PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
DINAS KESEHATAN
Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052
SUNGAI PENUH
Kode Pos : 37112
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 Organisasi : Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh Bidang : Pembinaan Kesehatan Keluarga (Kesga) Seksi : Gizi Masyarakat
Program : Perbaikan Gizi Masyarakat
Kegiatan : 1). Pemberian Makanan Tambahan –Pemulihan pada kasus Gizi Buruk / Bumil KEK/Anemia .
2). Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Kekurangan zat gizi mikro. 3). Pemberdayaan masyarakat untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Indikator Keluaran : 1. Terlaksananya Konfirmasi Gizi Buruk
2. Terlaksananya Konfirmasi Bumil KEK/Anemia 3. Terlaksananya Penanganan Kasus Gizi Buruk/Kurang 4. Terlaksananya Penanganan Kasus Ibu Hamil KEK/Anemia
5. Terlaksananya Pemberian Makanan Tambahan (PMT - Pemulihan) balita gizi buruk / kurang.
6. Terlaksananya Pemberian Makanan Tambahan (PMT-Pemulihan) Bumil KEK/Anemia
7. Terlaksananya Pemantauan Status Gizi Buruk/Kurang anak balita yang mendapat PMT
8. Terlaksananya Pemantauan Status Gizi Bumil KEK/Anemia yang mendapat PMT
9. Terlaksananya Pertemuan Perencanaan Program Gizi
10. Terlaksananya Pembinaan dan Bimbingan Teknis pada desa KADARZI.
11. Terlaksananya Penilaian Lomba Balita Indonesia (LBI) Tingkat Kota Sungai Penuh dan Tingkat Propinsi Jambi.
12. Terlaksananya Pembinaan Program Gizi.
13. Terlaksananya Pembinaan dan Bimbingan Teknis Pemberian Zat Gizi Mikro
A. Latar Belakang (a) Gambaran Umum :
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin),bayi,anak,dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanent, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK),yang bila hamil dapat meningkatkan resiko melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR).Setiap tahun,diperkirakan sekitar 350 ribu bayi BBLR (< 2500 gram),sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2010 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang:1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk.Pada usia sekolah,,sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita.Anemia Gizi Besi (AGB) diderita oleh 8,1 juta anak balita,10 juta anak usia sekolah,3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih ada,sehingga ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir.
Hasil pemantauan status gizi anak balita,di wilayah Kota Sungai Penuh menunjukkan bahwa sekitar 15% anak balita menderita gizi lebih. Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit.Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan napsu makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang. Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh : a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah
maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.
b. Pengetahuan,sikap dan ketrampilan keluarga dalam hal :
c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas (perlunya peningkatan kapasitas sumber daya petugas gizi/ahli gizi dalam memberikan pelayanan gizi sesuai dengan Standar Pelayanan Gizi Minimal (SPM-Gizi) dengan mengikuti pelatihan ).
d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan lingkungan.
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar 74% anak balita yang dibawa ke posyandu untuk ditimbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan.Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul Vitamin A baru mencapai 96% sementara ibu nifas (bufas ) yang mendapat kapsul Vitamin A masih rendah sekitar 62% dan ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) baru mencapai 75%. Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 75% dan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium sebesar 92% serta masih adanya rumah tangga yang mengkonsumsi bahan makanan sesuai dengan pola makan yang beraneka ragam,bergizi dan berimbang (3B).Upaya perbaikan gizi masyarakat
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perilaku sadar gizi,peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi tingginya 32 %.Untuk mencapai sasaran RPJMN tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja yaitu :
1. Balita ditimbang berat badannya 2. Balita gizi buruk mendapat perawatan
3. Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 4. Bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 5. Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
6. Rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 7. Kabupaten/Kota melaksanakan surveillance gizi
8. Penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) untuk daerah bencana.
(b).Dasar Hukum
1). Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2). Kepmenkes No.004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan.
3). Kepmenkes No.1547/ Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di Kab/Kota.
4).Kepmenkes No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
5). Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
No.411.3/1116/SJ/2001,tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu. 6). Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
7). Peraturan Daerah Propinsi Jambi No.17 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2005.
B. TUJUAN : Tujuan Umum :
Meningkatkan status gizi masyarakat,menurunkan angka kematian anak gizi buruk dan meningkatkan prosentase keluarga yang menerapkan perilaku sadar gizi.
Tujuan Khusus :
1.Tercapainya peningkatan status gizi masyarakat
2.Meningkatkan kemudahan keluarga dan masyarakat memperoleh informasi gizi. 3.Meningkatkan kemudahan keluarga dan masyarakat memperoleh pelayanan gizi yang berkualitas.
4.Dilakukannya penapisan anak gizi buruk melalui konfirmasi gizi buruk 5.Terselenggaranya kegiatan perawatan anak gizi buruk sesuai standar. 6.Dilakukannya pemantauan dan evaluasi pelayanan gizi
7.Meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku keluarga yang sadar gizi. C. Keluaran :
Adapun hasil yang diharapkan pada pelaksanaan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB),Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro serta kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai KADARZI adalah sebagai berikut : 1.Persentase balita dengan status gizi buruk yang mendapat perawatan 100 %
2.Persentase bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif 80 % 3.Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium 93 % 4.Persentase Pencapaian kapsul Vitamin A pada anak 6-59 bulan 97 % 5.Persentase Pencapaian kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas (Bufas) 65 % 6.Persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe (90 tablet) 80 % 7.Persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 75 % D. Sasaran :
Sasaran kegiatan program perbaikan gizi masyarakat adalah : 1.Petugas Kesehatan
2.Bayi dan balita 3.Wus dan Ibu hamil
4.Ibu Nifas dan Ibu menyusui
5.Lintas Program dan Lintas Sektor terkait 6.Masyarakat
E. Proses Pelaksanaan :
Adapun metode yang dipergunakan pada saat proses pelaksanaan yaitu dengan menggunakan metode :
(a).Observasi (b).Wawancara (c). Antropometri (d). Ceramah (e). Tanya jawab
F. Waktu dan Tempat :
Kegiatan program perbaikan gizi masyarakat ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember Tahun Anggaran 2013, adapun lokasi pelaksanaan kegiatan yaitu dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh, sebagaimana jadwal/skedul terlampir.
G. Sumber Dana :
Adapun sumber dana yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah dari RKA-SKPD Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh Tahun Anggaran 2013, sejumlah Rp.163.075.000,- ( Seratus Enam Puluh Tiga Juta,Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah ), dengan perincian sbb :
I. Pemberian Makanan Tambahan : Rp.57.034.000,-II. Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) : Anemia Gizi Besi (AGB),GAKY,KVA dan Kekurangan Zat Gizi Mikro.
III.Pemberdayaan masyarakat untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi: (KADARZI)
Sungai Penuh, Oktober 2012. Kabid Pembinaan Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh
R E F L I A N , AMK
NIP.19620119 1984 08 1 001
Diketahui oleh.
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA SUNGAI PENUH
A F L I Z A R,BSc,SE,MM Pembina Tk. I
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK)
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK TAHUN 2013.
Dalam rangka pencapaian target sasaran rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan (RPJMN_BK)2004-2009 yaitu AKI 226/100.000,KH dan target pencapaian Millenium Development Goals ( MDGs),yaitu AKI menjadi 102/100.000.KH pada tahun 2015, sedangkan untuk Provinsi Jambi AKI adalah 175/100.000 KH, AKABA adalah 47/1.000 KH dan Angka Kematian Bayi (AKB) 39 /1000.KH ( SDKI tahun 2007), dimana angka AKABA Nasional adalah 44/1000 KH. AKB Nasional adalah 34/1000 kita dibawah angka Nasinal dan sebaliknya AKABA dan AKB diatas angka Nasional.
Sesuai dengan target Sasaran MDGs pada Tahun 2015 diharapkan untuk AKB akan menjadi 23/1000 KH dan AKABA 32/1000 KH, maka diperlukan upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan.
Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu,perdarahan,infeksi,eklamsia,persalinan lama dan abortus komplikasi sedangkan untuk kematian penyebab lansungnya adalah asfiksia, BBLR/Prematuritas, Tetanus, Infeksi dll. Disamping itu kematian tsb juga dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial,ekonomi,tingkat pendidikan,kedududukan dan peraqn perempuan ,faktor sosial budaya serta transportasi,yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya dua keadaan yang tidak menguntungkan, yaitu : (1) Tiga Terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan); (2) Empat Terlalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan). Mengingat penyebab dan latarbelakang kematian ibu yang sangat kompleks dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani oleh banyak sektor, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, maka upaya percepatan penurunan AKI memerlukan penanganan yang menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan melibatkan sektor terkait.
Untuk menganggulangi permasalahan tersebut, telah dilakukan upaya percepatan penurunan AKI. Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan telah mencanangkan Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi terfokus dalam penyediaan dan pemantapan pelayanan kesehatan, dengan 3 (tiga) pesan kunci MPS, yaitu : (1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan (3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Upaya percepatan penurunan AKI tersebut dilaksanakan melalui empat strategi, yaitu : (1) Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi, (2) kerasama lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat termasuk swasta, (3) Pemberdayaan perempuan, keluarga dan pemberdayaan masyarakat, dan (4) Meningkatkan survailance, monitoring evaluasi KIA dan pembiayaan.