• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anemia

1. Pengertian

Anemia dalam bahasa Yunani berarti tanpa darah, adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (HB) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2009, p.19).

Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr %. Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr % selama masa kehamilan pada trimester I dan ke 3 dan kurang dari 10 gr % selama masa postpartum dan trimester 2. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur (Proverawati, 2009, p.76).

2. Penyebab anemia

Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih 95%. Terjadinya peningkatan volume darah

(2)

mengakibatkan hemodilusi atau pengenceran darah sehingga kadar Hb mengalami penurunan dan terjadi anemia (Varney, H., 2007, p.623) . Menurut Soebroto (2009, p.56-57) saat hamil, jumlah darah yang terpakai untuk kebutuhan ibu dan janin, maka otomatis volume darah jadi berkurang. Akibatnya, pasokan oksigen ke otak berkurang. Di awal kehamilan sampai pertengahan trimester dua, pembuluh darah ibu hamil cenderung melebar. Sering kali volume darah yang tersedia tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong di pembuluh darah yang melebar. Akibatnya, terjadi tekanan darah rendah.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah 800 mg zat besi, diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3mg zat besi/ hari (Saifudin, 2009, p.281) .

Menurut Varney (2007, p.127) terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab anemia seperti status ekonomi mempunyai efek, status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkan peranan sebagai contoh rata-rata orang kulit hitam kadar hemoglobinnya lebih rendah daripada orang kulit putih tanpa memperhatikan tingkat sosio-ekonomi.

(3)

Menurut Arisman (2004, p.150-152) wanita hamil yang berusia <20 tahun atau >35 tahun, paritas tinggi dan berpendidikan rendah umumnya tidak pernah mengenal tablet besi selama hamil. Dipandang dari segi sosio-ekonomi wanita hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilan atau memeriksakan diri ke dukun (diasumsikan sebagai miskin), 90% diantara mereka tidak pernah menelan tablet zat besi, sementara mereka yang mampu ANC (Antenatal Care) di dokter swasta justru memperoleh lebih dari 90 butir tablet zat besi. Faktor pendidikan juga berpengaruh saat pemberian tablet zat besi. Efek samping dari tablet besi yang dapat mengganggu seperti mual muntah sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, wanita hamil harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia dan salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

Penyebabnya antara lain makanan yang kurang bergizi, gangguan pencernaan dan mal absorpsi, kurangnya zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diit), kebutuhan zat besi yang meningkat, kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid, penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus dan malaria (Proverawati, 2009, p.76).

(4)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil, antara lain :

a. Faktor dasar 1) Sosial ekonomi

Menurut Istiarti (2000, p.24) menyatakan bahwa perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara maju yaitu hanya 14%.

2) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000, p.24).

3) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsi dan asupan zat gizi yang dibutuhkan. Agar mengerti wanita hamil harus diberi pendidikan yang tepat misalnya bayi yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu

(5)

penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman, 2004, p.152).

4) Budaya

Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-istiadat dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat.

b. Faktor tidak langsung

1) Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia umumnya selalu diserti dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hamil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah ke tahap yang lanjut (Arisman, 2004, p.150).

(6)

2) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin mampu hidup diluar rahim. Paritas >3 merupakan faktor terjadinya anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman, 2004, p.150).

3) Umur

Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun lebih cenderung mengalami anemia, hal ini disebabakan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Arisman, 2004, p.150). 4) Dukungan suami

Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami untuk melakukan pemenuhan nutrisi maupun pemeriksaan ANC maka semakin tinggi pula keinginan ibu untuk memenuhi nutrisi dan melakukan pemeriksaan ANC.

(7)

c. Faktor langsung

1) Pola konsumsi tablet besi (Fe)

Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan-gangguan atau terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan misalnya pendarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini 200mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg zat besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang bergizi baik (Arisman, 2004, p.150).

2) Penyakit infeksi

Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit.

(8)

3) Perdarahan

Penyebab anemia juga dikarenakan terlampau banyaknaya zat besi keluar dari badan misalnya pendarahan (Wiknjosastro, 2007, p.451).

4. Klasifikasi anemia kehamilan

Secara umum menurut Proverawati (2009, p.77-78) anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnese didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

b. Anemia Megaloblastik sebanyak 29%

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin)

(9)

c. Anemia hipoplastik dan aplastik sebanyak 8%

Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia hemolitik sebanyak 0,7%

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.

Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan

anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat dan vitamin B12.

5. Kadar hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Menurut Garby et al, dikutip dalam Supariasa (2002, p. 145) menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.

(10)

Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi akurat sampai 2-3% (Supariasa, et al., 2002, p.145).

Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan (Supariasa et al., 2002, p.145).

Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh 11 kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2) membentuk sianmethemoglobin yang

(11)

berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga masih belum semua laboratorium memilikinya (Supariasa et al., 2002, p.145-146).

6. Gejala anemia pada ibu hamil

Menurut Proverawati (2009, p.78) bahwa tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Tanda dan gejala anemia pada kehamilan menurut Varney,H (2007, p.623) adalah :

a. Letih, sering mengantuk, malaise b. Pusing, lemah

c. Nyeri kepala d. Luka pada lidah e. Kulit pucat

f. Membran mukosa pucat (misalnya konjungtiva) g. Bantalan kuku pucat

(12)

h. Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah

7. Diagnosis anemia pada kehamilan

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia.

a. Diagnosis anemia menurut WHO 1) Normal : 11 gr %

2) Anemia ringan : 9-10 gr % 3) Anemia sedang : 7-8 gr% 4) Anemia berat : < 7 gr%

b. Diagnosis anemia menurut Manuaba (1998, p.30) 1) Tidak anemia : Hb 11 gr %

2) Anemia ringan : Hb 9-10 gr % 3) Anemia sedang : Hb 7-8 gr % 4) Anemia berat : Hb < 7 gr %

Sedangkan tingkatan anemia menurut Soebroto (2009, p.59-60) tingkatan anemia adalah sebagai berikut:

a. Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.

(13)

b. Stadium 2

Cadangan zat besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.

c. Stadium 3

Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.

d. Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

e. Stadium 5

Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

8. Akibat anemia pada kehamilan

Menurut Proverawati (2009, p.78) akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan adalah :

(14)

a. Hamil muda (trimester pertama)

abortus, missed abortion dan kelainan kongenital b. Trimester kedua

persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asphyxia intrauterine sampai kematian, berat badan lahir rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensatio kordis kematian ibu. c. Saat inpartu

gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif.

d. Pasca partus

Ormon uteri menyebabkan perdarahan, retensio ormone (plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkrea, plasenta perkreta), perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris, peurperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi peurperalis, gestosis).

Menurut Purwitasari (2009, p.81-82) pengaruh anemia dalam kehamilan :

(15)

a. Pengaruh pada ibu hamil baik dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan : abortus, partus premature, partus lama, perdarahan post partus, infeksi, dll.

b. Pengaruh terhadap janin : kematian janin, kematian perinatal, prematur, cacat bawaan, cadangan Fe bayi kurang.

Menurut Waryana (2010, p.58) bila ibu hamil mengalami anemia maka akibat yang akan ditimbulkan berupa keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal,cacat bawaan, anemia pada bayi dan bayi lahir dengan BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah). Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, di mana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan risiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu. (Waryana, 2010, p.57-58).

9. Pencegahan anemia

Menurut Waryana (2010, p.56) pencegahan anemia adalah sebagai berikut:

a. Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari b. Istirahat yang cukup

(16)

c. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu. d. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal

4 kali selama hamil untuk mendapatkan tablet zat besi (Fe) dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makan-makanan yang bergizi 3x1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.

Menurut manuaba (1998, p.29-30) tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe 2) Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe 3) Untuk darah janin 100 mgr Fe

Jumlah 900 mgr Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi

(17)

anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%.

Menurut Sulistyoningsih (2011, p.130-131) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu:

a. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu, kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.

b. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.

c. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, dll.

d. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. Tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli merah darah).

(18)

e. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah.

f. Tablet besi adalah obat bebas terbatas sehingga dapat dibeli di Apotek, toko obat, warung, Bidan Praktik, Pos Obat Desa.

g. Dianjurkan menggunakan tablet besi generik yang disediakan pemerintah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, namun dapat pula dipergunakan tablet besi dengan merk dagang lain yang memenuhi kandungan seperti tablet besi generik.

B. Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2009, p.89 ).

2. Diagnosa kehamilan

Seorang wanita baru dapat dipastikan hamil jika pemeriksaan telah melihat tanda pasti hamil, yaitu mendengar suara detak jantung, dapat melihat (dengan Ultrasonografi/ USG) dan meraba bentuk janin (Arisman, 2010, p.4).

Menurut Saifudin (2009, p.89) kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu:

a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan

(19)

c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan 3. Fisiologi kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Adanya kehamilan maka akan terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar 12,5 kg. Berdasarkan Huliana (dalam buku Kristiyanasari, 2010, p.44-45) peningkatan tersebut adalah sebanyak 15% dari sebelumnya. Proporsi pertambahan berat badan tersebut dapat dilihat dibawah ini:

a. Janin 25-27% b. Plasenta 5% c. Cairan amnion 6%

d. Ekspansi volume darah 10% e. Peningkatan lemak tubuh 25-27% f. Peningkatan cairan ekstra seluler 13% g. Pertumbuhan uterus dan payudara 11% 4. Periode kehamilan

Periode kehamilan dibedakan menjadi 3 trimester yaitu masa kehamilan trimester I: 0-12 minggu, masa kehamilan trimester II: 13-27 minggu, masa kehamilan trimester III: 28-40 minggu.

a. Trimester I : Pada awal kehamilan (trimester I) mual muntah sering dialami wanita atau disebut morning sickness. Mual dan muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan

(20)

kadar hormonal pada tubuh wanita hamil. Pada saat hamil terjadi kenaikan kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta. Pada kehamilan memasuki bulan keempat rasa mual sudah mulai berkurang. Pada kehamilan trimester I biasanya terjadi peningkatan berat badan yang tidak berarti yaitu sekitar 1-2 kg. WHO menganjurkan penambahan energi 10 kkal untuk trimester I.

b. Trimester II dan III: Terjadi penambahan berat badan yang ideal selama kehamilan trimester II dan III. Ibu hamil harus memiliki berat badan yang normal karena akan berpengaruh terhadap anak yang akan dilahirkannya (Kristiyanasari, 2010, p.45-46).

c. Trimester ketiga kehamilan, terjadi beberapa perubahan sebagai berikut :

1) Uterus menjadi sangat besar dan keras.

2) Uterus terasa berkontraksi dan terkadang mengencang. 3) Otot-otot menjadi semakin rileks sebagai persiapan

melahirkan. Kondisi ini menyebabkan frekuensi buang air kecil semakin meningkat sekitar 5 menit sekali, bahkan terkadang sampai merembes keluar.

4) Sesak nafas karena paru-paru harus memasok udara untuk ibu dan janin.

5) Gerakan menjadi kaku dan cenderung kurang terkoordinasi karena berat dan ukuran badan yang bertambah.

(21)

6) Nyeri punggung dan sakit kaki menjadi lebih parah.

7) Sulit tidur dan menemukan posisi berbaring yang nyaman. Kegelisahan sebagai calon ibu juga dapat menyebabkan sulit tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan.

8) Pada bulan terakhir, akan merasa agak lega. Uterus telah tumbuh meninggi kearah paru-paru sehingga tersedia ruang yang cukup besar bagi janin. Tetapi, pada minggu ke-36, uterus semakin membesar sebagai persiapan proses melahirkan. Ruang untuk janin semakin luas dan kepalanya sedikit menunduk, sehingga lebih mudah bernafas.

9) Sekitar minggu ke-40, tubuh sudah siap menghadapi proses persalinan (Arief, 2008, p.53).

5. Kunjungan antenatal

a. Kunjungan trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 ) Kunjungan ini dilakukan untuk :

1) membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan menghadapi komplikasi.

(22)

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat ,dll).

b. Trimester II (sebelum minggu ke 28)

kunjungan ini dilakukan sama seperti pada kunjungan trimester 1 ditambah dengan kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah,evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). c. Trimester III (antara minggu 28 – 36)

Kunjungan ini sama seperti pada kunjungan trimester 1 dn trimester II ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester III (setelah 36 minggu)

Kunjungan ini dilakukan sama seperti pada kunjungan sebelumnyadan ditambah untuk mendeteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit (Saifudin, 2002, p.N-2).

C. Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008, p.1-2).

(23)

2. Penggolongan paritas

Menurut Soebroto (2010, p.60-61) bahwa ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali juga dapat meningkatkan resiko mengalami anemia.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Saifudin, 2007, p.23).

Menurut Arisman (2004, p.150) bahwa jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2 tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu.

Menurut Mochtar (1998, p.92) dalam paritas terdapat istilah gravida dan para diantaranya :

a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.

(24)

c. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).

d. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup.

e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali.

f. Multipara atau pleuripara adala wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (sampai 5 kali).

g. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati.

D. Umur

1. Pengertian

Menurut Wawan (2010, p.17) Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

(25)

menuju usia tua. Selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Wawan, 2010, p.16).

2. Klasifikasi umur

Menurut Manuaba (1998, p.39) umur ibu diklasifikaskan antara lain sebagai berikut :

a. Reproduksi sehat (antara 20 sampai 35 tahun) b. Reproduksi tidak sehat ( < 20 tahun dan > 35 tahun).

(26)

E. Kerangka teori

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka teori terjadinya anemia pada ibu hamil yang pada dasarnya merupakan ringkasan dari berbagai hal yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka. Secara ringkas kerangka teori disajikan dalam bagan dibawah ini.

Sumber : Modifikasi Manuaba, 1998; Varney, 2007; Arisman, 2004 dan Istiarti, 2000.

Bagan 2.1 : Skema Kerangka Teori Faktor dasar :

1. Sosial ekonomi 2. Pengetahuan 3. Pendidikan 4. Budaya

Faktor tidak langsung : 1. Kunjungan ANC 2. Paritas 3. Umur 4. Dukungan suami Faktor langsung : 1. Pola konsumsi tablet Fe 2. Penyakit infeksi 3. Perdarahan

Anemia pada ibu hamil trimester III

(27)

F. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 2.2 : Skema Kerangka Konsep

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara paritas ibu dengan anemia pada ibu hamil trimester III.

2. Ada hubungan antara umur ibu dengan anemia pada ibu hamil trimester III.

Paritas

Anemia

Referensi

Dokumen terkait

18 Tahun 2004: Yaitu merupakan peraturan daerah Kabupaten Pamekasan Tantang Larangan Terhadap Pelacuran dalam Wilayah Kabupaten Pamekasan, pelaksanaannya baik yang

Guru Besar dalam Bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR tersebut, mengangkat unsur terpenting dalam sebuah organisasi yakni sikap saling

Pelanggan yang melakukan komplain dan bagaimana perusahaan melakukan perbaikan pada pelayanan (service recovery) yang diberikan, maka pada penelitian ini memfokuskan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-Nya, karena skripsi dengan judul ” Penerapan Sistem Informasi

Perlindungan hukum bagi pasien yang mengalami kerugian akibat pengobatan tradisional dilakukan dengan ketentuan pidana tentang setiap orang yang tanpa izin

Pasha (juru bicara presiden) sebanyak satu kalimat; sedangkan pemberitaaan lainnya lebih banyak memuat keterangan Anas, KPK, dan pengacaranya (Firman dan Adnan

Beberapa ratus tahun silam, Sultan Johor dikaruniai seorang permaisuri yang cantik, Dayang Ayesha; ada pun raja Brunei maupun Sulu yang jatuh cinta dengannya. Ayesha sendiri