STUD1 PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK
ANOPHELES MACULATUS (Theobald) DAN
BALABACENSIS (Baisas) DI DESA HARGOTIRTO
KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh
:M A H M U D
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
MAHMUD. Studi perilaku beristirahat Anopheles maculatus dan
An. balabacensis di Desa Hargotito Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibimbing oleh SINGGIH HARSOYO SIGIT
sebagai Ketua, F.X. KOESHARTO dan UPIK KESUMAWATI HAD1 sebagai
Anggota.
Perilaku beristirahat nyamuk An. maculatus dan An. balabacensis
penting diketahui untuk dapat menentukan strategi pengendaliannya. Cara yang dilakukan adalah dengan menangkap nyamuk tersebut saat beristirahat dengan menggunakan: 1) window-trap untuk mengetahui apakah nyamuk eksofilik atau endofilik , 2) aspiator dan drop-net untuk mengetahui bagian rumah yang lebih disukai nyamuk beristirahat, ketinggian hinggap, pemilihan objek di luar rumah, apakah nyamuk tergolong eksofilik atau endofilik, seberapa besar nyamuk berkontak dengan dinding.Penangkapan tiga kali sebulan selama enam bulan dari mulai Maret sampai September 2001.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh informasi sebagai berikut : An. maculatus dan An. balabacensis di desa Hargotirto gemar beristirahat di luar
rumah dari pada di luar rumah (eksofik). An maculatus hanya ditemukan di
dapur berbeda dengan An. balabacensis didapatkan pada semua ruangan namun
lebih menyukai dapur dan gudang. Hail penangkapan pagi hari di dalam rumah lebih sedikit bila dibandingkan dengan h a i l penangkapan pagi hari di kandang.
An. maculatus hinggap pada ketinggian 0-75cm dan 75-150cm namun lebih
menyukai hinggap pada ketinggian 0-75cm sedangkan An. maculafus hinggap
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis yang berjudul :
STUD1 PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK ANOPHELES MACULATUS DAN
BALABACENSIS DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPAEN
KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Adalah benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Bogor, 12 Februari 2002
STUDI PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK
ANOPHELES MACULATUS (Theobald) DAN
BALABACENSIS (Baisas) DI DESA HARGOTIRTO
KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh
:M A H M U D
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi Kesehatan
PROGRAM STUDI ENTOMOLOGI KESEHATAN
PROGRAM PASCASARJANA
Judul Tesis : Studi perilkau beristirahat nyamuk An. maculatus (Theobald) dan An. balabacensis (Baisas) di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nama : M a h m u d .
NRP : 99408.
Pogram Studi : Entmologi Kesehatan.
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Sinegih H. Skit. MSc
Ketua
Dr. Uoik Kesumawati Hadi. MS
Anggota
a
Dr. F.X. Koesharto, MSc
Anggota
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 8 Desember 1962 sebagai anak
ke lima dari pasangan Mohamad Ali (almarhum) dan Samibah (almarhum).
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar lulus tahun 1975,
Sekolah Menengah Pertarna lulus tahun 1979, Sekolah Menengah Atas lulus
tahun 1982 dan Pendidikan Pembantu Pararnedis lulus tahun 1984 di selesaikan di
Cirebon. Pendidikan Ahii Madya Keperawatan lt~lus tahun 1992 di Bandung.
Penulis memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat tahun 1997 dari
Universitas Diponegoro Semarang. Penulis mendapat kesempatan menempuh
Program Magister Sains tahun 1999 di Institut Pertanian Bogor pada Program
Studi Entomologi Kesehatan
Tahun 1985 sampai dengan 1990 penulis bekerja di Puskesmas Kesunean
Kota Cirebon, tahun 1993 sampai dengan tahun 1995 penulis bekeja di Dinas
Kesehatan Kota Cirebon sebagai staf Sub. Seksi Pengamatan Penyakit, tahun
1997 sampai dengan tahun 1999 bekerja di Dinas Kesehatan Kota Cirebon sebagai
Kepala Sub. Seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).
Penulis menikah tahun 1986 dengan Rumiyati dikarunia anak 4 masing-
masing bernama Harki Isnuur Akhrnad, Insaan Nuur Akhrnad, Nuzulul Fatihah
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT
atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Saat ini penyakit malariamasih menjadi masalah utama sehingga masih perlu penanganan khusus, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku beristirahat nyamuk Anopheles dan
aspek-aspek epidemiologi penyakit. Untuk itu penulis melakukan penelitian
mengenai perilaku beristirahat nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto sejak bulan
Maret sampai dengan September 2001 dengan judul Studi Perilaku Beristirahat
Nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis di Desa Hargotirto
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak
Prof. Dr. Singgih H. Sigit, MSc; Ibu Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS dan
Bapak Dr. F.X. Koesharto, MSc selaku pembimbing. Di samping itu
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Iwan dan Bapak Tukiran
sekeluarga yang telah membantu penulis selama penelitian di desa Hargotirto.
Ungkapan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada istri tercinta dan anak-
anak tersayang yang telah mendorong penulis menyelesaikan pendidikan ini dan
atas doadoa dari orang-orang yang tidak penulis ketahui.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran sangat diharapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukan informasi ini.
Bogor, Mei 2002
DAFTAR IS1
Halaman
PRAKATA ... ... I
...
DAFTAR TABEL ... 111
DAFTAR GAMBAR ...
...
... ivDAFTAR LAMPIRAN ... v
PENDAHULUAN ... 1
TINJAUAN PUSTAKA
.
.
Situasi malaria dl dunia ... 3
.
.
Situasi malar~a dl Indonesia
...
3Penanggulangan malaria
...
4Nyamuk Anopheles sebagai vektor
...
1 1...
Prilaku hinggap dan faktor-faktor yang mempengamhinya 12
METODE PENELITIAN
. .
Lokasi dan waktu penel~tlan
...
15Situasi Desa Hargotirto
...
15Penangkapan nyamuk
...
15 Penangkapan di dalam rumah pagi hail...
17...
Penangkapan di dinding dalam rumah malam hari 19
...
Penangkapan menggunakan rumh dan kandang percobaan 19
Penangkapan di alam pagi hari
...
22 Pemeriksaan dan identifikasi nyamuk...
25 Analisa data ... 26HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari
...
27Hasil penangkapan di dinding dalam rumah malam hari
...
32Hasil penangkapan nyamuk menggunakan rumaMcandang percobaan
..
34Hasil penangkapan di alam
...
38KESIMPULAN SARAN ... 44
DAFTAR TABEL
1 Hasil penangkapan An. maculatus betina di dalam rumah
dan kandang pagi hari ... 23
Hasil pengangkapan An. balabacensis betina di dalam rumah
...
dan kandang pagi hari 24
1. Hasil penangkapan An. maculatus betina di dalam rumah dan
kandang berdasarkan ketimggian pagi hari ... 26
2. Hasil pengangkapan An. balabacensis betina di dalam rumah
dan kandang berdasarkan ketinggian pagi hari
...
283. Hasil penangkapan Anmaculatus betina malam hari, pada
...
dinding di dalam rumah 28
4. Hasil penangkapan An. balabacensis betina malam hari, pada
dinding di dalam rumah
...
295. Hasil penangkapan
An
maculatus betina yang keluar darigubuk percobaan, ditangkap dengan perangkap yang dipasang
pada jendela
...
306. Hasil penangkapan An. balabacensis betina yang keluar dari gubuk percobaan, ditangkap dengan perangkap yang di
pasang pada jendela gubuk.
...
3 17. Hasil penangkapan
.
.
An. maculatus betina dari tempat-tempat~stlrahat di alam
...
338. Hasil penangkapan
. .
An. balabacensis betina dari tempat-tempatlst~rahat di alam
...
349. Kondisi perut
. .
An. maculatus yang ditangkap dari berbagaiMacam tempat ~st~rahat
...
3510. Kondisi perut
.
An. balabacensis.
yang ditangkap dari berbagaiDAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peta desa Hargotirto ...
2 Aspirator ...
3 Penangkapan menggunakan aspirator di dalam rumah
...
4 Skema gubuk percobaan ...
5 Konstruksi perangkap pada jendela (window-trap)
...
6 Perangkap terpasang pada jendela mmah
...
...
7 Penangkapan menggunakan aspirator di alam
9 Pemeriksaan dan identifikasi nyamuk
...
10 Skema kondisi perut nyamuk
...
...
1 1 Rata-rata kepadatan An.
maculatus di dalam rumah dan kandang12 Rata-rata kepadatan An
.
balabacensis di dalam rumah dan kandang..
13 Rata
.
rata kepadatan An.
maculaius berdasarkan ketinggiantempat hinggap
...
14 Rata
.
rata kepadatan An.
balabacensis berdasarkan ketinggian tempat hinggap...
... 15 Rata-rata kepadatan An
.
manrlatus berdasarkan kondisi perut16 Rata-rata kepadatan An
.
balabacensis berdasarkan kondisi perut...
...
.
17 Rata-rata kepadatan An maculatus beristirahat di alam
...
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari.. . . .
.
.
... 50 2 Hasil penangkapan nyamuk malam hari pada dinding dalam rumah...
. . . .. . ..
5 1 3 Jumlah nyamuk yang keluar dari gubuk percobaan ..... .
. .. . .
... . . .
. . . .. . . .
. . . 524 Hasil penangkapan nyamuk di alam.. . .
. . .
. . .. . . .
. . .. . . .
. . .. . .
. . . .. . .
. . .. . .
. 535 Hasil uji t perbandingan nyamuk mengandung darah dengan mengandung
telur ... ...
...
... ... ... ......
... ... ... ... ... ... ......
......
... ... ... ......
..,,..
... ......
54 6 Hasil uji t perbandingan nyamuk tertangkap di dalam ~ m a h dengankandang
... ... ... ... ... ...
...... ... ... ...
...
... ...
...
...
...
... ... ... ...
547 Hasil uji t perbandingan nyamuk tertangkap di dalam rumah dengan alam.. .55
8 Hasil uji Anova pengaruh ketinggian terhadap rata-rata kepadatan nyamuk.. 56
9 Hasil uji Anova pengaruh tempat istirah (Semak,Tebing dan Tanaman
PENDABULUAN
Di Indonesia malaria meiupakan satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbnlkan angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan seita menu~llkan produktiitas tenaga kerja. Penyakit ini tersebar di seluruh pulan dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda (DEPKES 1999~).
Kabupaten Kulonprogo merupakan daerah endemis penyakit malaria di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan angka parasit tahunan (annual parusit incidence, API) sebagai b e f i t : 3,54% tahun 1995, 4%0 tahun 1996, 25,24% tahun 1997, 46%0 tahun 1998 dan 51% tahun 1999. Sedangkan API Kecamatan Kokap yaitu 40% tahun 1995, 50% tahun 1996, 67% tahun 1997, 55%0 tahun 1998 dan 200%0 tahun 1999. Hampir selnruh desa di Kabupaten Kulonprogo merupakan desa endemis, satu diantaranya adalah desa Hargotirto dengan API sebesar 47%0 tahun 1995, 89%0 tahun 1996, 97%0 tahun 1997, 250% tahun 1998 dan 315%0 tahun 1999. Jumlah kasus malaria pada tahun 1999 sebanyak 3167 orang (DINKES Kulonprogo 2000). Desa Hargothto Kecamatan Kokap tergolong daerah endemis malaria, karena sepanjang tahun terdapat pederita malaria (DEPKES 1999a).
Berbagai kegiatan penanggulangan penyakit malaria di desa Hargotirto
telah dilakukan dengan penyemprotan rumah, pengobatan masal, dan penggunaan
kelambu celup. Penangkapan nyamukpun telah dilakukan beberapa kali di dalam
usaha mengetahui spesies yang ada di desa tersebut (Dinkes Kulonprogo 2000 ).
Satu ha1 penting dalam pengendalian nyamuk adalah mengetahui
perilaku nyamuk tersebut. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku mendapatkan
makanan atau menggigit dan perilaku beristirahat baik sebelum maupun sesudah
mendapatkan makanan, serta beristirahat dalam proses mematangkan telur.
Apabila diketahui bahwa Anopheles beristirahat pada daerah tebing sungai dan
pohon salak maka pengendaliannya adalah dengan cam pengasapan dan
sedangkan bila beristirahat pada gulma, maka pengendaliannya adalah dengan
menghilangkan gulma tersebut dengan membabatnya.
Sejauh ini perilalcu beristirahat nyamuk Anopheles di desa Hargotirto
belum diketahui, padahal mengetahui perilaku beristirahat nyamuk sangatlah
penting di dalam upaya menentukan strategi pengendalian. Oleh karena itu
penelitian bertujuan untuk mengetahui : 1) bagian-bagian di dalam rumah
yang dijadikan tempat beristirahat, 2) pada ketinggian berapa nyamuk Anopheles
beristirahat di dalam rumah, 3) berbagai macam habitat beristirahat di luar rumah,
4) seberapa banyak nyamuk yang hinggap di dinding di dalam rumah dan 5)
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit malaria adalah penyakit pada manusia akibat terinfeksi oleh
Plasmoditcm yang terdiri atas empat spesies yaitu P. falciparum, P. v i v a , P. ovale
dan P. malariae. Di antara keempat spesies ini P. falciparum yang paling ganas
dan sering menyebabkan kematian. Malaria merupakan penyakit yang ganas
sehingga memerlukan diagnosa dini dan pengobatan yang cukup.
1 Situasi Malaria di Dunia
Malaria sampai saat ini masih meliputi sebagian besar wilayah di
dunia. Wilayah tersebut meliputi Afrika tropis Asia Tengah, Selatan, dan
Tenggara, Kepulauan di wilayah Pasifik dan Meksico. Sementara itu wilayah
Eropa, daerah di atas Gumn Sahara sedangkan Amerika Selatan bebas
(Wernsdorfer dan Mc Gregor 1988).
Plalaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat bagi lebih
dari 90 negara, mengancam lebih kurang 2400 juta atau 40% penduduk dunia.
Prevalensi untuk seluruh dunia diperkirakan antara 300-500 juta penderita klinis
pada setiap tahunnya. Lebih dari 90% kasus terjadi di daerah selatan Gurun
Sahara (Afrika). Kematian akibat penyakit ini diperkirakan lebih dari satu juta
kematian setiap tahun, membunuh satu anak setiap 30 menit atau 3000 anak setiap
hari dengan usia kurang dari Lima tahun. Di Afrika kematian banyak menimpa
anak-anak, khususnya mereka yang berada pada daerah yang susah dijangkau
sarana pelayanan kesehatan. Penyakit ini juga menimpa kelompok resiko tinggi
yang lemah, para pengungsi, penduduk yang berpindah-pindah dan pekeja yang
memasuki daerah endemis malaria (WHO 1998).
2 Situasi Malaria di Indonesia
Pada tahun 1985 di seluruh Indonesia tercatat penderita malaria
berjumlah 200.000 kasus, penularan tejadi terus-menerus sepanjang tahun
tersebut, sedangkan pada tahun 1983 dari 148.000 kasus yang dilaporkan 46%
terinfeksi oleh P. falciparum (WHO 1985). Kanbara d m Panjaitan (1993)
mencatat bahwa di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, angka parasit @a*asit
rate) hanya 2%. Di Sulawesi malaria tergolong mesoendemik dengan angka
parasit bervariasi antara 5,9% dan 31,9% (Jung 1979). Di Timor malaria
tergolong holoendemik dengan angka parasit 92%. Parasitnya dilaporkan terdiri
dari P. falciprum 84%, P. v i m 14% d m P. malariae 2%. Satu kasus disebabkan oleh P. ovule (Gundelfinger et al. 1975). Di Papua malaria bervariasi dari holoendemik di beberapa daerah pedalaman yang datar, hiperendemik di daerah
pantai dan mesoendemik di daerah pulau-pulau karang. Pada ketinggian di atas
1600 meter ditemukan nyamuk Anopheles tetapi tidak ada kasus malaria. Parasit
penyebabnya terdiri atas P. v i v a (54%), P. falciparum (3 1%) dan P. malariae (15%) (Van der Kaay dan Danvish 1975).
3 Penanggulangan Malaria
3.1 Strategi Global Malaria.
Penanggulangan malaria telah menjadi prioritas oleh Organisasi
penyakit ini dikoordinasikan oleh WHO dengan empat strategi pengendalian,
yaitu (1) diagnosa dini dan pengobatan segera kepada penderita, (2) perencanaan
dan pelaksanaan secara selektif dan pencegahan yang berkelanjutan termasuk
pengendalian vektor, (3) deteksi dini untuk mencegah meluasnya epidemi, dan (4)
penelitian sesuai dengan situasi malaria pada tiap-tiap negara terutama tentang
ekoiogi, sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap penyakit malaria
(WHO 1998)
Komitmen politik dan kemauan nasional serta kemampuan daerah
untuk mendeteksi situasi malaria dan melalcukan tindakan secara selektif dengan
tujuan mengurangi atau mencegah penyakit, telah menghasilkan rencana kegiatan
@fans of action, POA) nasional pada lebih dari 80% negara-negara endemis
malaria. Program Roll Back Malaria tersebar luas sejak 1992 yaitu ketika
"Strategi Global Pengendalian Malaria" diterima oleh masyarakat dunia. Dr Gro
Harlem Brundland, Direktur Jenderal
WHO
mendeklarasikan untuk menangmelawan malaria. Kemudian ha1 ini dikehendaki bukan saja sebagai komitmen
sektor kesehatan tetapi juga sektor pemerintah lainnya, tmnastik sektor swasta
yang kegiatannya langsung atau tidak langsung berhubungan dengan situasi
malaria, organisasi-organisasi non pemerintah dan masarakat penderita itu sendiri.
Untuk kampanye malaria dana yang besar telah mengalir ke kantor WHO, yaitu
ke empat agen
UN-Sysfem
(UNDP, W I C E F , WHO dan Bank Dunia) selanjutnyaditurunkan untuk kegiatan Roll Back Malaria pada 30 Oktober 1998 (WHO
3. 2 Obat Malaria
Dalam rangka penanggulangan malaria khususnya penanggulangan
terhadap parasit telah dibuat berbagai macam obat yakni khlorokuin dan proguanil
yang tercatat dianggap paling aman (Wyler 1993), meflokuin 250 mg,
pirimetamin-sulfadoxin, pirimetamin-dapson, doxisilin, halofantrin dan kuininn
(Bradley 1993).
Selain itu dari Cina yaitu artemisinin, arteflen, artemeter, artesunat dan
pironaridin (Chang et al. 1992).
Sementara itu beberapa obat malaria khlorokuin dan sulfadoxin-
pirimetanin mengalami kehilangan daya bunuh terhadap Plasmodiumfalcipcaum
dan Plasmodrum v i v a di beberapa negara Asia Tenggara salah satunya adalah
Thailand (Wernsdorfer & Mc. Gregor 1988) dan di Papua New Guinea,
Kepulauan Solomon dan Vanuatu, P. falciparum dan P. v i m resisten terhadap
khlorokuin (Bradley 1995), demikian pula di Indonesia khlorokuin mengalami
kehilangan daya bunuh ierhadap P. v i m (Longworth 1995).
3. 3 Vaksin Malaria
Pada bulan Marer 1988 Dr Emanuel Pataroya seorang ilmuwan dari
Colombia mengatakan bahwa ia telah mendapatkan vaksin malaria. Vaksin telah
dicoba dan ternyata berhasil menurunken kasus malaria klinis 30%. Kemudian
dicoba di Tanzania pada anak-anak juga dilaporkan menurunkan 30%, selanjutnya
dicoba di Gambia terhadap bayi menunjukan hanya m e n ~ ~ r t k a n 8%.
Pengembang vaksin ini mendapatkan kritik atas percobaan vaksinnya yang tidak
yang maksimal sedangkan kasus malaria banyak menimpa an&-anak umur 1-5
tahun hingga 10 tahun. Sehiigga vaksin malaria sampai saat ini belum
dipergunakan oleh WHO (Goldman 2001).
3.4 Penggunaan Insektisida
Dikloro-difenil-trikloroetan (DDT) mempakan insektisida sintetik pertama yang dibuat pada tahun 1874, tetapi baru 65 tahun kemudian yaitu tahun
1939 Miiller menemukan hasiatnya sebagai insektisida (Wernsdorfer dan
Mc Gregor 1988). Indonesia menggunakan DDT untuk pengendalian malaria
sejak tahun 1952. Penyemprotan rumah-rumah dilakukan penduduk dengan insektisida DDT di Pulau Jawa dan beberapa daerah di luar Jawa secara terbatas
yaitu hanya pada darah-daerah yang berindeks limpa melebiii 50% dari jumlah penduduknya. Pada tahun 1973 DDT dinyatakan kehilangan daya bunuh tehadap An. aconitus dan An. balabacensis @epkes 1983). Mengesampingkan sifat
resistensi vektor terhadap DDT, metode ini dapat efektif apabila vektor yang
menjadi sasaran tersebut endofagik dan endofilik (Depkes 1987a). Akan tetapi bagi vektor-vektor yang bersifat eksofagik dan eksofilik, metode ini kurang
mengenai sasaran karena vektor tidak pemah terkontak dengan insektisida yang
disemprotkan.
Untuk
mengatasi ha1 ini perlu dilakukan pengamatan terhadapperilaku vektor yang menjadi sasaran. Apabila vektor masuk ke dalam nunah hanya untuk mengisap darah kemudii keluar, maka penyemprotan DDT tidak
mengenai sasaran. Untuk menanggulangi golongan vektor yang bersifat eksofagik
clan eksofilik itu, dilakukan suatu usaha pengabutan insektisida di dalam maupun
dengall menggunakan insektisida malation dan fenitrotion untuk nyamuk
A.n aconitus tetapi hasilnya kurang memuaskan (Depkes 1987b).
Tahun 1973 WHO telah merekomendasikan penggunaan insektisida
piretroid sintetik sebagai salah satu insektisida yang dapat digunakan untuk
pengendalian vektor. Insektisida golongan ini diketahui mempunyai dua efek
terhadap serangga yaitu &pat membunuh dengan cepat dan dapat mengganggu
syaraf serangga yang dapat menyebabkan kelurnpuhan (WHO 1985). Berdasarkan
sifat-sifat tersebur piretroid sintetik digunakan sebagai salah satu insektisida
pilihan sebagai bahan pencelup kelambu (WHO 1989). Rawina et al. (1997)
nlenyatakan bal~wa kelambu celup lamda sihatrin 25 mg/mz mempunyai efek
deferent yang lebih besar dibandiig kelambu celup permetrin.
Saat ini Indonesia menggunakan insektisida yaitu bendiocarb 80 WP,
lamdasihalotrin 10 WP, deltametrin 5
WP,
dan etofenprok 20WP
(DEPKES1999b).
3.5 Penggunaan Bioinsektisida
Bacillus thuringensis memproduksi toksin &lam bentuk kristal yang
sangat beracun, ole11 larutaan alkalis yang terdapat dalam usus serangga terjadi
perubahan pada kristal-ktistal dan apabila diabsorbsi ke dalam darah menebabkan
kenaikan pH darah. Pada penelitian menggunakan Simulium di dapatkan bahwa
serangga akan mati setelah tujuh jam perlakuan dengan Bacillus thuringensis
(Chilcott et al. 1982). Bacillus thuringensis Berliner dapat digunakan untuk
membunuh larva nyamuk Anopheles (bioinsektisida) (Paulus 1995). Aplikasi
B & W thuringensis H-14 bentuk cair terhadap larva An. sundaicus yang
disemprotkan ke atas laguu di Pameungpeuk Jawa Barat dengan dosis 1.09-2.30
kgMa bahan aktii berbasil menuluukan kepadatau larva stadium tiga dau
stadium empat hingga 80% lebib (Kimowardojo et al. 1984).
Penggunaan Ekstrak tumbuban
Aminah et al. (1985) telah melakukan beberapa studi pendahuluan di
antaranya penggunaan sari bawang merah ( Alliunt cepa), konsentrasi 1% dapat memacu pertumbuhan pradewasa Aedes aegypti, konsentrasi 5% dau 10% menghambat pertumbuhan sedangkan konsentrasi 25% mematikan.
Ekstrak biji jarak (Ricintus comn~unis) konsentrasi 1500 ppm
menimbulkan kematian larva Aedes aegypti sehesar 97% setelah 72 jam pasca perlakuan (Aminah dan Hennawanto 1988). Pengaruh ekstrak bunga sungsang
(Gloriosa superba ), daun sembung (Blumea bakiamijiera) dan buah serta daun picung (Pangium edule) terhadap larva Aedes aegypti telah diuji coba oleh Aminah et al. (1991). Didapatkan bahwa LC95 untuk daun sunsang, buah picung,
daun sembung &an daun picung beltumt-tumt ialah 600, 1200, 2250 dan 3250
PPm.
3.6 Pengelolaan pengairan sawah
Pengendalian nyamuk Anopheles juga mencakup pengaturan pengairan di sawah. Di Jepang telah diakukan pengairan sawah secara berkala dan
perindukan. Caranya adalah periode pengairan dilakukan lebih pendek daripada
umur larva dan pupa nyamuk. Periode terpendek larva menjadi dewasa adalah
satu minggu, maka periode pengairan intermitten hams kurang dari satu minggu,
sehingga karena kering larva mati ( Mogi 1988 ).
3. 7 Mengalirkan air sawah dan penggelontoran
Cara lain untuk mengendalikan nyamuk adalah dengan mengalirkan air
sawah sehingga air tidak diam. Untuk nyamuk yang meletakkan telur pada air
yang diam, ketika air dialirkan maka telur-telur akan terbawa bahkan mungkin
larva dan pupa juga terbawa pula. Cara ini telah terbukti dapat menurunkan kasus
Japanese Encephalitis hingga 50% (Mogi 1988).
3.8 Pemanfaatan Ikan
Ikan Gambusia aflnis di Amerika dijadikan sebagai agen pengendalian
hayati untuk nyamuk-nyamuk yang di sawah. Ikan ini effektif untuk
pengendalian nyamuk di sawah oleh karena dapat hidup pada air yang dangkal
dan luas, pemakan daging, mulut didepan dan sangat sering muncul ke
permukaan, umur panjang dan tahan terhadap kadar garam, temperatur tinggi,
kurang menyukai sampah organik mass dan Pal 1984). Demikian pula ikan ini
sangat kuat dan pandai menyesuaikan diri serta mudah membawanya (Coykendail
1980) selain itu beberapa ikan dapat dijadikan pengendali larva An. aconitus yaitu
ikan mujair (Oreochromis mosambicus) (Mattimu 1989), ikan gapi (Poecilia
reticulata Peters) (Arifm 1989) dan ikan kepala timah (Aplocheilus punchax
3.9 Penggunaan cacing Romanomermis culicivorax
Cacing nematoda Romanomermis culicivorax dapat pula di jadikan
agen pengendalian hayati karena cacing ini masuk ke dalam tubuh larva nyamuk
dan tumbuh di dalamnya membesar yang mengakibatkan larva mati. Dapat
digunakan untuk pengendalian larva nyamuk di air sawah (Westerdahl et al. 1982)
4 Nyamuk Anopheles sebagai vektor di Indonesia
Anopheles yang ada di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) berjumlah 18 spesies yaitu An. aconitus, An. annularis,
An. bazai, An. barbirostris, An. venhuisi, An hyrcanus sinensis, An. kochi,
An. leucosphyrus, An. maculatus, An. minimus flavirostris, An. philipinensis,
An. ramsay, An. schufieri, An subpictus subpictus, An. subpicfus mahyensis,
An. sundaicus, An. tessellatus, dan An. vagus (Sundamaman et al. 1957).
Di wilayah Jawa dan Bali terdapat lima spesies yaitu An. aconifus,
An. subpictus, An. sundaicus, An. balabacensis dan An, maculatus sebagai vektor
malaria, sedangkan yang diduga sebagai vektor adalah An. barbirostris (Munif
dan Pranoto 1994)
Hasil penangkapan di DIY yaitu di Kecamatan Kokap diperoleh
sejumlah delapan spesies yaitu An. aconiftls, An. annularis, An. barbirostris,
An. balabacensis,An.frafirostris,An. kochi, An maculatus d m An vagus,sedmgkan
yang berperan sebagai vektor utama adalah An. maculatus, sedangkan sebagai
vektor sekunder adalah An. balabacensis d m An. aconitus (Barodji et al. 2000).
Adapun vektor penyakit malaria di Desa Hargotirto adalah An. maculatus.
Nyamuk Anopheles lain yang ditemukan di daerah ini dan berpotensi sebagai
5 Perilaku hinggap dan faktor-faktor yang memempengaruhinya
Menurut Sundararaman ( 1958 ) setelah menggigit, selama menunggu
waktu pematangan telur, nyamuk Anopheles akan berkumpul pada tempat-tempat
dengan kondisi yang optimum nyamuk beristirahat, setelah itu akan bertelur dan
kemudian menggigit lagi. Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
istirahat selama menunggu waktu bertelur, adalah tempat-tempat gelap, lembab,
dan sedikit angin. Oleh karena pada ekosistem kepulauan, nyamuk telah
beradaptasi pada ambang kelembaban yang tinggi, maka tempat-tempat yang
demikian kebanyakan akan ditemukan di luar mmah, dekat permukaan tanah atau
di tanah yang begitu lembab, sehingga bila kita letakkan jari di tanah tersebut
terasa seperti basah atau benda-benda lain yang lembab di atas tanah.
Bates ( 1970 ) mengatakan bahwa Anopheles terdapat pada tempat yang
gelap dan terlindung di dalam mmah juga di kandang. Wharton dalam Horsfall
(1955) menyatakan bahwa An. macuiatus banyak ditemukan pada tebing sungai
yang banyak akar-akar serabut yang bergelantungan membentuk jaring,
sedangkan An. vagus didapatkan dari dinding
-
dinding tebing sungai. SenxentaraAn. aconrtus bertistirahat pada tebing parit, batang-batang padi di sawah, dan
lubang peristirahatan buatan ( pit-frap ), serta bersifat eksofilik (Kirnowardojo,
1979)
Berdasarkan kesenanganya untuk beristirahat nyamuk digolongkan
menjadi 3 golongan : (1) golongan nyamuk yang senang beristirahat di alam
(eksofilik), (2) golongan nyamuk yang senang beristirahat di dalam mmah
(endofilik) dan (3) golongan nyamuk yang mempunyai sifat eksofilik dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan hiiggap nyamuk adalah
suhu, kelembaban, angin, hujan tersedianya sumber makanan dan kedekatan
dengan tempat perindukan serta faktor-faktor lain yang dapat mengganggu nyamuk untuk beristirahat. Suhu lingkungan berpengaruh pada kehidupan nyamuk, nyamuk tidak akan hinggap pada tempat-tempat dengan suhu lebih
tinggi dari 35", karena pada suhu ini proses fisiologis akan lebih lambat. Suhu
yang optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25" - 27" C. Pertumbuhan
nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10' C atau lebih dari 40"
C. Demikian pula nyamuk tidak akan hinggap pada kelembaban kurang dari 60°C.
Tempat hinggap nyamuk juga di pengaruhi oleh cwah hujan. Bila hujan lebat maka tempat ~erindukan akan berpindah dengan demikian tempat hiiggap nyamuk akan berpindah pula (Metselaar dalam Depkes 1987). Angin berpengaruh
pada penerbangan nyamuk, bila kecepatan angin 11-14 meter perdetik atau 25- 31
mil per jam akan menghambat penerbangan dan nyamuk akan hinggap. Sebuah
perangkap nyamuk yang biasanya dapat mengumpulkan 2.436 sampai 6.832
nyamuk pada malam yang tenang dengan kecepatan angii 5,4 mldetik (12 mil
/jam ) sedangkan pada malam dengan kecepatan angin lebih dari 5,4 meter per detik atau 12 miVjam hanya ditangkap 832 sampai 956 nyamuk (Miura dalam Depkes 1987).
Pengetahuan tentang perilaku beristirahat nyamuk dapat menentukan strategi pengendaliannya. Untuk nyamuk yang berprerilaku beristirahat di diidiig
strategi pengendalian yang digunakan adalah indoor residual spruying ( IRS). Bila diketahui ketinggian nyamuk beristirahat di diiding adalah pada ketinggian
efisien. Nyamuk yang berperilaku beristirahat di luar yaitu pada pohon-pohon
tertentu atau pada tempat-tempat tertentu maka hanya pada pohon dan tempat itu
sajalah yang dilakukan pengabutan, atau bila pohon-pohon tersebut berbentuk
METODE PENELITIAN
1 Lokasi dan waktu penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta dari bulan Maret sampai
dengan Agustus 2001.
2 Situasi Desa Hargotirto
Desa Hargotirto terletak di daerah pegunungan Bukit Menoreh dengan
ketinggian antara 300 sampai 600 meter diatas permukaan laut. Batas-batas Desa
Hargotirto yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Giri Mulyo, sebelah
selatan Desa Kaliejo, sebelah barat Kabupaten Punvorejo dan sebelah timur Desa
Hargowilis ( peta desa Hargotirto dapat dilihat pada Gambar 1 ). Luas desa meliputi 14.713.370 Ha. Di sebelah timur desa terdapat Waduk Sremo tempat
mengalirnya sungei-sungai dari Desa Hargotirto dan sekitarnya. Waduk ini selain
berfUngsi memenuhi kebutuhan air bagi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta
juga merupakan tempat wisata yang banyak diknjungi orang dari wilayah DIY dan
sekitarnya. Sungai dan anak-anak sungai banyak dijumpai di desa ini , bila musim kemarau banyak terdapat tempat perindukan nyamuk. Penduduk banyak
menanam pohon salak, sawah tidak dijumpai kecuali tanaman palawija. Hewan
ternak banyak dipelihara terutama sapi.
3 Penangkapan Nyamuk
Untuk memperoleh nyamuk digunakan bermacam-macam cara yang
3.1 Penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari dengan
aspirator.
Untuk ~nengetahui tempat- tempat di dalanl rumah yang digemari nyamuk
untuk beristirahat, diadakan penangkapan oleh orang dengan menggunakan
aspirator.Aspirator yang digunakan adalah tipe yang paling sederhana, terbuat dari
pipa gelas atau plastik dengan garis tengah lubang bagian dalam 8-12 mm dan
panjang 30-45 cm. Pipa ini disambung dengan pipa dari karet atau plastik yang
lentur sepanjang 50 cm. Di antra pipa gelas dengan pipa karet diberi kasa bagian
dalamnya, untuk mencegah agar nyamuk tidak tersedot masuk ke dalam mulut
penangkap (Gambar 2). Pada ujung pipa karet diberi gelas atau plastik kecil
tempat untuk memasukkan ke mulut penangkap ( Gambar 3 ).
Penangkapan dilakukan pada pagi hari selama dua jam, dari pukul 07.00
hingga 09.00, setiap kali di dalam lima rumah dan satu kandang oleh 6 ( enam )
orang penangkap nyamuk. Penangkapan dilakukan delapan belas kali selama
enam bulan dengan frekuensi 3 ( tiga ) kali sebulan. Bagian-bagian rumah
dibedakan atas : ruang tamu, kamar tidw, dan dapw. Ketinggian tempat hiiggap
di dalam mmah dan kandang digolongkan menjadi 0
-
75 cm, 76-
150 cm, 151-
225 cm dan di atas 225 cm. Nyamuk yang ditangkap dipisah-pisahkan
berdasarkan kondisi pemtnya. Kecuali menggunakan aspirator dalam
penangkapan ini digunakan pula lampu senter, dengan baterai yang lemah agar
nyamuk tidak terkejut dan menghiidat pergi. Nyamuk-nyamuk yang tertangkap
dimasukkan ke dalam tempat-tempat yang telah diberi label, kemudian nyamuk
Sekat dari kawat halus agar nyamuk tidak tenedot kedalaln mulut
Pipa gelas untuk menyedot yang dimasukan ke mulut
[image:109.533.58.509.19.649.2]Pipa kareb'plastik yang lentur (50cm)
3.2 Pe~iangkapan nyamuk malam hari yang hinggap di dinding dalam rumah.
Untuk mengetahui kebiasaan nyamuk waktu sedang aktif mencari darah pada malam hari, terutama yang hinggap pada dinding, dilakukan penangkapan
nyamuk yang hinggap pada dinding dengan menggunakan aspirator. Penangkapan dilakukan mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00, setiap kali penangkapan
dilakukan di dalam lima rumah, diadakan delapan belas kali ulangan dengan
frekuensi tiga kali sebulan selama enam bulan. Nyamuk yang ditangkap dipisah-
pisahkan atas kondisi perutnya, pemeriksaan dilakukan langsung sebelum perut
mengalami perubahan.
3.3 Rumah dan kandang percobaan.
Untuk mengetahui perbandingan antara nyamuk yang mempunyai
kebiasaan beristirahat di dalam rumah dengan yang mempunyai kebiasaaan
beristirahat di alam luar digunakan rumah dan kandang percobaan dengan suatu perangkap yang dipasang di jendela. Sebagai rumah percobaan digunakan lima
rumah penduduk dan satu kandang sapi. Kandang sapi diklasifikasikan sama
dengan rumah oleh karena kandang sapi ditutup sedemikian rupa sehingga
berdinding rapat. RumahIKandang percobaan dibuat sedemikian rupa, sehingga nyamuk hanya dapat keluar lewat jendela yang dibuat untuk maksud itu. Nyamuk
yang keluar dari rumahkandang percobaan akan tertangkap oleh perangkap.
Untuk jalan nyamuk masuk ke dalam gubuk dibuat suatu celah, yang dapat dilalui
( Garnbar 5 dan 6 ). Perangkap dipasang selama 12 jam, mulai senja hingga pagi hari berikutnya ( Darsie & Ramos, 1969 ). Nyamuk yang tertangkap dipisah- pisahkan menurut keadaan perutnya.
Nyamuk dengan perut kosong menandakan bahwa nyamuk tersebut
sebelum menghisap darah sudah meninggalkan rumawkandang untuk mencari darah ketempat lain. Nyamuk perut penuh darah menerangkan bahwa nyamuk
yang setelah menggigit meninggalkan rurnawkandang untuk mencari tempat istirahat. Nyamuk dengan perut penuh dengan telur menunjukkan bahwa nyamuk
tersebut selama proses perkembangan telurnya beristirahat di dalam gubuk, atau
nyamuk yang secara kebetulan masuk dalam gubuk dan setelah itu akan keluar
terperangkap oleh perangkap. Data yang di dapat hanya menerangkan
2erbandingan relatif antara nyamuk yang perutnya mengandung telur dengan nyamuk yang perutnya berisi darah yang keluar dari gubuk selama 12 jam.
Gambar 4 Skema kandang percobaan. Keterangan :
. .... .... .. .. .. ..
.
adalah jalan yang dilalui nyamuk.P
adalah perangkap untuk menangkap nyamuk yang keluar dari kandangd
Gambar 5 Konstruksi perangkap pada jendela ( window traps)
Keterangan : A = papan triplek, B = kain kasa, C = kawaf D = lubang untuk mengambil nyamuk, E = kawat, F = lubang untuk rnasuknya nyamuk.
3.4 Penangkapan di alam luar.
Untuk mengetahui berbagai objek di alam luar yang digemari oleh
nyamuk Anopheles untuk berisitirahat, di adakan penangkapan di tebing parit
dan semak-semak oleh orang dengan menggunakan aspirator (Gambar7). Penangkapan dilakukan pagi hari, sebelum ~natahari cukup tinggi, selama dua jam di~nulai pukul 07.00 hingga pukul 09.00. Penangkapan dilakukan delapan belas
kali ulangan dengan frekuensi tiga kali sebulan selama enam bulan. Meskipun
penangkapan di luar ini dilakukan pada pagi hari, lampu senter digunakan untuk memeriksa tempat-tempat yang gelap. Nyamuk-nyamuk yang telah tertangkap
dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi label. Tempat istirahat di luar rumah di bedakan atas tebing sungai, semak-semak dan tanaman palawija.
Untuk penangkapan pada tananaman palawija dilakukan penangkapan
dengan menggunakan "drop net" yaitu jaring berkerangka (Service 1976). Drop
net yang digunakan terdiri dari kerangka kayu yang dapat dibongkar dan dipasang, dengan ukuran : panjang 200 cm, lebar 100 cm dan tinggi 200 cm (Gambar 8). Kerangka tersebut dalam keadaan siap dipakai dilengkapi dengan
kain kasa yang digantungkan pada kerangka. Drop net tersebut dapat dipindah-
pindahkan ke tempat yang dikehendaki, Setelah menentukan tempat yang akan
dilakukan penangkapan kemudian drop net ditangkupkan ada tempat tersebut
kemudian seorang penangkap nyamuk masuk ke dalam, lalu semak digoyang-
goyang. Karena goyangan ini nyamuk dari semak akan beterbangan dan hinggap
pada kain kasa, yang selanjutnya oleh penangkap dapat ditangkap dengan
Gambar 8 Drop-net.
Keterangan :
A. Drop-net yang siap untuk dijatuhkan.
2.5 Pemeriksaan nyamuk
Nyamuk yang ditangkap diperiksa dibawah mikroskop stereo kemudian
diidentifikasi menggunakan kunci 0, Connor dan Soepanto (1988) (Gambar 9).
Selanjutnya spesimen di pisah-pisahkan berdasarkan kondisi perut antara perut kosong, penuh darah dan p e n t penuh telur ( Gambar 10).
Gambar 9 Pemeriksaan dan Identifikasi nyamuk
Gambar 10 Skema kondisi perut nyamuk Keterangan :
A. Perut kosong, B. Perut penuh darah dan C.Perut
[image:116.533.44.418.22.759.2]3.6 Analisis data.
Untuk ~nengetahui perbedaan kepadatan pada tiap-tiap tempat
penangkapan dialkukan uji t, selanjutnya untuk mengetahui pengaruh rnana yang
HASIL PEMBAHASAN
1 Penangkapan Nyamuk di Dalam Rumah dan Kandang pagi hari.
Rata-rata nyamuk yang tertangkap di dalam rumah dan kandang
ditunjukkan pada Tabel 1-2 dan Gambar 11-12.
AIL rnacrrlatus tertangkap rata-rata 0.05 ekor ( 8,33%) per rumah per hari sedangkan rata-rata per kandang per hari An. rnactrlatrrs 0.55 ekor (91,77%).
An. maczrlaltrs lebih menyukai beristirahat di kandang dari pada di rumah
(P
<
5%), sedangkan hasil penelitian Kirnowardojo (1979) yang menyukaiberistirahat di kandang adalah An. aconitus.
Tabel 1 Rata-rata nyamuk An. manrlatus yang tertangkap di dalam rumah
dan kandang pada pagi hari di desa Hargotirto kecamatan Kokap tahun 2001.
Bulan
April
Juni Juli Agustus
I I I I I 1
Rata-rata
1
0,OO"
1
0,OO"
1
0,05I
0,OO a1
0,05'
1
0,55Huruf superskrip yang berbeda menunjukan beda nyata (PS5%)
An. maculatus hanya di temukan di dapur tidak ditemukan di kamar tidur, Rata-rata NyamuW kandang Ihari 0,oo 0,oo 0,33 0,66 1,33 1,oo
Rata-rata nyamukhmah/hari
ruang tamu maupun gudang. Hal ini mungkin kamar tidur, ruang tamu dan gudang Kamar tidur 0,oo 0,oo 0,OO 0,OO 0,OO
dianggap tidak aman
Ruang tamu 0,oo 0,oo 0,OO 0,OO 0,OO 0.00
1
0,OO [image:118.544.48.463.19.829.2]Rumah Kandang Tempat
Gambar 11 Rata-rata kepadatan nyamuk An. maculatus di dalam rumah
dan di kandang.
An.balabacensis rata-rata tetangkap 0.09 ekor (4,83%) per ~ m a h per
hari sedangkan yang tertangkap di kandang rata-rata 1,77 ekor (95,17%).
An. balabacensis ternyata juga lebii menyukai beristirahat di kandang dari pada
Tabel 2 Rata-rata nyamuk An. balabacensis yang tertangkap di dalam rumah clan kandang pada pagi hari di desa Hargotirto kecamatan Kokap tahun 2001.
I
Bulan Maret AprilJuli Agustus
Angka dengan huruf superskrip berbeda menyatakan berbeda nyata (P<5%)
[image:119.539.48.445.59.806.2] [image:119.539.101.401.78.294.2]Dari hasil penangkapan nyamuk yang diadakan di dalam rumah ternyata
bahwa An. balabacensis ditemukan di semua bagian rumah berbeda dengan
An. maculatus.
Rumah Kandang
Tempat
Gambar 12 Rata-rata kepadatan nyamuk An. balabacensis di dalam rumah dan
di kandang.
Rata-rata nyamuk yang tertangkap berdasakan ketinggian tempat
hinggap dapat diliiat pada Tabel 3-4 dan Gambar 13-14.
An. maculatus tertangkap pada ketinggian 0-75 cm sebanyak 71 ekor
(91%), pada ketinggian 75-150 cm sebanyak 1 ekor (9%) dan tidak ditemukan
pa& ketinggian selanjutnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa An. maculatus l e b i
senang hinggap pada ketinggian 0-75 cm dari pada ketinggian 75 - 150 cm
(P15%). Demikian pula An. aconitus di Banjarnegara sebagian besar higgap
Tabel 3 Hasil Penangkapan An. maculatus betina di dalam rumah dan kandang berdasarkan ketinggian tempat hinggap.
H m f superskrip berbeda menyatakan beda nyata (P<S%).
Gambar 13 Rata-rata kepadatan nyamuk An. maculatw berdasarkan ketinggian tempat hiiggap.
An. balabacensis yang tertangkap pada ketinggian 0-75
cm
sebanyak 27ekor (81%), ketinggian 75-150 sebanyak 4 ekor (12%) dan ketinggian 150-225
[image:121.533.49.456.56.808.2]Tabel 3 Hasil Penangkapan An. balabacensis betina di dalam rumah dan
.
kandang berdasarkan ketinggian tempat hinggap.Huruf superskrip berbeda menyatakan beda nyata (Pr;5%).
1 0-75 75-150 150-225 >225
!
Ketinggian (cm)
- -- -
Gambar 13 Rata-rata kepadatan nyamuk An. rnaculatus berdasarkan ketinggian tempat hinggap.
Makin tinggi dari permukaan tanah makin berkwang jumlah nyamuk yang ditemukan. Hal ini mungkii disebabkan karena pada siang hari tempat-
tempat yang dekat dengan langit-langit lebii panas dibandiigkan dengan ternpat-
Meskipun tempat-tempat yang dekat dengan permukaan tanah merupakan tempat yang paling disenangi, hanya pa& ketinggian antara 150 -225 cm masih ada nyamuk ditemukan. Hal ini menunjukan bahwa ada kemungkinan nyamuk
akan berubah kebiasaannya dari hinggap ditempat-tempat yang lebii rendah ke tempat-tempat yang lebii tinggi , karena di bagian bawah tidak aman.
2. Penangkapan nyamuk pada dinding di dalam rumah malam hari
Hasil penangkapan nyamuk pada malam hari untuk nyamuk-nyamuk
yang hinggap di dinding, pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah
ditunjukan pa& Tabel 5 dan 6.
[image:123.544.43.465.28.829.2]Tabel 6 Hasil penangkapan An. balabacensis betina malam hari, pada
dinding di dalam rumah
Huruf superskrip yang berbeda menyatakan beda nyata(PG%).
Baik An. rnaculatm maupun An. bdabacensis tertangkap lebii banyak
dalam keadaan perut penuh darah dibandingkan dengan perut penuh telur ha1 ini
dapat dikatakan bahwa keduanya bersifat senang beristirahat di luar rumah atau
eksofilik (P<S%).
Pa& Tabel 5 dan 6 nampak bahwa nyamuk yang mas& kedalam rumah sebagian h i i g a p di diidiig baik sebelum menggigit maupun sesudah
menggigit.
Aktifitas nyamuk pada malam hari di dalam rumah, mungkin
mengikuti empat pola yakni (1) nyamuk-nyamuk masuk ke &lam nunah hinggap
di dindiig lebih dulu, kemudii mengigit dan selanjutnya meninggalkan rumah,
(2) nyamuk-nyamuk masuk ke dalam rumah, hiiggap di diiding lebii dulu
kemudian menggigit, selanjutnya hiiggap di dingding lagi, dan lalu keluar
[image:124.544.52.461.64.828.2]menggigit dan kemudian ke luar rumah dan (4) nyamuk-nyamuk masuk ke &lam
rumah langsung menggigit, kemudian hinggap di dindiig dan akhimya ke luar
meninggalkan rumah.
Penelitian ini tidak dapat menggambarkan dengan pasti pola aktifitas
mana yang dipilii. Nyamuk-nyamuk yang ditangkap dengan perut kosong hanya
berarti bahwa nyamuk tersebut sebelum menggigit h i i a p di diidiig, tetapi tidak
diketahui apakah nyamuk tersebut setelah menggigit akan hinggap di diidiig lagi
atau tidak. Begitu pula nyamuk yang ditangkap dengan perut berisi darah hanya
berarti bahwa nyamuk setelah menggigit hinggap di diiding, tanpa memberikan
keterangan, apakah nyamuk itu sebelum menggigit hinggap di dinding atau tidak.
3 Penangkapan nyamuk dari rumah dan kandang percobaan.
Hasil penangkapan nyamuk dan nunah dan kandang percobaan
ditunjukan pada Tabel 7-8 serta Gambar 15-16.
Tabel 7 menunjukan nyamuk An. maculatus yang keluar dari rumah dan
kandang percobaan dengan perut kosong rata-rata 0,05 ekor per
turnah
dankandang percobaan per malam, dengan perut penuh darah rata-rata 0,53 ekor per
rumah dan kandang per malam, sedangkan perut mengandung telur rata-rata 0,12
[image:125.544.47.459.26.805.2]Tabel 7 Rata-rata An. maculatus yang keluar dari rumah dan kandang percobaan, ditangkap dengan perangkap yang dipasang pada jendela.
Rata-rata- Ny amuk
berisi darahl
rumah dan Bulan
Maret 2001 April 2001 Mei 2001 Juni 2001 Juli 2001
Agust.200 1
kandangpnari 0,17 Rata-rata Nyamuk berisi telurl rumahdan Total Rata- rata nyamuk
/rumah dan kandangihari 0,17 0,60 0,40 0,72 0,94 1,38 kandangihari 0.00 Rata-rata Nyamuk Perut kosongl
Rumah dan
kandangpnari 0.00 0,11 0,OO 0,OO 0,05 0,17
Darah Telur
1st Perut Nyamuk
I I I I
Gambar 15 Rata-rata nyamuk An. rnaculatus yang tertangkap dengan perangkap dalam rumah dan kandang percobaan.
Rata-rata Total
I
0,70Pada Tabel 8 menunjukan An. balabacensis yang keluat dari rumah dan kandang percobaan dengan perut kosong rata-rata 0,07 ekor per rumah dan kandang
Huruf superskrip yang berbeda menyatakan beda nyata (P55%).
0,12.
[image:126.544.51.457.44.697.2]per malam. perut berisi darah rata-rata 0,58 ekor dan perut berisi telur rata-rata 0,06 ekor.
Tabel 8 Rata-rata nyamuk An. balabacensis yang keluar dari gubuk percobaan, ditangkap dengan perangkap yang dipasang pada jendela gubuk. 1)
Bulan
Maret 2001 April 2001 Mei 200 1 Juni 200 1 Juli 2001 Agust.2001
Nyamuk dengan perut kosong berarti bahwa nyamuk sebelum menggigit
meninggalkan gubuk dan tertangkap oleh perangkap. Nyamuk dengan perut berisi
darah berarti bahwa nyamuk setelah menggigit keluar dari gubuk dan tertangkap oleh perangkap. Nyamuk dengan perut mengandung telur, berarti nyamuk tersebut
bersifat gemar beristirahat di dalam gubuk. Nyamuk-nyamuk ini meninggalkan
gubuk untuk bertelur ketempat bertelur, dan tertangkap oleh perangkan.
Berdasarkan perbandingan banyaknya nyamuk perut berisi telur dengan nyamuk perut berisi darah telah dapat ditentukan apakah nyamuk itu bersifat gemar
beristirahat di dalam gubuk atau di alam luar. Total
Rata-rata nyamuW mmah dan
kandangl
I I I I
hari 0,OS 0,2S 0,67 0,94 0,28 1,17 Rata-rata Total
I
0,73Rata-rata nyamuk perut kosongl nunah dan kandangihari 0,OO 0,OS 0,OS 0,22 0,lO 0,OS
Huruf superskrip yang beda rnenyatakan berbeda nyata (P<S%)
0,07
'
Rata-rata Nyamuk Berisi darahl
mmah clan
Rata-rata nyamuk berisi
telur/rumah dan kandangf - 0,05 0,lS 0,SO 0,61 1,17 1 ,00 0,58
Darah Telur Isi Perut Nyamuk
Gambar 16 Rata-rata nyamuk An. balabacensis yang tertangkap dengan
perangkap dalami nunah dan kandang percobaan.
Pada Tabel 7 dan 8 terlihat bahwa perbandingan antara banyaknya
nyamuk yang petutnya mengandung telur dengan nyamuk yang perutnya berisi
darah selalu lebih kecil dari satu. Dari hasil uji perbandingan antara nyamuk yang
berisi telur dengan nyamuk yang berisi darah dapat dikatakan bahwa
An. maculatus dan An. balabacensis di daerah tersebut bersifzt gemar beristirahat
di alam luar atau eksofilik (P<S%). Demikiaq pula dari hasil penelitian Boesri
telah dinyatakan bahwa An. sundaicus di Lampung Selatan bersifat eksofilik
(Boesri 1991) selain itu juga hasil peneiitian Kimowardojo menyatakan bahwa
4 Penangkapan nyamuk di alam luar
Hasil penangkapan nyamuk di alam ditunjukan pada Tabel 9-10 dan Gambar 17-18. Nyamuk ditemukan pada semak-semak, tebing sungai dan juga
ditemukan pada tanaman palawija.
Dari data yang diperoleh di alam An. maculatus dan An. balabacensis
lebih menyukai semak-semak dari pada tebing (PS5%) pada tanamanan palawija
penangkapan menggunakan drop net diperoleh sangat sedikit. Nyamuk hanya
didapatkan di tempat-tempat yang selalu terlindung dari sinar matahari dan angin.
Tabel 9 Rata-rata nyamuk An. maculatus tertatangkap pada tempat- tempat istirahat di alam.
Huruf superskrip yang berbeda menyatakan beda nyata (P1;5%)
-
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus Total Rata-rata 0,20 1,87 1,50 4,49 3,25 2,21 2,25 Rata-rata nyamuk IoranglhariTebing 0,16 1,16 1,08 2,66 1,75 0,92
1,29 a
1
Tebing Semak TanamanI
I Habitat
[image:130.547.58.455.19.831.2]I
Gambar 17 Rata-rata kepadatan nyamuk An. maculatus berdasarkan tempat
istirahat di alam.
Tabel 10 Rata-rata nyarnuk An. balabacensis tertangkap pada tempat-
tempat istirahat di alam.
Pada semak-semak nyamuk ditemukan hiiggap pada batang pohon yang Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus
L Total
terlindung dari sinar matahari bahkan cenderung gelap dan lembab. Demikian
pula semak-semak tersebut letaknya tidak jauh d&i aliran air.
Huruf supaskrip yang berbeda menyatakan beda nyata (PsS%)
Rata-r ata 0,45 0,67 3,24 2,92 2,83 1 1,44 2,43
Rata-rata nyamuk Ioranghari
Tebiig 0,16 0,33 2,16 2,25 2,83 3,SO
1,87 a
[image:130.547.87.443.80.335.2]Tebing Semak Tanaman Habitat
Gambar 18 Rata-rata kepadatan nyamuk An. balabacensis berdasarkan
tempat istirahat di alam.
Pada semak-semak nyamuk ditemukan hinggap pada batang pohon yang
terlidung dari sinar matahari bahkan cenderung gelap dan lembab. Demikian
pula semak-semak tsrsebut letaknya tidak jauh dari aliian air. Sedangkan pada
tebing sungai, nyamuk ditemukan di cekungan atau batu bahkan akar-akar yang
menjalar yang letaknya tersembunyi. Hal ini s&wa seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Barodji et al. (2000) pada penelitian bionomika vektor malaria di
Kecamtan Kokap.
Pada semak-semak An. maculatus ditemukan dalam keadaan perut berisi
darah dan perut mengandung telur. Tebiig parit dapat diduga sebagai tempat
beristirahat yang sebenarnya karena ditemukan nyamuk berisi telur dan perut
Tabel 11 Kondisi perut nyamuk An. maculatus yang ditangkap dari berbagai macam tempat istirahatdi alam.
Tabel 12 Pada semak-semak An. macuiatus ditemukan dalam keadaan perut berisi darah dan perut mengandung telur. Tebing parit dapat diduga
sebagai tempat beristi~ahat yang sebenamya karena ditemukan nyamuk berisi telur
dan perut kosong. Tanaman Palawija bukan tempat beristirahat nyamuk ini. Tempat istirahat
Semak-semak Tebing parit T. Palawija
Pada semak-semak dan tebing nyamuk pada umumnya ditemukan dalam
keadaan berisi darah dan mengandung telur, juga ditemukan An balabacensis
dalam keadaan perut kosong, ha1 ini dapat dikatakan semak-semak dan tebing
sebagai tempat beristirahat nyamuk An. balabacensis. Nyamuk dengan perut kosong berarti bahwa nyamuk setelah bertelur atau setelah keluar dari kepompong
Rata-rata nyamuk perut kosong %
0 35,3 0 Nyamuk Yaw ditangkap 232 93 0
' Tempat istirahat
Semak-semak Tebing parit T. Palawija
Rata-rata nyamuk perut berisi darah %
68,3
0 0
Rata-rata Nyamuk perut berisi darah %
57,3 2,1 100 Rata-rata nyamuk perut mengandung
telur %
31,7 64,7 0 Nyamuk Yang ditangkap 269 135 39 Rata-rata nyamuk perut mengandu~ig telur %
3 7 3 69,l
0 Rata-rata
nyamuk perut kosong %
[image:132.550.42.460.73.652.2]beristirahat pada semak dan tebing. Sedangkan nyamuk dengan pemt
mengandung telur menerangkan bahwa nyamuk sebelum bertelur beristirahat pada semak-semak dan tebing. Nyamuk yang ditangkap pada tanaman palawija hanya
An. balabacensis hanya dalam keadaan perut berisi darah. Hal ini berarti bahwa
tanaman palawija bukan tempat untuk beristirahat
A.n
balabacensis. DitemukanAn. balabacensis di tanaman palawija hanya faktor kebetulan, yaitu nyamuk-
nyamuk yang pada malam hari sebelumnya setelah menggigit beristirahat
untuk sementara pada tanaman palawija, dan pada pagi harinya tidak
sempat meninggakan tempat tersebut karena terlanjur pagi. Pada penelitian ini didapatkan
An.
maculatus danAn.
balabacensis kurang begitu banyak olehkarena adanya kesulitan dalam penangkapan di tebiig parit. Yang dapat ditangkap hanyalah nyamuk-nyamuk yang hiiggap pada lorong-lorong yang dangkal
sedangkan pa& lorong-lorong yang dalam dan sempit pada tebiig parit tidak dapat ditangkap, oleh karena penangkap tidak dapat masuk.
Megetahui berbagai aspek dari populasi serangga merupakan ha1
penting di dalem pengendalian misalnya tentang habitat, kepadatan populasi, priiaku menggigit dan prilaku beristirahat.
Dari penelitian ini telah di dapatkan informasi mengenai perilaku
beristirahat An. maculatw dan An. balabacensis, keduanya bersifat eksofilik. Hal
ini mengindikasikan bahwa kedua spesies tersebut lebii banyak ditemukan
beristirahat di luar rumah, diantaranya tebiig parit, semak-semak dan tanaman
palawija. Semak-semak bempa pohon salak banyak tumbuh di desa Hargotirto.
pengabutan tidak pada sembarang sasaran, melainkan pada tempat-tempst yang
banyak semak, tebing parit dan tanaman palawija sehiigga effisien.
Juga tanaman pohon salak di desa Hargotirto ini sangat luas hampir terdapat di seluruh wilayah desa dan penduduk sering melalui tempat-tempattersebut, baikpekerja kebun ataupun hanya sekedar lewat, maka perlu dipertimbangkan penggunaan repelen.
Telah diketahui ketinggian hinggap An. maculatus dan An. balabacensis
di dalam rumah sebagian besar ( 290%) pa& ketinggian 0-75cm, maka agar