PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015
SKRIPSI
Oleh:
MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067
FAKULTAS EKONOMI
i
PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067
FAKULTAS EKONOMI
ii
PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015
THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015
Diajukan oleh
MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI
20110430067
Telah disetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing
Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si. Tanggal, 2 April 2016
iii
THE DEPENDENCE OF TRADERS TOWARDS MONEYLENDERS at PRAWIROTAMAN TRADITIONAL MARKET 2015
Diajukan oleh
MUCHAMAD NURCAHYO ROMADHONI 20110430067
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal, 2 April 2016
Yang terdiri dari
Masyhudi Muqorrobin,M.Ec.,Ph.D.,Akt. Ketua Tim Penguji
Lilies Setiartiti. Dra.,M.Si.Dr. Nano Prawoto. S.E., M.Si.
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv
Nomor Mahasiswa : 20110430067
menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”KETERGANTUNGAN
PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN
YOGYAKARTA TAHUN 2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 2 April 2016
v
(professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah
untuk keluarganya maka dia serupa dengan mujahid di jalan Allah Azza
wajalla.”(HR. Ahmad)
“Jadiaknlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”
(QS. 2: 45)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. 2: 216)
“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.”
(Kahlil Gibran)
“Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you.”
“Do whatever you like, be consistent, and success will come naturally.”
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)
“Talk Less Do More, Short Less Will More” (Chandra Liow)
vi
Orangtua tercinta, mama yang sudah melahirkan , merawat dari kecil
hingga sekarang, mengingatkan disaat aku salah, yang paling pertama
menyetujui permintaan anaknya dan yang telah mengajarkanku menjadi
orang yang sabar. Untuk bapak yang sudah berjuang keras menafkahi
keluarga kecil kami, yang selalu sayang dan khawatir dengan anaknya.
Terima kasih untuk motivasi terbesar dari kalian, terima kasih untuk
kasih sayang dan doa yang tak pernah putus, semoga ini bisa menjadi
hadiah kecil untuk kalian.
Kakak tersayang, Ratma Maulya Rosie. terima kasih untuk perhatiannya
selama ini.
Kekasih yang roni sayangi, Gayatri Hutami Putri. Yang udah sabar
ngadepin roni, terimakasih telah menjadi teman baik dan kekasih setia
yang mau menemani roni di saat sedih dan bahagia.
Teman-teman roni terkacau, Oben, Alfat, Obed, Moulan AM, Putri Iva,
Upi, Oyan, Keluarga Kartel Squad, Keluarga Baciro YK yang selalu ada
baik saat senang dan sedih. Terima kasih telah menjadi sahabat paling
dekat selagi aku di jogja.
Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, untuk
Ami, Risma, Adam, Nurul, Rona yoyok, Mas Tommy. Terima kasih
karena tak pernah lelah membantu dan menemani dalam pembuatan
vii
lulusnya.
Untuk semua orang yang telah membantu, menyemangati dan
mendoakan dari jauh, yang namanya tidak tersebut dalam halaman
viii
menjadi apa-apa. Terima kasih Ya Allah atas limpahan nikmat, karunia
dan hidayahNya……
Bu Lilis selaku DPA dan sekaliguas DPS. Terima kasih ibu atas waktu
yang diluangkan untuk mahasiswanya, terima kasih atas ilmu dan
masukan yang selalu membantu……
Segenap dosen FE UMY yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
ix
Terhadap Rentenir di Pasar Prawirotaman Yogyakarta Tahun 2015. Dalam
penulisan penelitian ini, data yang di gunakan merupakan data primer, data primer
memiliki arti bahwa data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir, sedangkan sebagai variable
independennya yaitu Kepercayaan, Kemudahan, Kenyamanan, dan Keuntungan.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis cross section dengan
model Analisis Regresi Linier Berganda dengan fungsi pada masing-masing
variabel diubah dalam bentuk diferensial logaritma (log), dimana variable-variabelnya merupakan variabel yang datanya bersifat kuantitatif.
Berdasarkan pada uji t, hasil penelitian menunjukan bahwa variable
independen Rasio “Kepercayaan dan Kenyamanan” berpengaruh signifikan
terhadap Ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dan variable
independen rasio “Kemudahan dan Keuntungan” tidak berpengaruh signifikan
x
Moneylenders at Prawirotaman Traditional Market 2015. The which is used in
this research is primary data, whose content is collected by the researcher.
Dependent variable which is used in this research is The Dependence Of
Traders Towards Moneylenders, meanwhile, the independent variable are trust,
facility, comfort, and advantage. The analytical method which is used is cross
section analytical method, specifically in regression linier risks and the functions
in each variable which is change into logarithm differential from (log) which are
quantitative.
According to research, the result indicates that ratio of independent
variable “Trust and Comfort” Significantly influences the issue, meanwhile ratio
xi
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi
dengan judul ”Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Relevansi Nilai Informasi
Akuntansi dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi
para pembaca dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Dalam menyusun skipsi ini, penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini
tidak akan selesai sesuai yang penulis harapkan tanpa adanya bimbingan,
motivasi, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., Msi. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. selaku kepala Program Studi Ilmu
Ekonomi.
3. Lilies Setiartiti Dra., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
xii
5. Orangtua, saudara dan segenap keluarga besar yang selalu memotivasi dari
jauh.
6. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Ekonomi dan khususnya yang
setia menghibur, memberi semangat, dan membantu jalannya skripsi ini.
7. Seluruh pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga tentu saja skripsi ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca dan semua pihak demi kebaikan skripsi ini.
Semoga ilmu yang terkandung dalam skripsi ini dapat berkembang dan
bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya rabbal ’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta,
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1.Latar Belakang Penelitian………. 1
1.2.Rumusan Masalah………. 6
1.3.Tujuan Penelitian……….. 7
1.4.Manfaat Penelitian………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 9
2.1.Landasan Teori………. 9
xiv
2.1.5.Dampak Negatif dan Positif Renternir………... 13
2.1.6.Definisi Usaha Mikro………... 15
2.1.7.Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 16
2.1.8.Masalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK)………... 19
2.1.9.Pasar Tradisonal………...….... 24
2.1.10.Definisi Kredit Mikro………... 28
2.1.11.Faktor yang Mempengaruhi Kredit Informal... 31
2.2.Penelitian Terdahulu……….………..31
2.3.Hipotesis……….……… 39
BAB III METODE PENELITIAN……….... 41
3.1.Obyek Penelitian……….... 41
3.2.Jenis Data………... 41
3.3.Teknik Pengambilan Sampel……….. 42
3.4.Teknik Pengumpulan Data………... 43
3.5.Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 43
3.6.Uji Kualitas Data……… 44
3.7.Uji Hipotesis dan Analisis Data………. 47
3.7.1.Analisis Regresi Linier Berganda……….. 47
3.7.2.Uji Asumsi Klasik………... 48
xv
4.2.Karakteristik Responden….……… 54
4.3.Uji Kualitas Instrumen……….... 56
4.3.1.Uji Validitas……….……… 57
4.3.2.Uji Reabilitas……….………... 61
4.3.3.Uji Asusmsi Klasik……….……. 65
4.4.Uji Hipoteisis……..………. 68
4.4.1.Model Regresi Linier Berganda……….………. 68
4.4.2.Uji Koefisien Determinasi……….………... 73
4.4.3.Uji F……….……... 73
4.4.4.Uji T……….……….... 74
4.5.Pembahasan………. 76
BAB V KESIMPULAN 5.1.Kesimpulan...………..………. 81
5.2.Saran…..……….. 81
DAFTAR PUSTAKA
xvi
Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 55
Tabel 4.3 Klasisikasi Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman ... 56
Tabel 4.3.1Hasil Uji Validitas………. ... 57
Tabel 4.3.2 Hasil Uji Reabilitas……….. ... 61
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinealitas………... 67
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda………..…... 69
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi………. ... 73
Tabel 4.17 Hasil Uji F……… ... 74
Tabel 4.18 Hasil Uji T……… ... 75
xvii
4.1Hasil Uji Heteroskedastisitas……… ... 66
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Persoalan ekonomi merupakan hal yang penting dan cukup mendasar dalam
roda kehidupan manusia. Keberlangsungan serta kelancaran ekonomi akan
berdampak pula pada keberlangsungan hidup manusia. Aktifitas ekonomi sudah
berjalan sejak manusia diciptakan seriring dengan perjalanan waktu, aktifitas
tersebut terus bergeliat dengan bentuk dan cara-cara tertentu yang disesuaikan
dengan zaman. Pembahasan ekonomi tidak akan luput dari persoalan pasar. Jika
diibaratkan, pasar merupakan tempat berlangsungnya aktifitas perekonomian
berada.
Pasar dijelaskan sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling
berinteraksi saling tarik menarik, kemudian menciptakan harga barang di
pasar-pasar modern atau pasar-pasar tradisonal merupakan pasar-pasar yang memiliki aktivitas jual
beli yang sederhana, terjadi tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang
tunai. (Prianto 2008)
Dalam pandangan ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli.Untuk menentukan kesepakatan harga dalam rangka pertukaran barang,
jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.Aktifitas
tidak akanada perdagangan tanpa pasar, dan pasar tidak akan terbentuk jika tidak
ada perdagangan.
Hal yang paling mendasar dalam proses perdagangan adalah adanya interaksi
sosial. Interaksi tersebut meahirkan norma dan sanksi seperti halnya awal
terbentuknya masyarakat, dimana peran semua aktor sangatlah penting. Tak aka
nada pedagang tanpa pembeli, begitu sebaliknya, dan tidak ada pasar tanpa kedua
belah pihak tersebut. Namun tidak hanya kedua aktor itu saja, masih ada pihak
lain yang disebut rentenir.
Mayoritas pedagang dan petani mengandalkan kredit dari rentnir yang mudah
tanpa syarat dan jaminan.Selain itu, pada tahun-tahun tersebut, kebijakan
perbankan Indonesia cenderung memihak pada orang-orang kaya.Belum ada
kredit berskala kecil yang ditawarkan untuk mengurangi resiko kredit
macet.Selain itu, syarat yang diberlakuakan oleh bank sangat rumit, sehingga
untuk golongan petani dan pedagang sudah pasti tidak lolos.(Nugroho2001).
Seiring dengan arus globalisasi ekonomi begitu cepat, kedua jenis pasar ini
bersaing dengan ketat.Keberadaan pasar tradisonal terdesak oleh keberadaan
pasar-pasar modern seperti supermarket atau mall. Dibeberapa tempat, letak
kedua pasar ini saling berdekatan di wilayah Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) misalnya, pasar nologaten yang bersejajaran dengan
Ambarukmo Plaza begitu pula dengan pasar pasar Demangan yang berdegatan
Maraknya keberadaan supermarket atau mall adalah sebuah tantangan yang
harus dihadapi para pedagang pasar tradisonal agar mereka tetap bisa melakuakan
aktifitas ekonomi persaingan ekonomi tidak hanya didasarkan atas persaingan
harga. Akan tetapi, bias menyangkut persoalan modal inovasi, kreativitas dan lain
sebagainya.
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai
macam masalah.Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak
bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani.Tetapi
juga berbeda antar wilayah atau lokasi.Masalah yang sering dihadapi UMKM
yaitu kesulitan pemasaran sering dianggap sebagai salah satu aspek kendala kritis
bagi perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan.Keterbatasan keuangan
yang sering mengemukakan setiap pembincangan usaha kecil adalah lemahnya
bidang keuangan.Pengusaha mikro hampir tidak memiliki akses yang luas kepada
sumber permodalan, kendala modal tidak dapat dipenuhi oleh lembaga keuangan
modern karena pengusa kecil tidak dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.
Banyak para pengusaha UMKM tidak leluasa dalam mengembangkan usaha
karena terkendala dalam permodalan.Jumlah tenaga kerja juga berpengaruh
terhadap pengembarang usaha karena dapat meningkatkan kuantitas produksi dan
membantu operasional manajemen. Disamping itu lama usaha juga
mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha akan semakin meningkat. Bahkan
UMKM dari dulu. Banyak para pelaku usaha mikro di Kabupaten Sleman yang
tidak mendapatkan kredit karena mengharuskan adanya kelengkapan surat-surat
izin usaha dan juga tingkat suku bung yang cukup tinggi. Padahal cukup banyak
pelaku UMKM yang bentuk usahanya belum memiliki izin usaha tetapi sangat
produktif dan menyerap tenaga kerja yang sangat besar.
UMKM sangat membutuhkan Lembaga Keuangan seperti Perbankan, BMT,
BPR Banyak lembaga keuangan di Indonesia baik asing maupun lokal yang
sangat tertarik dalam pemberian kredit atau pembiyaan kepada para pengusaha
UMKM karena besarnya pangsa pasar yang dimiliki UMKM. Namun, ada
berbagai kendala dalam pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan oleh
perbankan, diantaranya wilayah jangkauan, jumlah peminjaman UMKM kecil,
ketidakmampuan UMKM dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan bank
hingga permasalahn dalam pengembalian kredit tersebut. Oleh karena itu,
Lembaga Keuangan yang cocok untuk menghadapi hambatan pembiayaan
UMKM adalah Lembaga Keuangan Mikro.
Sampai sekararang perkembangan usaha UMKM masih saja menghadapi
masalah dan kendala yang krusial, yakni sangat minimnya permodalan yang
mereka miliki untuk pengembangan usaha.Mereka masih sering menjumpai
kendala klasik dalam mengakses kesumber-sumber permodalan formal karena
dihadang oleh berbagai persyaratan yang bersumber dari prinsip kehati-hatian
bank dan didukung oleh pemerintah yang tertuang dalam UU No, 10 tahun 1998
Persoalan modal merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari
para pelaku usaha mikro atau informal seperti pedagang pasar.Bagi pedagang
pasar, permodalan merupakan unsur yang terpenting dalam mendukung
peningkatan produksi dan pendapatan dalam rangka peningkatan
kesejahteraannya.Modal memiliki pengaruh besar atas keberlangsungan serta
geliat ekonomi pasar. Jika ketersediaan modal minim maka geliat ekonomi pasar
pun akan lemah dan berdampak langsung pada tarap kesejahteraan ekonominya.
Sebaliknya, persoalan modal juga menjadi sebuah kendala tersendiri untuk tetap
menjalankan usahanya.
Permasalahan lainnya adalah pihak bank kurang berminat untuk melayani
pinjaman untuk usaha mikro atau sektor informal.Hal ini disebabkan karena
keperluan permodalan atau pinjamannya sangat kecil disertai dengan resiko yang
besar dan memakan banyak tenaga dan biaya, sehingga tidak ekonomis menurut
ukuran bank umum.Padahal mereka sedang dituntut untuk bekerja secara efisien
karena persaingan antara perbankan yang semakin ketat.
Akhirnya, sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan permodalan, para
pelaku usaha mikro terpaksa mencari dari para pelepas uang seperti tengkulak dan
rentenir, yang memberikan kredit dengan bunga yang sangat tinggi.Yaitu dengan
bunga yang berkisaran antara 10 dan 30 persen per bulan.
Eksistensi rentenir ditengah-tengah pelaku usaha mikro sudah menjadi rahasia
modal dari bank. Hal ini bias dilihat dari persyaratan pinjaman yang diberikan.
Permintaan pinjaman kepada rentenir bahkan cukup dengan modal perkenalan
atau KTP.Berbeda dengan bank mengharuskan adanya syarat-syarat lain seperti
laporan pendapatan usaha.Selain itu, rentenir memberikan tenggang waktu untuk
melunasi pinjaman dengan fleksibel.
Berdasarkan penelitian diatas, berbagai kemudahan pinjaman modal tentu
memberikan pengaruh besar kepada rentenir untuk mendapatkan dana pinjaman
modal. Untuk mengetahui kondisi tersebut.Maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR
TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015.
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap rentenir dilihat dari
aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan keuntungan?
2. Mengapa pedagang pasar prawirotaman masih mempertahankan adanya
1.3.Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana ketergantungan pedagang pasar terhadap
rentenir dilihat dari aspek kepercayaan, kemudahan, kenyamanan, dan
keuntungan.
2. Menganalisis penyebab pedagang pasar prawirotaman memilih meminjam
modal kepada rentenir.
1.4.Manfaat penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Praktisi :
a. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam
pengembangan serta pemberdayaan sektor usaha mikro, khususnya
menyangkut pinjaman modal.
b. Bagi Pedagang, penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif
bagi Pedagang dan umumnya bagi masyarakat Yogyakarta dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas internal pasar maupun
eksternal masyarakat sekitar serta dapat memberikan masukan untuk
arah kebijakan pemerintah. Khususnya menyangkut pinjaman modal.
c. Masyarakat, Penelitian ini diharapkan menambah dan memperkaya
hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan,
2. Akademisi :
Bagi Pelajar atau Mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat
9 1.1.Landasan Teori
1.1.1Definisi Pedagang
Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli barang
atau jasa dipasar (Pemkot Yogyakarta, 2009).
Dalam konteks usaha mikro, pedagang Mikro adalah suatu bentuk
kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang banyak dilakukan oleh sebagian
masyarakat lapisan bawah dengan sektor informal atau perekonomian
subsisten, dengan cirri-ciri tidak memperoleh pendidikan formal yang tinggi,
keterampilan rendah, pelanggannya banyak berasal dari kelas bawah, sebagian
pekerja adalah keluarga dan dikerjakan secara padat karya serta penjualan
eceran, dengan modal pinjaman’7v dari bank formal kurang dari dua puluh
lima juta rupiah guna modal pinjaman dari bank formal kurang dari dua puluh
lima juta rupiah guna modal usahanya (Deperindag, dan Abdullah et, et. al:
1996).
Di dalam aktivitas perdagangan, Pedagang adalah orang atau instusi
yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan
menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : pedagang
menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA
membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan
yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi
keluarga. Berdasarkan ppenggunaan dan pengelolaan pendapatan yang
diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :
a. Pedagang profesonal yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya
begi ekonomi keluarga.
b. Pedagang semi-profesonal yaitu pedagang yang mengakui aktivitas
perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil
perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c. Pedangang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau
barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi
keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani
yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.
d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi
waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan
perdagangan sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan
mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam
1.1.2Perilaku Pedagang
Perilaku pedagang di pasar tradisonal menurut (Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :
a. Jumalah pedagang yang saling meningkat
Jumlah pedangan yang ingin berjualan di pasar tradisonal dari waktu ke
waktu mengalami peningkatan.Hal ini berdampak pada kebutuhan tempat
yang juga semakin meningkat.Jika tempat tidak tersedia, maka timbul
pemaksaan dan mengabaikan tata ruang pasar.
b. Kesadaran yang rendah terhadap kedisiplinan, keberasilan dan
ketertiban.Para pedagang yang umumnya berpendidikan rendah, tidak
memiliki kesadaran yang tinggi tentang perlunya kedisiplinan, kebersihan,
danketertiban. Kondisi ini dibiarkan oleh para pengelola pasar tanapa ada
keinginan untuk melakukan proses edukasi atau pelatihan secara berkala
terhadap pedagang.
c. Pemahaman yang rendah terhadap konsumen selalu berubah-ubah, tetapi
para produsen dan pedagang tidak bisa mengikutinya karetna terbatasnya
pedagang pengetahuan dan informasi. Mereka pada umumnya
berkembang secara alamiah tanpa ada persiapan untuk memasuki era
persaingan.
Masalah yang bisa dihadapi oleh pedagang di pasar tradisonal adalah
1.1.3Ciri-ciri Pedagang Tradisonal
Adapun ciri-ciri dari pedagang pasar tradisonal adalah sebagai berikut :
a. Modal yang mereka punya relative kecil
Para pedagang tak mempunyai keberanian mendatangi bank umum untuk
memperolah modal, mengingat rumitnya prosedur dan persyaratan yang
sulit mereka penuhi.Apalagi kebanyakan dari mereka buta huruf dan tak
punya asset sebahagia jaminan. Akhirnya mereka-meraka berpaling pada
rentenir, yang setiap saat mampu memberikan pinjaman dengan cepat,
tanpa butuh waktu lama dan proses yang rumit.
b. Biasanya mereka melakukan perdagangan hanya memenuhi kebutuhan
saat itu. Maksudnya para pedagang tradisonal biasanya kurang
memperhitungkan adanya tabungan masa depan.pendapatan yang mereka
dapatkan lansung mereka belikan ke barang dagangan, beli keperluan
sehari-hari dan tentunya membayar cicilan hutang.
c. Pendidikan para pedagang relative rendah bahkan buta huruf sehingga
mereka kurang melihat prospek masa akan datang, bagi mereka
perdagangan yang mereka lakukan selama telah memenuhi kebutuhan
sudah cukup. Lebih cenderung memilih melakuan pinjaman kepada
1.1.4Definisi Rentenir
Secara awam dapat didefinisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit
melalui penarikan bunga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rentenir adalah orang
yang memberikan nafkah dan membuangkan uang/tukar riba/pelepas
uang/lintah darat (KBBI,1990: 457).
Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen
kapitalis yang seluruh aktivitasnya untuk mencari profit. Dengan demikian
dapat dikatanakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai
“lintah darat” di satu sisi karena menarik bunga yang tinggi, tetapi sekaligus
sebgai “agen perkembangan” pada sisi yang lain karena menompang dinamika
perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat.
Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi
para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung kredir dari rentenir itu kegiatan produksi,
sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi, baik
yang wajar hingga yang kosumtif (Heru Nugroho, 2001 : 18 : 36 : 245).
1.1.5Dampak Negatif dan Positif Rentenir
Dampak-dampak negatif dari lembaga keuangan pedesaan adalah (Teguh,
a. Bersifat eksplotatif karena adanya kehendak mendapatkan keuntungan yang relative besar dari pemberi kredit.
b. Dalam jangaka waktu yang relative lama kredit ini mengurangi
konsumsi dan produksi dimasa dating.
c. Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif
sehingga mengurangi kegiatan produktif masyarakat dimasa yang akan
dating.
d. Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relative jauh
dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian
konsumsi bagi masyarakat dimasa akan dating dan menimbulkan
tabungan yang diperiksakan.
e. Menghambat proses pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.
f. Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan
kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan
pada pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.
Dampak positif dari lembaga kuangan kredit pedesaan :
1. Dalam kondisi mendesak, lembaga kredit dapat membantu krisis
keuangan sementara.
2. Eksistensi lembaga keuangan informal dalam waktu yang relative
singkat dapat meningkatkan konsumsi dan prestasi masyarakat.
1.1.6Definisi Usaha Mikro
Menurut Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang di jalankan oleh
rakyat miskin atau mendekati miskin dengan ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga,
mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumber daya local, serta
lapangan usaha yang mudah dimasuki dan ditinggalkan.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 Tanggal
29 Januari 2003, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau
perorangan yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per
tahun, dan dapat mengajukan kredit kepada bang yang paling banyak Rp 50
juta.Ciri-ciri Usaha Mikro, antara lain:
a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang
sederhana, atau masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca
usahanya.
b. Pengusaha atau SDM-nya berpendidikan rata-rata sanget rendah,
umumnya tingkat SD, dan belum memilikinya jiwa wirausaha yang
memadai,
c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal
rentenir atau tengkulak,
d. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP
e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang dari
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam meningkatkan
intermediasinya, karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan
unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: (Ismeth
Abdullah, infokop edisi 24 th.2004)
1. Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan
usahanya tetap berjalan bahkan mampu berkembang, karena biayanya
manajemennya yang relatif rendah.
2. Pada umumnya para pelaku mikro tekun, sederhana, serta dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
1.1.7Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut Rudjito (2003:40) setidaknya ada empat aspek utama yang menjadi
alasan mengapa UMK memiliki peran strategis yaitu:
a. Aspek manajerial yaitu meliputi peningkatan produktivitas, omzet, tingkat
itilisasi, tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran dan
pengembangan sumber daya manusia.
b. Aspek permodalan, yaitu meliputi bantuan modal (penyisahan 1-5%
keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha
c. Pengembangaan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem
bapak-anak angkat,PIR keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulur (backward limkage), modal ventura atau subkontrak.
d. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah
berbentuk PIK (pemukiman industri kecil), LIK (lingkungan industri kecil)
yang didukung UPT (unit pelayanan teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh
Industri).
e. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok
usaha bersama), kopinkra (koperasi industri kecil dan kerajinan)
Menurut lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan
tersebut , UMK paling tidak menghadapi empat masalah yaitu :
1. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai
informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan
formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
2. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman
yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun
waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material
sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan
kelayakan usaha.
4. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti
perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.
UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah
dalam pasal disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Usaha mikro dan kecil selain memiliki peran penting dalam
penyerapan tenaga kerja ,usaha mikro dan kecil juga sebagai mediasi proses
industrialisasi suatu negera anderson (dikutip sulistiyastuti 2004) membangun
suatu tipologi untuk tahap-tahap industrialisasi suatu negara.
Noer Soetrisno (2004) menjelaskan usaha mikro dan kecil. Memiliki
peran penting dalam perkembangan ekonomi yang yang ditunjukan dalam
sejumlah indikator sebagai berikut :
a. Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana
usaha besar (UB) belum bangkit, banyak pakar memperkirakan hal
tersebut kontribusi dari usaha mikro dan kecil selain dari sektor ekonomi.
b. Hari survei 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu usaha mikro dan
kecil diseluruh indonesia menunjukan bahwa 4 persen saja usaha mikro
omzet 31 persen omzetnya menurun, dan bahkan 1 persen justru
berkembang.
c. Thecnical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei
terhadap 500 usaha mikro dan kecil di medan dan semarang yang
memberikan hasil bahwa 78 persen usaha mikro dan kecil menjawab tidak
terkena dampak krisi moneter.
1.1.8Masalah yang dihadapi usaha mikro dan kecil (UMK)
Perkembangan usaha mikro dan kecil di indonesia tidak lepas dari
bebagai macam masalh tingkat itensitas dari masalah-masalah tersebut tidak
bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi
juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor atau
subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor
yang sama (tambunan, 2002), meski demikian masalah yang sering dihadapi
oleh usaha mikro dan kecil menurut tambunan (2002) :
a. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait
dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar
domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di
b. Keterbatasan financial
Usaha mikro dan kecil. Khususnya di indonesia menghadapi dua masalah
utama dalam aspek financial: mobilitas modal awal (star up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk infestasi yang sangat
diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang
c. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak
usaha mikro dan kecil di indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, menajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering,design, quality control, organisasi bisnis, akutansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. keterbatasan ini
menghambat usaha mikro dan kecil indonesia untuk dapat bersaing di
pasar domestik maupun pasar internasional.
d. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya ) juga sering menjadi
salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan
produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di indonesia. Keterbatasan
ini di karenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak
terjangkau atau jumlahnya terbatas .
e. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di indonesia umumnya masih menggunakan
alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterblakangan teknologi ini tidak
hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efesiensi di dalam
proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat.
Genewati (1997) menyebutkan bahwa permasalahan yang sering
dihadapi oleh usaha mikro dan kecil dapat bersifat internal maupun eksternal.
Secara internal kendala usaha mikro dan keci adalah modal, teknologi , akses
pasar keterbatasan menajemen dan SDM serta informasi yang terbatas.
Sedangkan faktor eksternal adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak
mikro dan kecil seperti praktek monopoli dan proteksi terhadap beberapa
industri besar.
Menurut suhardjono (2003) permasalahan yang sering dihadapi oleh
usaha mikro dan kecil meliputi :
1. Masalah finansial
a. Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismmacth) antara dan yang
tersedia yang dapat diakses oleh usaha mikro dan kecil.
b. Tidak adanyapendekatan yang sistematis dalam pendanaan usaha
mikro dan kecil.
c. Biaya transaksi yang tinggi yang disebabkan oleh prosedur kredit
yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah
d. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh
ketiadaan bank di plosok maupun tidak tersedianya informasi yang
memadai.
e. Bunga kredit untuk investasi maupunj modal kerja yang cukup tinggi.
f. Banyaknya usaha mikro dan kecil yang belum bankable, baik
disebabkan belum adanya menajemen keuangan yang transparan
maupun kurangnya kemampuan manajerial dan bfinancial
2. Masalah Non-financial
a. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control
yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti
perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan
b. Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh
terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh usaha mikro dan
kecil mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan usaha
mirko dan kecil untuk menyediakan produk atau jasa yang sesuai
dengan keinginan pasar.
c. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber
daya untuk mengembangkan SDM.
d. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akutansi.
3. Masalah link age dengan perusahaan
b. Usaha mikro dan kecil memanfaatkan atau menggunakan sistem
closter dalam bisnis belum banyak.
4. Masalah ekspor
a. Kurangnya informasi mengenai pasar ekspor Kurangnya informasi
mengenai pasar ekspor ang dapat di manfaatkan
b. Kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan ekspor
c. Sulitnya mendapat sumber dana untuk ekspor.
d. Pengurusan dokumen yang diperlukan untuk ekspor yang birokratis.
Menurut ridwan (2004) permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha
mikro meliputi :
1. Aspek pemasaran
Pengusaha mikro tidak memiliki perencanaan dan strategi
pemasaran yang baik usahanya hanya dimulai dari coba-coba, bahkan
tidak sedikit yang karena terpaksa. Jangkauan pemasarannya sangat
terbatas, sehingga informasi produknya tidak sampai kepada calon
pembeli potensial.Mereka hampir tidak memperihitungkan tentang
calon pembeli dan tidak mengerti bagaimana harus memasarkannya.
2. Aspek manajemen
Pengusaha mikro biasanya tidak memiliki pengetahuan yang
baik tentang sistem manajemen pengelolaan usaha. Sehingga sulit
diantara mereka yang memanfaatkan ruang keluarga untuk
perencanaan usaha tidak dilakukan, sehingga tidak jelas arah dan
target usaha yang akan dijalankan dalam periode waktu tertentu
3. Aspek teknis
Berbagai aspek teknis yang masih sering menjadi problem
meliputi: cara produksi, sistem penjualan sampai pada tidaknya badan
hukum serta perizinan usaha yang lain
4. Aspek keuangan
Kendala yang sering mengemukakan setiap perbincangan
usaha kecil adalah lemahnya bidang keuangan pengusaha mikro
hampir tidak memiliki akses yang luas kepada sumber
permodalan.Kendala ini sesunguhnya dipengaruhi oleh tiga kendala
diatas. Kebutuhan akan permodalan tidak dapat dipenuhi oleh lembaga
ke dapat memenuhi prosedur yang ditetapkan.
1.1.9 Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk
fisik tradisional yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara
langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan
masyarakat baik didesa, kecamatan dan lainnya (sinaga 2008).
Pengertian yang lain pasar tradisional merupakan tempat penjual dan
pembeli memperdagangkan barang-barangnya secara berpindah dari satu
bersama. Sistem ekonomi tradisonal ini masih berperan penting dalam
kehidupan masyarakat desa.
(Said Syahbuddin,www.melayuOnline.com:20/02/2009).
Dalam pasar tradisonal terhadap kesepakatan masyarakat mengenai
tempat dan hari untuk menjual hasil produksinya. Misalanya, padahari senin
di desa A, kamis di kota atau di desa B. Menurut Gilarso pengertian pasar
dalam arti sempit adalah “suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual
dan pembeli dapat bertemu untuk jual beli barang. Para pedagang
menawarkan barang (beras, buah-buahan, dan sebagainya) dengan harapan
dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai gantinya.Para
konsumen (pembeli) datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang
untuk membanyar harganya.
Harga di pasar tradisonal ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh
karena itu dapat dilakukan tawar menawar.BIla dilihat dari tingkat
kenyamanannya, pasar tradisonal selama ini cenderyng kumuh dengan lokasi
yang tidak tertata rapi.Pembeli di pasar tradisonal (biasanya kaum ibu)
mempunyai perilaku yang senang berinteraksi dengan
berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang,
memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual di pasar tradisonal umumnya barang-barang local
yang jika ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas adalah merupakan barang
barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang
dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari di kios lain.
Rantai distribusi pada pasar tradisonal terdiri dari produsen, distributor, sub
distributor, pengecer dan konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar
tradisonal antara lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor
dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau
memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga
barang yang kurang diminati konsumen.Selain itu, dapat mengalami kesulitan
dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan
manajemen sehingga melemahkan daya saing.
Sebagian besar konsumen pasar tradisonal adalah masyarakat kelas
menengah ke bawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap
harga. Lebih jauh tentang pasar tradisonal yang memegang peranan yang
strategis adalah; (menurut Keputusan Menteri Perindustrian & Perdagangan
No 23/MPP/KEP/I/1998) yaitu :
a. Jumlah pasar tradisonal di Indonesia lebih dari 13.450 dengan jumlah pedagang berkisar 12.625.000 orang (sumber : APKASI,2003)
b. Pasar tradisonal masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi bersekala
menengah kecil serta mikro. Mereka adalah para petani, nelayan,
pengrajin, home industry (industry rakyat). Jumlah mereka adalah puluhan
c. Pasar tradisonal adalah wadah untuk mendapatkan berbagai keperluan dan kebutuhan pokok manyoritas penduduk di tanah air. Mereka bisa
mendapatkannya dengan harga yang terjangkau.
d. Pasar tradisonal selalu menjadi indicator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan tingkat kestabilan harga dan inflasi domestic. Dalam
menghitung inflasi, harga kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar
tradisonal seperti, beras, gula, dan Sembilan kebutuhan pokok lainnya
menjadi obyek monitoring para ahli statistic setiap bulannya.
e. Interaksi social sangat kental terjadi di dalam pasar tradisonal ini terjadi karena mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar.
Selain itu para pedagang (produsen) dan pembeli (konsumen) dapat secara
langsung berkomunikasi dan saling mengenal lebih jauh, bukan hanya
menyangkut barang yang di perdagangkan tetapi juga menyangkut hal
lainnya. Termasuk tentang budaya masing-masing yang terkait dengan
jenis masakan dan cara berpakaian. Di pasar tradisonal telah berkumpul
dan berinteraksi dengan damai para anggota masyarakat dari ragam latar
belakang, suku, dan ras mulai dari keturunan Arab, Cina, Batak, Padang,
Sunda, Jawa, Madura, dan lainnya.
Pasar tradisonal merupakan kumpulan para entrepreneur dan calon
entrepreneur yang pada umumnya menggunakan modal sendiri dalam
1.1.10Definisi Kredit Mikro
Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak perbankan
kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang
membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di
persamaan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara
Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bungan, imbalan,
atau hasil pembagian kuntungan.
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith), maksudnya adalah apabila
seseorang memperoleh kredit maka mereka memperoleh
kepercayaan.Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan
kepercayaan kepada seseorang bahwa uang atau barang yang dipinjamkan pasti
kembali. Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran
atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau
pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang yang sekarang
(Kent dalam Ramadhini 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa
unsure yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi
benar-benar diterima kembali dala jangka waktu tertentu oada
masa yang akan dating.
b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang
akan dating.
c. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai
akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima
dikemudian hari. Adanya unsure resiko ini menyebabkan adanya
jaminan dalam pemberian kredit.
d. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa.
Menurut kasmir (2004), prinsisp-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C
adalah :
1. Character : sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan
memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari
orang-orang yang akan di berikan kredit dapat dipercaya.
2. Capacity : kemampuan calon dibitur dalam membayar kredit
yang dihubungkan dengan kemampuan calon dibitur tersebut
dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola uang.
3. Capital : sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon
4. Collateral : jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan
melebihi jumlah kredit yang diberikan.
5. Condition : penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi
sekarang dan masa yang akan datang.
Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian
usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi
yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit
di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu progam atau
kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada
masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha
meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus
dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit,
2007 dalam Ramadhini, 2008).
Dalam Ramadhini (2008) mendefisinikan kredit mikro sebagai
pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang
terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman
dari bank tradisonal.
Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan
pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam
beraktivitas, umumnya dangan alternative jaminan kolaterial dan
modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha,
atau sebgai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak.
Kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah suatu kredit
kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi
defisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha
produkgtif yang memenuhi criteria usaha dengan batasan tertentu
kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.
1.1.11Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Kredit Informal
Menurut Muhammad Teguh (199: 108) dalam penelitiannya mengenai
peranan Lembaga Kredit Informal bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi
pilihan masyarakat terhadap kredit informal yaitu :
a. Adanya restriksi (pembatasan) yang dibuat oleh lembaga keuangan formal
melalui peraturan-peraturan yang diterapkan oleh lembaga tersebut.
b. Adanya keahlian tertentu dari pemberi kredit informal dalam menanggapi
kebutuhan masyarakat.
c. Akibat ketidaksabaran masyarakat.
d. Keperluan-keperluan yang mendesak dari masyarakat.
e. Adanya persepsi masyarakat yang lebih berorientasi pada kebutuhan
f. Tidak adanya alternative lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
dana.
Ada lima alasan menurut Iyuk Wahyudi, kenapa rentenir sebagai
lembaga pembiayaan non-formal tetap eksis sampai sekrarang khususnya
dikalangan masyarakat miskin dan lemah (Rentenir, Antara Hujatan dan
Sanjungan, Harian Kompas, senin, 23/09/2008) yaitu :Simpel tidak birokratis
dan berbelit-belit sangat mempertimbangkan aspek momentum. Artinya,
rentenir mampu memberikan dana nasabahnya disaat yang tepat.
1. Pendekatan budaya setempat, artinya rentenir dating sebagai
kawan/kolega yang senyatanya.
2. Berinteraksi dengan didasari oleh saling kenal dan rasa saling percaya.
3. Pemahaman mendalam terhadap bisnis si nasabah. Artinya, si rentenir
tahu kapan waktu panennya, kapan menjualnya, kapan butuh uang, resiko,
bahkan hingga tingkat keuntungan yang akan di peroleh para klien-nya.
4. Progresif dan proaktif, artinya lebih sering rentenir terjun langsung ke
lokasi usaha si calon nasabah.
1.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, sebagai bahan perbandingan serta penunjang penelitian
serta penunjang penelitian, terdapat beberapa hasil penelitian (karya ilmiah) yang di
1. Skripsi yang di susun oleh Muhammad Ridwan, mahasiswa program studi
ekonomi pembangunan, fakultas ekonomi, universitas islam Indonesia
Yogyakarta (2006) dengan judul, “Determinan dari kredit rentenir untuk
pedagang mikro (Studi kasus pada pedagang Mikro di pasar tradisional
Gunung kidul Yogyakarta)”.
Terdapat dua fokus yang di kaji dalam penelitian pertama,
mengetahui seberapa besar keuntungan bersih per bulan (dalam persen)
terhadap pinjaman pedagang mikro kedua, mengetahui seberapa besar
pengaruh bunga pinjaman perbulan (dalam persen) terhadap pinjaman
pedagang mikro.
Kedua fokus di atas menjadi analisis kemudian melahirkan
kesimpulan sebagai berikut:
a. Keuntungan (dalam persen)
Dilihat dari hasil regresi variabel tingkat keuntungan samgat
berpengaruh dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman dengan
lebih tingginya tingkat keuntungan yang di peroleh pedagang mikro di
bandingkan dengan tingginya tingkat bunga pinjaman bukanlah suatu
kendala bagi pedagang mikro untuk melekukan pinjaman.
b. Bunga pinjaman (dalam persen)
Adapun variabel tingkat bunga dalam penelitian ini kurang
meskipun tingkat bunga pinjaman per bulan relative tinggi, para
pedagang mikro tetap melakukan pinjaman kepada rentenir.
Dilihat dari fokus yang diteliti, penelitian Mohammad Ridwan
memiliki perbedaan dengan apa yang akan di teliti oleh penulis.
Seperti yang di jabarkan dalam rumusan masalah, penulis akan lebih
melihat dari sudut pandang pedagang pasar itu sendiri terhadap
ketergantungan kredit dari rentenir.
2. Skripsi yang di susun oleh Untung Cahyana, Mahasiswa Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta (1997) dengan judul “Cara Kerja Rentenir dan
Pengaruh Terhadap Pedagang Pasar (Studi Kasus: Pasar Sentolo,
Ds.Sentolo, Kec. Sentolo, Kab. Progo, Prov. Daerah Istimewa
Yogyakarta)”
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
hubungan antara cara kerja rentenir dalam memperoleh nasabah dengan
factor-faktor yang mendukung pedagang pasar memilih menjadi nasabah
rentenir, tanggapan pedagang pasar terhadap cara pemberian pinjaman
dari rentenir dan konsep cara kerja lembaga kredit formal (dalam hal ini
BRI sebagai pembanding).
Penelitian ini menggunakan metode populasi sampel yang di ambil
dari 50 pedagang pasar.Teknik yang dipakai dalam analisis data adalah
analisis deskriptif dan alanisis statistic dengan menggunakan Korelasi
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa cara kerja rentenir
ternyata dalam memberikan pinjaman dengan syarat ringan dan prosedur
yang dilakukan cukup sederhana, mudah dan cepat dengan beban bunga
10% per bulan. Sedangkan cara kerja lembaga kredit formal (BRI) dalam
memberikan pinjaman membutuhkan syarat-syarat tertentu dan prosedur
yang digunakannya memakan beberapa langkah. Adapun untuk beban
bunga dari pinjaman ini adalah sebesar 1,5% per bulan.
Bila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis , penelitian di atas memiliki perbedaan dari sudut pandang yang di
angkat. Penelitian diatas mengugnakan sudut pandang rentenir sebagai
objek penelitian mengenai cara serta perannya dalam memberikan dana
pinjaman untuk pedagang pasar Sentolo. Sebalikny, penelitian yang akan
di lakukan oleh penulis melihat dari sudut pandang pedagang pasar.
Waktu serta tempat penelitian juga memiliki arti lain, dimana penelitian
tersebut dilakukan pada masa-masa atau menjelang krisis moneter yang
tentunya memiliki tingkat kesulitan ekonomi tersendiri khususnya
mengenai permodalan.
3. Studi yang dilakukan Heru Nugroho yang berjudul “Uang, Rentenir, dan,
Hutang Piutang di jawa” yang dilakukan pertengahan tahun 1990 pada
masyarakat Bantul (khususnya pedagang di Pasar Bantul dan Petani)
tentang uang dan rentenir. Di sini dibahas mengenai peran rentenir dalam
bahwa rentenir ternyata bukanlah sebagai “lintah darat” melainkan
rentenir berperan sebagai “agen perkembangan” dalam masyarakat di
Bantul karena kredit yang ditawarkan merupakan sumbangan yang berarti
dan rentenir menjadi daya penting bagi pedagang untuk melancarkan
aktivitas perdagangan.
4. Penelitian dari Ratna Ayu Widya Lestari dari kredit pelepas uang
pedagang mikro di pasar tradisional bantul, Yogyakarta), skripsi fakultas
ekonomi, tak diterbitkan, universitas islam Indonesia,Yogyakarta, 2005.
Penilitian ini dilakukan pasar bantul yang mewakili sub daerah
perkotaan, pasar niten yang mewakili daerah sub urban, pasar delingo dan
pasar imogiri yang mewakili daerah pedesaan pegunungan, dan pasar
ngangkruksari yang mewakili daerah pedesaan pantai selatan metode
analisa data menggunakan metode kuantitatif dengan program SHAZAM
versi 8.0. diperoleh hasil estimasi sebagai berikut :
a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pinjaman pedagang (Y)
dan variable independen adalah keuntungan bersih(X1) (dalam %) per
bulan dan variabel bunga pinjaman (X2) (dalam %) per bulan
persamaan regresi yang dihasilkan adalah
Y = -7684.7 + 77774 X1– 0.12259 X2
b. R square ( R2 ) pada model sebesar 0, 3289 yang menunjukan bahwa
secara variasi dari variabel independent mampu menjelaskan variasi
statistic sebesar 32% dan sisanya 68% dijelaskan oleh
variabel-variabel diluar model.
c. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat
keuntungan (dalam %) tanda parameter koefisien regresi untuk X1
positif signifikan dengan nilai koefisien sebesar 77774, artinya setiap
penambahan 1 persen tingkat keuntungan, maka akan menyebabkan
bertambahnya jumlah pinjaman pedagang micro di pasar tradisional
kabupaten bantul sebesar 77774.
d. Pendugaan terhadap nilai koefisien regresi X1 yaitu tingkat bunga
pinjaman pedagang micro tanda parameter koefisien regresi X2
negative signifikan dengan nilai koefisien sebesar -0 12259E+06 atau
-122593. 294563, artinya setiap penambahan bunga sebesakar 1
persen, maka akan menyebabkan penurunan terhadap jumlah pinjaman
pedagang mikro di pasar tradisional kabupaten bantul yaitu sebesar
-122593, 294563
e. Uji F dengan α =0.05 (5%) apabila F hitung > F tabel yaitu 60. 518 >
3.07 , hal ini menunjukan bahwa variabel dependen berpengaruh
signifikan terhadap variabel independennya secara bersama-sama
f. Uji t dengan α = 0,05 (5 %) untuk variabel keuntungan (X1) diperoleh
bahwa t statistik > t Tabel yaitu 8,552 > 1.645 sehingga Ho ditolak
(positif signifikan) artinya ada pengaruh atau hubungan positif antara
tinggi keuntungan semakin besar keinginan pedagang mikro untuk
melakukan pinjaman dan untuk variabel tingkat bunga (X2) diperoleh
bahwa t statistik > t tabel yaitu -1.875 > 1.645 sehingga Ho ditolak
(negative signifikan), yang artinya ada pengaruh negatif antara tingkat
bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pedagang mikro dimana
semakin tinggi bunga maka akan semakin kecil keinginan pedagang
untuk melakukan pinjaman.
g. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya multiko
linearitas , autokorelasi dan heteroskedastisitas dari hasil analisa
diperoleh bahwa nilai standar koefisien β dari variabel keuntungan
bersih (X1) adalah 0.5105 dan nilai standar koefisien β variabel bunga
pinjaman perbulan (X2) adalah -0 .1119 dari hasil analisa tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang paling dominan dalam
mempengaruhi variabel dependen (pinjaman pedagang mikro) adalah
variabel keuntungan bersih (X1)
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah keberadaan para
rentenir tau pelepas uang yang tetap eksis dalam membantu kesulitan
permodalan yang dialami oleh para pedagang mikro.
5. Penelitian Tim Bank Danamon (2003)
Penelitian yang dilakukan oleh Tim Bank Danamon pada bulan
November 2003 di 8 kota besar yang mewawancari 1000 responden
dari responden membutuhkan pinjaman, namun hanya 36% (yaitu 61%
dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian dilakukan -
currently borrow), yang meminjam dari BRI dan Bank Komersial lainnya.
Hanya 5% yang meminjam dari BPR (8% dari 60% - currently borrow).
Sisanya meminjam dari teman, keluarga, rentenir, dan koperasi. Dari hasil
penelitian ini responden juga mengatakan, Bank terlalu rumit dan
menakutkan dan mereka mengatakan bahwa persyaratan dan proses untuk
meminjam uang di bank terlalu rumit, proses terlalu lama dan lokasi bank
terlalu jauh dari tempat usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk
dating ke bank karena harus menunggu took/kios-nya. Sebagian besar
mengatakan bahwa bank “menakutkan” dan bukan untuk mereka. Mereka
membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang
mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bias transaksi dapat
dilakukan di tempat mereka.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan referensi dan pengamatan dilapangan yang dilakukan penulis,
maka menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kepercayaan dengan
Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.
2. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Kemudahan dengan
3. Diduga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara Kenyamanan dengan
Ketergantungan pedagang pasar kepada rentenir.
4. Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Keutungan dengan
41 3.1Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pedagang pasar yang terletak di Pasar
Prawirotaman Yogyakarta. Pedagang pasar menjadi sumber informasi yang
dapat memberikan data sesuai masalah yang diteliti.Dengan demikian obyek
penelitian merupakan sumber informasi mencari data dan masukan-masukan
dalam mengungkapkan permasalahan penelitian.
Penelitian ini berbentuk survei, yakni menganalisis ketergantungan
pedagang pasar terhadap rentenir.Adapun tujuan dari survei ini bersifat
menerangkan atau menjelaskan, yakni mempelajari fenomena sosial dengan
meneliti variabel penelitian.
3.2Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah suatu data yang dikumpulkan sendiri secara
langsung dari narasumber aslinya atau responden. Data yang
diperoleh dari kuesioner yang merupakan data kualitatif yang
dinyatakan dalam angka menjadi data kuantitatif.
2. Data sekunder adalah suatu data yang diusahakan oleh pihak lain
untuk keperluan profil suatu daerah tempat dilakukannya
penelitian.
3. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui proses tanya jawab secara lisan dengan
pihak yang berwenang mengenai data berhubungan dengan
perencanaan. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah
wawancara perorangan, artinya bahwa peneliti mengadakan
wawancara hanya dengan satu orang informan atau lebih.
3.3Teknik Pengambilan Populasi atau Sampel
Teknik pengambilan populasi atau sampel akan dijabarkan
sebagaimana berikut:
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar.
2. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat
mewakili dari populasi tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel
menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang dari 100, lebih
baik di ambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika
subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik:
a. Membagikan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada 50 orang
responden yang berisi tentang data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat
menggunakan skala likertyaitu dengan skala 1-5. Skala tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi
skor atau nilai seperti di bawah ini:
1. Sangat setuju (SS) : 5
2. Setuju (S) : 4
3. Netral (N) : 3
4. Tidak setuju (TS) : 2
5. Sangat tidak setuju (STS) : 1
b. Kepustakaan, yaitu mencari literature-literatur yang diperlukan
sehubungan dengan data dan teori yang dibutuhkan.
3.5Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Variabel tergantung (variabel dependent)
Variabel dependenadalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Y