• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Kemampuan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Anggota dan Sistem Pelayanan Terhadap Keberhasilan Koperasi Serba Usaha di Kota Medan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian dalam bidang koperasi telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Nurlela (2001), dengan judul :

Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan

Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA”

Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, metode

dokumentasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode

analisis deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program

SPSS versi 16 for Windows.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kemampuan manajerial

pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap

keberhasilan koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati baik secara bersama-sama maupun parsial.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk tahun 2009, dengan

judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota

Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi

Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan koperasi dan

(2)

produksi usaha anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin

(KOPISMA) Bandung, baik secara simultan maupun secara parsial. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian

penjelasan (explanatory research) dengan melakukan observasi, wawancara, dan

kuesioner sebagai instrument penelitian yang diuji validitas dan reliabilitasnya.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi

Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada

Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA

Bandung).

Ketaren (2007) melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan

Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur

Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang). Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota koperasi

sebanyak 204 orang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 40 orang.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota,

kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama

(3)

No. Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan Usaha Terhadap Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Koperasi

Menurut Swasono (2005), secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata

Cooperation” (Latin) atau “Cooperation” (Inggris), atau Co-operate (Belanda),

atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama.

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 1, menyatakan bahwa

(4)

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan”.

Menurut pernyataan ICA (International Co-operate Alliance, 2002) tentang

jati diri koperasi mengemukakan, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari

orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya besama melalui perusahaan yang

dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.

ILO (International Labour Organization) memberikan definisi koperasi

yang lebih detail dan berdampak international sebagai berikut:

“Co-operative define as an association of person usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking” (Sitio dan Tamba, 2001).

Definisi yang diberikan ILO di atas, mengandung 6 elemen yang terdapat

dalam koperasi sebagai berikut:

1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of persons).

2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan (voluntary

joined togather).

3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic

end).

4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang

diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of democratically

(5)

5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making

equitble contribution to the capital required).

6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (accepting a

fair share of the risk and benefits of the understanding).

2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia

Jenis-jenis koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut:

A. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya :

1. Koperasi Konsumsi, didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum

sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi

harus lebih murah dibantingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan

untuk mensejahterakan anggotanya.

2. Koperasi Jasa adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk

pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih

rendah dari tempat meminjam uang yang lain.

3. Koperasi Produksi, Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan

baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis

barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil

produksi tersebut.

B. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja

1. Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota

(6)

2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan

badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas

dibandingkan dengan koperasi primer.

C. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang memiliki usaha

tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.

Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa

dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan

peminjam ditentukan melalui rapat anggota.

2. Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang bidang usahanya

bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan

untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit

produksi, unit wartel.

3. Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan

kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya

kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.

4. Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang

(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini

pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota

(7)

D. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

1. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan

masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi

pedesaan, terutama pertanian.

2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), koperasi ini beranggotakan

para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi

Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan

kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di

lingkup departemen atau instansi.

3. Koperasi Sekolah, memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,

karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha

menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis,

makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata

sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi

siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan

kejujuran.

2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menjalankan beberapa macam

usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan (Arifinal, 1987)”.

Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) Perkreditan, b)

Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan keperluan sehari-hari, c)

(8)

1.

Adapun tujuan koperasi serba usaha adalah sebagai berikut:

2.

Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

3.

Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat

maju, adil, dan makmur.

4.

Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta

mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan

produktif.

Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.

1.

Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip

koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:

2.

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

3.

Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

4.

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota.

5.

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

Kemandirian.

2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi

Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh koperasi yaitu masalah klasik

antara lain keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola

(9)

pengelolaan yang baik menjadi faktor utama yang menunjang maju tidaknya suatu

koperasi.

Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki

fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga

kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya

kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.

Dalam arena persaingan global yang semakin ketat, eksistensi individu,

masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh keunggulan daya saing yang

berkesinambungan. Hanya dengan sumber daya manusia yang unggul dan

mempunyai daya saing tinggi, suatu masyarakat atau organisasi termasuk

Koperasi dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

Sumarsono (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga syarat yang harus

dimiliki oleh seorang pengelola (manajer/pengurus) koperasi, yaitu : Managerial

skill, Technical skill dan Entrepreneur skill. Selain dari managerial skill dan

tehnical skill, entrpreneur skill merupakan salah satu keahlian yang penting dan

harus dimiliki oleh pengurus dalam menjalankan usaha koperasi. Keahlian

kewirausahaan merupakan salah satu keahlian yang sangat menunjang dalam

proses pengembangan suatu unit usaha, karena tanpa jiwa wirausaha yang baik

maka perkembangan usaha akan rendah.

Dengan demikian seorang wirausaha sangatlah diperlukan oleh setiap

(10)

seorang wirausaha mampu menghadapi setiap tantangan dan memanfaatkan setiap

peluang yang ada demi keberhasilan usaha yang dikelolanya.

Selanjutnya menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik

itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki

oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas

dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi

ke masa depan.

Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik

itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan

dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif

dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus

dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi

kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial,

kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi

pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi

optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja.

Semua kompetensi tersebut di atas apabila bisa dikembangkan secara

maksimal akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengelola koperasi yang

berkualitas. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi

sumber daya manusia tersebut. Pertama, Peningkatan kompetensi kelembagaan.

Peningkatan kompetensi kelembagaan di sini berupa penyegaran kembali,

penegasan kembali, serta pemahaman kembali para seluruh penggerak koperasi

(11)

identity) yang meliputi pemahaman kembali akan tiga aspek koperasi yaitu

pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of

co-operative), dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative).

Melalui penyegaran dan pemahaman kembali hal-hal di atas, falsafah dan

prinsip-prinsip koperasi dapat dipertahankan sehingga kalau suatu saat nanti koperasi

tersebut bisa berkembang tetap dapat mempertahankan prinsip-prinsip etis

perkoperasian Indonesia.

Kedua, Kompetensi Pengembangan Usaha dan manajerial. Setiap unsur

penggerak koperasi, baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi

pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha

yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu

mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi

harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait

dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan.

Ketiga, kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penguasaan komputer dan internet menjadi syarat utama para pelaku dan

pengembangan koperasi. Dengan memiliki kompetensi itu segala hal yang berkait

dengan pemasaran, pengelolaan keuangan, mitra usaha, dan pencitraan lembaga

koperasi dalam dilakukan dengan cara yang efektif dan menjangkau sasaran yang

luas.

Keempat, Kompetensi membangun networks. Dalam dunia menyeluruh tak

(12)

kemampuan menjalin kerjasama dan membentuk jejaring usaha. Semua badan

ekonomi termasuk juga koperasi harus mampu menjalin sebanyak mungkin

networks atau jaringan kerja, harus mampu membentuk jejaring usaha yang

seluas-luasnya sehingga dapat menciptakan pasar.

Kelima, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan

persaingan usaha. Ini berkaitan dengan kemampuan usaha bagi koperasi kecil

untuk dapat mengembangkan diri dengan menekankan pada sebuah produk atau

layanan unggulan sekaligus membangun pasar bagi produk atau layanan jasa yang

dilakukan. Kompetensi ini dapat diraih dengan menekankan pada bentuk

pendidikan dan latihan kewirausahaan, pendampingan usaha dan permodalan.

Keenam, adalah kompetensi optimalisasi pelayanan. Ini berarti setiap

pengurus maupun anggota koperasi harus memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya sekaligus mampu memenuhi

kebutuhan kolektif tersebut. Setelah identifikasi akan dapat ditentukan skala

prioritas dengan mempertimbangkan pelbagai aspirasi. Dengan pemberdayaan

yang berkesinambungan koperasi diharapkan tumbuh berkembang dan berkualitas

sehingga memiliki daya tawar yang setara dengan pelaku ekonomi lain. Untuk itu

perlu adanya upaya yang serius untuk meningkatkan dan memberdayakan

kompetensi sumber daya manusia perkoperasian yang dilakukan secara

(13)

2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi

Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha

koperasi. Secara harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang

yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi

maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan

anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan

anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan

koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam

bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko

usaha koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun

proses pengambilan keputusan usaha koperasi.

Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual

identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai

pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan

membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi

wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh

koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau

sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan organisasi maupun

usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan

koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha

koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi

(14)

penuh. Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi

langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota mendukung,

berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha koperasi.

Mengenai partisipasi anggota, Ariffin (2004) menyebutkan, bahwa

keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju

mundurnya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi

anggota di koperasi. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmad(1993)

yang menyatakan bahwa anggota merupakan faktor penentu

keberhasilan pengembangan koperasi. Dalam (Rachmad, 1993) disebutkan, bila

dilihat faktor yang turut mempengaruhi aktivitas partisipasi anggota maka

mutu pelayanan koperasi kepada anggota merupakan faktor kunci dalam

peningkatan partisipasi anggota koperasi.

Sementara itu Burhannudin (2005) menyebutkan salah satu kriteria

determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan koperasi menumbuhkan

partisipasi demokratis anggota dalam pembagian manfaatekonomi dan

risiko.Dengan demikian partisipasi anggota memegang peranan penting dalam

mewujudkan keberhasilan pemberdayaan koperasi.

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang

dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan

kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas

pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki

(15)

berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian

tujuan organisasi maupun usaha koperasi.

Deputi bidang pengembangan sumber daya manusia Kementerian koperasi

dan usaha kecil dan menengah Republik indonesia Tahun 2010, menjelaskan

bahwa, Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan

para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan,

penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha

koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha, serta dalam

menikmati sisa hasil usaha.

Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota

dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik

kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai pengguna/pelanggan.

Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan

pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan

keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta

pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi

anggota koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan

keputusan, dan pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi

kontributif, partisipasi insentif.

Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda

baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi

anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi

(16)

kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan, serta

ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan

koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan

organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna,

anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi

dalam memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generik terdapat beberapa

bentuk partisipasi anggota koperasi, yaitu :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,

keaktifan, dan penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik

bagi koperasi).

2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan

pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi

menyimpan simpanan, penyertaan modal).

3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,

jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi,

besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,

besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara

pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara

penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan

(17)

2.2.6 Pelayanan Koperasi

Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya,

mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi

perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan

layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh anggota, disamping juga

mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan kebutuhan atau kepentingan

dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota berhubungan lurus dengan perubahan

waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga hal ini menentukan pula

pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.

Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan

prima yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi

memberi pelyanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih

prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan

mendapat partisipasi penuh dari anggota.

Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam

memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada

akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh

perusahaan koperasi.

Mahri (2006) menyatakan bahwa, pelayanan koperasi kepada anggota

adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh

karena itu, sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas

(18)

Terkait dengan pelayanan usaha koperasi, koperasi selain memberikan

kesejahteraan pada anggotanya (social motive) juga mempunyai tujuan untuk

mencapai keuntungan (profile motive). Kesejahteraan pada anggota dapat

diwujudkan salahs atunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik pada

anggotanya.

Aziz (2003), menyatakan bahwa sasaran pelayanan koperasi tersebut dapat

tercapai melalui pelayanan pada unit-unit usaha koperasi dengan cara :

1. Unit Usaha Pertokoan

Dalam memberikan pelayanan dipertokoan harus mempertimbangkan ;

a) Sikap dan kemampuan karyawan setempat

Karyawan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran

barang-barang yang akan dijual koperasi. Dengan keramahan dann kecepatan

dalam melayani anggota serta kemampuan karyawan dalam memberikan

informasi tentang produk yang dijualm koperasi akan mampu menarik

minat anggota untuk berbelanja di koperasi.

Konsumen akan merasa senang apabila karyawan yang melayani

kebutuhan ramah serta cekatan. Akibatnya anggota akan memutuskan

untuk melakukan pembelian kembali di koperasi.

b) Barang yang disediakan

1. Kelengkapan jenis barang

Mudah memperoleh barang yang dibutuhkan merupakan kepuasan

(19)

didapat dengan membeli di satu tempat yaitu koperasi. Hal ini akan

menghemat waktu, tempat dan biaya.

Untuk melengkapi jenis barang yang dijual, koperasi harus menggali

informasi atau mengetahui berbagai produk kebutuhan anggota.

2. Harga dan Kualitas

Anggota akan cenderung berbelanja di koperasi bila barang dijual

berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Sebelum

memutuskan untuk berbelanja di koperasi, tentunya anggota akan

membandingkan dengan kualitas dan harga yang dijual di toko lain.

Tidak menutup kemungkinan bila anggota beralih ke toko lain karena

toko tersebut memberikan harga yang relative rendah dengan kualitas

barang yang sama, karena itu dalam menetapkan harga hendaknya

dilakukan sedemikian rupa sehingga kompetitif dan dapat menutup

biaya dan masih ada margin untuk laba. Paling tidak harga yang

diberikan ada yang sama dengan harga pasar.

3. Jumlah Barang

Agar tidak mengecewakan anggota sebagai konsumen, hendaknya

koperasi mengadakan pengendalian persediaan terhadap barang yang

dijual. Dengan demikian tidak akan dijumpai situasi dimana pembeli

sudah antri, ternyata barang yang dibutuhkan kosong (persediaan

habis). Pengendalian persediaan dilakukan dengan memadukan bagian

(20)

c) Tehnik Layanan

Tehnik layanan dalam hal ini berkaitan dengan upaya untuk

mempermudah anggota dalam memperoleh barang yang dibutuhkan.

Kemudahan ini diperoleh dengan pemberian layanan berupa melayani

pembelian secara kredit.

d) Keadaan Toko

Keadaan toko dapat mempengaruhi image anggota terhdap koperasi baik

itu dari segi lokasi, layout barang maupun layout ruang. Anggota akan

memutuskan berbelanja di koperasi apabila lokasi toko tersebut mudah

dijangkau. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya, tenaga dan

waktu.

Pemberian pelayanan usaha yang baik dari koperasi kepada anggotanya akan

mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota, apakah akan

berperan atau tidak dalam kegiatan koperasi. Atau dengan kata lain, kualitas

pelayanan usaha yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat

anggota untuk bekersasama atau berperan dalam kegiatan koperasi, karena

manfaat yang akan diperolehnya.

Sebaliknya kualitas pelayanan yang kurang baik akan dapat mempengaruhi

keingginan anggota untuk tidak berperan serta dalam koperai. Hal ini wajar

karena koperasi dibentuk dengan tujuan utama adalah meningkatkan

kesejahteraan anggotanya.

Menurut Aziz (2003) ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi

(21)

persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi) dan 2)

Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.

Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam

mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi

2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi

Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam

melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya

dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pengelolaan koperasi tersebut dapat

dicapai karena dilaksanakan dengan manajemen yang baik.

Ester (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan yang dicapai koperasi tidak

semata-mata diukur dengan tingkat efisiensi koperasi sebagai perusahaan ataupun

keuntungan yang didapat, melainkan diukur dengan seberapa efisien koperasi

tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta dapat

menimbukan dampak yang baik untuk lingkungan. Adapun syarat-syarat agar

koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu :a) Berusaha dengan efisien dan

produktif, b) Efisien dan efektif bagi para anggota, c) Memberikan saldo bagi

setiap anggota dalam jangka panjang, d) menghindari terjadi situasi, dimana

kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum

Menurut Hanel, dalam Yuliani (2007), bahwa untuk mengukur koperasi ada

tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu sebagai

berikut: 1) Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauhmana koperasi dikelola

(22)

Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-dampak secara langsung

atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi

terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 3) efisiensi yang berorientasi pada

kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan

pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota

dan tujuan bersama para anggotanya.

Dengan demikian manajemen koperasi harus dilaksanakan

sebaik-baiknya oleh semua perangkat organisasi koperasi. Untuk meningkatkan

kepentingan anggota, manajemen koperasi harus peka terhadap proses

keanggotaan melalui penerapan manajemen keanggotaan. Fungsi operasional

keanggotaan koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dari fungsi

perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengadaaan

anggota (procurement), pengembangan anggota (development), pemberiaan

manfaat kepada anggota (benefit), pemeliharaan anggota (maintenence), dan

pemutusan hubungan keanggotaan (separation

Sebagai badan usaha, koperasi dituntut oleh para anggotanya untuk sukses

mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Menurut

Limbong (2010), tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu

faktor pertama adalah partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan

kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi

dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan

koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian kebutuhan dan

(23)

Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah profesionalisme

manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan

usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis,

pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu

manajemen koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership

koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi

pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi.

Sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah

faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah

peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan

pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal ini bukan hanya

undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan perundang-undangan non koperasi

seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan

lain-lain.

2.3Kerangka Konseptual

Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang tumbuh di masyarakat

saat ini masih dilirik sebagai lembaga keuangan yang dinomorduakan. Padahal,

kebaradaan koperasi ini dapat membantu ekonomi masyarakat kecil maupun

kelompok usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang dalam mencari

modal usahanya. Demikian juga halnya dengan koperasi serba usaha sebagai

bagian dari koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai

(24)

karena dengan pengelolaan yang maksimal akan membawa pada keberhasilan

usaha koperasi.

Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih

dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya

yang biasanya koperasi ini tidak terbentuk sekaligus untuk melakukan

bermacam-macam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin

berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan lain-lain sebab. (Anoraga dan

Widiyanti, 2003)

Namun realita dilapangan masih terdapat berbagai faktor penghambat dalam

keberhasilan pengelolaan koperasi termasuk koperasi serba usaha, antara lain

sumber daya manusia (pengelola) koperasi, manajemen, partisipasi dan pelayanan

yang diberikan koperasi.

Menurut Subiakto dalam Limbong (2010), bahwa kegagalan koperasi

disebabkan: 1) masih terbatasnya kualitas dan partisipasi anggota, 2) terbatasnya

sumber daya manusia yang profesional, 3) belum berkembangnya perangkat lunak

organisasi koperasi, 4) lemahnya komponen modal dalam struktur permodalan,

dan 5) belum tumbuhnya kemampuan koperasi untuk menyatukan seluruh

kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan pendapat Subiakto, dapat disimpulkan bahwa sumber daya

manusia merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan koperasi. Sumber daya

manusia koperasi sebagaimana yang dijelaskan Hadipermana dalam Andriyani

(2012) adalah sumber daya atau potensi, atau kemampuan atau kekuatan yang ada

(25)

sehingga mampu berprestasi dan menjadikan koperasi efektif dan efisien dalam

melayani anggota. Sumber daya manusia koperasi itu tidak terbatas pada

karyawan atau pegawai koperasi, tetapi juga mencakup manajer, pengurus,

pengawas dan bahkan para anggotanya.

Salah satu sumber daya manusia dalam koperasi adalah pengurus. Pengurus

dalam koperasi memiliki peranan yang cukup penting dalam keberhasilan

pengelolaan koperasi. Hal ini senada dengan pendapat Sumarsono (2003) bahwa

“Pengurus koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi

keberhasilan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial.

Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan bagi

mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat

mengkelola koperasi menuju keberhasilan.

Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki

fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga

kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya

kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.

Hal ini yang mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan

tujuan yang hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam

peningkatan perkembangan usaha dari koperasi.

Selain itu, partisipasi anggota juga memegang peranan penting dalam

keberhasilan pengelolaan koperasi. Anggota Koperasi sebagai modal utama dari

(26)

aktif anggota baik sebagai pemodal (pemilik), nasabah (konsumen) serta sebagai

penerima manfaat atau dengan kata lain anggota adalah raja.

Ini adalah realita dalam perkoperasian karena anggota sebagai pemilik

koperasi memberikan makna bahwa anggota memiliki hak penuh menentukan

diterima atau disetujuinya perencanaan usaha yang diajukan oleh Pengurus dan

Pengawas dalam forum Rapat Anggota.

Selanjutnya pelayanan koperasi juga merupakan unsur penting dalam

mengelola koperasi. Koperasi akan berhasil apabila dikelola dengan menerapkan

pelayanan yang optimal kepada anggota koperasi. Pelayanan Koperasi kepada

anggota adalah jasa yang diberikan Koperasi dalam memajukan usaha

anggotanya. Oleh karena itu, sebagian Koperasi adalah pemberi pelayanan yang

bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya.

Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota

Koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai

dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang

lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar.

Karakteristik yang harus dimiliki oleh Koperasi agar dapat disebut sebagai

pusat pelayanan, menurut Nasution (2008) adalah sebagai berikut :

1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai

dengan kodrat sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk

(27)

2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar semua masyarakat

dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan dan

menikmati hasil-hasil pem-bangunan tersebut

3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk

redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan.

Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan

keberhasilan usaha koperasi. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi

merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, bisa diterima oleh

anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan

kebutuhan yang diberikan oleh anggota sehingga dapat meningkatkan

keberhasilan pengelolaan koperasi.

Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam

melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya

dan masyarakat pada umumnya.

Keberhasilan KSU antara lain bisa dilihat sebagai suatu peningkatan dalam

kuantitas asset usaha, jasa, perolehan (pendapatan) atau hal-hal lain. Lebih khusus

untuk koperasi, keberhasilan mungkin dapat ditinjau baik aspek peningkatan

aktual atau relatif keanggotaan, simpan pinjam, SHU, kekayaan modal mandiri,

jasa pelayanan dan sebagainya.

Rahardjo (2004) yang menyatakan kunci keberhasilan pemberdayaan

koperasi terletak pada kemampuan manajemen yakni : a) Harus memiliki rencana

usaha (corporate plan) yang mencakup rumusan mengenai visi,misi dan tujuan

(28)

dan rencana keuangan (cash flow); b) Pembinaan kelembagaan melalui proses

profesionalisasi; dan c) Setiap unit koperasi mikro memiliki standar prosedur

koperasi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Burhannudin (2005) yang

menyebutkan beberapa kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah

kemampuan manajemen pengelola koperasi yakni: a) Kelayakan ekonomis

koperasi sebagai suatu perusahaan; b) Kapasitas koperasi untuk beradaptasi,

tumbuh dan melakukan inovasi; c) Kemampuan koperasi untuk menyediakan jasa

yang dibutuhkan anggotanya; d)Kemampuan koperasi untuk

menumbuhkan partisipasi demokratis anggota perencanaan dan implementasi

pengambilankeputusan termasuk dalam pembagian manfaat ekonomi dan risiko;

dan e) Kemampuan koperasi meraih sasaran-sasaran sosial dan ekonomi yang

telah dicanangkan.

Dari uraian sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat

ditunjukkan pada Gambar:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Kemampuan SDM KSU

Partisipasi Anggota KSU

Sistem Pelayanan KSU

(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diungkapkan sebelumnya maka

dihipotesiskan:

1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Koperasi Serba Usaha (KSU berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).

2. Partisipasi Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).

3. Sistem Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas yang kedua dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Solving (PS) pada kelompok kontrol, yang didefinisikan secara operasional

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Perkembangan dari zaman ke zaman maka terdapat pula perubahan dalam masyarakat banyaknya kasus tindak pidana pencabulan

[r]

IMPLEMENTASI METODE SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN DASAR PNEUMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

IMPLEMENTASI METODE SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN DASAR PNEUMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

Guru mengajak peserta didik untuk berdoa dan membuat tanda salib yang baik dan benar (dapat dilakukan dengan

Itulah yang menjadikan penulis tertantang untuk menemukan cara dan terus memotivasi agar para siswa berubah dari merasa sulit menjadi merasa mudah dan dari tidak