T E S I S
Oleh
IMAN MUHAMMAD
077012010/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
IMAN MUHAMMAD
077012010/ IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DELI MEDAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa
:
IMAN MUHAMMAD
Nomor Induk Mahasiswa
:
0 7 7 0 1 2 0 1 0
Program Studi
:
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi
:
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si)
(dr. Fauzi, S.K.M)
Ketua
Anggota
Ketua Program Studi
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
:
Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si
Anggota
:
1. dr. Fauzi, S.K.M
2. Masnelly Lubis, S.Kp, M.A.R.S
PENGARUH MOTIVASI KERJA PERAWAT
OUTSOURCING
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN
INSTALASI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
TEMBAKAU DELI MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2010
a. Identitas
Nama
: Iman Muhammad
Tempat /Tanggal Lahir
: Medan, 12 Nopember 1972
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Karya-I, Dsn-III, Helvetia, Medan
Nama Ayah
: Alm. Dr. H. Hasan Basri, AR
Nama Ibu
: Hj. Anny Anwar
b. Pendidikan
SD Swasta Harapan-I Medan, tamat tahun 1986
SMP Negeri-I Medan, tamat tahun 1989
SMA Negeri-I Medan, tamat tahun 1991
Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen USU, tamat tahun 1998
Magister Ekonomi Manajemen UT, tamat tahun 2006
c. Pekerjaan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Motivasi Kerja Perawat
Outsourcing
Terhadap Kualitas Pelayanan
Keperawatan Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan
Tahun 2009”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu peryaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis dapat terlaksana berkat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini
izinkanlah penulis untuk menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara yaitu
Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K).
pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan
dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis ini selesai.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Masnelly Lubis, S.Kp, MARS dan
Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku penguji tesis yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Tak terhingga terima kasih yang tulis dan ikhlas kepada keluarga besar Ibunda
Hj. Anny Anwar dan keluarga besar Bapak/Ibu mertua Suroyo dan dr. Hj. Razia
Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes yang telah memberikan dukungan moril serta doa
selama penulis menjalani pendidikan.
Teristimewa buat isteri tercinta dan tersayang Ir. Abidah serta ananda
Manisha, Nadhira dan Muhammad Habib yang penuh pengertian, kesabaran,
pengorbanan dan doa serta motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat
menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.
Selanjutnya terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Medan.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2010
Penulis
Iman Muhammad lahir pada tanggal 12 November 1972 di Medan, dengan
jumlah 6 bersaudara, tinggal di Jalan Karya-I, Dusun III Helvetia, Medan.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar Swasta
Harapan I Medan selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1
Medan selesai tahun 1989, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan selesai
tahun 1991, fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara, tahun
1998.
Penulis menikah pada tanggal 31 Mei 1999 dengan Ir. Abidah dan sampai saat
ini telah dikarunia 2 orang anak putri yang bernama Manisha, Nadhira dan 1 orang
anak putra yang bernama Muhammad Habib.
Bekerja sebagai Dosen STMIK Logika Medan Tahun 2001 sampai sekarang,
Dosen STIKes Helvetia Medan tahun 2001 sampai sekarang.
ABSTRACT
... ii
KATA PENGANTAR
... iii
RIWAYAT HIDUP
... vi
DAFTAR ISI
... vii
DAFTAR TABEL
...
x
DAFTAR GAMBAR
... xiii
DAFTAR LAMPIRAN
... xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Perumusan Masalah ...
5
1.3. Tujuan Penelitian ...
5
1.4. Hipotesis ...
6
1.5. Manfaat Penelitian ...
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
...
7
2.1. Motivasi Kerja ...
7
2.1.1. Pengertian Motivasi ...
7
2.1.2. Faktor – faktor Penggerak Motivasi Kerja...
9
2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja ... 12
2.1.4. Ciri–Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja ... 14
2.1.5. Bentuk – bentuk Motivasi Kerja ... 15
2.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan... 16
2.2.1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 16
2.2.2. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 18
2.3. Keperawatan ... 19
2.3.1. Pengertian Perawat... 19
2.3.2. Konsep, Hakekat dan Tujuan Keperawatan ... 20
2.3.3. Tugas Perawat ... 22
2.3.4
Outsourcing... 23
2.3.5. Penilaian Kualitas Pelayanan Keperawatan ... 28
2.3.6. Motivasi Kerja Perawat Terhadap Kualitas Pelayanan ... 32
2.4. Landasan Teori ... 35
3.3. Populasi dan Sampel... 37
3.4. Metode Pengumpulan data ... 37
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41
3.5.1 Variabel penelitian... 41
3.5.2. Definisi Operasional... 41
3.6. Metode Pengukuran ... 43
3.7. Metode Analisis Data ... 44
BAB 4
HASIL PENELITIAN
... 47
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47
4.1.1. Gambaran Umum RSUTD Medan... 47
4.1.2. Visi dan Misi ... 48
4.1.3. Sumber Daya Manusia ... 49
4.1.4. Struktur Organisasi ... 50
4.2. Karakteristik Responden... 51
4.3. Motivasi Kerja Perawat
Outsourcing
... 52
4.3.1. Motivasi Kerja Intrinsik ... 52
4.3.2. Motivasi Kerja Ekstrinsik ... 59
4.4. Kualitas Pelayanan Keperawatan ... 66
4.4.1. Kehandalan... 66
4.4.2. Daya Tanggap ... 67
4.4.3. Bukti Langsung ... 68
4.4.4. Jaminan ... 69
4.4.5. Empati ... 70
4.5. Analisis Bivariat (Uji Chi Square)... 72
4.5.1. Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Tembakau
Deli Medan Tahun 2009... 72
4.5.2. Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Kualitas
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Tembakau
Deli Medan Tahun 2009... 75
4.6. Analisis Multivariat ... 77
BAB 5
PEMBAHASAN
... 86
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
... 92
6.1. Kesimpulan ... 92
6.2. Saran ... 93
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
Uji Validitas dan Reliabilitas ...
39
3.2.
Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ...
44
4.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
51
4.2.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pekerjaan Itu Sendiri
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
52
4.3.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pekerjaan Itu Sendiri
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
53
4.4.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kemajuan di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
54
4.5.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kemajuan di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
54
4.6.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Tanggung Jawab di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
55
4.7.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Tanggung Jawab di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
56
4.8.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pencapaian di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
57
4.9.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pencapaian di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
57
4.10.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pengakuan di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
58
4.11.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Pengakuan di Rumah Sakit
Kebijakan di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
60
4.14.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Administrasi dan Kebijakan
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
60
4.15.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Penyelia di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
61
4.16.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Penyelia di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
61
4.17.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Gaji di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
62
4.18.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Gaji di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
63
4.19.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Hubungan Antar Pribadi
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
63
4.20.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Hubungan Antar Pribadi
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
64
4.21.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kondisi Kerja di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
65
4.22.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kondisi Kerja di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
65
4.23.
Kategori Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik
di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
66
4.24.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kehandalan di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009 ...
67
4.25.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Daya Tanggap di Rumah
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
70
4.28.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Empati di Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
71
4.29.
Distribusi Perawat
Outsourcing
Berdasarkan Kualitas Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
72
4.30.
Hubungan Motivasi Intrinsik Perawat
Outsourcing
dengan Kualitas
Pelayanan Perawat
Outsourcing
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
74
4.31.
Hubungan Motivasi Ekstrinsik Perawat
Outsourcing
dengan Kualitas
Pelayanan Perawat
Outsourcing
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan Tahun 2009...
77
4.32.
Hasil Uji Regresi Motivasi Intrinsik Terhadap Kualitas Pelayanan
Perawat
Outsourcing
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tembakau
Deli Medan Tahun 2009...
81
4.33.
Hasil Uji Regresi Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kualitas Pelayanan
Perawat
Outsourcing
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tembakau
Deli Medan Tahun 2009...
84
4.34.
Hasil Uji Regresi Motivasi Kerja Perawat
Outsourcing
(Pencapaian dan
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
Kerangka Konsep Penelitian...
36
4.1.
Struktur Organisasi RSTD ...
50
4.2.
Normalitas Kualitas Pelayanan ...
78
Nomor
Judul
Halaman
! " #$ $ $ "%$
# $ $ % & $' " $ % & # $ #$ %
" # " %' " " $ $ $ &% ( $ ' % $# %)
%
,
%($ &$ &" & % * % # %+ , %$ % $ & &" % $ % %" $ ! " # $$ $ #$ " &* &
,
"&% #,
&$"& $* * + $ ( % $ %"$$ * &$ % % " % $$ * $* % % &"% $ %+ -$ % & . & " #$ $
$ %" " $$ $ %. $") " # $$ %. ( $) .
&%%
,
" # $$ & &$ $* $ & ) "$ * $ % &# $ $ &"% $ &$ %" $ $ %" $$ & $( $ %%&"" $$ $ " #$$# $ & % $/0 "
,
12234+5 " #$$ %" $ * $& &$ #$ %$ $
& $$ "%* &) (
,
$,
"%* &$ $ $$ # $ $ %"$+6% " #$$#$ % & # $ " )& " $) % $ $(. &$ "$ "% $ $ % $ " $ " #$$ # $
& % $+5 " #$$&$ %& % $ & $ # 7 /84 $& $
:;<=>< ?>< =: @A ><A @B >< C ;D >E > >B FE >G : >< G ;EH; ED>?>
,
I9JKFBG @ L >< =C F< =
(tangibles
J ?> @G F B ; M >MHF>< EFM >N C >B @G M; MKFBG@B >< ;BC @CG ;< C @<?> B ; H>:> H@N>B ;B CG ; E<>LK; EFH>H;<>M H@L ><O@C @BP H; E>L>G ><PH; EC Q< @ L: >< M;: @>B QMF< @B>C @RIS J: > ?> G >< ==>H
I
responsiveness)
?>@GF CF>GF B; K@A >B >< F<G FB M;MK><G F : >< M; MK; E@B >< H; L>?>< ><?><= D; H >G : >< G ; H>G C; EG> @< OQEM>C@ ?>< = A ; L >C B; H>:> H>C @ ;<P ITJ A>M@< ><
(assurance)
?>@GFH;< =;G>NF><: ><B; C QH><C><GF< >< C;EG>B; M>M HF>< H >E>H; = >U >@EFM >NC >B @G F<G FBM;< FMKFNB ><E>C>H;ED >?>: @ E@H>C@;<PIV J; MH>G @
(empathy
J?>@GFM; MK; E@B ><H; EN>G@><?><=G FL FC B; H>:>H>C@;< ?>< =K; EC@ O>G @<: @W @: F>L >G >FHE@K>: @
K; EFH>?>M; M >N>M@B; @<=@< ><H >C @;<IXFH@Q>: @
,
9YYZ JR[ ; @E@<=:;<=><C ;M >B @<B E@G@C<?>M >C?> E>B>G >B><GF<G FG><G; EN>: >HH; L >?>< ><
B; C; N>G >< ?>< = K;EB F>L @ G >C
,
M >B > OF< =C @ H; L>?>< >< B; C; N >G >< EFM >N C >B @G H; EL F : @G@<=B >G B >< G ; EM>CFB H; L >?>< >< B ;H;E>U>G>< ?><= : @K;E@B >< QL; N C; Q E>< = H; E>U>G R\ FEC >L >M I 9YY 9J M;<=; M FB >B>< K>NU > C ;G @ >H F H> ?> F<GFB M;< @<=B>G B > H; L>?><><
B; H;E>U >G>< C ;L >LF K; EN FKF<=>< :;< =><B F >L@G >CR ] F>L@G>CC ><=>G : @H;ELFB >< F<GFB ^
I_J `;< @< =B>G B >< >CFN>< B ; H;E>U>G>< B ; H>: > H>C @;< I9 J M;< =N >C@ LB >< B; F<G F<= ><
>G >F H;<:>H>G>< @< CG@GFC @ IS J `; M H;EG>N ><B >< ;BC @CG ;< C @ @< CG@G FC @ IT J `;<@<=B >G B ><
B; HF>C >< B; EA > IVJ `;< @<=B >GB>< B; H; ED>?> >< B Q< C FM;< IZ J `;<A >L><B >< B;=@>G><
C;C F>@>GFE><a CG><:>ER
`;< FEFG \ FEC>L>M I 9YY9J
,
H; E >U >G M;EFH>B >< HEQO;C @ ?>< = K; EH; E>< H;<G @<= : @ EFM>N C >B @G : >L >M H;<?; L ;< ==>E >>< FH>?> H;< @<=B>G>< B F>L @G >C H; L> ?>< ><B; C; N>G ><R [>L>N C>GF O >BGQE ?>< = M;<: FB F< = B ;?>B @< >< @< @ >:>L>N B;<?>G>>< ?>< =
cdefghij jdki l i mn oil pieg j cde iqi qr jr j r sij rdtu vkdp jdc ic rfg sdkiwi ti t
xdsdei yi fit qik il gs iwi sdk iwiti t x d jdp ifi t qr eg lip j ix rf ldegsi xi t zix f{ e
sd tdtfg|r feiqi txgik r fijeg lip jix rfu}deiy i fiqik ipfg lsgi tjd lgixd hri fi twi t h
i qiqit jikip jifgjg lc de x dcdep i j rk i tqi t xd hi hiki t sdk iwi tit xd jdp i f it qreg lip
jix r fu
~ik il dei hk {cikrji j r qi t sde ji r thit qg tri g jipi wi t h xd fi f jiif rtr
,
sdehde ixitqg tr i wit h qrxgi jirhicg t hitsophisticated technology,
xis rfi krj ld,
qi t x{ tjg lder j ld fdet wifi ld t|rs fixi t j rfgi j r og lkip sdxdeoi oigp k d c rp cit wixqrci tqrthxi t qd thi t og lkip sdxdeoi i tu gcg thi t f rhi s rk ie r tqgj fe r
,
wi rfg sd lder tfip sd thg j ipi,
qi t sdxdeoi cde i qi qr frf rx wi th fr qix pie l{ trj,
cipxi t qri ld ferxik u }d lde r tfip jder th qrfg qgp |g |r fi thi t qiki l sdti thi ti t fdtihi xdeo i,
sd thg j ipild ei jiqr fdx itqierifi js d lde rtfip qitqie rci y ips dxdeoi,
jd qi thxi t sdxdeoij dk ikgldei jif rqixsde tipld tqis i fxd i qrki tqi txds d tf rthi ttwiqrici rxitu dki rt jikip ji fg ikfde ti f rz sd thiqii t fdt i hi xd eo i x{ tfeix
outsourcing),
qrjd frissdeg jipi itci rx sd eg ji pii t oi ji fd e li jgx eg li p jix r f ligsg t cgxi t oiji qrfg tfg f
g tfgx cdeg jipi ld tr thx i fxi t x r tdeo i g j ipi twi ldk ikg r sd thdk{kii t{e hi trji j r with
d zdx fr z qit dzrj rdtu ik i p ji fg gsiwi wi th q rkix gxi t iqik ip q dt hi t ld lsdxdeo ixit
fd ti hi xdeo i jdl rtr lik lg thx r t g tfgx qisi f ld lcde r x{ tfe rcg j r lix j rlik jd jgir
jijieitldk ikg rj rj fd l
outsourcing
} } litio dld tm udsg fg ji t wi th qri lc r k fd tfi th xdf d ti hixdeo ii t ji thif qrsd thi egp r {kdp
zikjizipwi thqri tg f{kdps rls rti txdsdeiy i fitf d tfi thsd tqiwi hg t ii tfd tihix deoi u
,
¡¡ ¢£¤ ¥ ¦ §
¥ £¤
¥
¨
,
© ª £ « ¬ ª
,
¬ ¥¥
,
¥ ¨ ¥ ª ª ¨ ¬ ¬ ¡¡ ¢
§ ¤¨ ® ¦ § ¡¡¯
¨ ¥ ¥
¥
outsourcing
¥
°¢ ±
+5,
memuaskan dengan nilai +4, cukup memuaskan dengan nilai +3, kurang memuaskan
³ ´ µ ¶·¸ ¹·º·¸ · »¼¹ ¼½·¾ ·¸ ¶¿ ÀÁ ·½ ³·»¿¾ Ã¼Â Ä ·» ·Á ´ ¼Å¿ ÆÁ»ÁÇ Â¼ÂÁ ·¹ » ·¸
¶¼¸È·¸ ¸¿Å·¿
+3. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian awal dengan metode
wawancara kepada sepuluh orang perawat
outsourcing
instalasi rawat inap di Rumah
Sakit Tembakau Deli Medan diketahui bahwa adanya motivasi yang rendah pada
kerja perawat yang berdampak rendahnya kualitas pelayanan. Faktor–faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja perawat dilihat dari pekerjaan itu sendiri seperti adanya
kesesuaian pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki terhadap tugas yang
mereka laksanakan, serta pengembangan karier terhadap jenjang pendidikan bagi
perawat (Profil RSTD, 2007).
Soegiri (2004) dalam Antoni (2006) mengemukakan bahwa pemberian
dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk meningkatkan
semangat kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh
manajemen. Hubungan motivasi, semangat kerja mempunyai bentuk linier dalam arti
dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka semangat kerja karyawan akan
meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan.
Demikian juga dengan penelitian Hasan (2004) menyatakan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan di sarana kesehatan dalam hal ini Puskesmas dipengaruhi oleh
motivasi kerja pegawai Puskesmas terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan adanya permasalahan motivasi
kerja pada perawat
outsourcing
terhadap kualitas pelayanan instalasi rawat inap
ÊËÌË ÍÎ Ï ÐÑÒ ÑÓÑ ÔÑ Õ
Ö×ØÙ ÚÛÚØÜ ÚÝ ÞØÚßÚÝ ÙßÚàÚÛ ÙÚÝ áÚ Ûß â ã Ú ãÚÝ äÚØ Ú Û× åÞâÞá å× ØÚ ã Úà Ùß æ ÞçÚ á
è ÚÜßà é×ç êÚÜÚ Þ ë× âß ì× ÙÚÝ ç ÚÜÚ ÙÚ åÚàâÚ á Ùß ØÞçÞÛÜÚÝ å×Øç ÚÛÚ â ÚáÚÝ íÚßàÞ
êÚîÚß çÚÝÚå×Ý îÚØ Þáç ïàß ðÚÛß Ü×ØñÚå×ØÚãÚà
outsourcing
à×Ø áÚÙ Úå Ü ÞÚ âßàÚ Ûå× âÚíÚÝÚÝÜ× å×ØÚãÚà ÚÝÙßæÞçÚ áèÚÜß àé×çêÚÜÚ Þë × âßì× ÙÚÝò
ÊËóË ô õ öõÑ ÕÍÎ ÕÎÓ ÷ø÷Ñ Õ
éÞñ ÞÚÝ å×Ý× âß à ßÚÝ ß Ýß Ú ÙÚ âÚ á ÞÝàÞÜ ç×ÝîÚÝ Úâß ÛßÛ å×ÝîÚ Ø Þá çïà ßðÚ Ûß Ü×ØñÚ
å×ØÚ ã Úà
outsourcing
à × ØáÚ ÙÚ å Ü Þ Úâßà ÚÛ å× âÚíÚ Ý ÚÝ Ü× å× ØÚ ãÚàÚÝ Ùß æÞç Ú á è ÚÜß àé×çêÚÜÚ Þë × âßì×ÙÚÝò
ÊËùË ú ÷û üøÎÒ÷Ò
Ö×ØÙ ÚÛÚØÜ ÚÝà ÞñÞÚÝ å×Ý×âß àß ÚÝ ÙßÚàÚ Û ç ÚÜÚ Û ×êÚ îÚß áß åïà ×ÛßÛ ÙÚâÚç å×Ý × âßà ßÚÝ
ßÝß Ú ÙÚ âÚ á ÚÙÚ å×Ý îÚØÞ á ç ïàßðÚ Ûß Ü×ØñÚ å×ØÚãÚà
outsourcing
à ×Ø áÚ ÙÚ å Ü ÞÚ âßà ÚÛå× âÚíÚÝÚÝÜ × å×Ø ÚãÚà ÚÝÙßæÞçÚ áè ÚÜßàé×çêÚÜÚ Þë× âßì×ÙÚÝò
ÊËýË þÑ ÕÿÑÑøÍÎ ÕÎÓ ÷ø÷Ñ Õ
ìÚÝ ÚÚàíÚ Ý îßÝîß ÝÙßä ÚåÚßÙÚØßå×Ý×âßà ßÚÝßÝßÚ ÙÚ âÚ á
ò ÖÚ îß æÞçÚ á è ÚÜßà é×çêÚÜÚ Þ ë× âß ì× ÙÚÝ Ùß áÚ ØÚ åÜÚÝ ÙÚ Øß áÚ Ûß â å×Ý× âßà ßÚÝ ßÝß
ÙÚ åÚà Ùß ñÚ ÙßÜÚÝ êÚáÚÝ çÚ Û ÞÜÚÝ ÙÚ âÚç å×Ýî×çêÚÝîÚÝ Ü ÞÚ âß àÚ Û è Þç ê×Ø ëÚíÚ
outsourcing
!*+* ,-./012 /)3451
!*+*+* '36 734 ./1 6,-./01 2/)34 51
89:;<
ut
=>r
>>?@A(
Bu
>r
@AC >:D>?EA >r (2002)
; M.As’ad (2001); dan Stoner dan
Freeman (1995)), motivasi adalah karakteristik psikologis pada aktifitas manusia
untuk memberi kontribusi berupa tingkat komitmen seseorang termasuk faktor-faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam
arah tekad tertentu untuk mencapai keinginan. Aktifitas yang dilakukan adalah
aktifitas yang bertujuan agar terpenuhi keinginan individu.
Motivasi kerja dapat dipandang sebagai suatu ciri yang ada pada calon tenaga
kerja ketika diterima masuk kerja di suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini sangat
mendukung karena adanya defenisi motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara 2000, Munandar 2001).
Menurut Siagian (2002), mendefenisikan motivasi kerja sebagai daya dorong
bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya demi
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, dengan pengertian bahwa tercapainya
tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan. Sementara Robbins (2002) mengatakan motivasi kerja sebagai
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya tersebut untuk memenuhi suatu
kebutuhan individu. Sedangkan menurut Hasibuan (2008), motivasi kerja adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai tujuan.
Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam menggerakkan dan
mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan tugasnya masing–
masing dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan dan
bertanggung jawab (Hasibuan, 2008).
Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi yang
ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan kebersamaan.
Ada dua aspek motivasi, yaitu segi pasif dimana motivasi tampak sebagai kebutuhan
dan sekaligus pendorong, dan dari segi statis dimana motivasi tampak sebagai satu
usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara
produktif berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Hasibuan,
2008).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah
suatu daya penggerak yang mampu menciptakan kegairahan kerja dengan
membangkitkan, mengarahkan, dan berperilaku kerja serta mengeluarkan tingkat
upaya untuk memberikan kontribusi yang sebesar besarnya demi keberhasilan
FGHGFG IJK LMN
– faktor Penggerak Motivasi Kerja
Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa karyawan termotivasi untuk
bekerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor Intrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri masing–
masing karyawan, berupa :
a. Pekerjaan itu sendiri (
t
OPwork it self
).
Berat ringannya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
b. Kemajuan (
advancement
).
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam
pekerjaannya seperti naik pangkat.
c. Tanggung jawab (
responsibility
).
Besar kecilnya yang dirasakan terhadap tanggung jawab diberikan kepada
seorang tenaga kerja.
d. Pengakuan
(recognition)
.
Besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerja.
e. Pencapaian (
achievement
).
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja tinggi.
2. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri seseorang
terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor ekstrinsik ini mencakup :
a. Administrasi dan kebijakan perusahaan.
Tingkat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan
b. Penyeliaan.
Tingkat kewajaran penyelia dirasakan yang oleh tenaga kerja.
c. Gaji.
Tingkat kewajaran gaji yang diterima sebagai imbalan terhadap tugas
pekerjaan.
d. Hubungan antar pribadi.
Tingkat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain.
e. Kondisi kerja.
Tingkat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaan–
pekerjaannya.
Apabila faktor intrinsik tersebut ada, dapat memberi tingkat motivasi yang
kuat dan kepuasan dalam diri seseorang, namun jika faktor ini tidak ada, maka
menimbulkan rasa ketidak puasan. Sementara faktor ekstrinsik tersebut ada, tidak
perlu memberi motivasi, tetapi jika tidak ada dapat menimbulkan tidak puas.
Menurut Rowland dan Rowland (1997) dalam Nursalam (2002), dalam
meningkatkan kepuasan karyawan didasarkan pada faktor – faktor motivasi, yang
meliputi :
1. Keinginan untuk peningkatan
2. Percaya bahwa gaji yang didapat sudah mencukupi
3. Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai yang diperlukan.
5. Kesempatan untuk mencoba
6. Instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkatan keberhasilan.
Seseorang memiliki suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Motivasi akan menjadi masalah, apabila kemampuan
yang dimiliki tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam keadaan ini, maka persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum
melaksanakan atau memilih pekerjaannya. Kondisi lingkungan juga memegang
peranan penting dalam motivasi (Nursalam, 2002), meliputi :
1. Komunikasi
a. Penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan
b. Pengetahuan tentang kegiatan organisasi
c. Rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi
2. Potensial pertumbuhan
a. Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi
b. Dukungan untuk tumbuh dan berkembang : pelatihan, beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi karyawan yang
dipromosikan.
3. Kebijaksanaan dalam mengakomodasi kebutuhan individu : jadwal, liburan dan
cuti sakit serta pembiayaannya.
a. Keamanan pekerjaan
b. Loyalitas organisasi
4. Gaji/upah yang cukup untuk kebutuhan hidup
5. Kondisi kerja yang kondusif
Berdasarkan yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor – faktor penggerak dari motivasi kerja seseorang terdiri
dari faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut atau disebut intrinsik dan
faktor yang berasal dari luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik.
2.1.3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Siagian (2002) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang
dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas yang terdiri
dari delapan faktor yaitu :
1. Karakteristik Biografi yang meliputi :
a. Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai
segi kehidupan organisasional.
Misalnya kaitan usia dengan tingkat
kedewasaan teknis yaitu ketrampilan tugas.
b. Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para pekerja
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan demikian
perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga
mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
c. Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat memberikan
petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan bagi para pegawai
d. Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan seorang seorang pencari
nafkah utama keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya tergantung
pada pencari nafkah utama tersebut, tidak terbatas hanya pada istri atau suami
dan anak–anaknya.
e. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena masa
kerja seseorang merupakan satu indikator kecenderungan para pekerja dalam
berbagai segi organisasional seperti ; produktivitas kerja dan daftar kehadiran.
Karena semakin lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka
mangkir atau tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.
2. Kepribadian
Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi motivasi kerja seseorang karena
kepribadian sebagai keseluruhan cara yang digunakan oleh seseorang untuk
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
3. Persepsi
Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan sekitarnya
akan sangat berpengaruh pada perilaku yang pada gilirannya menentukan faktor –
faktor yang dipandangnya sebagai faktor organisasional yang kuat.
4. Kemampuan belajar
Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak terbatas pada
pendidikan formal yang ditempuh seseorang diberbagai tingkat lembaga
pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah belajarnya seseorang adalah
perubahan dalam persepsi, perubahan dalam kemauan, dan perubahan dalam
5. Nilai – nilai yang dianut
Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem nilai sosial yang
berlaku di berbagai jenis masyarakat dimana seseorang menjadi anggota.
6. Sikap
Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek tertentu,
orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap merupakan pencerminan
perasaan seseorang terhadap sesuatu.
7. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif terhadap kehidupan
organisasionalnya.
8. Kemampuan
Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan fisik dan
kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan tugas–tugas yang bersifat teknis, mekanistik dan repetatif,
sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir dalam menyelesaikan
masalah.
2.1.4. Ciri–Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja
Menurut Arep & Tanjung (2004), motivasi seorang pekerja untuk bekerja
biasanya merupakan hal yang rumit, ciri–ciri individu yang motivasi kerja adalah:
1. Bekerja sesuai standar, dimana pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat waktu
2. Senang dalam bekerja, yaitu sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang
mendorongnya akan membuat ia senang untuk mengerjakannya.
3. Merasa berharga, dimana seseorang akan merasa dihargai, karena pekerjaannya
itu benar – benar berharga bagi orang yang termotivasi.
4. Bekerja keras, yaitu seseorang akan bekerja keras karena dorongan yang begitu
tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.
5. Sedikit pengawasan, yaitu kinerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki
motivasi kerja memiliki ciri – ciri antara lain bekerja sesuai standar, senang dalam
bekerja, merasa berharga, bekerja keras, dan sedikit pengawasan.
2.1.5. Bentuk – bentuk Motivasi Kerja
Pada umumnya bentuk motivasi kerja yang sering dianut perusahaan meliputi
empat unsur utama (Sastrohadiwiryo, 2003) yaitu :
a. Kompensasi bentuk uang
Salah satu bentuk yang paling sering diberikan kepada tenaga kerja adalah berupa
kompensasi dan kompensasi yang sering diberikan berbentuk uang. Pemberian
kompensasi bentuk uang sebagai motivasi kerja para pegawai memiliki dua
pengaruh perilaku. Keanggotaan adalah pengaruh yang paling luas, yang kedua
adalah negatif dari sudut pandang perusahaa adalah dan cenderung terbatas dan
kehidupan yang layak” dan cenderung menganggap kompensasi bentuk uang
tidak seimbang.
b. Pengarahan dan pengendalian
Pengarahan maksudnya menetukan apa yang harus mereka kerjakan atau tidak
mereka kerjakan, sdangkan pengendalian maksudnya menentukan bahwa tenaga
kerja harus mengerjakan hal – hal yang telah diinstruksikan.
c. Penetapan pola kerja yang efektif
Pada umumna reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat produktivitas kerja
untuk menanggapinya digunakan beberapa teknik :
1. Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan dengan
kemampuan tenaga kerja.
2. Manajemen partisipatif yaitu penggunaan berbagai cara untuk melibatkan
pekerja dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
3. Mengalihkan perhatian pekerja dari pekerjaan yang membosankan kepada
instrumen (alat), waktu luang untuk istirahat atau sarana lain yang lebih
fantastis.
d. Kebajikan
Kebajikan dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan yang diambil dengan
sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan tenaga kerja.
2.2. Kualitas Pelayanan Kesehatan
2.2.1
Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan
kesehatan sering menjadi masalah di tengah masyarakat pengguna pelayanan
kesehatan, namun penjelasannya sering kali tidak memuaskan sehingga orang
memiliki persepsi yang beragam mengenai kualitas pelayanan kesehatan tersebut
(Azwar, 1996).
Menurut Tjiptono (2000), menyebutkan kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan
yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian kepada setiap
pelayanan yang diberikan sehingga memberikan kepuasan pelayanan yang diberikan.
Menurut Depkes RI (2005) menyebutkan “kualitas” dapat diartikan sebagai
kesempurnaan atau tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan. Untuk
mengukur derajat kesempurnaan, harus dibandingkan dengan suatu keadaan
kesempurnaan yang diidamkan atau yang ditetapkan (standar). Dengan demikian
untuk
mengukur
kualitas
pelayanan
kesehatan
bisa
dilakukan
dengan
membandingkan penampilan pelayanan kesehatan dengan standar pelayanan yang
ditetapkan.
2.2.2. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman, dkk. (1998), dalam Lupioadi (2006), menyatakan ada
lima dimensi kualitas pelayanan. Kelima dimensi pokok tersebut meliputi :
1. Keandalan (
reliability
), kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan sesuai
dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
semua pasien tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang
tinggi.
2. Daya Tanggap (
responsiveness
), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien, dengan penyampaian
informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada alasan yang
jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan.
3. Jaminan (
assurance
), yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para
pegawai rumah sakit menumbuhkan rasa percaya para pasien. Hal ini meliputi
beberapa komponen antara lain komunikasi (
communication
), kredibilitas
(
credibility
), keamanan (
security
), kompetensi (
competence
), dan sopan santun
(
courtesy
).
5. Empati (
emphaty
), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan maupun rumah sakit diharapkan
memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pelanggan secara spesifik, serta
memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien.
2.3. Keperawatan
2.3.1. Pengertian Perawat
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui Pendidikan Keperawatan (Undang – Undang Kesehatan No.23, 1993).
Profil peran perawat profesional adalah gambaran dan penampilan
menyeluruh perawat, dalam melakukan aktivitas keperawatan sesuai dengan kode
etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian
asuhan/pelayanan
keperawatan,
praktik
keperawatan,
pengelolaan
institusi
keperawatan pendidik klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan
penelitian di bidang keperawatan sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Sehingga perawat dituntut
mampu menjawab dan
mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan. Sebagai perawat profesional, maka
peran yang diemban adalah
CARE
yaitu
Communication, Activity
,
Review
dan
2.3.2. Konsep, Hakekat dan Tujuan Keperawatan
2.3.2.1. Konsep Keperawatan
Pengertian konsep keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang bersifat profesional dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada individu,
keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat-sakit. Dalam konsep keperawatan
memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien
dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah 1). keadaan tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan akan kesehatan yang diberikan melalui pelayanan keperawatan
untuk meningkatkan atau pemulihan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya, 2). Tidak mau dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan dapat
diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian
motivasi pada klien, dan 3). Tidak tahu dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan
dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberian pengetahuan
berupa pendidikan kesehatan (Hidayat, 2008).
2.3.2.2. Hakekat Keperawatan
Menurut Depkes RI (1983), Hakekat keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan
bio psiko sosial spiritual
yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
keperawatan yang diberikan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
mengintegrasikan sikap, kemampuan intelektual, serta keterampilan teknikal dari
perawat menjadi keinginan dan kemampuan untuk menolong sesama baik sakit
maupun sehat agar mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya (Hidayat, 2008).
Keperawatan sebagai pelayanan profesional mempunyai karakteristik (Schein
E 1972, dalam PPNI, 2001) sebagai berikut:
a. Profesional, berbeda dengan amatir, terikat dengan pekerjaan seumur hidup yang
merupakan sumber penghasilan utama.
b. Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan
karier profesionalnya, dan mempunyai komitmen seumur hidup yang mantap
terhadap kariernya.
c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang mantap kokoh serta keterampilan
khusus, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang lama.
d. Profesional mengambil keputusan demi kliennya berdasarkan aplikasi prinsip–
prinsip dan teori – teori.
e. Berorientasi kepada pelayanan, menggunakan keahlian demi kebutuhan klien.
f.
Pelayanan yang diberikan kepada klien didasarkan kepada kebutuhan obyektif
klien.
g. Mengetahui apa yang baik untuk klien, dan mempunyai otonomi dalam
mempertimbangkan tindakannya.
i.
Mempunyai kekuatan dan status dalam bidang keahliannya, dan pengetahuan
mereka dianggap khusus.
j.
Profesional dalam menyediakan pelayanan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Kegiatan dilakukan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan etika keperawatan.
2.3.2.3. Tujuan Keperawatan
Pelayanan keperawatan bertujuan untuk : Membantu individu menjadi bebas
dari masalah kesehatan yang dimaksud, dengan mengajak dan masyarakat untuk
berpartisipasi meningkatkan kesehatannya.
a. Supaya indiviu mengembangkan potensinya dalam memelihara kesehatannya
seoptimal mungkin agar tidak tergantung kepada orang lain dalam memelihara
ksehatannya.
b. Untuk membantu individu memperoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin.
2.3.3. Tugas Perawat
Tugas perawat merupakan perincian dari fungsi yang harus dilakukan
sehubungan dengan hak dan tanggung seorang perawat. Tugas perawat antara lain :
a. Memperhatikan kebutuhan pasien sebagai makhluk indiviual.
c. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada individu atau kelompok
orang yang mengalami tekanan karena menderita sakit, dengan maksud utama
mengurangi ketegangan dan kegelisahan sampai kesehatan orang–orang tersebut
pulih dan mereka memiliki keseimbangan diri.
2.3.4
. Outsourcing
Menurut Sarli dan Bahtiar (2002), hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah
pengaturan, mobilisasi potensi, proses motivasi dan pengembangan sumber daya
manusia dalam memenuhi tujuan yang ingin dicapai melalui karya baik tujuan
individu, organisasi ataupun komunitas di mana ia berkarya. Oleh karena itu
diperlukan
strategi
dalam
pengelolaan
ketenagakerjaan,
termasuk
tenaga
keperawatan.
Krisis global yang melanda seluruh dunia mempunyai dampak lebih hebat
dibanding krisis ekonomi. Di perkirakan, ada satu juta orang mengalami kehilangan
pekerjaan. Dalam situasi seperti ini diperlukan perluasan kesempatan kerja, salah
satunya melalui
outsourcing
termasuk bagi tenaga keperawatan.
Outsourcing
atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggungjawab
tenaga kerja dari perusahan induk ke perusahan lain diluar perusahan induk.
Perusahan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain
yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu (PPM Manajemen, 2008).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Divisi Riset PPM Manajemen
owner
bisa fokus pada
core business
, 2).
Cost reduction
, 3). Biaya investasi berubah
menjadi biaya belanja, 4) Tidak lagi dipusingkan dengan
turn over
tenaga kerja dan
5). Bagian dari moderenisasi dunia usaha. Sementara kontra terhadap pengguna
sistem
outsourcing
mengemukakan bahwa : 1). Adanya ketidakpastian status
ketenagakerjaan dan ancaman Putus Hubungan Kerja (PHK) bagi tenaga kerja, 2).
Perbedaan perlakuan
Compensation and Benefit
antara karyawan internal dengan
karyawan
outsourcing
, 3).
Career Path
di
outsourcing
seringkali kurang terencana
dan terarah, 4). Perusahaan pengguna jasa sangat mungkin memutuskan hubungan
kerjasama dengan
outsourcing provider
dan mengakibatkan ketidakjelasan status
kerja buruh dan 5). Adanya eksploitasi manusia.
Mengantisipasi kontra yang terjadi dalam penggunaan
outsourcing
, maka
dibuat Undang-Undang No.13/2003 tentang ketenagakerjaan, khusus Bab IX tentang
Hubungan Kerja, yang didalamnya terdapat pasal-pasal yang terkait langsung dengan
outsourcing
. Berikut dijabarkan isi dari undang-undang tersebut :
Pasal 50 – 55
, Perjanjian Kerja
Pasal 56 -59
, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Pasal 59
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman;
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajahan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau
diperbaharui.
(4) Perjanjan kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka
waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
Pasal 60 – 63
, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Terbatas (PKWTT)
Pasal 64 – 66
,
Outsourcing
Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh yang
dibuat secara tertulis.
Pasal 65
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari
pemberi pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;
dan
d. Tidak menghambat produksi secara langsung
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
berbentuk badan hukum
(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada
perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara
(7) Hubungan kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (6) dapat
didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian
kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja
menjadi hubungan kerja pekerja /buruh dengan perusahaan penerima
pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi pekerjaan
Pasal 66
Penyediaan jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi
harus memenuhi syarat sebagai berikut : adanya hubungan kerja
antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;
Pasal 1 ayat 15, ”Hubungan kerja adalah adalah hubungan antara
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.”
Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh
pemberi kerja melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan
langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atas
Adanya ketentuan Pasal 64 sampai dengan pasal 66 UU ketenagakerjaan dan
putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi tersendiri bagi
keberadaan
outsourcing
di Indonesia. Artinya, secara legal formal, sistem kerja
outsourcing
memiliki dasar hukum kuat untuk diterapkan. Keadaan demikian yang
membuat pengusaha menerapkan sistem ini. Pengguna
outsourcing
seringkali
digunakan sebagai strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada
core business
-nya.
Namun, pada prakteknya
outsourcing
didorong oleh keinginan perusahaan untuk
menekan cost sehingga serendah-rendahnya dan mendapat keuntungan berlipat ganda
walaupun seringkali melanggar etika bisnis (PPM manajemen, 2008).
2.3.5. Penilaian Kualitas Pelayanan Keperawatan
Longast dalam Gaffar (1999), menyatakan banyak aspek yang dapat dipakai
untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan, misalnya dapat dilihat dari struktur
perawat itu sendiri dan bagaimana bentuk perawatan yang diberikan. Hal ini meliputi
ruang lingkup perawatan, tingkat pendidikan yang memberikan perawatan, atau
berbagai karakteristik lainnya. Proses pemberian perawatan itu sendiri tentu juga
dapat dinilai untuk mengetahui mutunya. Dalam hal ini dilihat bagaimana interaksi
antara pemberi perawatan dengan yang dirawat.
Kegiatan dapat meliputi pengamatan langsung pada pasien di ruang rawat
inap, melihat data rekam medik, serta menilai kepatuhan dan kelayakan pengobatan
yang diberikan. Bentuk penilaian lain adalah mengamati hasil pelayanan keperawatan
Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit banyak
pendekatan yang dilakukan dengan mendesain standar–standar kualitas, yang bisa
berjumlah dalam ribuan yang pada akhirnya menjadi satu standar mutu pasien,
dimana kualitas perawatan harus didukung dengan konsisten dan kemampuan untuk
diperbandingkan (Gaffar, 1999).
Prinsip dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien
yang dilihat standar perawatan pasien bertujuan untuk membantu perawat dalam
melanjutkan peningkatan perawatan yang konsisten, kontiniu dan bermutu.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit
dapat diukur melalui standar pelayanan di rumah sakit yang berfungsi untuk
mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan
yang diselenggarakan di rumah sakit sudah mengikuti persyaratan – persyaratan,
maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan dapat dipertanggung jawabkan, termasuk
kualitasnya. Bila kualitas pelayanan dapat dipertanggungjawabkan maka dapat
dikatakan bahwa kualitas pelayanannya juga harus dianggap baik. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu dilakukan penilaian secara objektif
dengan menggunakan metode dan instrumen penilaian yang baku. Instrumen evaluasi
penerapan standar asuhan keperawatan, angket dalam pelayanan keperawatan kepada
pasien dan keluarga serta pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang
mana ketiganya saling terkait satu sama lain (Depkes RI, 1997).
dijabarkan mengacu pada tahapan proses keperawatan, yang meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik
serta dari pemeriksan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan
klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis – psikologis
spiritual, respon terhadap terapi, harapan tingkat kesehatan yang optimal dan
resiko – resiko tinggi masalah.
Standar II : Diagnosa Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan. Adapun kriteria proses :
a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien
dan perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda atau
c. Bekerjasama dengan klien dan tugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
Standar III : Perencanaan Keperawatan
Perawatan membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi :
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Kriteria proses meliputi :
a. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
e. Mengakaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
responde klien.
Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria
prosesnya :
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat
waktu dan terus menerus.
b. Menggunakan data dasar respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah
pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Menurut Nursalam (2002), standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif
mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Dengan standar asuhan keperawatan
tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah.
2.3.6. Motivasi Kerja Perawat terhadap Kualitas Pelayanan
Menurut Croft dalam Moenir (1998) dalam Warsito (2004) motivasi kerja
perawat sangat menentukan kualitas pelayanan yang diberikan. Fenomena motivasi
1. Sikap menyatu dengan pekerjaan, dapat dilihat dari indikator dibawah ini :
1. Ketaatan dan kepatuhan keperawatan terhadap peraturan yang berlaku.
2. Pemahaman seluk beluk pekerjaan untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
3. Mengoptimalkan waktu, tenaga dan pikiran untuk tercapainya standar kerja,
meminimalisasi biaya dan meningkatkan produktifitas pekerjaan.
2. Bertanggung jawab secara inovatif, dapat dilihat dari indikator dibawah ini :
1. Kepuasan terhadap tugas, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
organisasi.
2. Mempunyai kemauan untuk berkreasi dan melakukan hal – hal baru yang
dianggap lebih tepat tugas, selaras dengan wewenang dan tanggung jawab
yang diberikan organisasi.
3. Peningkatan prestasi kerja dan karir, melalui proses peningkatan pengetahuan
dan
menjaga
kesehatan
diri
berdasarkan
indikator
diatas
maka
bertanggungjawab secara kreatif dan inovatif .
3. Kemampuan memperhitungkan dan menanggung resiko, memiliki indikator
sebagai berikut :
1. Ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan formal dan pengarahan dari atasan
dengan tujuan meminimalkan resiko kerja.
2. Mengukur dan meramalkan suatu pekerjaan dengan biaya sehemat mungkin
dengan pencapaian yang optimal.
4. Semangat Kerjasama
1. Berusaha untuk bekerjasama dan menyatu dengan sesama rekan kerja.
2. Tingkat ketergantungan terhadap tim kerja dalam menyelesaikan tugas yang
ditetapkan organisasi sangat besar.
3. Perasaan tidak adanya tekanan atau tidk merasa berat sesama rekan kerja dan
termotivasi dalam bekerja.
5. Optimisme Karir
1. Optimisme terhadap sistem penilaian prestasi kerja di organisasi.
2. Optimisme terhadap peluang peningkatan karir yang telah ditetapka
organisasi.
3. Optimisme untuk menyusun dan meramalkan jenjang peningkatan karir
selama bertugas di oganisasi.
6. Rasa memiliki terdiri atas beberapa indikator yaitu :
1. Pekerjaan merupakan tumpuan bagi nafkah keluarga.
2. Organisasi ini sebagai tempat untuk mengaktualisasikan diri dengan
mengerahkan perhatian, tenaga, pikiran dan waktu.
3. Berkeinginan besar untuk mencapai tujuan pekerjaan, kelompok dan
organisasi.
7. Keinginan umpan balik
1. Kesempatan meningkatkan keterampilan dan pendidikan
2. Kenaikan jabatan.
2.4. Landasan Teori
Berdasarkan beberapa teori yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja merupakan kondisi yang mendorong atau menyebabkan
seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan secara sadar. Motivasi kerja
berkaitan dengan tingkat upaya atau usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai
suatu tujuan.
Motivasi kerja seseorang menurut teori yang dikemukakan oleh Herzberg
dalam Siagian (2002) dipengaruhi oleh faktor Intrinsik yaitu : Pekerjaan itu sendiri,
kemajuan dalam pekerjaan, tanggung jawab,