MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD
IDRIS JAUHARI (ANALISIS PEMIKIRAN PENGASUH
PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP
MADURA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh :
Ach. Hidayatul Wahyudi
106011000050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
MADURA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Ach. Hidayatul Wahyudi
106011000050
Di Bawah Bimbingan
Bahrissalim, M.Ag.
NIP. 19680307 199803 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ach. Hidayatul Wahyudi
No. Induk Mahasiswa : 106011000050
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : d/a MI. Nurul Ummah RT 15/08 Ellak Daya. Kec.
Lenteng. Kab. Sumenep Madura. 69461
Judul Skripsi : Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris
Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok
Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep
Madura)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2011
Judul : Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura)
Tiga hal yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini, pertama: penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang konsep belajar efektif yang dikembangkan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dan penggunaannya dalam pembelajaran, kedua: penulis juga ingin melihat ketokohan beliau di masyarakat Madura dan peran beliau dalam dunia pendidikan, ketiga: penulis ingin memperkenalkan pemikiran beliau tentang belajar efektif. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah Pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari tentang Model Belajar Efektif.
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dengan metode kualitatif, yaitu mencari kedalaman informasi melalui data-data yang ditemukan dari berbagai literatur dan melakukan wawancara mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari dan beberapa Kiyai yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Dari data-data yang penulis temukan, penulis melakukan analisis data tersebut dan menjelaskan dengan metode deskriptif.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada diri penulis, sehingga setelah
melalui proses yang cukup panjang, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,
baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan
dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, beserta seluruh staffnya.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Bahrissalim,
M.Ag yang sekaligus membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq.
M.A beserta seluruh staffnya.
3. Dosen Penasehat Akademik penulis Bapak Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazaly,
M.A.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah ikhlas
berbagi pengalaman dan pengetahuan.
5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan
dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang
tercinta, Ayahanda H. Asmar dan ibunda Hj. Siti Aqidah serta keluarga
penulis atas segala pengorbanan dan jasa-jasa mereka yang tak pernah penulis
lupakan. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua kiranya
merupakan dorongan moril yang sangat efektif bagi kelanjutan studi penulis
ii
7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakulatas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang
diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung
penyelesaian skripsi ini.
8. Kedua saudara tercinta Sulis Amaliatul Afifah dan Ahmad Mishbahus Shurur.
9. Teman-teman PAI B 2006, yang selalu memberikan support dan
pecutan-pecutan untuk bergerak.
10.Teman-teman ARVEZHASTY angkatan 16:30 TMI AL-AMIEN
PRENDUAN.
11.Teman-teman spesial (Erika, Nervi, Lulu, Indah, Ghoni, Mas Arief Mahmudi,
Deden Supriadi, Ali Mudassir, Thile, Junet, Encung, Booy, Anank, Haekal,
Sholeh, Sobri, Ansori, Mahbub, Alan, Zhero, Isma, Ipeh, Nana, Una, Toan
Mujib) dan yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
12.Teman-teman kosan (Bos Retno, Apang, Cicink Deddy, Jhoe, Yuan, Joung,
Cuple’, Bule’) yang selalu membuat penulis tersenyum dan menambah
kekuatan untuk lebih giat lagi bekerja walaupun sering kali diajak ngopi dan bergadang sampai pagi.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Jakarta
iv DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Abstraks ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10
E. Metodologi Penelitian ... 11
a. Obyek Penelitian ... 11
b. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
c. Metode Penelitian ... 11
d. Teknik Pengumpulan Data ... 12
e. Teknik Analisa Data ... 12
BAB II KAJIAN TEORI ... 14
A. Hakekat dan Pengerian Belajar ... 14
B. Ciri-ciri Belajar ... 15
C. Prinsip-prinsip Belajar ... 16
D. Unsur-unsur Belajar ... 17
E. Teori Belajar ... 18
F. Belajar Efektif ... 21
v
BAB III OTOBIOGRAFI K.H.MOHAMMAD IDRIS JAUHARI ... 26
A. Latar Belakang Keluarga ... 26
B. Latar Belakang Pendidikan ... 27
C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan ... 29
D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari ... 30
E. Kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN ... 35
BAB IV MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI ... 37
A. Hakekat Belajar ... 37
B. Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif ... 38
1. Pengertian Belajar Efektif ... 39
2. Pengertian Belajar Efisien ... 39
3. Pengertian Belajar Akseleratif ... 40
C. Pendidikan dan Pembelajaran ... 41
D. Persiapan-persiapan Siswa Sebelum Belajar ... 42
E. Metode- metode Dasar Belajar Efektif ... 43
1. Pelajaran Hapalan ... 44
2. Pelajaran Ingatan ... 47
3. Pelajaran Pikiran ... 49
4. Pelajaran Bahasa ... 51
5. Pelajaran Keterampilan ... 53
F. Proses Pembelajaran ... 54
vi
BAB V KESIMPULAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalahs
Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
menfasilitasi kegiatan belajar mereka1. Pendidikan juga merupakan proses
mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan
(intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan
menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, baik untuk
dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada.
Sejalan dengan itu, sistem pendidikan pendidikan nasional yang telah
berupaya menjawab dan mengendalikan peningkatan mutu dan relevansi serta
efisiensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan
zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan
pemerataan kesempatan pendidikan yang sesuai dengan apa yang diinginkan
masyarakat serta seimbang.
Sistem pendidikan nasional tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan pada amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
1
2
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial2.
Dewasa ini, sudah banyak perbaikan yang terjadi di dunia pendidikan,
mulai dari sistem pendidikan, kurikulum dan berbagai aspek pendidikan yang
lain. Tahun 2004 kita mengenal Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK
yaitu kurikulum yang memberikan kebebasan pengelolaan pendidikan atau
demokratisasi pendidikan3. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pihak
institusi diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendidikan sehingga
hasil keluaran dari KBK adalah terciptanya para lulusan yang menghargai
keberagaman. Tahun ajaran 2007/2008 Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP mulai diterapkan pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dengan mangacu pada Standar
Isi (SI), Standar Kompensi Lulusan (SKL), Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional no 22 Tahun 2006 dan no 23 Tahun 2006 serta dan didasari oleh
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BNSP4. Kurikulum ini
disebut-sebut sebagai kurikulum terbaik yang cocok diterapkan dalam
kegiatan pendidikan saat ini, karena dalam kurikulum ini, tidak hanya dituntut
untuk siswa aktif dalam belajar, tetapi guru juga aktif dalam mengawasi,
membimbing dan memberikan kompetensi kepada siswa. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, siswa tidak hanya dituntut untuk mampu
mendalami materi tetapi siswa dituntut untuk memiliki kompetensi
sebagaimana yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Jadi tidak hanya ranah kognitif yang dituju tetapi ranah afektif dan
psikomotorik juga menjadi tujuan dari kurikulum KTSP.
Ketiga ranah diatas berkaitan dengan penilaian yang dilakukan di
dalam proses pendidikan. Dengan sistem nilai inilah dapat dibedakan antara
pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju
2
http://www.indonesia.go.id/id/files/UUD45/satunaskah.pdf
3
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran. Hal 120
4
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran islam5. Jadi, dapat
kita fahami bahwa pendidikan Islam merupakan kegiatan bimbingan jasmani
dan sekaligus rohani setiap orang untuk belajar dan memahami kehidupan
yang akan datang dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam Agama Islam.
Pendidikan selalu menuntut untuk belajar, karena dengan belajar
manusia dapat memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Banyak
sekali macam kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan belajar,
seperti mencari arti sebuah kata dalam kamus, mengingat dan menghafal
puisi, mengoperasikan mesin ketik, membaca pelajaran, membuat latihan
pekerjaan rumah, mendengarkan penjelasan guru, menelaah ulang apa yang
sudah dipelajari di sekolah, meringkas, berdiskusi, dan lain sebagainya.
Robert M. Gagne dalam bukunya “Essential of Learning for Instruction”
memberikan definisinya tentang belajar atau yang dikenal dalam istilah lain
dengan Learning.
“Learning is a process of which certain kind of living organisms are capable-many animals, including human beings, but not plants. It is a process which enable these organisms to modify their behavior fairly rapidly in a more or less permanent way, so that the same modification does not have to occur again and again in each new situation”6.
Dari paparan Robert M. Gagne diatas, dapat difahami bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh mahluk hidup, kecuali
tumbuhan, yang dengan proses itu diharapkan adanya perubahan pada
perilaku dan tindakan sehingga mereka siap untuk kehidupan yang baru.
Di dalam pendidikan Islam banyak sekali orang-orang yang berperan
dalam mengembangkan Pendidikan Islam. Al-Ghazali dan Al-Zarnuji
merupakan salah satu tokoh Islam yang peduli dan menyumbangkan
pemikirannya tentang aktivitas belajar. Menurut al-Ghazali, belajar adalah
usaha orang untuk mencari ilmu7. Belajar sangat berkaitan dengan ilmu,
karena dalam proses belajar ada tujuan yang ingin dicapai oleh si-pembelajar
5
D. Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif Bandung 1989 hal 23
6
Robert M.Gagne, Essential of Learning for Instruction. 1974. Dryden Press. Hal . 5
7
4
dan tujuan itu adalah ilmu, lebih jauh al-Ghazali menerangkan bahwa
pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Lebih lanjut al-Ghazali menerangkan bahwa ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan
manusia8, yaitu pendekatan yang umum dipakai di dalam proses pendidikan,
baik dilingkungan pendidikan formal ataupun dilingkungan pendidikan
non-formal. Sedangkan ta’lim rabbani yaitu proses belajar dengan bimbingan
Tuhan9. Dalm proses ini dilakukan dengan Tafakkur, yaitu membaca realitas
dalam berbagai dimensi kehidupan spiritual.
Selain al-Ghazali yang banyak dikenal sebagai praktisi dan pemikir
pendidikan dalam Islam, kita juga mengenal Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji.
Beliau adalah pengarang kitab “Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Di dalam kitab tersebut, Al-Zarnuji membagi ilmu dalam empat kategori.
Pertama, ilmu fardu ‘ain, yaitu ilmu yang wajib dipelajari. Kedua, ilmu fardu kifayah, yaitu ilmu yang dibutuhkan hanya pada saat-saat tertentu saja. Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang tidak diperbolehkan untuk dipelajari,
karena ditakutkan hanya dipakai untuk menipu dan berbuat jahat. Keempat,
ilmu jawaz, yaitu ilmu yang boleh dipelajari karena bermanfaat bagi manusia10.
Di dunia pendidikan Barat kita banyak mengenal tokoh-tokoh yang
berperan di dalam pendidikan. Dari tokoh-tokoh inilah kemudian lahir
berbagai definisi dari belajar. E.R. Hilgard dan D.G. Marquis (dalam buku
Conditioning and Learning) mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran
dan sebaginya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Dalam buku Succesfull Teaching James L. Mursell berpendapat bahwa belajar adalah upaya yang
dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan
8
H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal. 44
9
H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal .48
10
memperoleh sendiri11. Lebih jauh penulis menafsirkan belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri sisiwa karena adanya
interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, yaitu antara
siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya dan siswa dengan materi
pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Berbagai definisi tentang belajar dari bermacam-macam tokoh dengan
latar belakang yang berbeda-beda. Tetapi ada beberapa ciri yang dapat
diidentifikasikan sebagai kegiatan belajar yaitu: Bahwa belajar itu membawa
perubahan pada diri orang yang belajar, bahwa belajar itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan baru yang berlaku untuk jangka waktu yang
lama, bahwa perubahan itu terjadi karena ada usaha12.
Untuk mencapai tujuan belajar, banyak cara atau model belajar yang
bisa diterapkan oleh siswa, cara-cara tersebut harus disesuaikan dengan mata
pelajaran yang sedang dipelajari karena setiap materi pelajaran tidak sama
isinya. Ada pelajaran yang memfokuskan pada kegiatan membaca,
menghafal, mengingat dan juga melakukan hal nyata. Disinilah seorang guru
harus tahu karakteristik pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa dan
juga harus tahu karakter tiap-tiap siswanya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan komunikasi yang
dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa secara berkesinambungan.
Tanpa komunikasi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan baik pula, karena pesan dari materi yang akan diajarkan harus
disampaikan dengan benar, hal itu membutuhkan komunikasi yang baik dan
benar. Dalam hal ini kita mengenal keterampilan dasar mengajar bagi guru,
keterampilan dasar ini penting agar seorang guru dapat melaksanakan
perannya dalam pengelolaan proses pembelajarannya dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Setidaknya ada lima keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh guru, yaitu : Keterampilan dasar bertanya, Keterampilan dasar
memberikan penguatan, Keterampilan dasar memberikan variasi stimulus,
11
H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003 UHAMKA Press. Hal 29
12
6
Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, dan Keterampilan
dasar mengelola kelas13.
Di dalam kelas, tentunya terdapat berbagai macam siswa dengan
kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, inilah yang dikenal dengan
pluralitas siswa. Seorang guru dituntut untuk memahami berbagai karakter
siswa agar kebutuhan dari tiap siswa dapat terpenuhi.
Mempelajari sesuatu itu memerlukan proses yang panjang. Seseorang
tidak dapat mengerti suatu ilmu hanya dalam waktu yang singkat. Umumnya
mereka membutuhkan waktu untuk membaca, mengamati, mendengar,
memahami, mempraktikan, hingga tingkat mengembangkan. Seperti yang
diterangkan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan al -Quran” tentang falsafah dasar Iqra’, bahwa perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga, karena membaca merupakan jalan yang
mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna14.
Awal mula perintah Allah dalam wahyu pertamanya adalah ditandai
dengan isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-„Alaq yang berisi perintah
terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca
sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang
akan dibaca, berikut dalam firman Allah:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-„Alaq: 1-5)
13
Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidkan,
hal 32.
14
Islam sebagai agama rahmah lil al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan al-Quran
sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Nabi
Muhamamd Saw untuk membaca dan membaca (iqra’), karena Iqra’
merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar15. Dalam arti yang
luas Iqra’ berarti mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupan.
Kegiatan belajar siswa sangat beragam, untuk itu di dalam proses
pembelajaran juga diperlukan keragaman metode, strategi dan pendekatan.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang dikembangkan saat ini dan
dipergunakan di sekolah-sekolah seperti Active Learning dan Contextual Teaching and Learning. Active Learning yang dimaksud adalah cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yang
membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat mereka berpikir
tentang materi pelajaran16.
Contextual Teaching Learning adalah sebuah sistem belajar yang di dasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila
mereka menangkap makna akademis yang mereka terima17. Pendekatan ini
merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi dengan
realita yang dialami oleh siswa.
Dalam pengembangan pendidikan, banyak tokoh yang mempunyai
peran penting untuk peningkatan belajar siswa, di dunia Barat kita mengenal
Edward L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, dan yang lainnya. Di Dunia
Islam Indonesia kita mengenal KH. Hasyim Asy’ari, seorang tokoh
fenomenal dalam Dunia Pendidikan Islam Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kegiatan pendidikan di pesantren yang digunakan untuk menjaga
budaya dan moral bangsa dari penetrasi budaya Barat18. Di dalam pesantren
15
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajran, Ar-Ruzz Media, 2009 hal 29
16
Melvin L. Silberman, Active Learning, Pustaka Insan Madani, 2007, hal. xxii
17
Elaine B. Jahnson, Contextual Teaching Learning, hal 14
18
8
yang dikembangkan, tidak hanya tradisi Islam murni yang terus dijaga, tetapi
juga pengembangan pola pikir untuk mengimbangi pendidikan Barat yang
berkembang saat itu. Kita juga mengenal seorang tokoh pembaharu atau yang dikenal dengan sebutan “Sang Pencerah” dialah KH. Ahmad Dahlan, beliau banyak dikenal dengan pembaharuan dan pemurnian pola pikir. Selain itu
berkat pemikiran dan perjuangannya di dunia pendidikan saat ini kita banyak
menemui sekolah-sekolah bahkan di beberapa daerah nama Beliau juga
dijadikan simbol dari sekolah tinggi. Hal ini sebagai penghormatan kepada
perjuangan dan perhatian KH. Ahmad Dahlan terhadap dunia Pendidikan.
Di Pulau Madura, tepatnya di Kabupaten Sumenep, kita mengenal
sebuah Pesantren besar yaitu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.
Setelah wafatnya KH. Tijani Djauhari, MA pada Tahun 2008 pesantren ini
dipimpin oleh KH. Muhammad Idris Jauhari. Memang nama Beliau belum
banyak dikenal dan mungkin masih asing di kalangan praktisi pendidikan
Islam Indonesia. Tetapi bagi masyarakat Madura beliau adalah sosok
pendidik yang elegan, dengan gagasan pendidikan yang selalu berkembang.
Hal itu diwujudkan dalam berbagai perubahan sisitem pendidikan di Pondok
Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura. Sejak berdirinya
Pondok Pesantren tersebut sampai saat ini beliau mempunyai peran besar
dalam proses pendidikan di dalamnya. Sebagai tokoh dan praktisi pendidikan
banyak hal yang sudah beliau lakukan untuk pendidikan di pesantren tersebut
dan untuk Indonesia. Selain aktif dalam kegiatannya sebagai pengasuh, beliau
juga cukup produktif menerbitkan karya-karya dalam bentuk karya tulis yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Buku Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif merupakan salah satu dari karya KH. Muhammad Idris Jauhari. Di dalam buku ini diterangkan
tentang bagaimana proses belajar agar menjadi efektif dan efisien, buku ini
merupakan buku panduan belajar santri (di dalam istilah di Pondok Pesantren
AL-AMIEN PRENDUAN disebut buku “Kepondokan”) yang harus dimiliki oleh santri di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Sekilas buku ini
untuk di gunakan dalam kegiatan belajar kita. Meskipun kecil dengan judul
yang seakan-akan hanya membahas cara belajar saja, sebenarnya esensi buku
ini juga mencakup prinsip, tujuan dan strategi belajar pada moral religius.
Masalah ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam dan lebih
mendetail, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal untuk kepentingan
pendidikan Islam di Indonesia. Setelah melalui studi pendahuluan dan
pertimbangan yang cukup panjang serta berdasarkan latar belakang di atas,
penulis berkeinginan untuk menulis karya ilmiah dengan judul “MODEL
BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS
JAUHARI” (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura).
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang sekiranya akan timbul berkenaan dengan penelitian yang
penulis laksanakan, yaitu :
1. Konsep belajar menurut KH. Muhammad Idris Jauhari. Yang di
dalamnya mencakup: Kedudukan siswa dan guru, Orientasi
Belajar dan Pola interaksi dalam belajar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar
3. Kriteria belajar efektif.
4. Pendekatan strategis, metode dan teknik belajar efektif.
5. Model-model belajar efektif.
6. Pengelolaan dan strategi pembelajaran efektif.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar tidak menjadi bias dan penelitian ini terfokus, penulis
membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Model belajar efektif menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari.
a. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan agar proses belajar
10
b. Kriteria belajar efektif.
c. Persiapan untuk belajar
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola belajar siswa / santri.
Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti yaitu :
1. Bagaimanakah konsep belajar efektif menurut K.H. Muhammad
Idris Jauhari?
2. Apa persiapan yang harus dilakukan siswa sebelum belajar
menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam belajar menurut
K.H. Muhammad Idris Jauhari?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, semakin mempertegas bahwa
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan gambaran dan penjelasan konsep model belajar
efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari
2. Memberikan gambaran tentang ketokohan K.H. Muhammad Idris
Jauhari dalam dunia Pendidikan.
Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu :
1. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya dan menambah
wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
persiapan menjadi guru yang sesungghnya.
2. Bagi para pembaca, penelitian ini dijadikan sebagai salah satu
bahan rujukan dalam mengembangkan pendidikan Islam di
Indonesia.
3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dapat
E. Metodologi Penelitian
a. Obyek Penelitian
Obyek adalah perkara atau hal yang menjadi pokok masalah19,
sedangkan obyek penelitian adalah pokok masalah dalam sebuah
penelitian.
Obyek dalam penelitian ini adalah pemikiran K.H. Muhammad
Idris Jauhari tentang model belajar efektif.
b. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang menunjuk pada makna, kedalaman
konsep, definisi, ciri, metafora, lambang dan deskripsi sesuatu20.
Di dalam penelitian ini penulis menelaah beberapa bahan
kepustakaan berupa buku, yang berkaitan dengan judul penelitin ini,
disamping itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan KH.
Muhammad Idris Jauhari. Adapun tujuannya adalah sebagai landasan dan
acuan teoritis yang akan dikembangkan dengan penelitian lapangan
seperti melakukan observasi dan wawancara mendalam tentang obyek
penelitian yang sedang penulis kaji.
c. Metode Penelitian
1. Penelitian ini sifatnya penelitian dasar atau teori dasar (grounded theory) yaitu penelitian yang diarahkan pada penemuan atau penguatan terhadap suatu teori21.
2. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari, Buku Cara Belajar
Efektif, Efisien dan Akseleratif, Mabadi’u Ilmu At-Ta’lim, Ilmu Jiwa
19
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, tt. Hal 531
20
Conny R. Semiawan, Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kencana Media Group, 2007, hal 27.
21
12
Pendidikan, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai sumber primer, sedangkan sumber
sekundernya adalah buku-buku tentang belajar dan pembelajaran,
psikolgi belajar dan buku-buku tentang pendidikan.
d. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Dokumen dan Literatur. yaitu teknik pengumpulan data
melalui buku-buku, makalah-makalah, rekaman dan literatur-literatur
lainnya agar memperoleh data yang lengkap. Adapun dokumen
dalam penelitian ini adalah buku Cara Belajar Efektif, Efisien dan
Akseleratif, Mabadi’u Ilmu At-Ta’lim, Ilmu Jiwa Pendidikan,
Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari.
2. Interviu mendalam, yaitu interviu yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan
responden memberikan jawaban yang luas, adapun perntanyaan
dalam interviu ini diarahakan untuk mengungkap konsep, persepsi
berkenaan dengan fokus yang diteliti22. Dalam penelitian ini obyek
interviu adalah K.H. Muhammad Idris Jauhari.
e. Teknik Analisa Data
1. Metode analisis data
a) Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen resmi berupa buku-buku baik yang bersifat teoritis
maupun empiris. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
makna, konsep, untuk selanjutnya mengetahui manfaat atau
hasil dari hal-hal tersebut23.
22
Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, hal. 112
23
b) Metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang sifatnya alamiah atau rekayasa
manusia24.
24
14 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.Hakekat dan Pengertian Belajar
Sebelum kita memahami belajar dari pendapat berbagai tokoh, kita harus
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan belajar.
Di dalam Kamus Besar Psikologi yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Aminudin
Rasyad, belajar dikaitkan antara belajar dan mengetahui. Belajar (to learn)
adalah memperoleh ilmu penegetahuan atau penguasaan ilmu melalui
pengalaman, mengingat, mengalami dan mendapatkan informasi. Sedangkan
mengetahui (to know) adalah menyerap segala sesuatu secara langsung melalui alat indera atau jiwa1.
Menurut Higlar dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip dari buku Evaluasi Pengajaran karya M. Ngalim Purwanto menyatakan
bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan sespon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang. Sejalan dengan paparan di atas, Muhibin Syah mengemukakan
bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif2.
1
H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003, Jakarta : UHAMKA Press. hal 24
2
Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA merumuskan bahwa belajar adalah proses kontinu yang tidak
pernah berhenti pada tanggungjawab intelektual dengan semangat menguasai
dan mengembangkan ilmu, ada tanggungjawab moral dalam rangka
mengamalkan ilmu yang dikuasai, dan ada tanggungjawab sosial dalam arti
memberikan keteladanan yang baik kepada masyarakat3.
Menurut al-Ghazali, proses belajar yang dilakukan seseorang adalah usaha
orang tersebut untuk mencari ilmu, karena itu belajar itu sendiri tidak lepas
dari ilmu yang akan dipelajarinya4.
Dalam pengertian lain, belajar adalah membentuk hubungan-hubungan
dalam susunan urat syaraf sebagai hasil dari sambutan-sambutan yang
diberikan terhadap perangsang-perangsang5. Pernyataan di atas pada dasarnya
mementingkan aspek psikologis si pelaku, meskipun hal itu dilakukan dengan
samar-samar tetapi belajar merupakan perbuatan yang menyertakan berbagai
bagian organisme si pelaku.
B.Ciri-ciri Belajar
Dalam kegiatan belajar, tentunya ada perubahan yang terjadi kepada
orang yang belajar, apakah perubahan itu sifatnya sementara ataupun
permanen. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar
sebagai berikut (Slameto : 2003):
1. Perubahan terjadi secara sadar, yaitu bahwa orang yang belajar
benar-benar menyadari dan merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berla ngsung secara
berkesinambungan, dan selalu berhubungan dnegan
perubahan-perubahan selanjutnya.
3Jamal Ma’mur Asmani,
Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA, 2009, Diva Press, hal 20-21
4
H. Baharuddin.dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran 2009 hal 42
5
16
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif – aktif, yaitu perubahan yang
terjadi bermanfaat, sesuai dengan harapan, adapun perubahan aktif
artinya tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan proses yang
dilakukan oleh orang yang belajar6.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Dalam kegiatan
belajar, perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen bahkan
akan berkembang kalau hal itu dipergunakan dan dilatih7.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Yaitu capaian yang
diinginkan memang sudah ditetapkan sebelum belajar. Dengan
demikian perbuatan belajar sengaja diarahkan untuk mencapai apa yang
sudah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Seluruh dari tahapan
tingkah laku akan dialami oleh seseorang setelah proses belajar.
C.Prinsip-prinsip Belajar
Soekamto dan Winataputra, 1997 yang dikutip oleh Drs. H. Bahatuddin,
M.Pd.I dan Esa Nur Wahyuni, M.Pd menerangkan bahwa dalam proses belajar
mengajar seorang guru perlu memperhatikan prinsip belajar berikut8.
a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar dan bukan
orang lain.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Agar siswa belajar dengan baik, diperlukan penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dalam setiap langkah pembelajaran.
e. Siswa diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh. Untuk
meningkatkan motivasinya dalam belajar.
Lebih jauh Slameto menjelaskan dalam buku “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (2003) bahwa di dalam pembelajaran tentunya ada
6
Muhibin Syah, M.Ed. Psikologi Belajar, , hal. 119
7
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hal. 5
8
perinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan dalma situasi dan kondisi yang
berbeda. Prinsip-prinsip belajar tersebut dikategorikan sebagai berikut.
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
1. Partisipasi aktif setiap siswa dalam belajar.
2. Adanya penguatan dan motivasi untuk mencapai tujuan
instruksional.
3. Lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
melakukan eksplorasi.
4. Adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar.
1. Dilakukan bertahap.
2. Belajar merupakan sebuah proses adaptasi, organisasi, eksplorasi
dan discovery.
3. Adanya hubungan antara satu pengertian dengan pengertian lain,
sehingga apa yang menjadi tujuan instruksional benar-benar
tercapai.
c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari.
1. Bersifat keseluruhan, dan materi yang disajikan memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga mudah dipahami.
2. Dapat mengembangkan kemampuan tertentu seuai dengan tujuan
instruksional.
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Sarana yang memadai, untuk membantu ketenangan belajar siswa.
2. Penguatan, pengulangan sehingga pengertian, sikap, keterampilan
itu mendalam pada siswa.
D.Unsur-unsur Belajar
Cornbach dalam Nana Shaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Dr. M.
Sobri Sutikno (2009) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam belajar.
18
b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis,
kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun
penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Di dalam situasi ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang
dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta
kondisi orang yang belajar.
d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi belajar, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi
belajar.
e. Respons. Respon yang diberikan oleh individu yang berpegang pada hasil interpretasi yang dilakukan tantang tercapai atau tidaknya tujuan.
f. Konsekuensi. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Entah itu baik atau buruk, itulah konsekuensi yang akan diterima dalam belajar, apakah akan
membuahkan hasil yang maksimal atau sebaliknya.
g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh, kegagalan juga merupakan kemungkinan yang akan diterima, apakah reaksi terhadap
kegagalan tersebut bersifat positif atau bersifat Negatif.
E.Teori Belajar
Secara terperinci teori belajar sudah dikembangkan oleh berbagai tokoh
baik dari Tokoh barat dan Tokoh Islam. Beberpa tokoh dengan konsepnya
dalam metode belajar sebagai berikut.
1. Konsep belajar melalui imitasi, sejak awal adanya manusia Allah
mengajarkan manusia untuk belajar dengan cara meniru, yaitu meniru
apa yang sudah ada. Hal ini diterangkan dalam Quran surah
Al-Maidah ayat 31, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya
saudaranya, Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah
uantuk mengubur burung gagak yang lain9.
2. Pendekatan belajar menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Drs H.
Baharuddin, M.Pd.I (2009) dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan Ta’lim insani dan ta’lim rabbani.
Ta’lim Insani adalah belajar dengan bimbingan manusia, pendekatan ini adalah cara umum yang dilakukan orang dan biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat-alat inderawi yang diakui oleh orang yang
berakal. Proses ini dibagi menjadi dua proses, yaitu proses eksternal
melalui belajar mengajar layaknya disekolah dan di kelas-kelas, dan
proses tafakkur yang merupakan kegiatan membaca realitas dalam
berbagai dimensi wawasan spiritual dan pengetahuan-pengetahuan
hikmah. Adapun Ta’lim Rabbani adalah belajar dengan bimbingan
Tuhan. Seseorang akan mendapatkan penegtahuan dengan bimbingan
langsung dari Allah jika kondisi jiwanya suci dan tidak tercemar dari
perbuatan dosa dan nista. Dalam pendekatan ini Allah sendiri yang
akan menjadi guru dan membimbing batin seseorang dalam belajar10.
3. Teori Koneksionisme (connectionism) yang ditemukan dan dikembangkanoleh Edward L. Thorndike (1874-1949) bedasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada kucing untuk mengetahui fenomena
belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan di dalam sangkar
berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan perlatan seperti
pengungkit, grendel pintu, dan tali yang menghubungkan grendel
dengan pengungkit tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memeproleh makanan yang
tersedia di depan sangkar tersebut. Keadaan belajar di dalam sangkar
ini disebut puzzle box yang merupakan stimulus yang merangsang kucing untuk melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di
depan pintu. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike
9
H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, 2009 hal. 35
10
20
berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respon yang saling berkaitan satu sama lain11.
4. Teori Belajar Kondisioning Klasik (Clasical Conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov adalah teori yang menjadi inpirasi bagi
Thorndike, Teori ini diawali dengan eksperimen yang dilakukan oleh
Pavlov kepada seekor anjing. Jika daging diletakkan di dekat mulut
anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur, menurut
hasil eksperimen yang dilakukan, Pavliv berpendapat bahwa ada
stimulus yang tidak terkondisikan yaitu daging yang didekatkan
kepada anjing yang sedang lapar yang akan menghasilkan respon yang
tidak dikondisikan yaitu keluarnya air liur anjing. Stimulus respon ini
sudah lumrah terjadi pada anjing. Dalam eksperimen ini Pavlov
mengganti dengan stimulus baru yaitu sebuah bel yang merupakan
stimulus netral. Jika bel dipasangkan dengan daging dan dilakukan
secara berulang-ulang maka bel akan menjadi stimulus yang
terkondisikan12.
5. Francis P. Robinson yang ditelaah dalam buku psikologi belajar
karangan Muhibin Syah, M.Ed, mengembangkan metode belajar yang
dikenal dengan SQ3R. Metode ini adalah singkatan dari beberapa
langkah belajar yaitu : Survey, memeriksa, meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks yang akan dipejari, Question yaitu menyususn daftar pertanyaan yang relevan dengan apa yang akan
dipelajari, Read yaitu membaca secara aktif, Recite yaitu menghafal jawaban dari pertanyaan tersebut, dan yang terakhir Review yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada
langkah question diatas. Disamping itu Jhon R. Anderson dalam buku
Cognitive Psychology and Its Implication yang juga dikutip oleh
Muhibin Syah mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan
PQ4R yaitu langkah-langkah berurutan yang mesti dilalui oleh si
11
Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal 93
12
pembelajar, langkah tersebut adalah Priview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review13.
6. Teori Belajar Sosial, atau yang lebih dikenal dengan observational learning, teori ini dipelopori oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Bandura memandang
bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas
stimulus, melainkan juga akitab reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antar lingkungan dengan skema kognitif manusia sendiri.
Dalam teori ini yang menjadi adalah peniruan dan pembiasaan
merespon14.
F. Belajar Efektif
a. Pengertian Efektif dan Efisien
1. Di dalam Kamus Ilmiah Populer, efektif mempunyai arti tepat;
manjur; mujarab; tepat guna; berhasil. Sedangkan Efisien mempunyai
arti rapi; cermat; paling sesuai dan tepat; hemat waktu (biaya dan
tenaga)15. Jika dikaitkan dengan belajar, dapat difahami bahwa belajar
efektif dan efisien merupakan belajar yang tepat dan hemat waktu
sehingga apa yang diinginkan dari belajar tersebut dapat tercapai
dengan baik atau dapat dikatakan berhasil.
2. Belajar efektif yaitu belajar yang membantu meningkatkan
kemampuan si pembelajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai16. Efektif berarti tepat guna, atau
dikatakan berhasil melakukan suatu hal, dalam hal belajar dapat
diartikan ketepatan waktu dan keberhasilan dalam belajar17.
13
Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal. 140.
14
Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal. 106.
15
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, hal 128-129
16
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 74.
17
22
3. Belajar Efisien adalah usaha yang digunakan untuk mendapat hasil
belajar yang memuaskan dengan pendekatan dan strategi yang
efisien18.
G.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Belajar merupakan seragkaian kegiatan atau perbuatan yang berhubungan
dengan banyak faktor. Dua faktor utama dalam belajar, yaitu faktor Internal
yang berhubungan dengan diri individu, dan faktor eksternal yang berada di
luar individu.
a. Faktor Internal
1. Faktor Jasmaniah
Faktor fisiologis atau keadaan jasmani sangat berpengaruh
terhadap proses maupun prestasi belajar anak19. Adapun faktor
jasmani yang mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah:
Kesehatan; agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkna ketentuan-ketentuan tentang belajar, istirahat, pola
makan, olehraga dan Ibadah. Proses belajar seseorang akan terganggu
jika kesehatan seseorang terganggu. Catat Tubuh; keadaan cacat tubuh juga mempegaruhi belajar individu, orang yang cacat belajarnya
akan terganggu.
2. Faktor Psikologis
Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
proses belajar siswa20.
1) Intelegensi. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui /
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat21.
18
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, 2003, hal 134.
19
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
20
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
21
2) Motif. Yaitu merupakan daya penggerak atau pendorong untuk berbuat22.
3) Minat. Merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat juga
dapat diartikan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan kepada hal
atau aktivitas tanpa menyuruh23.
4) Emosi. Kedalaman emosi sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Emosi yang cukup akan menambah konsentrasi belajar
seseorang24.
5) Bakat. Bakat adalah kemampuan, orang yang mempunyai bakat
akan lebih mudah belajarnya dibandingkan orang yang belum
memiliki bakat25.
6) Kematangan. Yaitu alat-alat tubuh yang sudah siap menerima kecakapan baru26.
7) Kesiapan. Yaitu kesediaan untuk memberi respon terhadap apa yang dipelajari27.
3. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan dibagi menjadi dua28, yaitu kelelahan jasmani
yang terlihat pada lemah lunglainya badan dan kecenderungan untuk
membaringkan tubuh, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kebosanan sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini bisa timbul kerena kebosanan menghadapi sesuatu yang
terus-menerus tanpa istirahat atau bisa saja timbul karena menghadapi
hal-hal yang selalu sama tanpa ada variasi.
22
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
23
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
24
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
25
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
26
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
27
M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16
28
24
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau faktor dari luar individu adalah faktor yang
sifatnya dari luar individu yang melakukan kegiatan belajar. Hal ini juga
berpengaruh terhadap individu tersebut dalam belajar. Faktor tersebut
dapat dikelompokkan menjadi tiga29.
a) Faktor Keluarga
Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga,
yaitu : Pertama Cara orang tua mendidik, akan ada beda yang sangat
jauh antara orang tua yang memeperhatikan pendidikan dan mendidik
anak dengan baik dalam belajar dibandingkan dengan orang tua yang
acuh tak acuh dalam mendidik anak. Kedua Relasi antar anggota keluarga. Yang terpenting dari relasi antar anggota keluarga adalah
relasi antara orang tua dan anak, dan relasi anak dengan saudara dan
anggota keluarga yang lain. Ketiga Suasana rumah. Suasan rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar30.
b) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan salah satu tempat seseorang melakukan
belajar, walaupun semua tempat juga bisa dijadikan temapt belajar,
namun secara formal individu belajar di sekolah dengan kurikulum dan
tingkatan yang bermacam-macam.
Sekolah juga mempengaruhi belajar seseorang. Dan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar seseorang di dalam sekolah adalah:
Metode Mengajar guru, Kurikulum, Relasi Guru dan siswa, Relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode
belajar, tugas rumah31.
29
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 61
30
Slameto,….2003, hal 61
31
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena individu berada di
dalam masyarakat. Adapaun faktor-faktor masyarakat yang
mempengaruhi belajar seseorang adalah : Media Massa, Teman
Bergaul dan Bentuk kehidupan masyarakat32.
H.Kriteria Keberhasilan Belajar
Keberhasilan yang dimaksud adalah tercapainya tujuan pembelajaran
khusus dari materi yang telah dipelajari selama individu tersebut belajar.
Adapun cara mengetahui apakah tujuan pembelajaran itu sudah terctapai
adalah dengan melakukan tes. Hal ini bisa dilakukan di sekolah dimana
individu tersebut belajar. Tes tersebut harus mempunyai tolak ukur yang baik.
Tolak ukur keberhasilan proses belajar, indikatornya adalah33: Penguasaan
materi pelajaran yang dipelajari mencapai prestasi tinggi dan dapat diserap baik
oleh individu, adanya perubahan perilaku yang ditampilkan oleh individu dari
hasil belajarnya.
Ukuran keberhasilan belajar adalah penguasaan suatu bahan ajar yang
telah dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran ukuran keberhasilannya adalah
pengasaan suatu bahan ajar yang dinyatakan tujuan pembelajaran khusus dan
memiliki kontribusi bagi tujuan diatasnya. Yaitu dengan ciri-ciri34 :
a. Daya serap terhadap bahan pembelejaran mencapai prestasi tinggi.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah
dicapai
c. Terjandinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
mengantarkan materi tahap berikutnya.
32
Slameto,….2003, hal 62
33
M. Sobry Sutikno, ... 2009. hal 25
34
26 BAB III
PROFIL K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI
A. Latar Belakang Keluarga
K.H. Muhammad Idris Jauhari dilahirkan di Prenduan pada tanggal 28
Nopember 1950, sebuah desa yang terletak di kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep. Desa yang secara geografis berada di pinggir pesisir selatan kabupaten
sumenep juga mendekati perbatasan antara kabupaten Sumenep dengan kabupaten
pamekasan. K.H. Muhammad Idris Jauhari adalah putera kedua dari tiga
bersaudara, yang pertama adalah K.H. Moh. Tidjani Djauhari MA, dan yang
ketiga K.H. Maktum Djauhari MA. Ayahnya bernama K.H. Achmad Djauhari
Chotib. Ibunya bernama Nyai Maryam.
K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah pendiri Pendok Pesantren
AL-AMIEN yang letaknya kurang lebih 150 meter sebelah utara masjid jami’
Prenduan yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Gemma Prenduan. Beliau
merupakan seorang pejuang di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan lembaga pendidikan yang didirikannya terus berkembang yaitu
dengan dua lembaga tingkat dasar. Kedua lelmbaga tersebut adalah Mathlabul
Ulum untuk putra dan Tarbiyatul Banat untuk putri.
Dilihat dari silsilah keluarga, K.H. Muhammad Idris Jauhari memang
memiliki gen yang mempunyai semangat di bidang pendidikan. Mulai dari kakek
beliau, K. Achmad Chotib dan ayah beliau K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah
praktisi pendidikan yang senantiasa mendedikasikan kehidupannya untuk
juga mempunyai semangat yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan
khususnya di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.
B. Latar Belakang Pendidikan
Seperti halnya anak-anak lainnya, pada umur 7 tahun K.H. Muhammad
Idris Jauhari memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) pada pagi hari, dan di siang
harinya mengikuti Pendidikan Madrasah Ibtida'iyah (MI) yang penyelenggaraan
pendidikannya dilaksanakan setelah setelah dhuhur. Untuk itu K.H. Muhammad
Idris Jauhari sejak di jenjang pendidikan dasar telah mengenal dasar-dasar
pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam di samping ilmu pengetahuan
umum, ini mencerminkan semangat keilmuan dan keagamaannya yang
mendapatkan akar dukungan yang kuat dalam tradisi lingkungannya.
Dan semangat itu pula yang mendorongnya untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Pondok Pesantren pada tahun
1965, adapun pesantren yang menjadi tempat beliau belajar adalah Pondok
Pesantren Modern Gontor Ponorogo yang tergolong sebagai pondok pesantren
yang memiliki popularitas Nasional bahkan Internasional. Hal ini sesuai dengan
pemikiran dan pandangan ayahnya yang menginginkan putra-putranya untuk
menuntut ilmu dalam rangka mempersiapkan diri menjadi kader-kader penerus
perjuangannya dalam lapangan pendidikan. Agar nantinya pondok pesantren yang
didirikannya menjadi pondok pesantren yang representatif serta mampu menjawab
tantang zaman dan tuntutan umat. Di pondok pesantren Gontor ini, K.H.
Muhammad Idris Jauhari nyantri selama 6 tahun mulai dari tahun 1965 sampai
tahun 1970, dengan memasuki lembaga pendidikan Kulliyatul Mu'alimin
Al-Islami (KMI) dengan masa jenjang pendidikan 6 tahun dari kelas satu sampai
dengan kelas enam.
Lembaga pendidikan Kulliyatul Mu’alimin Al-Islami (KMI) setingkat
dengan Madrasah Tsanawiyah sampai dengan Madrasah Aliyah (MTs - MA) atau
Sekolah Menengah Pertama sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMP-SMA). Perbedaannya hanya terletak pada isi atau kurikulum yang dipakai.
28
pengetahuan agama Islam serta ilmu alat. Oleh karena itu alumni dari pondok
pesantren ini oleh kalangan pondok pesantren sendiri sering dinilai lebih
berkualitas secara intelektual apabila dibanding dengan sekolah agama yang
dikelola oleh pemerintah.
Selama belajar di pondok pesantren Darussalam Gontor inilah K.H.
Muhammad Idris Jauhari mempunyai atau memiliki kegemaran membaca kitab
kuning. Di saat semangatnya menggebu-gebu dalam rangka menambah ilmu
pengetahuannya, K.H. Muhammad Idris Jauhari dipanggil pulang untuk
meneruskan pimpinan pondok pesantren Tegal. Karena K.H. Ahmad Djauhari
ayahnya dipanggil pulang ke rahmatullah (wafat). Sebenarnya tampuk
kepemimpinan pondok pesantren Al-Amien Prenduan setelah wafatnya K.H.
Ahmad Djauhari dipegang oleh putra pertama yaitu K.H. Tidjani Djauhari, akan
tetapi pada saat itu K.H. Tidjani Djauhari sedang menuntut ilmu di Makkah, maka
untuk sementara K.H. Muhammad Idris Jauhari yang memegang kepemimpinan
pondok Pesantren yang ditinggalkan ayahnya.
Pada awal kepemimpinannya inilah dibentuklah sebuah lembaga
pendidikan pondok pesantren dengan memakai nama yang pernah dipakai oleh
almarhum ayahnya K.H. Ahmad Djauhari (1960) yaitu Tarbiyatul Mu'alimin
Al-Islamlyah (TMI) yang menempati lokasi baru seluas ±6 Ha. Dan pada awal
kepemimpinannya pula masyarakat masih banyak yang kurang memberikan
keparcayaan penuh karena masyarakat mempunyai asumsi bahwa K.H.
Muhammad Idris Jauhari akan merubah tatanan atau tradisi yang ada secara
revolusioner, di samping rasa tidak percaya akan kemampuan atau kualitas
keilmuan yang dimiliki oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari, alasan masyarakat
pada saat itu juga beliau masih berusia 18 tahun (menurut mereka terlalu muda).
Sehingga beliau lebih banyak berjalan-jalan atau kalau dalam bahasa Jawa disebut
dengan "Dulanan" dibanding mengurusi pondok, akan tetapi setelah mendapat
mandat dari K.H. Zarkasyi (Pengasuh pondok pesantren Modern Gontor
Ponorogo) kebiasaan tersebut sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencoba
C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan
Sebagai seorang pendidik yang banyak bergelut di bidang pendidikan,
tentunya beliau mempunyai andil besar dalam pengembangan pendidikan,
terutama dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren AL-AMIEN
PRENDUAN semenjak masa pengembangan kedua sampai saat ini.
Masa awala pengembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN
dapat dibagi dalam dua masa pengembangan. Masa pertama merupakan masa
perintisan pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN oleh K.H. Ahmad
Djauhari Chotib, saat itu masih berbentuk congkop dengan fasilitas yang sangat minim dan terbatas. Pada masa pengembangan kedua dibentuklah lembaga
pendidikan dengan nama Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah kemudian disusul
dengan dibukanya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) AL-AMIEN
PRRENDUAN yang saat ini diganti namanya dengan Institut Dirasat Islamiyah
Al-Amien (IDIA) dan Ma’had Tahfidz Al-Quran AL-AMIEN PRENDUAN1.
Pada awala pengembangan kedua, tepatnya pada tahun 1971, K.H
Muhammad Idris Jauhari mulai membuka lahan baru untuk lembaga pendidikan
yang kemudian dikenal dengan TMI (Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah).
Semenjak berdirinya TMI, K.H. Muhammad Idris Jauhari betul-betul
mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk mengembangkan dan meningkatkan
mutu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Hal itu dapat dilihat dari
perkembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN khususnya TMI
Putra dan TMI Putri.
Selama mengurus pondok pesantren Al-Amien, K.H. Muhammad Idris
Jauhari lebih banyak memperhatikan pengembangan pondoknya. Dari pengajaran
dan pendidikan yang berikan kepada santrinya dengan harapan bahwa kelak
kemudian hari santrinya bisa menggantikan kedudukannya sebagai praktisi
pendidikan dimana dia kelak menjalani kehidupannya. Di samping itu K.H.
Muhammad Idris Jauhari beranggapan bahwa mendidik santri adalah merupakan
suatu tugas yang mulia. Oleh krenanya mendidik santri sudah merupakan suatu
1
30
hobi pada dirinya. Untuk itu K.H. Muhammad Idris Jauhari lebih memfokuskan
perhatiannya kepada pendidikan dan pengembangan pondoknya.
Sejak pertama perintisan TMI AL-AMIEN PRENDUAN yang berlokasi di
sebelah barat Pondok Tegal AL-AMIEN PRENDUAN yang juga dikenal dengan
AL-AMIEN I beliau betul-betul mendedikasikan kehidupannya untuk
mengembangkan pesantren tersebut, beliau juga tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, hal itu berbeda dengan kedua saudara beliau yang
dua-duanya melanjutkan pendidikan sampai mendapatkan gelar Magister. Disinilah
dapat dilihat kontribusi K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam bidang pendidikan,
yaitu dengan mengembangkan pesantren yang dibinanya. Sesekali beliau juga
pernah menjadi pembicara dalam seminar-seminar yang diadakan di Madura.
Tahun 2010 beliau mendapat kesempatan untuk menjadi nara sumber dalam
seminar pendidikan di Jakarta, namun karena kesehatan belaiu yang tidak
memungkinkan untuk berangkat ke Jakarta, beliau digantikan oleh Ahmadi Thaha
dengan mempresentasikan artikel yang ditulis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari
dengan judul Tipologi Pesantren.
K.H. Muhammad Idris Jauhari begitu produktif dalam kegiatan tulis
menulis, kurang lebih ada enam puluh tiga judul buku yang sudah diterbitkan, dari
sini kita bisa melihat kepedulian beliau dalam bidang pendidikan, hampir seluruh
buku yang beliau tulis berkenaan dengan pendidikan dan keagamaan. Begitu juga
beberapa buku yang digunakan sebagai Buku Pelajaran di Pondok Pesantren
AL-AMIEN PRENDUAN juga merupakan hasil goresan tinta beliau.
D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari
K.H. Muhammad Idris Jauhari merupakan pimpinan Pondok Pesantren
yang sangat produktif dalam mengembangkan bakatnya, terutama dalam bidang
tulis menulis. Beliau adalah orang yang istimewa, tekun membaca dan menulis.
Adapun hasil karya K.H. Muhammad Idris Jauhari baik berupa buku atau
renungan ceramah yang berbentuk Kaset dan VCD. Adapun beberapa karya beliau
1. Karya Tulis K.H. Muhammad Idris Jauhari yang berbentuk buku:
a. Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif
Buku ini merupakan buku yang harus dimiliki oleh santri-santri
Pondok Psesantren AL-AMIEN PRENDUAN, di kalangan santri buku
ini dikenal dengan buku “kepondokan”. Buku ini berisi tentang cara-cara belajar yang efektif sehingga dapat membantu pembaca untuk belaajr
dengan baik. Di dalam buku ini dijelaskan tentang pengertian belajar,
macam-macam pelajaran dan cara mempelajarinya.
b. Mabadi’u Ilm al-Tarbiyah al-Juzu al-Awwal
Buku ini merupakan buku pelajaran untuk kelas VI di Pondok
Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, yaitu setara dengan kelas III Aliyah
atau SMA dan yang sederajat. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press
ini berisi seputar pendidikan yaitu mulai dari pengertian tentang
pendidikan, pendidik, anak didik, tri pusat pendidikan, ala-alat dalam
pendidikan.
Buku ini menggunakan Bahasa Arab fushah atau yang banyak dikenal dengan Bahasa Arab ala al-Quran. Karena di Pondok Pesantren
AL-AMEIN PRENDUAN bahasa sehari-harinya menggunakan Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris.
c. Khutuwatu at-Tadris al-Mufashsholah
Buku ini merupakan buku pedoman mengajar untuk guru-guru
(asatidz), di dalam buku ini terdapat beberapa rumpun pelajaran yang dikelompokmkan sebagai berikut, yaitu : Durusu Maharot al-Lughawiyah (Pelajaran Bahasa) yang di dalamnya terdapat beberapa materi yang berkenaan dengan kebahasaan, yaitu Al-Istima’, al-Muthala’ah, al-Muhadatsah, al-Insya’, at-Tarjamah, at-Tamrinat al-Lughawiyah. Durusu al-Hifdzu wa al-Istidhhar (Pelajaran Hafalan).
Durusu fahmi al-Kutubi wa al-Muqarrarat (Pelajaran Pemahaman Kitab
-32
Imla’, al-Khattu. Dan yang terakhir rumpun pelajaran Durusu al-Maharot al-Quraniyah (Pelajaran Keterampilan Al-Quran) yaitu at-Tilawati wa Ilm at-Tajwidi, Tahsinu Makhariju al-Khuruf.
Begitu rinci pedoman-pedoman mengajar yang telah di susun oleh
K.H. Muhamamd Idris Jauhari, hal ini benar-benar untuk mempersiapkan
guru-guru yang professional.
Menurut Ust. H. A. Tijani Syadzily, Lc. Selaku Wakil Direktir TMI
AL-AMIEN PRENDUAN dan asisten Guru Master Ilmu Pendidikan di
TMI metode-metode yang sudah digariskan wajib digunakan oleh
seluruh guru-guru dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren
AL-AMIEN PRENDUAN. Tetapi tidak dibatasi untuk mengembangkan
sendiri, paling tidak khutuwat tersebut tidak boleh dikurangi sedikitpun2. d. Ilmu Jiwa Pendidikan
Buku ini juga merupakan buku pelajaran bagi santri kelas VI TMI
AL-AMIEN PRENDUAN. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press dan
dicetak oleh AL-AMIEN Printing membahas tentang ilmu psikologi
pendidikan.
Secara garis besar buku ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab Pertama
yang membahas definisi Psikologi, Pendidikan dan Psikol