• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model belajar efektif menurut K.H. muhammad Idris Jauhari: analisis pemikiran pengasuh pondok pesantren Al-Amien Preduan Sumenep Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model belajar efektif menurut K.H. muhammad Idris Jauhari: analisis pemikiran pengasuh pondok pesantren Al-Amien Preduan Sumenep Madura"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD

IDRIS JAUHARI (ANALISIS PEMIKIRAN PENGASUH

PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP

MADURA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

Ach. Hidayatul Wahyudi

106011000050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MADURA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Ach. Hidayatul Wahyudi

106011000050

Di Bawah Bimbingan

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 19680307 199803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ach. Hidayatul Wahyudi

No. Induk Mahasiswa : 106011000050

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : d/a MI. Nurul Ummah RT 15/08 Ellak Daya. Kec.

Lenteng. Kab. Sumenep Madura. 69461

Judul Skripsi : Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris

Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok

Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep

Madura)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Maret 2011

(4)

Judul : Model Belajar Efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura)

Tiga hal yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini, pertama: penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang konsep belajar efektif yang dikembangkan oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari dan penggunaannya dalam pembelajaran, kedua: penulis juga ingin melihat ketokohan beliau di masyarakat Madura dan peran beliau dalam dunia pendidikan, ketiga: penulis ingin memperkenalkan pemikiran beliau tentang belajar efektif. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah Pemikiran K.H. Muhammad Idris Jauhari tentang Model Belajar Efektif.

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN dengan metode kualitatif, yaitu mencari kedalaman informasi melalui data-data yang ditemukan dari berbagai literatur dan melakukan wawancara mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari dan beberapa Kiyai yang ada di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Dari data-data yang penulis temukan, penulis melakukan analisis data tersebut dan menjelaskan dengan metode deskriptif.

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada diri penulis, sehingga setelah

melalui proses yang cukup panjang, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan

dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, beserta seluruh staffnya.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Bahrissalim,

M.Ag yang sekaligus membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq.

M.A beserta seluruh staffnya.

3. Dosen Penasehat Akademik penulis Bapak Prof. Dr. Abd. Rahman Ghazaly,

M.A.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah ikhlas

berbagi pengalaman dan pengetahuan.

5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang

tercinta, Ayahanda H. Asmar dan ibunda Hj. Siti Aqidah serta keluarga

penulis atas segala pengorbanan dan jasa-jasa mereka yang tak pernah penulis

lupakan. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua kiranya

merupakan dorongan moril yang sangat efektif bagi kelanjutan studi penulis

(6)

ii

7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakulatas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang

diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung

penyelesaian skripsi ini.

8. Kedua saudara tercinta Sulis Amaliatul Afifah dan Ahmad Mishbahus Shurur.

9. Teman-teman PAI B 2006, yang selalu memberikan support dan

pecutan-pecutan untuk bergerak.

10.Teman-teman ARVEZHASTY angkatan 16:30 TMI AL-AMIEN

PRENDUAN.

11.Teman-teman spesial (Erika, Nervi, Lulu, Indah, Ghoni, Mas Arief Mahmudi,

Deden Supriadi, Ali Mudassir, Thile, Junet, Encung, Booy, Anank, Haekal,

Sholeh, Sobri, Ansori, Mahbub, Alan, Zhero, Isma, Ipeh, Nana, Una, Toan

Mujib) dan yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.

12.Teman-teman kosan (Bos Retno, Apang, Cicink Deddy, Jhoe, Yuan, Joung,

Cuple’, Bule’) yang selalu membuat penulis tersenyum dan menambah

kekuatan untuk lebih giat lagi bekerja walaupun sering kali diajak ngopi dan bergadang sampai pagi.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala

dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.

Jakarta

(7)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Abstraks ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

a. Obyek Penelitian ... 11

b. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

c. Metode Penelitian ... 11

d. Teknik Pengumpulan Data ... 12

e. Teknik Analisa Data ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Hakekat dan Pengerian Belajar ... 14

B. Ciri-ciri Belajar ... 15

C. Prinsip-prinsip Belajar ... 16

D. Unsur-unsur Belajar ... 17

E. Teori Belajar ... 18

F. Belajar Efektif ... 21

(8)

v

BAB III OTOBIOGRAFI K.H.MOHAMMAD IDRIS JAUHARI ... 26

A. Latar Belakang Keluarga ... 26

B. Latar Belakang Pendidikan ... 27

C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan ... 29

D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari ... 30

E. Kepemimpinan K.H. Muhammad Idris Jauhari di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN ... 35

BAB IV MODEL BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI ... 37

A. Hakekat Belajar ... 37

B. Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif ... 38

1. Pengertian Belajar Efektif ... 39

2. Pengertian Belajar Efisien ... 39

3. Pengertian Belajar Akseleratif ... 40

C. Pendidikan dan Pembelajaran ... 41

D. Persiapan-persiapan Siswa Sebelum Belajar ... 42

E. Metode- metode Dasar Belajar Efektif ... 43

1. Pelajaran Hapalan ... 44

2. Pelajaran Ingatan ... 47

3. Pelajaran Pikiran ... 49

4. Pelajaran Bahasa ... 51

5. Pelajaran Keterampilan ... 53

F. Proses Pembelajaran ... 54

(9)

vi

BAB V KESIMPULAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalahs

Pendidikan merupakan upaya sadar untuk menumbuhkembangkan

potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan

menfasilitasi kegiatan belajar mereka1. Pendidikan juga merupakan proses

mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan kecerdasan

(intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk akhlak mulia dan

menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan, baik untuk

dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada.

Sejalan dengan itu, sistem pendidikan pendidikan nasional yang telah

berupaya menjawab dan mengendalikan peningkatan mutu dan relevansi serta

efisiensi manajemen pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan

zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan

pemerataan kesempatan pendidikan yang sesuai dengan apa yang diinginkan

masyarakat serta seimbang.

Sistem pendidikan nasional tersebut direncanakan dan dilaksanakan

berdasarkan pada amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

1

(11)

2

dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial2.

Dewasa ini, sudah banyak perbaikan yang terjadi di dunia pendidikan,

mulai dari sistem pendidikan, kurikulum dan berbagai aspek pendidikan yang

lain. Tahun 2004 kita mengenal Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK

yaitu kurikulum yang memberikan kebebasan pengelolaan pendidikan atau

demokratisasi pendidikan3. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pihak

institusi diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendidikan sehingga

hasil keluaran dari KBK adalah terciptanya para lulusan yang menghargai

keberagaman. Tahun ajaran 2007/2008 Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP mulai diterapkan pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dengan mangacu pada Standar

Isi (SI), Standar Kompensi Lulusan (SKL), Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional no 22 Tahun 2006 dan no 23 Tahun 2006 serta dan didasari oleh

Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BNSP4. Kurikulum ini

disebut-sebut sebagai kurikulum terbaik yang cocok diterapkan dalam

kegiatan pendidikan saat ini, karena dalam kurikulum ini, tidak hanya dituntut

untuk siswa aktif dalam belajar, tetapi guru juga aktif dalam mengawasi,

membimbing dan memberikan kompetensi kepada siswa. Dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, siswa tidak hanya dituntut untuk mampu

mendalami materi tetapi siswa dituntut untuk memiliki kompetensi

sebagaimana yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar. Jadi tidak hanya ranah kognitif yang dituju tetapi ranah afektif dan

psikomotorik juga menjadi tujuan dari kurikulum KTSP.

Ketiga ranah diatas berkaitan dengan penilaian yang dilakukan di

dalam proses pendidikan. Dengan sistem nilai inilah dapat dibedakan antara

pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju

2

http://www.indonesia.go.id/id/files/UUD45/satunaskah.pdf

3

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran. Hal 120

4

(12)

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran islam5. Jadi, dapat

kita fahami bahwa pendidikan Islam merupakan kegiatan bimbingan jasmani

dan sekaligus rohani setiap orang untuk belajar dan memahami kehidupan

yang akan datang dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam Agama Islam.

Pendidikan selalu menuntut untuk belajar, karena dengan belajar

manusia dapat memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Banyak

sekali macam kegiatan yang dapat digolongkan sebagai kegiatan belajar,

seperti mencari arti sebuah kata dalam kamus, mengingat dan menghafal

puisi, mengoperasikan mesin ketik, membaca pelajaran, membuat latihan

pekerjaan rumah, mendengarkan penjelasan guru, menelaah ulang apa yang

sudah dipelajari di sekolah, meringkas, berdiskusi, dan lain sebagainya.

Robert M. Gagne dalam bukunya “Essential of Learning for Instruction”

memberikan definisinya tentang belajar atau yang dikenal dalam istilah lain

dengan Learning.

Learning is a process of which certain kind of living organisms are capable-many animals, including human beings, but not plants. It is a process which enable these organisms to modify their behavior fairly rapidly in a more or less permanent way, so that the same modification does not have to occur again and again in each new situation”6.

Dari paparan Robert M. Gagne diatas, dapat difahami bahwa belajar

merupakan suatu proses yang dilakukan oleh mahluk hidup, kecuali

tumbuhan, yang dengan proses itu diharapkan adanya perubahan pada

perilaku dan tindakan sehingga mereka siap untuk kehidupan yang baru.

Di dalam pendidikan Islam banyak sekali orang-orang yang berperan

dalam mengembangkan Pendidikan Islam. Al-Ghazali dan Al-Zarnuji

merupakan salah satu tokoh Islam yang peduli dan menyumbangkan

pemikirannya tentang aktivitas belajar. Menurut al-Ghazali, belajar adalah

usaha orang untuk mencari ilmu7. Belajar sangat berkaitan dengan ilmu,

karena dalam proses belajar ada tujuan yang ingin dicapai oleh si-pembelajar

5

D. Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT. Al-Ma’arif Bandung 1989 hal 23

6

Robert M.Gagne, Essential of Learning for Instruction. 1974. Dryden Press. Hal . 5

7

(13)

4

dan tujuan itu adalah ilmu, lebih jauh al-Ghazali menerangkan bahwa

pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Lebih lanjut al-Ghazali menerangkan bahwa ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan

manusia8, yaitu pendekatan yang umum dipakai di dalam proses pendidikan,

baik dilingkungan pendidikan formal ataupun dilingkungan pendidikan

non-formal. Sedangkan ta’lim rabbani yaitu proses belajar dengan bimbingan

Tuhan9. Dalm proses ini dilakukan dengan Tafakkur, yaitu membaca realitas

dalam berbagai dimensi kehidupan spiritual.

Selain al-Ghazali yang banyak dikenal sebagai praktisi dan pemikir

pendidikan dalam Islam, kita juga mengenal Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji.

Beliau adalah pengarang kitab “Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Di dalam kitab tersebut, Al-Zarnuji membagi ilmu dalam empat kategori.

Pertama, ilmu fardu ‘ain, yaitu ilmu yang wajib dipelajari. Kedua, ilmu fardu kifayah, yaitu ilmu yang dibutuhkan hanya pada saat-saat tertentu saja. Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang tidak diperbolehkan untuk dipelajari,

karena ditakutkan hanya dipakai untuk menipu dan berbuat jahat. Keempat,

ilmu jawaz, yaitu ilmu yang boleh dipelajari karena bermanfaat bagi manusia10.

Di dunia pendidikan Barat kita banyak mengenal tokoh-tokoh yang

berperan di dalam pendidikan. Dari tokoh-tokoh inilah kemudian lahir

berbagai definisi dari belajar. E.R. Hilgard dan D.G. Marquis (dalam buku

Conditioning and Learning) mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran

dan sebaginya, sehingga terjadi perubahan dalam diri. Dalam buku Succesfull Teaching James L. Mursell berpendapat bahwa belajar adalah upaya yang

dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan

8

H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal. 44

9

H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, hal .48

10

(14)

memperoleh sendiri11. Lebih jauh penulis menafsirkan belajar merupakan

proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri sisiwa karena adanya

interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, yaitu antara

siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya dan siswa dengan materi

pelajaran yang sedang dipelajarinya.

Berbagai definisi tentang belajar dari bermacam-macam tokoh dengan

latar belakang yang berbeda-beda. Tetapi ada beberapa ciri yang dapat

diidentifikasikan sebagai kegiatan belajar yaitu: Bahwa belajar itu membawa

perubahan pada diri orang yang belajar, bahwa belajar itu pada pokoknya

adalah didapatkannya kecakapan baru yang berlaku untuk jangka waktu yang

lama, bahwa perubahan itu terjadi karena ada usaha12.

Untuk mencapai tujuan belajar, banyak cara atau model belajar yang

bisa diterapkan oleh siswa, cara-cara tersebut harus disesuaikan dengan mata

pelajaran yang sedang dipelajari karena setiap materi pelajaran tidak sama

isinya. Ada pelajaran yang memfokuskan pada kegiatan membaca,

menghafal, mengingat dan juga melakukan hal nyata. Disinilah seorang guru

harus tahu karakteristik pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa dan

juga harus tahu karakter tiap-tiap siswanya.

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan komunikasi yang

dilakukan oleh guru dan siswa, siswa dan siswa secara berkesinambungan.

Tanpa komunikasi yang baik proses belajar mengajar tidak akan berjalan

dengan baik pula, karena pesan dari materi yang akan diajarkan harus

disampaikan dengan benar, hal itu membutuhkan komunikasi yang baik dan

benar. Dalam hal ini kita mengenal keterampilan dasar mengajar bagi guru,

keterampilan dasar ini penting agar seorang guru dapat melaksanakan

perannya dalam pengelolaan proses pembelajarannya dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Setidaknya ada lima keterampilan dasar yang harus

dimiliki oleh guru, yaitu : Keterampilan dasar bertanya, Keterampilan dasar

memberikan penguatan, Keterampilan dasar memberikan variasi stimulus,

11

H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003 UHAMKA Press. Hal 29

12

(15)

6

Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, dan Keterampilan

dasar mengelola kelas13.

Di dalam kelas, tentunya terdapat berbagai macam siswa dengan

kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, inilah yang dikenal dengan

pluralitas siswa. Seorang guru dituntut untuk memahami berbagai karakter

siswa agar kebutuhan dari tiap siswa dapat terpenuhi.

Mempelajari sesuatu itu memerlukan proses yang panjang. Seseorang

tidak dapat mengerti suatu ilmu hanya dalam waktu yang singkat. Umumnya

mereka membutuhkan waktu untuk membaca, mengamati, mendengar,

memahami, mempraktikan, hingga tingkat mengembangkan. Seperti yang

diterangkan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan al -Quran” tentang falsafah dasar Iqra’, bahwa perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga, karena membaca merupakan jalan yang

mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna14.

Awal mula perintah Allah dalam wahyu pertamanya adalah ditandai

dengan isyarat Iqra’ (bacalah) dalam surat al-„Alaq yang berisi perintah

terhadap hambanya untuk selalu membaca, yang mana perintah membaca

sudah tentu pula selalu diiringi dengan menulis sebagai adanya bahan yang

akan dibaca, berikut dalam firman Allah:

































































Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-„Alaq: 1-5)

13

Wina Sanjaya, Starategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidkan,

hal 32.

14

(16)

Islam sebagai agama rahmah lil al-‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan al-Quran

sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Nabi

Muhamamd Saw untuk membaca dan membaca (iqra’), karena Iqra’

merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar15. Dalam arti yang

luas Iqra’ berarti mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupan.

Kegiatan belajar siswa sangat beragam, untuk itu di dalam proses

pembelajaran juga diperlukan keragaman metode, strategi dan pendekatan.

Beberapa pendekatan pembelajaran yang dikembangkan saat ini dan

dipergunakan di sekolah-sekolah seperti Active Learning dan Contextual Teaching and Learning. Active Learning yang dimaksud adalah cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yang

membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat mereka berpikir

tentang materi pelajaran16.

Contextual Teaching Learning adalah sebuah sistem belajar yang di dasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila

mereka menangkap makna akademis yang mereka terima17. Pendekatan ini

merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi dengan

realita yang dialami oleh siswa.

Dalam pengembangan pendidikan, banyak tokoh yang mempunyai

peran penting untuk peningkatan belajar siswa, di dunia Barat kita mengenal

Edward L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, dan yang lainnya. Di Dunia

Islam Indonesia kita mengenal KH. Hasyim Asy’ari, seorang tokoh

fenomenal dalam Dunia Pendidikan Islam Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan

dengan kegiatan pendidikan di pesantren yang digunakan untuk menjaga

budaya dan moral bangsa dari penetrasi budaya Barat18. Di dalam pesantren

15

H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajran, Ar-Ruzz Media, 2009 hal 29

16

Melvin L. Silberman, Active Learning, Pustaka Insan Madani, 2007, hal. xxii

17

Elaine B. Jahnson, Contextual Teaching Learning, hal 14

18

(17)

8

yang dikembangkan, tidak hanya tradisi Islam murni yang terus dijaga, tetapi

juga pengembangan pola pikir untuk mengimbangi pendidikan Barat yang

berkembang saat itu. Kita juga mengenal seorang tokoh pembaharu atau yang dikenal dengan sebutan “Sang Pencerah” dialah KH. Ahmad Dahlan, beliau banyak dikenal dengan pembaharuan dan pemurnian pola pikir. Selain itu

berkat pemikiran dan perjuangannya di dunia pendidikan saat ini kita banyak

menemui sekolah-sekolah bahkan di beberapa daerah nama Beliau juga

dijadikan simbol dari sekolah tinggi. Hal ini sebagai penghormatan kepada

perjuangan dan perhatian KH. Ahmad Dahlan terhadap dunia Pendidikan.

Di Pulau Madura, tepatnya di Kabupaten Sumenep, kita mengenal

sebuah Pesantren besar yaitu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.

Setelah wafatnya KH. Tijani Djauhari, MA pada Tahun 2008 pesantren ini

dipimpin oleh KH. Muhammad Idris Jauhari. Memang nama Beliau belum

banyak dikenal dan mungkin masih asing di kalangan praktisi pendidikan

Islam Indonesia. Tetapi bagi masyarakat Madura beliau adalah sosok

pendidik yang elegan, dengan gagasan pendidikan yang selalu berkembang.

Hal itu diwujudkan dalam berbagai perubahan sisitem pendidikan di Pondok

Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura. Sejak berdirinya

Pondok Pesantren tersebut sampai saat ini beliau mempunyai peran besar

dalam proses pendidikan di dalamnya. Sebagai tokoh dan praktisi pendidikan

banyak hal yang sudah beliau lakukan untuk pendidikan di pesantren tersebut

dan untuk Indonesia. Selain aktif dalam kegiatannya sebagai pengasuh, beliau

juga cukup produktif menerbitkan karya-karya dalam bentuk karya tulis yang

berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Buku Cara Belajar Efektif Efisien dan Akseleratif merupakan salah satu dari karya KH. Muhammad Idris Jauhari. Di dalam buku ini diterangkan

tentang bagaimana proses belajar agar menjadi efektif dan efisien, buku ini

merupakan buku panduan belajar santri (di dalam istilah di Pondok Pesantren

AL-AMIEN PRENDUAN disebut buku “Kepondokan”) yang harus dimiliki oleh santri di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Sekilas buku ini

(18)

untuk di gunakan dalam kegiatan belajar kita. Meskipun kecil dengan judul

yang seakan-akan hanya membahas cara belajar saja, sebenarnya esensi buku

ini juga mencakup prinsip, tujuan dan strategi belajar pada moral religius.

Masalah ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam dan lebih

mendetail, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal untuk kepentingan

pendidikan Islam di Indonesia. Setelah melalui studi pendahuluan dan

pertimbangan yang cukup panjang serta berdasarkan latar belakang di atas,

penulis berkeinginan untuk menulis karya ilmiah dengan judul “MODEL

BELAJAR EFEKTIF MENURUT K.H. MUHAMMAD IDRIS

JAUHARI” (Analisis Pemikiran Pengasuh Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Sumenep Madura).

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengidentifikasi berbagai

permasalahan yang sekiranya akan timbul berkenaan dengan penelitian yang

penulis laksanakan, yaitu :

1. Konsep belajar menurut KH. Muhammad Idris Jauhari. Yang di

dalamnya mencakup: Kedudukan siswa dan guru, Orientasi

Belajar dan Pola interaksi dalam belajar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar

3. Kriteria belajar efektif.

4. Pendekatan strategis, metode dan teknik belajar efektif.

5. Model-model belajar efektif.

6. Pengelolaan dan strategi pembelajaran efektif.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar tidak menjadi bias dan penelitian ini terfokus, penulis

membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Model belajar efektif menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari.

a. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan agar proses belajar

(19)

10

b. Kriteria belajar efektif.

c. Persiapan untuk belajar

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola belajar siswa / santri.

Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti yaitu :

1. Bagaimanakah konsep belajar efektif menurut K.H. Muhammad

Idris Jauhari?

2. Apa persiapan yang harus dilakukan siswa sebelum belajar

menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam belajar menurut

K.H. Muhammad Idris Jauhari?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, semakin mempertegas bahwa

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memberikan gambaran dan penjelasan konsep model belajar

efektif Menurut K.H. Muhammad Idris Jauhari

2. Memberikan gambaran tentang ketokohan K.H. Muhammad Idris

Jauhari dalam dunia Pendidikan.

Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu :

1. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya dan menambah

wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam

persiapan menjadi guru yang sesungghnya.

2. Bagi para pembaca, penelitian ini dijadikan sebagai salah satu

bahan rujukan dalam mengembangkan pendidikan Islam di

Indonesia.

3. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dapat

(20)

E. Metodologi Penelitian

a. Obyek Penelitian

Obyek adalah perkara atau hal yang menjadi pokok masalah19,

sedangkan obyek penelitian adalah pokok masalah dalam sebuah

penelitian.

Obyek dalam penelitian ini adalah pemikiran K.H. Muhammad

Idris Jauhari tentang model belajar efektif.

b. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang menunjuk pada makna, kedalaman

konsep, definisi, ciri, metafora, lambang dan deskripsi sesuatu20.

Di dalam penelitian ini penulis menelaah beberapa bahan

kepustakaan berupa buku, yang berkaitan dengan judul penelitin ini,

disamping itu penulis juga melakukan wawancara mendalam dengan KH.

Muhammad Idris Jauhari. Adapun tujuannya adalah sebagai landasan dan

acuan teoritis yang akan dikembangkan dengan penelitian lapangan

seperti melakukan observasi dan wawancara mendalam tentang obyek

penelitian yang sedang penulis kaji.

c. Metode Penelitian

1. Penelitian ini sifatnya penelitian dasar atau teori dasar (grounded theory) yaitu penelitian yang diarahkan pada penemuan atau penguatan terhadap suatu teori21.

2. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

mendalam dengan K.H. Muhammad Idris Jauhari, Buku Cara Belajar

Efektif, Efisien dan Akseleratif, Mabadi’u Ilmu At-Ta’lim, Ilmu Jiwa

19

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, tt. Hal 531

20

Conny R. Semiawan, Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Kencana Media Group, 2007, hal 27.

21

(21)

12

Pendidikan, Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari sebagai sumber primer, sedangkan sumber

sekundernya adalah buku-buku tentang belajar dan pembelajaran,

psikolgi belajar dan buku-buku tentang pendidikan.

d. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Dokumen dan Literatur. yaitu teknik pengumpulan data

melalui buku-buku, makalah-makalah, rekaman dan literatur-literatur

lainnya agar memperoleh data yang lengkap. Adapun dokumen

dalam penelitian ini adalah buku Cara Belajar Efektif, Efisien dan

Akseleratif, Mabadi’u Ilmu At-Ta’lim, Ilmu Jiwa Pendidikan,

Khutuwat At-Tadris Al-Mufasshalah karya K.H. Muhammad Idris Jauhari.

2. Interviu mendalam, yaitu interviu yang dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan

responden memberikan jawaban yang luas, adapun perntanyaan

dalam interviu ini diarahakan untuk mengungkap konsep, persepsi

berkenaan dengan fokus yang diteliti22. Dalam penelitian ini obyek

interviu adalah K.H. Muhammad Idris Jauhari.

e. Teknik Analisa Data

1. Metode analisis data

a) Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen resmi berupa buku-buku baik yang bersifat teoritis

maupun empiris. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

makna, konsep, untuk selanjutnya mengetahui manfaat atau

hasil dari hal-hal tersebut23.

22

Nana Syaodih Sukmadinata, 2006, hal. 112

23

(22)

b) Metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang sifatnya alamiah atau rekayasa

manusia24.

24

(23)

14 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Hakekat dan Pengertian Belajar

Sebelum kita memahami belajar dari pendapat berbagai tokoh, kita harus

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan belajar.

Di dalam Kamus Besar Psikologi yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Aminudin

Rasyad, belajar dikaitkan antara belajar dan mengetahui. Belajar (to learn)

adalah memperoleh ilmu penegetahuan atau penguasaan ilmu melalui

pengalaman, mengingat, mengalami dan mendapatkan informasi. Sedangkan

mengetahui (to know) adalah menyerap segala sesuatu secara langsung melalui alat indera atau jiwa1.

Menurut Higlar dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip dari buku Evaluasi Pengajaran karya M. Ngalim Purwanto menyatakan

bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi

tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan sespon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat

seseorang. Sejalan dengan paparan di atas, Muhibin Syah mengemukakan

bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif2.

1

H. Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran. 2003, Jakarta : UHAMKA Press. hal 24

2

(24)

Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA merumuskan bahwa belajar adalah proses kontinu yang tidak

pernah berhenti pada tanggungjawab intelektual dengan semangat menguasai

dan mengembangkan ilmu, ada tanggungjawab moral dalam rangka

mengamalkan ilmu yang dikuasai, dan ada tanggungjawab sosial dalam arti

memberikan keteladanan yang baik kepada masyarakat3.

Menurut al-Ghazali, proses belajar yang dilakukan seseorang adalah usaha

orang tersebut untuk mencari ilmu, karena itu belajar itu sendiri tidak lepas

dari ilmu yang akan dipelajarinya4.

Dalam pengertian lain, belajar adalah membentuk hubungan-hubungan

dalam susunan urat syaraf sebagai hasil dari sambutan-sambutan yang

diberikan terhadap perangsang-perangsang5. Pernyataan di atas pada dasarnya

mementingkan aspek psikologis si pelaku, meskipun hal itu dilakukan dengan

samar-samar tetapi belajar merupakan perbuatan yang menyertakan berbagai

bagian organisme si pelaku.

B.Ciri-ciri Belajar

Dalam kegiatan belajar, tentunya ada perubahan yang terjadi kepada

orang yang belajar, apakah perubahan itu sifatnya sementara ataupun

permanen. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar

sebagai berikut (Slameto : 2003):

1. Perubahan terjadi secara sadar, yaitu bahwa orang yang belajar

benar-benar menyadari dan merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya

perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berla ngsung secara

berkesinambungan, dan selalu berhubungan dnegan

perubahan-perubahan selanjutnya.

3Jamal Ma’mur Asmani,

Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA, 2009, Diva Press, hal 20-21

4

H. Baharuddin.dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran 2009 hal 42

5

(25)

16

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif – aktif, yaitu perubahan yang

terjadi bermanfaat, sesuai dengan harapan, adapun perubahan aktif

artinya tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan proses yang

dilakukan oleh orang yang belajar6.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Dalam kegiatan

belajar, perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen bahkan

akan berkembang kalau hal itu dipergunakan dan dilatih7.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Yaitu capaian yang

diinginkan memang sudah ditetapkan sebelum belajar. Dengan

demikian perbuatan belajar sengaja diarahkan untuk mencapai apa yang

sudah ditetapkan.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Seluruh dari tahapan

tingkah laku akan dialami oleh seseorang setelah proses belajar.

C.Prinsip-prinsip Belajar

Soekamto dan Winataputra, 1997 yang dikutip oleh Drs. H. Bahatuddin,

M.Pd.I dan Esa Nur Wahyuni, M.Pd menerangkan bahwa dalam proses belajar

mengajar seorang guru perlu memperhatikan prinsip belajar berikut8.

a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar dan bukan

orang lain.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Agar siswa belajar dengan baik, diperlukan penguatan langsung pada

setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dalam setiap langkah pembelajaran.

e. Siswa diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh. Untuk

meningkatkan motivasinya dalam belajar.

Lebih jauh Slameto menjelaskan dalam buku “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya” (2003) bahwa di dalam pembelajaran tentunya ada

6

Muhibin Syah, M.Ed. Psikologi Belajar, , hal. 119

7

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, hal. 5

8

(26)

perinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan dalma situasi dan kondisi yang

berbeda. Prinsip-prinsip belajar tersebut dikategorikan sebagai berikut.

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

1. Partisipasi aktif setiap siswa dalam belajar.

2. Adanya penguatan dan motivasi untuk mencapai tujuan

instruksional.

3. Lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam

melakukan eksplorasi.

4. Adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar.

1. Dilakukan bertahap.

2. Belajar merupakan sebuah proses adaptasi, organisasi, eksplorasi

dan discovery.

3. Adanya hubungan antara satu pengertian dengan pengertian lain,

sehingga apa yang menjadi tujuan instruksional benar-benar

tercapai.

c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari.

1. Bersifat keseluruhan, dan materi yang disajikan memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga mudah dipahami.

2. Dapat mengembangkan kemampuan tertentu seuai dengan tujuan

instruksional.

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Sarana yang memadai, untuk membantu ketenangan belajar siswa.

2. Penguatan, pengulangan sehingga pengertian, sikap, keterampilan

itu mendalam pada siswa.

D.Unsur-unsur Belajar

Cornbach dalam Nana Shaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Dr. M.

Sobri Sutikno (2009) mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam belajar.

(27)

18

b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis,

kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun

penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Di dalam situasi ini terlihat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang

dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta

kondisi orang yang belajar.

d. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi belajar, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi

belajar.

e. Respons. Respon yang diberikan oleh individu yang berpegang pada hasil interpretasi yang dilakukan tantang tercapai atau tidaknya tujuan.

f. Konsekuensi. Setiap usaha pasti ada hasilnya. Entah itu baik atau buruk, itulah konsekuensi yang akan diterima dalam belajar, apakah akan

membuahkan hasil yang maksimal atau sebaliknya.

g. Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan yang diperoleh, kegagalan juga merupakan kemungkinan yang akan diterima, apakah reaksi terhadap

kegagalan tersebut bersifat positif atau bersifat Negatif.

E.Teori Belajar

Secara terperinci teori belajar sudah dikembangkan oleh berbagai tokoh

baik dari Tokoh barat dan Tokoh Islam. Beberpa tokoh dengan konsepnya

dalam metode belajar sebagai berikut.

1. Konsep belajar melalui imitasi, sejak awal adanya manusia Allah

mengajarkan manusia untuk belajar dengan cara meniru, yaitu meniru

apa yang sudah ada. Hal ini diterangkan dalam Quran surah

Al-Maidah ayat 31, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya

(28)

saudaranya, Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah

uantuk mengubur burung gagak yang lain9.

2. Pendekatan belajar menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Drs H.

Baharuddin, M.Pd.I (2009) dapat dilakukan dengan menggunakan dua

pendekatan, yaitu pendekatan Ta’lim insani dan ta’lim rabbani.

Ta’lim Insani adalah belajar dengan bimbingan manusia, pendekatan ini adalah cara umum yang dilakukan orang dan biasanya dilakukan

dengan menggunakan alat-alat inderawi yang diakui oleh orang yang

berakal. Proses ini dibagi menjadi dua proses, yaitu proses eksternal

melalui belajar mengajar layaknya disekolah dan di kelas-kelas, dan

proses tafakkur yang merupakan kegiatan membaca realitas dalam

berbagai dimensi wawasan spiritual dan pengetahuan-pengetahuan

hikmah. Adapun Ta’lim Rabbani adalah belajar dengan bimbingan

Tuhan. Seseorang akan mendapatkan penegtahuan dengan bimbingan

langsung dari Allah jika kondisi jiwanya suci dan tidak tercemar dari

perbuatan dosa dan nista. Dalam pendekatan ini Allah sendiri yang

akan menjadi guru dan membimbing batin seseorang dalam belajar10.

3. Teori Koneksionisme (connectionism) yang ditemukan dan dikembangkanoleh Edward L. Thorndike (1874-1949) bedasarkan

eksperimen yang ia lakukan pada kucing untuk mengetahui fenomena

belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan di dalam sangkar

berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan perlatan seperti

pengungkit, grendel pintu, dan tali yang menghubungkan grendel

dengan pengungkit tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa

sehingga memungkinkan kucing tersebut memeproleh makanan yang

tersedia di depan sangkar tersebut. Keadaan belajar di dalam sangkar

ini disebut puzzle box yang merupakan stimulus yang merangsang kucing untuk melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di

depan pintu. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, Thorndike

9

H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, 2009 hal. 35

10

(29)

20

berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan

respon yang saling berkaitan satu sama lain11.

4. Teori Belajar Kondisioning Klasik (Clasical Conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov adalah teori yang menjadi inpirasi bagi

Thorndike, Teori ini diawali dengan eksperimen yang dilakukan oleh

Pavlov kepada seekor anjing. Jika daging diletakkan di dekat mulut

anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur, menurut

hasil eksperimen yang dilakukan, Pavliv berpendapat bahwa ada

stimulus yang tidak terkondisikan yaitu daging yang didekatkan

kepada anjing yang sedang lapar yang akan menghasilkan respon yang

tidak dikondisikan yaitu keluarnya air liur anjing. Stimulus respon ini

sudah lumrah terjadi pada anjing. Dalam eksperimen ini Pavlov

mengganti dengan stimulus baru yaitu sebuah bel yang merupakan

stimulus netral. Jika bel dipasangkan dengan daging dan dilakukan

secara berulang-ulang maka bel akan menjadi stimulus yang

terkondisikan12.

5. Francis P. Robinson yang ditelaah dalam buku psikologi belajar

karangan Muhibin Syah, M.Ed, mengembangkan metode belajar yang

dikenal dengan SQ3R. Metode ini adalah singkatan dari beberapa

langkah belajar yaitu : Survey, memeriksa, meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks yang akan dipejari, Question yaitu menyususn daftar pertanyaan yang relevan dengan apa yang akan

dipelajari, Read yaitu membaca secara aktif, Recite yaitu menghafal jawaban dari pertanyaan tersebut, dan yang terakhir Review yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada

langkah question diatas. Disamping itu Jhon R. Anderson dalam buku

Cognitive Psychology and Its Implication yang juga dikutip oleh

Muhibin Syah mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan

PQ4R yaitu langkah-langkah berurutan yang mesti dilalui oleh si

11

Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal 93

12

(30)

pembelajar, langkah tersebut adalah Priview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review13.

6. Teori Belajar Sosial, atau yang lebih dikenal dengan observational learning, teori ini dipelopori oleh Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Bandura memandang

bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas

stimulus, melainkan juga akitab reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antar lingkungan dengan skema kognitif manusia sendiri.

Dalam teori ini yang menjadi adalah peniruan dan pembiasaan

merespon14.

F. Belajar Efektif

a. Pengertian Efektif dan Efisien

1. Di dalam Kamus Ilmiah Populer, efektif mempunyai arti tepat;

manjur; mujarab; tepat guna; berhasil. Sedangkan Efisien mempunyai

arti rapi; cermat; paling sesuai dan tepat; hemat waktu (biaya dan

tenaga)15. Jika dikaitkan dengan belajar, dapat difahami bahwa belajar

efektif dan efisien merupakan belajar yang tepat dan hemat waktu

sehingga apa yang diinginkan dari belajar tersebut dapat tercapai

dengan baik atau dapat dikatakan berhasil.

2. Belajar efektif yaitu belajar yang membantu meningkatkan

kemampuan si pembelajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan

instruksional yang ingin dicapai16. Efektif berarti tepat guna, atau

dikatakan berhasil melakukan suatu hal, dalam hal belajar dapat

diartikan ketepatan waktu dan keberhasilan dalam belajar17.

13

Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal. 140.

14

Muhibin Syah, M.Ed,2003 hal. 106.

15

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, hal 128-129

16

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 74.

17

(31)

22

3. Belajar Efisien adalah usaha yang digunakan untuk mendapat hasil

belajar yang memuaskan dengan pendekatan dan strategi yang

efisien18.

G.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Belajar merupakan seragkaian kegiatan atau perbuatan yang berhubungan

dengan banyak faktor. Dua faktor utama dalam belajar, yaitu faktor Internal

yang berhubungan dengan diri individu, dan faktor eksternal yang berada di

luar individu.

a. Faktor Internal

1. Faktor Jasmaniah

Faktor fisiologis atau keadaan jasmani sangat berpengaruh

terhadap proses maupun prestasi belajar anak19. Adapun faktor

jasmani yang mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah:

Kesehatan; agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu

mengindahkna ketentuan-ketentuan tentang belajar, istirahat, pola

makan, olehraga dan Ibadah. Proses belajar seseorang akan terganggu

jika kesehatan seseorang terganggu. Catat Tubuh; keadaan cacat tubuh juga mempegaruhi belajar individu, orang yang cacat belajarnya

akan terganggu.

2. Faktor Psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

proses belajar siswa20.

1) Intelegensi. Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan

dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui /

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat21.

18

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, 2003, hal 134.

19

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

20

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

21

(32)

2) Motif. Yaitu merupakan daya penggerak atau pendorong untuk berbuat22.

3) Minat. Merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat juga

dapat diartikan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan kepada hal

atau aktivitas tanpa menyuruh23.

4) Emosi. Kedalaman emosi sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Emosi yang cukup akan menambah konsentrasi belajar

seseorang24.

5) Bakat. Bakat adalah kemampuan, orang yang mempunyai bakat

akan lebih mudah belajarnya dibandingkan orang yang belum

memiliki bakat25.

6) Kematangan. Yaitu alat-alat tubuh yang sudah siap menerima kecakapan baru26.

7) Kesiapan. Yaitu kesediaan untuk memberi respon terhadap apa yang dipelajari27.

3. Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dibagi menjadi dua28, yaitu kelelahan jasmani

yang terlihat pada lemah lunglainya badan dan kecenderungan untuk

membaringkan tubuh, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kebosanan sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Kelelahan ini bisa timbul kerena kebosanan menghadapi sesuatu yang

terus-menerus tanpa istirahat atau bisa saja timbul karena menghadapi

hal-hal yang selalu sama tanpa ada variasi.

22

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

23

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

24

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

25

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

26

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

27

M. Sobry Sutikno.... 2009 hal 16

28

(33)

24

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau faktor dari luar individu adalah faktor yang

sifatnya dari luar individu yang melakukan kegiatan belajar. Hal ini juga

berpengaruh terhadap individu tersebut dalam belajar. Faktor tersebut

dapat dikelompokkan menjadi tiga29.

a) Faktor Keluarga

Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga,

yaitu : Pertama Cara orang tua mendidik, akan ada beda yang sangat

jauh antara orang tua yang memeperhatikan pendidikan dan mendidik

anak dengan baik dalam belajar dibandingkan dengan orang tua yang

acuh tak acuh dalam mendidik anak. Kedua Relasi antar anggota keluarga. Yang terpenting dari relasi antar anggota keluarga adalah

relasi antara orang tua dan anak, dan relasi anak dengan saudara dan

anggota keluarga yang lain. Ketiga Suasana rumah. Suasan rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar30.

b) Faktor Sekolah

Sekolah merupakan salah satu tempat seseorang melakukan

belajar, walaupun semua tempat juga bisa dijadikan temapt belajar,

namun secara formal individu belajar di sekolah dengan kurikulum dan

tingkatan yang bermacam-macam.

Sekolah juga mempengaruhi belajar seseorang. Dan faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar seseorang di dalam sekolah adalah:

Metode Mengajar guru, Kurikulum, Relasi Guru dan siswa, Relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode

belajar, tugas rumah31.

29

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, 2003, hal 61

30

Slameto,….2003, hal 61

31

(34)

c) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena individu berada di

dalam masyarakat. Adapaun faktor-faktor masyarakat yang

mempengaruhi belajar seseorang adalah : Media Massa, Teman

Bergaul dan Bentuk kehidupan masyarakat32.

H.Kriteria Keberhasilan Belajar

Keberhasilan yang dimaksud adalah tercapainya tujuan pembelajaran

khusus dari materi yang telah dipelajari selama individu tersebut belajar.

Adapun cara mengetahui apakah tujuan pembelajaran itu sudah terctapai

adalah dengan melakukan tes. Hal ini bisa dilakukan di sekolah dimana

individu tersebut belajar. Tes tersebut harus mempunyai tolak ukur yang baik.

Tolak ukur keberhasilan proses belajar, indikatornya adalah33: Penguasaan

materi pelajaran yang dipelajari mencapai prestasi tinggi dan dapat diserap baik

oleh individu, adanya perubahan perilaku yang ditampilkan oleh individu dari

hasil belajarnya.

Ukuran keberhasilan belajar adalah penguasaan suatu bahan ajar yang

telah dipelajari. Sedangkan dalam pembelajaran ukuran keberhasilannya adalah

pengasaan suatu bahan ajar yang dinyatakan tujuan pembelajaran khusus dan

memiliki kontribusi bagi tujuan diatasnya. Yaitu dengan ciri-ciri34 :

a. Daya serap terhadap bahan pembelejaran mencapai prestasi tinggi.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah

dicapai

c. Terjandinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial

mengantarkan materi tahap berikutnya.

32

Slameto,….2003, hal 62

33

M. Sobry Sutikno, ... 2009. hal 25

34

(35)

26 BAB III

PROFIL K.H. MUHAMMAD IDRIS JAUHARI

A. Latar Belakang Keluarga

K.H. Muhammad Idris Jauhari dilahirkan di Prenduan pada tanggal 28

Nopember 1950, sebuah desa yang terletak di kecamatan Pragaan Kabupaten

Sumenep. Desa yang secara geografis berada di pinggir pesisir selatan kabupaten

sumenep juga mendekati perbatasan antara kabupaten Sumenep dengan kabupaten

pamekasan. K.H. Muhammad Idris Jauhari adalah putera kedua dari tiga

bersaudara, yang pertama adalah K.H. Moh. Tidjani Djauhari MA, dan yang

ketiga K.H. Maktum Djauhari MA. Ayahnya bernama K.H. Achmad Djauhari

Chotib. Ibunya bernama Nyai Maryam.

K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah pendiri Pendok Pesantren

AL-AMIEN yang letaknya kurang lebih 150 meter sebelah utara masjid jami’

Prenduan yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Gemma Prenduan. Beliau

merupakan seorang pejuang di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari

perkembangan lembaga pendidikan yang didirikannya terus berkembang yaitu

dengan dua lembaga tingkat dasar. Kedua lelmbaga tersebut adalah Mathlabul

Ulum untuk putra dan Tarbiyatul Banat untuk putri.

Dilihat dari silsilah keluarga, K.H. Muhammad Idris Jauhari memang

memiliki gen yang mempunyai semangat di bidang pendidikan. Mulai dari kakek

beliau, K. Achmad Chotib dan ayah beliau K.H. Achmad Djauhari Chotib adalah

praktisi pendidikan yang senantiasa mendedikasikan kehidupannya untuk

(36)

juga mempunyai semangat yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan

khususnya di Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN.

B. Latar Belakang Pendidikan

Seperti halnya anak-anak lainnya, pada umur 7 tahun K.H. Muhammad

Idris Jauhari memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) pada pagi hari, dan di siang

harinya mengikuti Pendidikan Madrasah Ibtida'iyah (MI) yang penyelenggaraan

pendidikannya dilaksanakan setelah setelah dhuhur. Untuk itu K.H. Muhammad

Idris Jauhari sejak di jenjang pendidikan dasar telah mengenal dasar-dasar

pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam di samping ilmu pengetahuan

umum, ini mencerminkan semangat keilmuan dan keagamaannya yang

mendapatkan akar dukungan yang kuat dalam tradisi lingkungannya.

Dan semangat itu pula yang mendorongnya untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Pondok Pesantren pada tahun

1965, adapun pesantren yang menjadi tempat beliau belajar adalah Pondok

Pesantren Modern Gontor Ponorogo yang tergolong sebagai pondok pesantren

yang memiliki popularitas Nasional bahkan Internasional. Hal ini sesuai dengan

pemikiran dan pandangan ayahnya yang menginginkan putra-putranya untuk

menuntut ilmu dalam rangka mempersiapkan diri menjadi kader-kader penerus

perjuangannya dalam lapangan pendidikan. Agar nantinya pondok pesantren yang

didirikannya menjadi pondok pesantren yang representatif serta mampu menjawab

tantang zaman dan tuntutan umat. Di pondok pesantren Gontor ini, K.H.

Muhammad Idris Jauhari nyantri selama 6 tahun mulai dari tahun 1965 sampai

tahun 1970, dengan memasuki lembaga pendidikan Kulliyatul Mu'alimin

Al-Islami (KMI) dengan masa jenjang pendidikan 6 tahun dari kelas satu sampai

dengan kelas enam.

Lembaga pendidikan Kulliyatul Mu’alimin Al-Islami (KMI) setingkat

dengan Madrasah Tsanawiyah sampai dengan Madrasah Aliyah (MTs - MA) atau

Sekolah Menengah Pertama sampai dengan Sekolah Menengah Atas

(SMP-SMA). Perbedaannya hanya terletak pada isi atau kurikulum yang dipakai.

(37)

28

pengetahuan agama Islam serta ilmu alat. Oleh karena itu alumni dari pondok

pesantren ini oleh kalangan pondok pesantren sendiri sering dinilai lebih

berkualitas secara intelektual apabila dibanding dengan sekolah agama yang

dikelola oleh pemerintah.

Selama belajar di pondok pesantren Darussalam Gontor inilah K.H.

Muhammad Idris Jauhari mempunyai atau memiliki kegemaran membaca kitab

kuning. Di saat semangatnya menggebu-gebu dalam rangka menambah ilmu

pengetahuannya, K.H. Muhammad Idris Jauhari dipanggil pulang untuk

meneruskan pimpinan pondok pesantren Tegal. Karena K.H. Ahmad Djauhari

ayahnya dipanggil pulang ke rahmatullah (wafat). Sebenarnya tampuk

kepemimpinan pondok pesantren Al-Amien Prenduan setelah wafatnya K.H.

Ahmad Djauhari dipegang oleh putra pertama yaitu K.H. Tidjani Djauhari, akan

tetapi pada saat itu K.H. Tidjani Djauhari sedang menuntut ilmu di Makkah, maka

untuk sementara K.H. Muhammad Idris Jauhari yang memegang kepemimpinan

pondok Pesantren yang ditinggalkan ayahnya.

Pada awal kepemimpinannya inilah dibentuklah sebuah lembaga

pendidikan pondok pesantren dengan memakai nama yang pernah dipakai oleh

almarhum ayahnya K.H. Ahmad Djauhari (1960) yaitu Tarbiyatul Mu'alimin

Al-Islamlyah (TMI) yang menempati lokasi baru seluas ±6 Ha. Dan pada awal

kepemimpinannya pula masyarakat masih banyak yang kurang memberikan

keparcayaan penuh karena masyarakat mempunyai asumsi bahwa K.H.

Muhammad Idris Jauhari akan merubah tatanan atau tradisi yang ada secara

revolusioner, di samping rasa tidak percaya akan kemampuan atau kualitas

keilmuan yang dimiliki oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari, alasan masyarakat

pada saat itu juga beliau masih berusia 18 tahun (menurut mereka terlalu muda).

Sehingga beliau lebih banyak berjalan-jalan atau kalau dalam bahasa Jawa disebut

dengan "Dulanan" dibanding mengurusi pondok, akan tetapi setelah mendapat

mandat dari K.H. Zarkasyi (Pengasuh pondok pesantren Modern Gontor

Ponorogo) kebiasaan tersebut sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencoba

(38)

C. Kontribusi dalam Bidang Pendidikan

Sebagai seorang pendidik yang banyak bergelut di bidang pendidikan,

tentunya beliau mempunyai andil besar dalam pengembangan pendidikan,

terutama dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren AL-AMIEN

PRENDUAN semenjak masa pengembangan kedua sampai saat ini.

Masa awala pengembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN

dapat dibagi dalam dua masa pengembangan. Masa pertama merupakan masa

perintisan pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN oleh K.H. Ahmad

Djauhari Chotib, saat itu masih berbentuk congkop dengan fasilitas yang sangat minim dan terbatas. Pada masa pengembangan kedua dibentuklah lembaga

pendidikan dengan nama Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah kemudian disusul

dengan dibukanya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) AL-AMIEN

PRRENDUAN yang saat ini diganti namanya dengan Institut Dirasat Islamiyah

Al-Amien (IDIA) dan Ma’had Tahfidz Al-Quran AL-AMIEN PRENDUAN1.

Pada awala pengembangan kedua, tepatnya pada tahun 1971, K.H

Muhammad Idris Jauhari mulai membuka lahan baru untuk lembaga pendidikan

yang kemudian dikenal dengan TMI (Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah).

Semenjak berdirinya TMI, K.H. Muhammad Idris Jauhari betul-betul

mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk mengembangkan dan meningkatkan

mutu Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN. Hal itu dapat dilihat dari

perkembangan Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN khususnya TMI

Putra dan TMI Putri.

Selama mengurus pondok pesantren Al-Amien, K.H. Muhammad Idris

Jauhari lebih banyak memperhatikan pengembangan pondoknya. Dari pengajaran

dan pendidikan yang berikan kepada santrinya dengan harapan bahwa kelak

kemudian hari santrinya bisa menggantikan kedudukannya sebagai praktisi

pendidikan dimana dia kelak menjalani kehidupannya. Di samping itu K.H.

Muhammad Idris Jauhari beranggapan bahwa mendidik santri adalah merupakan

suatu tugas yang mulia. Oleh krenanya mendidik santri sudah merupakan suatu

1

(39)

30

hobi pada dirinya. Untuk itu K.H. Muhammad Idris Jauhari lebih memfokuskan

perhatiannya kepada pendidikan dan pengembangan pondoknya.

Sejak pertama perintisan TMI AL-AMIEN PRENDUAN yang berlokasi di

sebelah barat Pondok Tegal AL-AMIEN PRENDUAN yang juga dikenal dengan

AL-AMIEN I beliau betul-betul mendedikasikan kehidupannya untuk

mengembangkan pesantren tersebut, beliau juga tidak melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi, hal itu berbeda dengan kedua saudara beliau yang

dua-duanya melanjutkan pendidikan sampai mendapatkan gelar Magister. Disinilah

dapat dilihat kontribusi K.H. Muhammad Idris Jauhari dalam bidang pendidikan,

yaitu dengan mengembangkan pesantren yang dibinanya. Sesekali beliau juga

pernah menjadi pembicara dalam seminar-seminar yang diadakan di Madura.

Tahun 2010 beliau mendapat kesempatan untuk menjadi nara sumber dalam

seminar pendidikan di Jakarta, namun karena kesehatan belaiu yang tidak

memungkinkan untuk berangkat ke Jakarta, beliau digantikan oleh Ahmadi Thaha

dengan mempresentasikan artikel yang ditulis oleh K.H. Muhammad Idris Jauhari

dengan judul Tipologi Pesantren.

K.H. Muhammad Idris Jauhari begitu produktif dalam kegiatan tulis

menulis, kurang lebih ada enam puluh tiga judul buku yang sudah diterbitkan, dari

sini kita bisa melihat kepedulian beliau dalam bidang pendidikan, hampir seluruh

buku yang beliau tulis berkenaan dengan pendidikan dan keagamaan. Begitu juga

beberapa buku yang digunakan sebagai Buku Pelajaran di Pondok Pesantren

AL-AMIEN PRENDUAN juga merupakan hasil goresan tinta beliau.

D. Karya K.H. Muhammad Idris Jauhari

K.H. Muhammad Idris Jauhari merupakan pimpinan Pondok Pesantren

yang sangat produktif dalam mengembangkan bakatnya, terutama dalam bidang

tulis menulis. Beliau adalah orang yang istimewa, tekun membaca dan menulis.

Adapun hasil karya K.H. Muhammad Idris Jauhari baik berupa buku atau

renungan ceramah yang berbentuk Kaset dan VCD. Adapun beberapa karya beliau

(40)

1. Karya Tulis K.H. Muhammad Idris Jauhari yang berbentuk buku:

a. Cara Belajar Efektif, Efisien dan Akseleratif

Buku ini merupakan buku yang harus dimiliki oleh santri-santri

Pondok Psesantren AL-AMIEN PRENDUAN, di kalangan santri buku

ini dikenal dengan buku “kepondokan”. Buku ini berisi tentang cara-cara belajar yang efektif sehingga dapat membantu pembaca untuk belaajr

dengan baik. Di dalam buku ini dijelaskan tentang pengertian belajar,

macam-macam pelajaran dan cara mempelajarinya.

b. Mabadi’u Ilm al-Tarbiyah al-Juzu al-Awwal

Buku ini merupakan buku pelajaran untuk kelas VI di Pondok

Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN, yaitu setara dengan kelas III Aliyah

atau SMA dan yang sederajat. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press

ini berisi seputar pendidikan yaitu mulai dari pengertian tentang

pendidikan, pendidik, anak didik, tri pusat pendidikan, ala-alat dalam

pendidikan.

Buku ini menggunakan Bahasa Arab fushah atau yang banyak dikenal dengan Bahasa Arab ala al-Quran. Karena di Pondok Pesantren

AL-AMEIN PRENDUAN bahasa sehari-harinya menggunakan Bahasa

Arab dan Bahasa Inggris.

c. Khutuwatu at-Tadris al-Mufashsholah

Buku ini merupakan buku pedoman mengajar untuk guru-guru

(asatidz), di dalam buku ini terdapat beberapa rumpun pelajaran yang dikelompokmkan sebagai berikut, yaitu : Durusu Maharot al-Lughawiyah (Pelajaran Bahasa) yang di dalamnya terdapat beberapa materi yang berkenaan dengan kebahasaan, yaitu Al-Istima’, al-Muthala’ah, al-Muhadatsah, al-Insya’, at-Tarjamah, at-Tamrinat al-Lughawiyah. Durusu al-Hifdzu wa al-Istidhhar (Pelajaran Hafalan).

Durusu fahmi al-Kutubi wa al-Muqarrarat (Pelajaran Pemahaman Kitab

(41)

-32

Imla’, al-Khattu. Dan yang terakhir rumpun pelajaran Durusu al-Maharot al-Quraniyah (Pelajaran Keterampilan Al-Quran) yaitu at-Tilawati wa Ilm at-Tajwidi, Tahsinu Makhariju al-Khuruf.

Begitu rinci pedoman-pedoman mengajar yang telah di susun oleh

K.H. Muhamamd Idris Jauhari, hal ini benar-benar untuk mempersiapkan

guru-guru yang professional.

Menurut Ust. H. A. Tijani Syadzily, Lc. Selaku Wakil Direktir TMI

AL-AMIEN PRENDUAN dan asisten Guru Master Ilmu Pendidikan di

TMI metode-metode yang sudah digariskan wajib digunakan oleh

seluruh guru-guru dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren

AL-AMIEN PRENDUAN. Tetapi tidak dibatasi untuk mengembangkan

sendiri, paling tidak khutuwat tersebut tidak boleh dikurangi sedikitpun2. d. Ilmu Jiwa Pendidikan

Buku ini juga merupakan buku pelajaran bagi santri kelas VI TMI

AL-AMIEN PRENDUAN. Buku yang diterbitkan oleh Mutiara Press dan

dicetak oleh AL-AMIEN Printing membahas tentang ilmu psikologi

pendidikan.

Secara garis besar buku ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab Pertama

yang membahas definisi Psikologi, Pendidikan dan Psikol

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan pengujian pada simulasi yang telah disetup maka dipergunakan test koneksi dengan perintah ping dari masing-masing perangkat.. Setiap perankat client, aktifkanlah

Pada metode ini mengharuskan adanya marker yang dicetak baik berupa foto sebuah objek nyata maupun gambar buatan serta memilik pola yang unik [5].Sebuah marker yang

Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu 8 kelas interval kisaran panjang total yaitu 57-224 cm dengan kisaran panjang paling banyak didapatkan adalah

Obat De NAture untuk menyembuhkan kutil kelamin memang dibuat khusus untuk kutil karena virus selain pengobatan luar untuk merontokan kutil juga digunakan obat dalam yang

Hipotesis penelitian adalah terdapat 1 klon yang diuji mempunyai insiden dan intensitas serangan yang rendah terhadap penyakit karat putih pada klon-klon

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan,

Dari hasil wawancara mendalam mengenai frekuensi hubungan LSL baik dengan istri ataupun pasangan sesama jenis menunjukkan bahwa dua orang subyek hanya melakukan 3

Artikel ini akan membahas penurunan syarat perlu dan syarat cukup agar permainan dinamis linear kuadratis dua pemain berjumlah nol dengan kehadiran ketidakpastian pada sistem