SKRIPSI
PERAN NGO “MER-C INDONESIA” DI PALESTINA (2010-2015) Indonesia’s MER-C NGO Role In Palestine 2010-2015
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S-1 pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : FAIS ALFARIZI
2012 051 0068
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA
iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum
pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan oranglain-kecuali secara tertulis dengan jelas dicantum sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta, 18 Mei 2016 Yang Membuat Pernyataan
iv HALAMAN MOTTO
Jangan Sekali-sekali kamu menganggap remeh kebajikan meski kelihatannya tidak berharga, yaitu ketika kamu menyambut
temanmu dengan wajah berseri-seri - Nabi Muhammad SAW –
Dengan belajar Anda akan mengajar, dengan mengajar Anda akan belajar - Peribahasa latin –
Masa depan adalah mereka yang percaya tentang mimpi-mimpi mereka - Elanor Roosevelt –
Tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan - Robert Schuller –
The dignity of individuals comes not from their basic needs,but from Their contributions to something grater than themselves
v HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk : Kedua orang tua terhebat dan adik-adik saya Teman-teman yang telah mendukung
vi KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, rahmat, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kemajuan besar kepada umat manusia di dunia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat membantu pihak yang berkepentingan maupun dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Hubungan Internasional.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Dr. Sidik Jatmika, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi tepat waktu.
vii 3. Bapak Sugito, S.IP. M.Si selaku dosen penguji I, terima kasih untuk segala masukan, saran dan dukungannnya dalam menjadikan skripsi penulis menjadi lebih baik.
4. Bu Siti Muslikhati, S.IP,M.Si. selaku dosen penguji II, terima kasih untuk segala masukan, saran dan dukungannya dalam menjadikan skripsi penulis menjadi lebih baik.
5. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional UMY, terima kasih atas ilmu pengetahuannya yang selama ini telah diajarkan kepada saya selama perkuliahan.
6. Pegawai bagian TU HI, Pak Ayub, Pak waluyo, dan Pak Jumari terima kasih atas segala informasi dan kesabarannya menjawab berbagai pertanyaan dari kami dan telah meluangkan waktu untuk membantu kelancaran proses skripsi dari awal sampai akhir.
viii Terimakasih kepada semua orang yang disebutkan diatas untuk segala budi dan amal baiknya selama ini semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Yogyakarta, September 2016
Indonesia’s NGO MER-C’s Role In Palestine 2010-2015
Nama : Fais Alfarizi NIM : 20120510068
ABSTRACT
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) social and humanitarian organizations engaged in the field of medical emergency and have the nature of the mandate, professional, neutral, independent, voluntary, and high mobility. MER-C aims to provide medical care to victims of war, violence due to conflict, unrest, extraordinary events, and natural disasters at home and abroad. Palestinian-Israeli conflict events caused many casualties that the Palestinian government had difficulty in providing care to victims. With the intention of improving the health condition of the people of Gaza, the volunteers managed to raise funds and establish a medical facility with hospital name Indonesia (RSI).
Identity MER-C as an NGO that upholds Islamic values make it more concerned about the Palestinian state with the followers of Islam are many. And the condition of the conflict has lasted longer cause much harm compared to other countries that are in conflict. In the last five years, MER-C is more focused on helping the people of the victims of the conflict between the Palestinians and Israel in Gaza, Palestine.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi.MER-C
bertujuan memberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di luar
negeri. Organisasi ini dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia yang berinisiatif melakukan tindakan medis untuk membantu korban konflik di Maluku, Indonesia Timur pada Agustus 1999. MER-C merupakan lembaga yang
keanggotaannya disebut relawan (unpaid volunteers).
Mahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalam Tim Medis
Mahasiswa Universitas Indonesia (TMM-UI), April 1999 mengirimkan tim ke Ambon. Tim yang terdiri dari beberapa orang mahasiswa dan dokter ini telah melakukan berbagai aksi kemanusiaan yang antara lain berupa pelayanan pengobatan
bagi pengungsi dan hospitalisasi di sebuah rumah sakit yang tidak berfungsi sejak kerusuhan berlangsung.
tenaga medis dalam kancah pertempuran di kepulauan wilayah timur Indonesia ini. Sikap profesional yang seharusnya ada pada setiap tenaga medis, salah satunya
terlihat dari sikap netral dan tidak bepihak, sulit ditemui. Distribusi bantuan baik berupa logistik maupun pelayanan medis yang diberikan pada kedua belah pihak yang
bertikai tidak adil dan merata. Ada pihak yang mendapatkan bantuan logistik dan pelayanan medis secara wajar, namun ada pihak yang tidak mendapatkannya. Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas tenaga medis ke daerah kerusuhan yang kurang. Semua
faktor di atas berimplikasi pada penanganan korban yang tidak optimal.
Atas dasar pemikiran bahwa penanganan korban kerusuhan dan pengungsi
tidak optimal khususnya dalam pelayanan medis maka perlu sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi. Apalagi
mengingat bahwa akhir-akhir ini kerusuhan yang terjadi di negara kita cenderung meningkat. Terbukti setelah Ambon, meletus pula kerusuhan di Sambas dan Aceh.
Berlatar belakang keadaan tersebut, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1999, lahir suatu organisasi sosial kemasyarakatan bernama Medical Emergency Rescue
Committee yang disingkat MER-C.1
MER-C berasaskan Islam dan berpegang pada prinsip rahmatan lil'aalamiin. Dengan prinsip rahmatan lil alamin, MER-C memberi rahmat dalam hal ini
pertolongan kepada semua makhluk baik personal maupun kelompok tanpa melihat
1
latar belakang, agama, mazhab, harakah, kebangsaan, etnis, golongan, politik, penjahat/bukan, pemberontak/bukan, melainkan atas dasar URGENCY, yaitu to help
the most vulnerable people and the most neglected people. Adapun visi dari lembaga
MER-C ini yaitu Menjadi sebuah organisasi sosial kemanusiaan dalam bidang
kegawatdaruratan medis yang bersifat amanah, profesional, sukarela, netral, mandiri dan mobilitas tinggi dalam memberikan bantuan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konik, kerusuhan, kejadian luar biasa, bencana alam yang terjadi di
dalam dan luar negeri.
Dalam perjalanan organisasi kemanusiaan ini, MER-C selalu memberikan
bantuan terhadap korban-korban konflik. Salah satu usaha MER-C terlihat saat terjadi gemba bumi berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR) yang terjadi di Jawa Barat pada September 2009. MER-C mengirimkan tim medis untuk melayani korban-korban
serta memberikan obat-obatan. Selain itu MER-C juga ikut menangani bencana banjir yang sempat terjadi di Wasior, Papua. Tak hanya peduli dengan korban dalam negeri
saja, MER-C juga ikut andil dalam kegiatan kemanusiaan di luar negeri. Salah satunya yakni ikut serta dalam kegiatan sosial di negara konflik seperti Palestina. Dalam lima tahun terakhir ini MER-C lebih fokus terhadap wilayah konflik Palestina
untuk meringankan masyarakat Palestina yang sedang dilanda konflik berkepanjangan. Melalui upaya – upaya tertentu selama lima tahun ini MER-C
bermanfaat bagi Palestina, maka penulis tertarik untuk lebih lanjut mengetahui apa
saja peran MER-C dalam hal tersebut sehingga penulis mengangkat tema ini.
B. Rumusan Masalah
Dari ulasan singkat mengenai latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian akan merumuskan suatu rumusan masalah yang akan menjadi panduan pada penelitian selanjutnya yaitu : Bagaimana peran MER-C sebagai NGO
Indonesia di negara konflik Palestina ?
C. Kerangka Berpikir
1. Non-Governmental Organization (NGO)
Peran Non-Governmental Organization (NGO) dalam ranah politik global
dalam perkembangannya menjadi semakin signifikan terutama setelah Perang Dingin berakhir. Dalam tiga dekade terakhir NGO telah berkembang dalam hal jumlah,
ukuran, maupun keragaman isu yang menjadi perhatiannya. Konsep NGO sendiri belum menemukan bentuk yang pasti dan masih terdapat perbedaan-perbedaan dalam pendefinisiannya. Menurut Tujil, NGO dapat didefinisikan sebagi organisasi
dari mereka yang termarjinalkan.2NGO bukanlah bagian dari pemerintah namun merupakan elemen dari masyarakat madani yang menjembatani antara masyarakat
dengan pemerintah dengan melakukan tindakan nyata dan merupakan sebuah organisasi independen yang bersifat sosial.
PBB mendefinisikan NGO sebagi organisasi non-profit dan voluntary yang terorganisir dalam level lokal, nasional ataupun internasional. Didorong oleh masyarakat dengan kepentingan bersama, NGO melakukan berbagai variasi
pelayanan dan fungsi humanitarian, membawa kekhawatiran masyarakat kepada pemerintah, memonitor kebijakan dan mendorong partisipasi politik di level
komunitas. NGO menyediakan analisis dan keahlian sebagai mekanisme peringatan awal serta membantu memonitor dan mengimplementasikan perjanjian Internasional. Beberapa diantaranya terorganisir atas isu spesifik seperti hak asasi manusia,
lingkungan atau kesehatan.
Sementara itu, Teegen et.al mendifinisikan NGO sebagai organisasi
non-profit yang bertujuan untuk melayani interest masyarakat yang particular dengan momfokuskan kepada upaya advokasi dan atau operasional kepada tujuan sosial, politik dan ekonomi, termasuk persamaan, pendidikan, kesehatan, perlindungan,
lingkungan dan HAM.3 NGO juga dikatakan sebagai manifestasi organisasi dari civil
society’s interest.Civil society sendiri didefinisikan sebagai sebuah area asosiasi dan
2Peter va Tujil, NGOs a d Hu a Rights: sour e of justi e a d de o ra y dala
Journal of International Affairs, Vol. 52, No: 2, Spring, 1999. hal. .495
3Hildy Teege , Jo atha P. Doh, “ushil Va ha i, The I porta e
of Nongovernmental Organizations
tindakan yang independen dari state dan market dimana didalamnya penduduk dapat mengorganisir untuk mencapai tujuan yang penting bagi mereka baik secara individu
maupun kolektif. Civil society yang juga merujuk kepada ‘third sector’ atau sektor ‘non-profit’, seringkali digunakan untuk mendiskripsikan aspek dari masyarakat yang
melampaui sektor publik dan privat. Asosiasi di dalam civil society adalah voluntary dan memiliki karakteristik dimana individu-individu bersatu asat ide, kebutuhan atau tujuan bersama untuk mempromosikan keuntungan kolektif- yaitu dengan melakukan
tindakan kolektif.
Berdasar aktivitas utamanya, NGO dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu
operasional dan advokasi.4 Yang dimaksud dengan operasional adalah NGO yang
menyediakan barang dan jasa yang kritis bagi ‘klien’ yang membutuhkan. Sementara
advokasi adalah NGO yang bekerja sebagai representasi dari masyarakat yang tidak
memiliki suara atau akses untuk mempromosikan kepentingan mereka. Dalam melakukan praktek advokasi, NGO menggunakan berbagai macam cara seperti lobi,
berperan sebagai pakar ahli serta penasehat, mengadakan penelitian, mengadakan konferensi, memonitor dan mengekspos tindakan aktor lain, mengadakan pengadilan public, membagikan informasi terhadap konsituen utama, membentuk agenda
2. Konsep Peran
Peran adalah sebuah konsep yang dulu biasa dikembangkan dalam ilmu
sosial dan psikologi sosial untuk mengindikasikan pola karakteristik actor yang menduduki posisi tertentu. Hal ini berarti bahwa setiap individu, organisasi, atau
negara sebagai actor yang diberi posisi tertentu diharapkan untuk bertindak sebagaimana tindakan itu diambil sesuai dengan posisi yang dijabat.6
Dalam teori peran, perilaku individu harus dipahami dan dimaknai dalam
konteks sosial. Peran adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi. Baik posisi berpengaruh dalam organisasi maupun dalam
sikap negara. Setiap orang yang menduduki posisi itu, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu. Teori peran berasumsi bahwa perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan dipegang oleh seorang actor
politik. Dalam teori peran ini, aktor politik umumnya berusaha menyesuaikan perilakunya dengan norma yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Jadi
kegiatan politik individu selalu ditentukan oleh konteks sosialnya.7 Teori peranan
menegaskan bahwa “perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan
politik”.
Menurut Alan C. Isaak, harapan dapat muncul dua jenis sumber. Pertama, itu bisa berasal dari harapan orang lain terhadap seorang aktor politik. Artinya, setiap
6
http://www.arena.uio.no/publications/wp99_8.htm
Role Conception and Politics of Identity in Foreign Policy, 7Mohtar Mas’oed,
orang pasti memiliki suatu gagasan tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang aktorpolitik. Jadi, jenis sumber pengaruh pertama yang
disebut dalam teori peran adalah hubungan orang lain terhadap pemegang peran dengan persepsi si pemegang peran terhadap harapan itu. Kedua, harapan itu juga
bisa muncul dari cara si pemegang peran menafsirkan peranan yang dipegangnya, yaitu harapan sendiri tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan tentang apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan.8 Sedangkan menurut Jack. C. Plano, Yang dimaksud dengan teori peranan dalam kamus analisa politik diartikan sebagai perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki
posisi tertentu.
Keberadaan organisasi non profit berupa LSM dalam masyarakat tidak lepas dari tujuannya untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan. Peranan
NGO (Non Government Organization) penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini disebabkan karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan
pemerintah untuk masyarakat disalurkan melalui NGO. Sejak tahun 1970-an, NGO telah bertambah banyak dari sebelumnya mencoba untuk mengisi ruang yang tidak akan atau tidak dapat diisi oleh pemerintah.9
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa NGO sangat berperan bagi pembangunan disetiap negara. Bahkan dapat dikatan bahwa NGO mampu berperan
8
Alan C. Isaak, Scope and Methods of Political Science: An introductuction to the Methodology of political Inquiry, 3rd ed. (Illinois: The Dorsey Press, 1981), 255, dalam studi Hubungan Internasional, Mo htar Mas’oed Yogyakarta: Pusat A tar U iversitas-Studi Sosial UGM,1989), 45-46
9
penting sebagai alat atau proses tercapainya tujuan kepentingan nasional disetiap negara.
Menurut World Bank NGO dibagi menjadi dua yaitu NGO operasional dan NGO advokasi. NGO operasional memfokuskan pada perancangan dan implementasi
proyek pengembangan. Kelompok ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan, material atau tenaga relawan, untuk menjalankan proyek dan program
mereka. Dan juga menyediakan barang dan jasa yang kritis bagi “klien” yang
membutuhkan. NGO operasional ini masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar yaitu: a. Organisasi berbasis masyarakat – yang melayani suatu populasi
khusus dalam suatu daerah geografis yang sempit
b. Organisasi Nasional – yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang berkembang, dan
c. Organisasi Internasional – yang pada dasarnya berkantor pusat di negara maju dan menjalankan operasi di lebih dari satu negara yang sedang
berkembang.
Sedangkan tujuan dari NGO advokasi adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja untuk mempengaruhi kebijakan dan
tindakan pemerintah untuk atau atas isu itu. Berlawanan dengan manajemen proyek operasional, organisasi ini pada dasarnya berusaha untuk meningkatkan kesadaran
(awareness) dan pengetahuan dengan melakukan lobi, kegiatan pers dan
fungsi yang hampir sama dengan kelompok operasional, namun dengan tingkatan dan komposisi yang berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan ukuran yang
lebih kecil. Menurut pengertian diatas, MER-C merupakan NGO yang masuk kedalam kategori NGO operasional hal ini dapat terlihat dari aktivitas maupun
kegiatan MER-C yang menyediakan barang dan jasa yang kritis bagi “klien” yang membutuhkan. Hal ini berbeda dengan NGO yang bersifat advokasi karenan basis kegiatas mereka hanya terbatas pada lobi-lobi kepada aktor-aktor yang terkait,
meningkatkan kesadaran terhadap isu tertentu dan kegiatan-kegiatan aktivis seperti demonstrasi tanpa melakukan implementasi langsung ke masyarakat untuk membantu
menyelesaikan suatu masalah didalam masyarakat. Terbukti dengan MER-C langsung terjun ke Gaza untuk membantu para korban konflik. Tidak hanya di wilayah Gaza, Palestina. MER-C juga ikut andil dalam menanggulangi suatu isu tertentu di daerah
lain seperti membantu korban gempa di Nepal tahun 2015, disana MER-C membuka posko pengobatan di wilayah Keurini.
Dengan alat NGO, negara - negara dapat berfungsi lebih baik di mata masyarakat maupun di mata masyarakat internasional. Harapan itulah yang kemudian membentuk suatu peran. Sehingga peranan aktor akan sangat tergantung dari harapan
atau dugaan yang muncul. Berdasarkan asumsi inilah, MER-C yang merupakan NGO operasional asal Indonesia yang bergerak di dalam negeri maupun di dunia
D. Hipotesa
Peran MER-C sebagai NGO Indonesia di wilayah konflik Palestina yaitu : 1. Membangun Rumah Sakit Indonesia.
2. Membantu dan meningkatkan kesehatan masyarakat Palestina.
E. Jangkauan Penelitian
Jangkauan Penelitian skripsi ini adalah peranan NGO MER-C Indonesia di Palestina dan data yang diambil dalam penelitian adalah tahun 2010 dari mulai
masuknya relawan MER-C di Palestina sampai tahun 2015 setelah MER-C menyelesaikan program - programnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan data tersebut diperoleh pada masa sebelum dan sesudahnya selama data tersebut masih
relevan.
F. Tujuan Penulisan
G. Metode penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan
(Librabry Research) yaitu memperoleh data-data dari buku-buku, artikel, website,
majalah ataupun jurnal dan berbagai surat kabar baik versi cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Analisis Data
Teknik untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa
kualitatif, yakni data yang dikumpulkan dari studi kepustakaan kemudian diproses, dilakukan analisa data dengan menghubungkan konsep-konsp, dan disusun secara sistematis.
H. Sistematika penulisan
Adapun sistematika dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah kerangka dasar pemikiran, hipotesa, jangkauan penulisan, teknik pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
Bab II Pemaparan tentang MER-C, diantaranya latar belakang berdirinya MER-C,
Termasuk didalamnya visi dan misi serta tujuan dan prinsip dasar organisasi.
Bab IV bercerita tentang bagaimana peran NGO MER-C di negara konflik Palestina. Bab V memuat kesimpulan dari uraian yang telah disampaikan pada bab I hingga Bab
BAB II
DINAMIKA PERKEMBANGAN NGO MER-C
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai profil MER-C yang
menyangkut tentnag sejarah terbentuknya organisasi MER-C, visi dan misi serta
tujuan dibentuknya MER-C dan hal yang mengenai MER-C.
A. Sejarah MER-C
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) adalah organisasi sosial
kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai
sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi. MER-C
bertujuan memberikan pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat
konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di luar
negeri. Organisasi ini dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia
yang berinisiatif melakukan tindakan medis untuk membantu korban konflik di
Maluku, Indonesia Timur pada Agustus 1999.
MER-C merupakan lembaga yang keanggotaannya disebut relawan (unpaid
volunteers). MER-C berasaskan Islam dan berpegang pada prinsip rahmatan
lil'aalamiin. Dengan prinsip rahmatan lil alamin, MER-C memberi rahmat dalam hal
ini pertolongan kepada semua makhluk baik personal maupun kelompok tanpa
melihat latar belakang, agama, mazhab, harakah, kebangsaan, etnis, golongan, politik,
most vulnerable people and the most neglected people. Atas dasar inilah MER-C
menjalankan misi kemanusiaannya ke Afghanisan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon
Selatan, Kashmir, Sudan, Filipina Selatan, Thailand Selatan dan lain-lain.
Berawal dari Mahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalam Tim
Medis Mahasiswa Universitas Indonesia (TMM-UI), April 1999 mengirimkan tim ke
Ambon. Tim yang terdiri dari beberapa orang mahasiswa dan dokter ini telah
melakukan berbagai aksi kemanusiaan yang antara lain berupa pelayanan pengobatan
bagi pengungsi dan hospitalisasi di sebuah rumah sakit yang tidak berfungsi sejak
kerusuhan berlangsung. Menyoroti penanganan korban kerusuhan dan pengungsi
pada tragedi Ambon, TMM-UI berpendapat bahwa terdapat ketidaknetralan dan
keberpihakan tenaga medis dalam kancah pertempuran di kepulauan wilayah timur
Indonesia ini. Sikap profesional yang seharusnya ada pada setiap tenaga medis, salah
satunya terlihat dari sikap netral dan tidak bepihak, sulit ditemui. Distribusi bantuan
baik berupa logistik maupun pelayanan medis yang diberikan pada kedua belah pihak
yang bertikai tidak adil dan merata. Ada pihak yang mendapatkan bantuan logistik
dan pelayanan medis secara wajar, namun ada pihak yang tidak mendapatkannya.
Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas tenaga medis ke daerah kerusuhan yang
kurang. Semua faktor di atas berimplikasi pada penanganan korban yang tidak
optimal. 1
Atas dasar pemikiran bahwa penanganan korban kerusuhan dan pengungsi
tidak optimal khususnya dalam pelayanan medis maka perlu sebuah organisasi yang
1
bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah,
profesional, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi. Apalagi
mengingat bahwa akhir-akhir ini kerusuhan yang terjadi di negara kita cenderung
meningkat. Terbukti setelah Ambon, meletus pula kerusuhan di Sambas dan Aceh.
Berlatar belakang keadaan tersebut, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1999,
lahir suatu organisasi sosial kemasyarakatan bernama Medical Emergency Rescue
Committee yang disingkat MER-C. Hingga kini, MER-C sudah mengirimkan lebih
dari 124 misi kemanusiaan ke berbagai daerah di tanah air termasuk 2 misi ke
Afghanistan, 1 misi ke Irak, 1 misi ke Iran (di bawah naungan Departemen Kesehatan
RI), 1 misi ke Thailand, 2 misi ke Kashmir Pakistan, 1 misi ke Libanon Selatan, 1
misi ke Sudan, 1 misi ke Somalia, 2 misi ke Palestina (pada saat agresi militer Israel
ke Jalur Gaza). MER-C yang semula hanya berbasis di Jakarta, kini jiwanya sudah
mulai merambah ke berbagai daerah. Ditandai dengan adanya cabang dan perwakilan
MER-C dengan 6 cabang tersebar di dalam negeri, 1 cabang berada di Jerman dan 1
cabang berada di Gaza, Palestina. Seiring dengan petumbuhan cabang-cabang,
B. Riwayat Organisasi
Table 1. riwayat organisasi NGO MER-C
Tahun Informasi Keterangan
1999 Terjadi kerusuhan massal yang
meluas di Maluku dan Indonesia
bagian Timur menyebabkan Tim
Medis Mahasiswa Universitas
untuk menangani kasus kerusuhan
di Ambon sebanyak 3 Tim
MER-C
2000 MER-C Mulai menyebarkan
bantuan medis berupa tenaga
kesehatan dan ke-daruratan sesuai
dengan berbagai bentuk bencana
dan kerusuhan yang membutuhkan
perhatian medis.
MER-C
2001 Tahun dimana MER-C pertama kali
Mengirimkan tim relawan
medisnya ke Afghanistan sebagai
pusat daerang perang dan konflik.
2004 Tim MER-C berkerja sama dengan
Depkes RI untuk membantu korban
2008 – 2010 Rencana membangun RS Indonesia
di Gaza sebagai bentuk dukungan
moriil dan materiil bagi perbaikan
kehidupan masyarakat Gaza dari
rakyat Indonesia.
MER-C dana donasi dari
Masyarakat Indonesia.
2010 Mengikut sertakan diri dalam kapal
Freedom Fotilla yang merupakan
kapal bantuan humaniter yang
diserang oleh AL Israel.
Tim Internasional
melibatkan Mer-C
Banyak dan berbagai macam program MER-C yang tidak dituliskan maupun
baik nasional maupun internasional. Yang menjadi pertimbangan untuk penulisan
table diatas adalah hal – hal penting dalam proses perjalanan historis MER-C sebagai
organisasi dari periode awal (cikal bakal sebelum menjadi MER-C) sampai dengan
hari ini.
1. Visi MER-C
Menjadi sebuah organisasi sosial kemanusiaan dalam bidang
kegawatdaruratan medis yang bersifat amanah, profesional, sukarela, netral, mandiri
dan mobilitas tinggi dalam memberikan bantuan medis untuk korban perang,
kekerasan akibat konik, kerusuhan, kejadian luar biasa, bencana alam yang terjadi di
dalam dan luar negeri.
2. Misi MER-C
1. Memberikan bantuan medis sesuai dengan visi MER-C kepada masyarakat yang
membutuhkan baik diminta maupun tidak
2. Membangun sistem dan struktur organsiasi untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan
3. Mempersiapkan SDM yang amanah, profesional, netral, dan berkemampuan
untuk memberikan bantuan medis
4. Membangun kerjasama dengan lembaga terkait.2
2
C. Struktur Organisasi MER-C
MER-C tidak memiliki kartu anggota, karena organisasi ini merupakan
organisasi sukarela yang terbuka untuk semua orang yang ingin bergabung. Tetapi
pusat MER-C yang berada di Jakarta memiliki beberapa anggota inti, mereka
memiliki 5 orang presidium diantaranya ;
1. Dr. Henry Hidayatullah (Ketua Presidium)
2. Dr. Sarbini Abdul Murad
3. Dr. Joserizal Jurnalis, SpOT
4. Ir. Faried Thalib
5. Dr. Arief Rachman
Dr. Henry Hidayatullah yang dipercaya sebagai Ketua Presidium MER-C
periode 2013 - 2018 adalah salah satu pendiri MER-C dan anggota Presidium pada
periode sebelumnya. Dr. Sarbini dan Dr. Joserizal kembali dipercayai untuk tetap
berada di jajaran Presidium MER-C guna ikut memimpin gerak serta langkah
organisasi MER-C ke depan yang tidak terasa sudah menginjak usia 14 tahun. Untuk
pertama kalinya dalam sejarah MER-C, relawan berlatar belakang non medis berada
di jajaran Presidium. Meskipun bukan dokter, namun kiprah Ir. Faried Thalib sebagai
relawan sudah cukup besar. Bencana tsunami Aceh adalah awal keterlibatannya di
MER-C. Sejak saat itu, insinyur bidang sipil ini selalu siap hadir di berbagai wilayah
perang, konflik dan bencana baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan kini Ir.
Jalur Gaza, Palestina dan pembangunan Rumah Sakit MER-C di Galela, Maluku
Utara.
Anggota Presidium MER-C yang termuda adalah dr. Arief Rachman.
Meskipun masih muda, namun dr. Arief sudah memiliki pengalaman dan memimpin
misi kemanusiaan MER-C di luar negeri, seperti Ketua Tim 2 MER-C untuk Gaza
Palestina dan mengikuti misi "Mavi Marmara". Bahkan dokter yang sedang
mengambil program pendidikan spesialis radiologi di FKUI ini sempat menetap di
Gaza selama lebih dari 3 bulan untuk menindaklajunti penandatanganan MOU
Pembangunan RS Indonesia. Selama tiga bulan, dr. Arief dan Tim MER-C
melakukan survey lahan yang akan menjadi lokasi RS Indonesia dan berkoordinasi
dengan Pemerintah setempat.
Organisasi tidak terstruktur, tetapi mereka memiliki database. Anggota
mereka terdiri dari relawan yang 200- 300 orang. Jika ada situasi darurat para relawan
akan langsung datang ke MER-C. MER-C memiliki banyak dokter tapi tidak
memiliki data matematis berapa banyak jumlah dokter yang ada. Para dokter datang
dan pergi, tapi yang paling penting adalah ketika ada suatu kasus mereka selalu siap.
MER-C tidak memanggil mereka tetapi mereka secara sukarela datang dan
memanggil ke kantor dan menyatakan bahwa mereka bersedia untuk bergabung
dengan MER-C. Setelah itu MER-C akan menawarkan pilihan yang preferensi
D. Relawan MER-C
MER-C merupakan lembaga yang keanggotaannya disebut relawan (unpaid
volunteers). Relawan MER-C terbagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Kategori M
Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu
terlaksananya program-program MER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
yang dimilikinya.
2. Kategori E
Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu
terlaksananya program-program MER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
yang dimilikinya serta siap untuk menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah
operasi.
3. Kategori R
Yaitu tenaga non-medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu
terlaksananya program-program MER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
yang dimilkinya serta siap untuk menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah operasi.
4. Kategori C
Yaitu tenaga non-medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu
terlaksananya program-program MER-C sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
E. Hak dan Kewajiban Relawan MER-C
Hak relawan
1. mendapatkan informasi kegiatan MER-C
2. mengikuti setiap kegiatan yang diselenggaraka oleh MER-C
3. mengadakan kegiatan atas nama MER-C dengan sebelumnya mengajukan
proposal kegiatan dan telah disetujui
4. memilih dan dipilih menjadi pengurus MER-C
Kewajiban relawan
1. menjaga dan membela nama baik MER-C
2. membantu setiap program MER-C yang berkaitan dengan kemampuan dan
kewenangan yang dimilikinya
3. memberikan laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan
dengan mengatasnamakan MER-C
4. menaati ketentuan-ketentuan organisasi yang telah ditetapkan
F. Proses Pengambilan Keputusan
MER-C adalah sebuah organisasi darurat yang memiliki prinsip untuk
membantu orang yang paling rentan dan orang-orang yang paling diabaikan, sehingga
MER-C harus fleksibel dan bertindak cepat ketika ada kasus seperti bencana nasional
atau perang. MER-C akan langsung mengirim bantuan medis mereka terhadap
orang-orang yang paling rentan dan paling diabaikan. Dalam proses pengambilan keputusan
G. Jasa (sumber dana tambahan di samping sumbangan)
Dalam menggalang dana tambahan untuk kegiatan operasional, MER-C
menawarkan
berbagai layanan meliputi:
1. Penyediaan tim medis untuk berbagai acara dan kegiatan.
2. Menyewakan ambulans untuk berbagai acara dan kegiatan.
3. Menyewakan ambulans untuk pasien baik dalam dan luar kota.
4. Pelayanan kesehatan dalam bentuk khitanan massal dan pengobatan dengan
bekerja sama dengan perusahaan, lembaga, dll
5. MTC (MERC TRAINING CENTRE) yang menawarkan banyak pelatihan bahan
untuk mahasiswa keperawatan, mahasiswa medis dan umum meliputi :
- Khitan
- Operasi kecil
- Hecting
- Basic Life Support (BLS)
6. Konsultasi Kesehatan manufaktur tim konsultasi Unit Medis Mobile milik
SAMPOERNA Penyelamatan (2006-2007).
MER-C menawarkan berbagai jasa pelayanan guna untuk menambah materi
atau modal yang akan digunakan untuk kegiatan kegiatan MER-C terutama visi misi
alam maupun konflik antar negara. Dana dari kegiatan diataslah yang nantinya
dipakai untuk mempermudah misi kemanusian yang dilakukan oleh organisasi
MER-C.3
H. Program Kegiatan MER-C.
Dalam memberikan bantuan kemanusiaan MER-C tidak membe-bedakan.
Selama terdapat ada orang yang menderita MER-C akan segera memberikan bantuan
ke arah mereka, karena prinsip MER-C adalah untuk membantu orang yang paling
rentan paling dan orang yang paling diabaikan. Berikut program-program penting
yang sudah dilakukan oleh MER-C:
1. Program relief for Aceh
Sejak awal bencana tsunami hingga kini MER-C masih terus eksis diwilayah
Aceh dengan menempatkan relawan dokter, perawat dan non medis. Bahkan di
wilayah Aceh Jaya, dengan menggunakan donasi yang masuk ke rekening MER-C
for Aceh, MER-C telah membangun dan mengoperasionalkan sebuah Puskesmas
Rawat Inap di Pangka Kab. Aceh Jaya, salah satu wilayah terparah akibat terjangan
tsunami. Selain memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, relawan MER-C
juga melakukan pelayanan mobile clinic ke wilayah sekitar yang masih membutuhkan
bantuan medis.
2. 60 Klinik Sosial Berkerjasama dengan BNI
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
3
khususnya di wilayah kumuh , rawan bencana alam dan konflik, bekerja sama dengan
PT BNI 46, MER-C melakukan Program Pengadaan 60 klinik sosial di seluruh
Indonesia. Program ini sudah berjalan selama 4 tahun dan hingga kini program klinik
sosial sudah tersebar di 28 propinsi yang ada di Indonesia.
3. Rumah Sakit Sosial Khusus Bedah Yogyakarta
Guna memberikan manfaat jangka panjang bagi korban gempadi
Yogyakarta, MER-C mengadakan program pembangunan Rumah Sakit Khusus
Bedah (TraumaCenter) di wilayah ini, rumah Sakit berlokasi di Jl. Prambanan
Piyungan, Bokoharjo, Sleman. Dengan menggunakan donasi amanah gempa
Yogyakarta, Tim Divisi Konstruksi MER-C saat ini sedang merampungkan
pembangunan lantai 1 Rumah Sakit dari 3 lantai yang direncanakan. Apabila
pembangunan lantai 1 selesai, fasilitas kesehatan ini akan segera dioperasionalkan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4. Rumah Sakit Perintis di Galela Halmahera Utara, Maluku Utara
Galela adalah wilayah yang mempunyai sejarah kelam akibat konflik yang
terjadi di beberapa tahun silam. Hal ini membuat MER-C memilih wilayah Galela
sebagai salah satu wilayah penyelenggaraan Program klinik sosial. Program klinik
sosial wilayah ini sudah berjalan selama 2 tahun lebih dan mendapat respon yang
sangat positif dari masyarakat setempat. Bahkan, masyarakat stempat telah
memberikan sebidang tanah waqaf tepatnya di Desa Towara dan berharap MER-C
Upaya-upaya pemggalangan dana kini tengan dilakukan oleh MER-C demi mewujudkan
harapan masyarakat Galela akan sebuah fasilitas kesehatan.
5. Rumah Sakit Printis di Timika Papua
Kiprah MER-C di wilayah Timika melalui Program Klinik Sosial sudah
berjalan lebih dari 3 tahun. Jumlah pasien di wilayah yang rawan isu disintegrasi ini
juga tinggi, rata-rata mencapai lebih dari 1.000 orang pasien setiap bulannya. Bahkan,
masyarakat Timika telah mewaqafkan sebidang tanah kepada MER-C . seperti
masyarakat Galela, masyarakat Timika berharap MER-C dapat memfasilitasi
pembangunan Rumah Sakit di wilayah mereka.
6. Program Health Center di Sudan
Konflik di Sudan telah menyebabkan pengungsian yang memprihatinkan .
pada akhir bulan Mei 2009, atas undangan pemerintah Sudan MER-C mengirimkan 2
relawan sebagai Advance Team ke salah satu wilayah pengunsian di Darfuur Sudan.
Melihat kondisi masyarakat di pengungsian, MER-C merencanakan Health Center
Program atau program fasilitas kesehatan guna membantu masalah kesehatan mereka.
7. Program Pelayanan Kesehatan Pasca Gempa Sumbar
Dalam rangka menyalurkan amanah dana dari masyarakat, maka MER-C
melanjutkan program pelayanan kesehatan pasca gempa di Sumatra Barat dengan
menempatkan 1 dokter, 1 perawat dan 1 relawan non medis. Program pelayanan
kesehatan sudah dimulai sejak 8 Februari 2010 dengan kegiatan berupa : pelayanan
medis di posko MER-C di Kecamatan Sungai Limau (Padang Pariaman), pelayanan
Tim MER-C pada awal bencana. Selain bantuan dalam bidang medis, di wilayah ini
MER-C juga telah menyelesaikan pembangunan 51 unit rumah sederhana di wilayah
Nagari Kota Tinggi, Kab Agam dan 2 Sekolah Dasar Negri, yaitu SDN 16 dan SDN
20 di Kec. V Koto Timur yang mengalami kerusakan karena gempa.4
I. Kedudukan MER-C Sebagai NGO yang berasaskan Agama Islam
Identitas MER-C sebagai MNC yang menjunjung nilai-nilai Islam
membuatnya lebih prihatin terhadap Palestina yang merupakan negara dengan
penganut Islam yang banyak, Serta kondisi konflik yang terjadi di Palestina telah
berlangsung sangat lama, Sehingga menimbulkan banyak kerugian dibanding
negara-negara lain yang sedang berkonflik. Maka dari itu, MER-C lebih tertarik untuk
menjadikan Palestina sebagi tempat dibangunnya Rumah Sakit Indonesia. MER-C
NGO yang berasaskan Islam dan berpegang teguh pada prinsip rahmatan lil’aalamin.
Dengan prinsip rahmatan lil’aalamin, MER-C memberi rahmat dalam hal ini
pertolongan kepada semua mahluk baik personal maupun kelompok. Organisasi
Mer-C memiliki 5 orang anggota presidium diantaranya Dokter Henry sebagai ketua, dengan
anggota dr Sarbini, dr Joserizal Jurnalis, Ir Faried Thalib dan dr Arief Rachman. Dari
lima orang anggota presidium tersebut menganut agama Islam dan menjunjung
nilai-nilai keislaman yang tinggi terbukti dengan memiliki prinsip dan tujuan yang sama
yaitu Rahmatan lil’alamin. Dengan demikian MER-C tersebut dikenal sebagai
organisasi yang berasaskan Islam dikarenakan MER-C selalu konsen pada korban
4
pembantaian baik di Poso, Ambon, sampai Irak, bahkan di Palestina dibangun rumah
sakit Indonesia yang digalang dana sampai ke Sintang Kalbar, dari setiap korban yang
dibantu oleh organisasi MER-C tersebut merupakan korban yang mayoritas beragama
islam
Contoh bantuan lain yang diberikan oleh organisasi MER-C yakni Konflik
yang mencuat pada tahun 2012 yang mendorong MER-C mengirimkan Tim
pertamanya ke Rakhine State Myanmar untuk memberikan pertolongan medis,
tepatnya pada tanggal 12 -19 September 2012. Dengan proses perizinan dan negosiasi
yang cukup sulit, akhirnya Tim bisa melakukan pengobatan di kedua kamp baik
kamp Muslim maupun kamp Budha. Adapun yang menjadi fokus perhatian tim
MER-C pada saat kunjungan misi pertama ini adalah kondisi kampung muslim yang
sangat memprihatinkan kala itu. Meskipun area kampung cukup luas, namun sangat
ramai dan padat serta dengan sarana yang sangat terbatas. Bahkan pos kesehatan
hanya terbuat dari tenda tanpa ada peralatan medis di sana. Kami melihat pasien
tergolek lemah tidak berdaya tanpa tindakan medis. Warga kamp muslim juga tidak
bisa keluar dengan bebas dari kampung. Oleh karena itu dari paparan sebelumnya
MER-C dikenal merupakan sebuah organisasi yang berasaskan islam, dan organisasi
tersebut memiliki presidium-presidium yang menganut agama Islam sehingga proses
pengambilan keputusan ditentukan oleh mereka para presidium. Para presidium
menganggap memberi bantuan terhadap umat beragama merupakan salah satu bentuk
Jihad mempunyai keutamaan yang besar dalam Islam dan mencakup semua
lini kehidupan. Jihad secara bahasa berarti mengerahkan segala upaya dan
kemampuan, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Definisi jihad secara syariat
yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah
upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah
seperti iman dan amal saleh, sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya
seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.” Definisi tersebut mencakup semua
jenis jihad yang dapat dilakukan seorang muslim. Mencakup usaha kerasnya dalam
menaati Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Termasuk juga usahanya dalam mengajak orang lain – muslim atau kafir – untuk
menaati Allah, usahanya dalam memerangi orang kafir untuk meninggikan kalimat
Allah, dan sebagainya. Sebuah upaya dikatakan sebagai jihad jika memenuhi syarat,
yaitu dilakukan ‘di jalan Allah’. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan tidak
di jalan Allah Ta’ala, maka tidak bisa dikatakan sebagai jihad.5
Para presidium dan
relawan-relawan MER-C percaya dengan membantu Palestina dari mulai memberi
obat-obatan, makanan pokok, merawat korban konflik sampai mendirikan rumah
sakit untuk mereka merupakan salah satu bentuk dari Jihad dengan membantu sesama
umat muslim yang sedang mengalami musibah dan mereka percaya Allah akan
memudahkan urusannya baik didunia maupun akhirat.
5
J. MER-C sebagai NGO yang merepresentasikan kepedulian masyarakat
Indonesia
Indonesia adalah negara yang memiliki populasi muslim terbesar di seluruh
dunia. Pada saat ini diperkirakan bahwa jumlah umat muslim mencapai 207 juta
orang. Jumlah yang besar ini mengimplikasikan bahwa sekitar 13% dari umat Muslim
di seluruh dunia tinggal di Indonesia dan juga mengimplikasikan bahwa mayoritas
populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. 6 Dari fakta tersebut kita bisa
melihat bahwa banyaknya jumlah pemeluk Islam di Indonesia akan ikut
mempengaruhi aktivitas ataupun pengambilan keputusan baik yang dilakukan oleh
pemerintah (state) maupun aktor non-pemerintah (non-state).
Mayoritas penduduk muslim Indonesia ini seakan-akan memiliki suatu
ikatan kepedulian dengan umat muslim di belahan dunia lain. Hal ini terbukti dengan
banyaknya warga Indonesia yang peduli dan menyalurkan bantuan untuk warga
Palestina melalui organisasi-organisasi yang menyediakan sarana untuk
mempermudah proses penyaluran bantuan Salah satu organisasi yang
merepresentasikan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Palestina yaitu
MER-C, organisasi yang berasaskan Islam yang menjunjung nilai-nilai keislaman. Dalam
lima tahun belakangan MER-C lebih fokus untuk membantu umat korban dari konflik
yang terjadi antara Palestina dan Israel di wilayah Gaza, Palestina. Aksi yang
dilakukan oleh MER-C ini merupakan suatu bentuk dari kepedulian masyarakat
Indonesia terhadap Palestina yang mayoritas penduduknya juga beragama Islam.
6
Menurut teori peran yang sudah dijelaskan oleh penulis di bab pertama, adanya
harapan dari masyarakat Indonesia terhadap organisasi MER-C (main actor) untuk
membantu Palestina yang sedang dilanda konflik berkepanjangan
Besarnya kepedulian masyarakat Indonesia terhadap rakyat Palestina juga
ditunjukan dengan adanya organisasi lain yang ikut menyalurkan bantuan ke wilayah
Palestina yaitu organisasi Rumah Zakat. Warga Indonesia melalui Rumah Zakat
menyalurkan bantuan berupa obat-obatan dan makanan. Selain bantuan makanan dan
perlengkapan medis, Rumah Zakat pun menggalang bantuan beasiswa bagi yatim
Palestina dengan meluncurkan program Kembalikan Senyum Anak Palestina.
Beasiswa ini merupakan program pendidikan bagi anak yatim berprestasi agar dapat
melanjutkan pendidikan hingga menjadi profesional sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Palestina. Beasiswa diberikan kepada semua jenjang pendidikan, dari SD
hingga perguruan tinggi dalam bidang kesehatan dan bisnis. Rumah Zakat
semaksimal mungkin terus berkontribusi untuk menyelamatkan generasi Palestina.
Tahun 2012 Rumah Zakat memberikan bantuan ekonomi, pangan, dan pembangunan
masjid. Kini Rumah Zakat akan menyalurkan bantuan pendidikan untuk anak-anak
Palestina hingga mereka dapat membangun ekonomi negerinya. Rumah Zakat
menargetkan sebanyak mungkin anak-anak Palestina dapat mengenyam pendidikan
tinggi sesuai dengan donasi yang terhimpun. Semakin banyak donasi yang terkumpul
pemberian beasiswa untuk jenjang SD hingga SMA dilakukan di Palestina, setelah itu
mereka dapat menempuh jenjang perguruan tinggi di Indonesia.7
Selain dari adanya ikatan kepedulian dari faktor agama bentuk kepedulian
ini juga didasarkan pada adanya ikatan sejarah antara Indonesia dengan Palestina
Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain secara hukum atau de
jure untuk berdiri sebagai negara yang berdaulat, Karena pada masa revolusi itu,
wilayah Indonesia terjadi kekosongan pemerintahan setelah Jepang menyerah pada
Sekutu, dan pasukan Sekutu akan mendarat dengan membawa pasukan Belanda yang
ingin berkuasa kembali di Indonesia. Pada persyaratan ini, Indonesia tertolong
dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara
Indonesia dapat berdaulat. Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai
dari Palestina dan Mesir. Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad
Amin Al-Husaini (mufti besar Palestina) secara terbuka mengenai kemerdekaan
Indonesia tepatnya pada tanggal 6 September 1944.8
7
http://citizen6.liputan6.com/read/2085573/peduli-palestina-bantuan-masyarakat-indonesia-sampai-di-gaza
8
BAB III
PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA
Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari konflik tersebut
A. Sejarah konflik Palestina - Israel
Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada secara keseluruhan. Penyebab terjadinya mungkin hanya diakibatkan oleh hal yang sifatnya tidak terlalu penting, dan berdampak pada hancurnya berbagai sarana dan prasarana yang telah demikian susahnya dibangun, serta muncul-nya berbagai suasana psikologis yang tidak kondusif untuk hidup secara berdampingan.
berakhir dengan pertentangan. Kedua kondisi sosial seperti itu senantiasa terjadi karena adanya kepentingan yang berbeda- beda pada masing- masing kelompok etnis dalam masyarakat tersebut. Dikarenakan kepentingan- kepentingan yang berbeda itupula kemudian masing- masing pihak ingin mengklaim daerah kekuasaannya untuk lebih memperkuat kedudukan mereka sebagai sebuah komunitas.1
Perebutan kekuasaan bukan saja terjadi pada sebuah komunitas kecil dalam sebuah negara, namun seringkali pula terjadi antara dua negara dan kerap menimbulkan konflik berkepanjangan antara kedua belah pihak. Hal ini kemudian menjadi alasan utama konflik berkepanjangan yang terjadi antara Israel – Palestina.
Persoalan konflik di dunia menjadi begitu kompleks dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu konflik terbesar adalah antara Israel dan Palestina. Konflik Israel – Palestina adalah konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah
(dengan mengenyampingkan Perang Salib), dan konflik tersebut tidak bisa hanya dilihat dari kejadian 5 atau 10 tahun belakangan. Konflik tersebut telah merambah ke dunia internasional. Di mata dunia, konflik berkepanjangan dari kedua negara ini terus menerus menjadi bahan perbincangan yang selalu aktual. Salah satu tindakan yang jelas dilakukan oleh dunia internasional adalah dengan menjadikan peristiwa ini sebagai isu hangat yang pantas untuk dijadikan berita, yang bukan saja sebagai cara agar dunia tahu apa yang terjadi, namun juga agar lebih banyak pihak lagi yang bisa memberi solusi.
1
Sejak zaman dulu, wilayah di sebelah barat sungai Jordan sudah dikenal sebagai tanah Palestina. Mulai awal abad ke 16 sampai dengan akhir Perang Dunia I, Palestina dibawah kekuasaanTurki / kekuasaan Ottoman. Kekalahan Turki dalam PD I menyebabkan pindahnya kekuasaan atas Palestina kebawah kekuasaan Inggris, sesuai dengan mandate yag diberikan oleh Liga Bangsa-Bangsa.
Pada Tahun 1947 mandat yang diberikan Inggris dipindahkan ke bawah PBB, seiring bertambahnya orang-orang Yahudi dari berbagai pelosok dunia yang datang ke wilayah Yahudi di Palestina serta semakin maraknya kerusuhan – kerusuhan yang terjadi antara orang Yahudi dan orang – orang Arab di wilayah itu dimana Inggris merasa tidak sanggup lagi mengatasinya.
Pada Mei 1948 Israel memproklamirkan kemerdekaannya dan secara mendirikan sebuah negara di Palestina dan dengan secara paksa pula Israel telah mengusir 750.000 rakyat Palestina dari rumahnya (negaranya sendiri) dan ratusan rumah dibumihanguskan. Tanah Palestina saat itu telah diklaim sebagai miliklsrael. Hingga pada tanggal ll Desember 1948. malalui resolusi Nomor 194 dari Majelis Umum PBB menetapkan pembentukan dua negara di Palestina. Yaitu Palestina dan Israel. Secara hukum. sebenarnya telah disepakati bahwa Israel wajib menerima kembali rakyat Palestina yang terusir dan mengganti kerugian serangan-serangan yang telah dilakukan Israel terhadap Palestina.
menolak hak pengembalian pengungsi Palestina ke tanah airnya sendiri. Israel tidak pernah tulus menunjukan niat untuk benar-benar ingin berdamai dengan Palestina.
Israel kemudian berhasil memperluas wilayahnya termasuk penguasaannya terhadap lebih dari setengah kota Yerussalem (Barat), setelah memenangkan konflik bersenjata dengan orang-orang Arab sepanjang tahun 1948-1949. Dengan meluasnya wilayah yang dikuasai Israel tersebut, maka Jalur Gaza yang berada di bawah kekuasaan Mesir terpisah dengan sungai Jordan. Wilayah ini kemudian disatukan oleh Yordania ke dalam negaranya tahun 1950.2
Palestina dan Israel memiliki sejarah peperangan yang sangat panjang, setidaknya perang telah berlangsung sejak seribu tahun sebelum masehi. Pasca Perjanjian Balfour (1917) dan deklarasi kemerdekaan Israel (1948), Israel telah menghancurkan 478 desa dari 585 desa dan melakukan 34 operasi pembantaian massal pada penduduk sipil Palestina. Puncak perlawanan balik dilakukan oleh Palestina, pada Intifada Pertama (1987) dan Intifada Kedua (2000). Pendudukan yang dilakukan Israel membuat Palestina kehilangan hampir 90% wilayahnya dalam 65 tahun terakhir. Israel kemudian memblokade Gaza sejak 2007, hingga meletus Perang Gaza pada 2008. Blokade air, darat, dan udara yang dilakukan Israel membuat penduduk Gaza kesulitan hidup. Gaza mengalami krisis bahan makanan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, listrik, serta pelayanan kesehatan. Dengan jumlah penduduk
mencapai 1,6 juta jiwa, Gaza membutuhkan 17.760 tempat tidur di rumah sakit umum dan 12.160 tempat tidur di rumah sakit gawat darurat
B. Kejahatan Perang Israel
Serangan militer Israel ke Gaza yang dimulai pada tanggal 27 Desember 2008 diawali dengan serangan udara. Serangan yang dilancarkan dari udara ini diberi nama “Operation Cast Lead”. Serangan udara ini dilakukan oleh pesawat tempur F-16
serta helikopter Apache milik Israel. Selain melancarkan serangan udara, dalam agresinya kali ini Israel juga melancarkan serangan darat.
C. Dampak konflik Palestina – Israel
pihak Israel juga memotong persediaan air warga Palestina lewat perusahaan air nasional Israel, sekitar 40 ribu penduduk mengalami kekurangan pasokan air. Perusahaan Air Nasional Israel yang sengaja mengurangi pasokan air ke beberapa kota di Palestina, seperti Jenin, Nablus, Salfit, dan beberapa wilayah sekitarnya. Masyarakat menggantungkan kebutuhan air mereka dari truk penyedia air atau mencari sumber mata air terdekat di sekitar lingkungan mereka. Banyak keluarga yang terpaksa bertahan dengan 2, 3, atau kalau beruntung 10 liter air per orang setiap harinya. Pembatasan pasokan air di wilayah tepi barat Palestina dan Jalur Gaza ini sudah terjadi sejak tahun 1967, ketika penduduk setempat berhasil menguasai kembali wilayah ini. Pengurangan pasokan air ini tentu saja membuat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut menderita. Menurut PBB, setiap orang di wilayah Palestina membutuhkan air minimal sebanyak 7.5 liter per harinya. Sedangkan di beberapa wilayah dengan suhu mencapai lebih dari 35 derajat celcius membutuhkan pasokan air dalam jumlah yang lebih banyak. Sayangnya, kini mereka hanya bisa bertahan dengan mengandalkan pasokan air secukupnya. Padahal, penduduk Israel termasuk pendatang mengonsumsi air dalam jumlah lima kali lipat lebih banyak daripada penduduk tepi barat Palestina. Dibanding penduduk tepi barat Palestina yang membutuhkan hanya 60 liter air setiap orang per hari, masyarakat Israel termasuk para pendatang menghabiskan air sebanyak 350 liter per hari.3
3
BAB IV
PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT INDONESIA DI GAZA PALESTINA
Pada bab ini penulis akan bercerita mengenai ulasan pembangunan
Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang meliputi Sejarah Konflik Palestina dan
Israel, Pembangunan Rumah Sakit Indonesia, Faktor- faktor Pendukung dan
Penghambat Pendirian Rumah Sakit Indonesia, Peran Penting Berbagai Pihak
Atas Berdirinya RSI Gaza, dan Peresmian Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Palestina.
A. Masuknya relawan MER-C ke daerah konflik Palestina
Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) mengirimkan 5
relawannya kePalestina. Tim telah berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Tim
MER-C masuk Palestina melalui melalui pintu perbatasan Rafah-Gaza, Mesir. .
Tim MER-C yang terdiri dari 4 relawan, yaitu dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT, dr.
Sarbini, dr. Indragiri, Sp.An., dan Mursalim bisa memasuki Gaza setelah
mendapat surat rekomendasi dari KBRI di Kairo, Red Crescent Mesir dan
Mendagri Mesir. Sebelumnya Tim MER-C juga telah dua kali menandatangani
surat pernyataan tidak akan menuntut Pemerintah Indonesia bila terjadi sesuatu
sudah mendapat izin untuk masuk ke Gaza, tetap tinggal di Kairo dan El-Arish
untuk mengurus pengiriman bantuan obat-obatan dan ambulan serta pengiriman
Tim Medis selanjutnya untuk masuk ke Gaza. Karena belum memungkinkan
untuk membangun Rumah Sakit Darurat, maka Tim rencananya akan bekerja
memberi pertolongan kepada para korban di Rumah Sakit Asy Syifa. Tim
MER-C masuk ke Gaza hanya membawa pakaian secukupnya, karena
obat-obatan dan peralatan medis tidak diizinkan masuk bersama Tim. Tim bergerak
dari perbatasan Mesir menuju perbatasan Palestina dengan menggunakan Bus
”Gaza City” dengan nomor 08-2822616, kemudian dipindahkan ke mobil
ambulan untuk menuju Jalur Gaza. Bantuan obat-obatan Tahap II dan 2 unit
ambulan yang dibeli oleh MER-C dari dana sumbangan yang masuk ke
rekening MER-C untuk Palestina,. Untuk kemudahan dalam pengiriman, semua
bantuan ini akan dikirimkan ke Gaza secara kolektif melalui Red Crescent
Mesir dan Red Crescent Palestina. Tim pertama MER-C yang masuk ke Gaza
adalah Tim Bedah yang akan bertugas untuk mencari informasi kebutuhan di
lapangan dan melakukan pertolongan medis khususnya operasi bedah tulang
kepada korban agresi Israel yang dikabarkan banyak mengalami kasus trauma
tulang. Belum diketahui berapa lama tim akan bertugas di Gaza, kemungkinan
1 pekan atau lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk mem-back up
kebutuhan Tim Bedah MER-C, maka MER-C akan memberangkatkan Tim ke 2
berjumlah 7 relawan yang terdiri dari: 1 dokter umum, 1 dokter spesialis bedah
relawan non medis sebagai logistik. Setiba di Kairo Tim ke-2 berencana akan
langsung menuju basecamp MER-C di El Arish.
Adapun progam-program recovery yang akan dilakukan MER-C setelah
berhasil masuk ke Gaza yaitu sebagai berikut :
1. Pembangunan fasilitas medis (Rumah Sakit)
2. Pengiriman tenaga medis secara berkala sesuai kebutuhan
Untuk mendukung program tersebut, MER-C terus melakukan penggalangan
dana melalui:
1. Rekening bank,
2. Bantuan tunai
3. Bantuan berupa barang berharga
4. SMS MERC PEDULI di 7505
Melihat kondisi fasilitas medis di Gaza City yang hancur, Tim MER-C
berinisiatif untuk membantu pembangunan fasilitas medis (Rumah Sakit) di
wilayah ini dengan menggunakan donasi dari masyarakat Indonesia. Inisiatif ini
mendapat sambutan yang sangat baik dari Pemerintah Palestina, Tim MER-C
telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Rencana Pembangunan
Bashim Naim yang juga disaksikan.oleh ulama-ulama Palestina. Pemerintah
Palestina juga akan memberikan tanah bagi pembangunan Rumah Sakit ini.
Dalam penandatanganan tersebut, Tim MER-C diwakili oleh dr. Sarbini,
sementara dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT mewakili masyarakat Indonesia.
Penandatanganan ini juga turut disaksikan oleh sejumlah wartawan Indonesia
yang ada di Gaza. Pembangunan RS diperkirakan membutuhkan dana sebesar
Rp 20 Miliar di luar peralatan medis, sehingga perlu dilakukan penggalangan
dana lebih lanjut. Pemerintah Palestina memberikan lahan 1,6 hektare di Beit
Lahia untuk lokasi RS.1
B. Pembangunan Rumah Sakit Indonesia
Tim MER-C melihat bahwa RS di Gaza kewalahan menampung
korban agresi yang begitu banyak, terlebih lagi wilayah gaza utara yang
berbatasan langsung dengan Israel. Sebagai sebuah wilayah perang, Gaza juga
hanya memiliki 1 RS Rehabilitasi, yang tidak luput dari serangan Israel. Dalam
proses desain, ditentukanlah bentuk RS Indonesia berupa bangunan segi
delapan. Inspirasinya datang dari bentuk Qubbatul Sakhrah, masjid kubah emas
di wilayah Al Quds, Palestina. ”Sedangkan namanya ditetapkan Rumah Sakit
Indonesia, bukan Indonesia Hospital, supaya kental dengan nuansa Indonesia
1
Adapun dana pembangunan Rumah Sakit Indonesia seluruhnya
didapat dari masyarakat Indonesia yang mempunya rasa empati dan memiliki
rasa kepedulian yang tinggi. Dengan niat membantu memperbaiki kondisi
kesehatan rakyat Gaza, para relawan berhasil mengumpulkan dana dan
digunakan untuk mendirikan fasilitas kesehatan yang diberi nama Rumah Sakit
Indonesia (RSI). Beragam rintangan dihadapi untuk mewujudkan misi
kemanusiaan ini. Selama kurang lebih empat tahun sejak Mei 2011, selain
dihadang kesulitan mengakses Gaza dan pengadaan bahan, tim relawan juga
harus siap berkorban jiwa dan raga.
Setelah hampir satu tahun sejak dimulainya proses pembangunan
Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza-Palestina pada Mei 2011, akhirnya
pembangunan tahap 1 untuk struktur RSI selesai 100 persen. Laporan
pembangunan RSI di Gaza-Pelestina ini disampaikan salah seorang relawan
MER-C, Ir. Nur Ikhwan Abadi yang dikirimkan ke redaksi voa-islam.com.
Pekerjaan yang semula ditargetkan selama 9 bulan, sempat molor selama 3
bulan dikarenakan beberapa hal antara lain, susahnya relawan masuk ke Gaza
dalam rangka mengawal pembangunan RSI, pengadaan material yang
senantiasa dikirimkan melalui terowongan, kondisi cuaca pada akhir tahun
2011 dan awal tahun 2012 yang senantiasa turun hujan lebat.
Selain itu, kondisi keamanan di Gaza yang tidak menentu akibat
harus terhenti, serta beberapa item pekerjaan tambahan memerlukan waktu
tambahan pula dalam pengerjaannya. Akhir pekerjaan RSI Gaza ini ditandai
dengan pengecoran akhir tangga ramp yang dilaksanakan pada hari Sabtu 28
April 2012. Dua minggu sebelumnya diadakan pengecoran middle area dari
RSI ini setinggi 1 lantai, dan beberapa item lain seperti pintu masuk basement
dan lantainya. Dengan demikian 100% selesai sudah pembangunan RSI tahap
pertama ini yang selanjutnya akan diikuti oleh pembangunan tahap kedua untuk
Arsitektur dan ME (Mekanikal Elektrikal) RSI.2
Sebagai negara yang masih diduduki Israel, Palestina rentan terpantik
perang. Namun di tengah-tengah konflik, para relawan tetap konsisten
mewujudkan amanah rakyat Indonesia. Rakyat Palestina pun mengacungkan
jempol. Presidium MER-C Joserizal Jurnalis mengatakan, pembangunan
konstruksi RSI memakan biaya hingga Rp 40 miliar, sedangkan pembelian dan
pemasangan seluruh unit perlengkapan kesehatan seperti CT Scan mencapai
Rp. 80 miliar.
RSI kini sudah mulai beroperasi. Keberadaan RSI di Gaza merupakan
simbol baru persaudaraan Indonesia dengan Palestina. Total pembangunan RSI
mencapai Rp120 miliar. Ini merupakan hadiah dari rakyat Indonesia. Ini
merupakan kerja anak bangsa. Berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Palestina
merupakan suatu bentuk program dukungan NGO MER-C Indonesia terhadap
pemerintah negara Palestina dengan bermodalkan dana sumbangan bagi
2
Palestina sebesar 5 miliar dan beberapa dana lain dengan total produksi hingga
mencapai 30 miliar, Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza
Utara telah rampung dikerjakan. Pengerjaan proyek ini sendiri telah hampir
berjalan 2 tahunan.3
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pendirian RSI
1. Faktor Pendukung
Melihat dalam skup yang lebih kecil pemanfaatan dan melanjutkan
prinsip thousand friends and zero enemy yang dapat membuka peluang
hubungan Indonesia dengan Israel tetap terbuka. Tentunya, dengan
memperhatikan kondisi domestik dan global. Dengan demikian Indonesia dapat
memperlihatkan dan memposisikan dirinya di dalam perpolitikan internasional
yang tidak memihak sehingga mudah diterima baik Palestin-Israel maupun
sekutu mereka dalam mengupayakan perdamaian tersebut. Selebihnya
indonesia dapat dikatakan beruntung memiliki warga negara yang sangat
mendukung kebijakan pemerintahnya dalam mengusung perdamaian tersebut.
Dengan penduduk yang mayorias muslim, masyarakat Indonesia dapat
digerakkan dengan mudah dalam membantu pemerintah dalam mengusahakan
hal tersebut. Rakyat Indonesia pun memiliki komitmen yang jelas dalam
menanggapi konflik tersebut. Mereka dapat dengan sukarela memberikan
3
bantuanya tanpa tangan pemerntah Indonesia. Dengan demikian tidak
mengherankan bahwa bantuan kemanusiaan Indonesia terhadap Palestina
terbilang maksimal, belum lagi ditambah dengan berbagai bantuan internasional
yang Indonesia terdapat didalamya seperti NASSP Capacity Building dan
lainya.4
2. Faktor Penghambat
Dengan selesainya pembangunan tahap pertama untuk struktur Rumah
Sakit Indonesia (RSI), bukan berarti pekerjaan selesai sampai disini.
Pembangunan tahap kedua untuk pekerjaan Arsitektur dan ME (Mekanikal
Elektrikal) sudah menanti diepan mata dan memiliki tantangan yang tak kalah
besarnya dari tahap pertama. Jika tahap pertama pembangunan RSI ini material
yang dibutuhkan hanya berupa beton dan besi, maka di tahap kedua proses akan
lebih rumit dan memerlukan konsenterasi dan tenaga yang lebih besar.
Pembangunan tahap kedua untuk Arsitektur dan ME akan memerlukan banyak
material yang disuplai dari luar Gaza. Terlebih lagi material-material tersebut
hampir semua diimpor melalui terowongan Gaza. Namun demikian harus
diyakin akan pertolongan Allah. Dulu RSI ini awalnya adalah sebuah khayalan,
namun dengan pertolongan Allah khayalan itu kini sudah berbentuk nyata dan
berdiri tegak di Gaza. Demikian juga dengan semua relawan MER-C yang
mengawasi pembangunan RSI Gaza, insya Allah senantiasa berkomitmen akan
4