• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Kuliah Filafat Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Kuliah Filafat Ilmu"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BIDANG/WILAYAH FILSAFAT

MANUSIA

F. Ilmu

Logika

Metodologi

Estetika

(3)

Problem yang dibahas dalam

Filsafat Ilmu Pengetahuan:

• Problem Epistemologis tentang ilmu

• Problem metafisis (ruang-waktu,

asumsi-asumsi, kausalitas Dll.)

• Problem metodologis tentang ilmu

• Problem logis tentang Ilmu

• Problem etis tentang ilmu

(4)

Filsafat Ilmu dibedakan:

• Philosophy of Science in-general (Filsafat Ilmu umum). Membahas permasalahan/prinsip ilmu pengetahuan secara umum

• Filsafat Ilmu Pengetahuan umum, bisa dibedakan atas: • Filsafat Ilmu Pengetahuan alam dan Filsafat Ilmu sosial &

Humaniora

• Philosopies of Specific Sciences (Filsafat Ilmu Pengetahuan khusus: Filsafat matematik, fisika, teknologi, fisafat ilmu

(5)

Sumber Pengetahuan (Ted

Hondrich, 1995. 935):

1. Persepsi (Perception).

2. Reason (rasio): Deduction, induction,

abduction; dialectic

3. Introspection

(6)

Sumber Pengetahuan (Hosper,

1967, 123-24):

1. Sense experience (pengalaman indrawi)

2. Reason

3. Authority

4. Intition

(7)

Obyek Pengetahuan

1. Fenomena/gejala alam fisis (External

world)

2. Masa lalu (the Past)

3. Masa depan (The future)

4. Values (etis, estetis, religius)

5. Abstraksi

(8)

Struktur pengetahuan (hubungan Subyek-Obyek):

1. Obyektivisme (subyek pasif)

2. Subyektivisme (subyek aktif)

3. Relativisme

(9)

• F. Bacon (1561-1626) menyebut filsafat

sebagai “the great mother of the sciences”

(ibu agung dari ilmu-ilmu)

• “The queen of all sciences” (ratu dari

ilmu-ilmu

(10)

• Pengetahuan prailmiah = commonsense = pengetahuan

eksistensial

• Filsuf Sophis (yang mempermasalahkan segala sesuatu,

mempertanyakan pengetahuan; pendiri epistemologi)

• Relativisme (Protagoras): manusia individu ukuran

segalanya

• Epistemology : episteme (pengetahuan) + logos (teori,

ilmu) = pengetahuan sistematis mengenai pengetahuan

(Theory of knowledge)

(11)

• Filsafat & pengetahuan awalnya menyatu

• Filsafat disebut induk ilmu (matter

scientarum)

• Ilmu memisahkan diri dari filsafat dengan

tuntutan jastifikasi ilmiah dapat

(12)

Teori Kebenaran:

1. T. Korespondensi (the correspondence theory of truth). Aristoteles “Veritas est adequatio intellectus et rhei”

2. T. Konsistensi atau koherensi (the Concistence theory of truth) 3. T. Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Tokoh pragmatisme

Amerika Charles Sander Pierce (1834-1914);m William James (1842-1920); John Dewey (1859-19 ), Kemanfaatan, kegunaan, efekltivitas yang menetukan kebenaran. James “Something is true it is works”. Ilmu dilihat sebagai problem solving. Ilmu

sebagai instrumen(talisme).

4. T. Performatif atau tindak bahasa (John Langshaw Austin (1911-1960)

(13)

Batas Pengetahuan

• Batas pengetahuan tergantung pada jenis

pengetahuan:

(14)

Paradigma Newtonian

• Ilmu pengetahuan modern didasarkan atas paradigma Newtonian yang memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut;

• Alam semesta adalah sebuah mesin yang mengikuti hukum-hukum sebab-akibat (cause-effect);

• Ruang dan waktu adalah realitas yang obyektif yang keberadaannya terlepas dari pengamat;

• Atom adalah unit terdasar dari materi (ingat penemuan sub-atomik dan quantum makanik);

• Manusia seperti mesin, panas tubuh adalah akibat gelombang radio yang bergerak kontinyu;

• Ilmu pengetahuan pada akhirnya dapat membawa pengetahuan yang sempurna (obyektif) tentang universe ( bandingkan dengan

(15)

FILOSOF

• Stephen Korner, Fundamental Questions

in Philosophy: One Philosopher’s Answer,

1971,278-280 (Philosophical replection

will cease only when non-philosophical

reflection too is at its end” (pemikiran

filsafat berhenti hanya bilamana pemikiran

no-filsafat juga tiba pada akhir

(16)

Positivisme

Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:

Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui

Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi dengan sendirinya berada di lusar jangkauan indrawi).

Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.

Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui.

(17)

• Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:

– Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang akan dibuktikan melalui penelitisan. – Eksperimen: fenomen sosial dengan cara tertentu diintervensi cara

tertentu, sehingga dengan demikian dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat ( Misalnya studi tentang pathologi dan

keresahan) dan mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat yang normal.

– Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi studi komparatif bisa

dilakukan antara dua masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi historis).

(18)
(19)

• Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:

• Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola tertentu.

• Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.

• Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.

• Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.

• Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain:

• Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat memperbaiki kehidupan manusia.

• Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada pada fenomena yang diteliti.

(20)

• Makna verfikasi adalah:

• Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat dibuktikan

benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan, bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah karena tuyul dan santet itu tidak dapat

diverifikasi (tidak dapat dibuktikan).

• Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan kebenaran faktual jastifikasinya

(pembenarannya) adalah verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang indranya baik (normal).

• Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan Osborne, 2001; 149). • Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi yang

(21)
(22)
(23)

• Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse’ Cs. (2004, 47) yaitu:

1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.

Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena) masyarakat yang dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh

mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan sebagai berikut, “Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh generasi-generasi dewasa kepada generasi-generasi yang belum dewasa dalam kehidupan sosial. Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat politik terhadap si anak dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang

diperuntukkannya”

2. Memilih satu atau beberapa kriteria yang obyektif.

Dalam buku pertamanya De la division du travail socia l (pembagian Kerja

(24)

3. Menjelaskan kenormalan patologi

Ada beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Kita harus dapat

membedakan situasi normal yang menjadi dasar bagi kesimpulan-kesimpulan teoritis. Dapat kita bendingkan dengan pemikiran

dengan metode ideal-tipikasl dari Max Weber. Yang riil akan selalu terlihat orisinal dalam kompleksitasnya, akan tetapi bisa pula kita mencari struktur dan ciri khas yang menonjol .

4. Menjelaskan masalah sosial secara sosial.

Satu peristiwa sosial tidak hanya dapat dijelaskan melalui keinginan individual yang sadar namun juga melalui peristiwa atau tindakan sosial sebelumnya. Semua tindakan kolektifmemiliki sati

sugnifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut dengan metode fungsionalis.

(25)

old paradigm” (paradigma lama) yang pandangannya

terlalu ekstrem dan mengandung beberapa ciri dan kelemahan antara lain:

• menyingkirkan hegemoni agama (Kristen) pada zaman

Pertengahan dengan menggantinya dengan hegemoni ilmu

pengetahuan (Paul Feyerabend, 1975). Reduksi realitas pada fakta yang teramati telah menyingkirkan dimensi dan perspektif lain, dan memandang manusia hanya sebagai obyek, pandangan ini tidak dapat dibenarkan;

• positivisme telah menciptakan satu model rasionalitas ilmiah (rasionalitas instrumental menurut Habermas) dengan

menyingkirkan model rasionalitas lain. Selama tiga dasawarsa terakhir proyek-proyek besar dan kebenaran absolut dan ide

(26)

• positivisme tidak mengakui sifat kontigensi, relativitas dan historisitas pikiran (rasio) manusia. Pendukung positivisme seperti dikemukakan Hillary Putnam, seakan dapat memposisikan diri sebagaimana Tuhan melihat realitas dengan transparan apa adanya. Pandangan ini ditolak oleh Putnam (1983; 1989), Gadamer, Heidegger. Kuhn , Rorty, dan tokoh paradigma

Konstruktivis (tema ini akan dibahas selanjutnya). Putnam dan Rorty dengan jelas

mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, sehingga tidak mampu melihat realitas dengan transparan dan holistik

• pandangan evolusionisme, pandangan tentang keseragaman serta kesatuan hukum alam

(grand theory) tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya manusia, karena itu pandangan positivisme ini cendrung ditolak oleh pendukung pascapositivisme dan

postmodernisme. Pandangan kesatuan ilmu pengetahuan tidak mampu memperhitungkan situasi budaya lokal, etnis, budaya multikultural, psikologi pribumi (indigeneous psychology),

studi budaya-budaya, dan teori-teori feminis yang banyak menjadi perhatian pada pluralisme budaya sekarang ini. Grand-theory tidak menerima cerita-cerita kecil dan suara dari

kelompok yang terpinggirkan, karena itu dalam ilmu sosial-budaya pandangan ini banyak dikritik dan ditinggalkan.

• Kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan akan membawa pada kemajuan ternyata di sisi lain juga menimbulkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan (persaingan senjata/perang,

kesenjangan antara negara kaya dan miskin, masalah ekologi) dan lain-lain. Masalah ini menjadi salah satu kritik kaum pospositivis terhadap pandangan positivisme ilmiah yang sangat mempercayai kemampuan ilmu pengetahuan untuk menciptakan kemakmuran, keadilan dalam masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata bersifat

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

• Kuhn menggunakan pengertian paradigma

dengan dua puluh satu pengertian yang

berbeda-beda. Masterman membantu untuk

menjelaskan pengertian paradigma Kuhn

dengan mereduksir kedua puluh satu konsep

Kuhn itu pada tiga tipe paradigma. Tipe

paradigma itu antara lain: 1) paradigma

metafisik

(metaphysical paradigm)

,: 2)

Paradigma sosiologis

(sociological paradigm)

(32)

Paradigma metafisik

,

memerankan beberapa fungsi:

• Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, obyek)

yang menjadi fokus atau obyek kajian ilmiah dari

komunitas ilmuwan tertentu. Misalnya dalam paradigma

Positivisme dalam sosiologi obyek yang dikaji adalah

fakta sosial

• Menunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu bagaimana

mereka menemukan realitas atau obyek (problem

ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.

• Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk

(33)

Paradigma sosilogi;Pengertian yang dikemukakan Masterman tentang paradigma sosilogi ini mirip dengan exemplar pada Kuhn. Eksemplar berkaitan dengan bekiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan aturan yang diterima serta hasil penelitian yang

diterima secara umum, Hasil penelitian yang diterima secara umum inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar. Misalnya penelitian Durkheim, Max Weber, Atfred Schulz dalam sosiologi; Freud,

Skinner, Maslow dalam psikologi, yang hasil penelitian ini kamudian dijadikan contoh penelitian oleh pendukung paradigma tersebut. Durkeim menjadi model bagi paradigma fakta sosial, Max Weber dengan Social Action-nya menduduki eksempakr bagi sosiologi interpretatif, sehingga mereka disebut sebagai “jembatan

(34)

Paradigma Konstruk

; adalah konsep

yang paling sempit dari ketiga paradigma

yang dikemukakan Masterman. Untuk

menjelaskan paradigma konstruk ia

memberikan contoh: pembangunan

reaktor nuklir merupakan paradigma

konstruk dalam fisika nuklir, mendirikan

laboratorium menjadi paradigma konstruk

bagi psikologi eksperimental

(35)

• Pergeseran paradigma ilmiah itu mengandung beberapa unsur/pengertian:

• Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah masalah baru • Dapat berupa prinsip yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita

kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang teka terungkap menurut Michel Polanyi)

• Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan

meningggalkan paradigma lama (prinsip incommonsurable)

• Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan (ingat tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo Galilei sewaktu mereka mengajukan teori heliosentris yang

(36)

• Dalam sosiologi menurut George Ritzer setidaknya ada

tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian

teori yang dipayunginya. Paradigma itu antara lain:

• paradigma fakta sosial dengan variannya: a) teori

fungsionalisme struktural; b) teori konflik; c) teori sistem;

d) teori siologi makro.

• Paradigma Definisi sosial dengan varian teori yang

dipayunginya antara lain: a) teori aksi (action thory); b)

interaksionisme simbolik (simbolic interactionism); c)

fenomenologi (Phenomenology).

(37)

Skema Revolusi ilmiah Kuhn

(Smith;1998; ):

. Pra paradigma

Paradigma A normal Science

Anomalies Crisis

Scientific

Revolution

Paradigma B

(38)

Ian Hacking mengemukakan bahwa pemikiran Kuhn telah

menghancurkan beberapa gagasan penting dalam ilmu pengetahuan (khususnya positivisme), antara lain:

1. Realisme ilmiah: di mana ilmu pengetahuan dianggap sebagai upaya untuk menemukan/menjelaskan suatu dunia nyata, bahwa kebenaran teori adalah sesuai dengan realitas/ obyek apa adanya, dengan demikian teori adalah pencerminan realitas tanpa keterlibatan subjek di dalamnya.

2. Demarkasi, maksudnya ada garis batas yang jelas dan tegas antara teori ilmiah dengan non-ilmiah atau jenis keperca-yaan lainnya.

3. Kumulasi, yang mengandung pengertian bahwa ilmu penge-tahuan berkembang secara kumulatif dan berkembang berdasarkan apa yang sudah diketahui dan berdasarkan paradigma sebelumnya.

4. Pemilahan antara teori dengan observasi, karena tidak ada keterkaitan antara teori/paradigma dengan observasi.

5. Fundasionalisme, karena adanya pandangan bahwa observasi dan

(39)

6. Struktur deduktif teori, yakni bahwa pengujian atas teori-teori

berlangsung dengan cara mendeduksi laporan-laporan observasi dari postulat-postulat teoretis.

7. Presisi, yakni bahwa konsep-konsep ilmiah memiliki ketepatan dan memiliki makna yang pasti.

8. Penemuan dan pembenaran, yakni bahwa antara konteks

pembenaran dan konteks penemuan adalah dua hal yang benar-benar terpisah. Dalam ilmu pengetahuan harus benar-benar-benar-benar

dipisahkan secara tegas antara dimensi sosial, histo-ris, psikologis di mana suatu penemuan dilakukan dengan basis logismetodologis yang mengukuhkan kepercayaan pada fakta-fakta yang ditemukan. 9. Kesatuan ilmu pengetahuan, yakni bahwa ilmu pengetahuan

ditegakkan di atas fundasi (bahasa, obyek, metode) yang sama. Paradigma positivisme (metode ilmu alam) menjadi model

(40)

Critical Theory

ajaran Marx yang ditinggalkan oleh Tokoh Mazhab Frankfurt antara lain: 1. Teori nilai pekerjaan Marx dianggap kehilangan arti, karena dalam

masyarakat industri maju ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tenaga produktif yang utama. Jika Marx menganggap ekonomi sebgaia infrastruktur yang menentuka suprastriuktur, maka pada abad xxi ini sering disebut

sebagai era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan dianggap sebagai modal (capital) utama.

• Pertentangan modal (kapital) dengan pekerjaan juga kehilangan

relevansinya, karena penindasan manusia tidak lagi penindasan kaum

kapitalis pada pekerja (buruh), akan tetapi semuanya ditindas oleh sistem, di mana proses produksi yang ditentukan oleh teknologi sudah tidak

terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas yang begitu penting dalam pemikiran Marx, kehilangan fundamennya atau tidak relevan lagi.

• Hilangnya pertentangan kelas, disebabkan meleburnya kaum proletariat ke dalam “sistem” sehingga tidak lagi memiliki semangat revolusioner,

(41)

Critical Theory

Generasi I Teori Kritis menghasilkan karakter Teori

sbb :

1. Teori bersifat historis, maksudnya teori didasarkan

atas situasi mesyarakat yang kongkrit, lalu

melakukan kritik terhadap kondisi masyarakat yang

tidak adil dan tidak manusiawi.

2. Teori Kritis bersifat kritis terhadap

pandangan/teorinya sendiri

3. Metode dialektik yang digunakan memunculkan

kecurigaan terhadap kondisi masyarakat aktual.

(42)

Kritik Teori Kritis mencakup:

1. Kritik terhadap marxisme yang terlalu deterministik. Teori kritis mengatasi determinisme ekonomi dengan memperhatikan

aspek sosial-budaya di samping ekonomi

2. Kritik terhadap positivisme yang menyamakan kehidupan sosial-budaya dengan alam (fisikalisme), Habermas

menyatakan bahwa positivisme mengabaikan peran individu (actor, egent). Positivisme merendahkan pandangan terjhadap manusia dan hukum ilmiah tidak begitu saja berlaku bagi

manusia.

3. Kritik terhadap positivisme dalam sosiologi yang menyebabkan sosiologi berwatak konservatif dan mempertahankan

status-quo.

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Asumsi Epistemologi Praktis

(Pragmatisme):

1. Tidak ada dasar epistemilogi yang pasti bagi

ilmu pengetahuan (antifundasionalisme).

2. Pengetahuan adalah kepingan-kepingan

pengalaman.

3. Ilmu pengetahuan adalah konstruksi kognitif

& interaksi yang berkaitan dgn lingkungan.

(50)

Akibatnya revolusi kehilangan arti, revolusi ternyata

hanya akan mengembalikan keadaan semula.

Kritik ekonomi kapitalis Marx yang parsial, digantikan

oleh kritik yang lebih menyeluruh yaitu kritik terhadap

kebudayaan teknokratis.

Karena dalam upaya emansipasi tekanan fungsi

kesadaran bersifat primer, maka bidang produksi tidak

lagi memiliki kedudukan sentral, Akibatnya skema

basis- bangunan atas dianggap tidak berlaku lagi.

Atas dasar itu ajaran (dogma) inti Marxisme tentang

hukum perkembangan ekonomi umat manusia yang

niscaya menuju penghapusan masyarakat berkelas

dan ke arah kebebasan manusia, juga tertolak.

(51)

• Upaya untuk membebaskan diri dari dogmatisme ajaran Marx telah memunculkan berbagai pandangan baru yang berkembang seperti:

• bukan kebutuhan manusia yang menentukan proses produksi melainkan kebutuhan itu sendiri diciptakan, agar hasil-hasil produksi bisa laku;

perkembangan teknologi ternyata menuruti hukum-hukumnya sendiri dan lepas dari kontrol manusia;

• kebahagiaan yang ditawarkan industri konsumsi ternyata kebahagiaan

semu, karena ternyata membuatnya semakin tergantung pada benda-benda (pemilikan) dan menghilangkan nilai pada dirinya sendiri;

• bekerja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan diri, akan tetapi merupakan keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan yang diciptakan;

• teknologi modern ternyata bukan memanusiakan manusia akan tetapi sebaliknya semakin memperbudaknya;

(52)
(53)

T. Feminis

• Ada tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang

aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain:

– Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an. – Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan

anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal di dalam gerakan tersebut.

(54)

T. Feminis

• Jika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional anatara lain:

1. Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan

perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan kehidupan kaum laki-laki.

2. Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada

keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun. 3. Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi

kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk

meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan. 4. Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama

(55)

• Dalam mengembangkan teorinya pendekatan feminis tidak menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena pertimbangan berikut:

1. Karena pendekatan positivis menekankan pada penemuam kebenaran universal dengan metode verifikasi.

2. Komitmennya pada obyektivitas dan netralitas peneliti.

3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prinsip kausalitas.

4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris.

5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai medium untuk

(56)

• Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang

terdapat dalam teori sosiologi feminis sebagai berikut:

1. Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori

2. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai

masalah

3. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai

alamiah dan kekal

4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk

menentang, meniadakan atau mengubah suatu status

quo yang merugikan atau merendahkan derajat

(57)

• Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:

1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk

menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah. Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat

dalam ilmu pengetahuan.

2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat sexist, racist dan homophobic

3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.

4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris dan lain sebagainya.

(58)

• Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis ( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut: 1. Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian

2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian

3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis

4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis

5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner

6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial

7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia. 8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi 9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus

dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)

(59)

Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana

dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut: 1. Memperkenalkan tentang adanya pengaruh gender (male biased) ketimpangan

gender dalam semua kegiatan sosial manusia.

2. Menyingkapkan bagaimana hubungan gender dengan system lain yang

mempengaruhi perbedaan seperti: ras, kelas sosial, etnis, umur dan lain sebagainya. Ada pengalaman dan harapan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan antara kelas, ras kulit putih dengan kulit hitam dan berwarna.

3. Meningkatkan dan menyebarkan kesadaran (conciuosness rising) yang diyakini dapat membantu memperkecil atau menghilangkan ketidak adilan/penindasan terhadap kaum perempuan.

4. Memikirkan dan mengubah pandangan dualisme antara si peneliti dengan obyek yang diteliti dengan pandangan yang dialogis, partisipatif. Karena tuntutuan

obtektivitas ilmiah ternyata membuat hubungan yang tidak sejajar (tidak adil). Dialog dan sikap kritis diperlukan untuk memahami perspektif, pengalaman dan harapan kaum perempaun.

(60)

• Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyek-obyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart).

• Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:

1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil,

bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru harus diposisikan sebagai mitra dialog;

2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;

(61)
(62)
(63)
(64)

Pengertian Modernitas

• Menurut G. Simmel, Weber : modernitas adalah

proses yang melahirkan negara industri

kapitalis modern. Modernitas merangkum

pengertian yang sistem sosial, ekonomi, politik

yang muncul di Barat sejak abad 18.

• Posmodernitas berarti yang muncul setelah

modernitas (kebudayaan posmodern yng

muncul setelah kebudayaan modern).

(65)

modernisasi

• Modernisasi proses perubahan

sosial-ekonomi (budaya) yg diakibatkan

perkembangan ilmu pengetahuan &

teknologi (industrialisasi)

• Posmodernisme adalah gerakan

kebudayaan kapitalis lanjut(late

(66)

• Dalam perspektif Cultural Studies, politik budaya feminis dapat dibagi secara luas setidaknya dalam lima kategori yang bersaing: 1. Politik liberal dan feminis liberal yang menekankan pentingnya

persamaan dan kesmpatan dalam bidang – bidang seperti:

pekerjaan, akses pendidikan, perawatan anak. Dalam pandangan ini menekjankan individualitras perempuan tanpa berfokus pada perbedaan mereka dengan kaum laki-laki.

2. Politik budaya yang terpusat pada perempuan, dipihak lain

memusatkan perhatian pada perspektif yang mengistemewakan kaum perempuan. Keanekaragaman politik budaya kaum

perempuan ditujukan sebagai upaya menulis ulang sejatrah perempuan dari perspektif mereka

3. Feminis Marxis melihat gender sebagai fenomena budaya.

Perbedaan dalam praktek kebudayaan tidak dilihat sebagai tanda adanya perbedaan esensial antara kedua jenis kelamin tersebut. Perbedaan gender dilihat sebagai bagaimana perbedaan itu

(67)

Dalam feminisme posmodern perbedaan ras dan gender tidak memiliki

makna yang tetap. Setiap individu dianggap sebagai gabungan unsur-unsur berbagai mode subyektivitas yang ada Unsur-unsur yang bertentangan pun bisa saja cocok pada waktu yang berbeda Feminitas dan maskulinitas

dikonstruksi secara sosial dan merupakan situs perjuangan politik tentang makna.

4. Konstruksi sosial merupakan relasi, karena itu feminis posmodern tidak tertarik pada autensitas. Feminisme posmpdern membuka ruang bagi

perbedaan dan (beragam suara) serta interpretasi baru mengenai identitas. 5. Feminisme kulit hitam dan feminisme non barat berkonsentrasi pada

rasisme dan kolonialisme.dan memandang hal ini sebagai alat untuk memahami relasi gender. Bagi feminism kulit hitam ras tetap merupakan suatu bentuk penindasan yang hakiki (Sardar danBoris van Loon,2001: 142-145). Feminsme Dunia Ketiga umumnya menolak pemikiran feminisme Barat sebagai tolak ukur dan representasi dari gerakan feminis, Feminisme NonBarat berakar dari rasisme dan kolonialisme, pengakuan terhadap

(68)

Posmodern

Sebelum kita menjelaskan posmodern ada baiknya kita jelaskan asumsi ilmiah paradigma positivisme yg dominan pd era modern yang ditolak oleh epistemologi posmodernis, antara lain:

• Metode ilmiah adalah metode yang baku: (konstruksi sosial, Feyerabend)

• Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan metode ilmiah yang baku itu (maksudnya positivisme).

• Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin. • Obyektivitas total itu dapat dicapai.

• Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran.

• Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal.

(69)

Posmodern

• megemukakan pengertian post-modern sebagai

sesudah modern. Ia mengemukakan bahwa

pengertain postmodern itu merupakan campuran

beberapa atau gabungan seluruh pengertian

berikut: hasil dari modernisme; anak dari

modernisme; akibat dari modernisme;

(70)

• Istilah moderrn berasal dari kata Latin modo yang berarti ‘barusan”. Istilah itu dimunculkan tahun 1127 oleh Suger seorang kepala

biarawan Basilika St. Denis di Paris Waktu itu Ia melakukan

renovasi yang hasilnya berupa karya arsitektur yang benar-benar baru (bukan seperti arsitektur Yunani, bukan Romawi) karena itu Suger mengalami kesulitan untuk menyebutnya, sehingga ia

menggunakan istilah opus modernum (sebuah karya modern)

(Appignanesi, Richard dan Chris Garratt1995: 6). Dalam filsafat era Renaisans dan Pencerahan sering disebut sebagai awal zaman modern. Modernisme dalam pengertian kultural dimulai pada tahun 1900-an ketika terjadi inovasi teknologi massal, yaitu gelombang pasang kedua revolusi industri yang telah terjadi sekitar tahun 1800-an

(71)
(72)
(73)

Menurut teoritisi sosial postmodern era postmodern

ditandai oleh beberapa hal berikut:

1. Globalitas: Bangsa-bangsa dan wilayah semakin terhubung satu sama lain sehingga mengaburkan perberdaan antara wilayah dan bangsa dan wilayah maju (Dunia Pertama) dengan bangsa dan wilayah terbelakang (Dunia Ketiga). Dengan Era informasi tidak ada satu Negara atau wilayah pun di dunia yang dapat mengurung diri dalam batas geografisnya.

2. Lokalitas: kecendrungan global berdampak langsung pada

lingkungan lokal, sehingga memungkinkan kita untuk memahami dinamika global dengan mempelajari manifestasi lokal. Dalam

pemikiran posmodernis dimensi local dan global merupakan dua hal yang berjalan beriringan , karena itu sering juga disebut global

paradoks. Dari satu sisi era informasi cendrung menghilangkan hal-hal yang bersifat lokal, akan tetapi di sis lain memungkinkan hal-hal-hal-hal yang bersihat local itu memasuki wilayah nasional dan gobal.

(74)

3. “Akhir dari Sejarah” : Modernitas sebagaimana diteorikan pendukung pencerahan, bukanlah akhir dari sejarah, yang muncul dari era

postindustrial dimana kebutuhan dasar material semua orang dipenuhi sehingga konflik kolompok dan pertentangan ideologi semakin

menghilang. Akan tetapi posmodernitas adalah keterputusan

(diskontinuitas) sejarah yang halus, perkembangan evolusioner kapitalis sebagai mana dirancamg oleh pendukung Pencerahan dan pendiri teori sosiologi dan ekonomi borjuis. Akhir sejarah diartikan berakhirnya

pertentangan idologi kapitalis dengan sosialis, dan semakin merajalelanya kapitalisme gobal (neokapitalisme)

4. “Kematian individu” konsep borjuis tentang subyektivitas tunggal dan tetap secara jelas dan dibedakan dengan dunia luar tidak dianggap masuk akal lagi oleh pemikir postmodernitas. Kini diri atau self

(individualitas) menjadi arena pertarungan tanpa batas antara “diri” dan yang di “ luar diri” atau pertarungan antara “diri” dengan “lingkungan sosial-budaya”.

(Jacques Lacan, 1977, 1982) mengkonsepkan masyarakat sebagai

(75)

5. “Mode informasi” cara produksi, dalam terminoligi marxis, kini tidak lagi

relevan, era sekarang adalah “era informasi” “era postindustri” . Era dimana masyarakat postmodern mengorganisir dan menyebarkan informasi dan hiburan.

6. “Simulasi” Jean Baudrillard (1983) menyatakan bahwa apa yang disebut dengan realitas, sekarang tidaklah stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep ilmiah tradisional (maksudnya positivisme), termasuk juga

Marxisme. Masyarakat semakin “tersimulasi”, tertipu dalam “dunia citraan” dan “Wacana” yang secara cepat menggantikan pengalaman manusia atas realitas. Goldman dan Parson (1995) mengemukakan bahwa, iklan

merupakan wahana utama dunia simulasi itu.

(76)

8. “ Polivokalitas” : Segala hal atau obyek dapat dikemukakan dengan perspektif atau paradigma yang berbeda, yang kedudukannya satu sam lain memiliki kesejajaran atau kedudukan yang sama. Karena itu ilmu pengetahuan dihadapkan pada “multi narasi” yang satu sama lain saling melengkapi, saling bersaing, di mana satu

perspektif atau paradigma tidak memiliki keunggulan epistemologis dari yang lain. Ketika Amerika menginvasi Irak, Presiden Bush

menyatakan bahwa ia memerdekakan rakyat Irak dari penguasaan Saddam. Berbagai TV seperti CNN, Aljazira, Al-Arabiya, Metro TV, dan yang lain menyiarkan kejadian yang sama berdasarkan sudut pandang dan kepentinganya masing-masing, sehingga fakta

(kejadian yang sama) ditafsirkan secara beragam.

9. Kematian analisis oposisi biner: model berpikir yang didasarkan atas analisis polaritas (oposisi biner) misalnya: laki-laki Versus Perempuan, benar versus salah, negara maju Vs negara

(77)

10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini

bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang

mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti

gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam,

gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup,

gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak

selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis

hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut

perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada

perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan

sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian

(78)

11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/

cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi. Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan

mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.

(79)

Pandangan postmodernisme sebagai titik balik peradaban ditunjukkan melalui beberapa pandangan pemikir:

– Vattimo : Berakhirnya modernitas

– Daniel Bell: Akhir ideology, Masyarakat postindustri

– Francois Lyotard : matinya Metanarasi

– Akhir dari Sosial, ( Jean Baudrillard)

– Akhir dari Teori, Masyarakat Konsumer (Fredrich

Jameson)

– Matinya Logos ( Jacques Derrida)

– Matinya Ilmu Pengetahuan (The End of Science)

– Matinya Ilmu Ekonomi (Omerod)

– Matinya Realitas (Leary)

(80)

Perlu dibedakan konsep postmodernity

(postmodernitas) dengan dengan postmodernisme:

• Postmodernitas mengacu pd periode historis

yang mengikuti era modern.

• Postmodernisme mengacu pada produk cultural

(seni, film, arsitektur, ilmu pengetahuan) yang

berbeda dengan produk kultural modern

• Munculnya teori social-budaya postmodern

(subyektif, local, relative, mini-narrative)

(81)

Barry Smart dalam,

Postmodernity

(1993) membedakan

tiga pendirian yang berbeda dikalangan postmodernis:

1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan

modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba

atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas,

Daniel Bell (postindustrial Society)

2. Postmodernis ekstrem/Radikal: ada keterputusan antara

masyarakat/pemikiran modern dengan postmodern.

Tokoh yang termasuk ini: Francios Lyotard, Jean

baudrillard, M. Foucault, J. Derrida, Gilles Deleuze, Felix

Quattari, Richard Rorty

(82)

Ciri Filsafat Posmodern

1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal

(metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang

bersifat lokal mini/little narative)

2. Menolak rasionalitas yg universal. Rasionalitas

selalu dikondisikan dalam narasi partikular,

tradisi, dan intitusi dan praksis tertentu

3.Posmodern menolak kesatuan, totalisasi, dan

skema universal dengan merayakan pluralitas,

perbedaan, fragmentasi, dan kompleksitas

(83)

5. Postmodernis anti metafisika, dimana

sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari

kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).

6. Pengetahuan kita tentang sesuatu

merupakan konstruksi bahasa dan

konstruksi sosial.

7. Bahasa adalah konstruksi sosial,

(84)

Ciri Kebudayaan Posmodern (Zygmunt Bauman, 1992) :

1. Pluralistis

2. Berjalan di atas perubahan yg konstan 3. Kurang dlm “otoritas universal”

4. Hieterarkhis & Permainan

(85)

Bauman membedakan Tipe Intelektual modern (legislator) & Tipe postmodern (Interpreter)

Tipe Legislator:

1. Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan 2. Pendapat legislator benar & mengikat

3. Otoritas karane ilmu yg lebih unggul

4. Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu

(86)

Tipe Interpreter:

1. Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitas

2. Interpreter tidak berorientasi mencari ide terbaik, tujuannya utk memfasilitasi komunikasi bebas antar komunitas

3. Interpreter berusaha mencegah distorsi dlm komunikasi 4. Interpreter perlu pemahaman yg dalam & luas

(87)
(88)
(89)
(90)
(91)

Tipe Pemikiran Posmodernis:

1. Tokoh Posmodern radikal menolak modern: Francois Lyotard, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean Baudrilard. Paul Virilio. Tokoh

postmodernisme radikal ini memfokuskan pemikirannya pada

pengembangan model, teori sosial- budaya, pengetahuan dan wacana, serta praktek-praktek posmodern.

• Para pemikir postmodern radikal/garis keras menyatakan bahwa teori Para pemikir postmodern radikal/garis keras menyatakan bahwa teori

totalitas, universalitas modern dipastikan akan membawa kemunduran dan

totalitas, universalitas modern dipastikan akan membawa kemunduran dan

dapat memicu tumbuhnya pemikiran totaliter dan politik kotor (Francois

dapat memicu tumbuhnya pemikiran totaliter dan politik kotor (Francois

Lyotard).

Lyotard).

• Baudrrilard menyatakan bahwa dalam masyarakat yang sangat terpecah Baudrrilard menyatakan bahwa dalam masyarakat yang sangat terpecah

(hyperfragmented)

(hyperfragmented) dan masyarakat yang dibanjiri media tidak mungkin dan masyarakat yang dibanjiri media tidak mungkin untuk menyatakan mana yang hayalan dan mana yang kenyataan, mana

untuk menyatakan mana yang hayalan dan mana yang kenyataan, mana

tanda (signs) dan mana penanda (signifier), alhasil seseorang tidak bisa

tanda (signs) dan mana penanda (signifier), alhasil seseorang tidak bisa

membuat perbedaan, penghubungan, dan analisis yang sistematis yang

membuat perbedaan, penghubungan, dan analisis yang sistematis yang

sebelumnya merupakan ciri teori sosial klasik (modern).

sebelumnya merupakan ciri teori sosial klasik (modern).

• Bagi aliran Posmodernisme keras, realitas sosial tidak bisa didefinisikan Bagi aliran Posmodernisme keras, realitas sosial tidak bisa didefinisikan

dan dipetakan, hal yang terbaik yang mungkin kita bisa lakukan adalah

dan dipetakan, hal yang terbaik yang mungkin kita bisa lakukan adalah

tinggal dalam serpihan-serpihan sebuah perpecahan dalam tatanan

tinggal dalam serpihan-serpihan sebuah perpecahan dalam tatanan

masyarakat (Steven Best, 272).

(92)

2. Tipe posmodernis yang moderat yang menyatakan bahwa

postmodern itu hanya lanjutan dari modernitas. Jurgen Habermas, David Hervey, fredrich Jameson, Daniel Bell. Pemikir ini masih menggunakan konsep modern (misalnya Marxisme) untuk

menganalisis bentuk sosial-budaya postmodern. Kelompok ini tidak terlalu mempertentangkan apakah Nietszche, Marx modernis atau posmodernis. Yang jelas dalam pemikiran Nietzsche dan Marx sudah terkandung pemikiran postmodern yang sekarang disebut poskapitalisme, dan masyarakat konsumer. Jameson

mengembangkan konsep marxisme dalam posmodernitas, serta menyatakan bahwa ia bukan menolak dan mendukung

posmodernisme (Jameson, 1991). Karya Michel Ryan, Marxism and Deconstructionism (1982), adalah satu karya yang baik sekali yang menunjukkan betapa Teori Kritis dan Posmodernisme sebagai dua teori yang saling memperkaya, sehingga menghasilkan

(93)
(94)

Daniel Bell

• Dalam buku The Coming of Postindustrial Society, ia

mengemukakan beberapa elemen perubahan dalam masyarakat, antara lain:

• Dalam bidang ekonomi; perubahan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan (jasa). Pelayanan/jasa itu terlihat pada:

bisnis eceran, perbankan, kesehatan, pendidikan, penelitian, serta pelayanan pemerintahan sebagai hal penting dan menentukan dalam masyarakat postindustri.

(95)

• Pengetahuan teoritis menjadi esensial bagi masyarakat

industri. Ada keterkaitan erat antara teori dengan

praksis. Ilmu pengetahuan menjadi sumber utama

perubahan struktural dalam masyarakat, perubahan dan

inovasi dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kebijakan publik, sesungguhnya didorong

oleh perubahan dalam karakter ilmu pengetahuan.

Perkembangan ilmu pengetahuan (teoritis) telah

mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan,

(96)

Masyarakat posindustri berorientasi pada prediksi dan

kontrol atas teknologi serta berbagai dampaknya. Bell

melihat peran besar dari “peramalan dan kontrol” serta

teknik-teknik pemetaan yang melahirkan sejarah baru

ekonomi, karena lebih memungkinkan ekonomi dan

kemajuan yang terencana, sehingga memperkecil

ketidak menentuan ekonomi dan masa depan.

(97)

Pengantar Ke Pemikiran

Posmodernis: Lyotard

Gagasan Teori Kritis:

• Pada Teori kritis sudah dikemukakan kritik tokohnya pada ilmu pengetahuan & Kebudayaan modern.

• Max Horkheimer & Theodor Adorno, Dialectic of Enlightenment (1944) mengkritik dorongan untuk menguasai alam dan dominasi kapitalisme lanjut adalah satu bentuk fasisme barbar dan irasional. Teori kritis sudah tidak mempercayai Narasi modern. • Melalui buku itu Habermas membedakan:

• a) tindakan instrumental & strategis: tujuannya keberhasilan dlm relasinya dengan lingkungan (fisik-sosial)

• B) tindakan komunikatif: tujuan bukan kepentingan ehois, tapi untuk mendapatkan saling pemahaman

• Habermas melalui teori komunikatifnya mengusulkan untuk menggantikan subyektivitas & rasionalitas yang monologis dengan konsep yang dialogis

(98)
(99)

Pemikir Postrukturalis:

• Jaen Francois Lyotard

• Jacques Derrida

• Michel Foucault

• Richard Rorty

• Jean Baudrillard

• Gillesd Deleuze & Guattari

• Anthony Giddens

(100)

Jean Francois Lyotard

(• Lahir di Versailles tahun

1924-• Belajar Filsafat dan sastra di Sorbonne

• Ia dipengaruhi oleh Kant , Husserl (buku pertamanya La

phenomenologie (1954)

• Ia pernah mengajar di Algeria, pengalaman ini

membuatnya menjadi seorang ilmuwan & politisi yg

radikal. Skembalinya di Prancis ia bergabung dengan

kelompok Socialisne ou Barbarie (kiri dan anti perang. Ia

mengritik dan menyatakan Marxisme tidak lagi memadai.

Tahun 1966 Ia keluar dari Socialisme ou Barbarie

• Ia menjadi dosen di Universitas Nanterre dan aktif

(101)

• Tahun 1971 ia menyelesaikan Disertasinya

Discourse Figure dan ia diangkat menjadi

profesor filsafat di Vincennes University.

• Karyanya:

1. Discours Figure (1971)

2. Derive a partirr de Marx et Freud (1973),

3. Des dispositifs pulsionels (1973)

(102)

Penolakan terhadap

grand-narrative

ini sering disebut

sebagai anti fundasioal sebagai salah satu ciri

posmodernisme

Antifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut:

1. Antifundasionalis dalam teori sosial-budaya dan filsafat

me-negaskan bahwa meta-narasi yang dijadikan fundasi

dituntut dalam modernitas Barat dengan universalitas

dan hak-hak isti-mewanya dalam gagasan mengenai

ilmu pengetahuan, humanisme, sosialisme dan lain-lain

adalah cacat, karena itu kita harus mencoba untuk

menghasilkan mode pengetahuan yang lebih sensitif

terhadap berbagai bentuk perbedaan. Hal ini

dimungkinkan ketika para intelektual mengganti peran

mere-ka sebagai legislator kepercayaan menjadi

(103)

2. Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan vernakuler (daerah), ini diterjemahkan sebagai seorang

demokrat dan populis yang menghancurkan hierarkhi simbolik di kalangan akademisi dan intelektual serta seni (perbedaan seni tinggi dan populer).

3. Peralihan dari bentuk upaya diskursif ke arah bentuk budaya figural yang tampak dalam penekanan dan imaji visual dan bukan kata-kata, proses primer ego dan bukan proses

sekunder, apresiasi dengan cara membenamkan/ melibatkan diri dan bukan dengan cara mengambil jarak dari penonton yang tidak memihak (Lash, 1988),

4. Aspek ini ditangkap sebagai fase “budaya dangkal posmodern”

Referensi

Dokumen terkait

(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam

Tanda Bukti Pelaporan adalah tanda bukti yang diterbitkan oleh lembaga/instansi yang berwenang menangani pencatatan dan penerbitan Akta Catatan Sipil atas pelaporan

Penelitian tentang hubungan perilaku higiene dan status gizi dengan infestasi STH pada murid SDN 008 Sukaping dapat diambil simpulan bahwa anak laki-laki, usia 6-9

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lokasi, keragaman barang dan lingkungan fisik serta untuk mengetahui dimensi yang paling dominan yang

- Karena tidak berinisiatif untuk mengajukan biaya tambahan atas pemberian bantuan dari Jamkesos, karena menurutnya Jamkesos tidak memiliki standard jumlah biaya bantuan

There are two variables: (1) contribution and effectivity of cigarrette advertisement tax (2) government regulation number 109 in estimate year 2012. The data used

Menurut Simatupang (2007), kerangka pikir pemerintah dalam merancang kebijakan ketahanan pangan ialah (1) harga yang "terjangkau" dan stabil cukup

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,