PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA,
PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN
TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA
DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh:
JUNIARI N. SIAHAAN 107019067/IM
S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA,
PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN
TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA
DI KOTA MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Manajemen
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh:
JUNIARI N. SIAHAAN 107019067/IM
S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP
KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA di kota medan
Nama : JUNIARI N. SIAHAAN
Nomor Pokok : 107019067
Program Studi : ILMU MANAJEMEN
Menyetujui Komisi Pembimbing:
Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si
Ketua
Dr. Yenni Absah, SE, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
Prof. Dr. Paham Ginting, MS
Direktur,
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Tanggal lulus :
Telah Diuji pada: Tanggal
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si
Anggota : 1. Dr. Yenni Absah, SE, M.Si 2. Prof. Dr. Amrin Fauzi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul: “ PENGARUH KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA, PARTISIPASI ANGGOTA DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN KOPERASI SERBA USAHA DI KOTA MEDAN” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,
PENGARUH KEMAMPUAN SDM, PARTISIPASI ANGGOTA
DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN
KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian, antara lain; meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas, sendi serta tata kerja koperasi; meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan; meningkatnya pemerataan dan keadilan; meningkatnya kesempatan kerja. Semua ini mengakibatkan pertumbuhan struktural dalam perekonomian nasional yang tergantung pada Co-operative Growth, Cooperative Share dan
Co-operative Effect yang melibatkan, memberdayakan segenap lapisan masyarakat,
sehingga dapat mengatasi kemiskinan. Masalah paling esensi adalah mengenai keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi. Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga perekonomian lainnya. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep koperasi, jenis koperasi di Indonesia, Koperasi Serba Usaha (KSU), Sumber Daya Manusia Koperasi, Partisipasi Anggota Koperasi, Pelayanan koerasi dan Keberhasilan Pengelolaan Koperasi.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanotory. Metode pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur dengan sampel sebanyak 280 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan uji secara simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan SDM KSU, Partisipasi anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan dengan tingkat signifikansi 0,000. Koefisien determinasi (R2
Hasil uji t (secara parsial) yaitu Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan sistem Pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan.
) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 78,10% dan sisanya 21,90% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian adalah Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU.
THE INFLUENCE OF HUMAN RESOURCES’ CAPACITY, MEMBERS’ PARTICIPATION, AND SERVICE SYSTEM ON THE SUCCESS
OF ALL-PURPOSE COOPERATIVE (KSU) IN MEDAN
ABSTRACT
From the macro economy point of view, the role of cooperatives is
economically increasing; it can be seen from the increase of the use of cooperatives by people and for the environment, the understanding of the cooperative’s principle, foundation, and management, the increase in production, income, and welfare, the increase in distribution and justice, and the increase in employment. All these have caused the structural growth in the national economy which depends upon Co-operative Growth, Cooperative Share, and Co-operative Effect which involve and empower all walks of life so that poverty can be extricated. The most essential thing is about the success of a cooperative in its growth and development. So far, cooperatives have been left behind farther than the other economic institutions since the management of cooperatives has to face many problems.
The theory used in this study was the concept of cooperative, the types of cooperative in Indonesia, all—purpose cooperative (KSU), human resources in cooperative, cooperative members’ participation, service of cooperative, and the success in managing cooperatives.
The study used a survey approach with descriptive quantitative type and explanatory nature. The samples comprised 280 respondents and were taken by using proportionate stratified random sampling. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis with simultaneous type of test (F-test) and partial type of test (t-test) which was aimed to know the influence of independent variables on dependent variable at the level of reliability of 95% (α = 0.05).
The result of the analysis showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan with the significance level at 0.000. Coefficient determination (R2
The result of the t-test (partially) showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan.
) of independent variables on dependent variable was 78.10% and the rest (21.90%) was explained by other factors which were excluded from the study.
The conclusion of the study showed that the capacity of human resources, members’ participation, and service quality had significant influence on the success of KSU.
Keywords; Capacity of Human Resources, Members’ Participation, Service System,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang
berjudul: “Pengaruh Kemampuan SDM, Partisipasi anggota dan Sistem Pelayanan
Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kota Medan”.
Atas selesainya tesis ini, Peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus Komisi Pembanding yang
telah banyak memberikan arahan dan saran kepada Peneliti untuk
kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.
4. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si, selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Ibu Dr. Yenni Absah, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dan saran kepada Peneliti untuk
6. Bapak Prof. Dr. Amrin Fauzi, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah
banyak memberikan saran dan masukan kepada Peneliti untuk kesempurnaan
dalam Penelitian tesis ini.
7. Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE, selaku Anggota Komisi Pembanding yang
telah banyak memberikan saran dan masukan kepada Peneliti untuk
kesempurnaan dalam Penelitian tesis ini.
8. Bapak Drs. H. Tunggar Harahap, M.Si selaku Kepala Dinas Koperasi dan
UMKM Kotamadya Medan yang bersedia memberikan data koperasi yang ada
di Kota Medan
9. Suami tercinta Jimmy Carter Ambarita, SE dan anak saya Andre Justin
Ambarita yang telah memberikan doa dan motivasi kepada Peneliti untuk
menyelesaikan studi.
10.Kedua orang tua Peneliti, Ayahanda W. Siahaan (+) dan Ibunda S.
Simanjuntak tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
11.Seluruh staf pengajar program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan selama
masa perkuliahan.
12.Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
yang selama ini telah terjalin kerja sama dalam menyelesaikan semua tugas
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmad dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada
Peneliti baik ketika masih kuliah maupun saat Penelitian tesis. Peneliti menyadari
tesis ini belum sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna
bagi banyak pihak, khususnya bagi Penelitian pengembangan pemberdayaan
Koperasi Serba Usaha.
Medan, Maret 2013
Peneliti
RIWAYAT HIDUP
Juniari Siahaan, lahir pada tanggal 10 Juni 1982 di Balige Kabupaten Toba
Samosir Menikah dengan Jimmy Carter Ambarita, SE tahun 2006 dan telah
dikaruniai seorang putra, Andre Justin Ambarita.
Pendidikan dimulai pada tahun 1988 di Sekolah Dasar (SD) Negeri Nomor
173536 Balige dan lulus pada tahun 1994. Kemudian melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Balige lulus Tahun 1997. Selanjutnya
meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Balige,
lulus tahun 2000 Tahun 2001 melanjutkan ke Pendidikan Diploma I Mitra Bisnis
Politeknik Sumatera Utara Jurusan Teknik Informatika Komputer, Tahun 2002
melanjutkan pendidikan ke Diploma III di Universitas Sisingamangaraja XII
Medan Jurusan Teknik Komputer dan Lulus Tahun 2004 kemudian tahun 2008
melanjutkan ke strata-1 di STMIK Sisingamangaraja XII Medan Jurusan
Manajemen Informatika Komputer dan tahun 2010 melanjutkan ke Strata-2
Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
di Medan, saat ini Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Koperasi
DAFTAR ISI
1.2Perumusan Permasalahan ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 8
2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi ... 16
2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi ... 20
2.2.6 Pelayanan Koperasi ... 24
2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian ... 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.3 Populasi dan Sampel ... 37
3.4 Teknis Pengumpulan Data... 39
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.6 Identifikasi dan Operasional Variabel ... 40
3.6.1 Identifikasi Variabel ... 40
3.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 40
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
3.7.1 Uji Validitas ... 43
3.7.2 Uji Reliabilitas ... 46
3.8 Metode Analisis Data ... 47
3.8.1 Analisis Deskriptif ... 47
3.8.2 Analiisis Regresi berganda ... 47
3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 48
3.8.4 Uji Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Hasil Penelitian ... 52
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan 52 4.1.2 Gambaran Struktur Organisasi ... 53
4.1.3 Visi dan Misi Koperasi dan UKM Kota Medan ... 54
4.1.4 Karakteristik Responden ... 55
4.1.5 Analisa Statistik Deskriptif (Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... 56
4.1.6 Pengujian Asumsi Klasik ... 69
4.1.7 Hasil Regresi Berganda ... 73
4.2 Pembahasan ... 84
Keberhasilan KSU ... 85
4.2.3 Pengaruh Ssitem Pelayanan KSU terhadap Keberhasilan KSU ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1. Kesimpulan ... 91
5.2. Saran ... 92
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 35 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 74 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Pertumbuhan Koperasi di Kota Medan Tahun 2009-2011 ... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 3.1 Jumlah Koperasi, Jumlah Sampel dan Jumlah Responden Berdasarkan ZonaWilayah Kota Medan Tahun 2012 ... 38
3.2 Operasionalisasi Variabel ... 41
3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kemampuan SDM KSU ... 44
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Partisipasi Anggota KSU ... 45
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Sistem Pelayanan KSU ... 45
3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keberhasilan KSU ... 46
3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 47
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 56
4.4 Penjelasan Responden Atas Variabel Kualitas SDM (Pengurus KSU) .. 57
4.5 Penjelasan Responden Atas Variabel Kualitas SDM (Pengawas KSU) . 60 4.6 Penjelasan Responden Atas Variabel Partisipasi Anggota KSU ... 64
4.7 Penjelasan Responden Atas Variabel Sistem Pelayanan KSU ... 67
4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Keberhasilan KSU ... 71
4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ... 75
4.10 Hasil Regresi Berganda ... 77
4.11 Hasil Uji Secara Simultan ... 78
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 79
PENGARUH KEMAMPUAN SDM, PARTISIPASI ANGGOTA
DAN SISTEM PELAYANAN TERHADAP KEBERHASILAN
KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian, antara lain; meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas, sendi serta tata kerja koperasi; meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan; meningkatnya pemerataan dan keadilan; meningkatnya kesempatan kerja. Semua ini mengakibatkan pertumbuhan struktural dalam perekonomian nasional yang tergantung pada Co-operative Growth, Cooperative Share dan
Co-operative Effect yang melibatkan, memberdayakan segenap lapisan masyarakat,
sehingga dapat mengatasi kemiskinan. Masalah paling esensi adalah mengenai keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi. Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga perekonomian lainnya. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep koperasi, jenis koperasi di Indonesia, Koperasi Serba Usaha (KSU), Sumber Daya Manusia Koperasi, Partisipasi Anggota Koperasi, Pelayanan koerasi dan Keberhasilan Pengelolaan Koperasi.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanotory. Metode pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling (penarikan sampel proporsional acak berstruktur dengan sampel sebanyak 280 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan uji secara simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kemampuan SDM KSU, Partisipasi anggota KSU dan Sistem Pelayanan KSU berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan dengan tingkat signifikansi 0,000. Koefisien determinasi (R2
Hasil uji t (secara parsial) yaitu Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan sistem Pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap Keberhasilan KSU di Kota Medan.
) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 78,10% dan sisanya 21,90% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian adalah Kemampuan SDM, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan KSU.
THE INFLUENCE OF HUMAN RESOURCES’ CAPACITY, MEMBERS’ PARTICIPATION, AND SERVICE SYSTEM ON THE SUCCESS
OF ALL-PURPOSE COOPERATIVE (KSU) IN MEDAN
ABSTRACT
From the macro economy point of view, the role of cooperatives is
economically increasing; it can be seen from the increase of the use of cooperatives by people and for the environment, the understanding of the cooperative’s principle, foundation, and management, the increase in production, income, and welfare, the increase in distribution and justice, and the increase in employment. All these have caused the structural growth in the national economy which depends upon Co-operative Growth, Cooperative Share, and Co-operative Effect which involve and empower all walks of life so that poverty can be extricated. The most essential thing is about the success of a cooperative in its growth and development. So far, cooperatives have been left behind farther than the other economic institutions since the management of cooperatives has to face many problems.
The theory used in this study was the concept of cooperative, the types of cooperative in Indonesia, all—purpose cooperative (KSU), human resources in cooperative, cooperative members’ participation, service of cooperative, and the success in managing cooperatives.
The study used a survey approach with descriptive quantitative type and explanatory nature. The samples comprised 280 respondents and were taken by using proportionate stratified random sampling. The hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis with simultaneous type of test (F-test) and partial type of test (t-test) which was aimed to know the influence of independent variables on dependent variable at the level of reliability of 95% (α = 0.05).
The result of the analysis showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan with the significance level at 0.000. Coefficient determination (R2
The result of the t-test (partially) showed that the capacity of human resources of KSU, KSU members’ participation, and the service system of KSU had significant influence on the success of KSU in Medan.
) of independent variables on dependent variable was 78.10% and the rest (21.90%) was explained by other factors which were excluded from the study.
The conclusion of the study showed that the capacity of human resources, members’ participation, and service quality had significant influence on the success of KSU.
Keywords; Capacity of Human Resources, Members’ Participation, Service System,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam
upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan
koperasi memiliki prinsip kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
Pembangunan koperasi identik dengan mengatasi kemiskinan. Menurut
Bung Hatta, koperasi yang berazaskan pasal 33 UUD 1945 merupakan
satu-satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan antara yang kaya dengan yang
miskin (Mubyarto 2003).
Secara makro dapat dilihat peranan koperasi yang semakin meningkat dalam perekonomian yaitu dari:
1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor,
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar,
3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat,
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta
5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam
perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi
nasional pada masa mendatang.
Pemberdayaan koperasi secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan
pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka,
menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki
pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan koperasi juga akan
meningkatkan pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator
kesejahteraan masyarakat Indonesia lainnya.
Sebagai soko guru perekonomian, koperasi memungkinkan untuk
berkembang secara ekonomis, mampu memberikan pelayanan secara terus
menerus dan meningkat kepada anggotanya serta masyarakat sekitarnya, juga
dapat memberikan sumbangan yang mendasar kepada pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Akan tetapi pada masa sekarang ini, banyak masyarakat menilai koperasi
sebagai badan sosial yang mencoba bergerak di bidang ekonomi dan beranggapan
bahwa usaha yang dilakukan koperasi merupakan usaha kecil-kecilan, padahal
jika dikaji secara mendalam, koperasi sangat penting dalam perekonomian.
Koperasi dianggap mampu memberikan berbagai kelebihan pada anggota dan
masyarakat luas yang memanfaatkan koperasi. Ditambah lagi koperasi
mempunyai tujuan yang sangat mulia, yakni memajukan kesejahteraan anggota
khususnya dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian, ternyata masalah paling esensi adalah mengenai
keberhasilan usaha koperasi dalam tumbuh dan berkembangnya suatu koperasi.
Sampai saat ini koperasi lebih tertinggal dibanding dengan lembaga
Daerah. Penyebab ketertinggalan ini, karena banyaknya persoalan yang harus
dihadapi oleh koperasi dalam pengelolaannya.
Secara kuantitatif, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan koperasi
memang luar biasa. Jumlah, jenis, keanggotaan, maupun kapasitas permodalannya
tumbuh pesat. Akan tetapi perkembangan tersebut belum mampu mencapai target
yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah karena koperasi itu sendiri
belum memasyarakat. Masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami
secara komprehensif, apa, mengapa dan bagaimana sesungguhnya koperasi.
Rendahnya pemahaman masyarakat tersebut pada akhirnya berpengaruh negatif
terhadap minat masyarakat untuk menjadi anggota dan berpartisipasi aktif dalam
pengembangan koperasi.
Di sisi lain, pertumbuhan kuantitas juga belum diimbangi dengan
peningkatan kualitas. Masih banyak koperasi yang mengalami stagnasi atau
bahkan gulung tikar. Kurang maksimalnya kinerja sebagian koperasi pada
umumnya disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengelolanya.
Dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia tidak
lain adalah karena rendahnya pengetahuan pengelola terhadap koperasi.
Demikian juga halnya dengan keberadaan Koperasi Serba Usaha (KSU) di
Kota Medan menurut data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Medan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 menyebutkan dari sisi
jumlah, koperasi di Kota Medan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah koperasi, jumlah anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU), dimana
dengan jumlah anggota 135.330 orang, kemudian pada tahun 2010 meningkat
8.96 persen menjadi 502 unit dengan jumlah anggota 150.367 orang. Dan pada
tahun 2011 meningkat sebesar 9.71 persen menjadi 556 unit dengan jumlah
anggota 170.750 orang. Demikian juga halnya dengan SHU, pada tahun 2010
mengalami peningkatan sebesar 10 persen menjadi Rp. 1.036.800.000 dan tahun
2011 juga meningkat sebesar 10 persen menjadi Rp.1.280.000.000.
N a m u n d e m i k i a n , d a r i s i s i k u a l i t a s
Tabel 1.1 Pertumbuhan Koperasi di Kota Medan
pertumbuhan kuantitas KSU
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas KSU yang baik. Hal ini terlihat dari
peningkatan persentase jumlah KSU yang hanya 8 hingga 10 persen dari tahun
2009 hingga 2011 dan meningkatnya jumlah koperasi tidak aktif, dimana pada
tahun 2009 sampai tahun 2011 jumlah koperasi yang tidak aktif meningkat
sebanyak 6.29 persen dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 6.98 persen.
Tahun 2009-2011 7. Volume Usaha Rp.000 121.320.000 134.800.000 150.000.000
8. SHU Rp.000 1.036.800 1.152.000 1.280.000
Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Medan, (2012)
Banyaknya masalah yang menghambat perkembangan Koperasi Serba
Usaha khususnya di Kota Medan disebabkan oleh pengelolaan yang kurang
Penyebab utama kurang berhasilnya koperasi termasuk KSU yang ada di
Kota Medan, diantaranya keterbatasan sumber daya manusia pengurus koperasi
yang berkualitas. Keberadaan sumber daya manusia KSU di Kota Medan
khususnya pengurus dari sisi pendidikan dan kemampuan masih belum
menggembirakan. Fakta menunjukkan masih rendahnya kualitas sumber daya
koperasi khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi
dan pemasaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (2008), yang menyebutkan
bahwa, permasalahan yang dihadapi dalam membangun koperasi adalah masalah
struktural dengan berbagai cirinya, misalnya masalah kelemahan
pengelolaan/manajemen dan kelangkaan akan modal. Kelemahan manajemen
tersebut biasanya disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki masyarakat, dalam hal ini pengurus koperasi, masih terbatas, sedangkan
kelangkaan akan modal disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakat Indonesia
yang umumnya masi
Disamping itu adalah rendahnya tingkat kompetensi kewirausahaan
sumber daya manusia koperasi. Rendahnya tingkat pendidikan sumber daya
manusia tersebut ternyata tidak diimbangi dengan upaya-upaya peningkatan
kemampuan (capacity building) baik melalui pelatihan, pendidikan, maupun studi
banding secara terprogram. Pada umumnya sumber daya manusia yang ada lebih
fokus pada pengalaman dalam menjalankan usaha. Upaya-upaya untuk
meningkatkan kemampuan masih belum merupakan prioritas. Lemahnya tingkat
diantaranya: rendahnya inovasi, lemahnya manajemen usaha, rendahnya
produktivitas, rendahnya kualitas produk dan lemahnya kemampuan mengakses
modal usaha.
Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan
bagi mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat
mengelola koperasi menuju keberhasilan. Rendahnya kualitas dari pengurus
koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya
sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi. Hal ini yang
mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan tujuan yang
hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam peningkatan
perkembangan usaha dari koperasi.
Dalam hal ini partisipasi dari para anggota koperasi dalam memilih
pengurus koperasi yang profesional sangat dibutuhkan. Partisipasi merupakan
kebutuhan dasar bagi usaha koperasi, karena maju mundurnya suatu koperasi
sangat tergantung pada partisipasi anggota dalam berbagai aspek seperti
pendidikan dan penyuluhan, pertemuan, pembentukan modal, pengembangan
usaha dan komunikasi pembuatan program. Semakin besar partisipasi anggota,
semakin mudah koperasi berkembang.
Meliani & Ismulyati (2002), menambahkan kendala yang sering dihadapi
koperasi selain faktor permodalan adalah kurangnya partisipasi anggota, padahal
partisipasi anggota merupakan unsur utama dan terpenting dalam kegiatan
Pada kenyataan yang ada partisipasi anggota koperasi saat ini masih
rendah, disebabkan para anggota belum sepenuhnya mengerti lingkup kegiatan
koperasi yang sebenarnya sehingga anggota koperasi tidak menunjukkan
partisipasinya baik itu secara kontributif maupun insentif terhadap kegiatan
koperasi sendiri. Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh
pengurus kepada para anggota koperasi ditengarai menjadi faktor utamanya,
karena para pengurus beranggapan hal tersebut tidak akan menghasilkan manfaat
bagi diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat
sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya
dukungan serta kontribusi dari para anggotanya untuk berpartisipasi membuat
koperasi seperti stagnan. Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada
partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan
memberikan manfaat bagi seluruh anggotanya, serta masyarakat sekitar.
Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini juga disebabkan
sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas
tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang
konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu
sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Mereka
belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan
mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi
miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu
sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena tanpa
Selain itu rendahnya partisipasi anggota mungkin pula disebabkan oleh kurang
mampunya koperasi dalam meningkatkan dan pelayanan yang baik kepada
anggota.
Pelayanan yang baik dan berkualitas juga penting karena dapat menarik
simpati pelanggan dan juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang dalam
hal ini adalah para anggota koperasi. Dengan adanya kualitas pelayanan yang
optimal, dapat menarik pelanggan yang loyal, maka diharapkan dapat
meningkatkan keberhasilan koperasi terutama dalam hal pertumbuhan Sisa Hasil
Usaha (SHU).
Namun pada kenyataannya kualitas pelayanan koperasi dinilai masih
rendah. Rendahnya pelayanan koperasi juga disebabkan kurang mampunya
koperasi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota.
Koperasi pada umumnya belum dapat meningkatkan pelayanan yang prima
terutama kepada anggota yang merupakan unsur penting dan salah satu pihak
yang berpengaruh dalam kelancaran pelaksanaan usaha koperasi.
Agar mampu bersaing dalam menghadapi pasar bebas yang berlangsung
saat ini diperlukan adanya suatu kualitas layanan koperasi dan kepuasan anggota
untuk memperoleh persaingan yang maksimal. Akan tetapi kualitas layanan
tersebut tidak lepas dari jati diri koperasi, sehingga prinsip-prinsip dan nilai-nilai
koperasi masih bisa melembaga dalam susunan ekonomi pasar bebas. Sebagai
lembaga yang bergerak dalam bidang layanan koperasi harus dapat meningkatkan
kualitas layanan dan kepuasan anggota terhadap pengelolaan usaha yang
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota
Medan?
2. Apakah partisipasi anggota SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di
Kota Medan?
3. Apakah sistem pelayanan SDM Koperasi Serba Usaha berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha di
Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui
pengaruh kemampuan SDM Koperasi Serba Usaha (KSU), partisipasi anggota
Koperasi Serba Usaha (KSU) dan sistem pelayanan Koperasi Serba Usaha (KSU)
terhadap keberhasilan pengelolaan Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan
mendatang.
b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, penelitian ini merupakan tambahan kekayaan penelitian
untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan di masa mendatang.
c. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian
yang sama di masa mendatang.
d. Bagi peneliti, menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian dalam bidang koperasi telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Nurlela (2001), dengan judul :
Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan
Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA”
Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, metode
dokumentasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode
analisis deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program
SPSS versi 16 for Windows.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kemampuan manajerial
pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap
keberhasilan koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten
Pati baik secara bersama-sama maupun parsial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk tahun 2009, dengan
judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota
Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi
Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan koperasi dan
produksi usaha anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin
(KOPISMA) Bandung, baik secara simultan maupun secara parsial. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian
penjelasan (explanatory research) dengan melakukan observasi, wawancara, dan
kuesioner sebagai instrument penelitian yang diuji validitas dan reliabilitasnya.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi
Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada
Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA
Bandung).
Ketaren (2007) melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan
Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur
Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang). Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota koperasi
sebanyak 204 orang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 40 orang.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota,
kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan
Usaha Terhadap
Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.
2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Koperasi
Menurut Swasono (2005), secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata
Cooperation” (Latin) atau “Cooperation” (Inggris), atau Co-operate (Belanda),
atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 1, menyatakan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan”.
Menurut pernyataan ICA (International Co-operate Alliance, 2002) tentang
jati diri koperasi mengemukakan, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya besama melalui perusahaan yang
dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.
ILO (International Labour Organization) memberikan definisi koperasi
yang lebih detail dan berdampak international sebagai berikut:
“Co-operative define as an association of person usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking” (Sitio dan Tamba, 2001).
Definisi yang diberikan ILO di atas, mengandung 6 elemen yang terdapat
dalam koperasi sebagai berikut:
1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of persons).
2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan (voluntary
joined togather).
3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic
end).
4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang
diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of democratically
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making
equitble contribution to the capital required).
6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (accepting a
fair share of the risk and benefits of the understanding).
2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia
Jenis-jenis koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut:
A. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya :
1. Koperasi Konsumsi, didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum
sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi
harus lebih murah dibantingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan
untuk mensejahterakan anggotanya.
2. Koperasi Jasa adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk
pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih
rendah dari tempat meminjam uang yang lain.
3. Koperasi Produksi, Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan
baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis
barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil
produksi tersebut.
B. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja
1. Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota
2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan
badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer.
C. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya
1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang memiliki usaha
tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.
Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa
dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan
peminjam ditentukan melalui rapat anggota.
2. Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang bidang usahanya
bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan
untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit
produksi, unit wartel.
3. Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya
kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.
4. Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang
(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini
pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota
D. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya
1. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan
masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi
pedesaan, terutama pertanian.
2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), koperasi ini beranggotakan
para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi
Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan
kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di
lingkup departemen atau instansi.
3. Koperasi Sekolah, memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,
karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha
menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis,
makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata
sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi
siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan
kejujuran.
2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menjalankan beberapa macam
usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan (Arifinal, 1987)”.
Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) Perkreditan, b)
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan keperluan sehari-hari, c)
1.
Adapun tujuan koperasi serba usaha adalah sebagai berikut:
2.
Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
3.
Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat
maju, adil, dan makmur.
4.
Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta
mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan
produktif.
Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.
1.
Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip
koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:
2.
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3.
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
4.
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
5.
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Kemandirian.
2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi
Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh koperasi yaitu masalah klasik
antara lain keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola
pengelolaan yang baik menjadi faktor utama yang menunjang maju tidaknya suatu
koperasi.
Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki
fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga
kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya
kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.
Dalam arena persaingan global yang semakin ketat, eksistensi individu,
masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh keunggulan daya saing yang
berkesinambungan. Hanya dengan sumber daya manusia yang unggul dan
mempunyai daya saing tinggi, suatu masyarakat atau organisasi termasuk
Koperasi dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
Sumarsono (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pengelola (manajer/pengurus) koperasi, yaitu : Managerial
skill, Technical skill dan Entrepreneur skill. Selain dari managerial skill dan
tehnical skill, entrpreneur skill merupakan salah satu keahlian yang penting dan
harus dimiliki oleh pengurus dalam menjalankan usaha koperasi. Keahlian
kewirausahaan merupakan salah satu keahlian yang sangat menunjang dalam
proses pengembangan suatu unit usaha, karena tanpa jiwa wirausaha yang baik
maka perkembangan usaha akan rendah.
Dengan demikian seorang wirausaha sangatlah diperlukan oleh setiap
seorang wirausaha mampu menghadapi setiap tantangan dan memanfaatkan setiap
peluang yang ada demi keberhasilan usaha yang dikelolanya.
Selanjutnya menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik
itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki
oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas
dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi
ke masa depan.
Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik
itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan
dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif
dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus
dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi
kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial,
kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi
pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi
optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja.
Semua kompetensi tersebut di atas apabila bisa dikembangkan secara
maksimal akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengelola koperasi yang
berkualitas. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia tersebut. Pertama, Peningkatan kompetensi kelembagaan.
Peningkatan kompetensi kelembagaan di sini berupa penyegaran kembali,
penegasan kembali, serta pemahaman kembali para seluruh penggerak koperasi
identity) yang meliputi pemahaman kembali akan tiga aspek koperasi yaitu
pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of
co-operative), dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative).
Melalui penyegaran dan pemahaman kembali hal-hal di atas, falsafah dan
prinsip-prinsip koperasi dapat dipertahankan sehingga kalau suatu saat nanti koperasi
tersebut bisa berkembang tetap dapat mempertahankan prinsip-prinsip etis
perkoperasian Indonesia.
Kedua, Kompetensi Pengembangan Usaha dan manajerial. Setiap unsur
penggerak koperasi, baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi
pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha
yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu
mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi
harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait
dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan.
Ketiga, kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan komputer dan internet menjadi syarat utama para pelaku dan
pengembangan koperasi. Dengan memiliki kompetensi itu segala hal yang berkait
dengan pemasaran, pengelolaan keuangan, mitra usaha, dan pencitraan lembaga
koperasi dalam dilakukan dengan cara yang efektif dan menjangkau sasaran yang
luas.
Keempat, Kompetensi membangun networks. Dalam dunia menyeluruh tak
kemampuan menjalin kerjasama dan membentuk jejaring usaha. Semua badan
ekonomi termasuk juga koperasi harus mampu menjalin sebanyak mungkin
networks atau jaringan kerja, harus mampu membentuk jejaring usaha yang
seluas-luasnya sehingga dapat menciptakan pasar.
Kelima, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan
persaingan usaha. Ini berkaitan dengan kemampuan usaha bagi koperasi kecil
untuk dapat mengembangkan diri dengan menekankan pada sebuah produk atau
layanan unggulan sekaligus membangun pasar bagi produk atau layanan jasa yang
dilakukan. Kompetensi ini dapat diraih dengan menekankan pada bentuk
pendidikan dan latihan kewirausahaan, pendampingan usaha dan permodalan.
Keenam, adalah kompetensi optimalisasi pelayanan. Ini berarti setiap
pengurus maupun anggota koperasi harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya sekaligus mampu memenuhi
kebutuhan kolektif tersebut. Setelah identifikasi akan dapat ditentukan skala
prioritas dengan mempertimbangkan pelbagai aspirasi. Dengan pemberdayaan
yang berkesinambungan koperasi diharapkan tumbuh berkembang dan berkualitas
sehingga memiliki daya tawar yang setara dengan pelaku ekonomi lain. Untuk itu
perlu adanya upaya yang serius untuk meningkatkan dan memberdayakan
kompetensi sumber daya manusia perkoperasian yang dilakukan secara
2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi
Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha
koperasi. Secara harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang
yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi
maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan
koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam
bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko
usaha koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun
proses pengambilan keputusan usaha koperasi.
Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual
identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai
pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan
membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi
wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh
koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau
sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan organisasi maupun
usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan
koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha
koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi
penuh. Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi
langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota mendukung,
berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha koperasi.
Mengenai partisipasi anggota, Ariffin (2004) menyebutkan, bahwa
keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju
mundurnya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi
anggota di koperasi. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmad(1993)
yang menyatakan bahwa anggota merupakan faktor penentu
keberhasilan pengembangan koperasi. Dalam (Rachmad, 1993) disebutkan, bila
dilihat faktor yang turut mempengaruhi aktivitas partisipasi anggota maka
mutu pelayanan koperasi kepada anggota merupakan faktor kunci dalam
peningkatan partisipasi anggota koperasi.
Sementara itu Burhannudin (2005) menyebutkan salah satu kriteria
determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan koperasi menumbuhkan
partisipasi demokratis anggota dalam pembagian manfaatekonomi dan
risiko.Dengan demikian partisipasi anggota memegang peranan penting dalam
mewujudkan keberhasilan pemberdayaan koperasi.
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang
dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan
kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas
pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki
berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian
tujuan organisasi maupun usaha koperasi.
Deputi bidang pengembangan sumber daya manusia Kementerian koperasi
dan usaha kecil dan menengah Republik indonesia Tahun 2010, menjelaskan
bahwa, Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan
para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan,
penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha
koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha, serta dalam
menikmati sisa hasil usaha.
Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota
dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik
kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai pengguna/pelanggan.
Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan
pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan
keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta
pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi
anggota koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan
keputusan, dan pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi
kontributif, partisipasi insentif.
Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda
baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi
anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi
kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan, serta
ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan
koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan
organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna,
anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi
dalam memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generik terdapat beberapa
bentuk partisipasi anggota koperasi, yaitu :
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,
keaktifan, dan penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik
bagi koperasi).
2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi
menyimpan simpanan, penyertaan modal).
3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,
jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi,
besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,
besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara
pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).
4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara
penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan
2.2.6 Pelayanan Koperasi
Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya,
mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi
perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan
layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh anggota, disamping juga
mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan kebutuhan atau kepentingan
dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota berhubungan lurus dengan perubahan
waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga hal ini menentukan pula
pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.
Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan
prima yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi
memberi pelyanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih
prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan
mendapat partisipasi penuh dari anggota.
Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam
memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada
akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh
perusahaan koperasi.
Mahri (2006) menyatakan bahwa, pelayanan koperasi kepada anggota
adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh
karena itu, sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas
Terkait dengan pelayanan usaha koperasi, koperasi selain memberikan
kesejahteraan pada anggotanya (social motive) juga mempunyai tujuan untuk
mencapai keuntungan (profile motive). Kesejahteraan pada anggota dapat
diwujudkan salahs atunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik pada
anggotanya.
Aziz (2003), menyatakan bahwa sasaran pelayanan koperasi tersebut dapat
tercapai melalui pelayanan pada unit-unit usaha koperasi dengan cara :
1. Unit Usaha Pertokoan
Dalam memberikan pelayanan dipertokoan harus mempertimbangkan ;
a) Sikap dan kemampuan karyawan setempat
Karyawan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran
barang-barang yang akan dijual koperasi. Dengan keramahan dann kecepatan
dalam melayani anggota serta kemampuan karyawan dalam memberikan
informasi tentang produk yang dijualm koperasi akan mampu menarik
minat anggota untuk berbelanja di koperasi.
Konsumen akan merasa senang apabila karyawan yang melayani
kebutuhan ramah serta cekatan. Akibatnya anggota akan memutuskan
untuk melakukan pembelian kembali di koperasi.
b) Barang yang disediakan
1. Kelengkapan jenis barang
Mudah memperoleh barang yang dibutuhkan merupakan kepuasan
didapat dengan membeli di satu tempat yaitu koperasi. Hal ini akan
menghemat waktu, tempat dan biaya.
Untuk melengkapi jenis barang yang dijual, koperasi harus menggali
informasi atau mengetahui berbagai produk kebutuhan anggota.
2. Harga dan Kualitas
Anggota akan cenderung berbelanja di koperasi bila barang dijual
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Sebelum
memutuskan untuk berbelanja di koperasi, tentunya anggota akan
membandingkan dengan kualitas dan harga yang dijual di toko lain.
Tidak menutup kemungkinan bila anggota beralih ke toko lain karena
toko tersebut memberikan harga yang relative rendah dengan kualitas
barang yang sama, karena itu dalam menetapkan harga hendaknya
dilakukan sedemikian rupa sehingga kompetitif dan dapat menutup
biaya dan masih ada margin untuk laba. Paling tidak harga yang
diberikan ada yang sama dengan harga pasar.
3. Jumlah Barang
Agar tidak mengecewakan anggota sebagai konsumen, hendaknya
koperasi mengadakan pengendalian persediaan terhadap barang yang
dijual. Dengan demikian tidak akan dijumpai situasi dimana pembeli
sudah antri, ternyata barang yang dibutuhkan kosong (persediaan
habis). Pengendalian persediaan dilakukan dengan memadukan bagian
c) Tehnik Layanan
Tehnik layanan dalam hal ini berkaitan dengan upaya untuk
mempermudah anggota dalam memperoleh barang yang dibutuhkan.
Kemudahan ini diperoleh dengan pemberian layanan berupa melayani
pembelian secara kredit.
d) Keadaan Toko
Keadaan toko dapat mempengaruhi image anggota terhdap koperasi baik
itu dari segi lokasi, layout barang maupun layout ruang. Anggota akan
memutuskan berbelanja di koperasi apabila lokasi toko tersebut mudah
dijangkau. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya, tenaga dan
waktu.
Pemberian pelayanan usaha yang baik dari koperasi kepada anggotanya akan
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota, apakah akan
berperan atau tidak dalam kegiatan koperasi. Atau dengan kata lain, kualitas
pelayanan usaha yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat
anggota untuk bekersasama atau berperan dalam kegiatan koperasi, karena
manfaat yang akan diperolehnya.
Sebaliknya kualitas pelayanan yang kurang baik akan dapat mempengaruhi
keingginan anggota untuk tidak berperan serta dalam koperai. Hal ini wajar
karena koperasi dibentuk dengan tujuan utama adalah meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.
Menurut Aziz (2003) ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi
persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi) dan 2)
Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.
Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam
mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi
2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi
Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam
melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya
dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pengelolaan koperasi tersebut dapat
dicapai karena dilaksanakan dengan manajemen yang baik.
Ester (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan yang dicapai koperasi tidak
semata-mata diukur dengan tingkat efisiensi koperasi sebagai perusahaan ataupun
keuntungan yang didapat, melainkan diukur dengan seberapa efisien koperasi
tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta dapat
menimbukan dampak yang baik untuk lingkungan. Adapun syarat-syarat agar
koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu :a) Berusaha dengan efisien dan
produktif, b) Efisien dan efektif bagi para anggota, c) Memberikan saldo bagi
setiap anggota dalam jangka panjang, d) menghindari terjadi situasi, dimana
kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum
Menurut Hanel, dalam Yuliani (2007), bahwa untuk mengukur koperasi ada
tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu sebagai
berikut: 1) Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauhmana koperasi dikelola
Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-dampak secara langsung
atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi
terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 3) efisiensi yang berorientasi pada
kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan
pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota
dan tujuan bersama para anggotanya.
Dengan demikian manajemen koperasi harus dilaksanakan
sebaik-baiknya oleh semua perangkat organisasi koperasi. Untuk meningkatkan
kepentingan anggota, manajemen koperasi harus peka terhadap proses
keanggotaan melalui penerapan manajemen keanggotaan. Fungsi operasional
keanggotaan koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dari fungsi
perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengadaaan
anggota (procurement), pengembangan anggota (development), pemberiaan
manfaat kepada anggota (benefit), pemeliharaan anggota (maintenence), dan
pemutusan hubungan keanggotaan (separation
Sebagai badan usaha, koperasi dituntut oleh para anggotanya untuk sukses
mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Menurut
Limbong (2010), tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu
faktor pertama adalah partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan
kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan
koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian kebutuhan dan
Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah profesionalisme
manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan
usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis,
pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu
manajemen koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership
koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi
pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi.
Sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah
faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah
peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan
pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal ini bukan hanya
undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan perundang-undangan non koperasi
seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan
lain-lain.
2.3Kerangka Konseptual
Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang tumbuh di masyarakat
saat ini masih dilirik sebagai lembaga keuangan yang dinomorduakan. Padahal,
kebaradaan koperasi ini dapat membantu ekonomi masyarakat kecil maupun
kelompok usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang dalam mencari
modal usahanya. Demikian juga halnya dengan koperasi serba usaha sebagai
bagian dari koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai
karena dengan pengelolaan yang maksimal akan membawa pada keberhasilan
usaha koperasi.
Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih
dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya
yang biasanya koperasi ini tidak terbentuk sekaligus untuk melakukan
bermacam-macam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin
berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan lain-lain sebab. (Anoraga dan
Widiyanti, 2003)
Namun realita dilapangan masih terdapat berbagai faktor penghambat dalam
keberhasilan pengelolaan koperasi termasuk koperasi serba usaha, antara lain
sumber daya manusia (pengelola) koperasi, manajemen, partisipasi dan pelayanan
yang diberikan koperasi.
Menurut Subiakto dalam Limbong (2010), bahwa kegagalan koperasi
disebabkan: 1) masih terbatasnya kualitas dan partisipasi anggota, 2) terbatasnya
sumber daya manusia yang profesional, 3) belum berkembangnya perangkat lunak
organisasi koperasi, 4) lemahnya komponen modal dalam struktur permodalan,
dan 5) belum tumbuhnya kemampuan koperasi untuk menyatukan seluruh
kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan pendapat Subiakto, dapat disimpulkan bahwa sumber daya
manusia merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan koperasi. Sumber daya
manusia koperasi sebagaimana yang dijelaskan Hadipermana dalam Andriyani
(2012) adalah sumber daya atau potensi, atau kemampuan atau kekuatan yang ada