki beberapa kodifikasi hukum, yaitu Undang-undang Pengadilan
Syariah 1327 H, Undang-undang Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu
1911, dan Undang-undang Perkawinan dan Perceraian Islam 1938. pada tahun
1938 itu juga diberlakukan undang Pelanggaran Agama dan
Undang-undang Masjid 1938.
Pada pra dan awal kemerdekaan Malaysia, produk undang-undang yang
berkaitan dengan hukum Islam tidak banyak perubahan. Menurut Ahmad Ibrahim,
perubahan undang-undang pada awal kemerdekaan Malaysia lebih banyak
menyangkut pengadministrasian, yurisdiksi dan kekuasaan Pengadilan Syariah. 5
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menilai sajauh manakah Enakmen6 Kanun
Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan yang telah diluluskan sebulat suara
oleh Dewan undangan Negeri (DUN) Kelantan7 pada 25 November 1993 itu
dapat dilaksanakan sepenuhnya di Negeri Kelantan Darul Naim khususnya dan di
Malaysia amnya. Kandungan enakmen tersebut memperuntukkan tentang
kesalahan dan sanksi pidana Islam (Hudud) sebagaimana yang disyariatkan oleh
Allah SWT dalam al-Quran dan bertetapan dengan Hadis Nabi SAW.
Kajian ini melibatkan satu enakmen yang telah diluluskan (tetapi belum dapat
dilaksanakan) di dalam sejarah Malaysia moden untuk melaksanakan
undang-undang yang disyariatkan oleh Allah yang selama ini hanya dipelajari secara
teoritas sahaja oleh rakyat Malaysia pada hari ini. Kejayaan di dalam pelaksanaan
enakmen ini akan memberi kesan yang besar kepada masyarakat, sistem politik
dan sistem perundangan negara Malaysia.
5 Ahmad Ibrahim, “Perkembangan Kodifikasi Hukum Islam Di Malaysia” Dalam Sudirman Tebba (Ed), Perkembangan Terakhir Hukum Islam Di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga Dan Pengkodifikasiannya, (Bandung, Mizan, 1993) H 100
6 Enakmen adalah nama bagi undang-undang yang diluluskan oleh dewan legislatif di peringkat negara bagian (DPRP). Jika di dewan legislatif tingkat nasional (parlemen) dinamakan akta
Berdasarkan kajian dan penilaian yang dibuat, enakmen ini adalah
suatuenakmen yang amat penting untuk menjadi titik tolak kepada perlaksanaan
hukum Islam secara keseluruhannya (hudud, qisas, dan takzir) di Malaysia, yang
selama ini hanya tertumpu kepada hukum kekeluargaan, kewarisan, dan wakaf
(Ahwal Syakhsiyyah) sahaja, justeru itu semua pihak terutamanya yang beragama
Islam seharusnya memainkan peranan untuk menjayakannya.
Jika terdapat sedikit kelemahan maka ia tidak seharusnya menjadi satu alasan
untuk menolak keseluruhan hukum itu, akan tetapi usaha-usaha haruslah dicari
untuk mengatasi kelemahan itu. Perlembagaan Persekutuan Malaysia, dan akta
mahkamah Syariah (bidangkuasa Jenayah) 1965 (pindaan 1984) haruslah dinilai
semula untuk memberikan laluan kepada pelaksanaan enakmen ini di Kelantan.
Untuk itu di dalam skripsi ini, penulis akan membahaskan tentang Pelaksanaan
Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negara Bagian Kelantan, dari sudut
perlembagaan , dan perundangan serta politik, serta akan membahaskan cadangan
penyelesaian bagi membolehkan ia dilaksanakan berdasarkan pandangan pakar
politik, dan hukum di Malaysia. Dengan demikian penulis memilih judul
“IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI NEGERI KELANTAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Terdapat pelbagai permasalahan yang di bahas dalam Enakmen Kanun Jenayah
Syariah II 1993 Di Negeri Kelantan, antaranya adalah seperti berikut:
1. Jenis-jenis kesalahan hudud, kesalahan-kesalahan hudud adalah seperti
Sariqah (mencuri), hirabah (merompak), zina (melakukan persetubuhan
haram), qazaf (membuat tuduhan bahwa seseorang itu melakukan zina yang
mana tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi), syurb
(meminum arak atau minuman yang memabukan) dan murtad (keluar dari
agama Islam).
2. Qisas adalah kesalahan-kesalahan yang menyebabkan kematian manusia dan
menyebabkan kecederaan badan.
Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih terfokus, tersusun dengan sistematis
dan terarah, maka penulis membatasi lingkup permasalahan dengan pembatasan
masalah Jenayah Murtad.
2. Rumusan Masalah
Walaupun Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 telah diluluskan oleh
Dewan Undangan Neger Kelantan, tetapi ianya tidak dapat dijalankan karena
telah dihalang Kerajaan Persekutuan melalui satu arahan rasmi yang dikeluarkan
oleh perdana Menteri kepada Menteri besar Negeri kelantan.
Agar tidak adanya pembahasan yang melebar sehingga menimbulkan kerancuan
serta kesalah pahaman dalam penulisan ini, maka penulis merumuskan masalah
yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini sebagai berikut:
2. Apa Saja usaha-usaha yang dilakukan Kerajaan negeri Bagian Kelantan dalam
upaya pelaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi melaksanakan Kanun
Jenayah syariah II 1993 negeri Kelantan?
3. Apa saja Halangan perlaksanaan oleh Undang-undang Perlembagaan
Malaysia, dan bagaimanakah cara penyelesaiannya?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas,maka
penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan dan mencari jawaban atas
masalah-masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan Apa itu Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.
2. Untuk mengetahui Usaha-usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Bagian
Kelantan dalam upaya perlaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi
melaksanakan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.
3. Untuk mengukur sejauhmana tantangan dan halangan perlaksanaan Syariat
Islam oleh pemerintah Malaysia khusus di Negara bagian Kelantan Darul
Naim dan apakah jalan penyelesaian untuk mengatasi kendala yang
menghalang pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan.
Seterusnya, manfaat yang dapat dikutip dari penelitian ini antara lain adalah
a. Memberikan informasi kepada umum tentang murtad yang boleh
merosakkan aqidah umat Islam khususnya di Malaysia dan di Indonesia
umumnya.
b. Sumbangan kepada masyarakat dalam memberi pemahaman implementasi
aturan Jenayah Murtad menurut Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993
Di Negeri Kelantan.
c. Sebagai tambahan bagi khazanah wacana keilmuan di Malaysia
D. Metode Penelitian
Untuk memperolehi sesuatu hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah, maka penggunaan metode pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan
tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini yang sangat
mempengaruhi sampai tidaknya isi penulisan kepada tujuan yang ingin dicapai.
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah:
1. Teknik Pengumpulan Data.
Penulis menggunakan teknis pengumpulan data yaitu melalui Penelitian
Kepustakaan (Library Research), Penelitian Lapangan (field Research) dan
Wawancara.
a) Penelitian Kepustakaan (LibraryResearch)
Penulis menggunakan kitab-kitab antaranya: Murtad: Punca-punca dan
Al-Hasani Al-Azhari, 2002, Murtad Implikasi Hukum dan Fenomena
karangan Riduan Mohamad Nor tahun 2006 dan lainnya.
b) Penelitian Lapangan (field Research)
Dalam penelitian lapangan, penulis langsung ke lapangan atau lokasi
penelitian yaitu Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Kelantan dan Pejabat
Setiusaha Kerajaan Negeri Kelantan untuk memperoleh data-data seperti:
Dasar-dasar Kerajaan Negeri Kelantan DarulNaim, Jilid 1, terbitan Pusat
Kajian Strategik serta Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara Sensasi dan
Legitimasi pengarang Anual Bahri Haji Haron dan Kamarul Zaman Haji
Yusoff tahun 2001 dan lainnya.
c) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab. Penulis menggunakan teknik tanya jawab secara
lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka untuk mencari informasi
secara detail dan terperinci. Dengan demikian diperoleh jawaban secara
langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yang dibahas. Di sini
Penulis mewawancarai Rosidi Ismail, Penolong Pengarah (Penerbitan)
Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan pada 30 Ogos 2009 antara
soalan yang di tanyakan apakah pendekatan yang dilakukan bagi
menghalang umat Islam daripada murtad? Antara soalan lainnya bilakah
2. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dan dianalisis apa adanya
(descriptive analysis) yaitu penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan kajian di lapangan kemudian menggunakan teknik analis isi
(content analysis), yaitu menganalisis data menurut isinya.
Di samping itu, dalam penelitian ini juga dipergunakan analisis perbandingan
dari pakar-pakar hukum di Malaysia, yang membuat riset upaya pelaksanaan
syari’at Islam di Negara Bagian Kelantan dan kendala serta tantangan dari
Perlembagaan Persekutuan Malaysia. Analisis perbandingan ini berguna untuk
melihat secara menyeluruh apakah solusi terbaik agar syari’at Islam dapat
dipraktekkan secara formal di Malaysia.
3. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan secara teknik penulisan sesuai berpedomen pada
prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah 2007.
E. Review Studi Terdahulu
No Nama/ Judul dan tahun Keterangan Perbedaan
1 Khairul Neza binti
Juaher/2009,
Pertukaran Agama
Penulis mengkaji
bagaimanakah status
hukum tentang
Perbedaan dengan
yang dibahas oleh
Menurut
Undang-undang Keluarga Islam
di Mahkamah Tinggi
Negeri Sembilan,
Malaysia.
pembubaran
perkawinan yang
salah satu pihak
keluar dari agama
Islam mengikut
Undang-undang
keluarga Islam
Negeri Sembilan. Ia
juga meneliti konsep
dan bentuk-bentuk
hukum Islam tentang
pertukaran agama
dan implikasi hukum
apa yang
ditimbulkan apabila
berlaku pertukaran
agama.
berbeda karena
penulis membahas
mengenai
implementasi
aturan Jenayah
murtad menurut
Enakmen
undang-undang Kanun
Jenayah Syariah II
1993 bagi Negeri
Kelantan.
2 Mohd Soleh Bin Haji
Mohd Hashim/2006,
Masalah Riddah
(Murtad) dalam
Penelitian apa
sebenarnya masalah
riddah secara
pengertian luas,
Manakala perbedaan
ini adalah penulis
tidak membahas
Perspektif
Perundang-undangan Tahun 1957.
sempit dan
aplikasinya yang
berlaku akibat
masalah riddah dan
untuk mengetahui
apakah-apakah
perkara yang
menyebabkan riddah
dan hukuman yang
dikenakan terhadap
orang yang riddah.
Dan apakah Islam
Agama rasmi
persekutuan tanah
Melayu itu
dilaksanakan secara
menyeluruh atau
tidak dan aplikasinya
terhadap kasus-kasus
riddah yang berlaku.
secara luas dan
sempit dan
aplikasinya yang
berlaku akibat
masalah riddah
tetapi membahas
definisi murtad
dan istilah-istilah
lain yang terkait
seperti kafir, ahl
al-kitab dan
musyrik. Selain
itu, penulis
menguraikan
murtad sebagai
jenayah hudud.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata aturan
penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti
berikut:
BAB I Pada permulaan bab ini penulis mengetengahkan gambaran pendahuluan yang memuatkan latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode
penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II Pada bab ini penulis menguraikan tentang Murtad dan istilah-istilah lain yang terkait, dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah,
perkara-perkara yang menyebabkan murtad, tindakan sahabat nabi
(Abu Bakar As-Siddiq) dalam mengatasi golongan murtad, dan
tindak pidana pelaku murtad sebagai Jenayah hudud.
BAB III Bab seterusnya, latar belakang enakmen kanun jenayah syariah (II) 1993 Negeri Kelantan, demografi Negeri Kelantan yang berisikan
sub bahasan keadaan geografi dan situasi politik, latar belakang
enakmen kanun jenayah syariah (II) 1993 negeri Kelantan,
mendapatkan persepakatan Ulama’ dan isi kandungan Enakmen
Kanun Jenayah Syariah II Di Negeri Kelantan.
II 1993 Negeri Kelantan, upaya perlaksanaan syariat Islam di
negeri Kelantan, Halangan perlaksanaan, dan penyelesaian
masalah untuk melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah (II)
1993 di negeri Kelantan dalam implementasi undang-undang
murtad di Negeri Kelantan.
BAB V Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam bab ini, penulis membuat kesimpulan atas masalah yang
telah dibahas dan mengemukakan saran-saran sebagai solusi dari
BAB II
MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM
A. Murtad dan Istilah-istilah Lain Yang Terkait.
1. Istilah Murtad
Murtad yaitu keluar dari agama Islam, baik pindah pada agama yang lain atau
menjadi tidak beragama.8
Murtad menurut bahasa arab berasal daripada perkataan riddah. Dari segi
bahasa, riddah bermakna kembali daripada sesuatu kepada yang selainnya. Oleh
itu dari sudut bahasa murtad bermakna orang yang kembali daripada sesuatu
kepada yang lainnya. 9
Dari segi istilah syara’ , murtad ditakrifkan dengan pelbagai takrifan.
Antaranya ialah:
1. Menurut Imam Al-Husni: “keluar daripada Islam dan kembali kepada kufur serta membebaskan diri daripada Islam”10
2. Menurut Al-Shaykh ‘Abd Al-Qadir Awdah : “ Meninggalkan agama Islam dan keluar daripada setelah menganutnya.” 11
8 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2007), Cet. 40, h. 445.
9 Arieff Salleh Rosman, Murtad Menurut Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Pusat Pengajian Islam dan Pembangunan Sosial, universiti teknologi Malaysia, 2000), h.8
10 Ibid. h. 8
3. Menurut Dr. wahbah al- Zuhayli : “ Berpaling daripada Islam dan kembali
kepada kufur, sama ada dengan niat atau perbuatan yang mengkafirkan atau
perkataan, dan sama ada diucapkan dengan gurauan atau penentangan atau
I’tiqad.”12
4. Menurut Sayyid Sabiq: “Kembali orang Islam yang berakal dan dewasa
kepada kafir dengan kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
Baik yang kembali itu orang lelaki mahupun orang perempuan.” 13
5. Menurut Dr Abd al-karim Zaydan: “Keluar daripada Islam”
Kesimpulan daripada takrifan ini, orang murtad ialah seorang muslim mukallaf
yang keluar daripada agama Islam sama ada dengan kepercayaan, perkataan atau
perbuatan, dengan kehendaknya sendiri.14
Perkataan murtad membawa maksud keluar dari berpegang dengan agama Islam
dan kembali berpegang dengan agama bukan Islam tanpa mengira apa jenis
sekalipun agama bukan Islam itu. 15
12 Ibid, h. 9 13 Ibid, h.9 14 Ibid, h.10
2. Istilah Kafir
Di kalangan ahli fikih, dikenal beberapa macam jenis kafir:
Kafir Dzimmi : yaitu orang-orang kafir yang masih tetap dengan agama lamanya
akan tetapi ia tunduk dan patuh pada ketentuan Agama Islam dengan tidak
memerangi umat Islam. Terhadap orang kafir Dzimmi ini sikap Islam cukup jelas,
mereka harus dilindungi.16
Kafir Mu’ahad : adalah orang kafir yang melakukan kontrak kesepakatan dengan
umat Islam untuk tidak saling menyerang satu sama lain. Mereka membuat
kesepakatan perihal genjatan senjata dalam waktu tertentu. Kafir ini tak boleh
dibunuh.17
Kafir Musta’min : yaitu orang kafir yang minta jaminan keamanan kepada
orang-orang Islam dalam waktu tertentu18.
Kafir Harbi : yaitu orang kafir yang selalu memusuhi Islam dengan berbagai cara,
mungkin dengan jalan menghasut, memfitnah, bahkan dengan peperangan fisik
berupa penumpasan. Kafir jenis keempat ini dipandang sebagai orang-orang yang
membahayakan eksistensi Islam.19
16
Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi berbasis Al-Qur’an, (Depok, KataKita ,2009) cetakan kedua.hal 307
3. Istilah al-Kitab
Golongan ahlul Kitab adalah golongan Yahudi yang berpegang kepada Kitab
Taurat, serta golongan Nasrani yang berpegang kepada Kitab Injil.20
4. Istilah Musyrik
Musyrik secara literal berarti menyekutukan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Namun kata syirk lebih sering dipahami sebagai upaya menyekutukan Allah dengan benda-benda atau sesuatu yang lain. Orang melakukan perbuatan syirk
atau isyrak disebut musyrik.21
Secara historis, syirk menunjukkan pada perilaku orang-orang Mekah yang menyembah obyek-obyek fisik, seperti patung atau benda-benda keramat sebagai
entitas yang sakral.22
Penerapan hukum terhadap golongan musyrikin dan golongan Ahlul Kitab
berbeda. Karena secara ketauhidan, kedua golongan ini memiliki perbedaan yang
sangat tajam. Golongan musyrikin tidak mengenal Allah SWT. Mereka
menyembah berhala, sedang ahlul kitab lebih dekat kepada fitrah tauhid. Mereka
menyembah Allah, mereka mengaku adanya Nabi. Mereka tidak mengakui
Muhammad SAW. Sebagai Rasul Allah SWT. 23
20 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Interaksi Fiqh Islam Dengan Syariat Agama Lain, (Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2001) cet. 1, h. 76
21 Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, (Depok, KataKita, 2009) cetakan kedua.hal 317
22 Ibid, h 317
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa antara kaum
musyrikin dan ahlul kitab terdapat perbedaan besar. Dan antara umat Islam
dengan ahlul Kitab hampir sama terkecuali dalam penerapan beberapa hukum
saja.24
B.Dalil-dalil al-Quran Dan as-Sunnah tentang murtad.
! "#
$ &'()*+,
-./
01
2
34
56 )7+,
8
+9 :
;
<6;7
=>?
@A
C
D;E (
)'
F( F
G
HI
J
=
CKD)7+,
LM=
N 1
FCE
O 1
Artinya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”
Dalam al-Quran, kufr memiliki beragam arti, diantaranya pertama, kufr berarti
sebagai lawan dari syukur. Dengan demikian, orang yang tidak mensyukuri
nikmat atau karunia Allah juga disebut sebagai kafir. Kedua, kufr sebagai lawan
dari iman. Ketiga, kafir diindentikkan dengan orang yang melakukan kezaliman.25
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan
24 Ibid, h. 80
kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan tidak pula
akan menunjukkan jalan kepada mereka.”26 Adapun arti murtad dalam syariah
tradisional, murtad berarti berpaling seseorang yang sudah menganut Islam
menjadi kufur karena sengaja.27
+,
E
)PQ
QR<6
1
E
3K +E)'
+S
T+,
U
'*
VXY )7Z,"Z)'
3)0
V
CKD
(
1,#
[
-+N \? 7
=
5]^
=+,
_
VXY )7Z,"#+,
0(
) A,#
?
8 7
=
_
QR
T
DE
'
H`,O
=
]
a a a a
Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Dalil-dalil as-Sunnah tentang murtad
!
" ﻥ$%
&' ﺡ)*
+ ,*
- .
%
/ ,
0*
1
2 3
ﻥ
& *
&' ﺡ
'
14
5
!6
& 47
8
1%9:;
< :;%
&'= =0
10
14
>5
!6
& 47
>?%
! ی"
A1 = *
A 7
B C,
28
Artinya: “Dari Abu Nukman Muhammad Ibnu Fadhil telah menceritakan kepada kami dari Hammad ibnu Zaid daripada Abu Ayub daripada Ikrimah, ia berkata: Ali ra pernah membawa beberapa orang yang murtad (kafir zindiq29), lalu semuanya dibakar. Maka setelah berita itu sampai kepada
26 QS al-Nisa’ (4) : 168. Ibid, h. 300
27 Ahmad Suaedy, Dkk, Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009) Cet. I, H. 87
28
Ibnu Abbas, ia berkata: kalau aku tidak membakarnya, karena Rasulullah saw. Pernah melarang: tetapi aku akan membunuhnya, karena Rasulullah saw pernah bersabda “Barangsiapa yang menukar agamanya (dari Islam ke agama lain) maka bunuhlah ia” (HR Bukhari).
B 0 ?,
% ?>D
E
41
%F ,
G H < >IC
% D
J?
K
! )L*
A ,ﺥ)* / >
K
>&N
O P ,ﺥ % Q
R
! S4T ?;% G H
U3 V&;ﻥ
%>
A
D
0* V!0
% W*
<1=ی !>; A1D,=4 7 XU6Y PJ1ی 3 A1=D;ZF 7 XNSN A1D=L,ﺡ >SR
Q % .T [ F & 7 WﺡF & \]ﻥT &' O !]
F ^H ی7
;* ]_ A 7
(
30Artinya: “Dan dari Muhammad bin Abdullah bin Abdullah al-qari, ia berkata: Ada seorang laki-laki dari tawanan Abu Musa, lalu Umar bertanya kepada Abu Musa tentang (pendapat) orang banyak ( sahabat lainnya), kemudian Abu musa memberitahukannya: kemudian Umar bertanya lagi : apa ada berita yang baru ? Abu Musa menjawab : ya, ada. Yaitu berita seorang laki-laki yang kufur sesudah islam. Umar bertanya: lalu apa yang kamu perbuat terhadap dia? Abu Musa menjawab: kutarik dia, lalu kupukul lehernya. Umar berkata : mengapa tidak kamu tahan dia selama tiga hari dan kamu beri makan setiap hari dengan sepotong roti, lalu kamu suruh supaya dia supaya taubat, barangkali dia mau taubat, dan mau menarik kembali urusan Allah itu. Demi Allah! Sungguh aku tidak akan hadir dan tidak rela, karena (begitulah) yang telah sampai kepadaku.” ( R. Syafi’i)
Syafi’i berkata, kafir zindiq itu harus disuruh taubat sebagaimana lainnya, Ia
beralasan bahwa riwayat yang menerangkan kafir zindiq harus dibunuh tanpa
meminta taubat adalah lanjutan dari sebagian riwayat, bahwa Ali bin Abi Thalib
ra. Pernah menyuruh mereka itu supaya taubat. Begitu seperti yang disebut dalam
29
Zindiq: mereka yang melahirkan Imam, dan menyembunyikan kekufuran, menyelundup ke dalam Islam dengan berpura-pura menganut agama Islam. Lihat Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, (Jakarta: Pt Pustaka Rizki Putra) Jilid 9, H. 244
Fath al-Bari dari riwayat Abdullah bin Syarik dari ayahnya, ia berkata: kepada
Ali bin Abi Thalib pernah dikatakan, bahwa disana ada satu kaum di pintu Masjid
yang menganggap, bahwa engkau Tuhan mereka. Lalu mereka itu dipanggil oleh
Ali, seraya berkata : Apa yang kamu katakan itu? Mereka menjawab: engkau
adalah Tuhan kami, pencipta kami, dan pemberi makan kami. Ali menjawab :
celaka kamu, aku adalah seorang hamba seperti kamu, aku makan seperti kamu
makan, dan aku minum seperti kamu minum, jika aku taat kepada Allah. Ia akan
memberiku ganjaran kalau ia mau, dan jika aku durhaka kepada-Nya aku
khawatir aku akan disiksa-Nya. Oleh itu, takutlah kamu kepada Allah dan
kembalilah ke jalan yang benar. Namun mereka menolaknya. Kemudian pada
pagi harinya, mereka datang kepada Ali dan datang pula Qunbar sambil
melaporkan, bahwa mereka itu telah menarik omongannya itu. Ali kemudian
berkata: bawalah masuk mereka itu, maka mereka pun berkata seperti itu. Maka
ketika hari ketiga, Ali berkata: kalau kamu tetap masih berkata seperti itu (yaitu
Ali adalah Tuhan), maka kamu akan kubunuh dengan sadis sekali. Namun mereka
tetap membandel, dan tetap pada pendiriannya. Akhirnya Ali menyuruh dibuatkan
beberapa lubang di antara pintu masjid dan istana dan menyuruh diambilkan kayu
bakar untuk dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu dan kemudian dinyalakan
api. Kemudian Ali tetap berkata kepada mereka seperti itu: sesungguhnya aku
akan melaksanakan hukuman itu atau kamu mau taubat. Namun mereka masih
C. Perkara-Perkara Yang Menyebabkan Murtad.
Keluar dari Islam berarti tidak mempercayai lagi Islam, ini bisa berlaku dengan
tiga cara:
1. Murtad melalui perbuatan.
Murtad menurut perbuatan adalah seperti melakukan perbuatan diharamkan
oleh Islam secara menolak pengharaman itu dengan sengaja atau dengan tujuan
menghina Islam atau mempersendakannya, atau secara degil atau takbur32. Seperti
:
a. Sujud menyembah berhala, matahari, bulan dan pada makhluk-mahkluk lain,
seperti pada manusia, haiwan, kayu dan batu.
b. Membuang al-Quran atau Hadis Nabi SAW.
c. Melakukan sesuatu perkara yang diharamkan oleh Islam dengan
menghalalkannya seperti berzina, minum arak, membunuh manusia, dan
sebagainya dengan menolak pengharamnya.33
2. Murtad dengan perkataan atau ucapan.
31
Syekh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Terjemahan Nailul Authar, (Surabaya: Pt. Bina Ilmu, Jilid 6, 1993),, h. 2697
32 Mohd Sukki Othman, DKK, Mengapa Perlu Kepada Undang-Undang Jinayah Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Yamien Sdn. Bhd, 2008) Cetakan Pertama, h.79.
Murtad dengan perkataan adalah seperti mengeluarkan kata-kata yang dapat
menunjukkan atau membawa kepada kekufuran. Seperti:
a. Mengatakan Allah SWT bersekutu dan berbilang-bilang, syari’at Islam
diturunkan Allah bukan untuk mengatur perhubungan di antara individu
dengan masyarakat dan Negara, hukum-hukum Islam tidak wajib
dilaksanakan pada masa sekarang, karena tidak sesuai dengan kehidupan
masyarakat hari ini.34
b. Mendakwa menjadi Nabi atau membenarkan orang yang mendakwa menjadi
Nabi.35
3. Murtad dengan Iktikad.
a. Tidak mengakui bahwa Allah SWT ialah Tuhan yang berhak disembah, tidak
mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah utusan Allah SWT, Atau
menginkari salah seorang rasul-rasul yang telah terdahulu dari Nabi
Muhammad SAW, dan juga tidak mengakui bahwa al-Quran itu diturunkan
kepada Nabi dengan perantaraan Malaikat Jibril dan sebagainya, menginkari
hari akhirat, menginkari dan menafikan Islam atau mengistiharkan diri keluar
dari Islam.36
34 Ibid, h. 21
35 Ibid, h.21
36 Said bin Ibrahim, Jinayah Murtad Dari Segi Hukum Syara’ Dan Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Darul Ma’rifah, 1998) cet. 1, h. 18
b. Tidak mempercayai dan meragui hukum-hukum Allah, qadha dan qadar, dan
yang berkaitan dengan hari qiamat seperti Surga, Neraka, dan lain-lainya.
c. Menghalalkan perkara-perkara yang telah diharamkan Allah dengan dalil-dalil
qat’ie seperti menghalalkan zina, minum arak, makan riba’ dan sebagainya37
Perlu diingat bahwa dengan adanya iktikad semata-mata di dalam hati seseorang
itu belum bisa dianggap sebagai murtad selagi belum ada kata-kata atau perbuatan
yang mencerminkan iktikad itu. Oleh karena itu, tidak bisa dikenakan apa-apa
hukuman, dan malah masih dianggap sebagai seorang muslim pada lahirnya dan
dalam segala urusan keduniaannya, adapun hukumannya nanti terserah kepada
Allah SWT.38
D. Tindakan Sahabat Nabi (Abu Bakar As-Siddiq Dalam mengatasi Golongan Murtad)
1. Pembenterasan pembangkang zakat.
Pada masa Abu Bakar RA menggantikan jabatan Rasulullah SAW selepas
kewafatannnya, muncul pemberontakan di Yaman. Musailamah dari Banu
Hanifah dan Tulaihah dari Banu Asad mendakwa dirinya sebagai nabi dan
mengajak orang supaya mempercayai kenabian mereka. Ajakan Musailamah
berhasil sehingga pengikutnya mengatakan “ Nabi dari persekutuan lebih kami
37 Ibid , h. 19.
sukai dari nabi kaum Quraisy Muhammad SAW sudah meninggal, sedangkan
Tulaihah masih hidup.”39
2. Tanda-tanda pembangkangan.
Kekacauan yang menimpa kawasan arab berkesudahan dengan berbaliknya
mereka dari Islam. Sementara yang lain tetap tidak mau menunaikan zakat kepada
Abu Bakar. Keengganan mereka membayar zakat disebabkan kikir atau karena
anggapan mereka pembayaran itu upeti yang sudah tidak berlaku setelah
Rasulullah SAW wafat, dan bisa dibayar kepada siapa saja yang mereka pilih.
Mereka tidak mahu membayar zakat menyatakan keengganan mereka tidak
tunduk kepada pemerintah khalifah Abu Bakar. Sementara dipihak Abu Bakar ia
mengadakan rapat dengan para sahabat lain untuk membincangkan permasalahan
yang berlaku di tanah Arab. Seorang ahli rapat menyarankan supaya tidak
memerangi mereka. Manakala Abu Bakar tetap dengan pendiriannya mengatakan
“ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepada ku yang dahulunya
mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan kuperangi”40
Kabilah Abs dan Zubyan serta Banu Kananah, Gatatan dan Fazarah bergabung
dan mengirim utusan kerumah Abu Bakar RA dan meminta kepercayaan kepada
beliau bahwa mereka akan menjalankan sholat tetapi tidak menunaikan zakat.
Lalu Abu Bakar RA “ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat
39 Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 88.
kepada ku yang dahulunya mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan
kuperangi” 41
3. Pertempuran pertama memerangi kaum yang enggan membayar zakat.
Perkiraan Abu Bakar RA tidak melesit bahwa penyerangan Madinah dari kaum
yang enggan menunaikan zakat. Selang 3 hari dari perjumpaan utusan kepada
Abu Bakar RA. Mereka menyerang Madinah di waktu malam bertujuan
melemahkan pasukan Muslim, akan tetapi Abu Bakar RA telah bersiap sedia
dengan pasukannya sehingga ke markaz pasukan lawan dan dapat
memporakperandakan markaz lawan.42
Walaupun pada ketika itu pasukan lawan yang bergabung dari beberapa kabilah
lebih ramai dari pasukan muslim, tetapi dengan keimanan dan para sahabat yang
kental ia dapat mematahkan pasukan lawan. Ini mengingatkan kepada kaum
muslimin mengenai peperangan Badr yang jumlah musuh lebih besar dari
pasukan muslimin. Dalam kasus ini kekaguman umat Islam kepada Abu Bakar
RA memang pada tempatnya. Sejak mula memang ia bertekad tidak
meninggalkan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Tidak heran jika tawaran
yang menyalahi ketentuan dari Allah dalam al-Quran ditolaknya. Ini
mengingatkan kita kepada sabda Nabi SAW “ Demi Allah, kalaupun mereka
meletakkan Matahari ditangan kananku dan Bulan ditangan kiriku, dengan
maksud supaya meninggalkan tugasan ini (menyebarkan Islam), sungguh tidak
akan ku tinggalkan, biar nanti Allah yang membuktikan kemenangan itu
ditanganku, atau aku binasa karenanya”43
4. Persiapan peperangan riddah.
Kabilah-kabilah Abs, Zubyzn, Banu Bakr dan yang bersekutu dengan mereka
telah dikeluarkan oleh Abu Bakar RA dari Abraq, mereka bergabung dengan
Tulaihah di Buzkhah. Sementara itu Abu Bakar RA kembali ke Madinah sambil
berfikir mencari jalan untuk membasmi mereka yang telah murtad sampai tuntas.
Ia tidak akan berdamai atau berkompromi dengan mereka sebelum mereka
kembali kepada Allah dan Rasulnya.44
Adakah Abu Bakar RA menggerakkan pasukannya yang telah siap sedia maju
ke medan perang? Sebelum itu ia mengutus utusan untuk perdamaian dengan
sebaik-baiknya. Surat Abu Bakar RA kepada kaum murtad dengan menyebut
Firman Allah bertujuan menyangkal fitnah dan kekecewaan yang mereka katakan
“kalau Muhammad SAW benar-benar Rasul tentu ia tidak akan mati” kemudian
setelah mengingatkan supaya orang bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya ia
berkata dalam suratnya:
“ kepada saya diberitahu ada yang meninggalkan agama Islam setelah ia berikrar dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya berbalik dan tidak mengindahkan Allah SWT dan perintahnya tetapi sebaliknya mengikut kehendak setan. Saya sudah mengeluarkan perintah kepada pemimpin pasukan bersenjata
43
Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 92
yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansar, dan saya perintahkan untuk tidak memerangi dan membunuh sesiapapun sebelum di ajak mematuhi ajaran Allah. Barangsiapa yang memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan kemusyrikan, lalu mengerjakan pekerjaan yang baik harus diterima dan dibantu. Tetapi jika ada yang membangkang harus diperangi dan jangan ada yang ditinggalkan. Mereka harus dihujani dengan anak panah dan dibakar dengan api, dibunuh, perempuan dan anak-anak ditawan, dan tiada sesiapapun yang diterima kecuali di dalam Islam” 45
Setelah mengadakan persiapan menghadapi kaum murtad, kini Abu Bakar RA
melancarkan perang riddah yang sangat menentukan dalam sejarah Islam. Jika
perang ini tidak dimenangkan oleh pasukan muslimin pasti merupakan ancaman
kembalinya orang-orang Arab ke dalam kehidupan jahiliah. Tetapi Allah SWT
menghendaki agama-Nya mengalahkan semua agama. Pasukan muslim
memenangkan dalam peperangan riddah dan dari situlah awal tersebarnya Islam
di timur dan Barat.46
E. Tindak Pidana Terhadap Pelaku Murtad Sebagai Jenayah Hudud.
Murtad merupakan bagian dari perbuatan dosa yang sangat besar. Perbuatan itu
dapat menggugurkan semua nilai kebaikan yang pernah dimilikinya sebelum
keluar dari Islam. Dia juga layak untuk mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.
+,
E
)PQ
QR<6
1
E
3K +E)'
+S
T+,
U
'*
VXY )7Z,"Z)'
3)0
V
CKD
(
1,#
[
-+N \? 7
=
45
Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 104.
5]^
=+,
_
VXY )7Z,"#+,
0(
) A,#
?
8 7
=
_
QR
T
DE
'
H`,O
=
]
` 0,
a
b
b c
Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang muslim mana pun yang keluar dari agama Islam dan dia tetap berada pada kekafirannya sampai meninggal dunia,
maka seluruh kebaikan yang pernah dilakukannya akan sia-sia dan buah
kebaikannya juga tidak dapat dirasakan dunia. Karena itu, dia tidak lagi memiliki
hak seperti yang dimiliki oleh kaum Muslimin lainnya. Selain itu, dia juga tidak
berhak mendapatkan kenikmatan akhirat yang seharusnya dapar diraih oleh
seorang Muslim. Dia akan terus mendapatkan siksa yang pedih. Allah SWT. Juga
telah menetapkan hukuman bagi orang-orang yang murtad yang harus
disegerakan selama di dunia sementara siksa di akhirat sudah menanti, yaitu
hukuman mati.47
Sanksi terhadap orang yang murtad adalah hukuman mati. Hal dimaksud,
disepakati oleh pakar hukum Islam klasik bagi kaum pria; sedangkan sanksi
terhadap perempuan yang murtad ada perbedaan pendapat. Menurut Abu Hanifah
sanksinya yaitu penjara, sedangkan jumhur fuhaqa (mayoritas ahli fiqh ), menolak
pendapat Abu Hanifah dan sepakat bahwa hukum mati terahadap orang murtad
baik laki-laki maupun wanita.48
Perbuatan murtad (riddah) tergolong salah satu tindak pidana yang menghanguskan segala perbuatan baik (amal saleh) yang pernah dilakukan
sebelumnya49.
Jenayah Murtad merupakan satu fenomena yang amat berbahaya, maka terdapat
peruntukkan dalam sistem perundangan untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena
masalah ini melibatkan semua pihak sama ada individu, keluarga, masyarakat dan
pihak berkuasa, sudah tentu timbul desakan untuk mencari penyelesaian secara
tuntas bagi mengatasi masalah ini. 50
Mengikut jumhur ulama, kesalahan murtad boleh dikategorikan dalam sistem
perundangan Islam sebagai kesalahan yang dikenakan hukuman hudud.51
Seseorang yang melakukan Jenayah Murtad akan dijatuhkan hukuman hudud.
Bagaimanapun hukuman itu masih lagi tertakluk kepada tiga hukuman utama.
Wujudnya kepelbagaian hukuman-hukuman itu adalah tertakluk kepada
48 Zainuddin Ali, M.A. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, (Sinar Grafika) h. 123.
49 Amin Suma, M.A, Sh, Dkk, Pidana Islam Di Indonesia Peluang, Prospek, Dan Tantangan, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001) cet. 1, h. 66
50 Ibid, h. 67
keputusan hakim dengan melihat sebab-sebab dan latar belakang kasus murtad
tersebut.52
1. Sanksi Utama
Para ulama sepakat bahwa pelaku murtad (riddah) wajib dikenakan hukum
bunuh (al-qatl), sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
\,
5
!6
& 47
?%
! ی"
A1 = *
d
A 7
B C,
53Artinya: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang berganti agama (murtad), maka bunuhlah dia. (HR. Bukhari)
Juga Hadis Mu’adz bin Jabal berikut:
=0ی >=ﺡ e HF 8 ">1' >&N & 4F H \* !
,H % . ;
K
! 14 7 f W
=0*
)*
g C, h6 5
54
Artinya: Dari Mu’adz ibn Jabal RA (ia menceritakan) tentang adanya seorang laki-laki yang telah masuk Islam, kemudian dia kembali ke agama yahudi ,(Mu’adz ibn jabal berkata):aku tidak akan duduk sampai dia (orang murtad tersebut) dihukum bunuh, itulah ketetapan Allah dan rasulNya. Lalu orang tersebut diperintahkan untuk dihukum bunuh. (HR. Buhkari Muslim)
Dan juga Hadis Ibnu Abbas sebagai berikut:
^0 7 & 47 !6
5 > , &=_ P? 7 >JF ! 2ﻥ 3 D F >iF D'
/ ,
%
' S* R ' 6* !6*
K
' =0* !6 ) 7 ' I% \* ! ;j* 1;D :ﺥF 6 k . i 3 D *
K
+ ,*
5 , - .
& 47 !6
?R ' " il* ?'ﺵ 8F
55
52 I. doi Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1992) cet. 1, h. 7
53 Riwayat Bukhari 54 Shohih Bukhari
Artinya: DariIbnu Abbas Ra. Ia menceritakan tentang seorang buta. Ibu kandungnya adalah seorang wanita hamba sahaya yang melakukan penghinaan terhadap Rasulullah SAW. Meskipun telah dilarang, wanita tersebut tidak menghentikan perbuatannya. Dan pada suatu malam, anaknya yang buta itu mengambil semacam benda pegangan lalu diletakkannya pada perut wanita itu, dan sambil bertelekan pada benda itu bunuh wanita tersebut. Sementara itu, Rasulullah datang (menyaksikannya) lalu beliau bersabda: lihatlah wanita itu halal darahnya. ( HR. Abu Dawud).
Sementara itu, para ulama berbeda pendapat apabila pelaku Murtad itu seorang
wanita. Abu Hanifah berpendapat, tidak dikenakan hukum bunuh apabila pelaku
murtad seorang wanita, dia hanya wajib dikurung dan disuruh bertaubat sampai
dia kembali beragama Islam, karena Rasulullah SAW melarang membunuh
wanita.56
Dalam salah satu Hadis disebutkan:
Artinya: Dan terdapat keterangan dari Rasulullah SAW, tentang larangan membunuh wanita, tatkala beliau melihat seorang wanita yang terbunuh, beliau bersabda: kenapa wanita ini dibunuh?
Di samping itu, Abu Hanifah beralasan bahwa diwajibkan hukum bunuh
terhadap pelaku murtad bukan disebabkan kekufurannya, melainkan untuk
menghindarkan kejahatan atau perlawanannya terhadap kaum muslimin.57
Sementara itu, jumhur ulama berpendapat bahwa Hadis di atas merupakan
larangan membunuh wanita kafir asli, dan juga dalam kondisi peperangan,
dikarenakan wanita bersifat lemah dan tidak memilik kekuatan untuk berperang.
56 Muhammad Amin Suma, DKK, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan Tantangan, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. 1, h. 67.
Oleh karena itu, jumhur ulama berpendapat bahwa pelaku murtad wanita juga
wajib dihukum bunuh. Alasannya, dampak madlarat riddah dari seorang wanita
sama dengan dampak madlarat riddah dari seorang pria.58
a) Anjuran bertaubat sebelum dihukum bunuh.
Ulama Hanafiyah berpendapat, pelaku murtad dianjurkan untuk diberi
kesempatan bertaubat sebelum dilakukan hukuman bunuh. Sementara jumhur
ulama menyatakan, wajib hukumnya memberi kesempatan bertaubat kepada
pelaku murtad.59
Mengenai tenggang waktunya, sebagian ulama memberi tempoh selama tiga
hari. Sementara sebagian ulama lainnya tidak membatasinya, hanya secara
berulang-ulang menyuruh pelaku murtad untuk bertaubat sampai ada dugaan kuat
bahwa pelaku tetap teguh dalam kemurtadannya, dan pada saat itulah hukum
bunuh dilaksanakan.60
2. Hukuman ganti.
Hukuman ganti berlaku apabila hukuman asal (bunuh) ke atas orang yang
melakukan Jinayah murtad tidak boleh dijalankan. Hukuman ganti boleh
dilaksanakan mengikut sebab-sebab tertentu seperti berikut:
a. Sanksi utama (bunuh) digugurkan dari orang yang murtad disebabkan dia
telah bertaubat dan kembali semula kepada Islam. Dalam kasus ini, hakim
58 Ibid, h. 67.
59 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VII, h. 187
boleh menggantikan hukum asal itu dengan hukum takzir yang berpatutan
sebagai pengajaran kepadanya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Hukuman takzir itu sama ada memenjarakan ataupun menyebat si pelaku
dengan kadar yang tertentu.61
b. Sanksi utama yaitu bunuh digugurkan karena didapati ada kesamaran. Hal
seperti itu pernah dijalankan oleh Imam Abu Hanifah apabila beliau
menggugurkan hukuman bunuh ke atas perempuan dan kanak-kanak yang
telah murtad. Sebagai ganti kepada hukuman asal, maka perempuan dan
kanak-kanak itu dijatuhkan hukuman penjara selama masa yang tidak
dihadkan sehingga masa yang tidak dihadkan sehingga mereka bertaubat
dan kembali menganut agama Islam. 62
3. Sanksi tambahan.
Adapun sanksi tambahan terhadap pelaku murtad (riddah) adalah hilangnya
kepemilikan terhadap hartanya.63
Para ulama telah bersepakat bahwa apabila pelaku murtad kembali memeluk
Islam, status kepemilikan hartanya berlaku seperti semula (ketika dia muslim).
Demikian pula, para ulama juga bersepakat bahwa apabila pelaku murtad
61 Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.
62Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.
63
meninggal dunia, atau telah dihukum bunuh, atau bergabung dengan pihak musuh
(orang-orang Kafir), hilanglah hak kepemilikan atas hartanya.64
Namun demikian, para ulama berbeda pendapat tentang apakah hilangnya hak
kepemilikan harta tersebut terhitung sejak yang bersangkutan murtad ( melakukan
dah riddah). Atau terhitung sejak pelaku meninggal dunia, dihukum bunuh, atau
bergabung dengan pihak musuh.65
Abu Hanifah, Malik, dan al-Syafi’I berpendapat bahwa hilangnya kepemilikan
terhadap hartanya terhitung sejak pelaku berbuat riddah. oleh karena itu, begitu ia
murtad, hartanya wajib ditahan (yuhjaru’ alaih). Tetapi apabila ia kembali masuk
Islam, kepemilikan terhadap hartanya kembali seperti semula, dan apabila ia
meninggal dunia atau dihukum bunuh atau bergabung dengan musuh, hilanglah
kepemilikan terhadap hartanya semata-mata dikarenakan riddahnya, dan
karenanya menjadi hilang pula keterpeliharaan (ishmah) akan hartanya.66
Dalam pada itu, Malik dan al-Syafi’i berpendapat, hilangnya kepemilikan
pelaku murtad terhadap hartanya berlaku terhadap seluruh hartanya (baik yang
diperoleh sebelum murtad maupun sesudahnya). Sementara pendapat Abu
Hanifah Hanifah adalah bahwa hilangnya kepemilikan harta tersebut hanya
64 Ibid, h. 71 65 Ibid, h. 71
berlaku terhadap harta yang diperolehnya setelah dia murtad. Adapun harta yang
diperoleh sebelum dia murtad merupakan hak ahli warisnya.67
Berdasarkan pada penjelasan tersebut, jelas menunjukkan bahwa murtad
merupakan suatu kesalahan yang amat besar di sisi Islam. Ini dibuktikan dengan
hukuman berat yaitu sanksi utama ialah hukuman bunuh yang dijatuhkan kepada
orang yang murtad. Kejadian murtad merupakan satu fenomena yang telah
berlaku sepanjang zaman dan hukuman yang berat diperlukan untuk
membendungnya terus menjadi berleluasa pada masa kini dan akan datang.68
67Ibid, h. 71
BAB III
LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI NEGERI KELANTAN
A. Demografi Negeri Kelantan
1. Keadaan Geografi
Negara Malaysia terbagi menjadi 15 negeri bagian, yaitu: Putrajaya, Wilayah
Persekutuan, Melaka, Negeri Sembilan, Selangor, Terengganu, Pahang, Johor,
Kelantan, Kedah, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Sabah dan Sarawak. Negeri
Kelantan ini merupakan salah satu dari negeri bagian yang ada di Malaysia.
Adapun mengenai batas-batas negeri kelantan adalah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Thailand.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan negeri Pahang.
c. Sebelah barat berbatasan dengan negeri Perak.
d. Sebelah timur berbatasan dengan laut China Selatan. 69
Kelantan mempunyai keluasan 5,750 km. Persegi, dengan 118 km. Jarak dari
Utara ke Selantan, dan 88 km. Jarak dari Timur ke Barat. Negeri Kelantan berada
di garis 4˚ 32’ dan 60˚ 15’ dari Utara dan 101˚ 19’ dan 102˚ 37’ di Timur.
Mengikut bancian terbaru penduduk negeri Kelantan sebanyak 1,181,699 orang.70
Negeri Kelantan di bagi menjadi 10 jajahan (Kabupaten) dan tiap-tiap
kabupaten dibagi pula menjadi beberapa daerah. Kabupaten yang terdapat di
negeri Kelantan yaitu: Kota Bharu, Pasir Mas, Tanah Merah, Kuala Krai, Pasir
Putih, Machang, Bachok, Tumpat, Gua Musang, dan Jeli.71
Pada Kabupaten inilah letaknya daerah-daerah atau kampung-kampung sebagai
unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.
Kota Bahru merupakan ibukota kepada Negeri Kelantan sekaligus ia adalah
kota terbesar dengan kepadatan penduduk seramai 376,900 orang. Kota ini juga
menjadi pusat pentadbiran (pemerintahan), perdagangan, kebudayaan Negri
Kelantan.72
Jumlah penduduk negeri Kelantan menurut penganut agama secara keseluruhan
dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
No Bangsa Jumlah Persentasi
1 2 3 4 5 6 Islam Kristen Hindu Buddha Compius
Agama suku Kaum/ folk
1.240.798 1.626 1.626 59.086 1.131 6.565 94.5% 0.2% 0.2% 4.5% 0.1% 0.5%
Jumlah 1.313.014 100.00%
Sumber data: Jabatan Perangkaan Negeri Kelantan, tahun 2000
70 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 5
71 Ibid, h. 5
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perbandingan Penganut Agama
Negeri Kelantan yang terbanyak adalah penganut agama Islam yakni sebanyak
1.240.789 (94,5%), penganut agama lain (Kristen, Hindu, Buddha) hanya
sebanyak 4,9% dan Kompius dan agama Suku Kaum/Folk sebanyak 0,6%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penduduk yang beragama Islam
adalah golongan mayoritas di Negeri kelantan, dan umumnya mereka adalah
orang-orang Melayu.
2. Situasi Politik
Masyarakat Kelantan menilai perkembangan politik negeri mereka dari satu masa ke satu masa. Mereka sungguh komited dengan politik. Bagi mereka politik
seperti permainan tradisional seperti rebana, kertuk, dikir barat dan lain-lain. Bagi
ahli piskologis mengaitkan