HUKUM ACARA PERDATA
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Nur Cholifah Wulan
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA
Jl. H.S. Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41361
LAPORAN
HUKUM ACARA PERDATA
ANALISIS PUTUSAN
TENTANG
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Disusun Oleh :
Nur Cholifah Wulan
1341173300230
IV Sore A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA
KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41361 Telp. (0267) 640759
HUKUM ACARA PERDATA
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
1341173300230
KASUS POSISI
Penggugat : P L (inisial),
Alamat : Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang;
Tergugat : PT. KB (inisial)
(Suatu Perusahaan yang bergerak di bidang pemecahan batu) Alamat : Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
dalam hal ini memberi kuasa kepada : SUGIARTO, SH.MH. dan kawan, Advokat berkantor di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 164 Binjai;
ANALISIS KASUS
Kronologis :
Putusan 371 K/Pdt.Sus/2010 tentang Perkara Perdata Khusus (Perselisihan Hubungan Industrial) merupakan upaya hukum dari keputusan Pengadilan Negeri Medan telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN. tanggal 23 Maret 2009.
Pada awalnya PL melakukan gugatan terhadap PT KB, gugatan tersebut dilata belakangi oleh adanya kecelakaan yang terjadi pada tanggal 10 Juli 2007 yang mengakibatkan tangan kanan PL putus hingga batas bahu, selain itu dia juga harus dirawat di rumah sakit semenjak 11 juli 2007 hingga 20 Oktober 2007. Selama perawatan di rumah sakit seluruh biaya yang timbul ditanggung oleh PT KB.
Santunan Cacat, namun PT.KB hanya menyanggupi untuk membayar santunan cacat sebesar Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah), tawaran santunan tersebut ditolak oleh PL.
Karena terjadi ketidak sepakatan tersebut maka PL melakukan negosiasi/perundingan terhadap PT.KB tetapi menemui jalan buntu. PL mengirim surat kepada DISNAKER DELI SERDANG pada tanggal 13 Maret 2008 perihal keberatan untuk menyelesaikan masalah. Atas surat keberatan PL tersebut selanjutnya pada tanggal 18 Maret 2008 dan pada tanggal 25 Maret 2008 PL serta pihak PT.KB menerima panggilan dari DISNAKER DELI SERDANG guna Penyelesaian Hak Normatif dengan cara mediasi.
Selanjutnya pada tanggal 8 Mei 2008 DISNAKER DELI SERDANG mengirimkan surat kepada pihak PT.KB dan PL perihal anjuran yang kesimpulannya menganjurkan kepada Tergugat tersebut untuk membayar santunan kecelakaan kerja, mempekerjakan kembali Penggugat dan membayar upah selama Penggugat tidak bekerja. Atas anjuran DISNAKER DELI SERDANG tersebut selanjutnya PT.KB harus memberi jawaban paling lama 10 (sepuluh) hari, namun hingga sampai dengan sekarang jawaban dari PT.KB tidak ada. Oleh karenanya PL mengajukan gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan.
Klasifikasi
Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN. tanggal 23 Maret 2009 yang amarnya sebagai berikut:
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sebagai akibat adanya PHK dan santunan cacat akibat kecelakaan kerja berupa:
Uang Pesangon 1 x Rp 805.000,- = Rp 805.000,-
Santunan Cacat 40% x 80 x Rp 805.000,- = Rp 25.760.000,-
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan tersebut telah dijatuhkan dengan tanpa hadirnya pihak PT.KB selaku Tergugat pada tanggal 23 Maret 2009, kemudian pemberitahuan putusan tanpa hadir diterima pada tanggal 15 Juni 2009 dan terhadapnya oleh Tergugat/Pemohon Kasasi dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Juni 2009 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 25 Juni 2009 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 44/Kas/PHI.G/2009/PN.Mdn. yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan, permohonan mana diikuti dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan tersebut pada tanggal 07 Juli 2009; MA menjatuhkan Putusan Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. KB tersebut; dan Membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi ini kepada Negara;
Pertimbangan MA adalah Bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh PT.KB dalam Pengajuan Kasasi tidak dapat dibenarkan, oleh karena :
Putusan judex facti/Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan sudah benar dan adil yaitu tidak salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, menimbang pekerja mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja (walaupun baru bekerja dalam masa percobaan), hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Lagi pula Pemohon/Pekerja menderita cacat tetap 100% (vide Surat Keterangan Dokter Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi tanggal 19 Desember 2007).
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, putusan judex facti/Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Medan dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: PT. KB tersebut harus ditolak.
ketentuan Pasal 58 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 biaya perkara dibebankan kepada Negara.
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 13 Tahun2003, Undang-Undang No. 2 Tahun 2004, Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.
KESIMPULAN
Berdasarkan kronologi dan informasi di atas maka secara yuridis bahwa MA tidak menemukan kesalahan penerapan hukum oleh pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN. oleh karenanya MA menolak pengajuan kasasi yang dilakukan oleh PT.KB. Penyelesaian sengketa Hubungan Industrial merupakan Perkara Perdata khusus yang diatur dan terapkan dengan berbagai Undang-undang yang mengatur secara khusus, jadi tidak murni menggunakan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hal ini merujuk pada asas “Lex specialis derograt lex generali” yang artinya bahwa hal-hal yang diatur secara khusus maka mengabaikan hal-hal yang bersifat umum. Berdasarkan asas tersebut maka Putusan oleh pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN (judex facti) tidak salah menerapkan hukum dan menolak Permohonan Kasasi PT.KB, hal ini berarti putusan oleh pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (inkrach).
Sisi Nilai Keadilan Hukum
Menurut Thomas Aquinas bahwa keadilan berhubungan dengan “apa yang sepatutnyabagi orang lain menurut suatu kesamaan proposional”. Kemudian dia membagi keadilan menjadi keadilan distributif, keadilan komutatif dan keadilan legal (merupakan keadilan umum, yakni mengikuti undang-undang) (Hyronimus Rhiti, 2011: 243). Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung dengan nomor putusan 371 K/Pdt.Sus/2010 tentang Perkara Perdata Khusus (Perselisihan Hubungan Industrial) Makamah Agung Menolak permohonan kasasi dan menyatakan putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan keputusan yang memberikan rasa keadilan, karena PL yang telah bekerja kemudian mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan secara permanen sehingga terjadi gangguan atau hambatan dalam menjalankan pekerjaan dan menjalani kehidupan sehari-hari layak mendapatkan santunan kecacatan dan santunan karena tidak mampu bekerja selama empat bulan yang mengakibatkan kebutuhan rumah tangganya tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hal ini PT.KB wajib memberikan santunan tersebut sebagai pengganti dari perubahan kemampuan karena keterbatasan yang timbul karena kecelakaan tersebut. Di samping itu pemberhentian bagi PL juga perlu diberikan haknya berupa pesangon mengingat bahwa dia akan kehilangan pekerjaan dan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ke depan Sehingga PL membutuhkan modal dan pilihan usaha yang dapat dia jalani dengan keterbatasan tersebut dimana hal ini tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu pendek melainkan melalui proses panjang. Lebih jauh lagi terkait dengan masalah santunan dan pesangon telah diatur oleh Undang-Undang sehingga pemberian hak santunan dan pesangon atas diri PL tersebut adalah perwujudan keadilan legal.
Sisi Nilai Kegunaan atau Kemanfaatan
bekerja selama satu tahun serta pesangon kepada PL sangat bermanfaat bagi dirinya yang saat ini mengalami untuk merencanakan masa depan diri dan keluarganya sehingga mereka dapat merencanakan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setidak-tidaknya jaminan pendidikan bagi anak-anaknya, di samping itu dapat digunakan sebagai modal usaha bagi mereka, sehingga mereka tidak menjadi penyandang masalah sosial di kemudian hari.
Sisi Nilai Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu (Sudikno Mertokusumo, 2005: 160). Bahwa dalam Gugatan PL merupakan situasi yang telah diatur dalam Undang-Undang Jamsostek yaitu bahwapekerja mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja (walaupun baru bekerja dalam masa percobaan). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan juga kewajiban Perusahaan memberikan pesangon bagi tenaga kerja yang diberhentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 156 Undang-Undang tenaga kerja No. 13 Tahun 2003. Dengan demikian bahwa penerapan hukum dalam kedua undang-undang tersebut di atas telah memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Indonesia terutama bagi PL. Undang- undang tersebut berlaku sesuai dengan peruntukannya dalam memberikan perlindungan bagi Tenaga Kerja.