• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gizi dalam angka sampai tahun 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gizi dalam angka sampai tahun 2002"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

612.3

Ind

9

Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Direktorat

Jen-deral Bina Kesehatan Masyarakat.

Gizi dalam angka sampai dengan 2000/2001. --

Ja-karta : Departemen Kesehatan, 2003

(3)

KATA PENGANTAR

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Salah saw upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah upaya perbaikan statuS gizi masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan dilakukan melalui upaya peningkatan kesehatan serta gizi pada kelompok rawan yaitu ibu hamil/janin dalam kandungan. bayi dan balita . Hal ini dilakukan untuk menjaga proses tumbuh kembang yang optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik. produktifitas kerja maupun prestasi olahraga.

Program perbaikan gizi telah dilaksanakan di Indonesia semenjak tahun 1970-an . secara nasional diimplementasik1970-an tahun I980-1970-an y1970-ang mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Program ini ditujukan untuk menurunkan prevalensi kurang gizi (kurang energi protein/KEP. kurang vitamin A/KVA. gangguan akibat kurang yodium/GAKY. dan anemia gizi besi/AGB. Program perbaikan gizi masyarakat telah berhasil menurunkan prevalensi kurang gizi pad a balita menjadi 24.6% pada tahun 2000 bebas dari xeroftalmia. <0,3% pada tahun 1992 dan angka GAKY da pat diturunkan menjadi 9 .8% pada tahun 1998

Akan tetapi pencapaian prevalensi kurang gizi tersebut akhir-akhir ini. terutama selama krisis cenderung meningkat. Kasus gizi buruk tingkat berat meningkat sejalan dengan meningkatnya kemiskinan. Selain itu. angka kematian bayi dan balita juga menunjukkan kecenderungan meningkat.

Di lain pihak, masalah gizi lebih seperti obesitas, utamanya di wilayah perkotaan cenderung meningkat. disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan . Obesitas ini pad a akhirnya akan berdampak pada meningkatnya penyakit degeneratif. seperti kardiovaskuler. diabetes mellitus, kanker. dan lain-lain. Buku gizi dalam angka ini memberikan informasi kecenderungan berbagai masalah gizi pada setiap kelompok umur. lnformasi masih belum lengkap, masih diperlukan informasi lebih banyak terutama pad a usia remaja dan usia lanjut. Kami mengharapkan buku ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan.

Jakarta. September 2003 Direktur Gizi Masyarakat.

(4)
(5)

PENGERTIAN

Gizi kurang/Kurang Energi Protein (KEP)

Adalah keadaan kekurangan gizi yang disebabkan tubuh kekurangan energi dan

protein dalam makanan sehari-hari. Batas ambang dan istilah status gizi balita

BB/U, TB/U dan BBITB adalah:

Indeks BB/U

o

Gizi lebih, bila Z-seore terletak >+2 SO

o

Gizi baik, bila Z-score terletak >-2 SO sid

+ 2 SO

o

Gizi kurang, bila Z-score terletak dari <-2 SO sampai > 3 SO

o

Gizi buruk, bila Z-seore terletak <-3 SO

IndeksTB/U

o

Normal, bila Z-seore terletak > 2 SO

o

Pendek, bila Z-seore terletak < 2 SO

Indeks BB/TB

o

Gemuk bila Z-seore terletak >+ 2 SO

o

Normal bila Z-seore terletak >+ 2 SO

Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Adalah sesorang yang mempunyai keeenderungan menderita KEK dengan

ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 em

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Adalah eara untuk mengetahui risiko KEK pada wanita usia subur

KurangVitamin A (KVA)

Adalah keadaan dimana vitamin A dalam tubuh kurang. Seeara sub-klinis

dinyatakan defisiensi jika vitamin A dalam serum < 20meg.

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Adalalt sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan

yodium seeara terus-menerus, dalam jangka waktu yang eukup lama

Total Goiter Rate (TGR)

Adalah angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium

pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba (pallable) maupun yang terlihat

(visible).TGR digunakan untuk menentukan tingkat endemisitas GAKY

(6)

Daerah endemik GAKY

Adalah daerah sebagian besar penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok, dengan klasifikasi sebagai berikut:

o

Daerah GAKY berat, bila TGR セ@ 30%

o

Daerah GAKY sedang, bila TGR 20 - 29.9%

o

Daerah GAKY ringan, bila TGR 5 - 19.9%

o

Daerah non- endemic, bila TGR ::; 5%

Garam beryodium

Adalah garam yang mengandung Natrium Chlorida (NaCI) yang diproduksi melalui proses yodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) mengandung yodium antara 30 -80 ppm.

Anemia

Adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin yaitu :

o

Anak balita I I gram%

o

Anak usia sekolah 12 gr%

o

Wan ita dewasa 12 gr%

o

Pria dewasa I 3 gr%

o

Ibu hamil I I gr%

o

Ibu menyusui> 3bln 12 gr%

Air Susu Ibu ekslusif (ASI ekslusif)

Adalah pemberian hanya ASI kepada bayi sampai umur 4 bulan.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Adalah makanan untuk memenuhi kebutuhan bayi atau anak dalam melengkapi ASI dan biasanya diberikan pada anak berumur 4 - 24 bulan.

Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Adalah bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram

Wanita Usia Subur (WUS)

Adalah wanita usia 15 - 49 tahun dan tidak hamil

(7)

-DAFTAR lSI

Halaman

KATA PENGANTAR

PENGERTIAN

iii

DAFTAR lSI

v

PENDAHULUAN

I. KURANG GIZI

7

I. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) 2. Prevalensi kurus

«

-2SD) pad a anak Balita 3. Gizi kurang pad a anak di bawah lima tahun 4. Gizi buruk pada anak di bawah lima tahun

5. Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronis (WUSKEK) 6. Kurang energi kronis pada ibu hamil (Bumil KEK)

II. AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF,

MAKANAN PEDAMPING ASI (MP-ASI)

27

III. GANGGUAN AKIBAT

KEKURANGANYODIUM (GAKY)

31

I. Total goiter rate (TGR) pada anak usia sekolah 2. Persentase Konsumsi Garam di Rumah Tangga

Menurut Propinsi

IV. ANEMIA GIZI BESI (AGB)

37

I. Anemia pada anak di bawah lima tahun 2. Anemia pada anak remaja putri

3. Anemia pada wan ita usia subur 4. Anemia pada ibu hamil

5. Anemia pada usia> 65 tahun

V. KURANGVITAMINA (KVA)

41

I. Xeropthalmia (x I b)

2

Sub klinis: Serum vitA

<

20 gr ug/dl

3. Proporsi anak 6-59 bulan yang mendapat kapsul Vit.A

VI. GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA

45

I. Gagal tumbuh (growth faltering) anak umur 0-59 bulan di desa dan kota

2. Analisa terpisah antara balita laki-Iaki dan perempuan dari nilai rata-rata Z-Sore BB/UM Desa dan Kota

(8)

VII. MASALAH GIZI USIA DEWASA

49

I.

Masalah gizi usia dewasa

2. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa

(Indeks Massa Tubuh/lMT)

VIII. KONSUMSI PANGAN

53

I. Prevalensi rumah tangga defisit energi dan protein

menurut kota dan desa

2. Masalah intake zat gizi

3. Persentase rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari

menu rut propinsi tahun 2002

4. Persentase rata-rata konsumsi protein per kapita sehari

menurut propinsi tahun 2002

DAFTAR PENYUSUN

57

(9)

PENDAHULUAN

Masalah gizi di Indonesia

Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti: ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian, kesehatan dan

lain-lain . Bagan yang dikembangkan oleh UNICEF, 1998 menunjukkan krisis

ekonomi, politik dan sosial merupakan akar permasalahan kurang gizi. Sedangkan

penyebab langsung adalah ketidak seimbangan antara asupan makanan yang

berkaitan dengan penyakit infeksi . Kekurangan asupan makanan membuat daya

tahan tubuh sangat lemah, memudahkan terkena penyakit infeksi karena iklim

tropis, sanitasi lingkungan buruk, sehingga menjadi kurang gizi.

bagan I. Penyebab kurang gizi

Dampak

L -_ _

セ NM

_ _

KURANG GIZI

Penyebab

Langsung _ __ _ _ _ _ _ _ _

-+

__________

セp イ⦅ Gォ

・ョ y ⦅

__ itlnfukSi

1

Penyebab Tidak Langsung

Tidak Cukup

Persediaan Pangan

Pol. Asuh An.k Tid.k Memadai

Sanitasi dan air Bersihl

Pelayanan Kesehatan Dasar

Tid.k mem.d.i

Pokok Masalah di Masyarakat

Kurang Pendidikan . Pengetahuan dan Keterampilan

I

/

Kurang pemberdayaan wanita dan

ォ・ャ セ@

pemanfaatan sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah

セ@

( Krisis Ekonomi.

ー セ@

(nasional)

Sumber : UN ICEF. 1998

Penanggulangan masalah Gizi di Indonesia masih terkonsentrasi pada empat

masalah utama kurang gizi seperti kurang energi protein, anemia gizi besi, kurang

vitamin A dan gangguan akibat kurang yodium walaupun gizi lebih sudah terjadi

di kota-kota besar.

(10)

--- - - - -- - - -- - - -- -- - - -________________ PENOAHUlUAN

Kecenderungan masalah gizi di Indonesia

PREVALENSI MASALAH Gill

TAHUN SUM BER

Gizi kurang pada balita

Gizi buruk pada balita

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) • Total Goiter Rate

(TGR) pada anak usia sekolah Anemia Gizi Besi (AGB)

·

Ibu hamil • Anak balita • Wan ita usia

subur • Anak remaja

putri • > 65 tahun Kurang Vitamin A (KVA)

• Xeropthalmia (Xlb) • Sub-klinis :

(Serum Vit A < 20ug/dl) 1989 37.5 6.3 37.2 70.0

-1.2 -1992 35.6 7.2 27.7 63.5 55.5

-0.3 50.0 1995 31.6 11 .6 18.0 50.9 40.5 39.5 57.1 57.9 -1998 29.5 10.1 9.8

-1999 26.4 8.1

-2000 24.7 7.5 -2001 26.1 6.3 -40.0 48.1 27.9 -2002 27 .3 8 -Susenas. BPS') Survei Nasional Depkes SKRT. Depkes Survei Nasional. Depkes

*) Diolah oleh Atmarita. 2002

(11)

________________________________________________ PENDAHULUAN

Angka kematian bayi dan anak balita, tahun 1960 - 1999

Per 1000 kelahiran hidup

250

200

150

100

50

0

Sumber: WDR , 1987 UNICEF, 2000 IHOR, 2001

CBS , 2000

INDIKATOR

Kematian bayi

Kematian balita

Angka Kematian Bayi (AKB) ­-­ -­ -­­­­­­­­­­­­1 

0

Angka Kematian Balita (AKBA)

1960 1970 1980 1990 1996 1999

TAHUN

Tahun (angka per  1000 kelahiran hidup) 

1960 

1970 

1980 

1990 

1996 

1999 

2001 

159.0 

118.0 

80.0 

61.0 

49.0 

48,0 

51.0 

218.0 

158.0 

99.0 

92.8 

70.6 

58.0 

t.a.d 

(12)
(13)
(14)

GIZI DALAH  ANGKA  SAHPAI  DENGAN  Th  2002 

(15)

_ __ _ __ _ __ _ KURANG ENERGI PROTEIN / KEP} DAN KURANG ENERGI KRON/S /KEK )

Proporsi BBLR, tahun  1990­2000 

Keterangan : 

Bayi  berat lahir  rendah  (BBLR)  adalah  keadaan  bayi  lahir  dengan  berat badan  <2500 gram . Keadaan gizi  ibu  yang kurang baik sebelum  hamil dan  pada waktu  hamil  cenderung melahirkan  BBLR, bahkan  kemungkinan  bayi  meninggal  dunia  sebelum berumur satu tahun  17 kali  lebih  besar dari  bayi yang dilahirkan dengan  BB  normal  (Suprapti  Samil,  1989) 

18  16  14  12  セ@ 10  a:  ...J 

'"

'"

Clawl .  16.1  15 .0  Repeilla

.  12 .6 

1m

WSC Goal

Indramayu

6, 11 .4  • Aepelita Goal

U. Pondang

Jakarta

•  10.4  Indramayu .. Studi di Jakarta

10

Sul.el 6, 9.9  9.4  WSC goal

.  9.2  Jabar

.9 

.. Studi di Sulsel

.  8.4 

7.3  7.3  {J.;j.,7JI'i!,Ei!..7.!.9_ ­ ­ ­ ­ ­ .. Studi di U. Pandang

V MMsPMkiM

M[ ᄋセ BMW NMQ Mセ

0  6.6  SKRT .. Studi di Jabar

6.8 

1m 

SKAT

.. Studi Long . Ciawi 6 Studi Long . tndramayu

6. SDKI SDKt . Kota

m

SDKI . Desa

1987  1988  1989  1990  1991  1992  1993  1994  1995  1996  1997  1998  1999  2000 

Sumbe r : End  Decade  Goal Report. 2000 

Diolah  o leh  :Atmarira. 2000 

Penelitian/pengumpulan data nasional untuk mendapatkan angka  BBLR  «2500  gram)  belum  pernah  dilakukan. 

Berbagai sumber menunjukkan  bahwa proporsi  BBLR  berkisar 2­17 % selama  I990­2000.Jika proporsi ibu  hamil  2.5% dari total penduduk, maka diperkirakan  355.000 ­ 710.000 dari  5  juta  bayi  dengan  BBLR 

(16)

- - - -- _ _ _ _ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Dampal< 

BBLR

pada anal< adalah: 

(diambil  dari  : Hardinsyah, Cesilia M. Dwiriani dan Sunawang, makalah" Review   status gizi  ibu  hamil, dampak BBLR dan implikasinya pada program gizi  dan kesehatan")  

Kecerdasan menu run 

Kemampuan  dasar untuk membaca  huruf  dan  menghitung  atau  kemampuan  kognitif  yang  berbeda  secara  signfikan  dengan  yang  lahir  normal. 

Pertumbuhan terganggu 

Pada  umumnya  bayi  normal  sampai  usia  12  bulan  mempunyai  berat  badan  lebih  besar  dari  bayi  lahir  rendah, walaupun pada usia  12  bulan  kecepatan  pertumbuhan  bayi  tersebut  dapat  mengejar  bayi  normal. 

Immunitas r"endah  dan morbiditas meningkat 

Respon  immunitas menjadi  rendah, terutama jika bayi  berat lahir rendah  karena  kurang  gizi  serta  defisiensi  zat  mikro  lainnya  seperti  kekurangan  vitamin  A  pada  ibu  hamil.  Dampaknya  terjadi  sampai  usia  dewasa  bahkan  pad a  generasi  berikutnya  ditambah  lagi  jika  pemberian ASI  yang  kurang  memadai. 

Mortalitas meningkat 

Kematian bayi  lebih tinggi  pada  BBLR  terutama pada periode neonatal daripada  bayi  normal. Semakin  rendah  bayi  berat lahir, semakin  tinggi  tingkat  kematian . 

Penyakit degener­atif 

Barker  (1996),  Bouchard  (1996)  dan  McGill  (1996)  dalam  Nutrition  Review  menyatakan  gangguan  metabolik  berdampak  pada  risiko  penyakit  kronik  degeneratif  terutama  diabetes,  jantung  koroner  pada  usia  dewasa  dibentuk  sejak  masa  janin. 

(17)

_ _ _ __ _ _ __ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) 

Prevalensi kurus  «­250) pada anak balita  

Analisis data 5urvei/studi  1990­200 I  

20

°

, ', !. 

,

,

15.0

セ QセLY

IU

セ 13,9

13,5 13.4

a

13:7

L..:::. 14.5

l

•  1  •• 

,

.

,

, , 13,3

U 13.3 13.7

12,7 . 11 .6

(f)

!

10,8

N

10,0 /\ 10

'in

A セセ

8.7 8.6

'"

,

セ@ 7,6

I!? c.. 

5 ,0

0 ,0

IBl90 Suvita,92 SKIA,95 SKRT, 95 Ev.IPS,99 SKRT, 01

• Total 9.7 8.6 13.4 11.6 13.7 15.8

• Laki-laki 10.8 9.5 13.9 13.3 t6.9

6  Perempuan 8.7 7.6 12.7 10 14.5

セ@ Kota 13.5 14.0 15 .2

Desa 13.5 13.7 16.2

Sludi / survei

Diolah o leh Atmarita, 2000

Dari  berbagai  hasil  anal isis  tahun  1990­2001, menunjukkan  bahwa. anak 

balita  yang  menderita gizi  kurang  «­2SD)  dengan  kriteria  Berat  Badan 

menurutTinggi Badan (BBITB),ternyata masih dalam kondisi  kritis bahkan 

memburuk pada tahun 200 I, 

Keterangan : 

Keadaan  gawat  (serious  situation)  :  Keadaan  yang  ditandai  dengan 

prevalensi gizi  kurang  >=  15%, atau  10­14,9%  disertai faktor  pemburuk. 

Keadaan Kritis (risky situation) : Keadaan  yang ditandai dengan  prevalensi 

gizi  >=10­14.9% atau 5­9.9% disertai faktor  pemburuk. 

(18)

- - -- _ _ _ _ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEPJ DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi Status gizi anak di bawah lima tahun (BB/U), 

berdasarkan wilayah  (kota dan desa) tahun  1989 ­ 2002 

Persentase Status

Gizi 

(BB/U)

Tahun

Jumlah

Gizl 

Gill 

Gili 

Gili 

Sam pel

Buruk

Kurang

Baik

Lebih

1989 Nasional 14101 6.30 31 .17 61.76 0.77

Kola 3414 4.60 25.75 68.51 1.14

Oesa 10687 6.84 32.90 59.61 0.66

1992 Nasional 33744 7.23 28.34 63.17 1.26

Kola 12798 5.60 23.64 69.05 1.70

Oesa 20946 8.22 31.21 59.58 0.99

1995 Nasional 26188 11.56 20.02 65.21 3.21

Kola 6560 9.56 18.31 68.17 3.96

Oesa 19628 12.23 20.59 64.22 2.96

1998 Nasional 25620 10.51 19.00 67.33 3.15

Kola 10216 9.03 16.90 70.03 4.04

Oesa 15404 11A9 20AO 65 .54 2.56

1999 Nasional 78854 8.11 18.25 69.06 4.58

Kola 22972 6.04 16.65 71 .97 5.34

Oesa 55882 8.96 18.91 67 .87 4.27

2000 Nasional 70602 7.53 17.13 12.09 3.25

Kola 25.864 6.03 15.10 74 .92 3.96

Oesa 44738 8AO 18.30 70.34 2.96

2001 Nasional 11693 6.3 19.8 71.1 2.7

Kola 4468 5.2 18.0 73.9 2.9

Oesa 7225 7.0 20.9 69A 2.6

2002 iNasional 74537 8.0 19.3 70 .5 2.2

Kola 30812 7.1 17.5 72 .6 2.8

Oesa 43725 8.7 20.5 69.0 1.8

Sumber :

Susenas tahun 1989 . 1992. 1995. 1998. 1999. 2000. 200 1.2002

Keterangan :Jumlah sampel terdiri dan Laki-Iaki dan Perempuan. Umur sampel 0 - 59 bulan

(19)

_ __ _ _ _ _ _ _ KURANG EN£RGI PROTEIN (KE P) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Kecenderungan gizi  kurang dan gizi  burul< pada balita, 

tahun  1989 ­ 2002 

40.00

35 .00

30.00

25 .00

セ@

セ@

en  20 .00

c  .!!!

t'O  >

セ@

....

15.00

セ@

10.00

5.00

0.00

1989 1992

Keterangan : 

<  ­350 ::  Gizi buruk 

<­350 sid  ­ 250 ::  G izi kurang 

Sumber  : Susenas 

1989-2002

Oiola h oleh  :Atm arita , 

2002

III

<­3 .00 

to  -

2.00 SO - - -

----1- - --

---1-'

20.02 ___ 19.DO ___ ___

1_

-18.25

17.13 19.80

1995 1998 1999 2000 2001 2002

(20)

- -_ _ _ __ _ _ _ KURANG ENERGI  PROTEIN (KEP) DA N KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang dari total penduduk,

tahun 1989 - 2002

Jumlah  penduduk diestimasi  berdasar  laju  pertumbuhan  penduduk : 

1980 - 1990

=

1.97; 1990 - 2000

=

1.35.

Proporsi  balita  dari  total  penduduk ; 

12% (th.1989, 1992); I 1% (th. 1995); 10% (th. 1998); 9,5% (th. 1999; 8.8% (th. 2000)

Tahun Jumlah Jumlah Prevalensl Gizl Jumlah Balita Gizl

Penduduk Balila Buruk Kurang Brk +Kr Buruk Kurang Brk+Kr

1989 177.614.965 21.313.796 6.30 31.71 37.47 1.324.769 6.643.510 7.986.279 1992 185.323.458 22.238.815 7.23 28.34 35.57 1.607.866 6.302.480 7.910.346 1995 95.860 .899 21.544.699 11.56 20.02 31 .58 2.490.567 4.313.249 6.803.816 1998 206.398 .340 20.639.834 10.5 1 19.00 29.51 2.169.247 3.921.568 6.090.815 1999 209 .910.821 19.941 .528 8.11 18.25 26.36 1.617.258 3.639.329 5.256.587 2000 203.456.005 17.904 .128 7.53 17.13 24 .66 1.348. 181 3.066.977 4.415.158 2001 206070 18.134.208 6.3 19.8 26.1 1.142.455 3.590.573 4.733.028 2002 208.749.460 18.369.952 8.00 19.3 27.30 1.469596 3.545.401 5.014.028

Keterangan  : t.a.d  (tidak ada  data)  

Sumber : Susenas  1989­2000, diolah  oleh:Atmarita. 2003  

(21)

_ __ __ _ _ __ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi status gizi anal< di  bawah lima tahun (BB/U). 

menurut propinsi tahun  1989 

STATUS GIZI TOTAL

Plovinsi Gizi Buruk Gi zi Kurang Gizi Baik Gili Lebih

N % N % N % N % N %

01 Aceh 43  8.63  198  39.76  254  51 .00  3  0.60  498  100 

Sumut

I

52  8.25  183  29.05  389  61.75  6  0.95  630  100 

Sumbar 31  6.24  154  30.99  309  62.17  3  0.60  497  100 

Riau 21  5.45  138  35 .84  223  157.92  3  0.78  385  100 

Jambi 13  5.22  70  28.11  165  66.27  1  0.40  249  100 

Sumsel 21  3.88  164  30.31  353  65.25  3  0.55  541  100 

Bengkulu 13  5.08  86  33.59  157  61 .33 

­

256  100 

Lampung 30  5.51  145  26.65  365  ! 67.10  4 

I

0.74  544  100 

OKI Jaya 20  4.73  132  31 .21  265  62.65  6  1.42  423  100 

Jabar 105  6.00  509  29.09  1116  63.77  20  1.14  1750  100 

Jateng 80  5.48  401  27.45  973  66.60  7  0.48  1461  100 

01 Yogyakarta 8  2.46  61  18.77  253  77.85  3  0.92  325  100 

Jatim 79 

I

5.72  439  31 .81  852  61 .74  10  0.72  1380  100 

Bali 8  2.58  65  20.97 

I

231  74.52  6  1.94  310  100 

NTB 50  8.36  213  35.62  330  55.18  5  0.84  598  100 

NIT 50  8.20  227  37.21  331  54.26  2  0.33  610  100 

Timtim 53  13.77  189  49.09  142  36.88  1  0.26  385  100 

Kalbar 49  10.49 

I

157  33.62  260  55.67  1  0.21  467  100 

Kalteng 12  5.06  71  29.96  153  64.56  1  0.42  237  100 

Kalsel

I

22  7.12  131  42.39  153  49.51  3  0.97  309  100 

Kaltim 5  1.93 

I

79  30.50 

I

174  67.18  1  0.39  259  100 

Sulut 13  5.31  45  18.37  184  75.10  3  1.22  245  100 

Sulteng 17  5.26  109  33.75  194  60.06  3  0.93  323  100 

Sulsel 39  7.74  152  30.16  310  61 .51  3  0.60  504  100 

Sultra 14  3.81 

I

100  27.25  251  68.39  2 

I

0.54  367  100 

Maluku 22  7.64  76  26.39  185  164.24  5  1.74  288  100 

Iria 18  6.92  101  38.85  137  52 .69  4  1.54  260  I 100 

888  1 6.30  C , 14101 

I

100

Total 4395  31.17  8709  61.76  109  0.77 

Sumber : SUSENAS,  1989 

Th  2002 

(22)

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi status gizi anak di bawah lima tahun (BB/U).

menurut

propinsi tahun 1992

STATUS GIZI TOTAL Provinsi Gizl Buruk

I

Gizl Kurang Gizi Balk Gizi lebih

N %  N % N %  N

I

% N %

01 Aceh 63 7.38 273 31.97 507 59.37 11 1.29 854 100 Sumut 126 7.12 500 28.26 1111 62.80 32 1.81 1769 100 Sum bar I 41 4.35 250 26.51 641 67.97 11 1.17 943 100 Riau

I

36 5.14 231 33.00 425 60.71 8

I

1.14 700 100 Jambi 1 20 4.61 87 20.05 323 74.42 4 0.92 434 100 Sumsel 77 6.05 391 30.74 I 793 62.34 11 0.86 1272 100 Bengkulu 1 27 5.23 109 21.12 372 72. 09 1 8

I

1.55 516 100 Lampung

I

56 5.25

I

281 26.34 716 67.10 14 1.31 1067 100 OKI Jaya 45 4.09 257 23.36 772 70.18 26 2.36 1100 100 Jabar 316 6.94 1234 27.10 2954 64.87 50 1.10 4554 100 Jateng 203 7.08 783 27.32 1848 64.48 32 1.12 2866 100 01 Jogja 18 3.07 98 16.70 461 78.53 10 170 587 100 Jatim 211 6.39 898 27.20 2153 65.22 39 118 3301 100

Bali 32 5.54 132 22.84 412 71.28 2 0.35 578 100

i

NTB 213 1 11.00 1 608 31.40 1093 56.46 1 22 1.14 1936 100

NTT 

234 10.19 832 36.22 1209 52.63 1 22 0.96 2297 100 Timtim 88 1 13.44 203 30.99 356 54.35 8 1.22 655 100 Kalbar 151 11.64 464 I 35.77 654 50.42 28 2.16 1297 100 Kalteng

1  42 852 148 3002 300 6085 1 3 061 493 100 Kalsel

I

55 6.12 293 32.63 540 60.13 10 1.11 898 100 Kaltim

I

25 5.14 119 24.49 337 69.34 5 1.03 486 100 Sulut

I

16 3.49 98 21.35 334 72.77 11 2.40 459 100 Sulteng 17 3.17 1 119 22.20 396 73.88 4 0.75 536 100 Sulsel 139 7.74 501 27.90

I

1122 62.47 34 1.89 1 1796 100 Sultra I 48 6.82  202 28.69 448 63.64 6 0.85 704 100 Maluku

I

97 i 8.19 360 30. 38 1 723 61.01 5 0.42 1185 100

Irja

I

43

I

9.33 93 20.17 316 68.55 9 1.95 461 100

Total 2439 1 7 .23 I 9564

I

28 .34 21316 63 .17 1 425 1. 26 33744 100

Sumber : Susenas, 1992

GIZI OALAM ANGKA SAMPAI OENGAN Th 2002

(23)

_ _ _ K URANG ENERGJ  PROTEJN  (KEP) DAN KU RA NG ENERGJ  KRO NJS  (KfK) 

Prevalensi status gizi anal< di  bawah lima tahun (BB/U), 

menurut propinsi tahun 

1995

STATUS GIZI TOTAL

Provinsi Gili Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

N % N % N % N %

I

%

01 Aceh

I

178  20.18  206  23.36  476  53.97  22  2.49  882  100 

65.82  29  1.99  1457  100 186  12.77  283  19.42  959

Sumut

I 64.81  17 

2.25  756 1  100 

Riau 141  20.95  147  21.84  362 

Sumbar 83  10.98  166  21 .96  490 

53.79  23  3.42  673 1  100 

Jambi 64  13.45  79  16.60  312  65.55  21  4.41  476  100 

3.72  969  100

Sumsel 98  10.11  200  20.64  635  65.53  36 

72.28  34

Bengkulu 34  6.98  67  13.76  352  6.98  487  100 

705  71 .28  32  3.24  989  100

Lampung 88  8.90  164  16.58 

OKI-Jkt 113  10.79 

I

162  15.47  708  67 .62  64  6.11  1047  100 

Jabar 303  9.62  652  20.70  66.54  99  3.14  3150  100 

Jateng 202  7.68  553  21 .03 

2096 

2.28 1  2630 I 100 

01 Jogja 19  3.40  76  13.60 

1815  69.01  60 

444  3.58 

I

559  100 

Jatim 274  9.93  531  19.24  1887  68.37  68 

I

2.46  2760  100 

79.43  20 

Bali 48  7.28  72  10.93  513  77.85  26  3.95  659  100 

NTB 130  14.08  1  219  23.73  544  58.94  30  3.25  923  100 

NIT 124  11 .88  295  28.26  597  57.18  28  2.68  1044  100 

Timlim 115  19.59  133  22.66  316  53.83  23  3.92  587  100 

Kalbar

I

174  18.95  232  25.27  482  52.51  30  3.27  918  100 

Kalleng 68  15.08  96  21.29  261  57.87  26  5.76  451  100 

Kalsel 90  12.77  124  17.59  475  67.38  16  2.27  705  100 

Kaltim 43  8.30  90  17.37  376  72.59  9  1.74  518  100 

Sulul 62  12.42  87  17.43  331  66.33  19  3.81  499  100 

Sulteng 65  12.82  103  20.32  328  64.69  11  2.17  507  100 

Sulsel 113  10.98  227  22.06  658 1  63.95  31  3.01  1029 ,  100 

Su ltra 56  9.96  118  21.00  364  64.77  24  4.27  562  100 

Maluku 94  20.30  68  14.69  278  60.04  23  4.97  463  100 

Irja 63  12.91  92  18.85  313  64 .14  20  4.10  488  100 

Tolal 3028  11.56  5242  20.02  17077  65.21  841  3.21  26188  100 

Sumber: Susenas,  1995 

(24)

- - - - -_ _ _ __ KURA N G £ N ERGI PROTEIN (KE P) DAN KU RA N G EN ERGI KRONIS (KEK) 

Prevalensi status gizi anak di  bawah lima tahun (BB/U), 

menurut  propinsi tahun  1998 

STATUS GIZI TOTAL

Provinsi Gili Buruk  Giz l Kurang  Gizi  Baik  Gili Lebih

N % N % N % N % N % 

01 Aceh 189 24.02

I

179 22.74 396 50.32

I

23 2.92 787 100 Sumul 204 19.30

I

193

I

1826

1 614 5809

I

46 4.35 1057 100 Sumbar I 73 8.25 164 18.53 630

I

71.19 18 203 885 100 Riau

I

89 12.75 125 17.91 467 66.91 17 2.44 698 100 Jambi I 74 14.07 81 15.40 356 67.68 15

I

2.85 526 100 Sumsel 100 10.99 160

I

17 .58 612 67.25 38 4.18 910 100 Bengkulu I 34 7.64 56 12.58 336 75 .51 19 4. 27 445 100 Lampung

I

96 10.01 174 18.14 637 66.42 52 5.42 959 1 100 OKI-Jk1 67 7.14 129 13.75 682 72.71 60 6.40 938 100 Jabar 259 8.55 524 17.29 2147 70.86 100 3.30 3030 100 Jaleng 184 6.84

I

517 19.21 1939 72.03 1  52 1.93 2692 100 Oi Jogja 37 6.58 113 20.11 401 71 .35 11 1.96 562 100 Jatim 250 8.70 560 19.48 1969 68.49 96 3.34 2875 100 Bali 30 4.39 103 15 06 524 76.61 I

27 1

3.95

1

684 100 NTB 154 15.46 222 22 .29 603 60.54 17 171 996 100 NIT 171 15.65 308 28.18 603 55 .17 11 1.01 1093 100 Timtim 91 15.83 112 19.48 367 1 6383 1  5 0.87

I

575 100 Kalbar 84 11.13 176 23.31 480 63 .58 15 1.99 755 100 Kalteng 47 1103 86 20.19 279 65.49 14 3.29 426 100

Kalsel 60 8.75 147 21.43 467 6808 12 175

1  686 100 Kaltim 54 9.98 84 15.53 383 70.79 20

I

3.70

I

541 100 Sulut 70 16.83 75 18.03 252 60.58 19 4.57 416 100 Sulteng

I

56 9.48 116 19.63 400 67.68 19 3.21 591 100 Sulsel 79 7.65 230 22.27 696 67 .38 28 2.71 1033 100 Sultra

I

60 10.45 90 15.68 395 68.82 29 505 I 574 100 Maluku

1  51 9.03 77  13.63 423 74.87 14 2.48 565 100

Irja 30 9.35 68 21.18 192 59.81 31 9.66 321 100

Total  2693 10.51 4869 19.00 17250 67.33 808 3.15 25620 100

Sum be r : Suse nas,  1998 

GIZI  DALAM  ANGKA  SAM PAl  DENGAN  Th  2002 

(25)

_ _ __ __ __ _ KURA NG ENERGI  PROTEIN (KEPI DAN KURANG EN ERGI KRO NIS (K£K)

Prevalensi status gizi  anak di  bawah lima tahun (BB/U), 

menu rut propinsi tahun  1999 

STATUS Gill TOTAL

Provinsi Gizl Buruk Gizi Kurang Gizi Balk Gizl Lebih

I

% N

N %  N % 

1: 76 1 

%  N % 

01 Aceh 251  10.95  348  15.18  68.76  117  5.10  2292  100 

Sumut 555  11 .36  859  17.58  3242  66.37  229  4.69  4885  100 

Sumbar 268  7.55  701  19.74  2454  69.11  128  3.60  3551  100 

Riau 147  8.40  285  16.28  1209  69.05  110  6.28  1751  100 

Jambi 138  9.69  259 1 18.19  961  67.49  1  66  4.63  1424  100 

Sumsel 157  5.93  405  15.30  1961  74 .08  124  4.68  2647  100 

Bengkulu 93  9.82  143  15.10  671  70.86  40  4.22  947  100 

Lampung 140  8.46  264  15.95  111 7  67.49  134  8.10  1655  100 

OKI-Jaya 100 

I

5.72  222  12.71  1278  73.15  147  8.41  1747  100 

Jabar 444  6.16  1255  17.40  5242  72.69  270  3.74  7211  100 

Jateng 464 

1 5.42  1637  19.12  6209  72.51  253  2.95  8563  100 

01 Yogya 30  3.58  101  12.05  669  79.83  38  4.53  838  100 

Jatim 682  7.78  1601  18.26 1  6053  69.02  434  4.95  8770  100 

Bali 73  3.98  217  11.84  1437  78.40  106  5.78  1833  100 

NTB 202  10.64  422  22 .22  1208  63.61  67  3.53  1899  100 

NIT 460  10.13  1048  23.09  2875  63.34  156  3.44  4539 

1  100 

Timtim 386  12.42  616  19.81  1802  57.96  305  9.81  I 3109  100 

Kalbar 192  11.48  387  23.15  1034  61 .84  59  3.53  1672  100 

Kalteng 89  7.56  230  19.54  808  68.65  50  4.25  1177  100 

Kalsel 170  8.23  454  21.97  1368  66.21 1  74  3.58  2066  100 

Kaltim 128  7.57  305  18.04  1210  71 .56  48  2.84  1691  100 

Sulut 107  8.24  154  11 .86  957  73.73 1  80  6.16  1298  100 

Sulteng 108  7.23  315 I 21.10  1006  67.38  64  4.29  1493  100 

Sulsel 591  9.01  1318  20.10  4421  67.42  227  3.46  6557  100 

Sultra 103  5.63  314  17.18  1362  74 .51  49  2.68  1828  100 

Maluku 47  1  7.34  98  15.31  459  71.72  36  5.63  640  100 

Irja 268  9.67  432  15.59  1871  67 .52  200  7.22  2771  100 

Total

I

6393  8.11  14390 

I

18.25  54460  69.06  361 1 

I

4.58  78854  1  100 

Sumber : SUSENAS.  1999 

(26)

- - - - - -_ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi status gizi analc di bawah lima tahun (BB/U).

menu rut

propinsi tahun 2000

I

No

1

Provinsi

Aceh

Gizi Bu ru k

N

I

% 223 16.10

STATUS GIZI Gizl Kurang I Gizi Baik

N % N % 

312 1 22 .50 815 58.80

Gizi lebih

N % 

35 2.50

TOTAL

N  I % 

1385 100 2 Sumut

I

405 9.20 766 1730 3065 69.30 187 4.20 4423 100

1

I

3 Sumbar 178 5.00 595 16.80 2682 75.50

I

95 2.70 3550 100 4 I Riau 52 3.90

I

174 13 .00 1057 78.90 57 4.30 1340 100 5 Jambi 133 9.70 232 16.90 949 69.30 55 4.00 1369 100 6 Sumsel 193 7.50

I

430 16.80 1848 72.20 87 3.40 2558 100 7 Bengkulu

I

43 1 4.40

I

106 10.80 762 77.40 74 7.50 985 100 8 Lampung 88 5.70 256 16.50 1121 72.50 82 5.30 1547 100 9 Jakarta 117 7.10

I

211 12.80 1231 74.60 92 5.60 1651 100 10 Jabar 475 6.90

I

1011 14.60 5243 75.60 204 2.90 6933 100 11

I

Jateng 407 5.10 1281 16.10 6057 76.30 191 2.40 7936 100 12

I

Jogja 35 4.70

I

95

I

12.80 581 78 .50 29

I

3.90 740 100 13 Jatim 540 6.30 1429

I

16.70 6309 73.70 280 3.30 8558 100 14 Bali

I

55 3.00 206 I 11 .20 1523 I 83.00 50 2.70 1834 100

15 NTB 143 7.40 386 19.90 1361 70.10 51 2.60 1941 100 16 NIT 474 10.90

I

990 22.70 2738

I

62 .80 155 3.60 4357 100 17 Kalbar 131 7.90 350 1 21.20 1140 6910 28 170 1649 100 18 Kalteng 101 9.00 239 21 .20 756 6710 30 2.70 1126 100 19 Kalsel 165 7.60 468 21 .60 1488 68.70 44 2.00 2165 100 20 Kaltim 115 7.10 254 15.70 1179 73 .10 65 4.00 1613 100 21 Sulut 73

I

6.80 168 15.60 786 73 .20 47 4.40 1074 100 22 Sulteng

I

122 9.00 227 16.70 975 71 .70 35 2.60 1359 100 23 I Sulsel 534 I 8.80 1156 I 19.10

I

4204 69.40 165 270 6059 100 24 Sultra 141 7.60 355 19.20 1281 69.40 69 3.70 1846

I

100 25 Maluku 46 1270 48 13.30 251 69.50 16 4.40 361 100 26

I

Irianjaya 330 14.70 346 15.40 1492 66.50 75 3.30 2243 100

TOTAL 5319

1

7.53 12091 17.13 50894 72.09 2298 3.25 70602 100

Sumber : 

SUSENAS, 2000

(27)

_ __ _ __ _ _ _ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG £N£RGI KRONIS (KEK)

Prevalensi status gizi anak di  bawah lima tahun (BB/U),  

menurut propinsi tahun 200 I  

Provinsi Gizi Buruk Gizi Kurang

I

Gizi Baik Gizi Lebih

N

,

I

%  N

I

N % N %  N %

Aceh 42  6.50  131  20.20 

1

449  69.10  28  4.30  650  100 

SumtJar 16  3.90  75  18.30  309 

1  75.40  10  2.40  410  100 

JamtJi 14  4.30  78  23.70  231  70. 20 1  6  1.80  329  100 

Riau 25  9.80  42  1650  178  69. 80 1  10  3.90  255  100 

Sumsel 33  8.40  78  19.90  274  69.90  7  1.80  392  100 

Bengkulu 9  4.50  24  12.00  149  74.50  18  9.00  200  100 

Lampung 25  6.70  60  16. 10  267  71.60  21  5.60  373  100 

Babel 2  4.30  10  21.30  34  72.30  1  2.10  47  100 

Jakarta 25  5.10  73  14.80  372  75.50  23  4.70  493  100 

Jabar 1 39  3.20  206  17.00  947  77.90  23  1.90  1215  100 

Jateng 52  4.50  221  19.10  858  74. 20  25  2.20  1156  100 

Jogja 9  3.00  51  17.20 1  229  77.40  2.40  296  100 

Jatim 71  5.30  267  20.10  966  72.60  27  2.00  1331  100 

Banten 31  7.80  78  19.50  285  71.30  6  1.50  400  100 

Bali 9  2.50  46  13.00  292 

1 82.30  8  2.30  355  100 

NTB 38  8.40  102 

22 .70  306  68.00  4  0.90 

1 450  100 

NIT 58  10.30  139  24.80  344  61.30  20  3.60  561  100 

Kalbar 37  9.40  99  25.10  254  64.30  5  1.30  395  100 

Kalteng 44  18.80  43  18.40  147  62.80  0  0.00  234  100 

Kalsel 20  5.40  91  24.50  253  68.00  8  2.20  372  100 

Kaltim 11  4.70  47  20.00 

1

171  72.80  6  2.60  235  100 

Sulut 18  16. 10  26  23.20  65  58.00  3  2.7 0  11 2  100 

Sulteng 19 1  7.10  65  24.40  172  64. 70  10  3.80  266  100 

Sulsel 55  10.00  139  25.301  335  60.90  21  3.80  550  100 

Sultra 17  5.40  71  22.40  218  68.80  11  3.50  317 1  100 

Gorontalo 10  14.10  12  16.90  46  64.80  3  4.20  71  100 

Irian Jaya 12  5.3  39  17.1  167 

1  73.2 1  10 

4.4 [  228  100 

Indonesia 741 I 6.30 

I

2313 

19.80  8318  1 71.10 

I

321  2.75  11693  100 

STATUS GIZI TOTAL

Sumber : SUSENAS. 200 I  

(28)

- _ _ _ _ __ _ __ KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DAN KURANG EN ERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi status gizi anak di bawah lima tahun (BB/U). 

menurut propinsi tahun 2002 

'---.

STATUS GIZI TOTAL

I

I

I Gili Kurang Gizl Baik

Provinsl Gizi Buruk Gizl Lebih

%

N N %  N % N %  N %

01 Aceh' 8 540 .23 1 1540

I

113 75.80 5 340 149 [ 100 673 12.10 1126 20.20 3694 66.10 92 1.60 55 85

I

100 Sumut

17.70 2680 74.00 49 100

Sumbar I 253 7. 00 642 140

I

3624

Riau 63 7.00 125 13.90 651 72 .30 61 6.80 900 100

18.90 1700 72 .80 37 1.60 2334 100

Jambi 155 6.60 442

100 346 18.60 1290 69.30 43 2.30 1861 Sumsel 182 9. 80

Bengkulu 73 7.70 185 19.50 662 69.80 28 3.00 948 100 53 2.30 2277 100 Lampung 158 6.90 368

I

16.20 1698 74 .60

18.60 486 I 74 .50

28 121 17 2.60 652 100

Bangka Belitung 4.30

15.50

I

1212 71.10 1704 100

OKI-Jaya 130 7. 60 264 98 5.80

285 4.80 15.70

I

4537 76 .80 159 2.70 5906 100

Jabar 925

100 18.60 6109 73 .70 152 1.80 8284

Jateng 485 5.90 1538

794 I

iDO

12 01 Yogya 17 2.10 119 15.00 64 6 81.40 1.50

161 8182 100

Jatim 549

I

6.70 I 1563 19.10 5909 72.20 2.00

15.20 1381 44 2.50 1779 100

84 4.70 270 77.60

Banten

244 13.50 1434 79.10

I

56

I

3.10 1814 100

Bali 80 440

1.50

471 25.20 11 31 60.50 28 1869 100

NTB 239 12.80

1291 26.80 1.20 4816 100

NIT 

567 11.80 2902 60.30 56

2171 I 100 460 21.20 1395 64 .30 46 2.10

Kalbar 270 1240

31 2.70 11 69 100 Kalteng 152 I 13.00

I

208 17.80 778 66. 60

509 I 22.80 1480 64

I

2.90 2232 100

Kalsel

I

179 8.00 66.30

16.40 1954 82 3.10 2674 100

Kaltim ! 199 740 439 73.10

16.30

I

550 73.40 25 3. 30 749 100

Sulut 52 6.90 122

10.30 J  483 43 1.90 2301 100

Sulteng 238 21.00 1537 66 .80

113 1.70 6521 100 Sulsel 546 8.40 1378 21.10

I

4484 68 .80

149 19.90 1316 32 1 1.70 1868 100

Sultra 8.00 371 70.40

25.70 I 411

Gorontolo 124 16.60 192 55. 10 19 2.50 746 100

2.20 180 100 Maluku' 1 13 1.20 32 1 17.80 131 72.80 4

12

Maluku Tengah' 8 4.30 41

I

21.90

I

126 6740 6.40 187 100 Papua' 40 15.30 67 25.70 I 149 1 57.10 5 1.90 261 100 Indonesia 5999 \ B.OO  14365 19.30 52546 1 70.50 1627 2.20 74537 100

• Kola Banda Aceh. Kola Ambon. Kola Ternale. Kota Jayapura

Note 4 Provinsi tidak dikumpulkan data antropomten hanya Ibu kota Provinsi Sumber . SUSENAS 2002

Oiolah oleh Atman ta. 2002

(29)

_ __ __ __ _ __ KURANG EN£JI.GI PROTEIN  /KEP) DAN KURANG ENERGI KRONI5 (KEK)

Prevalensi Pendek pada Balita

(Moderate and Severe Stunted/ <­2 SD), menurut surveil studi  terbatas 

Sumber 1990 1992 1995

IBT (4 prop) 44.8

Laki-Laki 47.3

Perempuan 42.3

Suvira (15 provinsi) 41.4

Laki-Laki 42.5

Perempuan 40.3

SKIA (NASIONAL) 46.9

Kora 37.6

Desa 50.2

Laki-Iaki 47.5

Perempuan 46.3

Scudi evaluasi JPS-BK (5 provinsi) Kora Desa 1999 49.3 43.9 51.3

Prevalensi Sangat Pendek

pada 

Balita

(Severely Stunted/ <­3  SD)  menurut surveilstudi  terbatas  

Sumber 

IBT (4 prop)

Laki-Laki Perempuan 1990 18.6 20. 1 17. 1

1992 1995 1999

Suvira (IS provinsi) I SA

Laki·Laki 15.6

Perempuan 15. 1

SKIA (NASIONAL) 25.1

Kora 18.2

Desa 27.6

Laki-Iaki 25.9

Perempuan 24.3

Studi evaluasi JPS- BK (5 provinsi) Kora

Desa

23.7 20.2 25.0 OlOlah alch . Almanta . sampd dengan tahull  1999 dari berbagai sumbe r 

(Suvtla SKIA. Stud/. [valuasl JPS-BKi

(30)

- - - -_ _ _ _ _ _ KURANG fNfRGI PROTf/N (Kf P) DAN KURANG fNfRGI KRONIS (KfK)

Prevalensi Pendek dan Sangat Pendek

pada anak 6 

­ 23 

bulan 

« -

SO  dan 

<

­3 

SO)  menurut  IBT  dan  ECO 

IBT  (4  provins i) 

Sumbe r 1990

37.5 

1992 1995

150.0 

1999

ECD  (3  provinsi)  33.4  11.9 

Prevalensi Pendek dan Sangat Pendek

pada anak 60­108  bulan 

« -

2  SO dan 

<

­3  SO)  menul­ut TBABS 

Sumber <-2 SO <-3 SO

1994 1999 1994 1999

TBABS  (Nasional)  39.8  36. 1  10.7  9. 1 

Laki­Iaki  43 . 1  40. 1  13 .0  I 1.1

Perempuan  36.3  32.5  8.2  6.9 

(31)

_ _ _ _ _ __ _ __ KURANG EN ERGI  PROTEIN  (KEP) DAN KURANG ENERGI K RONIS (KEK)

Prevalensi risiko I<el<urangan

・ョ・セァゥ@

kronis (KEK)

pada

wan ita

usia subur (WUS). tahun 200 I

o  

Untuk  menanggulangi  serta  mengurangi  kelahiran  bayi  dengan  beratlahir 

rendah  (BBLR)  perlu  langkah  yang  lebih  dini.  Salah  satu  earanya  adalah 

mendeteksi  seeara  dini Wanita  Usia  Subur  (WUS)  dengan  risiko  Kurang 

Energi  Kronis  (KEK). 

o  

Batas  ambang  LILA WUS  dengan  risiko  KEK  di  Indonesia  adalah  23.5  em. 

Apabila  ukuran  LILA 

<

23 .5 artinya wanita tersebut mempunyai  risiko  KEK 

dan  diperkirakan  akan  BBLR 

Prevalensi KEK pada WUS

tahun  1999: 24,9%; 

tahun  2000 : 21.5%; 

tahun  2001:  19.1% 

tahun 2002  :  17.6% 

Se baran  masalah  r isiko  ke kurangan energi kronis (KEK)  pada wan ita us ia  subur (WUS). t ahun 200 I 

_ < 20%

20 .  )0 % 

D ,

>= )0% 

t a 

GIZI DALAM ANGKA SAMPAt DENGAN Th  2002 

(32)

­­

­ ­ - -­ -­ -­ ­ ­

-

-­ -­ -­

­ ­

- - - -- - -- - _ KURANG ENERGI  PROTEIN (KEP) DAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK)

Prevalensi risiko KEK  pada WUS, tahun 200 I  

No 

Propinsi 

Prevalensi 

I  OIAceh  t.a .d 

­ ­

-2  Sumut  13.0 

-

­-

­

3  Sumbar  14.6 

-4  Riau  12.3 

5  Jambi  16.8 

6  Sumsel  15.9 

­

Mセ@

­

7  Bengkulu  14.3 

8  Lampung  18.5 

-9  OKI Jakarta  13.3

­-10  Jabar  18.2 

II Jateng  22.2 

12  OIYogya  19.0

­-

­

13  Jatim  21.9 

No 

14  I-15

­-16  17  18  ­ 19 

20  21  ­ 1­ 22  ­ 23  24  25  ­ 26 

Propinsi 

Bali 

­

NTB 

r ­ ­

-NTT  Kalbar  Kalteng  Kalsel  Kaltim  1­ Sulut  Sulteng  Sulsel  Sultra  Maluku  Papua 

Prevalensi risiko  KEK  pada WUS, tahun 2002 

Prevalensi 

13 .5  26.7  40.8  19.4  16.4  19.3  16.6  11.2  17.4  17 .5  19.7  t.a.d  25.7 

Propin 

NAO  Sumut  Sumbar  Riau  Jambi  Sumsel 

No 

I   2   3   4   5   6  

No 

Propinsi 

Prevalensi

si 

Prevalensi 

Bali  13 .97 

t.a.d  16  

­

­

NTB 11.45

­

­­

17  27. 10  

14.09  18   NTT 36.02 

Kalbar  13.43 

9.47  19  

13.76  20   Kalteng  15 . 19 

­

セ@

Kalsel  15 .67

16.85  21  

­

­­+-7  Bengkulu  13.16  22   Kaltim 13 .60  

­

14.23  23  Sulut  7.47

8  Lampung 

セ@

f­-13.38  24   Sulteng  15.44

9  Babel 

12.94  25   Sulsel 16.4 3 

10  OKI Jakarta 

­ 

I I  Jabar   15.75 

­

26   Sultra  14.95 

21.79  27   Gorontalo  21 .24  

12  Jateng 

­ ­ 

13  01 Yogya  

­

I ­

-19.81  28   Kt.Ambon  t.a.d 

21.43  29   Ternate  t.a.d 

14  Jatim 

1-15  Banten  17.68  30   Jayapura  t.a .d 

Keterangan  : t.a.d 

=

tidak ada data  

Sumber : Susenas 200 I, 2002  

(33)
(34)
(35)

60 

WHO menganjurkan pemberianASI 

50 

secara eksklusif sampai dengan umur 

40 

6  bulan 

ll .9 

Ternyata  semakin  besar  umur  bayi 

20 

semakin  rendah  presentase  ASI 

10 

ekslusif. 

_ _ _ __ __ _ _ _ AIR SUSU IBU (AS/) E.KSKLUS IF,MAKANAN PE. N DA M P/N GASI (M P-ASI)

Air Susu Ibu (ASI) _ _ _ _ _ _ __

Salah  satu  suksesnya  pemberian  ASI  adalah 

memberikanASI setengah jam pertama setelah lahir. 

Hasil  penelitian  menunjukkan  hanya  8.3%  bayi 

mendapat ASI  setengah  jam  pertama setelah  lahir. 

ASI Eklusif _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __

Pemberian  ASI  secara  ekslusif  mempunyai  keuntungan  yang  sangat  besar 

seperti melindungi  bayi  terhadap infeksi, adanya kontak yang lebih erat antara 

ibu  dan anak, melindungi kesehatan ibu, memperpanjang kehamilan berikutnya 

bahkan ada  keuntungan ekonomi yang diperoleh . 

ッ セ

_ _ __ 

_ _ _____

セ@

0­<6  0 ­< 4  4  ­< 6   bu lan  

Persentase (%) pemberian ASI  ekslusif   sesuai  umur (bulan)  

o  

Rekomendasi  dari  "Innocenti  Declaration"  adalah  pemberian ASI  sampai 

dengan  24 bulan 

o  

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  rata­rata  lamanya  bayi  mendapat ASI 

adalah  23.9  bulan 

Makanan PendampingASI (MP-ASI) _ _ _ _ _ _ __

o  

Bayi  membutuhkan makanan tambahan selain ASI  setelah  berumur 6 

bulan. 

o  

80.9%  bayi  yang  mendapat  MP­ASI  pada  umur  6  ­ 9  bulan,  dan 

diperkenalkan  dengan  MP­ASI  sangat  dini, yaitu  rata­rata  berumur 

1.7  bulan 

(36)

AIR SUSU IBU ( AS/) EKSKLUSIF, MAKANAN PENDAMPING A SI (MP. A SI)

Proporsi bayi 

4  bulan yang mendapat AS. eksklusif 

menu rut SDK. dan Susenas 

SUSENAS  1991  1994  1997  1999 

Laki­Iaki  - - セ@ Perempuan  Kota 

­

Desa  - - -

­

SDKI 

-Variasi  propinsi  66.3  65.1  65.7  -64.4 

r--64.1  52.4  -47.4  19  ­ 83 

­ 66.9  65.7  ­ 66.0  52.0  29  ­ 85 

Proporsi bayi 6 - 9 bulan yang mendapat MP- AS.

menurut SDKI dan Susenas

Susenas 1991 1994 1997 1999

Laki­Iaki 

Perempuan 

88.4  - - -I

-88.7

90.2 I

-91.3

Kota 88.1 88.8

Desa 88.7 90.5

SDKI 81.2 85.3 80.9

-

- .

--

-

'"-.

. Proporsi anak 12 - 15 bulan yang masih mendapat ASI,

.

menu rut SDKI dan Susenas

1997

Susenas 1991 1994

Laki-Iaki

Perempuan

Kota

Desa

-SDKI 87.4 88.2

80.4 80.4 80.3 82.6 86.0 1999 81.0 80.9 812 84.3

(37)
(38)
(39)

_ _ __ _ __ _ _ __ _ __ _ _  GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

Prevalensi Gangguan akibat KurangYodiumo(GAKY).

Total Goiter Rate (TGR) pada anak sel<olah

Masalah GAKY diidentifikasi berdasarkan angka Total Goiter Rate (TGR). Survey 

Nasional  menunjukkan  adanya  penurunan TGR  pada  anak  sekolah  dasar  dari 

30.0%  pada  tahun  1980 menjadi  9.8%  pada tahun  1998. 

40 .0  35.0  .c  30.0  30.0  ­

'" 

(5  25 .0  セ@ Q)  VI 20 .0  セ@

'" 

c  15 .0 

'" 

c::  CJ  10.0 I-5.0  I  ­ 0.0 

1980 

, - Pemetaan 

t

I

Q Estimasi

24.95 

. - ,

19.9 

­-

13 .59  ­

­

セ Yᄋ エ

­

=J

­

­

­-1986  1990  1995 

­

セ@

I  1998  TAHUN 

Rumah tangga meng­konsumsi garam yodium secara adekuat (>30 ppm) tahun 

2002  sebesar 68.4%. 

70   60  

so 

40  

30  

10  

セM]セセM]セセ セ]L

__

セセ@

__

セセセ]]セセセセ@

1996  1997  1998  1999  2000  2001  2002  

(40)

­ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ __ _  GANGGUAN AKI8AT KEKURANGAN YOOIUM (GAKYI

PrevalensiTGR pada anak sel<olah  berdasarkan propinsi, 

tahun  1998 

.... 

82 

r  l 

5­ 199 ' _ 

< 5  % 

"

­­

-

;F

• 20-29.9 ' _

•  > 30  % 

Kode  Propinsi 

%TGR

Kode  Propin si 

%TGR

BPS  BPS 

II  D.I.Aceh 5.4 52 NTB 19.7

12 Sumut 6.7 53 NTT 38. 1

13 Sumbar 20.5 54 Timtim 21.4

14 Riau 1.1 61 Kalbar 2.3

15 jambi 3.7 62 Kalteng 8 . 1

16 Sumsel 7.3 63 Kalsel 1.7

17 Bengkulu 8.2 64 Kaltim 3. 1

-18 Lampung 11.9 71 Sulut 3.0

31 DKI jakarta 2.0 72  Sulteng 16.5

32 jabar 4.4 73 Sulsel 10. 1

33 jateng 4 .5 74 Sultra 24 .9

34 D.I.Yogya 6. 1 81 Maluku 33 .3

35 jatim 16.3 82 Irja 13 .0

5 I Bali 12.0

Sumber : Depkes-D iL Gizi Masyara kat, 1999

(41)

­ ­ ­_ __ _ _ _ _ _ __ _ _ _  GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YOD/UM (GAKY)

Persentase Konsumsi Garam di Rumah Tangga

Menurut Propinsi

No  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  PERKOTAAN  PERDESAAN  Tidak  Tidak 

Propinsi  Mengkonsumsi  Mengkonsumsi  Mengkonsumsi  Mengkonsumsi 

Sumatera  Utara  97,05  2,50  99,80  0,20 

Sumatera  Barat  88,41  11,59  98,52  1,48 

Riau  78,07  21,20  99,51  0,41 

Jambi  98,99  0,59  99,78  0,22 

Sumatera  Selatan  98,61  1,39  100,00 

Bengkulu  85,85  14,15  99,52  0,48 

Lampung  98,95  1,05  99,83  0,17 

Bangka  Belitung  97,20  2,80  100,00 

OKI  Jakarta  86,61  13,39  ­ ­

Jawa  Barat  96,40  3,60  99,06  0,94 

Jawa Tengah  96,74  3,26  98,74  1,26 

0.1.  Yogyakarta  94 ,69  5,31  99,07  0,93 

Jawa Timur  95,64  4,36  98,75  1,25 

Banten  97,55  2,45  99,47  0,53 

Bali  91,16  8,84  99,63  0,37 

Nusa  Tenggara  Barat  100,00  99,86  0,14 

Nusa Tenggara  Timur  99,45  0,55  99,60  0,40 

Kalimantan  Barat  99,25  0,74  100,00  ­

Kalimantan  Tengah  94 ,56  5,44  100,00  ­

Kalimantan  Selatan  98,85  1,15  99,16  0,84 

Kalimantan  Timu r  94,01  6,00  99,87  0,13 

Sulawesi  Utara  98,89  1,11  100,00  ­

Sulawesi Tengah  98,07  1,93  99,58  0,42 

Sulawesi  Selatan  98,46  1,48  99,51  0,48 

Sulawesi Tenggara  98,59  1,41  99,01  0,99 

Gorontalo  97, 83  2,17  100,00 

­

Kota  Banda  Aceh  82 ,69  17,31  ­ ­

Kota  Ambon  100,00 

­

100,00  ­

Kota  Ternate  100,00  ­ 100,00  ­

Kota  Jayapura  60,00  40,00  ­

INDONESIA  95,67  9,31  0,87  0,87 

(42)
(43)
(44)
(45)

_ _ __ _ __ __ _ __ _ __ _ __ __ _ AN EMI A GIZI BESI (AGB)

Profil anemia gizi besi

Besaran masalah sampai dengan tahun 1995

Kelompok Umur

Remaja  putri 

Bumil 

Balita 

Anak usia  sekolah 

WUS 

Usia  produktif 

Usia  lanjut 

Sumber :  SKRT  1995 

Prevalensi

(%) 

Jumlah

57. 1 

6.3  juta 

50.9 

2.5  juta 

40.5 

8.1  juta 

47.2 

17  juta 

39.5 

13  juta 

48.9 

51 .8  juta 

57.9 

5  juta 

(46)

_ _ _ _ ANEMIA GIZI BESI (AGB)

Prevalensi anemia gizi besi  tahun 200 I 

(sumber. SKRT 200 I )

ANAK UMUR 01  BAWAH LIMA TAHUN (BALlTA) 

Umur (Bulan) 

0­5 

6­ II 

12­ 23 

24 ­ 35 

36 ­ 47 

48 ­ 59 

TOTAL 

PREVALENSI ( 

% ) 

61.3 

64.8 

58 

54.4 

38.6 

32. 1 

47 

WAN ITA USIA SUBUR (WUS) 

Umur  (Tahun)  

15  ­ 19  

20 ­ 29  

30 ­ 39  

40 ­49  

TOTAL  

WUSKAWIN  

WUS TIDAK  KAWIN  

BUMIL  

PREVALENSI  ( 

% ) 

26.5 

25.3 

25.9 

28.7 

26.4 

26.9 

24.5 

40. 1 

(47)
(48)
(49)

_ _ _ __ __ _ __ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ KURA N G VITAMIN A (KVA)

KurangVitamin A  (KVA) 

Indonesia  dinyatakan  bebas  masalah 

xeropthalmia (prevalensi 0.33%, Survai vitamin 

A­tahun  1992).  Namun  tetap  perlu  waspada 

karena  50%  balita  masih  menunjukkan  kadar 

vitamin  dalam  serum  <20  mcg/di. 

10 

Juta  

(Sub­klinis)  

66 Ribu

Terancam 

Bercak Bitot 

Kebutaan 

Estimasi jumlah pendudul< yang beresiko dan 

terkena  kekurangan  gizi  mil<ro, tahun2000 

GAKY  AGB  KVA*) 

Umur  (tah un) 

Daerah  endemis 

Laki­Iak i  Perempuan  Laki­Iaki  Perempuan 

0­4  Populasi  yg  3.323.801  3.951.964  4.655.184  4.371.641 

5 ­ 9 

10  ­ 14 

15  ­ 44 

45  ­ 54 

bersiko  Berat  11 .209. 169  Sed,ang  12.251 .805  4.980.274  5.088. 116  29.237.421  5. 179.787  4.973 .595  5.939.753  20.219.020  3.763.174  1.023.748 

55  ­ 64  Ringan  3.843.322  4.065.016 

65 +  50. 182. 152  3. 180.365  3.541 .080 

TOTAL  73.643 . 126  54.833 .086  46.453 .602 

Sum be,'  :  SUVITA. 1992. dlo lah oleh Armarita dalam" An analysis o f the key facto rs deter min ing  the  tre nd  in fo o d sew/'ity  and  nu trition  in  Ind ones ia from  1978  to 2000. 

*) Sub­kli ni s  (kadar  vit A  dalam  se rum < 20mcg/dl)  ­ mengenai  50% bal ita  ­ prevalensi  WUS  de ngan  buta senj a 

(50)

­ ­­ ­ ­ ­ ­ ­ ­­ ­ ­

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ _ KURANG VITAMIN A (/(VA) 

Proporsi anak 6 - 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A,

(Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes)

100  80 

Persen (%)  60  40  20 

0 + ­ ­ ­­ ,- -- ,- - -, - - - - ,- - - -, - - -- -, -- - - , (

Proporsi ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A,

-(Direl(torat Gizi

Masyarakat, Depkes)

(51)
(52)
(53)

_ _ __  _  _  _ __ __  _ __ __  _  _ __  _  GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA

Gagal tumbuh (growth faltering) anal< umur 0 - 59 bulan

di desa dan kota

Dari  nilai  rata­rata  Z­score  BB/U  di  desa  dan  kota  anak  umur  0  ­ 59  bulan. 

ternyata  menunjukkan  bahwa  gaga I tumbuh  ("growth  faltering")  sudah  mulai 

terjadi  pada  anak  umur 4  bulan. Oleh  karena  itu  pemberian  air susu  ibu  (ASI) 

eksklusif  menjadi  penting.  yang  kemudian  dilanjutkan  dengan  Makanan 

Pendamping ASI  (MPASI). 

1.00 

0.5 0 

-+--_ __

GagalTumbuh _ __ _ _ _ _ __ .

0. 00 

10  12  14  16  18  20  22  24  26  28  30  32  34  36  384 0  42  44  4648  50  52  54  56  58  60  ­050 

---.- Desa

KOla  · 1. 00 

­1.50  ­200 

U mur (bulan)

Sumber : PSG  1999. diolah  oleh Atmarita 

(54)

­ ­ ­­ ­ ­ ­­ ­ ­ ­­ ­ ­ ­_ _ __  _ _ __  GANGGUAN PERTUM8UHAN 8ALI TA

Analisa terpisah antara balita laki-Iaki dan perempuan dari nilai rata-rata

Z-Score BB/UM desa-kota juga menunjukkan bahwa

gaga

tumbuh terjadi

mulai pada umur 4 bulan.

100 

I

balita  laki­Iaki menu rut  desa­kota 

- - + - - -Kota L

050 

セ@

_ DesaL

Gagal Tumbuh

セ@

セ@ セ@

セ@

0.000 

セ セJ

G@

...

T セセ X セ セセ

セセ

Q R セセ LNNNN V セセ セ R MMMM

Q セセ RP G@ セ T RX

S セ S セ T セ TT セセG TLNNNN X セG Lセ UG@ セ V VP

R セセ V

...

セ P セセ セ

L@ セ RセG@セL@ セ U MM

セ@

 

8

-0.50

if)  "§

'" 

"'  ­1 .00

ro

a:  ­1.50  ­2.00  1.00  0.50  セ@ 0.00 =>  en  en  Q) 

0  ­0 .50 

( )     if)   "§

'" 

­1  .00 

ro

a:

'" 

­1.50  ­2.00 

MMMM

MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM]

セ セ@

 

Umur  Sumber : PSG  1999  balita perempuan desa­kota 

- . . . - Kol aP

_ DesaP

Gagal Tumbuh

Umur  Sumber:  PSG  1999 

(55)
(56)

GIZI DALAH  ANGKA  SAHPAI  DENGAN  Th  2002 

(57)

0

_ _ _ _ __ __  _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _  MASALAH GIZI USIA D EWASA 

Masalah gizi usia dewasa

「・イ、。ウ Lセイォ。ョ@

Indeks Massa Tubuh (IMT)

(dariberbagaisurnber)

Sumber  lokasi  Jen ls Ke l  Umur  Indeks  Massa Tubuh  (IMTl 

Gizl Kurang  Normal  Gizi  Obesilas  lebih 

<17  17­18.4  18.5­25 ,0  25 .1­27  > 27 

Survei  Daerah  UP 

IMT/96/97  Perkotaan 

Propinsi  Laki­Iaki  > .18  59  10.6  68 .5  8.1  6.8  Laki­laki  18­24  8.7  17.6  69 .2  2.5  2.0  Laki­Iaki  25­29  4.1  12.1  75 .2  5.6  3.1 

Laki­Iaki  30­34  3.7  7.5  74 .1  8.8  5.9 

Laki­Iaki  35­39  3.0  8.5  701  10.0  8.3 

Laki­Iaki  40­44  3.0  69  66,1  12.9  11.1 

Laki ­Iaki  45­49  3.7  7.6  65 .2  11.5  119 

Laki­Iaki  50+  8.3  10.7  65.4  8.4  7.2 

Perempuan  > .18  5.7  9.4  60 ,9  10.5  13.5  Perempuan  18­24  8.1  16.7  68 .5  3.8  3. 0  Perempuan  25­29  4.6  11 .2  68 .8  79  7.5  Perempuan  30­34  3.3  7.3  66.3  11.0  12.1  Perempuan  35­39  3.0  6.4  59.6  12.8  18.2  Perempuan  40­44  2.6  5.8  55.5  14 .5  21.7  Perempuan  45­49  4.2  5.7  53. 0  159  21.3 

Perempuan  50+  8.8  93  55.8  11.0  15.2 

IMT <1 8.5  NORMAL  IMT > 25  NSS­HKII 

Apr­Mei  99 

Jawa  Sara!  Perempuan  > .18  12.3  73.7  14.0 

Jawa Tengah  Perempuan  > .18  16.2  73 .2  10.5 

Jawa n mur  Perempuan  > .  18  17.2  71.2  11 ,6 

Lombok  Perempuan  > .  18  14.0  79.1  6,9 

Semarang  Jakarta  Pere mpuan  Perempuan  > .18  > .18  16.1  15.0  66.3  66 ,2  17,6  18,8 

Surabaya  Perempuan  >.18  130  66.4  20 ,6 

Makassar  Perempuan  > = 18  18.1  68.8  13.1 

NSS­HKII  Jawa bara!  Perempuan  > .18  12 .3  70.4  17.4 

Sep­Des 00  Jawa Tengah  Perempuan  > .18  12 .1  73.1  14.8 

Jawa n mur  Perempuan  > .18  14.2  70. 7  15,1 

Lombok  Perempuan  > .  18  13.5  76.4  10.2 

Sulsel  Peremp uan  > ·18  10.2  75.0  14.8 

Lampung  Perempuan  >.18  13.3  72.6  14.1 

Sum bar  Perempuan  > =18  9.9  76.4  21. 1 

Semarang  Perempuan  > =18  11.8  63.0  25 .2 

Jakarta  Perempuan  >.18  10.9  66 9  22.2 

Surabaya  Perempuan  > =18  11.5  63. 7  24. 8 

Makassar  Perempuan  > =18  14.1  67.3  18,6 

(58)

_ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _  MASALAH GIZI USIA D£WASA

Masalah gizi  usia dewasa berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) 

(berbagai provinsi) 

INDEKS MASSA TUBUH (IMT) 

N o 

Propins i 

<18 ,5 

18,5­25 

>25 

>27 

=>30 

Banda Aceh 

8,8 

55,4 

35 ,8 

21 ,S 

7,5 

Medan 

12,9 

59,8 

27,4 

16,7 

6,9 

Padang 

14,5 

59,3 

26,2 

16,0 

5,2 

Pekanbaru 

17, 1 

62, 1 

20,8 

10,8 

4,5 

Jambi 

17,3 

66,8 

15,9 

6,6 

2, 1 

Palembang 

IS,S 

58,6 

25 ,9 

15,0 

4,8 

Bengkulu 

16,3 

64,S 

19,0 

9,5 

2,8 

Lampung 

15,1 

65,7 

19,3 

9, 1 

2,2 

Jakarta 

13,8 

67,0 

19,0 

9,9 

3,1 

10 

Bandung 

14,3 

61, 3 

24,4 

11 ,2 

3,5 

II 

Semarang 

17,3 

63,5 

19,3 

9,8 

3,7 

12 

Yogyakarta 

15,7 

63,9 

20,4 

I 1,3 

4,7 

13 

Surabaya 

16,5 

61 ,S 

22,0 

I 1,4 

4,5 

14 

Denpasar 

13,0 

66, 1 

20,9 

10,5 

4,1 

15 

Mataram 

15,0 

68,9 

16,0 

7,2 

2,3 

16 

Kupang 

20, 1 

64,2 

15,7 

7,9 

2,4 

17 

Dili 

13,0 

77,3 

9,7 

4, 1 

0,8 

18 

Pontianak 

24,6 

63,1 

12,3 

6,9 

2,6 

19 

Palangkaraya 

14,7 

69,S 

15,8 

6,6 

2,5 

20 

Banjarmasin 

19,iI 

60,1 

19,9 

9,9 

2,9 

21 

Samarinda 

10,5 

65,1 

24,3 

12,3 

3,7 

22 

Manado 

8,2 

63, I 

28,8 

17,2 

7, 1 

23 

Palu 

15,8 

59,8 

24,4 

13,0 

6,2 

24 

Ujung  Pandang 

19,5 

59,4 

21 , 1 

I 1,3 

3,2 

25 

Kendari 

13,6 

68,6 

17,8 

9,6 

3,1 

26 

Ambon 

17,6 

60,6 

21 ,9 

13.3 

5,5 

27 

Jayapura 

11 ,2 

59,2 

29.6 

16,7 

6,5 

JUMLAH 

15,3 

63,8 

2 1,0 

11,1 

3,9 

(59)
(60)
(61)

_ __ __ _ __ __ _ __ __ _ __ _ _ __ _ KONSUMSI PANGA N

Prevalensi rumah tangga defisit energi dan protein 

menu rut I<ota  dan desa, tahun  1995 •  1998 

Persen Rumah Tangga Defisit Energi «70% AKG) 

Wilayah 

Tahun 

1995 

1996 

1997 

1998 

Kota 

49.54 <

Referensi

Dokumen terkait

Strategi pengelolaan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor kedepan sebaiknya lebih mengutamakan pencegahan konversi lahan dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan,

Jika Penyedia terlambat atau gagal untuk melaksanakan salah satu bagian atau seluruh pekerjaan jasa, tanpa mengurangi hak Pemberi Kerja untuk menggunakan solusi

Hal ini mungkin disebabkan contoh dalam penelitian memiliki status gizi berdasarkan IMT/U dan daya tahan paru-jantung yang cenderung homogen serta jumlah contoh yang

[r]

Pemertahanan bahasa daerah dalam puisi terjemahan seperti yang telah dilakukan oleh Sosiawan Leak dapat mengenalkan budaya Jawa kepada pembaca yang bukan penutur bahasa

Perlu juga ditambahkan bahwa ada tugas-tugas DPR yang cukup banyak dan berat yang harus diselesaikan, yaitu menyangkut legislasi berbagai masalah nasional terutama

Proučavajući hrvatsku filmsku publicistiku u prvoj polovici dvadesetog stoljeća Vjekoslav Majcen ispravno je ustvrdio postojanje snažnog komercijalnog kodiranja. Ako

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH