BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian dalam bidang koperasi telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Nurlela (2001), dengan judul :
Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan
Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA”
Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, metode
dokumentasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode
analisis deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program
SPSS versi 16 for Windows.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kemampuan manajerial
pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap
keberhasilan koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten
Pati baik secara bersama-sama maupun parsial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk tahun 2009, dengan
judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota
Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi
Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan koperasi dan
produksi usaha anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin
(KOPISMA) Bandung, baik secara simultan maupun secara parsial. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian
penjelasan (explanatory research) dengan melakukan observasi, wawancara, dan
kuesioner sebagai instrument penelitian yang diuji validitas dan reliabilitasnya.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi
Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada
Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA
Bandung).
Ketaren (2007) melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan
Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur
Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang). Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota koperasi
sebanyak 204 orang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 40 orang.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota,
kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan Usaha Terhadap Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.
2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Koperasi
Menurut Swasono (2005), secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata
Cooperation” (Latin) atau “Cooperation” (Inggris), atau Co-operate (Belanda),
atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 1, menyatakan bahwa
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan”.
Menurut pernyataan ICA (International Co-operate Alliance, 2002) tentang
jati diri koperasi mengemukakan, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya besama melalui perusahaan yang
dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.
ILO (International Labour Organization) memberikan definisi koperasi
yang lebih detail dan berdampak international sebagai berikut:
“Co-operative define as an association of person usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking” (Sitio dan Tamba, 2001).
Definisi yang diberikan ILO di atas, mengandung 6 elemen yang terdapat
dalam koperasi sebagai berikut:
1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of persons).
2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan (voluntary
joined togather).
3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic
end).
4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang
diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of democratically
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making
equitble contribution to the capital required).
6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (accepting a
fair share of the risk and benefits of the understanding).
2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia
Jenis-jenis koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut:
A. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya :
1. Koperasi Konsumsi, didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum
sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi
harus lebih murah dibantingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan
untuk mensejahterakan anggotanya.
2. Koperasi Jasa adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk
pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih
rendah dari tempat meminjam uang yang lain.
3. Koperasi Produksi, Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan
baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis
barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil
produksi tersebut.
B. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja
1. Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota
2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan
badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer.
C. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya
1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang memiliki usaha
tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.
Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa
dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan
peminjam ditentukan melalui rapat anggota.
2. Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang bidang usahanya
bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan
untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit
produksi, unit wartel.
3. Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya
kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.
4. Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang
(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini
pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota
D. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya
1. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan
masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi
pedesaan, terutama pertanian.
2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), koperasi ini beranggotakan
para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi
Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan
kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di
lingkup departemen atau instansi.
3. Koperasi Sekolah, memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,
karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha
menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis,
makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata
sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi
siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan
kejujuran.
2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU)
Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menjalankan beberapa macam
usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan (Arifinal, 1987)”.
Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) Perkreditan, b)
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan keperluan sehari-hari, c)
1.
Adapun tujuan koperasi serba usaha adalah sebagai berikut:
2.
Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
3.
Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat
maju, adil, dan makmur.
4.
Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta
mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan
produktif.
Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.
1.
Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip
koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:
2.
Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3.
Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
4.
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
5.
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Kemandirian.
2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi
Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh koperasi yaitu masalah klasik
antara lain keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola
pengelolaan yang baik menjadi faktor utama yang menunjang maju tidaknya suatu
koperasi.
Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki
fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga
kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya
kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.
Dalam arena persaingan global yang semakin ketat, eksistensi individu,
masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh keunggulan daya saing yang
berkesinambungan. Hanya dengan sumber daya manusia yang unggul dan
mempunyai daya saing tinggi, suatu masyarakat atau organisasi termasuk
Koperasi dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
Sumarsono (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga syarat yang harus
dimiliki oleh seorang pengelola (manajer/pengurus) koperasi, yaitu : Managerial
skill, Technical skill dan Entrepreneur skill. Selain dari managerial skill dan
tehnical skill, entrpreneur skill merupakan salah satu keahlian yang penting dan
harus dimiliki oleh pengurus dalam menjalankan usaha koperasi. Keahlian
kewirausahaan merupakan salah satu keahlian yang sangat menunjang dalam
proses pengembangan suatu unit usaha, karena tanpa jiwa wirausaha yang baik
maka perkembangan usaha akan rendah.
Dengan demikian seorang wirausaha sangatlah diperlukan oleh setiap
seorang wirausaha mampu menghadapi setiap tantangan dan memanfaatkan setiap
peluang yang ada demi keberhasilan usaha yang dikelolanya.
Selanjutnya menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik
itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki
oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas
dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi
ke masa depan.
Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik
itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan
dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif
dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus
dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi
kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial,
kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi
pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi
optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja.
Semua kompetensi tersebut di atas apabila bisa dikembangkan secara
maksimal akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengelola koperasi yang
berkualitas. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia tersebut. Pertama, Peningkatan kompetensi kelembagaan.
Peningkatan kompetensi kelembagaan di sini berupa penyegaran kembali,
penegasan kembali, serta pemahaman kembali para seluruh penggerak koperasi
identity) yang meliputi pemahaman kembali akan tiga aspek koperasi yaitu
pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of
co-operative), dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative).
Melalui penyegaran dan pemahaman kembali hal-hal di atas, falsafah dan
prinsip-prinsip koperasi dapat dipertahankan sehingga kalau suatu saat nanti koperasi
tersebut bisa berkembang tetap dapat mempertahankan prinsip-prinsip etis
perkoperasian Indonesia.
Kedua, Kompetensi Pengembangan Usaha dan manajerial. Setiap unsur
penggerak koperasi, baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi
pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha
yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu
mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi
harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait
dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan.
Ketiga, kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan komputer dan internet menjadi syarat utama para pelaku dan
pengembangan koperasi. Dengan memiliki kompetensi itu segala hal yang berkait
dengan pemasaran, pengelolaan keuangan, mitra usaha, dan pencitraan lembaga
koperasi dalam dilakukan dengan cara yang efektif dan menjangkau sasaran yang
luas.
Keempat, Kompetensi membangun networks. Dalam dunia menyeluruh tak
kemampuan menjalin kerjasama dan membentuk jejaring usaha. Semua badan
ekonomi termasuk juga koperasi harus mampu menjalin sebanyak mungkin
networks atau jaringan kerja, harus mampu membentuk jejaring usaha yang
seluas-luasnya sehingga dapat menciptakan pasar.
Kelima, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan
persaingan usaha. Ini berkaitan dengan kemampuan usaha bagi koperasi kecil
untuk dapat mengembangkan diri dengan menekankan pada sebuah produk atau
layanan unggulan sekaligus membangun pasar bagi produk atau layanan jasa yang
dilakukan. Kompetensi ini dapat diraih dengan menekankan pada bentuk
pendidikan dan latihan kewirausahaan, pendampingan usaha dan permodalan.
Keenam, adalah kompetensi optimalisasi pelayanan. Ini berarti setiap
pengurus maupun anggota koperasi harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya sekaligus mampu memenuhi
kebutuhan kolektif tersebut. Setelah identifikasi akan dapat ditentukan skala
prioritas dengan mempertimbangkan pelbagai aspirasi. Dengan pemberdayaan
yang berkesinambungan koperasi diharapkan tumbuh berkembang dan berkualitas
sehingga memiliki daya tawar yang setara dengan pelaku ekonomi lain. Untuk itu
perlu adanya upaya yang serius untuk meningkatkan dan memberdayakan
kompetensi sumber daya manusia perkoperasian yang dilakukan secara
2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi
Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha
koperasi. Secara harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang
yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi
maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan
koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam
bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko
usaha koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun
proses pengambilan keputusan usaha koperasi.
Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual
identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai
pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan
membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi
wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh
koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau
sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan organisasi maupun
usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan
koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha
koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi
penuh. Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi
langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota mendukung,
berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha koperasi.
Mengenai partisipasi anggota, Ariffin (2004) menyebutkan, bahwa
keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju
mundurnya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi
anggota di koperasi. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmad(1993)
yang menyatakan bahwa anggota merupakan faktor penentu
keberhasilan pengembangan koperasi. Dalam (Rachmad, 1993) disebutkan, bila
dilihat faktor yang turut mempengaruhi aktivitas partisipasi anggota maka
mutu pelayanan koperasi kepada anggota merupakan faktor kunci dalam
peningkatan partisipasi anggota koperasi.
Sementara itu Burhannudin (2005) menyebutkan salah satu kriteria
determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan koperasi menumbuhkan
partisipasi demokratis anggota dalam pembagian manfaatekonomi dan
risiko.Dengan demikian partisipasi anggota memegang peranan penting dalam
mewujudkan keberhasilan pemberdayaan koperasi.
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang
dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan
kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas
pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki
berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian
tujuan organisasi maupun usaha koperasi.
Deputi bidang pengembangan sumber daya manusia Kementerian koperasi
dan usaha kecil dan menengah Republik indonesia Tahun 2010, menjelaskan
bahwa, Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan
para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan,
penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha
koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha, serta dalam
menikmati sisa hasil usaha.
Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota
dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik
kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai pengguna/pelanggan.
Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan
pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan
keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta
pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi
anggota koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan
keputusan, dan pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi
kontributif, partisipasi insentif.
Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda
baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi
anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi
kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan, serta
ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan
koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan
organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna,
anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi
dalam memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generik terdapat beberapa
bentuk partisipasi anggota koperasi, yaitu :
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,
keaktifan, dan penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik
bagi koperasi).
2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi
menyimpan simpanan, penyertaan modal).
3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,
jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi,
besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,
besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara
pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).
4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara
penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan
2.2.6 Pelayanan Koperasi
Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya,
mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi
perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan
layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh anggota, disamping juga
mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan kebutuhan atau kepentingan
dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota berhubungan lurus dengan perubahan
waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga hal ini menentukan pula
pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi.
Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan
prima yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi
memberi pelyanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih
prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan
mendapat partisipasi penuh dari anggota.
Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam
memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada
akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh
perusahaan koperasi.
Mahri (2006) menyatakan bahwa, pelayanan koperasi kepada anggota
adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh
karena itu, sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas
Terkait dengan pelayanan usaha koperasi, koperasi selain memberikan
kesejahteraan pada anggotanya (social motive) juga mempunyai tujuan untuk
mencapai keuntungan (profile motive). Kesejahteraan pada anggota dapat
diwujudkan salahs atunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik pada
anggotanya.
Aziz (2003), menyatakan bahwa sasaran pelayanan koperasi tersebut dapat
tercapai melalui pelayanan pada unit-unit usaha koperasi dengan cara :
1. Unit Usaha Pertokoan
Dalam memberikan pelayanan dipertokoan harus mempertimbangkan ;
a) Sikap dan kemampuan karyawan setempat
Karyawan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran
barang-barang yang akan dijual koperasi. Dengan keramahan dann kecepatan
dalam melayani anggota serta kemampuan karyawan dalam memberikan
informasi tentang produk yang dijualm koperasi akan mampu menarik
minat anggota untuk berbelanja di koperasi.
Konsumen akan merasa senang apabila karyawan yang melayani
kebutuhan ramah serta cekatan. Akibatnya anggota akan memutuskan
untuk melakukan pembelian kembali di koperasi.
b) Barang yang disediakan
1. Kelengkapan jenis barang
Mudah memperoleh barang yang dibutuhkan merupakan kepuasan
didapat dengan membeli di satu tempat yaitu koperasi. Hal ini akan
menghemat waktu, tempat dan biaya.
Untuk melengkapi jenis barang yang dijual, koperasi harus menggali
informasi atau mengetahui berbagai produk kebutuhan anggota.
2. Harga dan Kualitas
Anggota akan cenderung berbelanja di koperasi bila barang dijual
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Sebelum
memutuskan untuk berbelanja di koperasi, tentunya anggota akan
membandingkan dengan kualitas dan harga yang dijual di toko lain.
Tidak menutup kemungkinan bila anggota beralih ke toko lain karena
toko tersebut memberikan harga yang relative rendah dengan kualitas
barang yang sama, karena itu dalam menetapkan harga hendaknya
dilakukan sedemikian rupa sehingga kompetitif dan dapat menutup
biaya dan masih ada margin untuk laba. Paling tidak harga yang
diberikan ada yang sama dengan harga pasar.
3. Jumlah Barang
Agar tidak mengecewakan anggota sebagai konsumen, hendaknya
koperasi mengadakan pengendalian persediaan terhadap barang yang
dijual. Dengan demikian tidak akan dijumpai situasi dimana pembeli
sudah antri, ternyata barang yang dibutuhkan kosong (persediaan
habis). Pengendalian persediaan dilakukan dengan memadukan bagian
c) Tehnik Layanan
Tehnik layanan dalam hal ini berkaitan dengan upaya untuk
mempermudah anggota dalam memperoleh barang yang dibutuhkan.
Kemudahan ini diperoleh dengan pemberian layanan berupa melayani
pembelian secara kredit.
d) Keadaan Toko
Keadaan toko dapat mempengaruhi image anggota terhdap koperasi baik
itu dari segi lokasi, layout barang maupun layout ruang. Anggota akan
memutuskan berbelanja di koperasi apabila lokasi toko tersebut mudah
dijangkau. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya, tenaga dan
waktu.
Pemberian pelayanan usaha yang baik dari koperasi kepada anggotanya akan
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota, apakah akan
berperan atau tidak dalam kegiatan koperasi. Atau dengan kata lain, kualitas
pelayanan usaha yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat
anggota untuk bekersasama atau berperan dalam kegiatan koperasi, karena
manfaat yang akan diperolehnya.
Sebaliknya kualitas pelayanan yang kurang baik akan dapat mempengaruhi
keingginan anggota untuk tidak berperan serta dalam koperai. Hal ini wajar
karena koperasi dibentuk dengan tujuan utama adalah meningkatkan
kesejahteraan anggotanya.
Menurut Aziz (2003) ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi
persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi) dan 2)
Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.
Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam
mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi
2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi
Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam
melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya
dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pengelolaan koperasi tersebut dapat
dicapai karena dilaksanakan dengan manajemen yang baik.
Ester (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan yang dicapai koperasi tidak
semata-mata diukur dengan tingkat efisiensi koperasi sebagai perusahaan ataupun
keuntungan yang didapat, melainkan diukur dengan seberapa efisien koperasi
tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta dapat
menimbukan dampak yang baik untuk lingkungan. Adapun syarat-syarat agar
koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu :a) Berusaha dengan efisien dan
produktif, b) Efisien dan efektif bagi para anggota, c) Memberikan saldo bagi
setiap anggota dalam jangka panjang, d) menghindari terjadi situasi, dimana
kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum
Menurut Hanel, dalam Yuliani (2007), bahwa untuk mengukur koperasi ada
tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu sebagai
berikut: 1) Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauhmana koperasi dikelola
Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-dampak secara langsung
atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi
terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 3) efisiensi yang berorientasi pada
kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan
pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota
dan tujuan bersama para anggotanya.
Dengan demikian manajemen koperasi harus dilaksanakan
sebaik-baiknya oleh semua perangkat organisasi koperasi. Untuk meningkatkan
kepentingan anggota, manajemen koperasi harus peka terhadap proses
keanggotaan melalui penerapan manajemen keanggotaan. Fungsi operasional
keanggotaan koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dari fungsi
perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengadaaan
anggota (procurement), pengembangan anggota (development), pemberiaan
manfaat kepada anggota (benefit), pemeliharaan anggota (maintenence), dan
pemutusan hubungan keanggotaan (separation
Sebagai badan usaha, koperasi dituntut oleh para anggotanya untuk sukses
mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Menurut
Limbong (2010), tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu
faktor pertama adalah partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan
kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan
koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian kebutuhan dan
Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah profesionalisme
manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan
usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis,
pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu
manajemen koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership
koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi
pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi.
Sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah
faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah
peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan
pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal ini bukan hanya
undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan perundang-undangan non koperasi
seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan
lain-lain.
2.3Kerangka Konseptual
Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang tumbuh di masyarakat
saat ini masih dilirik sebagai lembaga keuangan yang dinomorduakan. Padahal,
kebaradaan koperasi ini dapat membantu ekonomi masyarakat kecil maupun
kelompok usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang dalam mencari
modal usahanya. Demikian juga halnya dengan koperasi serba usaha sebagai
bagian dari koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai
karena dengan pengelolaan yang maksimal akan membawa pada keberhasilan
usaha koperasi.
Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih
dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya
yang biasanya koperasi ini tidak terbentuk sekaligus untuk melakukan
bermacam-macam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin
berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan lain-lain sebab. (Anoraga dan
Widiyanti, 2003)
Namun realita dilapangan masih terdapat berbagai faktor penghambat dalam
keberhasilan pengelolaan koperasi termasuk koperasi serba usaha, antara lain
sumber daya manusia (pengelola) koperasi, manajemen, partisipasi dan pelayanan
yang diberikan koperasi.
Menurut Subiakto dalam Limbong (2010), bahwa kegagalan koperasi
disebabkan: 1) masih terbatasnya kualitas dan partisipasi anggota, 2) terbatasnya
sumber daya manusia yang profesional, 3) belum berkembangnya perangkat lunak
organisasi koperasi, 4) lemahnya komponen modal dalam struktur permodalan,
dan 5) belum tumbuhnya kemampuan koperasi untuk menyatukan seluruh
kemampuan yang dimiliki.
Berdasarkan pendapat Subiakto, dapat disimpulkan bahwa sumber daya
manusia merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan koperasi. Sumber daya
manusia koperasi sebagaimana yang dijelaskan Hadipermana dalam Andriyani
(2012) adalah sumber daya atau potensi, atau kemampuan atau kekuatan yang ada
sehingga mampu berprestasi dan menjadikan koperasi efektif dan efisien dalam
melayani anggota. Sumber daya manusia koperasi itu tidak terbatas pada
karyawan atau pegawai koperasi, tetapi juga mencakup manajer, pengurus,
pengawas dan bahkan para anggotanya.
Salah satu sumber daya manusia dalam koperasi adalah pengurus. Pengurus
dalam koperasi memiliki peranan yang cukup penting dalam keberhasilan
pengelolaan koperasi. Hal ini senada dengan pendapat Sumarsono (2003) bahwa
“Pengurus koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi
keberhasilan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial.
Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan bagi
mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat
mengkelola koperasi menuju keberhasilan.
Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki
fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga
kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya
kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi.
Hal ini yang mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan
tujuan yang hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam
peningkatan perkembangan usaha dari koperasi.
Selain itu, partisipasi anggota juga memegang peranan penting dalam
keberhasilan pengelolaan koperasi. Anggota Koperasi sebagai modal utama dari
aktif anggota baik sebagai pemodal (pemilik), nasabah (konsumen) serta sebagai
penerima manfaat atau dengan kata lain anggota adalah raja.
Ini adalah realita dalam perkoperasian karena anggota sebagai pemilik
koperasi memberikan makna bahwa anggota memiliki hak penuh menentukan
diterima atau disetujuinya perencanaan usaha yang diajukan oleh Pengurus dan
Pengawas dalam forum Rapat Anggota.
Selanjutnya pelayanan koperasi juga merupakan unsur penting dalam
mengelola koperasi. Koperasi akan berhasil apabila dikelola dengan menerapkan
pelayanan yang optimal kepada anggota koperasi. Pelayanan Koperasi kepada
anggota adalah jasa yang diberikan Koperasi dalam memajukan usaha
anggotanya. Oleh karena itu, sebagian Koperasi adalah pemberi pelayanan yang
bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya.
Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota
Koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai
dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang
lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh Koperasi agar dapat disebut sebagai
pusat pelayanan, menurut Nasution (2008) adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai
dengan kodrat sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk
2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar semua masyarakat
dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan dan
menikmati hasil-hasil pem-bangunan tersebut
3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk
redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan.
Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan
keberhasilan usaha koperasi. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi
merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, bisa diterima oleh
anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan
kebutuhan yang diberikan oleh anggota sehingga dapat meningkatkan
keberhasilan pengelolaan koperasi.
Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam
melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya
dan masyarakat pada umumnya.
Keberhasilan KSU antara lain bisa dilihat sebagai suatu peningkatan dalam
kuantitas asset usaha, jasa, perolehan (pendapatan) atau hal-hal lain. Lebih khusus
untuk koperasi, keberhasilan mungkin dapat ditinjau baik aspek peningkatan
aktual atau relatif keanggotaan, simpan pinjam, SHU, kekayaan modal mandiri,
jasa pelayanan dan sebagainya.
Rahardjo (2004) yang menyatakan kunci keberhasilan pemberdayaan
koperasi terletak pada kemampuan manajemen yakni : a) Harus memiliki rencana
usaha (corporate plan) yang mencakup rumusan mengenai visi,misi dan tujuan
dan rencana keuangan (cash flow); b) Pembinaan kelembagaan melalui proses
profesionalisasi; dan c) Setiap unit koperasi mikro memiliki standar prosedur
koperasi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Burhannudin (2005) yang
menyebutkan beberapa kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah
kemampuan manajemen pengelola koperasi yakni: a) Kelayakan ekonomis
koperasi sebagai suatu perusahaan; b) Kapasitas koperasi untuk beradaptasi,
tumbuh dan melakukan inovasi; c) Kemampuan koperasi untuk menyediakan jasa
yang dibutuhkan anggotanya; d)Kemampuan koperasi untuk
menumbuhkan partisipasi demokratis anggota perencanaan dan implementasi
pengambilankeputusan termasuk dalam pembagian manfaat ekonomi dan risiko;
dan e) Kemampuan koperasi meraih sasaran-sasaran sosial dan ekonomi yang
telah dicanangkan.
Dari uraian sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat
ditunjukkan pada Gambar:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Kemampuan SDM KSU
Partisipasi Anggota KSU
Sistem Pelayanan KSU
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diungkapkan sebelumnya maka
dihipotesiskan:
1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Koperasi Serba Usaha (KSU berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).
2. Partisipasi Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).
3. Sistem Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan