HUKUM ACARA PERDATA
Oleh :
Abdul Khayir, SH, MH
Buku Bacaan Hukum Acara Pedata
Prof. Sudikno Mertokusumo, SH,
“
Hukum Acara Perdata Indonesia
”
Prof. Abdulkadir Muhammad, SH,
“
Hukum Acara Perdata Indonesia
”
PERTEMUAN 1
GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN (GBPP) HUKUM ACARA PERDATA
Pendahuluan
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Penyelesaian Perkara Perdata
Gugatan
Upaya Menjamin Hak (Sita Jaminan)
Pemeriksaan Di Persidangan
Pembuktian
Putusan Hakim (Vonnis)
Upaya Hukum (Recht Middelen)
Bab I
Pendahuluan
Hukum Acara, hukum proses, hukum formilHukum Acara : hukum yang mengatur caranya menjamin ditaatinya hukum perdata material dengan perantara hakim agar memperoleh perlindungan hukum untuk mencegah tindakan menghakimi sendiri (eigenrichting)
Ps.666 ayat 3 BW, 2 pendapat mengenai tindakan menghakimi sendiri :
Tidak dibenarkan, negara telah menyediakan upaya untuk memperoleh perlindungan hukum melalui pengadilan
Tidak dibenarkan, akan tetapi abapila peraturan yang ada tidak cukup memberikan perlindungan, maka tindakan menghakimi sendiri secara tidak tertulis dibenarkan.
Hukum Proses : Rangkaian perbuatan hukum yang mengatur cara atau apa saja yang dilakukan agar hukum materil dapat diwujudkan
Hukum Acara Perdata
Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, SH
Hukum Acara Perdata adalah
kumpulan aturan-aturan hukum
yang mengatur bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materil
dengan perantara hakim
Perbedaan :
H.Acara Pidana : hak yang dilanggar
bersangkutan dengan kepentingan umum
H.Acara Perdata : hak yang dilanggar
Perlindungan hukum yang diberikan Pengadilan
untuk mencegah
eigenrichting
Tuntutan hak yang mengandung
sengketa
Gugatan,
sekurang-kurangnya dua pihak
Tuntutan hak yang tidak mengandung
sengketa
Permohonan
, hanya satu
pihak saja
Timbulnya perkara perdata karena
Persidangan Perdata
1. Tuntutan hak tidak mengandung sengketa /peradilan tidak sesungguhnya (Voluntaire Jurisdictie).
Ciri- cirinya :
Mengadili perkara tidak mengandung konflik atau
sengketa, melainkan tuntutan hak berupa permohonan Hanya terdapat satu pihak, tanpa lawan
Produk pengadilan berupa Penetapan (Bechikking) atau putusan menerangkan,menetapkan (declaratoir)
Penetapan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada diri pemohon sendiri dan pihak ketiga
Penetapan tidak memerlukan pertimbangan atau alasan Aturan BW buku ke IV tidak berlaku
Contohnya ; penetapan wali hakim, ahli waris,
2. Tuntutan hak yang mengandung sengketa/peradilan sesungguhnya (Contentiuese Jurisdictie).
Ciri-cirinya :
Sekurang-kurang nya dua pihak yang bersengketa (Penggugat-Tergugat),
tuntutan hak dalam bentuk gugatan
Produk pengadilan diakhiri dengan putusan (vonnis) Putusan mengikat para pihak yang bersengketa saja Putusan harus mempunyai alasan yang kuat dan tepat
Buku ke IV BW berlaku
Yang diatur dalam HaPdt ..?
Bagaimana cara pihak yang dirugikan mengajukan perkaranya ke pengadilan
Bagaimana cara pihak yang diserang mempertahankan hak nya
Bagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak yang berperkara
Bagaimana hakim memeriksa dan memutus perkara Bagaimana melaksanakan putusan hakim (eksekusi)
Dengan kata lain Hukuk Acara Perdata adalah :
SUMBER HUKUM ACARA PERDATA
HIR (
Herziene Indonesische Reglement
) di
dalam Stb.1941 : 44 Pasal 118-245,
berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah Jawa
& Madura
RBg (
Rechtsreglement voor de
Buitenwesten
) di dalam Stb.1927 : 227
Pasal 142-314, berlaku bagi Gol.
Bumiputera daerah luar Jawa & Madura
BRv (
Reglement opde Burgerlijke
Rechtvordering)
di dalam Stb.1847 : 52,
berlaku bagi Gol.Eropa & yang
UU Kekuasaan Kehakiman, 48 tahun
2009
UU Mahkamah Agung, 5 tahun 2004
UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan
Umum jo UU No.8 tahun 2004 jo UU
No.49 tahun 2009 ttg Perubahan
kedua UU No.2 tahun 1986 ttg
Peradilan Umum
SEMA
Yurispurdensi
Asas-asas dalam HAPdt
(see UU No. 4 tahun 2004)
Peradilan dilakukan “demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa”.
Pada kepala Putusan hakim.
Fungsinya : memberi kekuatan eksekutorial pada putusan hakim.
Kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam
putusan itu secara paksa oleh alat negara.
Peradilan dilakukan dengan :
“sederhana”, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
“cepat”, tidak banyak formalitas
Hakim bersifat menunggu
Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak,
pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berkepentingan
Hakim bersifat Pasif
Ruang lingkup atau luasnya pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh pihak yang berperkara, bukan hakim
Ultra Petita Partium, Hakim hanya mengadili apa yang dituntut, dilarang memvonis atas perkara yang tidak dituntut atau menjatuhkan vonis lebih dari yang dituntut
Pembuktian diserahkan kepada para pihak,
Beracara atau berperkara memerlukan biaya
yang meliputi :
Biaya kepaniteraan, pemanggilan,,
pemberitahuan para pihak dan bea materai
Biaya perkara dibebankan kepada :
Pihak Penggugat, karena ia mengajukan gugatan Jika gugatan dikabulkan, maka biaya perkara
dibebankan kepada pihak yang kalah (tergugat) Jika gugatan ditolak, biaya dibebankan kepada Penggugat (Penggugat kalah)
Asas Hakim Majelis,
sekurang-kurangnya 3 orang hakim.
Maksud & tujuannya untuk menjamin
pemeriksaan yang seobjektif nya dan
memberikan perlindungan HAM di bidang
peradilan
Namun dalam prakteknya dapat ditemui
pemeriksaan dengan hakim tunggal (
Unus
Judex
) untuk mempercepat jalannya
Hakim harus mendengarkan kedua pihak
(
Audi et Alteram Partem
)
Hakim tidak memihak, para pihak diperlakukan sama
Asas Sidang Terbuka Untuk Umum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang
Artinya setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan Tujuan asas ini adalah menjamin objektifitas
peradilan, sebagai social control oleh masyarakat. Akan tetapi pada pembacaan putusan harus
dalam sidang yang terbuka untuk umum, apabila putusan diucapkan dalam sidang yang tidak
Putusan Hakim harus disertai dengan
alasan-alasan.
Tujuan dicantumkan alasan-alasan tersebut sebagai pertanggungjawaban hakim dan
objektifitas atas putusan kepada masyarakat Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup pertimbangan (Onvoldoende Gemotiveerd)
merupakan alasan untuk mengajukan kasasi dan harus dibatalkan
Alasan-alasan hakim dalam penjatuhan keputusan :
Perundang-undangan
Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat
Pertemuan 2
Kekuasaan Kehakiman
Sejak UU No.4 tahun 2004, badan peradilan secara organisasi, administrasi dan financial dibawah kekuasaan MA
P. Umum
UU No. 49 tahun 2009
Memeriksa dan mengadili perkara orang sipil baik pidana maupun perdata
P. Militer
UU No. 31 tahun 1997
Peradilan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang khusus dilakukan oleh anggota TNI
P. Agama
UU No. 50 tahun 2009
Orang Muslim dan Perdata Tertentu seperti perkawinan, perceraian, warisan, hibah, wasiat, wakaf, sadaqoh
P. TUN
UU No. 51 tahun 2009
Mengadili perkara yang timbul akibat tindakan penguasa yang berupa penetapan (Beschikking) yang merugikan orang lain secara individu
P. Niaga
UU No. 37 tahun2004
Mengadili perkara kepailitan
P. Tipikor
Pembagian PN dan PT
Berdasarkan Volume Perkara, Luas Wilayah, dan Potensi Daerah, yaitu : PN Klas I A,
P. Perdata > 300/thn P. Pidana > 800/thn
PN Klas I B,
P. Perdata < 300/thn P. Pidana < 800/thn
PN Klas II A,
P. Perdata < 150/thn P. Pidana < 400/thn
PN Klas II B,
P. Perdata < 60/thn P. Pidana < 200/thn
Klas A :
Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang Klas B :
STRUKTUR ORGANISASI
1. Ketua PN/PT
Pengalaman 10 tahun sebagai hakim PN/PT
5 tahun bagi hakim PT yang pernah menjabat ketua PN
2. Hakim
WNI, Pegawai Negeri, Sarjana Hukum, min 25 tahun,
berwibawa, adil, jujur, bertaqwa, setia kepada Pancasila dan UUD 45
3. Panitera
Dalam tugasnya dibantu oleh panitera pengganti Tugas nya menyelenggarakan administrasi perkara Mengikuti dan mencatat jalannya persidangan
Dalam perkara perdata bertugas melaksanakan putusan
pengadilan
4. Juru Sita (deur waader)
Dalam tugasnya dibantu oleh juru sita pembantu Melaksanakan semua perintah ketua sidang
Menyampaikan pengumuman, teguran, protes dan
pemberitahuan putusan pengadilan
Melakukan penyitaan atas perintah ketua
pengadilan
TUGAS POKOK BADAN PENGADILAN
Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili
Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai dalam masyarakat
Pengadilan mengadili menurut hukum, tidak membeda-bedakan orang
Pengadilan membantu mengatasi segala
Sejarah Hukum Acara Perdata dan
Peradilan di Indonesia
1. Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
2. Zaman Jepang (1942-1945)
3. Zaman RIS (1945 dan 1949 dan
1950)
4. Periode 1950-1959
Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
a. H.L.Wichers ditugaskan pemerintah HB menjabat ketua Hooggerechtshof (MA) di Batavia
b. Tidak membenarkan praktek pengadilan yang memeriksa, memutus perkara perdata untuk gol.Bumiputera menggunakan aturan gol.Eropa tanpa landasan UU
c. Dengan peraturan Gubjen
J.J.Rochussen,memerintahkan Wichers
merancang Reglement tentang administrasi Polisi, acara perdata dan acara pidana bagi Bumiputera sekaligus gol.Timur Asing di Jawa-Madura.
Disamakan kecerdasan sama
d. Rancangan yg telah disahkan tsb lazim disebut Het Inlandsch Reglement (HIR)
e. Menyusul kemudian aturan untuk luar jawa-madura yang disebut dengan Rechtsreglement voor de
Susunan Peradilan
Jawa-Madura
Luar Jawa-Madura
- Hooggerechtshof Hooggerechtshof
- Raad van Justitie Raad van Justitie
- Residentiegerecht Residentiegerecht
- Landrecht
Landrecht
Magistraadgerecht
- Landraad
Zaman Jepang
UU No.1 tahun 1942 yang menentukan
“
bahwa untuk sementara waktu segala UU
dan peraturan dari pemerintah Hindia
Belanda dahulu terus berlaku, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
balatentara Jepang
”
Tidak ada perubahan dalam hukum materill,
hanya perubahan penyederhanaan sistem
peradilan dengan sistem hakim tunggal,
menjadi : Peradilan Umum, Peradilan
Periode RIS
UU No. 7 tahun 1947 tentang susunan
keluasaan MA dan Kejaksaan Agung
UU No.20 tahun 1947 tentang Banding di
jawa-madura,dan RBg diluar Jawa-madura
4 lingkungan peradilan ; umum, agama,
adat dan militer
Periode 1950-1959
Menghapus pengadilan khusus,hanya
meninggalkan PN yang berkuasa pada
tingkat pertama memeriksa,mengadili
Periode 5 Juli 1959- 11 Maret 1966
UU No.19/1964 ttg Ket.Pokok kekuasaan
kehakiman
UU No.13 tahun 1965 ttg Pengadilan dalam
Peradilan Umum
4 lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan
umum,peradilan agama, peradilan militer,
peradilan TUN
Namun kedua UU tsb memberikan eksekutif
dapat intervensi perkara,pengadilan,peradilan,
bertentangan dengan UUD’45
Orde baru,Digantikan dgn UU No.14 tahun
1970 ttg Pokok Kekuasaan Kehakiman dan
UU No.2 tahun Peradilan Umum.
Belum ada HaPdt yg berlaku secara
Bab II
Pemberian Kuasa (
Lastgeving
)
Lastgeving adalah :
suatu persetujuan atau perjanjian
dengan mana seorang memberikan
kekuasaan atau wewenang kepada
orang lain
Pengaturan
Lastgeving
Hukum Formil HIR,RBg & Brv
Hukum Materill, BW/KUHPerdata, UU No.18 tahun 2003 ttg Advokat
Advokat : orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi
persyaratan UU ini.
Jasa Hukum : jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi,membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien
Kuasa Insidential : memberikan jasa dalam bidang hukum hanya untuk sekali saja (1 perkara). Orang yang dapat menjadi kuasa insidential,yaitu :
Mempunyai hub.keluarga dengan salah satu pihak sampai derajat ketiga
Persyaratan Advokat
See Pasal 3 UU No.18/2003:
WNI, tinggal di Indonesia, tidak berstatus PNS/Pejabat Negara
Berusia min.25 tahun
Berijazah Sarjana, latar belakang pendidikan hukum Lulus ujian advokat yang diadakan organisasi
advokat
Magang min 2 tahun terus menerus pada kantor advokat
Cara Pemberian Kuasa
Secara Lisan
Pihak yang memberikan kuasa selalu hadir
bersama pihak yang menerima kuasa
Ditunjuk lisan ketika membuat gugatan
lisan dilakukan didepan ketuan PN. Maka
ketika itulah disebutkan maksud memberi
kuasa.
Ditunjuk secara lisan dimuka persidangan.
Pemberi dan penerima kuasa hadir di
Secara Tertulis
Dengan menunjuk nama orang yang
diberi kuasa di dalam surat gugatan.
Dengan Surat Kuasa Khusus :
mencantumkan identitas pemberi dan
penerima kuasa
Mencantumkan lawan dan objek perkara
Mencantumkan pengadilan tempat
berperkara
Bab III
Penyelesaian Perkara Perdata
Litigasi
Gugatan
Permohonan
Perdamaian melalui Pengadilan
Non-Litigasi
SYARAT MENGAJUKAN TUNTUTAN HAK
Tuntutan Hak harus mempunyai
kepentingan hukum yang cukup
merupakan syarat utama dapat
diterimanya tuntutak hak oleh
pengadilan guna diperiksa
Persyaratan Mengajukan Gugatan
Gugatan pada pokoknya memuat :
Identitas, deskripsi ciri-ciri dari
penggugat-tergugat
Fundamental petendi, dalil-dalil konkret
tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan dari
pada tuntutan.
Fundamental Petendi terdiri dari dua bagian, yaitu :
Uraian tentang kejadian atau bagian peristiwa yang merupakan penjelasan duduk perkara. Kejadian
yang nyata yang mendahului peristiwa hukum, sejarah asal mula terjadinya hak
Uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis daripada tuntutan
See Pasal 1865 BW, barang siapa yang mengaku
mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah hak orang
lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut
Petitum, putusan yang diharapkan/dimintakan agar diputuskan hakim, harus jelas dan sempurna (tidak bertentangan satu dengan
Sistematika Putusan :
menguraikan tentang Duduknya Perkara – Pertimbangan Hukumnya