• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR PEMANENAN DAN KONSENTRASI KMnO4 TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH SRIKAYA SINYONYA (Annona squamosa L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH UMUR PEMANENAN DAN KONSENTRASI KMnO4 TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH SRIKAYA SINYONYA (Annona squamosa L)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UMUR PEMANENAN DAN KONSENTRASI KMnO4 TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH SRIKAYA SINYONYA (Annona

squamosa L)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Rahadini Wikaningtyas

20120210009

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Rahadini Wikaningtyas

20120210009

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

(3)
(4)

v MOTTO

Segala pencapaianmu adalah urusan Allah. Tugasmu hanya berdoa, istiqomah,

tawakal kepadaNya dan terus bersemangat, agar semua tujuan-tujuanmu

tercapai. Allah maha Melihat, seberapa usahamu akan selalu dilihat. Selalu

tingkatkan potensimu dan teruslah berkembang.

Sebab hatiku bukan kayu, melainkan langit yang maha luas. Namun kau harus tau

langit pun pernah menangis.

Percayalah, bahwa Allah merencanakan yang terbaik untukku, untukmu dan

untuk mereka

Kesuksesan adalah tujuan dari setiap orang, namun ketahuilah kesuksesan

ditentukan oleh kecerdasaan emosional.

Bentuk dirimu menjadi lebih baik, agar kamu pantas menjadi yang terbaik

(5)

viii

C. Kalium Permanganat (KMnO4)………... 12

D. Hipotesis……….….. 15

III.METODOLOGI PENELITIAN……….…. 16

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….… 16

B. Bahan dan Alat Penelitian……….. 16

C. Metode Penelitian……….….. 16

D. Cara Penelitian……….…18

1. Pelabelan Bunga Srikaya Sinyonya……….…. 18

2. Persiapan……….….. 18

3. Pembuatan Larutan KMnO4………... 18

(6)

ix

E. Parameter Yang Diamati………... 20

a. Susut Berat (AOAC, 2000)………. 20

b. Kekerasan Buah……….. 20

c. Zat Padat Terlarut………... 21

d. Total Asam Tertitrasi (AOAC, 2000)………. 21

e. Uji Gula Reduksi……….….... 22

f. Uji Organoleptik………..…. 22

F. Analisis Data……….……….… 25

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………..……….…. 26

A. Susut Berat……….……….... 26

B. Kekerasan Buah………. 30

C. Zat Padat Terlarut……….. 36

D. Total Asam Tertitrasi………. 39

E. Uji Gula Reduksi………..……….. 41

F. Uji Organoleptik………..45

i. Uji Aroma………...……… 45

ii. Uji Tekstur……….……. 46

iii. Uji Rasa……….….……. 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 50

A. Kesimpulan………. 50

B. Saran ……….. 50

DAFTAR PUSTAKA……….….. 51

(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Respon Buah Klimakterik dan Nonklimakterik Terhadap

Laju Respirasi dan Produksi Etilen………..………… 11

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian……….. 19

Gambar 3. Susut Berat Buah pada Berbagai Umur Pemanenan……….. 29

Gambar 4. Kekerasan Buah pada Berbagai Umur Pemanenan……… 33

Gambar 5. Regresi Kekerasan Buah pada Berbagai Umur Pemanenan………... 34

Gambar 6. Kandungan Zat Padat Terlarut Buah pada Berbagai Umur Pemanenan………38

Gambar 7. Kandungan Total Asam Tertitrasi Buah pada Berbagai Umur Pemanenan………39

(8)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Buah Srikaya Sinyonya dalam 100 gram Buah Segar……. 6

Tabel 2. Hasil Rata-rata pada Hari Ke-6 Perlakuan Umur Pemanenan………… 26

Tabel 3. Hasil Rata-rata pada Hari Ke-6 Perlakuan KMnO4……….. 26

Tabel 4. Regresi Kekerasan Buah……… 35

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi KMnO4……… 55

Lampiran 2. Lay Out Penelitian………... 56

Lampiran 3. Jadwal Penelitian………. 57

Lampiran 4. Format Uji Organoleptik ……… 58

Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam ……….. 62

(10)
(11)

xiv ABSTRACT

Sugar apple fruit var Sinyonya is local fruits origin from Gunungkidul Regency, DIY. Sugar apple has short shelf life, consequently it has low marketing. The research aims to know harvest optimum and to choose concentration KMnO4 as absorber etilen to storage sugar apple fruit var Sinyonya.

Research was held with experiment methods in completely randomized design (CRD) with 2 factors. The first factor is harvest time, which is harvesting in 132 days and 140 days after the flowers appear. The second factor is the concentration of KMnO4, consisting of 0,1%, 0,15% and without KMnO4. The parameters observed weight loss, firmness, soluble solids content, titratable acidity, reducing sugar, organoleptic characteristics. Data were analyzed using ANOVA test and continued with Duncan's Multiple Range Test Test at test level 5%, whereas for data organoleptic results analyzed descriptively.

Harvesting at 132 days after the flowers appear is a optimal harvest for sugar apple fruit var Sinyonya compared harvesting at 140 days after flowers appear. The use of potassium permanganate (KMnO4) with a concentration of 0,1%, 0,15% has no different results with without KMnO4 for extending the shelf life sugar apple fruit var Sinyonya.

(12)

1

Konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan segar dan hasil olahan baik

impor maupun produk domestik saat ini mengalami peningkatan. Konsumen

buah-buahan masyarakat Indonesia sekitar 35 kg per kapita per tahun. Jumlah

tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan ketentuan FAO yang seharusnya

sekitar 65 kg per kapita per tahun. Buah Srikaya merupakan salah satu buah tropis

yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan produksi buah. Selain itu, buah

srikaya juga mengandung gizi yang tinggi. Buah srikaya dapat diolah menjadi

produk seperti selai buah, dodol buah atau produk olahan berupa puding buah, dan

lain-lain. Produk olahan buah-buahan ini dapat menjadi alternatif usaha rumah

tangga sehingga dapat meningkatkan perekonomian petani. Di samping itu,

tanaman srikaya dapat dimanfaatkan sebagai obat seperti untuk mengatasi batuk,

demam, menurunkan asam urat, gangguan pencernaan dan lain-lain. Buah srikaya

merupakan salah satu buah yang memiliki keunggulan komparatif produk tropis

yang dikembangkan di 33 Provinsi, 59 Kabupaten/Kota (Lasarus, 2013).

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu sentra produksi utama

Srikaya Sinyonya Indonesia. Hal ini disebabkan Srikaya Sinyonya dapat hidup

dan berkembang baik di lahan kering. Populasi Srikaya Sinyonya di Gunungkidul

sudah mencapai 81.366 pohon yang pertanamannya tersebar di Desa Watugajah

62.103 pohon, Tegalrejo 17.251 pohon dan Mertelu 2.021 pohon (Kristamtini,

(13)

2

(Anonim a, 2015). Menurut Gunawan (2015), satu hektar luas lahan dapat

menghasilkan buah Srikaya sebanyak lima ton dengan harga Rp 12.000 per

kilogram. Selama musim panen buah dapat dipanen setiap harinya sebanyak 50

kilogram.

Salah satu kendala pemasaran buah adalah buah Srikaya Sinyonya

mengalami peningkatan laju respirasi dan produksi etilen seiring dengan fase

klimakterik buah. Umur simpan buah Srikaya Sinyonya memiliki umur simpan

yang relatif pendek dibanding komoditas buah lainnya, yaitu selama 5-7 hari pada

suhu kamar (Kristamtini, 2010). Pada penelitian Aditama (2014) membuktikan

bahwa penggunaan bahan penyerap etilen dengan konsentrasi KMnO4 100 mg

yang dilarutkan ke dalam 100 ml akuades memberikan hasil yang paling baik.

B. Perumusan Masalah

Pemanenan buah akan mengambil sebagian atau seluruh bagian tanaman,

yang berarti terputusnya mekanisme penyerapan unsur hara dari dalam tanah.

Oleh karena itu sebelum dilakukan pemanenan, sebaiknya mengetahui tingkat

kematangan atau umur panen dari buah atau sayuran yang akan dipetik

(Darsana,2003). Buah Srikaya Sinyonya hanya dapat disimpan pada suhu kamar

selama 5-7 hari setelah panen (Kristamtini, 2010). Menurut Gunawan (2015)

selain didistribusikan ke daerah sekitar Gunungkidul, buah juga dijual di sekitar

solo, Jawa Tengah. Oleh karenanya diperlukan penelitian untuk mendapatkan

(14)

kematangan pada buah Srikaya Sinyonya. Penggunaan kalium permanganat

(KMnO4) dapat menjadi solusi dari permasalahan ini.

Menurut Aditama (2014) bahwa penggunaan KMnO4 konsentrasi 100 mg

yang dilarutkan ke dalam akuades 100 ml dapat memperpanjang umur simpan

buah alpukat yang diberi perlakuan bahan penyerap etilen mampu bertahan 6-7

hari. Dengan dasar penelitian tersebut diharapkan penelitian mengenai pengaruh

umur panen dan konsentrasi KMnO4 terhadap umur simpan buah Srikaya

Sinyonya (Annona squamosa L) dapat menjadi solusi sebagai bahan kimia dalam

memperpanjang umur simpan buah Srikaya Sinyonya.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui umur panen optimal dan menentukan konsentrasi KMnO4 yang

paling baik sebagai bahan penyerap etilen dalam memperpanjang umur simpan

(15)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Srikaya Sinyonya

Habitat asli Srikaya berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia, Jamaika,

India dan Pakistan. Buah ini ditemukan oleh para pelaut pengelana dari Eropa.

Oleh pelaut Inggris dinamai sugar apple atau custard apple, yang berarti rasnya

seperti pudding (custard) yang berbentuk seperti buah apel (Feri, 2013). Srikaya

Sinyonya berbentuk perdu atau pohon, tingginya 3-6 m, daunnya lonjong sampai

jorong menyempit, berukuran (7-17) cm x (3-5,5) cm, bagian bawah daun sedikit

berbulu balig (pubercent) atau melokos (glabrescent). Bunganya terletak

ekstraaksilar berada pada anak cabang yang muda, umumnya dalam rangkaian 2-4

kuntum. Kadang-kadang bunga itu menyendiri, menempel di gagang yang

ramping. Tiga lembar daun mahkota yang terluar berbentuk lonjong dengan

panjang mencapai 2,5 cm, berwarna hijau dan lembayung di pangkalnya. Tiga

lembar daun mahkota terdalam tereduksi menjadi sisik kecil sekali atau hilang

sama sekali. Buah Srikaya Sinyonya merupakan buah yang berbentuk bulat atau

bentuk kerucut berdiameter 5-10 cm. Bentuk atas daun-daun buah yang berlekatan

secara longgar atau hampir tidak bersinggungan, ujungnya yang membundar itu

menonjol sehingga permukaannya kelihatan berbisul. Kulit luar berwarna kuning

kehijauan dengan bintik-bintik menyerbuk. Daging buahnya berwarna putih

berbintik kuning, bijinya berwarna coklat tua. Ketinggian ideal untuk

pertumbuhan Srikaya adalah 100-300 meter di atas permukaan laut (dpl), tetap

(16)

diperlukan 6-6,5 pada semua jenis tanah. Srikaya Sinyonya sangat adaptif dengan

iklim kering, 4-6 bulan kering diperlukan untuk pertumbuhan bunga dan buah

yang optimal, oleh karena itu sangat cocok apabila ditanam di lahan berpasir

(Dinas Pertanian DIY, 2015).

Buah Srikaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : squamosa

Pada umumnya Srikaya Sinyonya berbunga pada bulan September dan panen

pada bulan Januari - Februari dengan hasil buah 3.8-11.4 kg/pohon/tahun. Buah

Srikaya Sinyonya matang mempunyai persentase bagian buah yang dapat

dikonsumsi sebesar 67.9-76.0 %. Buah Srikaya Sinyonya memiliki kadar gula

16-26° brix dan daya simpan buah pada suhu kamar 5-7 hari setelah panen (Dinas

(17)

6

Tabel 1. Kandungan Buah Srikaya Sinyonya dalam 100 gram Buah Segar

Komposisi Berat Dalam 100 g

Kalori 101 kal

Protein 1,70 g

Lemak 0,60 g

Karbohidrat 25,2 g

Kalsium 27,0 mg

Fosfor 20 mg

Zat besi 0,80 mg

Vitamin B1 0,08 mg

Vitamin C 22 mg

Sumber : Kristamtini (2010)

Tahapan panen buah Srikaya Sinyonya menurut SOP Dinas Pertanian TPH Kab.

Gunungkidul (2008) yaitu pemanenan buah Srikaya memiliki beberapa kriteria

seperti bekas tangkai buah rontok kelihatan mengering seluruhnya, lekukan ujung

buah rata atau hampir hilang, pori-pori merata dan berwarna coklat, lapisan lilin

mulai menebal pada permukaan buah, cabang tangkai buah telah kering 65%,

buah tidak berbunyi nyaring bila disentil, umur buah 132-140 hari setelah bunga

muncul. Pemanenan diupayakan mulai jam 09.00 – 15.00 WIB. Buah yang telah

masak ditemukan sitrulin, asam aminobutirat, ornitin, arginin. Biji buah

mengandung senyawa poliketida dan suatu senyawa turunan bistetrahidrofuran,

asetogenin, asam lemak, asam amino dan protein (Widodo, 2010).

Berdasarkan SOP Dinas Pertanian TPH Kab. Gunungkidul (2008), terdapat

(18)

1. Pengumpulan di Gudang

Buah Srikaya Sinyonya yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam keranjang

dan harus terhindar dari pengaruh buruk fisik atau lingkungan maka alat

pendingin udara yang digunakan dinyalakan pada kisaran suhu 8-100 C dan

kelembaban udara ≤ 90%, kemudian keranjang ditumpuk secara hati-hati

maksimal 8 tumpuk dengan pembatas antara keranjang.

2. Sortasi

Pemisahan antara buah Srikaya Sinyonya yang baik dengan buah yang tidak

baik. Buah yang terpilih dimasukkan ke dalam bak penampung berisi air, bila

buah tenggelam artinyabuah belum begitu matang. Buah yang tenggelam

dikelompokkan terpisah dengan buah yang melayang dan buah yang terseleksi

diletakkan di keranjang yang beralas kertas koran dan ditata maksimum 2

tumpukan.

3. Pencucian

Buah Srikaya Sinyonya dimasukkan ke dalam bak berisi air yang diberi

deterjen tepol dengan dosis 2 ml/liter, kemudian digosok dengan menggunakan

kain lap atau spon. Penggantian air cucian setelah air keruh (± setiap 10 kali

pencucian). Pembilasan buah menggunakan air yang bersih, setelah itu buah

(19)

8

4. Perendaman dengan air hangat

Buah direndam secara hati-hati dalam air panas ditambah fungisida (Benlate)

berkonsentrasi sangat rendah dengan dosis 0,5 gr/liter dan suhu larutan lebih dari

50 0C selama 1 menit.

5. Penirisan dan pengelapan

Buah yang telah direndam, ditiriskan dengan meletakkan pada rak susun dan

dikeringanginkan, kemudian buah di lap dengan kain lap yang bersih lembut dan

kering.

6. Grading

Proses pengelompokkan buah yang telah disortir berdasarkan diameter,

ukuran, bentuk buah dan keseragaman. Pada proses ini buah ditimbang dan

dipisahkan sesuai kelasnya, grade kualitas berdasarkan beratnya adalah sebagai

berikut :

A : 450-550 gram per buah

B : 350- <450 gram per buah

C : 250 - 350 gram per buah

7. Pelilinan

Pelilinan yang digunakan yaitu emulsi lilin standar 12 %, proses

pembuatannya memerlukan lilin lebah 120 g, asam oleat 20 g, triethanol amin 40

g dan air panas 820 cc. Pembuatan dilakukan dengan cara lilin dipanaskan dalam

panci sampai mencair, kemudian dimasukkan ke dalam blender, selanjutnya

(20)

diblender kurang lebih 2-5 menit agar tercampur dengan sempurna setelah itu

emulsi lilin didinginkan. Proses aplikasi dilakukan dengan cara buah dibersihkan

kemudian dicelupkan dalam emulsi lilin 12% selama 30 detik setelah itu kering

angin. Setelah kering buah dikemas ke dalam kantong plastik berukuran 30 x 40

cm serta diberi lubang lima jarum dan di simpan pada suhu 100C.

8. Pengepakan

Buah Srikaya Sinyonya dimasukkan kedalam wadah secara hati-hati dengan

posisi punggung buah menghadap ke bawah dan wadah dilengkapi dengan partisi

dan irisan kertas atau sterofoam.

9. Penyimpanan

Buah Srikaya Sinyonya yang didalam kardus disimpan dalam gudang yang

bersih, temperatur 8-100C dan kelembaban 90%. Buah ditumpuk untuk kardus

maksimum 8 tumpuk dan untuk kotak kayu maksimum 4 tumpuk. Lama

penyimpanan maksimum 2 hari, kardus atau box yang masuk pertama harus

keluar lebih dahulu (first in first out). Apabila akan disimpan perlu dilakukan

precooling yaitu penyimpanan buah pada tempat yang sejuk atau teduh dengan

suhu 16-20 0 C dan tempat penyimpanan harus bebas dari hama.

B. Fisiologi Pasca Panen

Siklus hidup buah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahapan

fisiologi yaitu pertumbuhan (growth), pematangan (ripening), dan pelayuan

(senescence). Pertumbuhan melibatkan pembelahan sel dan diteruskan dengan

(21)

10

Pematangan adalah kejadian dramatik dalam kehidupan buah karena mengubah

organ tanaman dari matang secara fisiologis menjadi dapat dimakan serta terkait

dengan tekstur, rasa dan aroma. Pematangan merupakan istilah khusus untuk buah

yang merupakan tahap awal dari senesen. Senescence dapat diartikan sebagai

periode menuju ke arah penuaan (aging) dan akhirnya mengakibatkan kematian

jaringan (Sambeganarko, 2008).

Komoditi hortikultura secara umum tetap mengalami metabolisme walaupun

telah dipanen. Setelah dipanen energi yang dibutuhkan untuk melakukan

metabolisme diambil dari cadangan makan dan air yang terdapat pada komoditi

tersebut. Kehilangan ini menyebabkan kerusakan, kerusakan ini umumnya

berbanding lurus dengan laju respirasi (Uma, 2008). Respirasi dikelompokkan

dalam tiga tingkatan, yaitu: 1). pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana,

2). oksidasi gula menjadi asam piruvat, 3). Transportasi piruvat dan asam-asam

organik secara aerobik menjadi CO2, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula

berperan sebagai substrat dalam proses pemecahan polisakarida. Protein dan

lemak dapat pula berperan sebagai sustrat dalam proses pemecahan (Pantastico,

1997).

Menurut Gardjito (2014), energi yang dihasilkan dalam proses respirasi

dalam bentuk adenosine triphosphate (ATP) yang terbentuk dari adenosine

diphosphate (ADP) dan fosfat inorganik (Pi). Pada respirasi aerob (membutuhkan

O2 untuk menghasilkan energi), satu molekul heksosa membutuhkan O2 sebesar

192 g untuk menghasilkan enam molekul karbon dioksida (264 g), enam molekul

(22)

kelangsungan hidup suatu komoditas pertanian hanya sekitar 281 kkal (41% dari

total energi) atau 38 ATP, sedangkan 392 kkal (57% dari total energi) hilang

sebagai panas dan 13 kkal hilang sebagai entropi selama reaksi oksidasi

berlangsung. Berikut ini reaksi kimia respirasi aerob :

C6H12O6 + 6O2+ 38 ADP + 38 Pi → 6CO2 + 44H2O + 38 ATP

Reaksi respirasi aerob tersebut melibatkan tiga jalur reaksi yaitu glikolisis yang

terjadi di sitoplasma, siklus asam trikarboksilat yang terjadi di dalam mitokondria

dan sistem transfer elektron yang terjadi di membran mitokrondria.

Gambar 1. Perbedaan Respon Buah Klimakterik dan Nonklimakterik Terhadap Laju Respirasi dan Produksi Etilen

Secara umum, sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju

respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih

dewasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya

dalam lingkungan yang dapat memperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui

penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan

konsentrasi CO2, dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara

(23)

12

Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi kecepatan respirasi adalah

etilen. Laju respirasi buah klimakterik saat preklimakterik dikondisikan pada

udara mengandung etilen meningkat, lalu menurun karena etilen endogenous

mengontrol respirasi. Dengan demikian etilen dari luar tidak dapat bekerja. Etilen

(C2H4) merupakan hormon tanaman pemicu proses fisiologis (Gardjito, 2003).

Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah sesudah di

panen. intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan

oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai daya simpan buah

(Pantastico, 1997). Etilen memicu pelunakan buah, degradasi klorofil,

pembentukan warna dan aroma. Maka selama pemasakan buah terjadi

peningkatan kandungan asam 1-aminosiklolopropana-1-karboksilat (ACC),

aktivitas ACC sintese (ACS), dan aktivitas ACC oksidase (ACO) seiring dengan

produksi etilen (Gardjito, 2014).

C. Kalium Permanganat (KMnO4)

Beberapa cara untuk menunda kematangan dan ketuaan (senescence) tanaman

dan buah-buahan telah dilakukan petani. Hal tersebut bertujuan untuk

mempertahankan kesegaran produk hortikultura dalam jangka waktu tertentu,

sehingga pembusukan dan kerusakan pada produk tersebut bisa dihindari. Ada

beberapa cara yang lazim dipakai untuk pencegahan kerusakan pada produk

hortikultura antara lain penambahan bahan kimia (Aditama, 2014). Pada tanaman

terdapat etilen yang bertindak sebagai hormon tanaman yang memiliki efek

(24)

mempercepat respirasi yang mengarah pada pematangan dan penuan pada banyak

jenis buah. Selain itu, akumulasi etilen bisa menyebabkan penguningan pada

sayuran hijau karena merombak klorofil. Untuk memperpanjang masa simpan dan

menjaga penampilan serta kualitas buah maupun sayuran maka etilen harus

dikeluarkan dari ruang penyimpanan atau kemasan yang tertutup rapat

(Kurniawan, 2008). Salah satu yang dapat digunakan untuk menyerap etilen

adalah kalium permanganat (KMnO4).

Menurut Kurniawan (2008) perubahan warna ini mengindikasikan kapasitas

penyerapan yang tersisa, karena MnO4- bereaksi menjadi MnO2 lalu menempel

dan menutup permukaan bahan penyerap sehingga tidak bisa menyerap etilen lagi.

Adapun sifat dan karakteristik dari KMnO4 adalah sebagai berikut :

1. Kristal berwarna ungu jelas atau hampir gelap

2. Larut 16 bagian dalam air pada suhu 200C dan membentuk larutan ungu

3. Berat jenis 2,703 g/cc

4. Berat molekul 158

5. KMnO4 merupakan bahan pengoksidasi dan bahan antiseptik

6. KMnO4 mudah rusak bila terkena cahaya matahari langsung, yakni akan

terbentuk MnO2 yang mengendap. Karena itu, KMnO4 harus disimpan

dalam botol yang tidak tembus cahaya.

Menurut (Aditama, 2014) Kalium permanganat (KMnO4) adalah salah satu

jenis bahan yang dapat menyerap kandungan etilen di udara untuk

memperpanjang masa simpan buah. Kalium permanganat akan mengoksidasi

(25)

14

C2H4 + KMnO4 + H2O C2H4(OH)2 + MnO2 + KOH

Penyerapan etilen dengan KMnO4 dalam aplikasinya berbentuk cairan sehingga

memerlukan bahan penyerap (absorbers). Bahkan pada penggunaan KMnO4,

bahan penyerap menjadi sangat penting karena KMnO4 bersifat racun sehingga

dalam aplikasinya tidak disarankan untuk kontak langsung dengan bahan pangan.

Bahan penyerap yang baik harus bersifat inert (tidak bereaksi) dan mempunyai

permukaan yang luas. Menurut Febrianto (2009) di dalam proses ini terjadi

perubahan warna KMnO4 dari ungu menjadi coklat yang menandakan proses

penyerapan etilen.

Kalium permanganat harus dibentuk menjadi larutan supaya penggunaannya

bisa lebih efektif, dan diserap oleh sebuah media penyerap yang memiliki

permukaan yang luas supaya penyerapan kalium permanganat ke dalam bahan

penyerap lebih optimal (Kurniawan, 2008).

Konsentrasi KMnO4 yang digunakan pada penelitian (Aditama, 2014)

menggunakan larutan KMnO4 yang dibuat dari dua jenis yaitu 75 mg dan 100 mg

dengan berat arang aktif sebesar 10 g dan 15 g. Larutan KMnO4 dibuat dengan

cara melarutkan serbuk KMnO4 dengan jumlah sesuai perlakuan yakni 75 mg dan

100 mg ke dalam 100 ml akuades. Disimpulkan bahwa penggunaan bahan

penyerap etilen dengan kombinasi KMnO4 yaitu pada konsentrasi 100 mg

(26)

A. Hipotesis

Pemanenan yang dilakukan pada hari ke 132 hari setelah bunga muncul dan

konsentrasi KMnO4 0,1% (100 mg/100 ml) dapat memperpanjang umur simpan

(27)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai 1

April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah silika gel, KMnO4 untuk

mengoksidasi gas etilen, NaOH 0,1 N, akuades, reagen Nelson A,

Arsenomolibdat, reagen Nelson B, plastik klip yang transparan. Buah Srikaya

Sinyonya yang digunakan dipetik dari kebun desa Sumbersari, Watugajah, Kec.

Gedangsari, Kab. Gunungkidul.

Alat yang digunakan selama penelitian adalah refractometer untuk mengukur

jumlah zat padat terlarut, penetrometer untuk mengukur tingkat kekerasan buah,

timbangan analitik, spektrofotometer untuk mengukur gula reduksi pada buah,

kain kasa untuk membungkus bahan penyerap, erlenmeyer, tabung reaksi, labu

takar, gelas ukur, mortar.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dalam Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

rancangan percobaan faktorial dengan 2 faktor yaitu umur panen buah Srikaya

(28)

Faktor 1 memiliki 2 aras yaitu :

B1 :umur pemanenan 132 hari setelah muncul kuncup bunga

B2 :umur pemanenan 140 hari setelah muncul kuncup bunga

Faktor 2 memiliki 3 aras yaitu :

K1 : tanpa KMnO4

K2: larutan KMnO4 0,1 %

K3: larutan KMnO4 0,15 %

Kombinasi perlakuan campuran antara umur pemanenan dan konsentrasi KMnO4

dengan rincian perlakuan sebagai berikut :

B1K1 : Umur panen 132 hari (tanpa KMnO4)

B1K2 : Umur panen 132 hari + KMnO4 0,1%

B1K3 : Umur panen 132 hari + KMnO4 0,15 %

B2K1 : Umur panen 140 hari (tanpa KMnO4)

B2K2 : Umur panen 140 hari + KMnO4 0,1%

B2K3 : Umur panen 140 hari +KMnO4 0,15 %

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan yang masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 2 kali, sehingga terdapat 12 unit percobaan. Setiap unit

perlakuan memiliki 5 sampel korban dan 2 sampel perlakuan. Lay out penelitian

(29)

18

D. Cara Penelitian

1. Pelabelan Bunga Srikaya Sinyonya

Pelabelan bunga di lakukan dengan cara member label yang berisi tanggal

keluarnya bunga. Pelabelan bunga srikaya menggunakan 2 sampel bunga yang di

beri label yang kemudian diamati perkembangan bunganya. Pelabelan bunga

muncul pada sampel pertama (hari ke-0) di lakukan pada tanggal 3 Januari 2016

yang kemudian berjalan hingga hari ke-17 pada tanggal 20 januari 2016 dan pada

hari ini merupakan bunga terakhir karena bunga di hari ke-17 sudah mengalami

kerontokan akibat hujan maka bunga diganti dengan kondisi fisik bunga yang

hampir mirip yang sudah diamati pada tanggal 13 Desember 2015 (sampel bunga

2) dan pada kondisi bunga ini dapat dikatakan bunga sudah tumbuh hingga 35 hari

terhitung dari hari ke-0. Pada sampel ke-2 ini, bunga dapat tumbuh dan menjadi

buah. Pertumbuhan bunga dari hari ke-0 hingga keluar bakal buah yaitu 56 hari

(Lampiran 6).

2. Persiapan

Buah Srikaya yang sudah dipanen dicuci dengan air yang dicampur larutan

Lemon untuk menghilangkan noda dan getah yang menempel pada buah.

3. Pembuatan larutan KMnO4

Konsentrasi KMnO4 yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,1% dan

0,15%. Konsentrasi dibuat dengan melarutkan KMnO4 pekat sebanyak 100 mg

dan 150 mg ke dalam akuades sebanyak 100 ml. selanjutnya setiap larutan

(30)

selama 10 menit kemudian untuk memastikan larutan benar-benar diserap oleh

silika gel. Setelah perendaman selesai maka silika gel dipisahkan dari larutan lalu

dikeringkan dengan cara diletakkan di atas kertas tisu dan dibiarkan di udara

terbuka hingga silika gel benar-benar kering. Proses pengeringan ini

membutuhkan waktu selama kurang lebih 2 jam dan kemudian dibungkus

menggunakan kain kasa.

4. Penyimpanan

Buah Srikaya Sinyonya disimpan dalam plastik klip kemudian diaplikasikan

dengan bahan penyerap etilen (KMnO4) untuk setiap perlakuan. Dalam satu

kemasan plastik terdapat 1 buah Srikaya Sinyonya dan disimpan pada suhu ruang

(31)

20

E. Parameter Yang Diamati

a. Susut berat (AOAC, 2000)

Pengukuran susut berat dilakukan menggunakan metode AOAC (2000),

timbangan analitik dan susut berat dapat dilakukan dengan menimbang buah

Srikaya Sinyonya setiap hari selama penyimpanan, hasil timbangan buah dapat

dinyatakan dalam persen. Susut berat dapat dihitung dengan rumusan yang

digunakan yaitu :

susut berat(%) =

x 100%

Keterangan : B0 = berat awal

Bt = berat pada saat pengamatan

b. Kekerasan buah

Kekerasan diukur dengan penetrometer berdasar daya tembus jarum terhadap

buah sebelum dikupas dan diamati pada hari ke-0, ke-6 ke-9. Buah diletakkan

kemudian ditusukkan pada tiga bagian yaitu ujung, tengah dan pangkal sebanyak

dua kali ulangan pada tiap pengukuran dan kemudian dirata-ratakan. Nilai

pengukuran dinyatakan dalam N/mm2. Nilai pengukuran dapat dihitung

menggunakan rumus :

Kelunakan = gaya Luas

(32)

Ket :

d = diameter batang penetrometer (mm)

gaya = kedalaman jarum menembus sampel

c. Zat Padat Terlarut (Total Soluble Solid)

Kandungan zat padat yang terlarut (TSS) diukur dengan menggunakan

metode refraktometer dan diamati pada hari ke-0, ke-3, ke-6, ke-9. Buah

dihancurkan lalu bubur disaring dan diambil filtratnya untuk diamati. Bubur buah

yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer. Angka yang diperoleh

dalam analisis dinyatakan dalam satuan 0Brix.

d. Total Asam Tertitrasi (AOAC, 2000)

Total asam tertitrasi diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-6 dan ke-9. Penentuan

total asam tertitrasi dilakukan dengan menghancurkan buah Srikaya Sinyonya

sebanyak 5 g dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan akuades

lalu digojok kemudian disaring dengan kain saring dan didapatkan filtrat buah

Srikaya Sinyonya. Filtrat lalu diambil 20 ml dengan pipet dan dimasukan ke

dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1-2 tetes indikator phenolphthalein

(PP) 1% maka diperoleh larutan buah Srikaya Sinyonya. Langkah selanjutnya

yaitu dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna merah muda.

Selanjutnya hasil titrasi dihitung menggunakan rumus :

TA = ml NaOH x N NaOH x BM asam malat x FP X 100% Mg sampel

Keterangan :

(33)

22

e. Uji Gula Reduksi

Uji gula reduksi diamati pada hari ke-0, ke-3, ke-6 dan ke-9. Uji kadar gula

reduksi menggunakan metode Nelson-Somogyi dalam Gardjito (2003). Gula

reduksi dapat mereduksi ion kupri menjadi kupro-oksida, dalam hal ini mereduksi

reagen Nelson (Arsenomolibdat) menghasilkan warna biru. Sampel dipipet

sebanyak 1 ml ditambah 1 ml reagens C masukkan ke tabung reaksi lalu ditutup

dan dipanaskan dalam waterbath selama 20 menit dengan suhu sekitar 900C.

Sampel didinginkan dan ditambahkan 1 ml reagen Arsenomolibdat kemudian

digojok lalu tambahkan 7 ml akuades. Setelah itu dibaca absorbansinya pada λ =

540 mm dengan spektrofotometer. Setelah di tera maka dapat di hitung dengan

rumus :

Gula reduksi (ml/mg) : nilai X x FP Sampel buah (mg) Keterangan :

X = hasil tera sampel buah

FP = faktor pengenceran (ml)

f. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan suatu cara untuk mengukur, menganalisis serta

menginterpretasikan berdasarkan tingkat kesukaan dari karakter suatu produk

pangan yang dirasakan oleh indera perasa dan peraba dan dilakukan pada

pengamatan hari ke-6. Jumlah panelis menggunakan sebanyak 10 panelis dimana

(34)

i. Uji Aroma

Dilakukan pada pengamatan hari terakhir setelah penyimpanan. Pengujian

aroma bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil tangkapan dengan menggunakan

indera sensori penciuman. Pengujian aroma dilakukan dengan menggunakan score

sheet aroma buah Srikaya Sinyonya. Pada score sheet digunakan angka 1 sebagai

nilai terrendah dan angka 4 untuk nilai tertinggi. Pengujian organoleptik dilakukan

oleh 10 panelis dengan kriteria sebagai berikut.

Skala Keterangan

1 Sangat tidak beraroma

2 Sedikit beraroma

3 Beraroma

4 Sangat beraroma

Selanjutnya hasil uji aroma buah Srikaya Sinyonya dihitung menggunakan rumus:

Rata-rata skor = Σ skor x nilai mutu panelis Jumlah panelis

ii. Uji tekstur

Dilakukan pada pengamatan hari terakhir setelah penyimpanan. Pengujian

aroma bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil tangkapan dengan menggunakan

indera sensori peraba. Pengujian aroma dilakukan dengan menggunakan score

sheet aroma buah Srikaya Sinyonya. Pada score sheet digunakan angka 1 sebagai

nilai terrendah dan angka 4 untuk nilai tertinggi. Pengujian organoleptik dilakukan

(35)

24

Skala Keterangan

1 Sangat keras

2 Keras

3 Lunak 4 Sangat lunak

Selanjutnya hasil uji tekstur buah Srikaya Sinyonya dihitung menggunakan

rumus:

Rata-rata skor = Σ skor x nilai mutu panelis Jumlah panelis

iii. Uji rasa

Dilakukan pada pengamatan hari terakhir setelah penyimpanan. Pengujian

aroma bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil tangkapan dengan menggunakan

indera sensori perasa. Pengujian aroma dilakukan dengan menggunakan score

sheet aroma buah Srikaya Sinyonya. Pada score sheet digunakan angka 1 sebagai

nilai terrendah dan angka 4 untuk nilai tertinggi. Pengujian organoleptik dilakukan

oleh 10 panelis dengan kriteria sebagai berikut.

Skala Keterangan

1 Sangat tidak manis

2 Tidak manis 3 Manis

4 Sangat manis

Selanjutnya hasil uji rasa buah Srikaya Sinyonya dihitung menggunakan rumus :

(36)

F. Analisis Data

Analisis data susut berat, kekerasan, padatan terlarut total, asam tertitrasi

total, kadar gula reduksi dilakukan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)

dengan taraf nyata α = 5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari

perlakuan yang dicobakan, maka dilakukan uji lanjutan menggunakan Duncan

(37)

26

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO4. Berikut

ini merupakan rata-rata dari semua parameter pada penyimpanan hari ke-6.

Tabel 1. Hasil Rata-rata pada Hari Ke-6 Perlakuan Umur Pemanenan

Parameter Umur Pemanenan menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

Tabel 2. Hasil Rata-rata pada Hari Ke-6 Perlakuan KMnO4

Parameter menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

A.Susut Berat

Susut berat adalah salah satu indikator penurunan mutu buah yang

dipengaruhi oleh respirasi dan transpirasi. Menurut Novita, dkk (2015), buah yang

telah dipanen masih melakukan respirasi dari penguraian pati, gula dan asam

(38)

yang dihasilkan pada proses respirasi ini akan menguap apabila suhu di

lingkungan lebih tinggi dari pada komoditas (proses transpirasi) sehingga buah

akan mengalami kehilangan air yang mengakibatkan penyusutan berat.

Pengamatan susut berat dilakukan setiap hari dengan menggunakan timbangan

analitik yang kemudian dihitung dan dinyatakan dalam persen. Hasil rata-rata

susut berat buah Srikaya Sinyonya pada perlakuan umur pemanenan dan

konsentrasi KMnO4 dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Berdasarkan hasil sidik ragam susut berat (lampiran 5.A.1-6) dapat dilihat

bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan umur pemanenan dan konsentrasi

KMnO4 selama pengamatan hari ke-1 hingga hari terakhir. Pada tabel 1

menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari pengaruh umur pemanenan terhadap susut

berat buah Srikaya Sinyonya tidak terdapat beda nyata antar perlakuan umur

pemanenan, sedangkan pada perlakuan KMnO4 juga tidak terdapat beda nyata

antar perlakuan. Penyusutan berat buah dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Nilai susut berat pada penyimpanan hari ke-6 perlakuan umur pemanenan

132 hari memiliki nilai lebih rendah dibandingkan pada perlakuan umur

pemanenan 140 hari. Hal ini diduga buah Srikaya Sinyonya yang dipanen pada

umur 132 hari belum memasuki kemasakan optimal dan masih mengalami

perkembangan yang mengakibatkan laju respirasi dan transpirasi masih rendah.

Penyusutan disebabkan karena adanya kehilangan air pada buah.

Pada perlakuan umur pemanenan 140 hari memiliki nilai susut berat lebih

tinggi dibandingkan pada perlakuan 132 hari. Hal ini diduga buah Srikaya

(39)

28

penguapan meningkat yang mengakibatkan kehilangan air juga lebih banyak.

Menurut Novita, dkk (2015) buah sebagai jaringan yang hidup setelah dipanen

masih melakukan respirasi yaitu proses penguraian bahan kompleks yang ada

dalam sel seperti pati, gula dan asam organik menjadi molekul yang lebih

sederhana seperti CO2,H2O, dan energi. Buah juga mengalami transpirasi yaitu

proses penguapan air dari jaringan akibat pengaruh panas dari lingkungan

penyimpanan atau dari aktivitas respirasi, sehingga buah akan mengalami susut

bobot berat. Sesuai pada penelitian Chaves, et al (2007) menyatakan bahwa

Srikaya tanpa perlakuan KMnO4 mengalami peningkatan susut berat antara 20 g

-22 g selama 12 hari penyimpanan.

Susut berat buah disebabkan karena adanya aktivitas transpirasi yang

mengakibatkan buah kehilangan air. Proses transpirasi disebabkan oleh suhu,

sedangkan suhu yang digunakan pada penelitian ini yaitu suhu ruang sehingga

perubahan suhu setiap hari penyimpanan dapat mempengaruhi aktivitas transpirasi

yang kemudian terjadinya kehilangan air yang mengakibatkan buah mengalami

penyusutan berat. Menurut Novita, dkk (2015), transpirasi yaitu proses penguapan

air dari jaringan akibat pengaruh panas dari lingkungan penyimpanan atau dari

aktifitas respirasi. Salah satu energi yang dihasilkan dari proses respirasi adalah

panas. Uap air bergerak melalui ruang antar sel sampai lapisan dermal dimana

terdapat celah-celah pengeluaran seperti stomata, lentisel dan celah pada kutikel.

Uap air dari dalam buah hanya akan keluar jika tekanan uap atmosfir lingkungan

(40)

Perlakuan berbagai konsentrasi KMnO4, pada penyimpanan hari ke-6 tidak

terdapat beda nyata antar perlakuan. Hal ini didiuga pemberian KMnO4 dengan

konsentrasi 0,1 % dan 0,15 % tidak dapat mengoksidasi etilen karena pada buah

srikaya memiliki laju respirasi yang tinggi sehingga KMnO4 tidak dapat

mengoksidasi etilen dengan memecah ikatan rangkap pada senyawa etilen

menjadi etilen glikol dan mangan dioksida. Buah Srikaya Sinyonya termasuk

spesies dari Annonaceae yang secara fisiologi mempunyai laju respirasi tinggi dan

produksi etilen yang tinggi sehingga penyimpanan buah jika tanpa ada perlakuan

untuk memperpanjang umur simpan maka buah akan cepat mengalami

pembusukan akibat dari proses senesen.

Data susut berat buah Srikaya Sinyonya yang di analisis di peroleh grafik

nilai susut berat yang meningkat pada setiap harinya pada perlakuan umur

pemanenan (gambar 3).

(41)

30

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Srikaya Sinyonya dapat disimpan

selama 10 hari pada perlakuan umur pemanenan 132 hari dan 6 hari pada

perlakuan umur pemanenan 140 hari. Penyusutan buah pada perlakuan 140 hari

sangatlah cepat seiring dengan cepatnya kehilangan air akibat dari penguapan.

Pada gambar dapat dilihat bahwa pada penyimpanan hari ke-11 perlakuan umur

pemanenan 132 hari diperkirakan penyusutan berat buah Srikaya Sinyonya akan

setara nilainya dengan perlakuan umur pemanenan 140 hari pada penyimpanan

hari ke-6.

B.Kekerasan Buah

Kekerasan menjadi salah satu indikator untuk menentukan kualitas dari

buah. Parameter ini digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan buah srikaya

akibat dari respirasi, transpirasi dan aktivifitas bakteri. Kekerasan buah

merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu buah dan menandakan

terjadinya penurunan mutu buah (Kholidi, 2009). Pengamatan kekerasan buah di

lakukan setiap 3 hari sekali dengan menggunakan alat penetrometer. Hasil

rata-rata kekerasan buah srikaya sinyonya pada perlakuan umur pemanenan dan

konsentrasi KMnO4 dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Berdasarkan hasil sidik ragam kekerasan buah (lampiran 5.B.1-3) dapat

dilihat bahwa tidak ada interaksi dari perlakuan umur pemanenan yang

dikombinasi dengan konsentrasi KMnO4. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa tidak

terdapat beda nyata antar perlakuan umur pemanenan sedangkan pada tabel 2

(42)

Perlakuan umur pemanenan 132 hari memiliki nilai kekerasan buah lebih

tinggi dibanding pada perlakuan umur pemanenan 140 hari. Hal ini diduga buah

yang dipanen pada umur pemanenan 132 hari memiliki dinding sel yang masih

keras akibat pektin yang belum terdegradasi menjadi pektin yang larut dalam air.

Menurut Gardjito (2014) pelunakan buah berhubungan dengan perubahan fraksi

pektin lamela tengah dan dinding sel. Dilanjutkan oleh Novita dkk (2015) selama

proses pematangan buah terjadi perubahan protopektin yang tidak larut air

menjadi senyawa pektat yang larut air dan menyebabkan daya kohesi dinding sel

yang mengikat sel satu dengan sel lainnya melemah sehingga kekerasan menurun

dan buah menjadi lunak.

Perubahan tingkat kekerasan dipengaruhi oleh turgor sel yang selalu

berubah sejalan terjadinya pemasakan buah, perubahan tekanan turgor sel

diakibatkan oleh perubahan komponen penyusun dinding sel yang terdiri dari

pektin, selulosa dan sedikit hemiselulosa (Kholidi, 2009). Dalam hal ini, buah

yang di panen pada umur 132 hari masih memasuki perkembangan yang

kemungkinan dinding sel kukuh karena belum terjadinya penurunan tekanan

turgor sel akibat dari perubahan protopektin menjadi pektat yang larut dalam air

yang kemudian mengalami pelunakan.

Pada perlakuan umur pemanenan 140 hari memiliki nilai terrendah dari

perlakuan lain. Hal ini dikarenakan buah yang dipanen pada umur 140 hari sudah

memasuki masak fisiologis yang berakibat jalannya aktivitas respirasi yang

berdampak pada ukuran sel yang berubah akibat adanya perubahan susunan

(43)

32

senyawa pektin (penyusun dinding sel) yang tidak larut dalam air menjadi larut

dalam air sehingga dinding sel menjadi melemah maka buah akan mengalami

pelunakan. Menurut Novita dkk (2015) perubahan tekstur buah menjadi lunak

diikuti oleh peningkatan asam, gula sederhana dan kadar air pada buah disebabkan

oleh kadar pati yang menurun, hal ini dikarenakan terjadinya degradasi pati secara

enzimatis yang berubah menjadi gula sederhana yang diikuti oleh pelunakan

tekstur buah.

Perlakuan kalium permanganat (KMnO4) pada penyimpanan hari ke-6 tidak

terdapat beda nyata antara perlakuan KMnO4 0,1 %, KMnO4 0,15% dan atau

tanpa KMnO4. Hal ini dikarenakan perlakuan konsentrasi KMnO4 yang digunakan

tidak dapat mengoksidasi etilen yang dihasilkan oleh buah srikaya sehingga

terjadi peningkatan kandungan asam, gula sederhana, kadar air pada buah akibat

dari degradasi pati dan terjadinya transpirasi berakibat pada kehilangan air.

Menurut Arifiya dkk (2015) proses transpirasi terjadi di ruang-ruang antar

sel yang menyebabkan sel menciut sehingga ruang antar sel menyatu dan zat

pektin saling berikatan. Kadar air dan kekerasan secara umum mengalami

penurunan karena perubahan pektin yang tidak larut dalam air berubah menjadi

protopektin yang larut dalam air sehingga menyebabkan tekstur buah menjadi

lunak. Selama proses pemasakan, perombakan zat pektin mengakibatkan

penurunan tekanan turgor terhadap dinding sel dan yang kemudian berakibat pada

pelunakan buah. Pektin dan kekerasan memiliki korelasi positif, semakin tinggi

kandungan pektin pada buah maka semakin tinggi tingkat kekerasan pada buah

(44)

Berdasarkan uji ANOVA (Analysis of Variance) bahwa interaksi antar

perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO4 tidak beda nyata terhadap

kekerasan buah srikaya. Data kekerasan buah Srikaya Sinyonya yang di analisis di

peroleh diagram nilai kekerasan buah srikaya yang menurun setiap 3 hari sekali

selama penyimpanan.

Gambar 2. Kekerasan Buah pada Berbagai Umur Pemanenan

Pada gambar menunjukkan bahwa pada perlakuan umur pemanenan 132

hari buah Srikaya Sinyonya mengalami penurunan kekerasan yang sangat cepat

pada hari ke-3 menuju hari ke-6 sedangkan pada perlakuan umur pemanenan 140

hari mengalami penurunanan hingga penyimpanan hari ke-9. Hal ini dikarenakan

pada perlakuan umur pemanenan 140 hari buah telah masak fisiologis yang pada

saat pemanenan juga ditandai dengan perubahan fisik buah seperti lapisan lilin

mulai menebal pada permukaan buah sehingga tingkat kekerasan buah juga

(45)

34

Pertanian Kab. Gunungkidul (2008) bahwa tahapan panen buah Srikaya Sinyonya

yaitu memiliki beberapa kriteria seperti bekas tangkai buah rontok kelihatan

mengering seluruhnya, lekukan ujung buah rata atau hampir hilang, pori-pori

merata dan berwarna coklat, lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah,

cabang tangkai buah telah kering 65%, buah tidak berbunyi nyaring bila disentil.

Sedangkan pada perlakuan umur pemanenan 132 hari buah penurunan yang

lambat dikarenakan buah yang belum memasuki perkembangan sempurna yang

dikarenakan faktor karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan sebagai

cadangan makan atau disebut buah belum berkembang optimal.

Berdasarkan hasil regresi pada perlakuan umur pemanenan dengan

kekerasan buah dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Regresi Kekerasan Buah pada Berbagai Umur Pemanenan

Keterangan :

Y 132 = nilai Y pada perlakuan umur pemanenan 132 hari

(46)

Tabel 3. Regresi Kekerasan Buah

Perlakuan Persamaan R R2

132 hari Y = -458x+4.164 0.918 0.842

140 hari Y = -365x+1.833 0.865 0.748

Pola hubungan umur pemanenan dengan parameter kekerasan buah pada

perlakuan umur pemanenan 132 hari dan 140 hari menunjukkan pola regresi

linier. Semua persamaan regresi diatas memiliki nilai R2 > 50% sehingga dapat

dikatakan kekerasan buah dipengaruhi oleh umur pemanenan. Nilai R > 50 %

pada koefisien korelasi menyatakan kekerasan buah menurun seiring dengan umur

pemanenan, hubungan keduanya dikatakan berkorelasi positif.

Pada gambar regresi menunjukkan bahwa dengan perlakuan umur

pemanenan 132 hari buah srikaya mengalami penurunan nilai kekerasan buah

selama 9 hari penyimpanan, hal ini diduga dengan perlakuan umur pemanenan

132 hari buah masih mengalami perkembangan atau dapat dikatakan buah masih

muda sehingga belum terjadinya perubahan pektin yang larut dalam air yang

mengakibatkan tingkat kekerasannya masih tinggi, selain itu buah yang masih

muda masih memiliki daya kohesi antara dinding sel satu dengan yang lain masih

kuat maka pada perlakuan ini buah dapat disimpan selama 9 hari. Menurut Novita

dkk (2015) selama proses pematangan buah terjadi perubahan protopektin yang

tidak larut air menjadi senyawa pektat yang larut air dan menyebabkan daya

kohesi dinding sel yang mengikat sel satu dengan sel lainnya melemah sehingga

(47)

36

Sedangkan pada perlakuan umur pemanenan 140 hari mengalami penurunan

dengan cepat dan hanya singkat penyimpanannya, hal ini diduga buah yang

dipanen dengan umur ini sudah memasuki masa fisiologis sehingga pektin pada

buah mengalami pelarutan yang kemudian terjadi pelunakan. Selain itu dilihat

pada penyimpanan hari ke-6 buah mengalami fase puncak klimakterik dimana

pada hari terakhir sudah mengalami penurunan kekerasan dan hari selanjutnya

buah mengalami pembusukan akibat senesen.

C.Zat Padat Terlarut

Tingkat kemanisan buah merupakan parameter konsumen untuk mengetahui

kualitas dari buah. Selama pematangan buah mengalami proses respirasi dan

transpirasi. Respirasi merupakan proses oksidasi substrat kompleks menjadi

senyawa sederhana, salah satunya adalah pati menjadi gula. Pengamatan zat padat

terlarut dilakukan selama 3 hari sekali menggunakan alat refraktometer.

Berdasarkan hasil sidik ragam zat padat terlarut (lampiran 5.C.1-3)

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan umur pemanenan dengan

konsentrasi KMnO4. Pada tabel 2 menunjukkan terdapat beda nyata pada

perlakuan umur pemanenan sedangkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa tidak

terdaapt beda nyata perlakuan KMnO4.

Perlakuan umur pemanenan 132 hari memiliki nilai terendah dari perlakuan

lain, hal ini diduga buah belum mengalami peningkatan laju respirasi yang

kemudian berakibat pada rendahnya kandungan zat padat terlarut karena

(48)

polisakarida menjadi gula atau jalannya respirasi. Peningkatan zat padat terlarut

hanya terjadi pada buah-buahan klimakterik yaitu kelompok buah yang memiliki

pola respirasi yang meningkat secara mendadak pada fase pematangan, zat padat

terlarut meningkat akibat dari perombakan pati menjadi gula sederhana melalui

proses metabolisme yang terjadi pada buah melibatkan enzim amilase dan

fosforilase (Novita, 2015).

Pada perlakuan umur pemanenan 140 hari memiliki nilai lebih tinggi dari

perlakuan lain, hal ini diduga pada penyimpanan hari ke-6 buah memasuki puncak

klimakterik yang selama penyimpanan terjadi peningkatan laju respirasi pada fase

pematangan yang mengakibatkan perombakan polisakarida menjadi gula

sederhana sehingga zat padat terlarut menjadi meningkat.

Penggunaan KMnO4 dengan konsentrasi 0,1 % dan 0,15 % tidak

berpengaruh nyata terhadap zat padat terlarut. Hal ini diduga penggunaan

konsentrasi KMnO4 0,1 % dan 0,15 % kurang mampu mengoksidasi etilen yang

dimungkinkan KMnO4 yang digunakan terlalu sedikit sehingga etilen yang

dihasilkan buah tidak dapat dioksidasi sepenuhnya sehingga terjadi peningkatan

kandungan zat padat terlarut.

Data zat padat terlarut buah Srikaya Sinyonya yang di analisis di peroleh

grafik nilai zat padat terlarut yang meningkat pada setiap harinya pada perlakuan

(49)

38

Gambar 4. Kandungan Zat Padat Terlarut Buah pada Berbagai Umur Pemanenan

Pada gambar menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan buah

semakin meningkat kandungan zat padat terlarut. Pada perlakuan umur

pemanenan 132 hari kandungan zat padat terlarut mengalami peningkatan hingga

hari ke-6 kemudian mengalami penurunan dihari ke-9 sedangkan pada perlakuan

umur pemanenan140 hari memiliki konsentrasi zat padat terlarut lebih tinggi di

hari ke-6. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kandungan glukosa pada buah

lebih tinggi di perlakuan umur pemanenan 140 hari dibandingkan pada perlakuan

umur pemanenan 132 hari. Penyimpanan hari ke-9 pada perlakuan umur

pemanenan 140 hari mengalami penurunan kandungan zat padat terlarut, hal ini

dikarenakan bahwa buah pada penyimpanan ini sudah memasuki pembusukan

sehingga kandungan zat padat terlarut semakin menurun seiring dengan proses

(50)

D.Total Asam Tertitrasi

Total asam tertitrasi merupakan parameter yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kualitas dari buah. Pengamatan total asam tertitrasi dilakukan

menggunakan indikator PP yang kemudian dititrasi dengan NaOH setiap 3 hari

sekali. Berdasarkan hasil sidik ragam total asam tertitrasi (lampiran 5.D.1-3)

menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antar perlakuan umur pemanenan

dengan konsentrasi KMnO4. Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat beda nyata

antar perlakuan umur pemanenan 132 hari sedangkan pada tabel 2 menunjukkan

nilai rata-rata dari pengaruh KMnO4 terhadap total asam tertitrasi tidak

berpengaruh terdapat beda nyata. Berikut grafik total asam tertitrasi pada

(51)

40

Pada perlakuan umur pemanenan 132 hari memiliki kandungan asam lebih

rendah dari perlakuan lain, hal ini diduga laju respirasi buah masih rendah yang

dimungkinkan karena buah belum memasuki fase puncak klimakterik sehingga

kandungan asam-asam organik belum digunakan untuk substrat respirasi. Dapat

dilihat pada gambar 6 total asam tertitrasi pada perlakuan umur panen 132 hari

memiliki nilai kandungan asam yang meningkat dan dimungkinkan puncak

kenaikan kandungan asam akan setara pada perlakuan umur 140 hari di

penyimpanan hari ke-0.

Pada perlakuan umur pemanenan 140 hari nilai kandungan asam di hari ke-0

lebih tinggi dibanding perlakuan 132 hari. Hal ini di duga buah yang di panen

pada umur 140 hari sudah memasuki fase puncak klimakterik dan laju respirasi

meningkat sehingga asam digunakan sebagai substrat pada proses respirasi dan

selain itu pada penyimpanan hari ke-6 menunjukkan bahwa buah memasuki

puncak klimakterik karena pada penyimpanan berikutnya buah sudah mengalami

pembusukan atau senesen. Dapat dilihat pada gambar 7 perlakuan umur panen

140 hari mengalami penurunan kandungan asam selama 6 hari penyimpanan yang

diakibatkan pematangan buah. Menurut Guadarrama and Andrade (2012) asam

organik umumnya terjadi pada saat pematangan karena digunakan untuk susbtrat

respirasi atau menjadi gula. pada buah kedondong asam tertitrasi mengalami

peningkatan pada tahap pematangan.

Pemberian KMnO4 pada buah Srikaya Sinyonya dengan konsentrasi 0,1 %

atau 0,15 % tidak terdapat beda nyata terhadap asam tertitrasi pada buah Srikaya

(52)

tanpa perlakuan KMnO4. Hal ini dikarenakan buah yang digunakan saat

pengamatan berbeda-beda sehingga kandungan asam tidak dapat ditentukan.

KMnO4 yang diberikan tidak berhasil mengoksidasi etilen yang dihasilkan oleh

buah srikaya sehingga etilen akan selalu memacu peningkatan laju respirasi pada

buah. Apabila buah mengalami peningkatan laju respirasi maka produksi etilen

akan semakin besar, proses metabolisme etilen juga akan semakin meningkat.

Selain itu, peningkatan laju respirasi menyebabkan meningkatnya suhu di

lingkungan buah karena hasil dari proses respirasi ada panas maka panas ini akan

memicu sintesis etilen. Etilen dikenal sebagai hormon stress karena sintesisnya

dipicu oleh sinyal stress seperti luka mekanis, bahan kimia, logam, kekeringan,

suhu ekstrim, dan infeksi pathogen (Gardjito dan Swasti, 2014). Peningkatan laju

respirasi mempengaruh kandungan asam karena asam organik yang terdapat pada

buah akan digunakan sebagai substrat selama proses respirasi sehingga nilai

kandungan asam akan menurun seiring dengan fase penuaan (senesen). Menurut

Novita dkk (2012) penurunan total asam pada buah tomat selama penyimpanan

dikarenakan adanya penggunaan asam-asam organik yang di dalam buah sebagai

substrat sumber energi dalam proses respirasi akibatnya dari penggunaan

asam-asam organik tersebut maka jumlah asam-asam organik akan menurun yang

menyebabkan nilai total asam juga akan menurun.

E. Uji Gula Reduksi

Gula reduksi merupakan salah satu substrat yang digunakan untuk proses

(53)

42

dihidrolisa menjadi sukrosa yang kemudian berubah menjadi gula-gula reduksi

sebagai substrat dalam respirasi (Harianingsih, 2010). Pengamatan gula reduksi

ini menggunakan alat refraktometer, pengujian dilakukan dengan ekstrak buah

yang diberi larutan nelson A, nelson B dan arsenomolibdat. Pengamatan

dilakukan selama 3 hari sekali.

Berdasarkan hasil sidik ragam gula reduksi (lampiran 5.E.1-3) menunjukkan

interaksi antar perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO4 tidak beda

nyata. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat beda nyata antar perlakuan umur

pemanenan, sedangkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat beda

nyata antar perlakuan KMnO4.

Data gula reduksi buah Srikaya Sinyonya yang di analisis di peroleh grafik

nilai gula reduksi yang meningkat pada setiap harinya pada perlakuan umur

pemanenan (gambar 8).

(54)

Buah Srikaya Sinyonya yang dipanen dengan umur 132 hari memiliki nilai

rata-rata lebih rendah dibandingkan pada perlakuan umur pemanenan 140 hari.

Hal ini diduga rendahnya gula reduksi karena rendahnya laju respirasi yang

mengakibatkan sedikitnya gula-gula reduksi karena gula reduksi sebagai substrat

dalam proses respirasi yang akan dipecah menjadi asam piruvat, selain itu buah

yang disimpan mengalami peningkatan laju respirasi yang diakibatkan oleh etilen

dan suhu kamar yang digunakan. Zat pati seluruhnya dihidrolisa menjadi sukrosa

yang kemudian berubah menjadi gula-gula reduksi sebagai substrat dalam

respirasi (Harianingsih, 2010). Selain itu diduga buah yang di panen pada umur

ini mulai memasuki tahap pematangan sehingga gula-gula reduksi belum banyak

digunakan dalam proses respirasi. Pada penelitian Harianingsih (2010) penurunan

kadar gula reduksi buah stroberi yang terjadi karena laju respirasi yang merupakan

pemecahan gula reduksi menjadi asam piruvat dan selanjutnya menghasilkan CO2

dan H2O, sehingga semakin lama penyimpanan maka kadar gula reduksi buah

stroberi menurun. Dapat dilihat pada gambar kandungan gula reduksi mengalami

peningkatan selama penyimpanan hingga penyimpanan di hari ke-9.

Pemanenan buah dengan umur 140 hari memiliki nilai gula reduksi lebih

tinggi, hal ini diduga banyak kadar degradasi gula reduksi disebabkan oleh laju

respirasi yang mengakibatkan terurainya gula reduksi menjadi asam piruvat, dan

menghasilkan CO2 dan H2O. Pemanenan dengan umur 140 hari sudah memasuki

masak fisiologis, pada saat pemanenan ciri-ciri masak fisiologis buah sudah

(55)

44

pematangan. Pada proses ini gula reduksi menjadi salah satu substrat yang

digunakan.

Pada perlakuan berbagai konsentrasi KMnO4 tidak terdapat beda nyata antar

perlakuan. Hal ini diduga penggunaan KMnO4 dengan konsentrasi 0,1% dan

0,15% tidak dapat mengoksidasi etilen sehingga meningkatnya laju respirasi yang

terjadi seiring dengan produksi etilen yang semakin banyak. Gula reduksi

merupakan bagian dari substrat dalam proses respirasi yang adan dioksidasi

menjadi asam piruvat. Pada dasarnya gula reduksi akan mengalami penurunan

akibat dari degradasi gula reduksi hasil dari peningkatan laju respirasi. Pada

penelitian Budi dan Gatut (2010) penurunan kadar gula reduksi pada buah salak

pondoh dengan umur petik 6 bulan dan 7 bulan dikarenakan adanya proses

respirasi, bahwa selama buah masih melakukan respirasi akan melalui tiga fase

yaitu pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana sehingga kadar gula

mengalami peningkatan dan dilanjutkan dengan oksidasi gula sederhana menjadi

asam piruvat dan asam organik lainnya dan konsekuensinya kadar gulanya

mengalami penurunan. Pada pengamatan hari ke-6 mengalami peningkatan

kandungan gula reduksi, penggunaan buah yang berbeda selama pengujian diduga

menjadi faktor dalam perbedaa nilai kandungan gula reduksi ini sebab saat

pemanenan umur pemetikan terdapat jarak 1-2 hari sehingga secara fisiologis

buah terdapat perbedaan. Dapat dilihat pada gambar 8, kandungan gula reduksi

mengalami peningkatan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-6 dan kemudian

diduga pada penyimpanan selanjutnya akan mengalami penurunan kandungan

(56)

F. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik yang

tampak pada buah Srikaya Sinyonya selama penyimpanan. Perbedaan sifat fisik

diantaranya adalah aroma, tekstur, dan rasa. Hasil uji organoleptik disajikan dalam

tabel 3.

Tabel 4. Skor Uji Organoleptik dari 10 Orang Panelis

i. Uji Aroma

Aroma merupakan parameter yang dapat digunakan indera pembau untuk

mengetahui pengaruh dari umur pemanenan yang dikombinasi dengan KMnO4

pada penyimpanan buah Srikaya Sinyonya. Uji aroma bertujuan untuk melihat

tingkat aroma yang terdapat pada buah selain itu aroma juga menjadi penentu

dalam suatu produk sehingga nilai jualnya tidak berkurang.

Hasil penelitian menunjukkan skor dari 10 panelis pada buah srikaya

sinyonya yang diberi perlakuan umur pemanenan 132 hari (tanpa KMnO4)

memiliki skor 2,4 untuk aroma. Skor ini mengartikan bahwa buah memiliki

sedikit aroma pada penyimpanan hari ke-6. Pada perlakuan ini dapat diketahui aroma tekstur rasa

132 hari (tanpa KMnO4) 6 2,4 1,7 1,6

132 hari + 0,1% KMnO4 6 1,5 2 1,4

132 hari + 0,15% KMnO4 6 3 2,6 2,7

140 hari (tanpa KMnO4) 6 2,7 3,7 3,7

140 hari + 0,1% KMnO4 6 3 4 3

140 hari + 0,15% KMnO4 6 3 3,5 3

Perlakuan Hari Pengamatan

sifat organoleptik (panelis)

(57)

46

bahwa dengan pemanenan umur 132 hari yang diuji pada penyimpanan hari ke-6

belum memasuki masak fisiologis sehingga aroma manis pada buah tidak begitu

keluar. Sesuai dengan penelitian Listiorini dkk (2014) aroma pulp Srikaya pada

berbagai suhu pemanasan memiliki nilai panelis berkisar 3,33-3,90 (agak tidak

harum), diduga karena aroma tidak terhidrolisis oleh pemanasan dan

kemungkinan senyawa glukosida yang terdapat pada pulp sangat besar sehingga

meskipun dipanaskan aroma yang terbentuk tetap tajam.

Pada perlakuan umur pemanenan 132 hari dengan kombinasi KMnO4 0,1 %

mendapatkan rata-rata skor dari panelis yaitu 1,5. Skor tersebut menunjukkan

bahwa aroma buah yang diberi perlakuan mempunyai sedikit aroma khas.

Pemanenan 132 hari dimungkinkan belum memasuki masak fisiologis pada saat

pemanenan sehingga penyimpanan hari ke-6 buah masih belum matang sempurna

akibat dari pemanenan yang masih muda. Pada perlakuan umur pemanenan 132

hari dengan konsentrasi KMnO4 0,15 %, perlakuan 140 hari (tanpa KMnO4),

perlakuan 140 hari dengan konsentrasi KMnO4 0,1 % dan perlakuan 140 hari

dengan KMnO4 0,15 % memiliki rata-rata skor dari 10 panelis yaitu 3 yang berarti

buah memiliki aroma, dikarenakan pemanenan kondisi buah sudah tua (masak

fisiologis) sehingga buah terdapat aroma yang dikeluarkan setelah penyimpanan 6

hari dan aroma yang keluar yaitu aroma manis.

ii. Uji Tekstur

Tekstur menjadi parameter fisik menggunakan indera peraba. Pengamatan

ini menggunakan metode score sheet oleh 10 panelis. Hasil pengamatan

(58)

KMnO4 0,1 % memiliki skor 1,7 dan 2 yang berarti buah masih keras. Hal ini

diduga buah yang dipanen dengan umur pemanenan 132 hari belum memasuki

masak fisiologis sehingga kematangan selama penyimpanan tersebut menjadi

tidak sempurna. Selain itu tekstur yang masih keras dikarenakan pektin pada buah

belum terdegradasi yang kemudian dinding sel satu masih mengikat sangat kuat

dengan sel lain sehingga buah belum mengalami pelunakan.

Pada perlakuan umur pemanenan 132 hari dengan KMnO4 0,15 % skor yang

diperoleh yaitu 2,6 yang berarti buah sudah mulai lunak, hal ini diduga buah

selama penyimpanan 6 hari sudah memasuki pematangan. Pada perlakuan umur

pemanenan 140 hari (tanpa KMnO4), umur pemanenan 140 hari dengan KMnO4

0,1 % dan umur pemanenan 140 hari dengan KMnO4 0,15 % memiliki skor 3,7, 4

dan 3,5 yang berarti buah sangat lunak. Pada beberapa perlakuan ini dikarenakan

penyimpanan selama 6 hari sudah memasuki matang sempurna sehingga tekstur

sangat lunak dan akan diikuti rasa manis pada buah.

iii. Uji Rasa

Rasa merupakan parameter fisik yang menggunakan indera perasa.

Pengamatan ini menggunakan metode score sheet dari 10 orang panelis. Hasil dari

pengamatan, pada perlakuan umur pemanenan 132 hari (tanpa KMnO4) memiliki

skor 1,6 yang berarti buah pada perlakuan ini memiliki rasa tidak manis. Dalam

hal ini di duga buah yang di petik dengan umur lebih muda sudah memasuki

masak fisiologis sehingga terjadi perubahan rasa yang hambar menjadi manis.

Pada penelitian Mysore et al (2016) terpenoid, ester dan benzyl alkohol

Gambar

Gambar 1. Perbedaan Respon Buah Klimakterik dan Nonklimakterik Terhadap Laju Respirasi dan Produksi Etilen
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Tabel 1. Hasil Rata-rata pada Hari Ke-6 Perlakuan Umur Pemanenan
Gambar 1. Susut Berat Buah pada Berbagai Umur Pemanenan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen yang berbeda dan periode simpan buah terhadap kualitas buah jeruk besar.. Percobaan dilakukan di

Umur panen buah okra yang berbeda pada interval pengamatan tiga hari setelah bunga mekar sampai sepuluh hari setelah buah mekar berpengaruh nyata terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tansil et all., (2016) menggunakan daun srikaya (Annona squamosa L.) menunjukkan bahwa senyawa alkaloid

Kandungan gula pere- duksi pada daging buah tandan II dengan perlakuan 75 ppm KMnC&gt;4 pada saat pengambilan contoh awal masak diduga telah masak sempurna.. Daging buah pada tandan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan bubur buah sirsak dan bubur jahe memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, kadar

Berdasarkan Analisa susut bobot pada buah strawberry yang telah dilapisi edible coating dengan tambahan ekstrak flavonoid dan disimpan pada suhu kamar selama tujuh hari,

Pada perlakuan umur petik 7 bulan dengan pelapisan lilin, kadar gula reduksi mengalami kenaikan pada 12 hari penyimpanan, sedangkan buah salak umur petik 7 bulan tanpa

KESIMPULAN DAN SARAN Penambahan keraginan pada permen jelly dari buah pedada (Sonneratia caseolaris) memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar gula