• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Fosfat Dan Asam Humat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Fosfat Dan Asam Humat."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFAT DAN ASAM HUMAT

SKRIPSI

OLEH:

OSMIN SIPAYUNG 100301178

AGROEKTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFAT DAN ASAM HUMAT

SKRIPSI

OLEH:

OSMIN SIPAYUNG 100301178

AGROEKTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul skripsi : Tanggap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk fosfat dan asam humat.

Nama : Osmin Sipayung

NIM : 100301178

Departemen : Agroekoteknologi

Program studi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Mariati M.Sc) (Ir. Meiriani M.P.)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

OSMIN SIPAYUNG: Tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Samosir (Allium ascalonicum L.) aksesi Bakkara terhadap pemberian pupuk fosfat dan asam umat, dibimbing oleh MARIATI dan MEIRIANI.

Pupuk fosfat bila ditambah ke dalam tanah, tidak semua fosfat dari pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman tetapi sebagian dari pupuk tersebut diikat oleh ion metal dan Ca. Asam humat dapat membantu penyerapan fosfat karena ion-ion organik dari asam humat dapat mengikat ion seperti metal dan Ca. Oleh karena itu, pemberian pupuk fosfat dan asam humat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan yang berlokasi di Jalan Pasar 1 Ringroad Medan, pada Agustus s/d November 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis pupuk fosfat (250, 200, 150, 100 kg/ha) dan asam humat (0, 2,5, 5 ton/ha). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam humat nyata meningkatkan panjang tanaman 4 minggu setelah tanam (MST) dan jumlah daun pada 5,6 dan 7 MST. Interaksi antara pupuk fosfat dan asam humat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh kombinasi pupuk fosfat 100 kg/ha dan asam humat 5 kg/ha (P4A3) yaitu 19,67 helai.

(5)

ABSTRACT

OSMIN SIPAYUNG : Growth and production response of shallot (Allium ascalonicum L.)against giving fosfate fertilizer and Humic Acid, guided by MARIATI and MEIRIANI.

Fosfate Fertilizer such as superfosfate when added to the soil, not all fosfate from that fertilizer can be absorbed by plant root but most of them are bound by metal ions and Ca so the plant can not absorbed it. Giving humic acid can help the absorbtion of fosfate because organic ions of humic acid can bind metal ions and Ca. Therefore, application of fertilizer P and humic acid is expected to enhance the growth and production of shallots. This research was conducted at experimental field jl. Pasar 1 Ringroad medan in Agustus-November 2014, used a factorial randomized block design with 2 factor, namely the provision of fertilizer P (250, 200, 150, 100 kg / ha) and humic acid (0, 2, 5, 5 tons / ha). Parameter observed were plant height, number of leaves, number of tillers, wet weight per sample, dry weight per sample, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The result showed the humic acid has a significantly affect plant height at 4 week after planting (WAP),and number of leaves on 4,5,6 and 7 WAP. The interaction between fosfate fertilizers and humic acid has a significantly affect the number of leaves on 4 WAP.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tappe Tappe, pada tanggal 09 April 1992 dari ayah D. Sipayung dan ibu M. Munthe. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA sw C. R. Duynhoven Saribudolok, di Saribudolok dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Panjang Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya yang berjudul “Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Pupuk NPK dan Asam

Humat” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing yaitu Ir. Mariati M.Sc., selaku komisi ketua pembimbing dan Ir. Meiriani M.P., selaku komisi anggota pembimbing yang telah membantu

penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai dan kerabat di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Agroekoteknologi stambuk 2010 yang tak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI Tempat dan waktu penelitian ... 10

Bahan dan alat ... 10

Aplikasi pupuk dan asam humat ... 13

(9)

Pengeringan ... 15

Peubah amatan ... 16

Panjang tanaman (cm) ... 16

Jumlah daun per rumpun (helai) ... 16

Jumlah anakan per rumpun (anakan) ... 16

Total luas daun... 16

Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) ... 17

Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) ... 17

Laju pertumbuhan tanaman (g.g-1.hari-1) ... 18

Bobot basah umbi per sampel (g) ... 18

Bobot kering umbi per sampel (g) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Panjang tanaman (cm) 2-7 MST pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

20

2. Jumlah daun (helai) 2-7 MST pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

22

3. Jumlah anakan per rumpun (anakan) 7 MST pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

27

4. Total luas daun (cm2) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

28

5. Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

29

6. Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

30

7. Laju pertumbuhan tanaman (g.g-1.hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

30

8. Bobot basah umbi per sampel (g) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

31

9. Bobot kering umbi per sampel (g ) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan panjang tanaman bawang merah 4 MST dengan asam humat

21

2 Hubungan panjang tanaman bawang merah 7 MST dengan asam humat

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Deskripsi bawang merah varietas lokal Samosir 39

2. Bagan penelitian 40

3. Bagan letak tanaman per plot 41

4. Hasil analisis tanah 42

5. Dosis pupuk fosfat dan asam humat yang digunakan 43 6. Data pengamatan panjang tanaman 2 MST (cm) 44 7. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST 44 8. Data pengamatan panjang tanaman 3 MST (cm) 45 9. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST 45 10. Data pengamatan panjang tanaman 4 MST (cm) 46 11 Sidik ragam panjang tanaman 4 MST 46 12. Data pengamatan panjang tanaman 5 MST (cm) 47 13. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST 47 14. Data pengamatan panjang tanaman 6 MST (cm) 48 15. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST 48 16. Data pengamatan panjang tanaman 7 MST (cm) 49 17. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST 49 18. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai) 50

19. Sidik ragam jumlah daun 2 MST 50

20. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) 51

21. Sidik ragam jumlah daun 3 MST 51

22. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) 52

(13)

24. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) 53

25. Sidik ragam jumlah daun 5 MST 53

26. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) 54

27. Sidik ragam jumlah daun 6 MST 54

28. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) 55

29. Sidik ragam jumlah daun 7 MST 55

30. Data pengamatan jumlah anakan 7 MST (anakan) 56 31. Sidik ragam jumlah anakan 7 MST 56 32. Data total luas daun 38 HST (cm2) 57 33. Sidik ragam total luas daun 38 HST (cm2) 58 34. Data total luas daun 60 HST (cm2) 59 35. Sidik ragam total luas daun 60 HST 60 36. Data pengamatan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) 61 37. Sidik ragam laju asimilasi bersih 62 38. Data pengamatan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) 63 39. Sidik ragam laju pertumbuhan relatif 64 40. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman (g/hari) 65 41. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 66 42. Data pengamatan bobot basah umbi per sampel (g) 67 43. Sidik ragam bobot basah umbi per sampel 68 44. Data pengamatan bobot kering umbi per sampel (g) 69 45. Sidik ragam bobot kering umbi per sampel 70

(14)

ABSTRAK

OSMIN SIPAYUNG: Tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Samosir (Allium ascalonicum L.) aksesi Bakkara terhadap pemberian pupuk fosfat dan asam umat, dibimbing oleh MARIATI dan MEIRIANI.

Pupuk fosfat bila ditambah ke dalam tanah, tidak semua fosfat dari pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman tetapi sebagian dari pupuk tersebut diikat oleh ion metal dan Ca. Asam humat dapat membantu penyerapan fosfat karena ion-ion organik dari asam humat dapat mengikat ion seperti metal dan Ca. Oleh karena itu, pemberian pupuk fosfat dan asam humat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan yang berlokasi di Jalan Pasar 1 Ringroad Medan, pada Agustus s/d November 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis pupuk fosfat (250, 200, 150, 100 kg/ha) dan asam humat (0, 2,5, 5 ton/ha). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam humat nyata meningkatkan panjang tanaman 4 minggu setelah tanam (MST) dan jumlah daun pada 5,6 dan 7 MST. Interaksi antara pupuk fosfat dan asam humat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh kombinasi pupuk fosfat 100 kg/ha dan asam humat 5 kg/ha (P4A3) yaitu 19,67 helai.

(15)

ABSTRACT

OSMIN SIPAYUNG : Growth and production response of shallot (Allium ascalonicum L.)against giving fosfate fertilizer and Humic Acid, guided by MARIATI and MEIRIANI.

Fosfate Fertilizer such as superfosfate when added to the soil, not all fosfate from that fertilizer can be absorbed by plant root but most of them are bound by metal ions and Ca so the plant can not absorbed it. Giving humic acid can help the absorbtion of fosfate because organic ions of humic acid can bind metal ions and Ca. Therefore, application of fertilizer P and humic acid is expected to enhance the growth and production of shallots. This research was conducted at experimental field jl. Pasar 1 Ringroad medan in Agustus-November 2014, used a factorial randomized block design with 2 factor, namely the provision of fertilizer P (250, 200, 150, 100 kg / ha) and humic acid (0, 2, 5, 5 tons / ha). Parameter observed were plant height, number of leaves, number of tillers, wet weight per sample, dry weight per sample, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The result showed the humic acid has a significantly affect plant height at 4 week after planting (WAP),and number of leaves on 4,5,6 and 7 WAP. The interaction between fosfate fertilizers and humic acid has a significantly affect the number of leaves on 4 WAP.

(16)

PENDAHULUAN Latar belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar (Irfan, 2013).

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 yang dikutip dari BPS (2014) adalah 14.158 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah diperkirakan mencapai 34.395 ton. Dari data tersebut, produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Produktivitas bawang merah Sumatera Utara adalah 8,96 ton/ha, sedangkan produktivitas nasional adalah 9,69 ton/ha. Jadi produktivitas bawang Sumatera Utara masih dibawah produktivitas bawang merah nasional dan masih bisa ditingkatkan. Salah satu caranya yaitu dengan pemupukan yang berimbang antara pupuk kimia dengan bahan organik untuk meningkatkan efesiensi pemupukan terutama yang efesiensi pemupukannya rendah yaitu pupuk fosfat.

(17)

Pupuk fosfat seperti pupuk superfosfat bila ditambah ke dalam tanah, tidak semua fosfor dari pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari pupuk tersebut berubah menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Ion fosfat yang berasal dari pupuk dijerap pada permukaan koloid tanah dengan ion metal dan Ca sebagai jembatan (Damanik dkk., 2011).

Untuk melepaskan ion fosfat yang diikat oleh ion metal dan Ca diperlukan ion-ion organik yang dapat mengikat ion metal dan Ca dan membentuk senyawa sukar larut sehingga ion fosfat manjadi tersedia untuk tanaman. Ion-ion organik tersebut bisa dihasilkan oleh asam organik yang salah satu diantaranya adalah asam humat.

Menurut penelitian (Syafruddin, 2013) pada tanaman jagung penambahan asam humat 0,15% menurunkan penggunaan pupuk NPK 20:10:10 sebanyak 25% dari takaran optimal, hal ini terlihat hasil yang diperoleh pada pemberian pupuk NPK 20:10:10 sebanyak 257,5 kg/ ha menghasilkan 10.21 t/ha, dibanding dengan pemberian pupuk 350 kg NPK/ha menghasilkan 10,14 t/ha..

Oleh karena itu penulis ingin meneliti pemberian pupuk fosfat dan asam humat pada bawang.

Tujuan penelitian

(18)

Hipotesis percobaan

Pemberian pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi

kedua perlakuan nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) .

Kegunaan penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman

Tanaman bawang merah dalam klasifikasi tanaman termasuk dalam divisio spermatophyta , subdivisio angiospermae, kelas monocotiledonae, ordo liliaceae, family liliales, genus allium dan spesies Allium ascalonicum L. (Tjitrosoepomo, 1993).

Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (Hervani, 2009).

Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1994).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiap tandan mengandung sekitar 50-200 kuntum bunga. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna. Biasanya terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik dengan daun bunga berwarna hijau bergaris keputih-putihan atau putih, serta

(20)

Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat tumbuh Iklim

Bawang merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn dan suhunya 25 – 32 0C. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5–7 (Sumarni dan Hidayat, 2005).

(21)

Tanah

Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur dan subur dengan drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. pH tanah yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995).

Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dengan pH lebih dari 5,6 dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah dapat menyebabkan penyakit busuk umbi (Siemonsma dan Pileuk, 1994).

Pupuk fosfat

Sukar untuk menyatakan secara terperinci fungsi fosfor (P) dalam tanaman bahkan tanaman yang paling sederhana. Fosfor berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel serta pembentukan lemak serta albumin, pembangunan dan pembuahan termasuk pembuahan biji, apabila tanaman berbuah pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang, perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang pada tanaman serealia, membantu menghindari tumbangnya tanaman, mutu tanaman khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran dan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Soegiman, 1982).

Unsur P di alam berikatan dengan oksigen yang disebut senyawa fosfat. Tanaman menyerap fosfat dalam bentuk ion fosfat anorganik terutama H2PO4-,

dan HPO42-. Namun, ketersediaan fosfat dalam tanah di Indonesia umumnya

sangat rendah yang disebabkan karena fosfat terikat menjadi AlPO4 pada tanah

asam atau Ca3(PO4)2 pada tanah basa. Tumbuhan tidak dapat menyerap fosfat

(22)

(Elfiati, 2005). Fosfat yang merupakan nutrient esensial yang diperlukan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya sebenarnya terdapat dalam jumlah yang melimpah dalam tanah, namun sekitar 95-99% terdapat dalam bentuk fosfat tidak terlarut sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman (Vassileva dkk., 1998 dalam Raharjo dkk., 2007).

Pupuk fosfat yang umum digunakan oleh petani saat ini salah satunya adalah pupuk SP-36. Menurut Standard Nasional Indonesia (2005) pupuk SP-36 pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat, Ca (H2PO4 ).

Hasil Penelitian Kandowangko (1999) menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 sampai pada takaran 26.22 kg.ha-1 dan kombinasi antara pupuk SP-36 dan fosfat alam dapat meningkatkan pH tanah, P-tersedia dalam tanah, serapan-P tanaman dan hasil bobot tongkol bersih jagung manis.

Super fosfat (SP-36) yang diberikan pada awal tanam diserap akar secara bertahap dan ditranslokasikan ke daun-daun muda. Namun jika P dalam media tumbuh tidak tersedia maka P yang tersimpan dalam daun-daun tua akan ditranslokasikan ke daun-daun yang muda, sehingga dapat berdampak munculnya gejala defesiensi pada daun tersebut ( Zuchri, 2009).

Asam humat

(23)

misalnya karbohidrat, asam amino, protein, lemak, lignin, asam nukleat, pigment, hormon dan asam-asam organik. Asam organik yang termasuk dalam senyawa organik belum terhumuskan selanjutnya diistilahkan asam organik belum terhumuskan. Senyawa organik yang telah terhumuskan adalah asam humat (AH), asam fulfat (AF), dan turunan dari hidroksi benzoat dari asam humat (Ismangil,2005).

Asam humat merupakan material organik yang dianggap sebagai hasil akhir dekomposisi bahan tanaman dan hewan purba yang telah memfosil dalam selang waktu jutaan tahun di dalam tanah. Satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan bahan organik, termasuk pencemar beracun (Roni dkk.,2005).

Asam organik seperti asam humat akan menghasilkan ion organik yang dapat dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe, dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang bersifat sukar larut (Damanik dkk.,2011).

Asam humat merupakan bahan makromolekul polielektrolit yang memiliki gugus fungsional seperti –COOH ,-OH, fenolat maupun –OH alkoholat, sehingga asam humat memiliki peluang untuk membentuk kompleks dengan ion logam karena gugus ini dapat mengalami deprotonasi pada pH yang relative tinggi (Ariyanto,2009).

(24)

tanaman untuk proses metabolisme enzimatis maupun penyusunan jaringan berada dalam jumlah yang cukup (Hermanto dkk.,2013).

Sifat kimia humat yang penting dan berhubungan dengan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah adalah: 1) fraksi humat mengandung berbagai jenis gugus fungsional dengan nilai pKa yang berbeda-beda, sehingga reaktifitasnya tetap tinggi pada selang pH tanah yang lebar, 2) fraksi humat mempunyai muatan negatif yang berasal dari disosiasi ion H dari berbagai gugus fungsional, yang menyebabkan fraksi humat mempunyai KTK sangat tinggi. Dengan demikian fraksi humat mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat, menjerap dan mempertukarkan kation, serta membentuk senyawa kompleks dengan logam berat dan lempung, 3) fraksi humat mempunyai kemampuan untuk mengubah konfirmasi struktur se-bagai respon terhadap perubahan pH, pE, konsentrasi garam, dan 4) fraksi humat dapat meyediakan unsur hara seperti N, P, K dan S ke dalam tanah serta C sebagai sumber energi bagi mikrobia tanah (Hermanto dkk., 2013).

(25)

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Jalan Pasar 1 Ringroad , Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut mulai bulan Agustus 2014 sampai November 2014.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih bawang merah varietas Samosir aksesi Bakkara sebagai objek pengamatan yang akan diamati, asam humat, pupuk fosfat (SP-36), pupuk urea, pupuk KCl , seprint, fungsida berbahan aktif Mankozeb, fungsida berbahan aktif Azoksistrobin 200 g/l dan Difenokonazol 125 g/l, insektisida berbahan aktif Thiamethoxam dan air.

Alat yang digunakan dalam percobaan adalah cangkul, meteran untuk mengukur panjang tanaman, gembor, gunting, sprayer, dan alat tulis sebagai alat mencatat data.

Metode penelitian

Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Pupuk fosfat dengan 4 taraf: P1 = 250 kg/ha

P2 = 200 kg/ha

P3 = 150 kg/ha

(26)

Faktor II : Asam Humat (A) dengan 3 taraf: A1 = tidak diberi asam humat

A2 = 2,5 kg/ha

A3 = 5 kg/ha

Sehingga didapat 12 kombinasi yaitu :

P1 A1 P2 A1 P3A1 P4A1

P1 A2 P2 A2 P3A2 P4 A2

P1 A3 P2 A3 P3A3 P4A3

Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 36

Ukuran plot : 1,4 m x 1,4 m

Jarak tanam : 15 cm x 20 cm

Jumlah tanaman per plot : 42

Jumlah tanaman seluruhnya : 1512 bibit Jumlah sampel per plot : 5 tanaman Jumlah seluruh sampel : 180 tanaman Jarak antar blok : 50 cm

Luas lahan : 128,34 m2

Model linier yang digunakan yaitu : Yijk =  + i+ αj + k + ()jk + ijk

Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pupuk fosfat pada

taraf ke-j dan perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.  = Nilai tengah.

(27)

αj = Pengaruh dari perlakuan pupuk P pada taraf ke-j.

k = Pengaruh dari perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

()jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j dan

perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

ijk = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan pupuk fosfat taraf ke-j dan

perlakuan pemberian asam humat pada taraf ke-k.

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan

Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma maupun sampah yang terdapat disekitar areal tersebut. Lahan penelitian dibagi menjadi 3 blok, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 140 cm x 140 cm, jarak antar blok 50 cm, dan jarak antar plot 30 cm.

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan 1 minggu sebelum tanam, tanah diolah sampai gembur, digaru dan dibersihkan dari rumput-rumputan kemudian dibuat bedengan.

Persiapan bibit

Umbi yang digunakan adalah umbi bawang merah varietas lokal Samosir aksesi Bakkara yang diusahakan memiliki ukuran seragam. Umbi terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel. Dilakukan pemotongan ¼ bagian dari ujung umbi dengan tujuan merangsang pembentukan tunas. Umbi bibit kemudian direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 selama 5 menit untuk menghindari serangan cendawan pathogen.

Aplikasi pupuk dan asam humat

(29)

5 cm sebelah kiri antar baris dari tanaman. Pupuk susulan kedua diberikan 2 minggu berikutnya dengan cara dan dosis yang sama tetapi pupuk yang digunakan hanya pupuk urea dan KCl.

Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan, dibuat lubang tanam yang ditugal pada areal tanam dengan jarak 15 x 20 cm, kemudian dimasukkan 1 umbi perlubang tanam kemudian ditutup sampai ¾ bagian umbi terbenam dan disiram.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari kecuali jika hujan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan sedini mungkin sampai umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti tanaman mati dengan tanaman cadangan.

Penyiangan

(30)

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan intensitas serangan. Serangan oleh jamur dikendalikan dengan menggunakan fungsida berbahan aktif Mankozeb dengan dosis 5 gram/liter air atau dengan fungsida berbahan aktif Azoksistrobin 200 g/l dan Difenokonazol 125 g/l dengan dosis 1 ml/l air. Sedangkan serangan oleh serangga dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif Thiamethoxam 2 gram/liter air. Bersamaan dengan penyemprotan fungsida dan insektisida ditambahkan pupuk cair seprint dengan dosis 5 ml/liter air sebagai pupuk pelengkap. Penyemprotan dilakukan dengan interval satu minggu.

Panen

Panen dilakukan saat tanaman berumur 70 HST, kriteria panen tanaman bawang yaitu 60-70% leher dari daun telah lemas dan daun telah menguning, dimana umbi lapis kelihatan penuh berisi, dan sebagian umbi terlihat di atas permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keunguan atau merah muda, daun bagian atas mulai rebah.

Pengeringan

(31)

Peubah amatan

Panjang tanaman (cm)

Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun. Panjang tanaman diukur mulai 2 MST hingga 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah daun per rumpun (helai)

Jumlah daun dihitung mulai 2 MST hingga 7 MST yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali. Daun yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh sempurna.

Jumlah anakan (anakan)

Dihitung jumlah anakan per rumpun yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan pada 7 MST.

Total luas daun (cm2)

Pengukuran total luas daun dilakukan pada umur 36 HST dan 60 HST dengan metode gravimetri dengan menaksir luas daun berdasarkan perbandingan berat daun dengan berat total kertas, yaitu :

LD = (Wr/Wt) x Lk Dimana :

Wr = Bert kertas replika daun Wt =Berat total kertas

(32)

Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

Laju penambahan bobot kering tanaman per satuan luas daun per satuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 36 dan 60 hari setelah tanam, dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana : LAB = Laju asimilasi bersih 38 - 60 HST W1 = Berat kering tanaman 38 HST W2 = Berat kering tanaman 60 HST A1 = Total luas daun 38 HST A2 = Total luas daun 60 HST

T1 = Waktu pengamatan pada 38 HST T2 = Waktu pengamatan pada 60 HST Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1)

Laju pertumbuhan relatif merupakan nilai rata-rata kecepatan pertumbuhan relatif selama satu periode waktu (Sitompul dan Guritno, 1995):

Dimana : LPR = Laju pertumbuhan relatif 38 - 60 HST W1 = Berat kering tanaman 38 HST

(33)

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Laju Pertumbuhan didasarkan pada berat kering total tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995), dengan persamaan:

Dimana: LPT = Laju pertumbuhan tanaman W1 = Berat kering tanaman 38 HST W2 = Berat kering tanaman 60 HST t1 = Waktu pengamatan pada 38 HST t2 = Waktu pengamatan pada 60 HST Bobot basah umbi per sampel (g)

Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen, dipisahkan dari daun dan akar kemudian dibersihkan.

Bobot kering umbi per sampel (g)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Panjang tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tanaman 2-7 MST (minggu setelah tanam) dapat dilihat pada Lampiran 6-17.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat dan asam humat berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman pada semua minggu pengamatan kecuali pada umur 4 MST .

Panjang tanaman bawang merah 2-7 MST (minggu setelah tanam) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan pada umur 3-6 MST peningkatan pemberian pupuk fosfat dari 100 kg/ha menjadi 150 kg/ha cenderung menurunkan panjang tanaman dan peningkatan dari 150 kg/ha menjadi 200 kg/ha cenderung menaikkan panjang tanaman dan menurun kembali kembali pada 250 kg/ha.

(35)

Tabel 1. Panjang tanaman bawang merah 2 - 7 MST (cm) pada pemberian pupuk disetiap minggu pengamatan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(36)

Gambar 1. Hubungan panjang tanaman bawang merah 4 MST dengan asam humat

Gambar 1 menunjukkan hubungan panjang tanaman bawang merah 4 MST dengan asam humat berbentuk linier positif. Peningkatan pemberian asam humat hingga 5 kg/ha (A3) akan meningkatkan panjang tanaman bawang merah 4

MST.

Jumlah daun tanaman bawang merah 2 - 7 MST pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 2.

(37)

Tabel 2. Jumlah daun bawang merah 2 - 7 MST (helai) pada pemberian pupuk

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama disetiap minggu pengamatan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan pada 4 MST, pada perlakuan A1 (tanpa asam

humat), jumlah daun terbanyak diperoleh pada P3 (150 kg/ha) yang berbeda tidak

nyata dengan perlakuan fosfat lainnya. Pada perlakuan A2 (dosis asam humat 2,5

(38)

dengan perlakuan fosfat lainnya. Pada perlakuan A3 (dosis asam humat 5 kg/ha)

jumlah daun terbanyak diperoleh pada P4 (100 kg/ha) yang berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya.

Peningkatan dosis pupuk fosfat dari 100 kg/ha (P4) menjadi 150 kg/ha

(P3) cenderung menurunkan jumlah daun. Peningkatan dosis pupuk fosfat dari 150

kg/ha (P3) menjadi 200 (P2) kg/ha cenderung menurunkan jumlah daun hingga 4

MST kemudian cenderung meningkatkan jumlah daun pada 5-7 MST. Peningkatan dosis pupuk fosfat dari 200 kg/ha (P2) menjadi 250 kg/ha (P1)

cenderung menaikkan jumlah daun hingga 3 MST kemudian menurun pada 4 MST dan meningkat kembali hingga 7 MST.

Tabel 2 juga menunjukkan pada 5-7 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada pemberian asam humat 5 kg/ha (A3) yang berbeda nyata dengan

A1 dan A2.

Hubungan jumlah daun bawang merah umur 7 MST dengan pemberian asam humat dapat dilihat pada Gambar 2.

(39)

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara jumlah daun dengan pemberian asam humat. Peningkatan pemberian asam humat hingga 5 kg/ha (A3) akan meningkatkan panjang tanaman bawang merah 7 MST.

Jumlah anakan (anakan)

Data hasil penelitian dan analisis sidik ragam jumlah anakan disajikan pada Lampiran 30 dan 31 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan.

Jumlah anakan tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah anakan bawang merah 7 MST (anakan) pada pemberian pupuk

dengan perlakuan fosfat lainnya begitu juga jumlah anakan cenderung terbanyak diperoleh pada pemberian asam humat 5 kg/ha (A3) yang berbeda tidak nyata

(40)

Data hasil pengamatan total luas daun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 35, yang menunjukkan perlakuan pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.

Total luas daun tanaman bawang merah umur 38 dan 60 HST pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Total luas daun bawang merah 38 dan 60 HST (cm2) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

HST Pupuk fosfat

tidak nyata dengan perlakuan fosfat lainnya. Begitu juga total luas daun 38 HST cenderung teluas diperoleh pada pemberian asam humat 5 kg/ha (A3) yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya sedangkan total luas daun 60 HST cenderung terluas cenderung diperoleh pada pemberian asam humat 2,5 kg/ha (A2) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya.

Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

(41)

pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih.

Laju asimilasi bersih tanaman bawang merah umur 38-60 HST pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Laju asimilasi bersih bawang merah 38-60 HST (g.cm2.hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

Pupuk fosfat

Rataan 0,01051 0,00921 0,00913

Tabel 5 menunjukkan laju asimilasi bersih 36-60 HST tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian pupuk fosfat 150 kg/ha (P3) yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan fosfat lainnya begitu juga laju asimilasi bersih cenderung terbanyak diperoleh pada perlakuan tanpa asam humat (A1) yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya. Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1)

Data hasil pengamatan laju pertumbuhan relatif umur 38-60 HST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 38 dan 39 yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat dan asam humat, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.

(42)

Tabel 6. Laju pertumbuhan relatif bawang merah 38-60 HST (g.g-1.hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

Pupuk fosfat

Rataan 0,04753 0,05947 0,05698

Tabel 6 menunjukkan laju pertumbuhan relatif 38-60 HST tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian pupuk fosfat 250 kg/ha (P1) yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan fosfat lainnya begitu juga laju pertumbuhan relatif cenderung tertinggi diperoleh pada pemberian asam humat 2,5 kg/ha (A2) yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya. Laju pertumbuhan tanaman (g.g-1hari-1)

Data hasil pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 38-60 HST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 40 dan 41 yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat dan asam humat, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman.

Laju pertumbuhan tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Laju pertumbuhan tanaman bawang merah 38-60 HST (g.g-1hari-1) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

Pupuk fosfat

(43)

Tabel 7 menunjukkan laju pertumbuhan tanaman 38-60 HST tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian pupuk fosfat 200 kg/ha (P2) yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan fosfat lainnya begitu juga laju pertumbuhan tanaman cenderung tertinggi diperoleh pada pemberian asam humat 5 kg/ha (A3)

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya. Bobot basah umbi per sampel (g)

Data bobot basah umbi per sampel dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 42 dan 43 yang menunjukkan perlakuan pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Bobot basah umbi per sampel bawang merah (g) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada tabel 8.

(44)

Bobot kering umbi per sampel (g)

Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 44 dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 45 menunjukkan perlakuan pupuk fosfat dan asam humat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.

Bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk fosfat dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Bobot kering umbi per sampel bawang merah (g) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat

Tabel 9 menunjukkan bobot kering umbi per sampel tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian pupuk fosfat 250 kg/ha (P1) yang berbeda tidak nyata

dengan perlakuan fosfat lainnya begitu juga laju bobot kering umbi per sampel cenderung tertinggi diperoleh pada pemberian asam humat 5 kg/ha (A3) yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan asam humat lainnya. Pembahasan

Tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.)

terhadap pemberian pupuk fosfat

(45)

per sampel, dan bobot kering umbi per sampel. Hal ini diduga karena unsur P yang tersedia untuk tanaman bawang merah sudah cukup dengan pemberian pupuk 100 kg/ha yang dari hasil analisis akhir termasuk dalam kategori sedang (P4A1 dan P4A3) dan rendah (P4A2) yang hampir sama dengan pemberian pupuk

fosfat 250 kg/ha yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini juga berkaitan dengan peran unsur hara fosfor pada tanaman yang tidak dapat dikaji secara spesifik menjadi penyebab hasil pengamatan parameter tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pernyataan Soegiman (1982) yang menyatakan bahwa sukar untuk menyatakan secara terperinci fungsi fosfor (P) dalam tanaman bahkan tanaman yang paling sederhana. Fosfor berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel serta pembentukan lemak serta albumin, pembangunan dan pembuahan termasuk pembuahan biji, apabila tanaman berbuah pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang, perkembangan akar khusus lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang pada tanaman serealia, membantu menghindari tumbangnya tanaman, mutu tanaman khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran serta kekebalan terhadap penyakit tertentu

Tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.)

terhadap pemberian asam humat

Pemberian asam humat berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada umur 4 MST dan terhadap jumlah daun pada umur 5-7 MST.

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian asam humat berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada umur 4 MST dengan panjang rataan tanaman terpanjang ada pada perlakuan A3 (5 kg/ha) yang

(46)

Sedangkan rataan panjang terkecil diperoleh pada perlakuan A1 (0 kg/ha) yatitu

dengan rataan 17,75 cm. Sama halnya pada parameter jumlah daun pemberian asam humat berpengaruh nyata mulai pada umur 5-7 MST. Rataan terbanyak diperoleh pada perlakuan A3 (5 kg/ha) yang berbeda nyata dengan dosis asam

humat lainnya yaitu dengan rataan 4-7 MST berturut-turut 14,97 helai.,19,82 helai., 21,27 helai., dan 19,25 helai sedangkan rataan terendah diperoleh pada perlakuan A1 (0 kg/ha) yaitu dengan rataan 4-7MST berturut-turut 12,33 helai.,

15,05 helai., 15,03 helai., dan 13,72 helai. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian (Roni dkk, 2005) pada tanaman Kudzu Tropika menunjukkan bahwa pupuk fosfat dan asam humat sangat nyata meningkatkan P-tersedia, jumlah daun tripolat, panjang tanaman, berat kering tajuk, dan berat kering akar kudzu tropika.

(47)

Tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.)

terhadap interaksi pupuk fosfat dan asam humat

Interaksi pupuk fosfat dan asam humat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST. Jumlah daun terbanyak diperoleh pada pada kombinasi P4A3

(pupuk fosfat 100 kg/ha dan asam humat 5 kg/ha) yaitu 19,67 helai. Sedangkan jumlah daun paling sedikit diperoleh pada perlakuan P1A1 ( pupuk fosfat 250

kg/ha dan tanpa asam humat ) yaitu 9,87 helai. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian asam humat 5 kg/ha asam humat yang ada cukup untuk membantu ketersediaan P yang sudah terikat. Selain itu dosis pupuk fosfat yang dibutuhkan lebih sedikit yaitu sebanyak 100 kg/ha. Hal ini diduga karena penambahan asam humat dapat membantu penyerapan P dari dalam tanah. asam humat yang diberikan ke tanah akan melepaskan ion-ion organik yang membuat P yang terikat oleh logam tanah terlepas dari ikatannya dan menjadi tersedia untuk tanaman dan membentuk ikatan kompleks yang akan sukar larut (Damanik dkk., 2011). Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan asam humat untuk

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.

2. Pemberian asam humat nyata meningkatkan panjang tanaman 4 MST dan jumlah daun 5-7 MST.

3. Interaksi pemberian pupuk fosfat dan asam humat berpengaruh nyata pada jumlah daun 4 MST dengan kombinasi terbaik pada perlakuan pupuk fosfat 100 kg/ha dan asam humat 5 kg/ha (P4A3).

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D. P. 2009. Ikatan Antara Asam Organik Tanah dengan Logam. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ashari, Semeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2014. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah, 2009-2013. Diakses dari http://www.bps.go.id/ 31 Mei 2014

Damanik, M.M.B., Bachtiar E.H.,Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah H. 2011. Kesuburan tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Hermanto D., N.K.T.Dharmayani, R.Kurnianingsih, dan S.R.Kamali. 2013. Pengaruh Asam Humat Sebagai Pelengkap Pupuk Terhadap Ketersediaan dan Pengambilan Nutrien pada Tanaman Jagung di Lahan Kering Kec.Bayan-NTB. Ilmu Pertanian Vol. 16 No.2, 2013 : 28 – 41

Hervani, Dini., Lili Syukriani., Etti Swast dan Erbasrida. 2009. Teknologi Budidaya Bawang Merah Pada Beberapa Media Dalam Pot Di Kota Padang. Warta Pengabdian Andalas Volume XV, Nomor 22 Juni 2009. Irfan, Mokhamad. 2013. Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L)

Terhadap Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara . Jurnal Agroteknologi. Vol. 3 No. 2, Februari 2013:35-60 .

Ismangildan Eko Hanudin. 2005. Degredasi Mineral Batuan Oleh Asam-Asam Organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (1) (2005) p: 1-17 Muzakky, Agus Taftazani dan D Surnining.2002. Kereaktifan Tanah Gambut dan

Asam Humat Sebagai Bahan Isian Penukar Ion Cu(lI) dan UO2(1I). Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 27 Junl 2002.

Roni, N. G. K., Soedarmadi H dan Y Setiadi. 2005. Pertumbuhan Dan Produksi Kudzu Tropika (Pueraria phaseoloides BENTH.)Yang diberi asam humat Dan pupuk fosfat . http://www. ejournal.unud.ac.id [20 Desember 2014] Rubatzky, V. E., dan Mas Y. 1998. Sayuran Dunia 2 (Prinsip,produksi, dan gizi).

Penerbit ITB. Bandung.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bawang Merah, Budidaya & Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Jakarta.

(50)

Beberapa Kesuburan Lahan (status P-tanah). J. Hort. 22(2):138-138. 2012.

Sumarni, N dan Achmad H. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Syafruddin. 2013. Pengaruh Pupuk NPK 20:10:10 dan Asam Humat terhadap Tanaman Jagung Di Lahan Sawah Aluvial, Gowa. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widaya. Bandung.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(51)

Lampiran 1.Deskripsi bawang merah varietas lokal Samosir

Kemampuan berbunga (alami) : mudah

Banyak anakan : 6 - 12 umbi per rumpun Bentuk daun : silindris, berlubang

Warna daun : hijau

Banyak daun : 22-43 helai Bentuk bunga : seperti payung Warna bunga : putih

Banyak buah/tangkai : 90 - 120 (107) Banyak bunga/tangkai :60-80 (65) Banyak tangkaibunga/rumpun : 2- 4

Bentuk biji : bulat, gepeng dan berkeriput

Warna biji : hitam

Bentuk umbi : lonjong, bercincin kecil pada leher cakram

Warna umbi : merah muda

Produksi umbi : 9,9 ton per hektar umbi kering Susut bobot umbi (basah-kering) : 21,4%

Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii)

Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap busuk ujung daun (Phytopthoraporri)

keterangan : baik untuk dataran rendah

(52)
(53)

Lampiran 3.Bagan letak tanaman pada plot

B

Jarak tanam : 20 x 15cm Ukuran plot :140 x 140 cm

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X

20 cm

140 cm

U

S

140 cm

(54)

Lampiran 4.Hasil analisis tanah awal dan akhir*

(55)

Lampiran 5. Dosis pupuk fosfat dan asam humat yang digunakan Pupuk fosfat

Dosis : 250 kg/ha = 5.000 kg/10.000 m2 = 25 g/m2 200 kg/ha = 10.000 kg/10.000 m2 = 20 g/m2 150 kg/ha = 15.000 kg/10.000 m2 = 15 g/m2 100 kg/ha = 100.000 kg/10.000 m2 = 10 g/m2 Jarak tanam : 15 cm x 20 cm = 300 cm2

Jumlah tanaman/plot : 42 tanaman

Luas plot yang dipupuk : 42 x 300 cm =12600 cm2 = 1.26 m2 Kebutuhan /Plot : 250 kg/ha = 25 g/m2 x 1.26 m2 = 31.5 g

200 kg/ha = 20 g/m2 x 1.26 m2 = 25.2 g 150 kg/ha = 15 kg/m2 x 1.26 m2 = 18.9 g 100 kg/ha = 10 kg/m2 x 1.26 m2 = 12.6 g Asam humat

Dosis : 0 kg/ha = 0g/m2

2,5 kg/ha = 2.500g/10.000 m2 = 0.25 g/m2 5 kg/ha = 5.000 g/10.000 m2 = 0.5 g/m2 Kebutuhan /Plot : 0 kg/ha = 0 g

(56)

Lampiran 6. Data pengamatan panjang tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 7. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST

(57)

Lampiran 8. Data pengamatan panjang tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST

(58)

Lampiran 10. Data pengamatan panjang tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST

(59)

Lampiran 12. Data pengamatan panjang tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST

(60)

Lampiran 14. Data pengamatan panjang tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST

(61)

Lampiran 16. Data pengamatan panjang tanaman 7 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 17. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST

(62)

Lampiran 18. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 19. Sidik ragam jumlah daun 2 MST

(63)

Lampiran 20. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Sidik ragam jumlah daun 3 MST

(64)

Lampiran 22. Data pengamatan jumlah daun 4 MST(helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Sidikragam jumlah daun 4 MST

(65)

Lampiran 24. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 25. Sidik ragam jumlah daun 5 MST

(66)

Lampiran 26. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Sidik ragam jumlah daun 6 MST

(67)

Lampiran 28. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 29. Sidik ragam jumlah daun 7 MST

(68)

Lampiran 30. Data pengamatan jumlah anakan 7 MST (anakan)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 31. Sidik ragam jumlah anakan 7 MST

(69)

Lampiran 32. Data total luas daun 38 HST (cm2)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Total luas daun 38 HST setelah di transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(70)

Lampiran 33. Sidik ragam total luas daun 38 HST

SK Db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 8.98 4.49 0.20 3.44 tn

Perlakuan 11 456.02 41.46 1.84 2.26 tn

P 3 15.49 5.16 0.23 3.44 tn

A 2 187.44 93.72 4.15 3.05 *

PxA 6 253.09 42.18 1.87 2.55 tn

Galat 22 496.97 22.59

Total 35 961.97

Keterangan: FK = 3521,303 KK = 25,69933 tn = tidak nyata

(71)

Lampiran 34. Data total luas daun 60 HST (cm2)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Total luas daun 60 HST setelah di transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(72)

Lampiran 35. Sidik ragam total luas daun 60 HST

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 8.98 4.49 0.20 3.44 tn

Perlakuan 11 456.02 41.46 1.84 2.26 tn

P 3 15.49 5.16 0.23 3.44 tn

A 2 187.44 93.72 4.15 3.05 *

PxA 6 253.09 42.18 1.87 2.55 tn

Galat 22 496.97 22.59

Total 35 961.97

Keterangan: FK = 4965,404 KK = 22,72967 tn = tidak nyata

(73)

Lampiran 36. Data pengamatan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) setelah di transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(74)

Lampiran 37. Sidik ragam laju asimilasi bersih

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 0,000037 0,000018 3,122294 3,440000 tn Perlakuan 11 0,000036 0,000003 0,562138 2,260000 tn P 3 0,000011 0,000004 0,617346 3,440000 tn A 2 0,000007 0,000004 0,603789 3,050000 tn PxA 6 0,000018 0,000003 0,520651 2,550000 tn Galat 22 0,000130 0,000006

Total 35 0,000203

Keterangan: Fk = 18.34603

KK = 0.339977 tn = tidak nyata

(75)

Lampiran 38. Data pengamatan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(76)

Lampiran 39. Sidik ragam laju pertumbuhan relatif

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 0,00167 0,00083 2.64 3.44 tn Perlakuan 11 0,00241 0,00022 0.69 2.26 tn

P 3 0,00012 0,00004 0.13 3.44 tn

A 2 0,00044 0,00022 0.70 3.05 tn

PxA 6 0,00185 0,00031 0.98 2.55 tn Galat 22 0,00696 0,00032

Total 35 0,01104

Keterangan: Fk = 19.95668 KK = 2.388142 tn = tidak nyata

(77)

Lampiran 40. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari) setelah transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(78)

Lampiran 41. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 0,0011 0,0006 0.60 3.44 tn

Perlakuan 11 0,0095 0,0009 0.93 2.26 tn

P 3 0,0004 0,0001 0.14 3.44 tn

A 2 0,0047 0,0023 2.52 3.05 tn

PxA 6 0,0044 0,0007 0.80 2.55 tn

Galat 22 0,0203 0,0009

Total 35 0,0309

Keterangan: Fk = 20.45069 KK = 4.033281 tn = tidaknyata

(79)

Lampiran 42 . Data pengamatan bobot basah umbi per sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Bobot basah umbi per sampel setelah transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(80)

Lampiran 43. Sidik ragam bobot basah umbi per sampel

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 0,26 0,13 0,12 3,44 tn

Perlakuan 11 18,35 1,67 1,47 2,26 tn

P 3 2,31 0,77 0,68 3,44 tn

A 2 6,86 3,43 3,01 3,05 tn

PxA 6 9,17 1,53 1,34 2,55 tn

Galat 22 25,05 1,14

Total 35 43,66

Keterangan: FK = 20.45069 KK = 4.033281 tn = tidak nyata

(81)

Lampiran 44. Data pengamatan bobot kering per sampel (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Bobot kering umbi per sampel setelah transformasi (√x + 0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(82)

Lampiran 45. Sidik ragam bobot kering per sampel

SK db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

Blok 2 0,59 0,30 0,42 3,44 tn

Perlakuan 11 7,04 0,64 0,92 2,26 tn

P 3 0,55 0,18 0,26 3,44 tn

A 2 1,42 0,71 1,02 3,05 tn

PxA 6 5,07 0,84 1,21 2,55 tn

Galat 22 15,37 0,70

Total 35 22,99

(83)

Lampiran foto penelitian

a. Supervisi dosen pembimbing

Gambar

Tabel 1. Panjang tanaman bawang merah 2 - 7 MST (cm) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat
Gambar 1. Hubungan panjang tanaman bawang merah  4 MST dengan asam humat
Tabel 2. Jumlah daun bawang merah 2 - 7 MST (helai) pada pemberian pupuk fosfat dan asam humat
Gambar 2. Hubungan jumlah daun bawang merah umur 7 MST dengan pemberian  asam humat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan kalium berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumah umbi per rumpun,

Perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 35 HST, bobot basah umbi dan bobot kering tanaman

Terjadinya interaksi pada kombinasi perlakuan dosis pupuk hayati dan pupuk fosfat pada parameter pengamatan berat biji per tanaman di saat panen umur 95 hst di

Lampiran Tabel 12 Sidik Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Terhadap Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Dosisi Pupuk Kalium Pada Tanaman Umur 42 Hari

Pada umur 21-35 hst didapatkan hasil bahwa dari perlakuan dosis pupuk kandang 30 t ha-1 dengan jarak tanam 10 cm x 25 cm nyata menghasilkan laju pertumbuhan tanaman lebih baik

Dapat dilihat tinggi tanaman tertinggi terhadap pemberian pupuk kandang ayam pada umur 6 minggu setelah tanam MST perlakuan A0 Kontrol 29,19 dengan terendah pada perlakuan A2 400

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan jenis pupuk hayati dan dosis asam humat yang dapat memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik bagi tanaman bawang merah Allium

135 KESIMPULAN Terdapat interaksi yang nyata antara warna naungan plastik dan dosis pupuk organik kompos pada parameter luas daun daun umur 60 hst dan indek luas daun umur 60 hst,