Siti Nurkhayati, Efektifitas Pelaksanaan Metode Drill. Pada proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits terhadap minat belajar siswa (studi kasus di MTs Pembangunan UIN Jakarta) SI Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Penelitian ini berangkat dari fenomena adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan dalam mengaplikasikan metode dalam pembelajaran. Penulis ingin mengetahui bagaimana efektifitas pelaksanaan metode drill pada proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits terhadap minta belajar siswa di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Dengan ini penelitian bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan efektifitas pelaksanaan metode drill pada proses pembelajaran Al-Qur’an hadits dengan minta belajar siswa.
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis pendekatan korelasional, yaitu memusatkan perhatian pada pengumpulan data dalam kondisi dan waktu tertentu dari kedua variabel, yang diteliti, kemudian dikorelasikan guna menjawab masalah yang telah dirumuskan sesuai hipotesis penelitian. Dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 155 siswa. Adapun teknik yang digunakan adalah dengan cara surfofive sampling (secara acak) dengan mengambil sample sebanyak 40 % yakni sebanyak 31 orang siswa.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara efektifitas pelaksanaan metode drill dengan minat belajar siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta bertanda positif yaitu sebesar 0,401 dan berada pada derajat yang sedang atau cukup, karena berada pada rentang 0,40-0,70. Apabila berkonsultasi pada taraf signifikansi 5% dan 1% jauh lebih besar daripada “r” table, sehingga Hiptesa Alternatif diterima dan Hipotesa Nihil ditolak. Ini berarti terdapat korelasi atau hubungan positif yang signifikansi antara variabel X dan variabel Y. sedangkan pada taraf signifikan 1% “rxy” lebih besar dari “r” table
(0,401<0,456), maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima. Ini tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga Allah curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita sebagai umatnya untuk mampu dalam mengenal, mencari dan menegakkan syariat Islam.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai rintangan dan halangan. Akan tetapi, karena adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta Pembantu Dekan, Bagian akademik, administrasi dan keuangan.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Bpk.Drs Abdul Haris, M.Ag yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Sofiyah, MS. pembimbing akademik yang selalu memberikan solusi dalam masalah perkuliahan kepada penulis.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang.
6. Bapak Drs. Rusli Ishaq M.Pd, kepala sekolah Madrasah tsanawiyah pembangunan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Seluruh dewan guru madratsah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya Bapak romli, S.Ag guru bidang studi Al-quran hadits.
iii
9. Sembah sujud bakti Ananda kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta,serta kakak-kakaku dan adikku tercinta yang dengan penuh keikhlasan memberikan do’a, motivasi, dan memberikan bantuan moril maupun materil yang melangit luas sehingga terselesaikannya skripsi ini
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan untuk keberhasilan penulis dengan keadilan dan kemurahan-Nya. Amiin.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Jakarta,Maret 2010
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
1. Pembatasan Masalah ... 4
2. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6
A. Pengertian Efektifitas... 7
B. Metode Pengajaran Dan Macam-Macamnya... 8
1. Pengertian Metode Pengajaran ... 8
2. Macam-Macam Metode Dan Proses Belajar Mengajar ... 11
3. Factor-FaktorYang Menyebabkan Banyaknya Macam-Macam Metode Dalam Mengajar ... 11
C. Pengertian Metode Drill... 12
1. Syarat-Syarat Metode Drill ... 13
2. Tujuan Dan Manfaat Penggunaan Metode Drill ... 14
3. kelebihan dan kekurangan metode drill ... 14
4. Prinsip-Prinsip Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Metode Drill... 15
D. Pembelajaran Al-Quran Hadits Di Mts... 16
1. Pembelajaran Al-Quran Hadits ... 16
2. Tujuan Dan Fungsi Pengajaran Al-Quran Hadits ... 17
3. Standar kompetensi Al-Quran Hadits ... 18
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
B. Metode Penelitian ... 25
C. Variabel Penelitian ... 25
D. Populasi dan Sampel ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data... 28
F. Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV HASILPENELITIAN ... 33
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 33
B. Analisis dan Interpretasi Data... 35
BAB V PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan. ... 55
B. Saran. ... 56
7 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan bagi perananya dimasa
yang akan datang. pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi
menurut ukuran Allah, dan pendidikan Islam adalah sebagai sub sistem
pendidikan nasional yang bertugas menggali, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari ajaran Al-Quran dan Hadits
kepada anak didiknya .
Dalam perspektif pendidikan Islam atau tujuan pendidikan Islam
adalah mengabdi kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang
diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat orang yang
bertaqwa disisinya, beriman dan beramal sholeh, merupakan dua aspek
kepribadian yang dicita-citakan oleh pendidikan Islam, Muhaimin menuturkan
hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang
mempunyai wajah qurani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religious,
budaya dan ilmiah.1
Menurut Ahmad D. Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.2
Adapun lembaga yang melakasanakan pembinaan dalam hal
pendidikan dan pengajaran yang dengan sengaja teratur dan terencana adalah
sekolah, dan diantara lembaga pendidikan yang mengembangkan dan
mengajarkan seluruh ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan agama Islam
salah satunya adalah Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau Sekolah lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP yang berciri khas Islam . Salah satu dari isi
kurikulum MTS adalah mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Dalam rangka mencapai tujuan diperlukan suatu metode yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran/materi pembelajaranya, yaitu metode penyajian
materi pendidikan dan pengajaran menyangkut materi Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
sangat signifikan untuk mencapai tujuan, bahkan metode sebagai seni dalam
menstransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik
dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri, karena bisa
dikatakan bahwa metode jauh lebih penting daripada materi, adalah sebuah
realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta
didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak
terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan
dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat
dicerna oleh peserta didik. oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat
mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.83
2
metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak
efisien.
Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari satu
macam (bervariasi), metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi
belajar anak didik.Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus
mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan materi yang
disampaikan.
Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan
proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai peningkatan
kualitas pendidikan. Sehingga metode pendidikan Islam yang dikehendaki
akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang
terkandung dalam tujuan pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah
ungkapan metode lebih penting dari pada materi, Demikian pentingnya
metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar
mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak
menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting
setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran : tujuan,
metode, materi, media dan evaluasi.
Seiring dengan itu, seorang pendidik/guru dituntut agar cermat
memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena dalam proses
belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa macam metode, antara lain:
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya.
Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar.
Untuk menyampaikan pelajaran Al-Qur’an Hadits diperlukan
guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan agama, penggunaan terhadap
kemampuan berfikir dan integrasi pendidikan dan peserta didik.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode
tersebut adalah harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan
guru anak didik situasi dan kondisi pengajaran dimana tersedianya fasilitas
yang memadai dan waktu yang tersedia.
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits tidak hanya terpaku pada membaca
dan menelaah, akan tetapi dengan menghafal, dengan mengulang-ngulang
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, untuk itu tidak hanya metode diskusi atau
ceramah saja yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits dan
tentunya harus ada penerapan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran
atau materi Al-Qur’an dan Hadits, yaitu dengan menggunakan metode drill.
Di Madrasah Pembangunan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
sudah menggunakan metode Drill, namun dalam penggunaan metode Drill
tersebut kurang maksimal karena disaat kegiatan belajar mengajar terdapat
kondisi siswa yang kurang teratur, ada yang memperhatikan dan ada yang
tidak,dan materi yang telah mereka pelajari, mereka cepat melupakanya,
sehingga kurang efektifnya pelaksanaan metode Drill, untuk itu pembelajaran
Al-Qur’an Hadits di Madrasah Pembangunan kurang dapat berjalan dengan
baik karena kurang dapat mencapai ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif
siswa.
Berdasarkan pemikiran diatas penulis merasa tertarik untuk membahas
masalah tersebut dalam penulisan skripsi dengan judul EFEKTIFITAS
PELAKSANAAN METODE DRILL PADA PROSES PEMBELAJARAN
AL-QURAN HADITS TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DI
B. Identifikasi Masalah
Terkait dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Pengajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Pembangunan sudah
menggunakan Metode Drill hanya saja pelaksananya kurang efektif
2. Siswa-siswi Madrasah Pembangunan kurang antusias dalam pelaksanaan
pembelajaran Al-Quran Hadits dengan menggunakan Metode Drill
3. Pengajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Pembangunan terdapat
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan metode Driil.
C. Pembatasan masalah
Agar penulisan skripsi ini terarah maka permasalahan dibatasi menjadi :
1. Efektifitas pelaksanaan Meode Drill di Madrasah Pembangunan.
2. Mengungkap efektifitas metode Drill dalam mata pelajaran Al-Quran
Hadits di Madrasah Pembanggunan UIN Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaan skripsi ini permasalahan dirumuskan menjadi:
1. Bagaimana pelaksanaan Metode Drill dalam pembelajaran AL-Quran
Hadits di Madrasah Tsanawiyah PembangunanUIN Jakarta
2. Bagaimana minat belajar siswa dalam pelaksanaan metode Drill pada
pembelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan
UIN Jakarta
3. Adakah hubungan antara efektifitas pelaksanaan metode Drill pada
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Metode Drill pada mata
pelajaran Al-Quran Hadits
2. Untuk mengetahui efektifitas Metode Drill pada bidang study Al-Quran
Hadits.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil adalah:
1. Dapat berguna bagi pihak pengelola pendidikan dalam meningkatkan
kegiatan belajar mengajar khususnya dalam bidang studi Al-Quran Hadits
demi meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan
datang.
2. Memberikan solusi perbaikan bagi guru di ”madrasah pembangunan ”UIN
Jakarta dalam hal memilih pembelajaran yang paling tepat sesuai dengan
materi Al-Quran Hadits yang akan diajarkan
3. Dengan menyusun rekomendasi-rekkomendasi berdasarkan kendala dan
potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi bahan
masukan bagi para praktisi (sekolah, guru), orang tua, masyarakat maupun
akademisi berkenaan dengan pembelajaran Al-Quran dan Hadits dan
upaya memperbaiki kebajikan-kebajikan dalam penerapan pembelajaran
baca tulis Al-Quran selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Efektifitas
Efektif mempunyai efek, pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang memuaskan,memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya, efektifitas, keefektifan.1 Efektifitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuanya.2
Sedangkan secara terminology banyak para ahli pendidikan memberikan definisi efektifitas diantaranya yaitu :
1. Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yaitu suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana suatu yang di rencanakan atau yang diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.3
1. Js, Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia , (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2003) , hal.75
2
.Sadili Hasan, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta:ichtiar baru van heeve jilid 2) , hal.883
3
2. E. Mulyasa dalam buku Menejemen Berbasis Sekolah mengartikan efektifitas adalah bagaiamana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya, dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.4
3. Susilo dan Kasihadi mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan efektif dapat ditinjau dalam dua segi yaitu segi efektif mengajar guru dan segi efektrif belajar murid. efektif mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan dapat dilaksanakan dengan baik. efektif belajar murid menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkannmelalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.5 Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas secara umum dapat dipahami efektifitas dalam pendidikan adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan pengaruh yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
B. Metode pengajaran dan macam-macamnya 1. Pengertian metode pengajaran
Metode berasal dari bahasa Latin “meta” yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan atau ke atau atau cara kedalam bahasa arab metode disebut “tariqoh” artinya jalan , cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.6
Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara “seni” dalam mengajar.7
Sedangkan secara Terminology atau istilah, menurut H.Muzayyin Arifin mengatakan bahwa ”metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”8
4
E.Mulyasa, Menejemen Berbasis Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.82
5
Madyo E. Susilo R. B.Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar Offset, 1990), cet ke- 1, h.
63
6
.Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,… hal.123
7
Dari pengertian tersebut diatas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkanya suatu metode tertentu. Agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat diterapkanya metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik kearah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal dibawah ini:
a. Sifat dari pelajaran. b. Alat-alat yang tersedia c. Besar atau kecilnya kelas d. Tempat dan lingkungan e. Kesanggupan guru
f. Banyak atau sedikitnya materi g. Tujuan mata pelajaran.9
Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian dasar ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti “barang apa yang dikatakan orang supaya diketahui dan dituruti”. 10 Menurut Ramayulis pengajaran berasal dari kata ”ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran
8
.H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan Agama, (Semarang: PT.CV. Toha putera, 1987), hal.90
9
Roestiyah , NK, Didaktik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), cet ke. 3, hal.68
10
“an” sehhingga menjadi kata “pengajaran” yang berarti proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan11
Dari pengertian diatas,terdapat unsur -unsur substansial kegiatan pengajaran yang meliputi :
1) Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan.
2) Pemindahan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar”.12
Jadi pengajaran secara bahasa yaitu hal apa yang dikatakan orang supaya diketahui. Sedangkan secara istilah para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam memberikan definisi tentang pengajaran, ada yang mengatakan bahwa pengertian antara pengajaran dan pendidikan itu sama dan ada pula yang mengatakan bahwa antara pengajaran dan pendidikan itu berbeda.
Dari bebarapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa metode pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik) menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah secara efektif dan efesien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
2. Macam-Macam Metode Pengajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Agar dalam proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran, maka salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah menentukan cara menganjarkan bahan pelajaran kepada siswa dengan memperhatikan tingkat kelas, umur, dan lingkunganya tanpa mengabaikan faktor-faktor lain.
11
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam , …..h.108
12
Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, terlebih dahulu penulis akan menyebutkan macam-macam metode pengajaran .
Menurut Nana Sujana, metode-metode yang digunakan dalam pengajaran yaitu: metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan eksperimen, sosio drama, problem solving, sistem regu, latihan, karyawisata, survey masyarakat dan simulasi.13
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Banyaknya Macam-macam Metode Mengajar Dikutip dari perkataan Zuhairini dkk dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama, menurutnya metode dipengaruhi oleh berbagai macam factor berikut :
a. Tujuan yng berbeda-beda dari masing-masing bidang studi
b. Perbedaan latarbelakang dan kemampuan masing-masing anak didik/murid.
c. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian serta kemampuan dari masing-masing guru.
d. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung. termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan factor geografis yang berbeda-beda.
e. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.14
Berdasarkan pendapat ahli pendidikan, maka sesuai dengan judul penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci macam metode yakni metode
13
Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1986), Cet.ke-3,
h.77-89
14
Drs. H. Tayar Yusuf dan Drs. Syaiful Anwar, Metodologi pengajaran Agzma dan Bahasa Arab, (Jakarta
latihan (Drill) yang meliputi pengertian metode Drill, langkah-langkah metode Drill, kebaikan dan kelemahan metode Drill.
C. Pengertian Metode Drill
Armai Arief dalam bukunya mengatakan metode Drill adalah suatu metode pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pengajaran yang sudah diberikan .15
Sedangkan menurut Zakiah Darajat, penggunaan istilah latihan sering disamakan dengan istilah ulangan padahal maksudnya berbeda, latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dikuasai sepenuhnya sedangkan ulangan adalah hanya sekedar untuk mengukur sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut .16
Rasulullah SAW mengajarkan doa-doa yang penting dan ayat-ayat Al-quran kepada para sahabat secara praktis, Rasulullah membacakanya dan mengulangnya dihadapan mereka disertai dengan memperdengarkan ayat dan doa itu dengan maksud mendapatkan pembetulan .17
Jadi dalam menghafal surat pendek ataupun hadits adalah sebaiknya dengan menggunakan metode Drill karena melihat kepada metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam mengajarkan surat-surat pendek kepada sahabatnya.
15 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
hal.174
16
Zakiah Darajat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:PT.Bumi aksara, 1995), hal.307
17
Abdurrahman Nahlawi, Prinsisp-Prinsip Dan Metode Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga,
1. Syarat-syarat Metode Drill
Menurut Armai Arief didalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam bahwasanya agar penggunaan mtode Drill dapat efektif maka harus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan pemberian pengetahuan dasar.
b. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.
c. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat hal ini di mungkinkan agar tidak membosankan siswa.
d. Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.
e. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat menimbulkan motifasi anak. 18
2. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Metode Drill
a. Memiliki keterampilan motorik atau gerak seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk atau melaksanakan gerak dalam olahraga.
b. Mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalahkan, membagi, menjumlah, mengurangi, agar menarik dalam menghitung.
c. Dapat menggunakan daya pikirannya yang makin lama makin bertambah baik, karena pengajaran yang baikmaka anak didik akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya.
18
d. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam. 19
3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Drill a) Kelebihan Metode Drill
1. Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh pengguasaan dan ketrampilan yang diharapkan.
2. Para murid akan memiliki pengetahuan yang siap pakai.
3. Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.20
b) Kekurangan metode drill sebagai berikut:
1. Menghambat bakat dan inisitif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan pada kondisi jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis pada lingkungan . 3. Membentuk pengetahuan “Verbalis “dan “mekanis “. 4. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.21
4. Prinsip-Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode Drill
a) Drill hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis.
19
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,…, hal. 302
20Armai Arief, Pengntar Ilmu Dan Metodologi Pendidika Isl...,hal .178
21
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:ciputat pers,2002) cet ke
1. Sebelum dilaksanakan latihan siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti pengertian itu.
2. Siswa perlu menyadari latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan siswa selanjutnya.
3. Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan diperlukan untuk melengkapi belajar.22
b) Waktu yang digunakan dalam latihan siap (Drill)cukup tersedia c) Latihan siap (Drill) hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan
d) Latihan siap (Drill)memiliki daya tarik dan merangsang siswa untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh.
e) Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu siswa.
f) Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pihak guru, terutama materi pelajaran agama.23
D. Pembelajaran AL-Quran Hadits di MTS a. Pengertian Al-Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Quran Hadits adalah merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada Madrasah Tsanawiyah yang diberikan kepada peseerta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits, sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandunganya sebagai petunjuk dan landasan dalam kehidupan sehari-hari.
22
Team Didaktik Metodik/kurikulum, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM, (Jakarta:PT Grafindo
persada,1995), hal.44
Atas dasar tersebut maka dimasukanlah materi khusus tentang Al-Qur’an Hadits pada program pengajaran di lembaga pendidikan formal yang memiliki ciri khas agama Islam. Bidang studi Al-Qur’an Hadits. Menurut kurikulum Departemen agama tahun 2004, merupakan mata pelajaran agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami Al-Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits tidak hanya mengantarkan peserta didik menguasai pengetahuan Al-Qur’an Hadits tapi yang terpenting bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Maka implikasinya dalam proses belajar mengajar harus menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.24
Dengan demikian pengajaran Al-Quran Hadits adalah suatu pengajaran yang dilakukan oleh guru bidang study Al-Qur’an Hadits dan membawa perubahan bagi peserta didik dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, dapat memahami isi dan kandungan ayat Al-Quran dan Hadits, dapat menafsirkan Al-Qur’an dan mengaplikasikan Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan dan fungsi pengajaran Al-Qur’an Hadits 1) Tujuan
Mata pelajaran Al-Quran Hadits bertujuan agara peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenaranya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.
Tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits di MTS adalah:
24
Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Standar Kompetensi Mts Pelajaran Al-quran
a) Siswa dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid b) Hafal surat-surat tertentu, terutama untuk keperluan salat
c) Mengartikan (menerjemahkan ayat-ayat atau surat tertentu) d) Memahami isi kandungan ayat-ayat atau surat-surat tertentu.25
2) Fungsi
Mata pelajaran Al-qur’an Hadits pada Madrasah memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesrta didik meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
keyakinan,pemahaman,pengalaman ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan meghambat perkembanganya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
d. Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehhiupanya sehari-hari 26
c. Standar kompetensi Al-qur’an Hadist
Untuk mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, telah dirumuskan tujuh standar kompetensi sebagai berikut :
25
Departemen Agama RI, Standar kompetensi madrasah tsanawiyah,… hal.4
26
1) Melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. 2) Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur’an.
3) Mendeskripsikan ilmu Al-Qur’an dan Hadits dan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
4) Menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. 5) Menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. 6) Memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an .
7) Menerapkan kandungan Al-Qur’an dan Hadits dan manfatnya untuk kehidupan sehari-hari.
E. Pengertian Minat Belajar
Menurut Alisuf sabri minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitanya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu.27
Sedangkan Ahmad D.Marimba mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu,karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.28
27
.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: cv.pedoman ilmu jaya, 1996), cet-2, h.84
28
Sementara Zakiah Daradjat mengatakan minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga dari orang, sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhanya.29
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa minat adalah kecenderungan hati untuk memperhatikan suatu hal tanpa adanya paksaan dari orang lain. Minat yang timbul merupakan faktor pendorong dalam melakukan usahanya. Minat sangat penting dalam pendidikan yang bersumber dari usaha, segala sesuatu pekerjaan tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukan menarik minat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat adalah sebagai berikut: Crow dan Crow berpendapat ada tiga factor yang menjadi timbulnya minat, yaitu: 1) Dorongan dari dalam diri individu,misalnya dorongan untuk makan, ingin tahu seks 2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu
aktivitas tertentu, misalnya minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapatkan penghargaan dari masyarakat.
3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut30
Dari pengertian diatas jelaslah factor yang mempengaruhi timbulnya minat ada bermacam-macam. Selain itu juga, factor yang memepengaruhi minat timbul karena dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Aspek-Aspek yang digunakan untuk mengukur minat adalah: a. aspek partipasi/keterlibatan
29
.Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam..., h.102
30
b. aspek perhatian31 c. aspek ketekunan32 d. aspek pengetahuan33 e. aspek menikmati kelas.34
Partipasi bisa menjadi indicator minat seseorang ,minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung/merasa tertarik terhadap sesuatu benda/ kegiatan yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab partipasi dalam kegiatan. Perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dari kesadaran menjadi pertambahan aktifitas, seseorang yang benar-benar berminat pada mata pelajaran Al-Quran Hadits akan memiliki keinginan untuk mempelajari lebih lanjut yang diwujudkan seseorang dan sikap tekun dalam dirinya, sikap tekun yang ada dalam dirinya, siswa akan menganggap kesukaran yang dihadapinya sebaghai tantangan, ketekunan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan siswa, minat juga dibentuk dari pengetahuan. Seseorang dikatakan berminat pada sesuatu jika ia mempunyai pengetahuan yang luas tentang hal tersebut, buah hasil dari partipasi perhatian dan ketekunanya itu, menikmati kelas merupakan indikator minat seseorang yang memperkuat dan memperdalam seluruh pelajaran.
Adapun pengertian belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan adalah:
Perkataan belajar sudah sering di dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena belajar merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Belajar adalah proses perubahan, sedangkan kehidupan manusia selalu berubah-ubah sepanjang zaman, sehingga manusia dituntut untuk selalu belajar sejak manusia itu dilahirkan.
31 Larry.L.shirey dan Ralph E. Reynolds,”Effect of Interest On Attention And Learning’’, Journal Of Educational psychology,Vol.80, No.2,(1988),h. 159-160
32 Mary Ainley,et.al.,”interest,learning,and thepsychological processes that mediate theirrelationship”,Journal Of Educational psychology, Vol.94, No.3,(2002),h.552
33 Patricia A.alexander et.al.,interrelationship Of knowledge,Interest, and Recall: assessing a Model Of Domain Learning”,Journal Of Educational Psychology,Vol.87,no.4,(1995),h.560
Drs. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa: “manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan dimanapun berada.”35
Dengan demikian manusia dalam menjalankan hidupnya harus selalu belajar, agar manusia tahu tentang hal-hal yang baik dan buruk. Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu:
a) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”36
b) Menurut Ernest R. Hilgard: “Learning is the process by which an activitypriginataes
or changed through responding a situation,” artinya: Belajar adalah suatu proses
yang menghasilkan suatu aktivitas atau yang mengubah suatu aktivitas dengan perantaraan tanggapan kepada satu situasi.37
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian minat dan uraian belajar dapat dipahami bahwa minat belajar adalah kecenderungan hati untuk memperhatikan suatu pelajaran melalui latihan dan pengalaman sehingga memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku.
35
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986), h. 85
36 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ….,hal 84
37
F. Hipotesis
Hipotesis adalah” jawaban sementara atau dugaan sementara, yang sifatnya bisa benar atau juga bisa salah” maka dari itulah diperlukan penelitian.
jadi, dari kerangka berpikir diatas hipotesis yang diajukan penulis sementara ini, untuk menjawab benar atau tidaknya dugaan semntara mengenai efektifitas pelaksanaan proses pembelajaran Al-Quran Hadits terhadap minat belajar siswa, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha: terdapat hubungan positif yang signifikan antara efektifitas pelaksanaa metode drill pada prosese pembelajaran al-quran hadits terhadap minat belajar siswa.
Ho: tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara efektifitas pelaksanaan metode drill pada proses pembelajaran al-quran hadits terhadap minat siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis
pendekatan korelasional, yaitu memusatkan perhatian pada
pengumpulan data dalam kondisi dan waktu tertentu dari kedua
variable yang diteliti, kemudian dikorelasikan guna menjawab masalah
yang telah dirumuskan sesuai hipotesis penelitian. Penelitian deskriptif
lebih menitik beratkan pada pengumpulan data empiris, kemudian
diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan ada
tidaknya hubungan kedua variable yang diteliti dan prediksi tentang
berapa besar kontribusi variable bebas terhadap variable terikat.
Adapun pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini Adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang
2. Penelitian Lapangan (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan secara langsung melalui pengamatan ke lokasi yang akan
diteliti.
B. Populasi dan sampel
Populasi yaitu sebuah subjek yang akan diteliti sedangan
sampel adalah sebagian dari populsi yang dimiliki sifat yang sama
dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 8 Mts
Pembangunan UIN Jakarta yang terbagi dalam 5 kelas yang berjumlah
sebanyak 155 siswa sedangan sampelnya 31 siswa jadi siswa yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sekitar 20% dari jumlah
total siswa.
Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan
sampel adalah surfofive Sampling artinya pengambilan sampel yang
dilakukan secara satu kelompok. dengan teknik ini yang dijadikan
sampel adalah satu kelas yaitu siswa siswi Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta kelas 8 E
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Pembangunan UIN Jakarta
dengan waktu penelitian berlangsung kurang lebih satu bulan yaitu
sejak tanggal 3 Februari sampai dengan 3 maret 2010
D. Variabel penelitian
Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti
Sedangkan penelitian yang berjudul ”Efektifitas Pelaksanaan
Metode Drill pada Prosese Pembelajaran Al-Quran Hadits Terhadap
Minat Belajar Sisiwa
1. Variable Bebas (X) adalah : Efektifitas Pelaksanaan Metode Drill
Pada Proses Pembelajaran Al-Quran Hadits.
2. Variable Terikat (Y) adalah : Minat belajar siswa
2.
- Menggunakan alat-alat
peraga
- Tidak pernah
menggunakan alat peraga
- Tidak pernah terlambat
- Tidak keluar ketika
mengikuti pelajaran
- Memperhatikan dan
mendengarkan pelajaran
- Acuh tak acuh terhadap
pelajaran
b. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung dan penulis mengadakan pencatatan bahan-bahan atau
data-data dari keterangan yang dibutuhkan dalam pembahasan skripsi ini.
c. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan mewawancarai
pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi disekitar
dalam pembahasan materi ini, seperti kepala sekolah, guru bidang studi
Al-quran hadits yang berada di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
d. Dokumentasi, yaitu penulis mencatat dokumen-dokumen tentang
pelatihan yang didikuti guru,laboratorium PAI di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta,serta data-data penelitian lainnya yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
e. Angket, yaitu berupa daftar pertanyaan yang harus diisi dan dijawab
oleh responden mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan
penelitian. Jumlah populasi siswa di Mts Pembangunan kelas 2 (dua),
yaitu sebanyak 155 orang siswa. Dan yang diambil sampelnya adalah
40% dari siswa kelas dua (2) yang dianggap paling mewakili yakni
sebanyak 31 siswa.
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data
Yang dimaksud dengan teknik analisa data dalam pembahasan
ini adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh
hasil akhir dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang penulis
tempuh dalam analisa data ini adalah:
1. Editing, yaitu memeriksa jawaban angket yang telah diserahkan oleh
responden kepada penulis. Tujuanya adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada didalam daftar pertanyaan. Bila
2. Scoring, pertanyaan angket yang telah dijawab oleh responden akan
ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan jawaban huruf
diubah menjadi nilai angka yaitu:
Bobot nilai secara positif secara positif(+)
a. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4
b. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3
c. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2
d. Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1
sedangkan bobot nilai secara negatife(-)
a. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 1
b. Alternative jawaban B mempunyai bobot nilai 2
c. Alternative jawaban C mempunyai bobot nilai 3
d. Alternative jawaban D mempunyai bobot nilai 4
3. Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah
dengan cara statistik melelui tabel Distribusi frekuensi relatife, juga
dinamakan tabel presentase, Dikatakan frekuensi relatif sebab
frekuensi yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya,
melainkan frekuensi yang dituangkan dalam angka persenan.Untuk
memperoleh frekuensi relatif (angka persenan), digunakan rumus
P= F X 100%
N
Keterangan :
P= Prosentase
F= Frekuensi (jumlah jawaban responden)
Skala presentase
NO Presentase (%) penafsiran
1. 100% Seluruhnya
2. 90%-99% Hampir seluruhnya
3. 60%-89% Sebagian besar
4. 51%-59% Lebih dari setengahnya
5. 50% Setengahnya
6. 40%-49% Hampir setengahnya
7. 10%-39% Sebagian kecil
8. 1%-9% Sedikit sekali
9. 0% Tidak ada sama sekali
4. Mencari angka korelasi
Dalam menguji efektifitas pelaksanaan metode drill terhadap
minat belajar siswa digunakan statistic “r”korelasi
setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah
selanjutnya adalah diadakan interpretasi data, yaitu:
a. Interpretasi kasar atau sederhana,yaitu dengan mencocokan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi”r”product moment”seperti
dibawah ini
Tabel 3
Angka Indeks korelasi “r” Product Moment Besarnya “r” Product Moment(rxy) Interpretasi
Antara variabel X dan variable Y
memang terdapat korelasi,akan tetapi
korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu
diabaikan(dianggap tidak ada korelasi
antara variabel X dan variabel Y)
Antara variabel Xdan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau yamg
rendah
Antara variable X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau
cukupan.
Antara varibel X dan varibel Y terdapat korelasi yang kuat atau yang tinggi
Antara variabel X dana variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau
hipotesis nihil (Ho).kemudian mencari derajat bebasnya (df atau db)
dengan rumus:2
df=N-nr
keterngan: df =derajat bebas(degrees of freedom)
N=banyaknya responden yang diteliti
nr=banyaknya variabel yang dikorelasikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta didirikan pada tanggal 7
Januari 1974 dan berlokasi dilingkungan kompleks UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sejarah berdirinya Madrasah Pembangunan tidak
terlepas dari jasa prakarsa para tokoh di lingkungan IAIN syarif
hidayatullah Jakarta dan Departemen Agama RI yang peduli terhadap
pendidikan serta memandang perlu didirikan sebuah lembaga pendidikan
dasar yang berkualitas sekaligus sebagai laboratorium fakultas tarbiyah
IAIN Jakarta saat itu dimulai pada awal tahun 1972, panitia pembangunan
gedung madrasah komprehensif dibentuk oleh Prof.Dr. H.M.Toha Yahya
Omar (alm) selaku rektor IAIN Jakarta. Kemudian pada Juni 1972
dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh menteri agama RI pada
masa itu, yakni Prof.H.A. Mukti Ali (alm), bertepatan dengan lustrum 111
IAIN Jakarta. Menandai pembangunan gedung madrasah.
Diserahterimakan dari pimpinan bagian proyek pembinaan bantuan untuk
madrasah swasta pemda DKI Jakarta kepada IAIN Jakarta
2. Kegiatan Kependidikan DiseKolah
Adalah kegiatan yang tak pernah lepas dari kegiatan belajar
mengajar dan kegiatan-kegiatan itu adalah kegitan yang melibatkan guru
dan siswa, dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan guru sepenuhnya
adalah:
kegiatan seminar-seminar keguruan
b. Dan kegiatan lainya yang melibatkan kepala sekolah adalah adanya
supervisi yang dilakukan kepala sekolah pada tiap satu ataupun dua
bulan sekali, selain melakukan supervisi kepala sekolah selalu
melakukan pengontrolan didalam kelas setiap kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
c. Penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar
Dalam kegiatan belajar guru bidang studi al-quran hadits,dan
seluruh guru bidang study lainya selalu menggunakan variasi metode
dalam mengajar, akan tetapi metode yang sering digunakan adealah
metode ceramah.
3. Sarana dan prasarana
Sarana pembelajaran sekoalah adalah untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa, kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan dukungan beragam fasilitas. Dalam
proses pembelajaran didalam kelas digunakan media seperti : Over Head
Projector (OHP), Audio visual Aids (AVA) dan perangkat komputer.
Adapun untuk keperluan praktikum berupa percobaan,pengamatan dan
pembuktian konsep, pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dan kebun
biologi.
Selain itu terdapatnya laboratorium pendidikan agama Islam yang
terdiri dari perangkat manasik haji yang lengkap dengan kabah,jumarat,
jumrah, makam ibrahim,kain ihram,boneka, kain kafan, kaset manasik
haji,kaset sholat, kaset wudhu,kaset untuk menghafal surat-surat pilihan,
hanya saja belum terdapatnya laboratorium khusus pelajaran al-quran
1. Analisis Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan penyebaran angket. Wawancara yang penulis lakukan adalah
dalam rangka mengetahui tentang efektifitas pelaksanaan metode drill pada
proses pembelajaran al-quran hadiits terhadap minat belajar siswa. Dan
penulis juga melakukan observasi kelapangan untuk mendapatkan data-data
yang akurat.
Angket ini disusun berdasarkan pokok penelitian dan indikator dari
Variabel yang diteliti yaitu:
a) Efektifitas pelaksanaan metode drill pada proses pembelajaran al-quran
hadits
b) Minat belajar siswa
Dari seluruh jawaban responden yang telah dikumpulkan, kemudian
ditabulasikan dengan rumus prosentase dan diolah hingga diperoleh
kesimpulan. Hal ini dapat dilihat dan dijelaskan dalam analisis data secara
keseluruhan.
Berikut ini dapat dilihat data tentang konsistensi berbusana muslimah
dan perilaku siswi sebagai berikut:
a. Efektifitas Pelaksanaan Metode Drill Pada Prosese Pembelajaran Al-quran Hadits
Untuk mengetahui tentang efektifitas pelaksanaan metode drill pada
proses pembelajaran Al-Quran Hadits, dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai
berikut:
Tabel.4.1
Memberikan hafalan secara singkat
setengah (32,2 %) responden menjawab “selalu” kemudian memberikan
hafalan secara singkat, hampir setengah (48 %) responden menjawab “sering”,
dan sebagian kecil (29,3%) responden menjawab ” Kadang-kadang”, (0 %)
menjawab “tidak pernah”. Dengan dmikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebagian besar guru memberikan hafalan secara singkat kepada siswa.
Tabel.4.2
Memberikan pengetahuan dasar sebelum pelajaran dimulai
No. Kategori F %
Selalu 12 38,7 %
Sering 11 35,5 %
Kadang-kadang 8 25,8%
2
Tidak pernah - -
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir
setengah (38, 7 %) responden menjawab “selalu” kemudian guru selalu
memberikan pengetahuan dasar sebelum pelajaran dimulai, dan hampir
setengah (35,5 %) responden menjawab “sering”, dan sebagian kecil (25,8%)
responden menjawab “Kadang-kadang”, (0 %) menjawab “tidak pernah”.
dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sebagian besar guru
memberikan pengetahuan dasar sebelum pelajaran dimulai.
Tabel.4.3
Menanyakan materi yang telah dihafal disaat pertemuan berikutnya
No. Kategori F %
Selalu 7 22,6%
Sering 16 51,6%
Kadang-kadang 8 25,8%
3
Tidak pernah - -
Jumlah 31 100 %
Berdasarkan informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa
sebagian kecil (22,6%) responden menjawab”selalu” kemudian menanyakan
materi yang telah dihafal saat pertemuan berikutnya, lebih dari setengah (51,6
%) responden menjawab “sering”, dan sedikit (25,8%) responden menjawab
materi yang telah dihafal disaat pertemuan berikutnya
Tabel. 4.4
kurangnya persiapan guru dalam memberikan latihan hafalan
No. Kategori F %
Dari informasi Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sedikit
(16,1%) responden menjawab”selalu”kemudian kurangnya persiapan guru
dalam memberikan latihan hafalan, sangat kecil (6,4 %) responden menjawab
“sering”, dan sebagian kecil (25,8 %) responden menjawab
“kadang-kadang”dan setengah (51,6 %) rmenjawab “tidak pernah”. dari informasi table
diatas ditarik kesimpulan bahwasanya sebagian besar guru tidak pernah
mempunyai kekurangan persiapan dalam memberikan latihan hafalan
Tabel.4. 5
Mempunyai persiapan dalam memberikan latihan hafalan
No. kategori F %
Selalu 20 64,5%
Sering 10 32,2 %
Kadang-kadang 1 -3,2%
5.
Tidak pernah - -
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa (64,5%)
responden menjawab ”selalu” guru mempunyai persiapan dalam
memberikan latihan hafalan , hamper mendekati setengah (32,2 %)
responden menjawab “sering ”, sedikit (3,2%) responden menjawab
“Kadang-kadang” (0 %) menjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan
bahwa hampir seluruhnya guru selalu mempunyai persiapan dalam
Dalam memberikan latihan guru menggunakan berbagai macam cara
No. Kategori F %
Selalu - -
Sering 8 25,8%
Kadang-kadang 1 3,2%
6.
Tidak pernah 22 70,9%
Jumlah 31 100 %
Dengan memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa (0%)
responden menjawab ”selalu”, sebagian kecil (25,8 %) responden menjawab
“sering” dalam memberikan latihan guru menggunakan berbagai macam cara,
sedikit (3,2 %) responden menjawab “Kadang-kadang” lebih dari setengah
responden (70,9 %) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa
dalam memberikan latihan sebagian besar guru al-quran hadits tidak pernah
memberikan latihan dengan menggunakan berbagai macam cara.
Tabel.4. 7
Memberikan latihan hafalan dengan suara bernada
No. Kategori F %
Selalu 4 12,9 %
Sering 9 29,3%
Kadang-kadang 16 76,1%
7.
Tidak pernah 2 6,4%
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas menunjukan bahwa sedikit (12,9 %)
responden menjawab ”selalu” memberikan latihan hafalan dengan suara
bernada, sebagian kecil (29,3%) responden menjawab “sering”, lebih dari
setengah ( 76,1 %) responden menjawab “Kadang-kadang” sedikit (6,4 %)
responden menjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar guru al-quran hadits kadang-kadang memberikan latihan hafalan dengan
Menguji hafalan siswa dengan menyusruh siswa maju satu persatu
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah
(45,1 %) respondem menjawab ”selalu” kemudian menguji hafalan siswa
dengan menyuruh siswa maju satu persatu,dan lebih dari setengah (51,6 %)
responden menjawab “sering”, dan sedikit (3,2 %) responden menjawab
“Kadang-kadang”dan (0%) responden menjawab “tidak pernah”. dari
informasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya guru al-quran hadits
sering menguji hafalan siswa dengan menyuruh siswa maju satu persatu.
Tabel.4. 9
Guru membarikan latihan hafalan kepada siswa dengan suara pelan-pelan
No. Kategori F %
Selalu - -
Sering 2 6,4 %
Kadang-kadang 14 45,1%
9.
Tidak pernah 15 48,3%
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa (0 %) respondem
menjawab”selalu” , kemudian sedikit responden(6,4%) menjawab “sering”,
hampir setengah (45,1 %) responden menjawab “Kadang-kadang”, (48,3%)
menjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa guru al-quran hadits
tidak pernah memberikan latihan hafalan kepada siswa dengan suara
Memberikan latihan hafalan kepada siswa dengan cara berkelompok
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sedikit
mendekati setengah (38,7%) responden menjawab “selalu” memberikan
latihan hafalan kepada siswa dengan cara berkelompok maupun individu,
lebih dari setengah (54,8 %) responden menjawab “sering”, sedikit (3,2 %)
responden menjawab “Kadang-kadang”, sedikit (3,2%) menjawab “ tidak
pernah”. Hal ini menunjukan bahwa guru al-quran hadits dalam mengajar
sering memberikan latihan kepada siswa dengan cara berkelompok maupun
individu.
Tabel.4.11
Memberikan latihan hafalan menggunakan alat peraga
No. Kategori F %
Dari informasi Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa hampir
setengah (45,1 %) respondem menjawab”selalu”kemudian memberikan
latihan hafalan dengan menggunakan alat peraga, hampir setengah (48,3 %)
responden menjawab “sering”, sedikit ( 6,4%) responden menjawab
“Kadang-kadang” (0%) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini berarti bahwa guru al-quran
Menggunakan alat peraga bervariasi(karton,alat petunjuk dll)
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa sedikit (8,1 %)
respondem menjawab”selalu”kemudian menggunakan alat peraga, sebagian
kecil (29,3%) responden menjawab “sering”, hampir setengah (41,9%)
responden menjawab “Kadang-kadang”, sedikit (12,9 %) menjawab “tidak
pernah”. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar guru al-quran hadits
kadang-kadang menggunakan alat peraga bervariasi.
Tabel.4.13
Melibatkan siswa dalam menggunakan alat peraga
No. Kategori F %
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa sedikit (9, %)
respondem menjawab”selalu” kemudian melibatkan siswa dalam
menggunakan alat peraga, sebagian besar (70,9 %) responden menjawab
“sering ”, sebagian kecil (16,1 %) responden menjawab “Kadang-kadang”,
sedikit (3,2 %) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa guru
al-quran hadits sering melibatkan siswa dalam menggunakan alat peraga.
Tabel.4.14
Memberikan tugas siswa hafalan dirumah
(51,6 %) responden menjawab”selalu”kemudian memberikan tugas siswa
hafalan dirumah, mendekati setengah(41,9%) responden menjawab “sering ”,
sedikit (6,4 %) responden menjawab “kadang-kadang”, (0 %) rmenjawab
“tidak pernah”. Hal ini berarti bahwa guru al-quran hadits hampir selalu
memberikan tugas siswa hafalan dirumah.
Tabel.4. 15
Memberikan latihan dengan suara yang keras
No. Kategori F %
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah
(45,1 %) respondem menjawab”selalu”kemudian memberikan latihan dengan
suara yang keras, hampir setengah (48,3 %) responden menjawab
“sering”,sedikit ( 3,2 %) responden menjawab “Kadang-kadang”, sedikit (3,2
%) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa guru al-quran
hadits hampir sering memberikan latihan dengan suara yang suara.
b. Minat belajar siswa
Untuk mengetahui tentang minat belajar siswa dapat dilihat pada
tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel.4.16
keluar kelas ketika mengikuti pelajaran
No. Kategori F %
Selalu - -
Sering 1 3,2%
Kadang-kadang 5 16,1%
16.
Tidak pernah 25 80,6%
Jumlah 31 100 %
Berdasarkan informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa (0%)
responden tidak ada yang menjawab ”selalu” , kecil (3,2%) responden
“Kadang-Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa-siswi tidak pernah keluar
kelas ketika pelajaran berlangsung.
Tabel.4.17
Memperhatiakn mendengarkan ketika guru sedang mengajar
No. Kategori F %
Selalu 7 22,5%
Sering 17 54,8 %
Kadang-kadang 7 22.5%
17.
Tidak pernah - -
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sedikit (22,5
%) respondem menjawab”selalu” kemudian memperhatikan,memdengarkan
ketika guru sedang mengajar (54,8 %) responden menjawab “sering”, sedikit
(22,5 %) responden menjawab “Kadang-kadang” (0 %) rmenjawab “tidak
pernah”. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa siswi selalu
memperhatikan, mendengarkan ketika guru sedang mengajar.
Tabel.4.18
Acuh tak acuh terhadap pelajaran
No. Kategori F %
Selalu - -
Sering 3 9,6%
Kadang-kadang 12 38,7%
18.
Tidak pernah 16 51,6%
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa tidak ada
responden yang menjawab “selalu” (0%) kemudian acuh tak acuh terhadap
pelajaran, (9,6%) responden menjawab “sering”, hampIr setengahnya
responden (38,7%) menjawab “Kadang-kadang”, setengah persen responden
(51,6 %) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa siswa siswi
Mengobrol dengan teman ketika guru sedang menerangkan
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sedikit (6,4 %)
menjawab ”selalu” mengobrol dengan teman ketika guru sedang
menerangkan, sebagian kecil (9,6 %) responden menjawab “sering”, sedikit
(6,4 %) responden menjawab “Kadang-kadang”sebagian kecil (77,4%)
responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar siswa siswi tidak pernah mengobrol dengan teman ketika guru sedang
menerangkan
Tabel.4.20
Mendiskusikan dengan teman apabila mengalami kesulitan pada mata pelajaran Al-Quran Hadits
No. Kategori F %
Selalu 3 9,6 %
Sering 15 48,3 %
Kadang-kadang 12 38,7%
20.
Tidak pernah 1 3,2%
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jawaban sedikit
(9,6 %) responden menjawab ”selalu”kemudian mendiskusikan dengan teman
apabila mendapat kesulitan pada mata pelajaran al-quran hadits, hampir
setengah (48,3 %) responden menjawab “sering”, mendekati setengah (38,7
%) responden menjawab “Kadang-kadang” (3,2 %) rmenjawab “tidak
pernah”. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa siswi sering
mendiskusikan pelajaran al-quran hadits apabila mendapatkan kesulitan dalam
Mengulang pelajaran dirumah apa yang telah diberikan guru disekolah
Dari informasi tabel di atas dapat dikemukakan bahwa sebagian kecil
(6,4 %) responden menjawab ”selalu” kemudian mengulang pelajaran
dirumah apa yang telah diberikan guru disekolah, kurang dari setengah
(25,8%) responden menjawab “sering”, lebih dari setengah ( 64,5 %)
responden menjawab “Kadang-kadang” (3,2 %) rmenjawab “tidak pernah”.
Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh siswa siswi kadang –kadang
mengulang pelajaran dirumah apa yang telah diberikan guru disekolah
Tabel.4.22
Belajar meskipun tidak ada ulangan
No. Kategori F %
Selalu 1 3,2 %
Sering 10 32,2 %
Kadang-kadang 17 54,8%
22.
Tidak pernah 3 9,7 %
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel diatas dapat dikemukakan sedikit (3,2 %)
responden menjawab ”selalu” kemudian belajar meskipun tidak ada ulangan, mendekati setengah (32,2 %) responden menjawab “sering”, lebih dari
setengah (54,8 %) responden menjawab” Kadang-kadang” sedikit (9,7 %)
responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa hampir
Mencari informasi untuk memperdalam pelajaran al-quran hadits
Dari informasi tabel diatas dapat dikemukakan bahwa (6,4 %)
menjawab ” Selalu”,kemudian (6,4 %) responden menjawab “Sering”,
setengahnya (58,6 %) responden menjawab “Kadang-kadang” mencari
informasi untuk memperdalam pelajaran al-quran hadits, sebagian kecil (29,3
%) responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini berarti bahwa seluruh
siswakadang-kadang mencari informasi untuk memperdalam pelajaran
Al-Quran Hadits
Kadang-kadang 5 16,1%
24.
Tidak pernah - -
Jumlah 31 100 %
Dari informasi table di atas menunjukan bahwa jawaban hampir
setengah (41,9%) responden menjawab ”selalu”kemudian berusaha menguasai
materi pelajaran, hampir setengah (41,9 %) responden menjawab”sering “,
sebagian kecil (16,1 %) responden menjawab “Kadang-kadang” (0 %)
responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh
Tetap belajar walaupun guru tidak masuk
Dari informasi tabel diatas dapat diketahui bahwa sedikit (6,4 %)
responden menjawab ”selalu” kemudian tetap belajar meskipun guru tidak
masuk, sebagian kecil(12,9 %) responden menjawab “sering” lebih dari
setengah (80,6%) responden menjawab “Kadang-kadang”, sebagian kecil (0
%) responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa hampir
seluruh siswa kadang-kadang tetap belajar walaupun guru tidak masuk.
Tabel.4.26
Mengikuti pelajaran al-quran hadits sesuai dengan jadwal atau tepat waktu
No. Kategori F %
Dari informasi tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
(54,8 %) responden menjawab ”selalu”kemudian mengikuti pelajaran al-quran
hadits sesuai dengan jadwal atau tepat waktu ,dan sebagian kecil (29,3 %)
responden menjawab “sering”, sebagian kecil (16,1 %) responden menjawab
“kadang-kadang” , (0%) responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini
menunjukan bahwa hampir seluruh siswa selalu mengikuti pelajaran al-quran
Senang mengikuti pelajaran al-quran hadits dengan menggunakan metode drill
No. Kategori F %
selalu 4 12,9%
Sering 13 41,9 %
Kadang-kadang 13 41,9%
27.
Tiadak pernah 1 3,2%
Jumlah 31 100 %
Dari informasi tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil
(12,9 %) responden menjawab ”selalu” senang mengikuti pelajaran al-quran
hadits dengan menggunakan metode drill, hamper setengah (41,9 %)
responden menjawab “sering”, hamper setengah (41,9 %) responden
menjawab “kadang-kadang”, sedikit (3,2 %) responden rmenjawab “tidak
pernah”. Hal ini menunjukan bahwa hampir dari setengah siswa senang
mengikuti pelajaran al-quran hadits dengan menggunakan metode drill.
Tabel.4.28
Mengikuti pelajaran meskipun sakit
No. Kategori F %
Dari informasi tabel di atas menunjukan bahwa sedikit (9,7 %)
responden menjawab ”selalu” mengikuti pelajaran meskipun sakit, hampir
setengah (45,1 %) responden menjawab “sering”, sebagian kecil (29,3 %)
responden menjawab “Kadang-kadang” sebagian kecil (16,1 %) responden
rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini berarti bahwa hamper setengah seluruh
Menghafal pelajaran meskipun tidak ada hafalan
Dari nformasi tabel di atas dapat diketahui bahwa sedikit (3,2%)
responden menjawab ”selalu” Menghafal pelajaran meskipun tidak ada
hafalan, sebagian kecil (16,1 %) responden menjawab “sering”, lebih dari
setengah (61,2 %) responden menjawab “Kadang-kadang”sebagain kecil
responden (19,3 %) rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan bahwa
hampir seluruh siswa menghafal pelajaran meskipun tidak ada hafalan.
Tabel.4.30
Mengikuti guru yang sedang menghafal didepan kelas
No. Kategori F %
Dengan memperhatikan tabel diatas dapat diketahui bahwa sedikit (6,4
%) responden menjawab ”selalu” kemudian mengikuti guru yang sedang
menghafal didepan kelas, lebih dari setengah (51,9 %) responden menjawab
“sering”, dan hamper setengah (41,9 %) responden menjawab
“Kadang-kadang” (0 %) responden rmenjawab “tidak pernah”. Hal ini menunjukan
bahwa lebih dari setengah dari seluruh siswa selalu mengikuti guru yang
sedang menghafal didepan kelas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara Variabel X dan
Variabel Y maka langkah selanjutnya yaitu hasil perhitungan penyebaran
angket untuk mencari data dan memperoleh angka indeks kolerasi antara
Variabel X (Efektifitas pelaksanaan metode drill pada proses pembelajaran
Al-Quran Hadits) dan Variabel Y (minat belajar siswa) dapat dilihat
Tabel.4.31
Tabel.4.32
Perhitungan untuk mencari data Variabel Y dari hasil penyebaran angket Item
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks kolerasi antara Variabel X dan Variabel Y
No X Y XY X2 Y2