• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (Berkah Memelihara Anak Yatim) Di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (Berkah Memelihara Anak Yatim) Di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT JERUK PURUT

TERHADAP SINETRON SI ENTONG

(

BERKAH MEMELIHARA ANAK YATIM

)

DI TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Agus Fauzi Rahman

NIM: 104051001737

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

RESPON MASYARAKAT JERUK PURUT

TERHADAP SINETRON SI ENTONG

(

BERKAH MEMELIHARA ANAK YATIM

)

DI TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Agus Fauzi Rahman

NIM: 104051001737

Pembimbing,

Zakaria, MA

NIP: 150326898

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 September 2008

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong di TPI (Berkah Memelihara Anak Yatim) telah diajukan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hdayatullah Jakarta tanggal 18 September 2008. Skirpis ini telah di terima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S1)

pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 18 September 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150254102 NIP: 150281980

Anggota:

Penguji I Penguji II

Dr. Arief Subhan, MA Drs. Mahmud Jalal, MA NIP: 150262442 NIP: 150202342

Pembimbing:

Zakaria, MA

(5)

ABSTRAK

Nama : Agus Fauzi Rahman

Judul : Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong di TPI (dalam episode: Berkah Memelihara Anak Yatim)

Media sinetron televisi merupakan media komunikasi yang efektif dan dapat memberikan dampak yang paling kuat dibandingkan media lainnya. Nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan, oleh penonton dapat diterima atau dicerna dengan mudah.

Bahwa televisi untuk kita adalah sebagai jendela dunia. Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita. Hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses berlajar.

Pada dasarnya atau secara garis besar, setiap PH memproduksi sebuah sinetron hanya sebuah hiburan dan tontonan yang bisa dinikmati oleh pemirsanya saja. Namun tidak ada nilai yang terkandung didalamnya. Lain halnya dengan sinetron yang bernafaskan Islam. Berawal dari perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya dalam dunia audio-visual. Banyak tontonan yang kurang, bahkan tidak mendidik anak-anak Indonesia. Dampak dari fulgarnya sinetron yang kurang mendidik itu, maka semakin lama-semakin pudar pula budaya anak-anak Indonesia yang seharusnya terjaga.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian dengan deskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan secara sistematis, aktual dan faktual mengenai fenomena yang diteliti.

Akhir-akhir ini banyak sinetron yang menyuguhkan tema mengenai “cinta, pergaulan bebas, sex bebas, dll. Tentunya tayangan tersebut tidak sepantasnya disaksikan oleh anak-anak.

Dalam hal ini sinetron si Entong melalui PT. Megavision Utama, menyuguhkan sebuah sinetron yang menarik untuk ditonton, juga hiburan yang menyenangkan untuk disaksikan, yang tidak kalah pentingnya yaitu menghadirkan sebuah tuntunan yang baik sekaligus bagian dari tontonan dan hiburan tersebut. Karena ingin menyadarkan kembali bahwa seperti itulah contoh yang baik dari seorang Entong dalam sinetron si Entong.

Dalam sinetron ini juga disuguhkan tauladan-tauladan yang baik yang sepatutnya di contoh oleh kita. Seperti bakti anak kepada orangtua, rajin mengaji, rajin belajar, tidak jahat kepada temannya dan lain sebagainya.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T.

yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul RESPON MASYARAKAT JERUK

PURUT TERHADAP SINETRON SI ENTONG DI TPI (Berkah Memelihara

Anak Yatim) sesuai dengan kemampuan yang ada. Shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada pembawa rahmat bagi seluruh alam, yaitu Nabi

Muhammad S.A.W, beserta para sahabatnya.

Selama penulisan skirpsi ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan

yang berbentuk bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan

demikian, penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, DR. Murodi, MA.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Drs. Wahidin Saputra,

MA. dan Sekretaris Jurusan, Ibu Umi Musyarafah, M.Ag.

3. Bapak Zakaria, MA. selaku dosen pembimbing yang telah benyak meluangkan

waktu disela-sela kesibukannya untuk membimbing, mengarahkan, dan

mengoreksi, serta memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar yang telah memberikan penulis

bermacam-macam ilmu sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Bapak Drs. H. Syafe’i Abdul

Wahid S.Ag dan Ibunda Dra. Hj. Siti Hafsah S.Ag yang dengan penuh

(7)

kesabaran membiayai dan membimbing penulis selama duduk di bangku

sekolah, hingga masuk perguruan tinggi. Telah banyak memberikan motivasi

dengan penuh kasih sayang kepada penulis baik moril maupun materil.

6. Kepada seluruh staf PT Megavision Utama yang telah memberikan izin

penulis untuk melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak F. Uddyn Ibnu

Rozye, selaku Super Visi Pasca Produksi dari PT Megavision Utama yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan

masukan-masukan kepada penulis dalam pencarian data guna melengkapi skripsi ini.

7. Kepada adikku tersayang Sarah Febriyanti yang telah banyak memberikan

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya

kepada penulis, untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dan lulus

bersama-sama.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Semoga Allah S.W.T memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Amin.

Jakarta, 06 September 2008

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. TINJAUAN TEORITIS11 A. Ruang Lingkup Respon... 11

a. Pengertian Respon ... 11

b. Macam-macam Respon ... 13

c. Faktor-faktor Terbentuknya Stimulus Respon ... 14

B. Televisi dan Sinetron ... 16

a. Televisi di Indonesia ... 16

b. Sinetron di Indonesia ... 19

BAB III. PROFIL MASYARAKAT JERUK PURUT DAN SINETRON SI ENTONG ... 26

A. Letak Geografis Masyarakat Jeruk Purut... 26

B. Demografis Masyarakat Jeruk Purut... 27

(9)

a. Penduduk ... 27

b. Perekonomian ... 28

c. Pendidikan ... 28

d. Sarana Umum ... 29

C. Sinetron Entong di TPI ... 30

a. Manajemen Sinetron Entong ... 30

b. Pemain-pemain dan Pemeran Utama ... 30

c. Visi dan Misi Sinetron Entong ... 31

d. Korelasi Sinetron Si Entong Dengan Dakwah ... 31

BAB IV. ANALISIS RESPON MASYARAKAT JERUK PURUT TERHADAP SINETRON SI ENTONG ... 35

A. Identifikasi Responden... 35

B. Analisis Data Penelitian ... 37

BAB V.

... PEN

UTUP ... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran ... 51

DATAR PUSTAKA ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Luas tanah berdasarkan Status Tanah ... 27

2. Tabel Luas Wilayah Menurut Peruntukan Tanah ... 27

3. Tabel Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah ... 27

4. Tabel Penduduk ... 28

5. Tabel Status Perkawinan ... 28

6. Tabel Perekonomian/Mata Pencaharian ... 28

7. Tabel Pendidikan ... 29

8. Tabel Sarana Umum ... 29

9. Tabel 1 Kondisi Masyarakat Jeruk Purut berdasarkan Jenis Kelamin .... 35

10.Tabel 2 Kondisi masyarakat berdasarkan Usia ... 36

11.Tabel 3 Kondisi Masyarakat Jeruk Purut berdasarkan Jenis Pekerjaan... 37

12.Tabel 4 Responden Yang Menjawab Menyukai Sinetron ... 37

13.Tabel 5 Responden Yang Suka Menyaksikan Sinetron Religi ... 38

14.Tabel 6 Responden Yang Sering Menyaksikan Sinetron si Entong ... 38

15.Tabel 7 Responden Yang Mengetahui Sinetron si Entong di TPI ... 39

16.Tabel 8 Responden Yang Menjawab Menyenangkan Melihat Acara Bernafaskan Islam di Televisi ... 40

17.Tabel 9 Responden Yang Menjawab Menyenangkan Melihat Acara Bernafaskan Islam di Televisi ... 40

18.Tabel 10 Responden Yang Kecewa Bila Tidak Menonton Sinetron si Entong ... 41

19.Tabel 11 Responden Yang Menjawab Pernah Berkhayal Ingin Menjadi Seperti si Entong ... 42

20.Tabel 12 Respoden Yang Menjawab Bagaimana Respon Anda Terhadap Sinetron di Entong ... 43

21.Tabel 13 Responden Yang Menjawab Sinetron si Entong Sangat Membosankan ... 44

(11)

Menyaksikan Sinetron si Entong . ... 44

23.Tabel 15 Responden Yang Menjawab Adanya Manfaat

Yang di Dapat Setelah Menyaksikan Sinetron si Entong... 45

24.Tabel 16 Responden Yang Bermasalah Dengan Jam Tayang

Sinetron si Entong ... 45

25.Tabel 17 Responden yang menonton sinetron si Entong ini

karena ada muatan Islaminya ... 46

26.Tabel 18 Respoden Yang Menjawab Mendorong Anda

Untuk Menyaksikan Tayangan Sinetron si Entong ... 47

27.Tabel 19 Responden Yang Menganggap Sinetron si Entong Ini

Mendidik ... 47

28.Tabel 20 Responden Yang Menganggap Sinetron si Entong Menghibur 48

29.Tabel 21 Responden Yang Menjawab Pesan-pesan

Dakwahnya Mudah Difahami ... 48

30.Tabel 22 Responden Yang Menganggap Ada Unsur

[image:11.612.114.530.112.556.2]
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa.

Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana berarti kegiatan komunikasi

yang menggunakan media (Communicating With Media).1

Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture).

Penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak dengan

unsur-unsur radio (dapat didengar). Tidak mungkin dapat melihat gambar-gambar

yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada gambar.2

Bahwa televisi untuk kita adalah sebagai jendela dunia. Apa yang kita lihat

melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita. Hal

ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman, bahwa dalam pikiran kita ada

semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang

penting dalam hubungannya dengan proses berlajar, terutama sekali yang

berkenaan dengan orang, tempat situasi yang tidak setiap orang bertemu,

mengunjungi atau mempunyai pengalaman.3

Seperti ungkapan seorang pakar dan peneliti televisi di Amerika Serikat:

“Televisi adalah agama konfensional, khutbahnya di dengar dan disajikan oleh

1

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Wacana Ilmu, Jakarta, 1999.

2

Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Yogayakarta, Tesis, 1998, hal.3.

3

Ibnu Adam, Respon Masyarakat Terhadap Program Bulan Ramadhan 2002 di RDTI TV UIN, Jakarta.

(13)

jemaahnya yang lebih besar dari agama manapun. Rumah ibadah terbesar

diseluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya (tata cara dalam acara keagamaan)4 diikuti

dengan penuh kekhidmatan dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan

mempengaruhi alam bawah sadar manusia melebihi ibadah agama-agama yang

pernah ada.5

Munculnya media televisi dan media lainnya yang merupakan produk dari

kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan

manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Khusus keunggulan ketimbang media

massa lainnya.

Linda Poernomo Puteh menggambarkan bahwa efek dari acara televisi

dapat menimbulkan tiga hal:

1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam

masyarakat.

2. Acara televisi dapat menguatkan nila-nilai sosial yang ada dalam

masyarakat.

3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan

masyarakat.6

Secara kontekstual, kalau kita kaji secara mendalam, selain sinetron ini

mengandung nilai budaya, yaitu Budaya Betawi dan Budaya Jawa, yaitu Tegal,

juga mengandung tauladan-tauladan atau contoh-contoh baik yang patut di

contoh/ditiru. Nilai tauladan-tauladan yang terkandung dalam sinetron ini, yaitu

4

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka 5

Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Bandung, Mizan, 1992, cet. IV, hal. 53 6

(14)

dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana, mudah dimengerti untuk

semua umur, bahasa yang biasa kita dengar (familiar). Karena komunikasi yang

efektif merupakan komunikasi yang aktif antara komunikator dengan

komunikannya. Artinya komunikasi aktif yaitu, komunikan mengerti dengan apa

yang disampaikan oleh komunikatornya. Selain itu, seperti sinetron-sinetron anak

lainnya, sinetron ini juga disisipkan canda tawa/guyonan dari para aktornya.

Suatu riwayat dari Zaid bin Aslam ra. Bahwasanya Nabi SAW. Bersabda:

!

"

Artinya:

Aku dan orang yang memelihara anak yatim yang muslim di surga seperti dua (jari-jari) ini; beliau merapatkan dua jari-jarinya.

Kemudian dari Abu ‘Imran Al-Jauni dari Abu Khalil dimana ia berkata:

“Dalam kisah Nabi Dawud as. Saya membaca bahwa beliau bersabda:

#$ی &'

( ) *+ , - . / (0ﻡ 2 3

ﻡ45

6 ﺱ ﻡ 2 , ﻡ

&'85 9!'5

Artinya:

Wahai Tuhanku, apakah balasan orang yang diserahi anak yatim dan janda yang karena mencarai keridhaanMu?. Allah berfirman: balasan adalah bahwa Aku akan menaunginya di bawah naunganKu (‘arasyKu) pada hari tidak ada naungan kecuali naunganKu.

Dalam hal mengasuh anak yatim merupakan perbuatan yang disukai oleh

Allah SWT dan Rasulullah SAW. Telah disinggung dalam surat Ad-Dhuha: 9:

Artinya:

Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku

(15)

Penjelasan: yaitu, sebagaimana dulu kamu pernah mengalami masa yatim, lalu

Allah memberikan perlindungan kepadamu, maka janganlah kamu

berbuat kasar tehadap anak yatim. Yaitu, janganlah kamu

menghinakan dan menghardinya, tetapi berbuatlah kepadanya dan

berlakulah lemah lembut.7

Dalam hal mendidik seorang anak yatim kita harus ikhlas lahir dan batin.

Cobaan dan tantangannya dalam mengasuh anak yatim sangatlah berat. Terkadang

ada anak yatim yang nakal akibat dari kurangnya perhatian yang di dapat dari

orangtuanya.

Apa yang dilakukan oleh Entong dan Ibunya merupakan hal yang patut

ditiru. Terlebih anak yatim tersebut merupakan anak yatim titipan pamannya

entong yang pergi keluar kota.

Adapun alasan mengapa penulis mengambil judul ini, karena media

sinetron televisi merupakan media komunikasi yang efektif dan dapat memberikan

dampak yang paling kuat dibandingkan media lainnya. Nilai-nilai dakwah yang

ingin disampaikan, oleh penonton dapat diterima atau dicerna dengan mudah.

Sinetron si Entong merupakan sinetron yang mempunyai cerita yang lain dari

sinetron Islami yang lebih menonjolkan cerita mistisnya. Secara garis besar,

sinetron si Entong adalah sinetron yang temanya tidak jauh dari kehidupan

sehari-hari, dari yang baik, kurang baik sampai yang tidak baik ada dalam masyarakat,

dan juga mengusung tentang sikap toleransi antara sesama muslim sebagai

makhluk ciptaan Tuhan di dunia ini.

7

(16)

Dari latarbelakang di atas, maka penulis mencoba untuk melihat seberapa

besar Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong dalam episode

Berkah Memelihara Anak Yatim. Untuk itu, penulis mengambil judul “Respon

Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (episode “Berkah

Memelihara Anak Yatim”) di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diteliti adalah mengenai bagaimana Respon

masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (Berkah Memelihara Anak

Yatim) yang ditayangkan pada stasiun televisi swasta Televisi Pendidikan

Indonesia (TPI).

Untuk memudahkan dan memperlancar penelitian ini, maka penelitian ini

dibatasi pada:

a) Batasan masalah dalam penelitian ini, dibatasi pada anak mulai dari

umur 8 sampai dengan umur 68 tahun.

b) Batasan masalah juga penulis batasi dimana tempat penelitian dilakukan,

yaitu di Wilayah Jeruk Purut, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Rt 01/03,

Rt 02/03 dan Rt 010/03.

c) Batasan masalah juga penulis batasi pada Episode Berkah Memelihara

(17)

2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah mengenai

Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong di TPI, yang

dirumuskan sebagai berikut:

a) Bagaimana Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si

Entong?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a) Tujuan

Dalam sebuah penelitian, hendaknya ada tujuan yang akan dicapai atau

diperoleh. Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat Jeruk Purut terhadap

sinetron si Entong.

b) Manfaat Penelitian

1. Akademis

Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan kajian tentang

dunia sinetron yang baik di tonton bagi pemirsa. Penelitian ini juga untuk

menambah variasi di bidang ilmu komunikasi. Televisi merupakan bentuk dari

instrumen dari komunikasi massa yang perlu menjadi bahan kajian, yaitu

bagaimana isi pesan dakwah yang disampaikan, diaplikasikan oleh pemirsa yang

(18)

2. Praktis

Penelitian ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi masyarakat luas, agar

selektif dalam pemilihan program yang baik untuk perkembangan anaknya.

Penelitian ini juga mengajak kepada masyarakat untuk mencermati sebuah pesan

yang terkandung dalam sebuah sinetron, sehingga pesan tersebut dapat

memberikan manfaat untuk mereka yang menyaksikannya. Dengan penelitian ini,

masyarakat diharapakan tidak hanya menjadi penikmat yang terpuaskan saja,

tetapi juga sebagai penikmat yang cerdas karena bisa mengontrol apa yang

menjadi tontonannya.

D. Metodologi Penelitian

a) Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian

yang berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang

ditemui secara angka dengan melihat inti objek penelitian berdasarkan

tingkat beragam dalam data lapangan yang bisa di dapat secara akurat,

tepat dan terpercaya.

b) Populasi dan Pengambilan Sampel

(19)

Populasi adalah totalitas dari semua objek/individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah Masyarakat Jeruk Purut yang masuk pada RW 03.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

dianggap bisa mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah yaitu

pada Rt 010/03, Rt 01/03 dan Rt 02/03 sebanyak 200 responden.

c) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan, sebagai berikut:

1. Observasi: penulis melakukan observasi pada tempat penelitian

sebelum sebelum penelitian di mulai. Observasi dilakukan pada tempat

penulis meneliti, yaitu Rt 01/03, Rt 02/03, Rt 10/03.

2. Interview: penulis menginterview langsung kepada Produser Pasca

Produksi PT. Megavision Utama guna menarik dan mencari informasi

untuk melengkapi mengenai fonomena yang diteliti..

3. Angket: Dalam penyebaran angket penulis membagikan kepada

responden yang sesuai dengan pembatasan masalah pada skripsi ini.8

d) Analisis Data

8

(20)

Dalam hal menganalisis data, digunakan bentuk analisis univariat

(analisis terhadap satu variabel) dan menggunakan jenis distribusi

frekuensi.

a. Deskriptif, data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian

diproses dengan beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Evaluating, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,

ditelaah dan dirumuskan pengelompokkannya untuk memperoleh

data-data yang akurat.

2. Tabulating, mentabulasikan/memindahkan jawaban-jawaban

responden ke dalam tabel kemudian di analisa.

3. Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan

penafsiran data.

Semua tahapan di atas yang pada akhirnya dijelaskan

pendeskripsiannya dalam bentuk kata-kata maupun angka, sehingga

menjadi bermakna.

b. Prosentase, data yang diperoleh dan deskripsi kuantitatif kemudian

diubah menjadi analisa statistik deskripsi dengan menggunakan statistik

persentase, sebagai berikut:

P = F / N X 100 %

Ket: P : Besarnya Persentase

F : Frekuensi (Jumlah Jawaban Responden) N : Jumlah Responden9

E. Tinjauan Pustaka

9

(21)

Dalam hal ini setelah penulis teliti baik itu di Perpustakaan Umum (PU)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga diperpustakaan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi (FDK) UIN banyak dari skripsi-skripsi yang ada membahas

mengenai Respon. Akan tetapi dari sekian banyak dari skripsi baik dari PU

maupun FDK tersebut belum ditemukan skripsi yang berjudul Respon

Masyarakat Jeruk Purut Terhadap Sinetron Si Entong (Berkah Memelihara

anak yatim) di TPI. Dengan demikian judul penelitian ini belum pernah di bahas

atau di teliti sebelumnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, Terdiri Dari Latarbelakang Masalah,

Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Meliputi: Lokasi Dan Waktu Penelitian Yang Digunakan,

Populasi Dan Pengambilan Sampel, Model Atau Jenis Penelitian Yang

Digunakan, Teknik Pengemabilan Data, Analisa Data.

BAB II : Tinjauan Teoritis, Terdiri Dari Ruang Lingkup Respon..

Respon Meliputi: Pengertian Respon, Jenis-Jenis Respon, Faktor-Faktor

Terbentuknya Stimulus Respon. Ruang Lingkup Sinetron Si Entong. Meliputi:

Manajemen Sinetron Entong, Pemain-pemain dan Pemeran Utama, Visi dan Misi

Sinetron Entong, Korelasi Sinetron Entong Dengan Dakwah. Di Lengkapi Juga

Sejarah Perkembangan Televisi dan Sinetron, yang meliputi: Televisi di

Indonesia, Sinetron di Indonesia.

BAB III : Deskripsi Dan Analisa Masyarakat Jeruk Purut, yang

(22)

Purut. Demografi Terbagi menjadi: Penduduk, Perekonomian, Pendidikan, Sarana

Umum Dan Keagamaan.

BAB IV : Analisa Masyarakat Jeruk Purut Mengenai Respon

Terhadap Sinetron Entong Di TPI., Masyarakat Jeruk Purut, Respon Masyarakat

Jeruk Purut

(23)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respon

a. Pengertian Respon

Astrid S. Susanto mengatakan, respon adalah reaksi penolakan atau

pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang, setelah

menerima pesan.10

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon

adalah tanggapan, reaksi.11

Menurut Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, respon

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif dan konatif:

a) Respon kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan, dan

informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak.

b) Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang

terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang

disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c) Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi

tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.12

10

Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980) 11

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), Hal. 1268

12

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 218.

(24)

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan, disebutkan bahwa respon adalah

reaksi psikologi metabolik tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat refleksi

dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali.13

Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi

serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respon dengan

istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam

menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya “respon yang

disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikasi

kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah

proses dakwah dan komunikasi.14

Secara umum, respon atau tanggapan diartikan sebagai hasil atau kesan

yang di dapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran

ingatan dari pengamatan sejalan dengan pengertian tadi. Abu Ahmad menjelaskan

arti tanggapan sebagai berikut: “Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang

pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana

objek yang telah diamati tidak berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika

proses pengamatan sudah berhenti hanya pada kesannya saja, peristiwa tersebut

sebagai “tanggapan”.15

13

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), cet.ke-1, hal. 964.

14

Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang 1982), cet. Ke-2, h. 50 15

(25)

b. Macam-Macam Respon

Macam-macam respon yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan

berdasakan indera yang digunakan, respon atau tanggapan terbagi menjadi 5

macam menurut Abu Ahmadi, yaitu “Menurut indera yang digunakan, tanggapan

pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan pendengaran dan

tanggapan peraba. Menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi menjadi dua

macam, yaktu: tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.16

Agus Sujanto mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut:

1) Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu:

a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadapa apa-apa yang telah

didengarnya, baik berupa suara, kutukan, dan lain-lain.

b. Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat.

c. Tanggapan perasaan adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.

2) Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lampau, artinya tenggapan

terhadap kejadian yang telah lalu.

b. Tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini, artinya tanggapan terhadap

sesuatu yang sedang terjadi.

c. Tanggapan dikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap

sesuatu yang akan terjadi.

16

(26)

3) Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

a. Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya

atau berada didekatnya.

b. Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang didengar

atau dilihatnya.17

c. Faktor-faktor Terbentuknya Stimulus Respon

Sejak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus,

sekaligus dituntun untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia

dalam pertumbuhannya menjawab dan mengatasi semua pengaruh dari dirinya,

untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus

memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya, Allah SWT telah

mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya

dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi

dari luar diri manusia) seperti dikatakan Bimo Walgito, “Alat indera itu

penghubung antara individu dengan dunia luarnya.18

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi faktor

penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat

menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan

tidak hanya dari stumulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua

stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap

stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian,

17

Sujanto, Piskologi Umum, h. 31-32. 18

(27)

maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga

bergantung pada keadaan individu itu sendiri. Dengan kata lain, stimulus akan

mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia itu

terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang

mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh

eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila tergantung salah satu unsur saja

maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda tanggapannya

tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau fisiologis

meliputi: keberadaan, kebutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf

dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologis

yang meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental

pikiran, motivasi dan sebagainya.

b.Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan (faktor pisis).

Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya

dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya,

menyatakan bahwa faktor pisis berhubungan dengan objek menimbulkan

stimulus dan stimulus mengenai alat indera.19

Seseorang yang melakukan tanggapan, satu waktu menerima

bersama-sama stimulus supaya stimulus dapat disadari oleh individu. Stimulus harus cukup

kuat, apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian dari

idividu, stumulus tidak akan ditanggapi atau disadari oleh individu yang

19

(28)

bersangkutan, dengan demikian ada batas kekuatan yang minimal dari stimulus,

agar stimulus dapat memindahkan kesadaran pada individu. Bata kekuatan

minimal stimulus yang dapat menimbulkan kesadaran pada individu disebut

ambang ablotut sebelah bawah atau juga disebut ambang stimulus. Kurang dari

kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.20

B. Televisi dan Sinetron

a. Televisi di Indonesia

Tahun 1962 tonggak pertelevisian nasional Indonesia dengan

beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis

pemerintahan dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiaan sosial hingga

kegiatan-kegiatan politik. Selama beberapa dekade, TVRI memegang monopoli penyiaran

di Indonesia, dan menjadi “corong” pemerintah.21

Siaran Pertama Televisi di Indonesia, televisi melalui TVRI, sejak ada di

Indonesia 23 Agustus 1962 tepatnya saat pagelaran Asian Games IV. Sebuah

karya fenomenal Bung Karno pendiri bangsa ini, dalam pemanfaatan teknologi

tinggi.

Munculnya Televisi Swasta Nasional, askurifai Baksin, praktisi Jurnalistik

sekaligus pakar komunikasi dari Universitas Islam Bandung, membagi empat

tahapan Pembaruan Pertelevisian di Indonesia.

20

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), h.185 21

(29)

Lahirnya televisi swasta dengan perkembangannya, merupakan upaya

pemerintah untuk mengimbangi masuknya siaran televisi asing yang dianggap

dapat membahayakan masyarakat Indonesia.22

Era Pertelevisan Pertama di Indonesia, ada empat tahapan perkembangan

pertelevisian di Indonesia, di awali dengan munculnya stasiun TVRI, melalui

deregulasi Departemen Penerangan republik Indonesia. Tepatnya tanggal 3 Mei

1971. Dalam era ini televisi dipahami sebagai siaran-siaran dalam bentuk suara

dan gambar yang dapat ditangkap (dilihat dan didengarkan) oleh umum, baik

dengan sistem pemancaran lewat gelombang-gelombang elektromagnetik maupun

lewat kabel-kabel. (television cable). Wewenang untuk menyelenggarakan siaran

televisi hanya ada pada pemerintah, dalam hal ini Deppen, c.q. Direktorat

Televisi/Televisi Republik Indonesia.

Era Pembaharuan Tahap berikutnya, munculnya RCTI, Rajawali Citra

Televisi Indonesia yang mulai bersiaran pada 22 Pebruari 1988 – 24 Juli 1990.

RCTI sebagai pelaksana Siaran Saluran Terbatas (SST). Untuk cakupan wilayah

Jakarta dan sekitarnya. Siaran Saluran Terbatas, harus menyertakan alat tambahan

untuk dapat menyaksikan tayangan RCTI.

Era lahirnya SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar tanggal 24 Juli 1990

muncul keputusan Menteri penerangan, yang isinya antara lain membuka

kesempatan pihak swasta untuk melaksanakan siaran televisi di Indonesia. 1

Agustus 1990 di Surabaya lahirlah Surya Citra Televisi (SCTV). Mulai era ini

penerima tayangan TV swasta tidak lagi membutuhkan decoder/boster pada

22

(30)

antena penerima siaran televisi. SCTV yang bersiaran local pada 1990 – 1993

mencakup Surabaya dan sekitarnya, termasuk Denpasar - Bali, pada 30 Januari

1993 SCTV diperbolehkan siaran secara nasional, namun harus berkedudukan di

Ibukota Jakarta.

Menyusul Televisi Pendidikan Indonesia – TPI, Berdasarkan perjanjian

kerjasama antara TPI dan Yayasan TVRI. 30 Januari 1993 hadir ANTV. PT.

Cakrawala Andalas Televisi berkedudukan di Jakarta. Sebelumnya ANTV adalah

gabungan dari PT. Cakrawala Andalas Televisi Bandar Lampung dan PT.

Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi Palembang.

Menyusul PT. Indosiar Visual Mandiri, pada 18 Juni 1992. Televisi di

Indonesia pada masa itu didasari, pertama, penyiaran televisi di Indonesia sebagai

media komunikasi massa elektronik yang diyakini mempunyai kemampuan tinggi

dalam menyebarluaskan informasi guna menunjang percepatan usaha

pembangunan bangsa dan Negara. Kedua, sebaliknya tingkat keberhasilan

pembangunan bangsa dan Negara dewasa ini telah mendorong pula pesatnya

perkembangan penyiaran televisi. Ketiga, pesatnya perkembangan televisi ini

harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan nusa bangsa, dan Negara

dengan menghindarkan kemungkinan timbulnya dampak-dampak negatif di

bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, dan bidang

teknologi penyiaran televisi itu sendiri.

Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena

kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran

[image:30.612.116.525.217.552.2]
(31)

berbagai cara, baik dalam bentuk ceramah, sandiwara ataupun drama (sinetron).

Dengan melalui televisi, seorang pemirsa dapat mengikuti dakwah seakan ia

berada langsung dihadapan da’i, secara ia dapat mengadakan komunikasi

langsung dengannya untuk menarik dakwah melalui televisi apalagi jika da’i

benar-benar mampu mangajikan dakwahnya dalam suatu program yang sederhana

dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat.23

Setelah era reformasi bergilir, pemerintahan Soeharto jatuh. Habibie naik

tahta, era inilah banyaknya deregulasi dibidang pengelolaan informasi dan

komunikasi. Dilanjutkan era pemerintahan Gusdur. Departemen penerangan

dibubarkan. Berdirilah stasiun televisi swasta nasional yang berkedudukan di

Jakarta. a.l Metro TV lahir pada Juli 2000 diresmikan oleh Presiden R.I ketika itu

Abdurahman Wahid. Selanjutnya Trans TV, Lativi, Global TV, dan TV 7.

b. Sinetron di Indonesia

Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik merupakan sebuah

tayangan yang di buat khususn untuk siaran televisi, yang pembuatannya di

produksi secara elektronik. Sinetron dalam produksinya menggunakan kamera

elekrtonik dengan video record dan pita di dalam kaset sebagai bahannya, dan

menggunakan televisi sebagai media salurannya.24

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah

sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Di Indonesia, istilah

23

Darmawangsastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta, Duta Wacan University Press, 1994

24

(32)

ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (Salah satu Pendiri dan Mantan

Pengajar Institut Kesenian Jakarta -). Sumber ini didapatkan dari hasil wawancara

dengan Teguh Karya. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera,

sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela.

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari

yang diwarnai dengan konflik. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron

diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter khas masing-

masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama

makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron

dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh

penulis skenario.25

Tidak semua sinetron Indonesia bermutu rendah. Ada juga sinetron yang

mengedepankan unsur budaya dan pendidikan yang juga sangat digemari.

Contohnya adalah sinetron Bajaj Bajuri yang menceritakan kehidupan

sekelompok masyarakat kecil yang tinggal di Jakarta, Si Doel Anak Sekolahan

yang menceritakan kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta pada zaman

post-modern ini, dan Keluarga Cemara, yang menceritakan kehidupan keluarga

sederhana.

Perkembangan teknologi audio-visual dewasa ini, telah memberikan

kemudahan dalam mengerjakan berbagai hal yang berkaitan dengan gambar dan

suara seperti: fotografi, videografi, studio musik, film dan lain sebagainya.

Sehingga, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat serta mendapatkan

25

(33)

hasil memuaskan. Salah satu kerja seni budaya yang memanfaatkan kecanggihan

teknologi audio-visual ini adalah sinetron (baca: sinetron Indonesia). Saat ini

sejudul sinetron bisa kita saksikan setiap hari dalam beberapa episode. Bahkan

kita bisa dan harus memilih, judul sinetron apa yang akan dengan setia kita ikuti

jalan ceritanya. Sebab dalam sehari, ada sekian banyak sinetron yang ditayangkan

oleh beberapa stasiun televisi, baik lokal maupun nasional. Semuanya tersaji

begitu cepat di hadapan kita. 26

Perkembangan sinetron di Indonesia berkembang sangat pesat seiring

dengan perkembangan jumlah stasiun televisi. Saat ini ada belasan saluran tv

dengan skala cakupan siaran nasional dan puluhan atau bahkan ratusan stasiun tv

lokal pada tiap wilayah. Semua berlomba menayangkan acara yang terbaik agar

ditonton banyak orang agar rating meningkat dan akhirnya pemasukan pendapatan

dari iklan pun mengalir deras.27

Sinetron juga merupakan kerja kesenian yang membutuhkan daya

kreatifitas tinggi untuk memproduksinya. Dari aspek sosial, sinetron juga

merupakan media yang dapat menjadi pigura untuk melihat potret realitas

kehidupan masyarakat. Sinetron pun bercerita tentang manusia (human) dengan

segenap permasalahannya di masa lalu, kini dan masa akan datang. Karena

berbagai atribut yang melekat pada sinetron, maka untuk memproduksinya harus

mempertimbangkan segala aspek dalam kehidupan masyarakat.

Beberapa media cetak maupun elektronik atau obrolan lepas di kedai kopi,

sinetron Indonesia (sebagian besar), khususnya sinetron remaja disebut sebagai

26

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=39848 27

(34)

tontonan yang tidak mendidik bahkan berpotensi merusak tatanan sosial budaya

yang ada. Sinetron dianggap dapat menimbulkan dampak negatif yang

perkembangan watak dan perilaku anak-anak dan remaja.

Munculnya reaksi seperti ini menggambarkan bahwa sinetron Indonesia

jauh dari rasa ke-Indonesia-annya. Latar, dialog, kostum dan tokoh yang

ditampilkan memang meng- Indonesia, tetapi banyak kalangan menilai, kurang

lebih bahwa menonton sinetron Indonesia adalah menyaksikan kebohongan

tentang realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini tentunya tidak bisa

dibiarkan berlarut-larut karena dapat menjadi hal yang buruk bagi proses

regenerasi dan masa depan bangsa.

Namun di sisi lain, sepatutnya kita bangga melihat tingkat produktifitas

sinetron yang lahir dari tangan kreatif anak bangsa. Terbukti, beberapa tahun

terakhir ini, sinetron Indonesia masih merupakan produk yang merajai ritual

pertelevisian kita. Selain itu, sinetron telah menjadi produk seni hiburan yang

masih sangat diminati sampai saat ini oleh masyarakat, baik itu kalangan dewasa,

remaja dan anak-anak.

Bahkan beberapa sinetron (meskipun terbilang sangat sedikit), telah

memberikan pesan mendidik, perenungan serta sungguh-sungguh merupakan

potret realitas masyarakat Indonesia.

Tak perlu lagi ada kecaman dan aksi terhadap sinetron Indonesia,

(35)

harus ada adalah Apresiasi Sinetron Indonesia yang mana dapat menjadi

barometer terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sinetron kita.28

Sebagai bagian dari komunikasi massa keberadaan sinetron sebagai

sebuah kebudayaan modern yang melembagakan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat akan sinetron karena sinetron

memiliki berbagai fungsi yang banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Beberapa fungsi dari sinetron adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pendidikan

Sinetron merupakan bagian dari penyebaran informasi mengenai pendidikan

di samping yang bersifat formal seperti berita. Dari sinetron, masyarakat

mendapatkan berbagai macam pendidikan. Dakwah agama lewat televisi baik

yang ditayangkan dengan tayangan sinetron (sinetron religi) ataupun dengan

yang lain, seperti tayangan kuliah subuh adalah wujud nyata dari fungsi media

sebagai sarana pendidikan.29

Dari tayangan sinetron banyak menyisipkan pesan-pesan pendidikan dan

moral. Tayangan sinetron dalam adegannya selalu menghadirkan tokoh yang

jahat (antagonis) dan baik (protagonis), dengan karakternya masing-masing.

Dari kedua karakter yang bertolak belakang ini akan selalu diakhiri bahwa

yang baik akan menang.

b. Fungsi Informasi (Sosialisasi Nilai-nilai Islam)

Tayangan dengan menampilkan kebudayaan Islam dan membawa misi

keselamatan bagi umat, nampak semakin penting untuk dijadikan bahan

28 Opcit 29

(36)

pemikiran yang serius bagi kalangan muslim yang bergerak dalam sinetron

dakwah. Sehingga dengan tayangan sinetron religi, nilai Islam tidak hanya di

kenal oleh kalangan muslim saja, tetapi juga kalangan nonmuslim.30

c. Fungsi Kontrol Sosial

Kontrol sosial atau pengendalian sosial seringkali diartikan sebagai

pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, seperti yang

dilakukan oleh pers. Akan tetapi arti sebenarnya pengendalian sosial tidaklah

terhenti sampai di situ. Definisinya bisa lebih luas, karena pada pengertian

tersebut tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang

bersifat mendidik mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar

mematuhi kaidah-kaidah atau niali-nilai sosial yang berlaku.31

Pengendalian sosial dalam salah satu prosesnya adalah mengajak warga

masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah/nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat. Sinetron dalam tayangannya selalu menampilkan atau

menyisipkan nilai-nilai/norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kaena

walau bagaimanapun tayangan sinetron maupun film selalu mengangkat kisah

dari masyarakat/gambaran masyarakat, mungkin mengenai peristiwa yang

terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial sehingga tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat.

30

Deden Sandi Pernamasidi. Sinetron Sebagai Media Dakwah: Pemikiran Dakwah H. Deddy Mizwar Dan Bingkai Sinetron. Skripsi. Jakarta 2007

31

(37)

d. Fungsi Hiburan

Sejatinya, sinetron merupakan sarana hiburan (entertainment) bagi

masyarakat. Namun, tidak hanya sinetron yang menjadi sarana hiburan bagi

masyarakat yang lain diantaranya adalah musik dan kuis juga nerupakan

wahana hiburan. Hiburan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia, dari

menonton sinetron pemirsa berharap memperoleh hiburan yang diperlukan.32

Sebagai hiburan masyarakat, sinetron mampu memberikan hiburan kepada

masyarakat baik secara fisik maupun rohani.

Sejatinya, keempat fungsi sinetron di atas mampu bersinergi dan sinkron

dalam rangka menyajikan tontonan yang sehat dan mendidik.

Sebab, hanya dengan generasi yang sehat dan mendidik sajalah

yang nantinya dapat melahirkan hiburan-hiburan/acara-acara

televisi yang mendidik kepada generasi berikutnya.

32

(38)

BAB III

PROFIL MASYARAKAT JERUK PURUT

DAN SINETRON SI ENTONG

A. Geografis Masyarakat Jeruk Purut

Wilayah Jeruk Purut merupakan wilayah yang masuk ke dalam Kelurahan

Cilandak Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan.

Kelurahan yang terdiri dari 73 RT (Rukun Tetangga) dan 7 RW (Rukun Warga)

ini, memiliki penduduk sebanyak 30.220 jiwa, dengan komposisi penduduk 98%

untuk penduduk asli, dan 0,02% untuk penduduk pendatang.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 227 Tahun 1989 ditetapkan luas wilayah Kelurahan Cilandak

Timur adalah 352,66 Ha, dengan batas-batas Wilayah Kelurahan Cilandak Timur

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Jl. Ampera Raya/Jl. Bangun Cipta Sarana Kelurahan

Bangka Kecamatan Mampang Prapatan.

Sebalah Timur : Jl. Ampera Raya Kelurahan Ragunan.

Sebelah Selatan : Jl. Pondok Labu/Jl. Marga Satwa Kelurahan Jagakarsa

Kecamatan Jagakarsa.

Sebelah barat : Kali Krukut Kelurahan Cilandak Barat/Kelurahan Cipete

Selatan kecamatan Cilandak.33

33

(39)

Luas tanah berdasarkan Status Tanah:

NO STATUS TANAH LUAS (HA) KETERANGAN

1 Tanah Negara 136,66

2 Tanah Milik/Adat 210,50

3 Tanah Wakaf 5,50

Jumlah 352,66

Luas Wilayah Menurut Peruntukan Tanah:

NO PERUNTUKAN TANAH LUAS (HA) KETERANGAN

1 Perumahan 256,66

2 Perkantoran/industri 35,00

3 Fasilitas umum 51,50

4 Pemakaman 10,50

Jumlah 352,66

Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah:

NO JENIS TANAH LUAS (HA) KETERANGAN

1 Tanah Darat 332,00

2 Tanah Sawah 5,16

3 Tanah Rawa 15,50

Jumlah 352,66

B. Demografis Masyarakat Jeruk Purut

a. Penduduk

Jumlah Masyarakat Cilandak Timur yaitu 30.220 Jiwa, dengan komposisi

penduduk yaitu penduduk asli 98% dan pendatang 0,02%. Sedangkan data

mobilitas penduduk, yaitu:

(40)

NO MOBILITAS JUMLAH

1 Datang 15 orang

Datang dari dalam Kotamadya/Kab. Adm Datang dari luar Kotamadya/Kab. Adm. Datang dari dalam Provinsi

Datang dari luar Provinsi Datang dari luar negeri

15 Orang 11 Orang 20 Orang

- -

2 Pindah 66 Orang

Pindah dalam Kecamatan Pindah keluar Kecamatan

Pindah dalam Kotamadya/Kab.Adm. Pindah Keluar Kotamadya/Kab.Adm. Pindah dalam Provinsi

Pindah Keluar Provinsi Pindah keluar negeri

15 Orang 62 Orang 47 Orang 55 Orang 54 Orang 67 Orang -

3 Lahir 35 Orang

4 Mati 4 Orang

Status Perkawinan

NO STATUS JUMLAH

1 Belum Kawin 17270

2 Kawin 12747

3 Janda 431

4 Duda 27634

b. Perekonomian/Mata Pencaharian

NO JENIS MT. PENCAHARIAN JUMLAH

1 Tani 76 Orang

2 Nelayan -

3 Buruh 302 Orang

4 Pedagang 1.422 Orang

5 Karyawan Swasta 1.545 Orang

6 PNS 1.202 Orang

7 ABRI 1.287 Orang

8 Pensiunan 791 Orang

9 Swasta Lainnya -

10 Lain-lain 352 Orang

34

(41)

c. Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1 SD 1895

2 SMP 1980

3 SMA 8445

4 AKADEMI 781

5 S1 5482

6 S2 554

7 S3 150

d. Sarana Umum

NO JENIS FASILITAS UMUM JUMLAH

1 Sarana pendidikan

Sekolah Negeri (termasuk Universitas) Sekolah Swasta (termasuk Universitas) Kursus-kursus

11 37 8 2 Sarana kesehatan

Rumah Sakit Milik Pemerintah Rumah Sakit Milik Swasta Tempat Prkatek Dokter/Bidan

5 6 3 3 Sarana Keagamaan

Tempat Ibadah o Mesjid o Mushollah o Gereja o Kelenteng o Pura o Kuil o Vihara Perkumpulan Keagamaan

(42)

C. Sinetron Si Entong

1. Manajemen Produksi Sinetron Si Entong

NO JABATAN NAMA

1 Produser Sankar., RS. BSC

Drs. Raj Indra Singh

2 Executive Produser M. Iqbal Ayub

3 Produser Pelaksana Iwan Garniawan, Abu Dafi

4 Super Visi Program Helmi Adam

5 Super Visi Pasca Produksi F. Uddyn Ibnu Rozye

6 Sutradara Abay Salam

7 Ko. Sutradara Iwan

8 Assisten Sutradara Buyung

9 Skrip Suganda, Cepi

10 DOP (Director Of Photography) Ali Masyudi

11 Penata Artistik Dolly

12 Penata Busana Pratiwi

13 Penata Rias Rini

14 Pimpinan Produksi Lucky Paki

15 Editor Bambang KW

16 Animator Eko Pekalongan

17 Musik Wiwi

18 Skenario Naijan35

2. Pemain-pemain Dan Pemeran Utama

Sinetron bergenre drama komedi religi ini dibintangi oleh:

NO NAMA BERPERAN SEBAGAI

1 Fachri sebagai Entong

2 Kemal sebagai Memet

3 Rheina Ipeh sebagai fatimah, ibunya entong

4 Hafiz API sebagai samin

5 Ucup Mirin sebagai salim

6 Diki sebagai topan

7 Adi Bing Slamet sebagai pak Ustadz

35

(43)

8 Yuni Sulistiawati sebagai Ibunya Ipeh

9 Yessica Devis sebagai Siti Demek, temennya memet

10 Indra Sadji sebagai Badrun

11 Rana Chintya sebagai Mpo Jenab, Ibunya Memet

12 Rafi sebagai temennya memet

13 Hans sebagai temennya memet

14 Ana Shirley sebagai Ipeh36

3. Visi-misi Sinetron Si Entong

a. Sinetron si Entong diharapkan menjadi tontonan yang menarik,

menyegarkan, menyenangkan namun tetap mendidik.

b. Sinetron si Entong diharapkan menjadi sebuah hiburan yang

diharapkan pemirsanya. Artinya tidak membosankan, tidak

menjemukan dan tetap bermuatan dakwah Islam.

c. Sinetron si Entong selain diharapkan menjadi tontonan yang mendidik,

hiburan yang diharapkan dan bermuatan dakwah Islam, juga

diharapkan menjadi tuntunan kepada pemirsanya agar tidak

meninggalkan ajaran-ajaran agam Islam. 37

4. Korelasi Sinetron Si Entong Dengan Dakwah

Sinetron si Entong merupakan sinetron yang diperuntukkan untuk semua

umur. Baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua sekalipun bisa

menyaksikan sinetron si Entong. Karena cakupan pemirsanya luas, maka sinetron

si Entong ini di setting untuk sebuah hiburan yang menarik, tontonan yang

mengasyikkan, dan juga sebuah tuntunan untuk mengajak dan mencontohkan

36

Wawancara langsung dengan Bapak Iwan Gardiawan, selaku sebagai Produser Pelaksana 37

(44)

kepada hal kebaikan. Tokoh si Entong dalam sinetron ini juga di setting untuk

selalu berbuat baik, suka menolong, taat ibadah, berbakti kepada orang tua, dll.

Karena PH dari sinetron si Entong ini ingin mengajak dan memberikan suguhan

kepada pemirsanya bahwa seperti itulah yang seharusnya dilakukan oleh

anak-anak Indonesia, pada khususnya. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Asmuni

Syukir tentang tujuan dakwah, salah satunya yaitu “Mengajak manusia yang

sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah

SWT., dan “Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.”38

Menurut Muzayyin Arifin, :dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baru

dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara

sadar individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,

kesadaran dan sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajakan agama

sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan.39 Sesuai

dengan firman Allah dalam surat An-Nahl: 125, sebagai berikut:

!"#$%

&'%(

)

*%#+

,

-

.0

1 2

%+

- 3

 5

.

- 678-1 2

9

;<

=

>?@A

%+

B,

C

D78EF G

!

H%

*I+

,

5JC

K #LE G

D

.%+

&7M

D1

N

G%

'%(

)

9

5JC

K #LE G

1OP

;1QE

.

%+

MR%

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

38

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), cet. Ke-1, h. 58

39

(45)

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Salah satu sifat dari dakwah adalah mengajak/menyerukan kepada

mad’unya untuk hal-hal kebaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh

Allah S.W.T. Karena di sinetron si Entong ini sifatnya mengajak/menyerukan

kepada hal kebaikan, maka sinetron si Entong ini mengandung muatan-muatan

dakwah Islami. Dalam hal ini, sinetron si Entong menyerukan dakwah dengan

metode dakwah bil hal dan bil lisan.

Dalam suatu riwayat dikatakan sebagai berikut:

0:

4 ; <

)

* 0&3ی

=

ﻡ >? @ A

ی ) /B

Artinya:

“Sesungguhnya apabila manusia melihat sesuatu kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhawatirkan semua manusia terkena siksa Allah lantarannya”. (H. R. Ahmad)40

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan

materi dakwah, pada zaman modern misalnya: televisi, radio, video, kaset

rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia,

media merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan keberadaannya, bahkan

menurut ahli media bahwa manusia adalah sasaran media yang sangat dominan,

dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya.41

Dalam pemanfaatan teknologi audio-visual dapat lebih menjangkau

komunitas yang lebih luas, sehingga sosialisasi pesan dakwah pada (sinetron si

40

Ibnu Taymiyah, Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, (Jakarta:Aras Pustaka, 1999), cet. Pertama, h. 11

41

(46)

Entong) itu sendiri dapat diterima oleh berbagai lapisan secara merata. Media

merupakan alat pendukung yang sangat penting dalam proses berdakwah. Media

Audio-Visual, yaitu alat yang ditangkap dengan menggunakan penglihatan dan

pendengaran. Contohnya: televisi dan film.42

42

(47)

BAB IV

ANALISIS RESPON MASYARAKAT JERUK PURUT TERHADAP

SINETRON SI ENTONG

(Dalam Episode: Berkah Memelihara Anak Yatim)

A. Identifikasi Responden

Masyarakat Jeruk Purut merupakan masyarakat yang sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai pegawai perusahaan swasta, pegawai

negeri, buruh, ibu rumah tangga. Tetapi, mayoritas pada masyarakat ini adalah

pegawai perusahaan swasta. Mengingat bahwa lingkungan sekitar tempat

penelitian, daerah perkantoran padat.

Sebelum menerangkan mengenai analisis penelitian pada masyrakat Jeruk

Purut, maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai analisis responden

penelitian. Dalam dalam hal ini, menyangkut beberapa aspek, yaitu mengenai

kondisi masyarakat Jeruk Purut berdasarkan dari Jenis Kelamin, Usia, dan

[image:47.612.116.526.122.650.2]

Pekerjaan.

Tabel I

Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Laki-Laki 86 43

2 Perempuan 114 57

Jumlah 200 100 %

(48)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden dari jenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 43 % dan sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sebesar 57 %. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

mayoritas responden adalah perempuan.

Usia responden terbagi menjadi empat bagian, yaitu responden yang

berusia dari 8 sampai dengan 11, 12 sampai dengan 20, 21 sampai dengan 30, 31

sampai dengan 68 tahun. Data mengenai usia dapat dilihat pada tabel 2 di bawah

[image:48.612.110.527.226.514.2]

ini:

Tabel 2

Kategori Responden Berdasarkan Usia

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa 22.5 % responden yang berusia 6

sampai dengan 11 tahun. Responden yang berusia 12 sampai dengan 20 sebanyak

37 %, responden yang berusia 21 sampai dengan 30 tahun sebanyak 20.5 %,

sedangkan responden yang berusia 31 sampai dengan 40 tahun sebanyak 20 %.

Selanjutnya, untuk mengetahui jenis pekerjaan responden dalam hal

merespon sinetron si entong, dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 8 - 11 45 22.5

2 12 - 20 74 37

3 21 – 30 41 20.5

4 31 - 68 40 20

(49)
[image:49.612.114.530.115.556.2]

Tabel 3

Kategori Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Pelajar/Mahasiswa 59 %,

Wiraswasta/karyawan sebesar 19 %, Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 10.5 %,

sedangkan Guru (PNS) sebesar 11.5 %.

B. Analisis Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap

Sinetron Si Entong di TPI. Data mengenai apakah responden sering menyaksikan

sinetron tersebut, dapat di lihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4

Responden Yang Menjawab Menyukai Sinetron

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Pelajar/Mahasiswa 118 59

2 Wiraswasta/Karyawan 38 19

3 Ibu Rumah Tangga 21 10.5

4 Guru (PNS) 23 11.5

Jumlah 200 100%

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Sangat suka 46 23

2 Suka 83 41.5

3 Biasa saja 61 30.5

4 Tidak suka 10 5

(50)

Dari tabel di atas, sebesar 23 % responden yang menjawab sangat suka

menyaksikan sinetron, 41.5 % responden yang menjawab suka menyaksikan

sinetron. Responden yang menjawab biasa saja 30.5 %, dan hanya 5 % yang tidak

suka terhadap sinetron.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dari responden suka menyaksikan

[image:50.612.115.528.231.532.2]

sinetron dan hanya 5 % saja yang tidak suka terhadap sinetron.

Tabel 5

Responden Yang Suka Menyaksikan Sinetron Religi

Dari tabel di atas, sebesar 39 % responden yang menjawab sangat suka, 36

% menjawab suka, 23.5 % menjawab biasa saja, dan 1.5 % yang menjawab tidak

suka.

Tabel 6

Responden Yang Sering Menyaksikan Sinetron si Entong

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Sangat suka 78 39

2 Suka 72 36

3 Biasa saja 47 23.5

4 Tidak suka 3 1.5

Jumlah 200 100%

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Sangat sering 20 10

2 Sering 75 37.5

3 Tidak sering 91 45.5

4 Tidak Pernah 14 20.5

(51)

Dari data tabel di atas, bahwa responden yang menjawab sangat sering 10

%, yang menjawab sering 37.5 %, yang menjawab tidak sering 45,5 %, dan yang

menjawab tidak pernah 20.5 %.

Artinya bahwa, mayoritas dari responden menyaksikan sinetron si Entong

di TPI. Walaupun dari tabel di atas menunjukkan bahwa 45.5 % responden

menjawab tidak sering. Tidak sering, bukan berarti tidak menyaksikan. Ini terbukti

dari sedikitnya responden yang menjawab tidak pernah menyaksikan sinetron si

[image:51.612.113.525.257.507.2]

Entong tersebut, yaitu dengan nominal 20.5 %.

Tabel 7

Responden Yang Mengetahui Sinetron si Entong di TPI

Dari tabel di atas, sebesar 42.5 % responden yang menjawab sangat tahu,

yang menjawab tahu 52.5 %, yang menjawab tidak tahu 5 %, dan yang menjawab

sangat tidak tahu 0 %.

Dapat disimpulkan dari data tabel di atas bahwa, hampir seluruh

responden mengetahui adanya tayangan sinetron si entong di TPI. Walaupun ada

5 % yang menjawab tidak tahu adanya tayangan tersebut. Dimungkinkan karena

sangat sibuk, sampai tidak mengetahui tayangan si entong.

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Sangat tahu 85 42.5

2 Tahu 105 52.5

3 Tidak tahu 10 5

4 Sangat tidak tahu 0 0

(52)
[image:52.612.117.528.132.536.2]

Tabel 8

Responden Yang Menjawab Menyenangkan Melihat Acara Bernafaskan Islam di Televisi

Dari tabel di atas, sebesar 50 % responden yang menjawab sangat

menyenangkan, yang menjawab menyenangkan 45 %, yang menjawab tidak

menyenangkan 4 %, dan yang menjawab sangat tidak menyenangkan 1 %.

Dapat disimpulkan dari data tabel di atas bahwa, hampir seluruh

responden menjawab sangat menyenangkan menyaksikan tayangan sinetron si

entong di TPI. Walaupun ada 4 % yang menjawab tidak menyenangkan dan 1 %

yang menjawab sangat tidak menyenangkan. Dimungkinkan karena selera

responden berbeda-beda.

Tabel 9

Responden Yang Menjawab Hanya Membuang Waktu Saja Tayangan Sinetron si Entong

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Sangat menyenangkan 100 50

2 Menyenangkan 90 45

3 Tidak menyenangkan 8 4

4 Sangat tidak menyenangkan 2 1

Jumlah 200 100%

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Ya 20 10

2 Tidak 84 42

3 Biasa saja 75 37.5

4 Tidak sama-sekali 21 10.5

[image:52.612.128.512.573.654.2]
(53)

Dari tabel di atas, sebesar 10 % responden yang menjawab ya, yang

menjawab tidak 42 %, yang menjawab biasa saja 37.5 %, dan yang menjawab

tidak sama-sekali 10.5 %.

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar yang menjawab tidak

membuang waktu sebesar 42 %. Artinya, responden setuju bahwa sinetron si

entong ini tidak membuang-buang waktu saja. Karena banyak mengandung unsur,

[image:53.612.113.527.261.506.2]

dari mendidik, menghibur, dan menuntun pemirsanya kepada hal yang baik.

Tabel 10

Responden Yang Kecewa Bila Tidak Menonton Sinetron si Entong

Dari tabel di atas, sebesar 22.5 % responden yang menjawab ya, yang

menjawab tidak 52 %, yang menjawab kurang 8 %, dan yang menjawab tidak

sama-sekali 17 %.

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar yang menjawab ya

sebesar 22.5 %. Jumlah tersebut tidak terlalu kecil untuk sebuah sinetron yang

berunsur drama komedi, namun tidak lepas dari unsur dakwahnya.

NO ALTERNATIF JAWABAN F %

1 Ya 45 22.5

2 Tidak 105 52

3 Kurang 16 8

4 Tidak sama-sekali 34 17

(54)
[image:54.612.113.531.126.534.2]

Tabel 11

Responden Yang Menjawab Pernah Berkhayal Ingin Menjadi Seperti si Entong

Dari tabel di atas, sebesar 34.5 % responden yang menjawab ya, yang

menjawab tidak 34.5 %, yang menjawab kurang 7 %, dan yang menjawab tidak

Gambar

Tabel 16 Responden Yang Bermasalah Dengan Jam Tayang    v
gambar sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan
Tabel I Kategori Responden Berdasarkan
Tabel 2 Kategori Responden Berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemanas air yang sering di pakai masyarakat adalah pemanas air yang memanfaatkan energi cahaya matahari dengan mengoptimalkan panas air yang berada di dalam pelat datar

Ketujuh ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi pernah diteliti oleh Wigati (2014) dimana hasil penelitian yang didapat adalah ukuran perusahaan memperkuat hubungan antara

Dari hasil pengamatan mikroskopis dengan menggunakan mikroskop cahaya menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terlihat adanya penumpukan darah (hiperemi) di dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja serta implikasinya pada kinerja perawat di

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

Ini bermakna, apabila jumlah dan intensiti hujan meningkat maka kadar pertumbuhan menara tanih menjadi perlahan kerana proses hakisan percikan dan hakisan

Penelitian ini dengan melihat analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa infrastruktur ICT, belajar mandiri, efikasi diri dan model TAM terhadap

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada tanah sawah Kelurahan Paccinongan Kecamatan Sombaopu Gowa, mengandung logam berat yang melebihi