• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARA KLINIK PENGOBATAN TRADISIONAL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH PASIEN. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARA KLINIK PENGOBATAN TRADISIONAL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH PASIEN. Oleh :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

222

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARA KLINIK PENGOBATAN TRADISIONAL ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI

OLEH PASIEN Oleh :

Dewi Bunga, S.H., M.H.

Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Asbtract

Traditional medicine is an alternative medical therapy for patients. Traditional medicine clinic also offers the promise of such a cure without side effects, even for chronic diseases. This gives new hope to patients. Unfortunately, clinical trials on the efficacy of traditional medicine has not been much was done. Hazardous chemicals has also been found in a mixture of traditional medicine. In this study we will consider two issues namely the supervision of the existence of traditional medicine and legal protection for patients who suffered a loss as a result of traditional medicine does. Supervision of the existence of traditional medicine regulated in Article 60 of Law Act No. 36 of 2009 on Health which determines that everyone is doing traditional health service that uses tools and technologies must obtain permission from authorized health institutions. Instruments licensing is a model of supervision that aims to prevent the practice of traditional medicine services that endanger the patient. Legal protection for patients who suffer losses due to traditional treatments conducted by the criminal provisions on any person without a license to conduct the traditional health care practices, where the result of such actions lead to loss of property, severe injury or death. Claim for compensation may also be made against a person, health personnel, and / or the provider to incur losses due to errors or omissions in healthcare.

Keywords : Traditional Medicine, Clinic, Patient. Asbtrak

Obat tradisional merupakan terapi pengobatan alternatif untuk pasien. klinik pengobatan tradisional juga menawarkan janji seperti obat tanpa efek samping, bahkan untuk penyakit kronis. Hal ini memberikan harapan baru bagi pasien. Sayangnya, uji klinis tentang khasiat obat tradisional belum banyak dilakukan. bahan kimia berbahaya juga telah ditemukan dalam campuran obat tradisional. Dalam penelitian ini kami akan mempertimbangkan dua isu yaitu pengawasan keberadaan obat tradisional dan perlindungan hukum bagi pasien yang menderita kerugian sebagai akibat dari obat tradisional tidak. Pengawasan keberadaan obat tradisional diatur dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menentukan bahwa setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Instrumen lisensi adalah model pengawasan yang bertujuan untuk mencegah

(2)

223

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

praktik layanan pengobatan tradisional yang membahayakan pasien. perlindungan hukum bagi pasien yang menderita kerugian akibat pengobatan tradisional yang dilakukan oleh ketentuan pidana pada setiap orang tanpa izin untuk melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional, di mana hasil dari tindakan tersebut menyebabkan kerugian harta benda, cedera parah atau kematian. Klaim untuk kompensasi juga dapat dilakukan terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan / atau penyedia menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam perawatan kesehatan.

Kata Kunci : Obat Tradisional, Klinik, Pasien.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang kaya dengan berbagai varietas tanaman. Tanaman-tanaman tersebut dapat digunakan dalam dalam pembuatan tanaman obat tradisional. Obat tradisional dihasilkan dari suatu pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerus. Manfaat obat tradisional sendiri sudah diketahui secara luas dan digunakan oleh masyarakat sebagai obat non-kimia. Banyak peneliti asing yang melakukan penelitian terhadap berbagai obat tradisional Indonesia. Pemerintah telah mengakui dan mengapresiasi obat tradisional dengan mengaturnya dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 100 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman

digunakan dalam

pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap dijaga kelestariannya. (2) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat tradisional .

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

(3)

224

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

Obat tradisional tersebut digunakan dalam penyalayanan kesehatan tradisional. Pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan “Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.”

Penggunaan obat tradisional menjadi trend dalam pengobatan terhadap bagi masyarakat. Masyarakat cenderung lebih memilih untuk menjalani pengobatan tradisional daripada melakukan tindakan medis seperti operasi. Kondisi ini memunculkan banyaknya klinik-klinik obat tradisional yang menjanjikan kesembuhan terhadap berbagai penyakit kronis, seperti jantung, kanker, diabetes dan gagal ginjal. Hal ini tentu memberikan harapan baru bagi pasien yang sudah putus asa. Janji kesembuhan ini sangat diminati oleh apalagi jika dilakukan tanpa harus menjalani

operasi. Permasalahannya adalah apakah janji-janji tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian klinis terhadap keberadaan klinik dan obat-obatan tradisional tersebut belum jelas. Hal ini tentu saja membahayakan kesehatan masyarakat. Masalah pengobatan tentu menjadi masalah yang penting, mengingat pengobatan akan menyangkut kehidupan manusia.

Pasien adalah konsumen di bidang kesehatan yang harus dilindungi. Konsumen merupakan pengguna akhir (end user), dari suatu produk yaitu tiap pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.1 Perlindungan pasien sebagai konsumen adalah kewajiban asasi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam memenuhi hak atas kesehatan manusia. Pertanggungjawaban hukum bagi

1Abdul Rasyid Saliman, et.Al.

2008, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan

(Teori dan Contoh Kasus) Edisi 2 Cetakan

4, Kencana Renada Media Group, Jakarta, hal. 23.

(4)

225

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

pengobat tradisional tentu sangat diperlukan untuk menjamin perlindungan terhadap pasien, oleh sebab itu sangat menarik untuk membahas penelitian mengenai “Pertanggungjawaban Penyelenggara Klinik Pengobatan Tradisional Atas Kerugian yang dialami oleh Pasien”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengawasan

terhadap keberadaan obat tradisional?

b. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pasien yang mengalami kerugian akibat pengobatan tradisional yang dilakukannya?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengawasan terhadap keberadaan obat tradisional.

b. Untuk menganalisis perlindungan hukum bagi pasien yang mengalami kerugian akibat

pengobatan tradisional yang dilakukannya.

B. PEMBAHASAN

1. Pengawasan Terhadap

Keberadaan Obat Tradisional

Keberadaan penyelenggara klinik pengobatan tradisional akhir-akhir ini semakin mudah ditemui. Klinik pengobatan tradisional melakukan promosi secara besar-besaran terhadap jasa pelayanan pengobatan tradisional yang dilakukannya. Klinik tersebut memberikan janji kesembuhan terhadap berbagai macam penyakit, bahkan dikatakan tanpa memberikan efek samping sebagaimana yang biasanya terjadi ketika pasien menjalani pengobatan medis pada praktik dokter. Informasi dilakukan melalui berbagai media TV, media cetak, radio, bahkan dengan menyebarkan brosur di perempatan jalan raya. Secara normatif, penyelenggaraan klinik pengobatan tradisional ini memang dapat dilakukan. Hal ini diperkuat dengan ketentuan dalam Pasal 101 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009

(5)

226

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

tentang Kesehatan yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengolah, memproduksi,

mengedarkan, mengembangkan,

meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. (2) Ketentuan mengenai mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penyelenggaraan pengobatan tradisional harus benar-benar dilakukan dengan aman. Penyelenggara tidak boleh hanya memikirkan dari segi profit saja,

karena pada dasarnya

penyelenggaraan kesehatan menjadi bidang industri yang penuh dengan tanggung jawab. Untuk menjamin keamanan obat tradisional, pemerintah melalui Meteri Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Pembuatan obat tradisional harus memenuhi

persyaratan keamanan dan persyaratan mutu perlu adanya untuk menjamin perlindungan bagi pasien sebagai konsumen.

Dalam memproduksi obat tradisional, industri obat tradisional harus memenuhi persyaratan agar produknya dapat diedarkan di masyarakat. Ketentuan dan persyaratan mengenai industri obat tradisional ini diatur dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.2 Obat tradisional diperlukan masyarakat untuk memelihara kesehatan, untuk mengobati gangguan kesehatan dan untuk memulihkan kesehatan, oleh sebab itu obat tradisional yang dihasilkan senantiasa aman, bermanfaat dan bermutu. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemas termasuk bahannya serta personal. Pelayanan

2Muhammad Firmansya, 2008, Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi dan Kesehatan, Gramedia, Jakarta,

(6)

227

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

kesehatan tradisional harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Pasal 59 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan: a. Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi: 1) pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan; dan 2) pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan. b. Pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. c. Ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara dan jenis pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam menjaga kelestarian obat tradisional dan pengetahuan tentang pengobatan tradisional Indonesia, masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya

untuk mengembangkan,

meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang

dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat. Instrumen pengawasan merupakan instrumen penting dalam memberikan perlindungan bagi pasien. Pasal 60 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan setidak-tidaknya mengatur mengenai pengawasan terhadap penyelenggara pengobatan tradisional. Dalam Pasal 60 dinyatakan sebagai berikut :

(1) Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.

(2) Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat. Penanggung jawab teknis dalam penyelenggaraan pengobatan tradisional harus seorang apoteker warga negara Indonesia. Penanggung

(7)

228

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

jawab teknis harus diberi wewenang dan sarana yang cukup untuk melaksanakan tugasnya dan ikut bertanggung jawab terhadap penyiapan prosedur pembuatan dan pengawasan pelaksanaan proses pembuatan, kebenaran bahan, alat dan prosedur pembuatan, kebersihan pabrik, keamanan dan mutu obat tradisional.

2. Perlindungan Hukum Bagi

Pasien yang Mengalami

Kerugian

Pasien adalah konsumen yang harus mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.3 Tujuan penyelenggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan

3

Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-sisi

Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta,

Kompas, hal. 121.

kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab.4 Tanggung jawab penyelenggara pengobatan tradisional sangat penting untuk menjamin kesehatan pasien.

Penelitian dan pengawasan tentang obat tradisional belum banyak dilakukan sebagaimana obat-obatan medis (obat apotek). Oleh karena itu, bahan berbahaya sering ditemukan di dalam obat tradisional salah satunya adalah bahan kimia obat.5 Hal ini tentu sangat merugikan dan mengancam kondisi kesehatan pasien. Apalagi pasien tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat sebagaimana orang sehat.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan perlindungan hukum bagi pasien. Penyelenggara pengobatan tradisional yang merugikan pasien dapat dituntut secara pidana melalui ketentuan Pasal 191 Undang-undang Nomor 36

4Shidarta, 2000, Hukum

Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta,

hal. 18.

5

Nurheti Yuliarti, 2008, Sehat,

Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Andi, Jakarta, hal. 40.

(8)

229

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menentukan sebagai berikut:

Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 191 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut menjatuhkan pidana penjara dan denda bagi setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional, dimana akibat perbuatan tersebut menyebabkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian. Unsur akibat ini menjadi sangat penting untuk dipenuhi guna sempurnanya suatu perbuatan. Dalam proses penyelesaian perkara pidana, pada kenyataannya secara konvensional melalui mekanisme peradilan pidana.6 Kasus-kasus ini

6

Syaiful Bakhri, 2015, Sistem

Peradilan Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaruan, Teori dan Praktik

dapat diungkap melalui penyelidikan yang komprehensif dari penegak hukum.

Dalam bidang pelayanan jasa kesehatan dikenal istilah transaksi terapeutik yang diikuti dengan perjanjian terapeutik. Menurut Hendrojono Soewono, sejak permulaan sejarah manusia telah dikenal adanya hubungan kepercayaan antara insan-insan yaitu dokter dan penderita yang dalam jaman modern ini disebut sebagai transaksi “terapeutik” antara dokter dan pasien.7 Dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan ini dapat disamakan dengan pengobat tradisional. Ditinjau dari hubungan hukum antara pasien dengan pengobat tradisional, maka terdapat pula perjanjian terapeutik diantara mereka. Pasien mengikatkan diri dengan pengobat tradisional untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berupa kesembuhan atas penyakit yang diderita pasien.

Peradilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.

25.

7Hendrojono Soewono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktek Dokter Dalam transaksi Terapentik,

(9)

230

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

Gugatan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi terhadap perjanjian terapeutik. Pengajuan ganti kerugian dapat dilakukan oleh pasien terhadap penyelenggara pengobatan tradisional yang merugikan. Menurut Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang berupa kewajiban atas prestasi utama. Bentuk-bentuk wanprestasi ini dapat berupa debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, debitur terlambat dalam memenuhi prestasi, atau debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya.8 Dalam hal ini debitur adalah seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan.

Gugatan ganti rugi juga dapat diajukan pasien sebagaimana yang diatur dalam Pasal 58

8

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 127.

undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan: (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembuktian untuk gugatan ganti rugi ini memang cukup sulit, sebagaimana pembuktian dalam tindak pidana malpraktik kedokteran. Alat bukti surat yang menjadi prioritas utama dalam pembuktian perkara perdata sulit didapatkan, karena dalam pengobatan tradisional tidak ada kewajiban untuk mengisi informed consent dan rekam medis sebagaimana yang menjadi

(10)

231

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

kewajiban dalam praktik kedokteran, oleh sebab itu pengawasan terhadap praktik pengobatan tradisional ini harus lebih diintesifkan agar tidak merugikan dan menyesatkan pasien yang menginginkan kesembuhan.

C. PENUTUP

Pengawasan terhadap keberadaan obat tradisional diatur dalam Pasal 60 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menentukan bahwa setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Instrumen perizinan merupakan model pengawasan yang bertujuan untuk mencegah praktik pelayanan pengobatan tradisional yang membahayakan pasien. Perlindungan hukum bagi pasien yang mengalami kerugian akibat pengobatan tradisional dilakukan dengan ketentuan pidana tentang setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional, dimana akibat perbuatan tersebut menyebabkan kerugian harta

benda, luka berat atau kematian. Gugatan ganti rugi juga dapat dilakukan terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdul Rasyid Saliman, et.Al. 2008, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus) Edisi 2 Cetakan 4, Kencana Renada Media Group, Jakarta.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Firmansya, Muhammad, 2008, Tata

Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasi dan Kesehatan, Gramedia, Jakarta.

Hendrojono Soewono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktek Dokter Dalam transaksi Terapentik, Srilandi, Surabaya.

Nurheti Yuliarti, 2008, Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Andi, Jakarta.

(11)

232

Dewi Bunga, S.H., M.H. Pertanggungjawaban...

Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta, Kompas.

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta.

Syaiful Bakhri, 2015, Sistem Peradilan Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaruan, Teori dan Praktik Peradilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sumber Hukum

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN JARINGAN INDONESIA WIFI BERBASIS IPV6 PADA PT.TELKOM INDONESIA” ini penulis melakukan penelitian dan perancangan pada PT.Telkom Indonesia Divisi Wireless

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Berkehendak dan yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga atas kuasa-Nyalah Seminar Nasional Teknologi

Keadaan sakit GGK dan harus menjalani rutinitas HD membuat ketiga subjek merasakan adanya beban penderitaan yang bersifat fisik, psikologis, social dan finansial.Keadaan ini

Aurretik Ekin-ETAk adierazitako ideia hauek errepikatzen ditu egileak: euskaldunek euskaraz hitz egiteari uzten dioten egunean Euskal Herria desagertu egingo dela,

Peneliti berasumsi bahwa dengan gaya kepemimpinan visioner transformatif yang diterapkan di SMK Negeri 1 Blado dapat menciptakan wirausaha muda melalui program Sekolah

[r]

Pemberian pakan serat dengan konsentrat berkualitas mampu memberikan laju pertambahan bobot badan harian (PBBH) sampai 1 kg/ekor/hari, hal ini menunjukkan bahwa

Puji Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul