• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

SKRIPSI

Oleh:

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

FAKULTAS EKONOMI

(2)

i

PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

FAKULTAS EKONOMI

(3)

ii

PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

Diajukan oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI

20110430067

Telah disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing

Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si. Tanggal, 2 April 2016

(4)

iii

THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015

Diajukan oleh

MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal, 2 April 2016

Yang terdiri dari

Masyhudi Muqorrobin,M.Ec.,Ph.D.,Akt. Ketua Tim Penguji

Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si.Dr. Nano Prawoto. S.E., M.Si.

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

Nomor Mahasiswa : 20110430067

menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”KETERGANTUNGAN

PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN

YOGYAKARTA TAHUN 2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain

maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 2 April 2016

(6)

v

(professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah

untuk keluarganya maka dia serupa dengan mujahid di jalan Allah Azza

wajalla.”(HR. Ahmad)

“Jadiaknlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya

yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”

(QS. 2: 45)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan

boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. 2: 216)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.”

(Kahlil Gibran)

“Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you.”

“Do whatever you like, be consistent, and success will come naturally.”

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)

“Talk Less Do More, Short Less Will More” (Chandra Liow)

(7)

vi

Orangtua tercinta, mama yang sudah melahirkan , merawat dari kecil

hingga sekarang, mengingatkan disaat aku salah, yang paling pertama

menyetujui permintaan anaknya dan yang telah mengajarkanku menjadi

orang yang sabar. Untuk bapak yang sudah berjuang keras menafkahi

keluarga kecil kami, yang selalu sayang dan khawatir dengan anaknya.

Terima kasih untuk motivasi terbesar dari kalian, terima kasih untuk

kasih sayang dan doa yang tak pernah putus, semoga ini bisa menjadi

hadiah kecil untuk kalian.

Kakak tersayang, Ratma Maulya Rosie. terima kasih untuk perhatiannya

selama ini.

Kekasih yang roni sayangi, Gayatri Hutami Putri. Yang udah sabar

ngadepin roni, terimakasih telah menjadi teman baik dan kekasih setia

yang mau menemani roni di saat sedih dan bahagia.

Teman-teman roni terkacau, Oben, Alfat, Obed, Moulan AM, Putri Iva,

Upi, Oyan, Keluarga Kartel Squad, Keluarga Baciro YK yang selalu ada

baik saat senang dan sedih. Terima kasih telah menjadi sahabat paling

dekat selagi aku di jogja.

Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, untuk

Ami, Risma, Adam, Nurul, Rona yoyok, Mas Tommy. Terima kasih

karena tak pernah lelah membantu dan menemani dalam pembuatan

(8)

vii

lulusnya.

Untuk semua orang yang telah membantu, menyemangati dan

mendoakan dari jauh, yang namanya tidak tersebut dalam halaman

(9)

viii

menjadi apa-apa. Terima kasih Ya Allah atas limpahan nikmat, karunia

dan hidayahNya……

Bu Lilis selaku DPA dan sekaliguas DPS. Terima kasih ibu atas waktu

yang diluangkan untuk mahasiswanya, terima kasih atas ilmu dan

masukan yang selalu membantu……

Segenap dosen FE UMY yang telah mendidik dan memberikan ilmunya

(10)

ix

Terhadap Rentenir di Pasar Prawirotaman Yogyakarta Tahun 2015. Dalam

penulisan penelitian ini, data yang di gunakan merupakan data primer, data primer

memiliki arti bahwa data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir, sedangkan sebagai variable

independennya yaitu Kepercayaan, Kemudahan, Kenyamanan, dan Keuntungan.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis cross section dengan

model Analisis Regresi Linier Berganda dengan fungsi pada masing-masing

variabel diubah dalam bentuk diferensial logaritma (log), dimana variable-variabelnya merupakan variabel yang datanya bersifat kuantitatif.

Berdasarkan pada uji t, hasil penelitian menunjukan bahwa variable

independen Rasio “Kepercayaan dan Kenyamanan” berpengaruh signifikan

terhadap Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dan variable

independen rasio “Kemudahan dan Keuntungan” tidak berpengaruh signifikan

(11)

x

Moneylenders at Prawirotaman Traditional Market 2015. The which is used in

this research is primary data, whose content is collected by the researcher.

Dependent variable which is used in this research is The Dependence Of

Traders Towards Moneylenders, meanwhile, the independent variable are trust,

facility, comfort, and advantage. The analytical method which is used is cross

section analytical method, specifically in regression linier risks and the functions

in each variable which is change into logarithm differential from (log) which are

quantitative.

According to research, the result indicates that ratio of independent

variable “Trust and Comfort” Significantly influences the issue, meanwhile ratio

(12)

xi

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang

telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi

dengan judul ”Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Relevansi Nilai Informasi

Akuntansi dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi

para pembaca dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Dalam menyusun skipsi ini, penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini

tidak akan selesai sesuai yang penulis harapkan tanpa adanya bimbingan,

motivasi, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., Msi. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. selaku kepala Program Studi Ilmu

Ekonomi.

3. Lilies Setiartiti Dra., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan

(13)

xii

5. Orangtua, saudara dan segenap keluarga besar yang selalu memotivasi dari

jauh.

6. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Ekonomi dan khususnya yang

setia menghibur, memberi semangat, dan membantu jalannya skripsi ini.

7. Seluruh pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga tentu saja skripsi ini masih banyak kesalahan dan

kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca dan semua pihak demi kebaikan skripsi ini.

Semoga ilmu yang terkandung dalam skripsi ini dapat berkembang dan

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya rabbal ’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,

(14)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang Penelitian………. 1

1.2.Rumusan Masalah………. 6

1.3.Tujuan Penelitian……….. 7

1.4.Manfaat Penelitian………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 9

2.1.Landasan Teori………. 9

(15)

xiv

2.1.5.Dampak Negatif dan Positif Renternir………... 13

2.1.6.Definisi Usaha Mikro………... 15

2.1.7.Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 16

2.1.8.Masalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 19

2.1.9.Pasar Tradisonal………...….... 24

2.1.10.Definisi Kredit Mikro………... 28

2.1.11.Faktor yang Mempengaruhi Kredit Informal... 31

2.2.Penelitian Terdahulu……….………..31

2.3.Hipotesis……….……… 39

BAB III METODE PENELITIAN……….... 41

3.1.Obyek Penelitian……….... 41

3.2.Jenis Data………... 41

3.3.Teknik Pengambilan Sampel……….. 42

3.4.Teknik Pengumpulan Data………... 43

3.5.Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 43

3.6.Uji Kualitas Data……… 44

3.7.Uji Hipotesis dan Analisis Data………. 47

3.7.1.Analisis Regresi Linier Berganda……….. 47

3.7.2.Uji Asumsi Klasik………... 48

(16)

xv

4.2.Karakteristik Responden….……… 54

4.3.Uji Kualitas Instrumen……….... 56

4.3.1.Uji Validitas……….……… 57

4.3.2.Uji Reabilitas……….………... 61

4.3.3.Uji Asusmsi Klasik……….……. 65

4.4.Uji Hipoteisis……..………. 68

4.4.1.Model Regresi Linier Berganda……….………. 68

4.4.2.Uji Koefisien Determinasi……….………... 73

4.4.3.Uji F……….……... 73

4.4.4.Uji T……….……….... 74

4.5.Pembahasan………. 76

BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan...………..………. 81

5.2.Saran…..……….. 81

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 55

Tabel 4.3 Klasisikasi Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman ... 56

Tabel 4.3.1Hasil Uji Validitas………. ... 57

Tabel 4.3.2 Hasil Uji Reabilitas……….. ... 61

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinealitas………... 67

Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda………..…... 69

Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi………. ... 73

Tabel 4.17 Hasil Uji F……… ... 74

Tabel 4.18 Hasil Uji T……… ... 75

(18)

xvii

4.1Hasil Uji Heteroskedastisitas……… ... 66

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Persoalan ekonomi merupakan hal yang penting dan cukup mendasar dalam

roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan

berdampak pula pada keberlangsungan hidup manusia. Aktifitas ekonomi sudah

berjalan sejak manusia diciptakan seriring dengan perjalanan waktu, aktifitas

tersebut terus bergeliat dengan bentuk dan cara-cara tertentu yang disesuaikan

dengan zaman. Pembahasan ekonomi tidak akan luput dari persoalan pasar. Jika

diibaratkan, pasar merupakan tempat berlangsungnya aktifitas perekonomian

berada.

Pasar dijelaskan sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling

berinteraksi saling tarik menarik, kemudian menciptakan harga barang di

pasar-pasar modern atau pasar-pasar tradisonal merupakan pasar-pasar yang memiliki aktivitas jual

beli yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang

tunai. (Prianto 2008)

Dalam pandangan ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli.Untuk menentukan kesepakatan harga dalam rangka pertukaran barang,

jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.Aktifitas

(20)

tidak akanada perdagangan tanpa pasar, dan pasar tidak akan terbentuk jika tidak

ada perdagangan.

Hal yang paling mendasar dalam proses perdagangan adalah adanya interaksi

sosial. Interaksi tersebut meahirkan norma dan sanksi seperti halnya awal

terbentuknya masyarakat, dimana peran semua aktor sangatlah penting. Tak aka

nada pedagang tanpa pembeli, begitu sebaliknya, dan tidak ada pasar tanpa kedua

belah pihak tersebut. Namun tidak hanya kedua aktor itu saja, masih ada pihak

lain yang disebut rentenir.

Mayoritas pedagang dan petani mengandalkan kredit dari rentnir yang mudah

tanpa syarat dan jaminan.Selain itu, pada tahun-tahun tersebut, kebijakan

perbankan Indonesia cenderung memihak pada orang-orang kaya.Belum ada

kredit berskala kecil yang ditawarkan untuk mengurangi resiko kredit

macet.Selain itu, syarat yang diberlakuakan oleh bank sangat rumit, sehingga

untuk golongan petani dan pedagang sudah pasti tidak lolos.(Nugroho2001).

Seiring dengan arus globalisasi ekonomi begitu cepat, kedua jenis pasar ini

bersaing dengan ketat.Keberadaan pasar tradisonal terdesak oleh keberadaan

pasar-pasar modern seperti supermarket atau mall. Dibeberapa tempat, letak

kedua pasar ini saling berdekatan di wilayah Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) misalnya, pasar nologaten yang bersejajaran dengan

Ambarukmo Plaza begitu pula dengan pasar pasar Demangan yang berdegatan

(21)

Maraknya keberadaan supermarket atau mall adalah sebuah tantangan yang

harus dihadapi para pedagang pasar tradisonal agar mereka tetap bisa melakuakan

aktifitas ekonomi persaingan ekonomi tidak hanya didasarkan atas persaingan

harga. Akan tetapi, bias menyangkut persoalan modal inovasi, kreativitas dan lain

sebagainya.

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai

macam masalah.Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak

bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani.Tetapi

juga berbeda antar wilayah atau lokasi.Masalah yang sering dihadapi UMKM

yaitu kesulitan pemasaran sering dianggap sebagai salah satu aspek kendala kritis

bagi perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan

masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan.Keterbatasan keuangan

yang sering mengemukakan setiap pembincangan usaha kecil adalah lemahnya

bidang keuangan.Pengusaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas kepada

sumber permodalan, kendala modal tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan

modern karena pengusa kecil tidak dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.

Banyak para pengusaha UMKM tidak leluasa dalam mengembangkan usaha

karena terkendala dalam permodalan.Jumlah tenaga kerja juga berpengaruh

terhadap pengembarang usaha karena dapat meningkatkan kuantitas produksi dan

membantu operasional manajemen. Disamping itu lama usaha juga

mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha akan semakin meningkat. Bahkan

(22)

UMKM dari dulu. Banyak para pelaku usaha mikro di Kabupaten Sleman yang

tidak mendapatkan kredit karena mengharuskan adanya kelengkapan surat-surat

izin usaha dan juga tingkat suku bung yang cukup tinggi. Padahal cukup banyak

pelaku UMKM yang bentuk usahanya belum memiliki izin usaha tetapi sangat

produktif dan menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

UMKM sangat membutuhkan Lembaga Keuangan seperti Perbankan, BMT,

BPR Banyak lembaga keuangan di Indonesia baik asing maupun lokal yang

sangat tertarik dalam pemberian kredit atau pembiyaan kepada para pengusaha

UMKM karena besarnya pangsa pasar yang dimiliki UMKM. Namun, ada

berbagai kendala dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan oleh

perbankan, diantaranya wilayah jangkauan, jumlah peminjaman UMKM kecil,

ketidakmampuan UMKM dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan bank

hingga permasalahn dalam pengembalian kredit tersebut. Oleh karena itu,

Lembaga Keuangan yang cocok untuk menghadapi hambatan pembiayaan

UMKM adalah Lembaga Keuangan Mikro.

Sampai sekararang perkembangan usaha UMKM masih saja menghadapi

masalah dan kendala yang krusial, yakni sangat minimnya permodalan yang

mereka miliki untuk pengembangan usaha.Mereka masih sering menjumpai

kendala klasik dalam mengakses kesumber-sumber permodalan formal karena

dihadang oleh berbagai persyaratan yang bersumber dari prinsip kehati-hatian

bank dan didukung oleh pemerintah yang tertuang dalam UU No, 10 tahun 1998

(23)

Persoalan modal merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari

para pelaku usaha mikro atau informal seperti pedagang pasar.Bagi pedagang

pasar, permodalan merupakan unsur yang terpenting dalam mendukung

peningkatan produksi dan pendapatan dalam rangka peningkatan

kesejahteraannya.Modal memiliki pengaruh besar atas keberlangsungan serta

geliat ekonomi pasar. Jika ketersediaan modal minim maka geliat ekonomi pasar

pun akan lemah dan berdampak langsung pada tarap kesejahteraan ekonominya.

Sebaliknya, persoalan modal juga menjadi sebuah kendala tersendiri untuk tetap

menjalankan usahanya.

Permasalahan lainnya adalah pihak bank kurang berminat untuk melayani

pinjaman untuk usaha mikro atau sektor informal.Hal ini disebabkan karena

keperluan permodalan atau pinjamannya sangat kecil disertai dengan resiko yang

besar dan memakan banyak tenaga dan biaya, sehingga tidak ekonomis menurut

ukuran bank umum.Padahal mereka sedang dituntut untuk bekerja secara efisien

karena persaingan antara perbankan yang semakin ketat.

Akhirnya, sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan permodalan, para

pelaku usaha mikro terpaksa mencari dari para pelepas uang seperti tengkulak dan

rentenir, yang memberikan kredit dengan bunga yang sangat tinggi.Yaitu dengan

bunga yang berkisaran antara 10 dan 30 persen per bulan.

Eksistensi rentenir ditengah-tengah pelaku usaha mikro sudah menjadi rahasia

(24)

modal dari bank. Hal ini bias dilihat dari persyaratan pinjaman yang diberikan.

Permintaan pinjaman kepada rentenir bahkan cukup dengan modal perkenalan

atau KTP.Berbeda dengan bank mengharuskan adanya syarat-syarat lain seperti

laporan pendapatan usaha.Selain itu, rentenir memberikan tenggang waktu untuk

melunasi pinjaman dengan fleksibel.

Berdasarkan penelitian diatas, berbagai kemudahan pinjaman modal tentu

memberikan pengaruh besar kepada rentenir untuk mendapatkan dana pinjaman

modal. Untuk mengetahui kondisi tersebut.Maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR

TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dilihat dari

aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan keuntungan?

2. Mengapa pedagang pasar prawirotaman masih mempertahankan adanya

(25)

1.3.Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap

rentenir dilihat dari aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan

keuntungan.

2. Menganalisis penyebab pedagang pasar prawirotaman memilih meminjam

modal kepada rentenir.

1.4.Manfaat penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Praktisi :

a. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam

pengembangan serta pemberdayaan sektor usaha mikro, khususnya

menyangkut pinjaman modal.

b. Bagi Pedagang, penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif

bagi Pedagang dan umumnya bagi masyarakat Yogyakarta dalam

mengembangkan dan meningkatkan kualitas internal pasar maupun

eksternal masyarakat sekitar serta dapat memberikan masukan untuk

arah kebijakan pemerintah. Khususnya menyangkut pinjaman modal.

c. Masyarakat, Penelitian ini diharapkan menambah dan memperkaya

hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan,

(26)

2. Akademisi :

Bagi Pelajar atau Mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat

(27)

9 1.1.Landasan Teori

1.1.1Definisi Pedagang

Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli barang

atau jasa dipasar (Pemkot Yogyakarta, 2009).

Dalam konteks usaha mikro, pedagang Mikro adalah suatu bentuk

kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang banyak dilakukan oleh sebagian

masyarakat lapisan bawah dengan sektor informal atau perekonomian

subsisten, dengan cirri-ciri tidak memperoleh pendidikan formal yang tinggi,

keterampilan rendah, pelanggannya banyak berasal dari kelas bawah, sebagian

pekerja adalah keluarga dan dikerjakan secara padat karya serta penjualan

eceran, dengan modal pinjaman’7v dari bank formal kurang dari dua puluh

lima juta rupiah guna modal pinjaman dari bank formal kurang dari dua puluh

lima juta rupiah guna modal usahanya (Deperindag, dan Abdullah et, et. al:

1996).

Di dalam aktivitas perdagangan, Pedagang adalah orang atau instusi

yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan

menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : pedagang

(28)

menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA

membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan

yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi

keluarga. Berdasarkan ppenggunaan dan pengelolaan pendapatan yang

diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :

a. Pedagang profesonal yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya

begi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi-profesonal yaitu pedagang yang mengakui aktivitas

perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil

perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedangang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi

keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani

yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.

d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi

waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan

perdagangan sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan

mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam

(29)

1.1.2Perilaku Pedagang

Perilaku pedagang di pasar tradisonal menurut (Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :

a. Jumalah pedagang yang saling meningkat

Jumlah pedangan yang ingin berjualan di pasar tradisonal dari waktu ke

waktu mengalami peningkatan.Hal ini berdampak pada kebutuhan tempat

yang juga semakin meningkat.Jika tempat tidak tersedia, maka timbul

pemaksaan dan mengabaikan tata ruang pasar.

b. Kesadaran yang rendah terhadap kedisiplinan, keberasilan dan

ketertiban.Para pedagang yang umumnya berpendidikan rendah, tidak

memiliki kesadaran yang tinggi tentang perlunya kedisiplinan, kebersihan,

danketertiban. Kondisi ini dibiarkan oleh para pengelola pasar tanapa ada

keinginan untuk melakukan proses edukasi atau pelatihan secara berkala

terhadap pedagang.

c. Pemahaman yang rendah terhadap konsumen selalu berubah-ubah, tetapi

para produsen dan pedagang tidak bisa mengikutinya karetna terbatasnya

pedagang pengetahuan dan informasi. Mereka pada umumnya

berkembang secara alamiah tanpa ada persiapan untuk memasuki era

persaingan.

Masalah yang bisa dihadapi oleh pedagang di pasar tradisonal adalah

(30)

1.1.3Ciri-ciri Pedagang Tradisonal

Adapun ciri-ciri dari pedagang pasar tradisonal adalah sebagai berikut :

a. Modal yang mereka punya relative kecil

Para pedagang tak mempunyai keberanian mendatangi bank umum untuk

memperolah modal, mengingat rumitnya prosedur dan persyaratan yang

sulit mereka penuhi.Apalagi kebanyakan dari mereka buta huruf dan tak

punya asset sebahagia jaminan. Akhirnya mereka-meraka berpaling pada

rentenir, yang setiap saat mampu memberikan pinjaman dengan cepat,

tanpa butuh waktu lama dan proses yang rumit.

b. Biasanya mereka melakukan perdagangan hanya memenuhi kebutuhan

saat itu. Maksudnya para pedagang tradisonal biasanya kurang

memperhitungkan adanya tabungan masa depan.pendapatan yang mereka

dapatkan lansung mereka belikan ke barang dagangan, beli keperluan

sehari-hari dan tentunya membayar cicilan hutang.

c. Pendidikan para pedagang relative rendah bahkan buta huruf sehingga

mereka kurang melihat prospek masa akan datang, bagi mereka

perdagangan yang mereka lakukan selama telah memenuhi kebutuhan

sudah cukup. Lebih cenderung memilih melakuan pinjaman kepada

(31)

1.1.4Definisi Rentenir

Secara awam dapat didefinisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit

melalui penarikan bunga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rentenir adalah orang

yang memberikan nafkah dan membuangkan uang/tukar riba/pelepas

uang/lintah darat (KBBI,1990: 457).

Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen

kapitalis yang seluruh aktivitasnya untuk mencari profit. Dengan demikian

dapat dikatanakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai

“lintah darat” di satu sisi karena menarik bunga yang tinggi, tetapi sekaligus

sebgai “agen perkembangan” pada sisi yang lain karena menompang dinamika

perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat.

Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi

para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung maupun

tidak langsung. Secara langsung kredir dari rentenir itu kegiatan produksi,

sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi, baik

yang wajar hingga yang kosumtif (Heru Nugroho, 2001 : 18 : 36 : 245).

1.1.5Dampak Negatif dan Positif Rentenir

Dampak-dampak negatif dari lembaga keuangan pedesaan adalah (Teguh,

(32)

a. Bersifat eksplotatif karena adanya kehendak mendapatkan keuntungan yang relative besar dari pemberi kredit.

b. Dalam jangaka waktu yang relative lama kredit ini mengurangi

konsumsi dan produksi dimasa dating.

c. Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif

sehingga mengurangi kegiatan produktif masyarakat dimasa yang akan

dating.

d. Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relative jauh

dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian

konsumsi bagi masyarakat dimasa akan dating dan menimbulkan

tabungan yang diperiksakan.

e. Menghambat proses pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.

f. Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan

kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan

pada pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.

Dampak positif dari lembaga kuangan kredit pedesaan :

1. Dalam kondisi mendesak, lembaga kredit dapat membantu krisis

keuangan sementara.

2. Eksistensi lembaga keuangan informal dalam waktu yang relative

singkat dapat meningkatkan konsumsi dan prestasi masyarakat.

(33)

1.1.6Definisi Usaha Mikro

Menurut Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang di jalankan oleh

rakyat miskin atau mendekati miskin dengan ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga,

mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumber daya local, serta

lapangan usaha yang mudah dimasuki dan ditinggalkan.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 Tanggal

29 Januari 2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau

perorangan yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per

tahun, dan dapat mengajukan kredit kepada bang yang paling banyak Rp 50

juta.Ciri-ciri Usaha Mikro, antara lain:

a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang

sederhana, atau masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca

usahanya.

b. Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rata-rata sanget rendah,

umumnya tingkat SD, dan belum memilikinya jiwa wirausaha yang

memadai,

c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal

rentenir atau tengkulak,

d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP

e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang dari

(34)

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen

pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam meningkatkan

intermediasinya, karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan

unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: (Ismeth

Abdullah, infokop edisi 24 th.2004)

1. Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan

usahanya tetap berjalan bahkan mampu berkembang, karena biayanya

manajemennya yang relatif rendah.

2. Pada umumnya para pelaku mikro tekun, sederhana, serta dapat menerima

bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

1.1.7Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Menurut Rudjito (2003:40) setidaknya ada empat aspek utama yang menjadi

alasan mengapa UMK memiliki peran strategis yaitu:

a. Aspek manajerial yaitu meliputi peningkatan produktivitas, omzet, tingkat

itilisasi, tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan

pengembangan sumber daya manusia.

b. Aspek permodalan, yaitu meliputi bantuan modal (penyisahan 1-5%

keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha

(35)

c. Pengembangaan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem

bapak-anak angkat,PIR keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulur (backward limkage), modal ventura atau subkontrak.

d. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah

berbentuk PIK (pemukiman industri kecil), LIK (lingkungan industri kecil)

yang didukung UPT (unit pelayanan teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh

Industri).

e. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok

usaha bersama), kopinkra (koperasi industri kecil dan kerajinan)

Menurut lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan

tersebut , UMK paling tidak menghadapi empat masalah yaitu :

1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai

informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan

formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.

2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman

yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun

waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material

sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan

kelayakan usaha.

(36)

4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti

perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.

UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah

dalam pasal disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan

menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro dan kecil selain memiliki peran penting dalam

penyerapan tenaga kerja ,usaha mikro dan kecil juga sebagai mediasi proses

industrialisasi suatu negera anderson (dikutip sulistiyastuti 2004) membangun

suatu tipologi untuk tahap-tahap industrialisasi suatu negara.

Noer Soetrisno (2004) menjelaskan usaha mikro dan kecil. Memiliki

peran penting dalam perkembangan ekonomi yang yang ditunjukan dalam

sejumlah indikator sebagai berikut :

a. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana

usaha besar (UB) belum bangkit, banyak pakar memperkirakan hal

tersebut kontribusi dari usaha mikro dan kecil selain dari sektor ekonomi.

b. Hari survei 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu usaha mikro dan

kecil diseluruh indonesia menunjukan bahwa 4 persen saja usaha mikro

(37)

omzet 31 persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru

berkembang.

c. Thecnical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei

terhadap 500 usaha mikro dan kecil di medan dan semarang yang

memberikan hasil bahwa 78 persen usaha mikro dan kecil menjawab tidak

terkena dampak krisi moneter.

1.1.8Masalah yang dihadapi usaha mikro dan kecil (UMK)

Perkembangan usaha mikro dan kecil di indonesia tidak lepas dari

bebagai macam masalh tingkat itensitas dari masalah-masalah tersebut tidak

bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi

juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau

subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor

yang sama (tambunan, 2002), meski demikian masalah yang sering dihadapi

oleh usaha mikro dan kecil menurut tambunan (2002) :

a. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi

perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait

dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar

domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di

(38)

b. Keterbatasan financial

Usaha mikro dan kecil. Khususnya di indonesia menghadapi dua masalah

utama dalam aspek financial: mobilitas modal awal (star up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk infestasi yang sangat

diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang

c. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak

usaha mikro dan kecil di indonesia, terutama dalam aspek-aspek

enterpreunership, menajemen, teknik produksi, pengembangan produk,

engineering,design, quality control, organisasi bisnis, akutansi, data

processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. keterbatasan ini

menghambat usaha mikro dan kecil indonesia untuk dapat bersaing di

pasar domestik maupun pasar internasional.

d. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya ) juga sering menjadi

salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan

produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di indonesia. Keterbatasan

ini di karenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak

terjangkau atau jumlahnya terbatas .

e. Keterbatasan teknologi

Usaha mikro dan kecil di indonesia umumnya masih menggunakan

(39)

alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterblakangan teknologi ini tidak

hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efesiensi di dalam

proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.

Genewati (1997) menyebutkan bahwa permasalahan yang sering

dihadapi oleh usaha mikro dan kecil dapat bersifat internal maupun eksternal.

Secara internal kendala usaha mikro dan keci adalah modal, teknologi , akses

pasar keterbatasan menajemen dan SDM serta informasi yang terbatas.

Sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak

mikro dan kecil seperti praktek monopoli dan proteksi terhadap beberapa

industri besar.

Menurut suhardjono (2003) permasalahan yang sering dihadapi oleh

usaha mikro dan kecil meliputi :

1. Masalah finansial

a. Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismmacth) antara dan yang

tersedia yang dapat diakses oleh usaha mikro dan kecil.

b. Tidak adanyapendekatan yang sistematis dalam pendanaan usaha

mikro dan kecil.

c. Biaya transaksi yang tinggi yang disebabkan oleh prosedur kredit

yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah

(40)

d. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh

ketiadaan bank di plosok maupun tidak tersedianya informasi yang

memadai.

e. Bunga kredit untuk investasi maupunj modal kerja yang cukup tinggi.

f. Banyaknya usaha mikro dan kecil yang belum bankable, baik

disebabkan belum adanya menajemen keuangan yang transparan

maupun kurangnya kemampuan manajerial dan bfinancial

2. Masalah Non-financial

a. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control

yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti

perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan

b. Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh

terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh usaha mikro dan

kecil mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan usaha

mirko dan kecil untuk menyediakan produk atau jasa yang sesuai

dengan keinginan pasar.

c. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber

daya untuk mengembangkan SDM.

d. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akutansi.

3. Masalah link age dengan perusahaan

(41)

b. Usaha mikro dan kecil memanfaatkan atau menggunakan sistem

closter dalam bisnis belum banyak.

4. Masalah ekspor

a. Kurangnya informasi mengenai pasar ekspor Kurangnya informasi

mengenai pasar ekspor ang dapat di manfaatkan

b. Kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan ekspor

c. Sulitnya mendapat sumber dana untuk ekspor.

d. Pengurusan dokumen yang diperlukan untuk ekspor yang birokratis.

Menurut ridwan (2004) permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha

mikro meliputi :

1. Aspek pemasaran

Pengusaha mikro tidak memiliki perencanaan dan strategi

pemasaran yang baik usahanya hanya dimulai dari coba-coba, bahkan

tidak sedikit yang karena terpaksa. Jangkauan pemasarannya sangat

terbatas, sehingga informasi produknya tidak sampai kepada calon

pembeli potensial.Mereka hampir tidak memperihitungkan tentang

calon pembeli dan tidak mengerti bagaimana harus memasarkannya.

2. Aspek manajemen

Pengusaha mikro biasanya tidak memiliki pengetahuan yang

baik tentang sistem manajemen pengelolaan usaha. Sehingga sulit

(42)

diantara mereka yang memanfaatkan ruang keluarga untuk

perencanaan usaha tidak dilakukan, sehingga tidak jelas arah dan

target usaha yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu

3. Aspek teknis

Berbagai aspek teknis yang masih sering menjadi problem

meliputi: cara produksi, sistem penjualan sampai pada tidaknya badan

hukum serta perizinan usaha yang lain

4. Aspek keuangan

Kendala yang sering mengemukakan setiap perbincangan

usaha kecil adalah lemahnya bidang keuangan pengusaha mikro

hampir tidak memiliki akses yang luas kepada sumber

permodalan.Kendala ini sesunguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala

diatas. Kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga

ke dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.

1.1.9 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk

fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara

langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan

masyarakat baik didesa, kecamatan dan lainnya (sinaga 2008).

Pengertian yang lain pasar tradisional merupakan tempat penjual dan

pembeli memperdagangkan barang-barangnya secara berpindah dari satu

(43)

bersama. Sistem ekonomi tradisonal ini masih berperan penting dalam

kehidupan masyarakat desa.

(Said Syahbuddin,www.melayuOnline.com:20/02/2009).

Dalam pasar tradisonal terhadap kesepakatan masyarakat mengenai

tempat dan hari untuk menjual hasil produksinya. Misalanya, padahari senin

di desa A, kamis di kota atau di desa B. Menurut Gilarso pengertian pasar

dalam arti sempit adalah “suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual

dan pembeli dapat bertemu untuk jual beli barang. Para pedagang

menawarkan barang (beras, buah-buahan, dan sebagainya) dengan harapan

dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai gantinya.Para

konsumen (pembeli) datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang

untuk membanyar harganya.

Harga di pasar tradisonal ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh

karena itu dapat dilakukan tawar menawar.BIla dilihat dari tingkat

kenyamanannya, pasar tradisonal selama ini cenderyng kumuh dengan lokasi

yang tidak tertata rapi.Pembeli di pasar tradisonal (biasanya kaum ibu)

mempunyai perilaku yang senang berinteraksi dengan

berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang,

memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.

Barang yang dijual di pasar tradisonal umumnya barang-barang local

yang jika ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas adalah merupakan barang

(44)

barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang

dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari di kios lain.

Rantai distribusi pada pasar tradisonal terdiri dari produsen, distributor, sub

distributor, pengecer dan konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar

tradisonal antara lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor

dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau

memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga

barang yang kurang diminati konsumen.Selain itu, dapat mengalami kesulitan

dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan

manajemen sehingga melemahkan daya saing.

Sebagian besar konsumen pasar tradisonal adalah masyarakat kelas

menengah ke bawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap

harga. Lebih jauh tentang pasar tradisonal yang memegang peranan yang

strategis adalah; (menurut Keputusan Menteri Perindustrian & Perdagangan

No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :

a. Jumlah pasar tradisonal di Indonesia lebih dari 13.450 dengan jumlah pedagang berkisar 12.625.000 orang (sumber : APKASI,2003)

b. Pasar tradisonal masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi bersekala

menengah kecil serta mikro. Mereka adalah para petani, nelayan,

pengrajin, home industry (industry rakyat). Jumlah mereka adalah puluhan

(45)

c. Pasar tradisonal adalah wadah untuk mendapatkan berbagai keperluan dan kebutuhan pokok manyoritas penduduk di tanah air. Mereka bisa

mendapatkannya dengan harga yang terjangkau.

d. Pasar tradisonal selalu menjadi indicator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan tingkat kestabilan harga dan inflasi domestic. Dalam

menghitung inflasi, harga kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar

tradisonal seperti, beras, gula, dan Sembilan kebutuhan pokok lainnya

menjadi obyek monitoring para ahli statistic setiap bulannya.

e. Interaksi social sangat kental terjadi di dalam pasar tradisonal ini terjadi karena mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar.

Selain itu para pedagang (produsen) dan pembeli (konsumen) dapat secara

langsung berkomunikasi dan saling mengenal lebih jauh, bukan hanya

menyangkut barang yang di perdagangkan tetapi juga menyangkut hal

lainnya. Termasuk tentang budaya masing-masing yang terkait dengan

jenis masakan dan cara berpakaian. Di pasar tradisonal telah berkumpul

dan berinteraksi dengan damai para anggota masyarakat dari ragam latar

belakang, suku, dan ras mulai dari keturunan Arab, Cina, Batak, Padang,

Sunda, Jawa, Madura, dan lainnya.

Pasar tradisonal merupakan kumpulan para entrepreneur dan calon

entrepreneur yang pada umumnya menggunakan modal sendiri dalam

(46)

1.1.10Definisi Kredit Mikro

Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak perbankan

kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang

membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang

dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di

persamaan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara

Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bungan, imbalan,

atau hasil pembagian kuntungan.

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith), maksudnya adalah apabila

seseorang memperoleh kredit maka mereka memperoleh

kepercayaan.Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan

kepercayaan kepada seseorang bahwa uang atau barang yang dipinjamkan pasti

kembali. Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran

atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau

pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang yang sekarang

(Kent dalam Ramadhini 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa

unsure yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi

(47)

benar-benar diterima kembali dala jangka waktu tertentu oada

masa yang akan dating.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang

akan dating.

c. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima

dikemudian hari. Adanya unsure resiko ini menyebabkan adanya

jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa.

Menurut kasmir (2004), prinsisp-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C

adalah :

1. Character : sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan

memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari

orang-orang yang akan di berikan kredit dapat dipercaya.

2. Capacity : kemampuan calon dibitur dalam membayar kredit

yang dihubungkan dengan kemampuan calon dibitur tersebut

dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola uang.

3. Capital : sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon

(48)

4. Collateral : jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat

fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan

melebihi jumlah kredit yang diberikan.

5. Condition : penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi

sekarang dan masa yang akan datang.

Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian

usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi

yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit

di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu progam atau

kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada

masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha

meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus

dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit,

2007 dalam Ramadhini, 2008).

Dalam Ramadhini (2008) mendefisinikan kredit mikro sebagai

pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang

terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman

dari bank tradisonal.

Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan

pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam

beraktivitas, umumnya dangan alternative jaminan kolaterial dan

(49)

modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha,

atau sebgai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak.

Kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah suatu kredit

kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi

defisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha

produkgtif yang memenuhi criteria usaha dengan batasan tertentu

kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

1.1.11Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Kredit Informal

Menurut Muhammad Teguh (199: 108) dalam penelitiannya mengenai

peranan Lembaga Kredit Informal bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi

pilihan masyarakat terhadap kredit informal yaitu :

a. Adanya restriksi (pembatasan) yang dibuat oleh lembaga keuangan formal

melalui peraturan-peraturan yang diterapkan oleh lembaga tersebut.

b. Adanya keahlian tertentu dari pemberi kredit informal dalam menanggapi

kebutuhan masyarakat.

c. Akibat ketidaksabaran masyarakat.

d. Keperluan-keperluan yang mendesak dari masyarakat.

e. Adanya persepsi masyarakat yang lebih berorientasi pada kebutuhan

(50)

f. Tidak adanya alternative lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

dana.

Ada lima alasan menurut Iyuk Wahyudi, kenapa rentenir sebagai

lembaga pembiayaan non-formal tetap eksis sampai sekrarang khususnya

dikalangan masyarakat miskin dan lemah (Rentenir, Antara Hujatan dan

Sanjungan, Harian Kompas, senin, 23/09/2008) yaitu :Simpel tidak birokratis

dan berbelit-belit sangat mempertimbangkan aspek momentum. Artinya,

rentenir mampu memberikan dana nasabahnya disaat yang tepat.

1. Pendekatan budaya setempat, artinya rentenir dating sebagai

kawan/kolega yang senyatanya.

2. Berinteraksi dengan didasari oleh saling kenal dan rasa saling percaya.

3. Pemahaman mendalam terhadap bisnis si nasabah. Artinya, si rentenir

tahu kapan waktu panennya, kapan menjualnya, kapan butuh uang, resiko,

bahkan hingga tingkat keuntungan yang akan di peroleh para klien-nya.

4. Progresif dan proaktif, artinya lebih sering rentenir terjun langsung ke

lokasi usaha si calon nasabah.

1.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, sebagai bahan perbandingan serta penunjang penelitian

serta penunjang penelitian, terdapat beberapa hasil penelitian (karya ilmiah) yang di

(51)

1. Skripsi yang di susun oleh Muhammad Ridwan, mahasiswa program studi

ekonomi pembangunan, fakultas ekonomi, universitas islam Indonesia

Yogyakarta (2006) dengan judul, “Determinan dari kredit rentenir untuk

pedagang mikro (Studi kasus pada pedagang Mikro di pasar tradisional

Gunung kidul Yogyakarta)”.

Terdapat dua fokus yang di kaji dalam penelitian pertama,

mengetahui seberapa besar keuntungan bersih per bulan (dalam persen)

terhadap pinjaman pedagang mikro kedua, mengetahui seberapa besar

pengaruh bunga pinjaman perbulan (dalam persen) terhadap pinjaman

pedagang mikro.

Kedua fokus di atas menjadi analisis kemudian melahirkan

kesimpulan sebagai berikut:

a. Keuntungan (dalam persen)

Dilihat dari hasil regresi variabel tingkat keuntungan samgat

berpengaruh dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman dengan

lebih tingginya tingkat keuntungan yang di peroleh pedagang mikro di

bandingkan dengan tingginya tingkat bunga pinjaman bukanlah suatu

kendala bagi pedagang mikro untuk melekukan pinjaman.

b. Bunga pinjaman (dalam persen)

Adapun variabel tingkat bunga dalam penelitian ini kurang

(52)

meskipun tingkat bunga pinjaman per bulan relative tinggi, para

pedagang mikro tetap melakukan pinjaman kepada rentenir.

Dilihat dari fokus yang diteliti, penelitian Mohammad Ridwan

memiliki perbedaan dengan apa yang akan di teliti oleh penulis.

Seperti yang di jabarkan dalam rumusan masalah, penulis akan lebih

melihat dari sudut pandang pedagang pasar itu sendiri terhadap

ketergantungan kredit dari rentenir.

2. Skripsi yang di susun oleh Untung Cahyana, Mahasiswa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta (1997) dengan judul “Cara Kerja Rentenir dan

Pengaruh Terhadap Pedagang Pasar (Studi Kasus: Pasar Sentolo,

Ds.Sentolo, Kec. Sentolo, Kab. Progo, Prov. Daerah Istimewa

Yogyakarta)”

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

hubungan antara cara kerja rentenir dalam memperoleh nasabah dengan

factor-faktor yang mendukung pedagang pasar memilih menjadi nasabah

rentenir, tanggapan pedagang pasar terhadap cara pemberian pinjaman

dari rentenir dan konsep cara kerja lembaga kredit formal (dalam hal ini

BRI sebagai pembanding).

Penelitian ini menggunakan metode populasi sampel yang di ambil

dari 50 pedagang pasar.Teknik yang dipakai dalam analisis data adalah

analisis deskriptif dan alanisis statistic dengan menggunakan Korelasi

(53)

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa cara kerja rentenir

ternyata dalam memberikan pinjaman dengan syarat ringan dan prosedur

yang dilakukan cukup sederhana, mudah dan cepat dengan beban bunga

10% per bulan. Sedangkan cara kerja lembaga kredit formal (BRI) dalam

memberikan pinjaman membutuhkan syarat-syarat tertentu dan prosedur

yang digunakannya memakan beberapa langkah. Adapun untuk beban

bunga dari pinjaman ini adalah sebesar 1,5% per bulan.

Bila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis , penelitian di atas memiliki perbedaan dari sudut pandang yang di

angkat. Penelitian diatas mengugnakan sudut pandang rentenir sebagai

objek penelitian mengenai cara serta perannya dalam memberikan dana

pinjaman untuk pedagang pasar Sentolo. Sebalikny, penelitian yang akan

di lakukan oleh penulis melihat dari sudut pandang pedagang pasar.

Waktu serta tempat penelitian juga memiliki arti lain, dimana penelitian

tersebut dilakukan pada masa-masa atau menjelang krisis moneter yang

tentunya memiliki tingkat kesulitan ekonomi tersendiri khususnya

mengenai permodalan.

3. Studi yang dilakukan Heru Nugroho yang berjudul “Uang, Rentenir, dan,

Hutang Piutang di jawa” yang dilakukan pertengahan tahun 1990 pada

masyarakat Bantul (khususnya pedagang di Pasar Bantul dan Petani)

tentang uang dan rentenir. Di sini dibahas mengenai peran rentenir dalam

(54)

bahwa rentenir ternyata bukanlah sebagai “lintah darat” melainkan

rentenir berperan sebagai “agen perkembangan” dalam masyarakat di

Bantul karena kredit yang ditawarkan merupakan sumbangan yang berarti

dan rentenir menjadi daya penting bagi pedagang untuk melancarkan

aktivitas perdagangan.

4. Penelitian dari Ratna Ayu Widya Lestari dari kredit pelepas uang

pedagang mikro di pasar tradisional bantul, Yogyakarta), skripsi fakultas

ekonomi, tak diterbitkan, universitas islam Indonesia,Yogyakarta, 2005.

Penilitian ini dilakukan pasar bantul yang mewakili sub daerah

perkotaan, pasar niten yang mewakili daerah sub urban, pasar delingo dan

pasar imogiri yang mewakili daerah pedesaan pegunungan, dan pasar

ngangkruksari yang mewakili daerah pedesaan pantai selatan metode

analisa data menggunakan metode kuantitatif dengan program SHAZAM

versi 8.0. diperoleh hasil estimasi sebagai berikut :

a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pinjaman pedagang (Y)

dan variable independen adalah keuntungan bersih(X1) (dalam %) per

bulan dan variabel bunga pinjaman (X2) (dalam %) per bulan

persamaan regresi yang dihasilkan adalah

Y = -7684.7 + 77774 X1– 0.12259 X2

b. R square ( R2 ) pada model sebesar 0, 3289 yang menunjukan bahwa

secara variasi dari variabel independent mampu menjelaskan variasi

(55)

statistic sebesar 32% dan sisanya 68% dijelaskan oleh

variabel-variabel diluar model.

c. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat

keuntungan (dalam %) tanda parameter koefisien regresi untuk X1

positif signifikan dengan nilai koefisien sebesar 77774, artinya setiap

penambahan 1 persen tingkat keuntungan, maka akan menyebabkan

bertambahnya jumlah pinjaman pedagang micro di pasar tradisional

kabupaten bantul sebesar 77774.

d. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat bunga

pinjaman pedagang micro tanda parameter koefisien regresi X2

negative signifikan dengan nilai koefisien sebesar -0 12259E+06 atau

-122593. 294563, artinya setiap penambahan bunga sebesakar 1

persen, maka akan menyebabkan penurunan terhadap jumlah pinjaman

pedagang mikro di pasar tradisional kabupaten bantul yaitu sebesar

-122593, 294563

e. Uji F dengan α =0.05 (5%) apabila F hitung > F tabel yaitu 60. 518 >

3.07 , hal ini menunjukan bahwa variabel dependen berpengaruh

signifikan terhadap variabel independennya secara bersama-sama

f. Uji t dengan α = 0,05 (5 %) untuk variabel keuntungan (X1) diperoleh

bahwa t statistik > t Tabel yaitu 8,552 > 1.645 sehingga Ho ditolak

(positif signifikan) artinya ada pengaruh atau hubungan positif antara

(56)

tinggi keuntungan semakin besar keinginan pedagang mikro untuk

melakukan pinjaman dan untuk variabel tingkat bunga (X2) diperoleh

bahwa t statistik > t tabel yaitu -1.875 > 1.645 sehingga Ho ditolak

(negative signifikan), yang artinya ada pengaruh negatif antara tingkat

bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pedagang mikro dimana

semakin tinggi bunga maka akan semakin kecil keinginan pedagang

untuk melakukan pinjaman.

g. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya multiko

linearitas , autokorelasi dan heteroskedastisitas dari hasil analisa

diperoleh bahwa nilai standar koefisien β dari variabel keuntungan

bersih (X1) adalah 0.5105 dan nilai standar koefisien β variabel bunga

pinjaman perbulan (X2) adalah -0 .1119 dari hasil analisa tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan dalam

mempengaruhi variabel dependen (pinjaman pedagang mikro) adalah

variabel keuntungan bersih (X1)

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah keberadaan para

rentenir tau pelepas uang yang tetap eksis dalam membantu kesulitan

permodalan yang dialami oleh para pedagang mikro.

5. Penelitian Tim Bank Danamon (2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Tim Bank Danamon pada bulan

November 2003 di 8 kota besar yang mewawancari 1000 responden

(57)

dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu 61%

dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian dilakukan -

currently borrow), yang meminjam dari BRI dan Bank Komersial lainnya.

Hanya 5% yang meminjam dari BPR (8% dari 60% - currently borrow).

Sisanya meminjam dari teman, keluarga, rentenir, dan koperasi. Dari hasil

penelitian ini responden juga mengatakan, Bank terlalu rumit dan

menakutkan dan mereka mengatakan bahwa persyaratan dan proses untuk

meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu lama dan lokasi bank

terlalu jauh dari tempat usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk

dating ke bank karena harus menunggu took/kios-nya. Sebagian besar

mengatakan bahwa bank “menakutkan” dan bukan untuk mereka. Mereka

membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang

mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bias transaksi dapat

dilakukan di tempat mereka.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan referensi dan pengamatan dilapangan yang dilakukan penulis,

maka menghasilkan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kepercayaan dengan

Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.

2. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Kemudahan dengan

(58)

3. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kenyamanan dengan

Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.

4. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Keutungan dengan

(59)

41 3.1Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pedagang pasar yang terletak di Pasar

Prawirotaman Yogyakarta. Pedagang pasar menjadi sumber informasi yang

dapat memberikan data sesuai masalah yang diteliti.Dengan demikian obyek

penelitian merupakan sumber informasi mencari data dan masukan-masukan

dalam mengungkapkan permasalahan penelitian.

Penelitian ini berbentuk survei, yakni menganalisis ketergantungan

pedagang pasar terhadap rentenir.Adapun tujuan dari survei ini bersifat

menerangkan atau menjelaskan, yakni mempelajari fenomena sosial dengan

meneliti variabel penelitian.

3.2Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer adalah suatu data yang dikumpulkan sendiri secara

langsung dari narasumber aslinya atau responden. Data yang

diperoleh dari kuesioner yang merupakan data kualitatif yang

dinyatakan dalam angka menjadi data kuantitatif.

2. Data sekunder adalah suatu data yang diusahakan oleh pihak lain

(60)

untuk keperluan profil suatu daerah tempat dilakukannya

penelitian.

3. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui proses tanya jawab secara lisan dengan

pihak yang berwenang mengenai data berhubungan dengan

perencanaan. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah

wawancara perorangan, artinya bahwa peneliti mengadakan

wawancara hanya dengan satu orang informan atau lebih.

3.3Teknik Pengambilan Populasi atau Sampel

Teknik pengambilan populasi atau sampel akan dijabarkan

sebagaimana berikut:

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar.

2. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat

mewakili dari populasi tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel

menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang dari 100, lebih

baik di ambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika

subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.

(61)

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik:

a. Membagikan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada 50 orang

responden yang berisi tentang data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat

menggunakan skala likertyaitu dengan skala 1-5. Skala tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi

skor atau nilai seperti di bawah ini:

1. Sangat setuju (SS) : 5

2. Setuju (S) : 4

3. Netral (N) : 3

4. Tidak setuju (TS) : 2

5. Sangat tidak setuju (STS) : 1

b. Kepustakaan, yaitu mencari literature-literatur yang diperlukan

sehubungan dengan data dan teori yang dibutuhkan.

3.5Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel tergantung (variabel dependent)

Variabel dependenadalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Y

Gambar

Gambar 3.1 Konsep Pemikiran
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
TABEL 4.4 Hasil uji variabel ketergantungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur “Diponegoro Memorial Park di Magelang” mengacu pada esensi bangunan sebagai bangunan yang aktif, yang

42 Berdasarkan jenis lamun didapatkan lamun Halophila ovalis dan Enhalus acoroides memiliki persentasi daya hambat positif yang lebih tinggi dibanding dengan

at 6 at 6 orang ibu !ost !artum yang tidak mengeta orang ibu !ost !artum yang tidak mengeta ui ui dengan baik tentang !elaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) !ada bayi

Pulau Kelagian Besar merupakan salah satu dari beberapa pulau yang jauh dari pemukiman penduduk dan memiliki hutan mangrove di pesisir pantainya, sehingga berpotensi

Maksud dari masalah ini adalah untuk membangun aplikasi knowledge management penanggulangan bencana pada Pusdiklat PB berbasis web, yang aplikasi ini dapat digunakan secara

Pada kata (ko, nyah) kata ko yang di artikan sebagai abang dan nyah di artikan sebagai orang tua perempuan yang menunjukkan bahwa ada tingkatan lebih tua. Di samping

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan

Aktivitas meninggalkan sarang dilakukan secara cepat jika gangguan yang datang mengagetkan burung gosong seperti yang terjadi pada saat seekor anak komodo yang menyerang