• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Cair Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Cair Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK

CAIR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN BAWANG MERAH (

Allium ascalonicum

L.)

SKRIPSI

OLEH:

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA / 080301081

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK

CAIR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN BAWANG MERAH (

Allium ascalonicum

L.)

SKRIPSI

OLEH:

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA / 080301081 AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Cair Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Nama : Abudzar Muharam Miraza NIM : 080301081

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Meiriani, MP)

Ketua Anggota (Ferry Ezra Sitepu. SP, M.Si)

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroekoteknologi (Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. PhD.)

(4)

ABSTRAK

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA. Efektivitas pemberian beberapa jenis dan dosis pupuk cair organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L) dibawah bimbingan MEIRIANI dan FERRY EZRA SITEPU.

Penelitian ini dilaksanakan di lahan penduduk di Jl. Khairuna Fauzi no. 11, Komplek Kejaksaan, Medan selayang dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, dari bulan April sampai Juni 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan dosis perlakuan yang sama yaitu 100 ml, 200 ml dan 300 ml/L air. Jenis Pupuk Organik Cair.(P) yang terdiri dari 3 macam yaitu: P1 : Pupuk organik cair darah sapi. P2 : Pupuk organik cair

kandang sapi. P3 : Pupuk organik cair ekstrak teh. Adapun parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, jumlah siung per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun, produksi segar umbi per plot, produksi kering umbi per plot.

Hasil penelitian meunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi.

(5)

ABSTRACT

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA. Effectiveness of the administration of multiple types and doses of organic liquid fertilizer on the growth and yield of Shallot (Allium ascalonicum L.), supervised by MEIRIANI and FERRY EZRA SITEPU.

The research had been conducted at Jl. Khairuna Fauzi no. 11, Komplek Kejaksaan, Medan selayang at + 25 m asl from April until June 2012. The research using factorial randomized block design with the same treatment dosage factor: 100 ml, 200 ml dan 300 ml/L water. Liquid Organic Fertilizer (P) was divided be three levels P1: Liquid organic fertilizer of cow’s blood. P2: Liquid organic fertilizer of cow manure. P3: Liquid organic fertilizer of tea extract. The parameters were observed : plant height per clump, number of leaves per clump, number of tillers per hill, number of cloves per hill, tuber diameter per sample, tuber fresh weight per hill, tuber dry weight per hill, fresh tuber production per plot, dried tuber production per plot.

The results showed that the liquid fertilizer had given were significant on all parameters of growth and production.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Abudzar Muharam Miraza, lahir pada tanggal 29 juli 1991 di Medan, anak pertama dari 3 bersaudara, putra dari ayahanda Idrus Miraza dan Ibunda Almal Mafilindo.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Swasta Kartini Medan; tahun 1996-2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Swasta Kesatria Medan; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 6 Medan dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten laboratorium di Laboratorium Anatomi Tumbuhan (2012), Laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan (2012) Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA). Sebagai anggota departemen administrasi dan kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FP USU (2008-2009). Sebagai Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FP USU (2009-2010). Sebagai Menteri Keolahragaan Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (PEMA USU) (2011-2012).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Cair Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) “

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dan seluruh keluarga yang telah banyak memberi dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ir. Meiriani, M.P., selaku ketua komisi pembimbing dan Ferry Ezra Sitepu. SP, M.Si., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman MILITAN stambuk 2008, abang dan kakak stambuk 2005 dan adik-adik stambuk 2009, 2010, 2011, terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan yang telah terjalin serta atas dukungan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juni 2013

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis penelitian ... 2

Kegunaan penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan waktu penelitian ... 10

Bahan dan alat ... 10

Metoda penelitian ... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan... 13

Persiapan pupuk darah sapi ... 13

Persiapan pupuk kandang cair ... 13

Persiapan pupuk ekstrak teh ... 14

Persiapan bibit ... 14

Penanaman ... 14

Aplikasi pupuk cair ... 14

(9)

Penyiraman ... 15

Penyulaman ... 15

Penyiangan ... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15

Panen ... 15

Pengeringan ... 16

Pengamatan Parameter ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Tinggi tanaman (cm)... 18

Jumlah daun per rumpun (buah) ... 19

Jumlah anakan per rumpun (buah) ... 20

Bobot segar umbi per rumpun (g) ... 22

Bobot kering umbi per rumpun (g) ... 23

Jumlah siung per rumpun... 24

Diameter umbi per rumpun (cm) ... 24

Produksi kering per plot (g) ... 25

Produksi basah per plot (g) ... 24

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2-7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

19

2 Tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

21

3 Jumlah daun bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

22

4 Jumlah daun bawang merah umur 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

24

5 Rataan jumlah anakan (buah) bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

25

6 Jumlah anakan bawang merah umur 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

26

7 Bobot segar umbi per rumpun pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

27

8 bobot kering umbi per rumpun pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

29

9 Jumlah siung per rumpun pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

30

10 Diameter umbi per rumpun pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

31

11 Produksi basah per plot pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

32

12 Produksi kering umbi per plot pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Bagan penanaman pada plot 52

2. Bagan plot penelitian 53

3. Analisis pupuk darah cair 54 4. Analisis pupuk kandang cair 55 5. Analisis pupuk ekstrak teh 55

7. Analisis tanah 55

8. Deskripsi bawang merah varietas bima 56 11. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 2 MST

(cm)

59

12. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 2 MST 59 13. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 3 MST

(cm)

60

14. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 3 MST 60 15. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 4 MST

(cm)

61

16. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 4 MST 61 17. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 5 MST

(cm)

62 18. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 5 MST 62 19. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST

(cm)

63

20. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST 63 21. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST

(cm)

64

22. Sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST 64 23. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman

bawang merah umur 2 MST

(12)

24. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 2 MST

65

25. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 3 MST

66

26. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 3 MST

66

27. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 4 MST

67

28. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 4 MST

67

29. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 5 MST

68 30. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman

bawang merah umur 5 MST

68

31 Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 6 MST

68

32. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 6 MST

68

33. Data pengamatan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 7 MST

68

34. Sidik ragam data jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur 7 MST

68

31. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 2 MST

68

32. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 2 MST

69

33. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 3 MST

70

34. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 3 MST

70

35. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 4 MST

(13)

36. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 4 MST

71

37. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 5 MST

72 38. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman

bawang merah umur 5 MST

72

39. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 6 MST

73

40. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 6 MST

73

41. Data pengamatan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 7 MS

74

42. Sidik ragam data jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur 7 MST

74

43. Data pengamatan bobot umbi segar per rumpun tanaman bawang merah (g)

75

44. Sidik ragam data bobot umbi segar per rumpun tanaman bawang merah (g)

75

45. Data pengamatan bobot umbi kering per rumpun tanaman bawang merah (g)

76

46. Sidik ragam data bobot umbi kering per rumpun tanaman bawang merah (g)

76

47. Data pengamatan bobot umbi segar per plot tanaman bawang merah (g)

77

48. Sidik ragam data bobot umbi segar per plot tanaman bawang merah (g)

77

49. Data pengamatan bobot umbi kering per plot tanaman bawang merah (g)

78

50. Sidik ragam data bobot umbi kering per plot tanaman bawang merah (g)

78

(14)
(15)

ABSTRAK

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA. Efektivitas pemberian beberapa jenis dan dosis pupuk cair organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L) dibawah bimbingan MEIRIANI dan FERRY EZRA SITEPU.

Penelitian ini dilaksanakan di lahan penduduk di Jl. Khairuna Fauzi no. 11, Komplek Kejaksaan, Medan selayang dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, dari bulan April sampai Juni 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan dosis perlakuan yang sama yaitu 100 ml, 200 ml dan 300 ml/L air. Jenis Pupuk Organik Cair.(P) yang terdiri dari 3 macam yaitu: P1 : Pupuk organik cair darah sapi. P2 : Pupuk organik cair

kandang sapi. P3 : Pupuk organik cair ekstrak teh. Adapun parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, jumlah siung per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun, produksi segar umbi per plot, produksi kering umbi per plot.

Hasil penelitian meunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan produksi.

(16)

ABSTRACT

ABUDZAR MUHARAM MIRAZA. Effectiveness of the administration of multiple types and doses of organic liquid fertilizer on the growth and yield of Shallot (Allium ascalonicum L.), supervised by MEIRIANI and FERRY EZRA SITEPU.

The research had been conducted at Jl. Khairuna Fauzi no. 11, Komplek Kejaksaan, Medan selayang at + 25 m asl from April until June 2012. The research using factorial randomized block design with the same treatment dosage factor: 100 ml, 200 ml dan 300 ml/L water. Liquid Organic Fertilizer (P) was divided be three levels P1: Liquid organic fertilizer of cow’s blood. P2: Liquid organic fertilizer of cow manure. P3: Liquid organic fertilizer of tea extract. The parameters were observed : plant height per clump, number of leaves per clump, number of tillers per hill, number of cloves per hill, tuber diameter per sample, tuber fresh weight per hill, tuber dry weight per hill, fresh tuber production per plot, dried tuber production per plot.

The results showed that the liquid fertilizer had given were significant on all parameters of growth and production.

(17)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 adalah 12.655 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton (BPS, 2010). Dari data tersebut, produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor dari luar negeri. Rendahnya produksi tersebut salah satunya dikarenakan belum optimalnya sistem kultur teknis dalam budidayanya

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah dengan melakukan perbaikan teknik budidaya serta pemberian pupuk organik. Widiana dalam Laude, dan Hadid, (2007) mengatakan bahwa pemberian pupuk organik memiliki kelebihan diantaranya menambah unsur hara dalam tanah memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan residu sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Terdapat banyak limbah yang ada di sekitar kita, baik berasal dari limbah rumah potong hewan, yaitu limbah darah, limbah kotoran ternak potong, maupun yang berasal dari rumah tangga yaitu serbuk teh. Yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair yang lebih efektif dan efisien penggunaannya, sehingga merupakan alternatif baru bagi pertanian organik masa depan

(18)

industri pertanian jumlahnya banyak dan dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Rachmawan, 2001).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang dan sisa- sisa makanan. Sifat dan ciri pupuk kandang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat penyimpanan pupuk.

Menurut Haugh (1980) pengomposan adalah penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dibawah keadaan temperatur termofilik sebagai akibat produk pemanasan secara biologis dengan hasil akhir bahan yang cukup mantap untuk disimpan dan digunakan ke tanah tanpa merugikan pengaruh lingkungan.

Serbuk teh, baik yang berupa teh celup atau teh daun, dapat menjadi sumber pupuk yang baik bagi tanaman, meskipun tidak dapat diserap secara langsung. Dalam penggunaan bekas teh celup sebagai pupuk, maka bungkusteh harus dibuka dan disebar atau ditimbun ke dalam pot. Ampas teh tersebut akan menjadi penyedia hara melalui proses dekomposisi..

(19)

Tujuan penelitian

Untuk membandingkan pengaruh beberapa jenis pupuk organik cair pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Hipotesis penelitian

Ada pengaruh jenis dan konsentrasi pupuk cair organik terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Kegunaan penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani tanaman

Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo: Liliaceae; Family: Liliales; Genus: Allium; Species:

Allium ascalonicum L. (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Bawang merah merupakan terna rendah yang tumbuh tegak dan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah. Seperti juga bawang putih, tanaman ini termasuk tidak tahan kekeringan (Wibowo, 2007).

Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2010).

Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1995).

(21)

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).

Umbi bawang merah merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis yang tampak jelas, dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan kekanan dan kekiri, dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung umbi bawang merah tidak banyak, hanya sekitar 2 sampai 3 lapis, dan tipis yang mudah kering. Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih banyak dan tebal. Maka besar kecilnya siung bawang merah tergantung oleh banyak dan tebalnya lapisan pembungkus umbi (Suparman, 2007).

Syarat tumbuh

Iklim

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi sampai 1.100 meter diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi, tempat terbuka dan mendapat sinar matahari 70%, karena bawang merah

termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long dayplant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses

fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi, ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0-800 meter diatas permukaan laut (Rukmana, 2004).

(22)

tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2007).

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-320C, dan kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).

Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran timggi, yakni pada ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut. Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 – 900 m di atas permukaan laut hasilnya kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Samadi dan Cahyono, 2005).

Tanah

Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drinase/aerase

baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah

(23)

(Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989).

Bawang merah menghendaki struktur tanah remah. Tanah remah memiliki perbandingan bahan padat dan pori-pori yang seimbang. Bahan padat merupakan tempat berpegang akar. Tanahremah lebih baik daripada tanah bergumpal (AAK, 1998)

Pupuk cair organik

Pengertian pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).atau bisa disimpulkan secara singkat adalah Pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan, yang telah melalui proses, rekayasa, berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai hara tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Goenadi, 1995).

Pupuk organik cair dapat dibuat dari berbagai bahan seperti sampah rumah tangga, hijauan, kotoran ternak maupun sisa limbah peternakan seperti darah sapi.

(24)

Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Beberapa petani didaerah memisahkan antara pupuk kandang padat dan cair.

a. Pupuk kandang padat

Pupuk kandang padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah.

b. Pupuk kandang cair

Pupuk kandang cair merupakan pukan berbentuk cair berasal dari kotoran berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kerbau, kuda, babi dan kambing (Matarirano, 1994).

Pupuk kandang cair juga baik sebagai sumber hara tanaman. Mengumpulkan pupuk kandang cair dilakukan dengan cara yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan mudah (Sutanto, 2002).

(25)

Pada hewan seperti sapi, komposisi darah didalam tubuh cukup besar yaitu 3,5 – 7% dari total berat tubuh. Dirumah pemotongan hewan (RPH), darah seringkali dibuang begitu saja dan berpotensi menjadi limbah yang mengganggu lingkungan. Padahal jika diolah dengan baik, darah memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, antara lain menjadi tepung darah untuk pakan ternak ikan/ udang ataupun pupuk tanaman (Abrianto, 2011).

Untuk pupuk tanaman, selain dengan cara dibuat tepung, darah sapi juga dapat diolah menjadi pupuk cair. Dengan cara disemprotkan pada bagian bawah daun, pupuk cair dapat merangsang stomata untuk membuka lebih cepat. Efeknya adalah meningkatkan kualitas rasa pada sayur dan buah, serta meningkatkan kemampuan menyerap nutrisi dari tanaman karena mikroba membantu menyediakan nutrisi yang siap diserap tanaman. Pupuk cair dari darah sapi cukup mudah dibuat (Abrianto, 2011).

Air sisa teh, baik yang berupa teh celup atau teh daun, dapat menjadi sumber pupuk yang baik bagi tanaman, meskipun tidak dapat diserap secara langsung. Dalam penggunaan bekas teh celup sebagai pupuk, maka bungkus teh harus dibuka dan disebar atau ditimbun ke dalam pot. Ampas teh tersebut akan menjadi penyedia hara melalui proses dekomposisi (Nadya, 2008).

(26)

kafein (45-50 mg%). Kandungan senyawa-senyawa tersebut berbeda-beda antara masing-masing jenis teh (Pambudi, 2000).

Menurut Nuranto (2008) dalam Arbiyanto (2011) tepung yang diolah dari darah sapi memiliki kandungan protein, nitrogen alami (N), asam amino yang tinggi, serta sedikit posfor (P). Menurut hasil analisis BPTP Sumut tepung darah sapi memiliki kandungan N 12,18%; P2O5 5,28%; K2O 0,15% dan C-organik

19,09%. Untuk pupuk tanaman selain dengan cara dibuat tepung, darah sapi juga dapat diolah menjadi pupuk cair. Dengan cara disemprotkan pada bagian bawah daun, pupuk cair dapat merangsang stomata untuk membuka lebih cepat. Efeknya adalah meningkatkan kualitas rasa pada sayur dan buah, serta meningkatkan kemampuan menyerap nutrisi yang siap diserap tanaman.

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lahan penduduk di Jl. Khairuna Fauzi no. 11, Komplek Kejaksaan, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi varietas Bima, pupuk organik cair yang berasal dari darah sapi, kandang cair, dan ampas teh, pestisida Mantap, surfactan Altron 450 EC, Urea, TSP, KCl, dan air untuk menyiram tanaman.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah media tanam, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, alat tulis.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan acak kelompok Non Faktorial dengan konsentrasi perlakuan yang sama yaitu D1 = 100 ml/L air, D2 =200 ml/L

air dan D3 = 300 ml/L air. Dengan Jenis Pupuk Organik Cair.(P) yang di uji ada 3

macam yaitu:

P1 : Pupuk organik darah sapi cair

P2 : Pupuk organik kandang sapi cair

P3 : Pupuk organik ampas teh cair

(28)

K : Kontrol ( Urea 600kg/ha, TSP 200kg/ha, KCl 100kg/ha) P1D1 P2D1 P3D1

P1D2 P2D2 P3D2

P1D3 P2D3 P3D3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan Jumlah plot : 30 plot

Ukuran plot : 120 cm x 100 cm Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman/plot : 20 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 600 tanaman Jumlah sampel/plot : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 150 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yij = µ + ρi + αj + εij

i = 1,2,3 j = 1,2,3

Dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan beberapa jenis pupuk

organik cair (P) pada taraf ke-j µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

(29)

εij : Galat dari blok ke-i, perlakuan beberapa jenis pupuk organik cair (P)

pada taraf ke-j

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Areal pertanaman yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma. Kemudian lahan diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira 20 cm. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 120 cm x 100 cm serta jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari genangan air.

Persiapan pupuk organik darah sapi cair

Disediakan 1 liter darah sapi segar yang diambil dari rumah potong hewan, dan di campurkan dengan 200 ml EM4 yang telah dilarutkan dengan air 20 liter dan 1 kg gula putih, di taruh didalam derigen dan ditutup sehingga tidak ada udara yang keluar maupun masuk selama proses fermentasi berlangsung, proses ini membutuhkan waktu 14 hari, dan sudah tidak ada lagi bau darah.

Persiapan pupuk organik kandang sapi cair

Kotoran sapi segar diambil dari kandang sapi sebanyak 20 kg dan dicampurkan dengan 1 liter EM4 yang telah dilarutkan dengan 200 liter air dan 1 kg gula putih, ditaruh didalam tong besar dan ditutup, setiap hari nya di aduk hingga proses fermentasi selesai, proses ini berlangsung selama 14 hari dan sudah tidak ada bau lagi.

Persiapan pupuk organik ampas teh cair

(31)

tersebut. Dan difermentasikan selama 14 hari. Biarkan dalam keadaan anaerob dan jangan buka derigen selama proses fermentasi berlangsung.

Persiapan bibit

Dipilih bibit yang beratnya relatif sama yaitu ± 6 gram/siung, kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan beserta akar yang masi ada. Dan dipotong ujungnya dengan pisau yang runcing agar menghindari penyakit.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam yang ditugal pada areal tanam., kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam. Begitu umbi dibenamkan ke dalam tanah dan ditutup dengan tanah.

Aplikasi pupuk dasar

Pemupukan dasar dilakukan setelah tanaman berumur tiga minggu diberi pupuk urea, TSP, dan KCL sesuai dengan dosis anjuran. Yaitu 600 kg Urea / ha, 200 kg TSP/ ha, dan 100 Kg KCl/ ha diberikan kepada tanaman kontrol. Sedangkan pada perlakuan diberikan dosis setengah anjuran dari kontrol.

Aplikasi pupuk cair

Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk yang digunakan pupuk darah sapi, pupuk kandang cair, dan kompos teh, pupuk diaplikasikan seminggu sekali pada pagi hari dimulai pada umur 2 MST sampai daun menguning atau berumur 7 MST. Dengan mengkalibrasikan pada satu tanaman terlebih dahulu sampai tanaman itu basah, lalu diaplikasikan kepada tanaman lain.

Pemeliharaan

(32)

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Pada waktu pembentukan umbi, penyiraman ditingkatkan intensitas, diusahakan agar tanah tetap basah sepanjang hari, karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan umbi.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan mulai awal pertumbuhan sampai umur 7 hari setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang sehat serta mengganti benih yang tidak tumbuh dengan tanaman transplanting dari hasil kecambah benih.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

d. Pengendalian hama dan penyakit

(33)

Panen

Panen dilakukan pada 70 HST, pada saat tanah kering agar terhindar dari penyakit. Dimana tanaman sudah memperlihatkan tanda-tanda tanaman siap dipanen yaitu 60-70% dari tanaman tersebut leher daun sudah lemas, daun menguning, umbi padat tersembul sebagian keatas tanah, dan warna kulitnya mengkilap. Umbi dicabut beserta batangnya, lalu akar dan tanahnya dibersihkan.

Pengeringan

Cara mengeringkan adalah dengan menjemur dibawah panas matahari dengan suhu rata-rata 34 - 35°C selama 7 hari. Yaitu mengikat beberapa rumpun bawang merah menjadi satu. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan diatas tenda plastik dengan umbi berada dibawah dan daun diatas. Pengeringan dilakukan sampai penyusutan bobot umbi berkisar ± 20%, dilakukakan dengan cara penimbangan bobot kering secara berulang sampai didapat penyusutan bobot umbi sekitar 20%.

Pengamatan parameter

a. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai ke ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman diukur mulai umur 2 MST sampai 7 MST, dengan interval 1 minggu sekali.

b. Jumlah anakan per rumpun (buah)

(34)

c. Jumlah daun per rumpun (helai)

Jumlah daun per rumpun dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya. Dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 7 MST, dengan interval 1 minggu sekali.

d. Bobot basah umbi per sampel

Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran.

e. Bobot kering umbi per sampel

Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, selama 7 hari dan susut bobot mencapai 20%

f. Produksi basah umbi per plot

Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah panen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran.

g. Produksi kering umbi per plot

Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, selama 7 hari dan susut bobot mencapai 20%.

h. Jumlah siung per sampel

Jumlah siung dihitung setelah tanaman dipanen. Jumlah siung dihitung pada setiap tanaman sampel.

i. Diameter umbi per sampel

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm) per rumpun

Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 2 sampai 7 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5 sampai 16 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 sampai 6 MST tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 7 MST.

Tinggi tanaman bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST K 22,19 26,78 29,69 33,17 34,52 36,15 P1D1 17,95 21,99 24,86 27,72 29,76 32,23

P1D2 18,70 23,12 26,17 28,49 31,20 33,68

P1D3 21,04 25,14 28,65 31,32 34,05 36,02

P2D1 18,49 21,96 24,85 29,42 31,27 33,12

P2D2 19,14 24,19 28,07 31,55 33,79 35,04

P2D3 21,75 25,34 28,23 31,29 33,89 35,40

P3D1 20,98 26,05 29,39 32,20 34,65 35,59

P3D2 22,75 26,23 29,91 31,76 33,70 35,37

(36)

Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik.

Gambar 1 menunjukkan tinggi tanaman bawang merah dari umur 2 – 7 MST yang tertinggi adalah pada perlakuan kontrol (pemberian pupuk anorganik sesuai rekomendasi)

Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai pemberian dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 2.

(37)

Gambar 2. Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk cair organik

Gambar 2 menunjukkan tinggi tanaman pada pemberian berbagai dosis pupuk organik masih lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk kontrol (pemberian pupuk anorganik sesuai dosis anjuran)

Tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 dan lampiran 13-14 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 6 MST. Dimana tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kontrol (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda tidak nyata dengan P2 (pupuk kandang sapi cair) dan P3 (pupuk ampas teh cair) tetapi

berbeda nyata dengan P1 (pupuk darah sapi cair).

(38)

Tabel 2. Tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST pada pemberian jenis dan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 2 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik dari 100 hingga 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Tetapi pemberian pupuk organik cair darah sapi (P1) dengan dosis

200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 300 ml/liter air.

Jumlah daun (helai) per rumpun

Data pengamatan jumlah daun bawang merah umur 2 sampai 7 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 17 sampai 28 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 2 sampai 7 MST.

(39)

Tabel 3. Jumlah daun bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Perkembangan jumlah daun bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Perkembangan jumlah daun bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik

Gambar 3 menunjukkan jumlah daun bawang merah dari umur 2 – 7 MST yang terbanyak adalah pada perlakuan kontrol (pemberian pupuk anorganik sesuai rekomendasi) Perlakuan Jumlah daun

(40)

Perkembangan jumlah daun bawang merah pada berbagai pemberian dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 4. Perkembangan jumlah daun bawang merah pada berbagai dosis pupuk cair organik

Gambar 4 menunjukkan jumlah daun bawang merah pada pemberian berbagai dosis pupuk organik masih lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk kontrol (pemberian pupuk anorganik sesuai dosis anjuran).

Jumlah daun bawang merah umur 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 dan lampiran 27-28 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 7 MST. Dimana jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan pemberian jenis pupuk organik cair.

(41)

Tabel 4. Jumlah daun bawang merah umur 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Perlakuan Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 4 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik kandang sapi cair (P2) dari 100 hingga 200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata terhadap jumlah daun. Tetapi pemberian pupuk organik kandang sapi cair dengan dosis 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 100 dan 200 ml/liter air.

Jumlah anakan per rumpun

Data pengamatan jumlah anakan bawang merah umur 2 sampai 7 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 29 sampai 42 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 2 sampai 7 MST.

(42)

Tabel 5. Rataan jumlah anakan (buah) bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Perlakuan Jumlah anakan (buah)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

Perkembangan jumlah anakan bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Perkembangan jumlah anakan bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik

(43)

Perkembangan jumlah anakan bawang merah pada berbagai pemberian dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perkembangan jumlah anakan bawang merah pada berbagai dosis pupuk cair organik

Gambar 6 menunjukkan jumlah anakan bawang merah pada pemberian berbagai dosis pupuk organik masih lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk kontrol (pemberian pupuk anorganik sesuai dosis anjuran).

Jumlah anakan bawang merah umur 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 dan lampiran 29 - 42 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 7 MST. Dimana jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan pemberian jenis pupuk organik cair.

(44)

Tabel 6. Jumlah anakan bawang merah umur 7 MST pada pemberian jenis dan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 6 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik kandang cair (P2) dari 100 hingga 200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda tidak

nyata terhadap jumlah daun. Tetapi pemberian pupuk organik kandang sapi cair dengan dosis 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 100 dan 200 ml/liter air.

Bobot segar umbi per rumpun

Data pengamatan bobot segar umbi per rumpun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 43 sampai 44 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi per rumpun.

(45)

Tabel .7 Bobot segar umbi per rumpun pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 7 dan lampiran 43 – 44 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada bobot segar umbi per rumpun. Dimana bobot umbi per rumpun terberat diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan pemberian jenis pupuk organik cair.

Tabel 7 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik kandang sapi cair (P2) dari 100 hingga 200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata terhadap bobot segar umbi. Tetapi pemberian pupuk organik kandang sapi cair dengan dosis 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 100 dan 200 ml/liter air.

Tabel 7 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik darah sapi cair (P1) dari 100 hingga 200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

(46)

pemberian pupuk organik cair darah sapi cair dengan dosis 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 100 dan 200 ml/liter air.

Bobot kering umbi per rumpun

Data pengamatan bobot kering umbi per rumpun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 45 sampai 46 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per rumpun.

Bobot kering umbi bawang merah per rumpun pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Bobot kering umbi per rumpun pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(47)

yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk darah sapi (P1) dan pupuk

ampas teh (P3) tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi cair

(P2) pemberian jenis pupuk organik cair.

Tabel 8 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik cair untuk ketiga jenis pupuk yang dicobakan (pupuk darah sapi cair (P1), pupuk kandang

sapi cair (P2), dan pupuk ampas teh cair (P3)) dari 100 hingga 200 ml/liter air

memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap bobot kering umbi. Tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pemberian dosis 300 ml/liter air.

Jumlah siung per rumpun

Data pengamatan jumlah siung per rumpun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 47 sampai 48 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap jumlah siung per rumpun.

Jumlah siung bawang merah per rumpun pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 9.

(48)

Tabel 9 Jumlah siung per rumpun pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 9 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik darah sapi cair (P1) dari 100 hingga 200 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata terhadap jumlah siung per rumpun. Tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pemberian dosis 300 ml/liter air.

Diameter umbi per rumpun (cm)

Data pengamatan diameter umbi per rumpun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 49 sampai 50 yang menunjukkan perlakuan pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap diameter umbi per rumpun.

(49)

Tabel 10. Diameter umbi per rumpun pada pemberian berbagai jenis dan dosis

Pupuk KandangSapi Cair (P2)

P2D1 (100 ml/ liter air) 1,85

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 10 dan lampiran 49 – 50 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada diameter umbi per rumpun. Dimana diameter umbi terluas diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan pemberian jenis pupuk organik cair.

Peningkatan dosis dari 100 ml/liter hingga 300 ml/liter memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap diameter umbi pada berbagai jenis pupuk organik yang dicobakan.

Produksi basah per plot (g)

(50)

Produksi basah bawang merah per plot pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Produksi basah per plot pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 11 dan lampiran 51 – 52 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada produksi basah per plot. Dimana produksi segar umbi per plot terberat diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan pupuk cair organik.

Tabel 11 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik darah sapi cair (P1) dari 100 hingga 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata terhadap produksi basah umbi per plot.

Produksi kering per plot (g)

(51)

dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap produksi kering umbi per plot.

Produksi kering umbi bawang merah per plot pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Produksi kering umbi per plot pada pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Tabel 12 dan lampiran 53 – 54 menunjukkan pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata pada produksi kering umbi per plot. Dimana produksi kering per plot terberat diperoleh pada perlakuan kontrol (K) (pupuk anorganik lengkap) yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang sapi cair (P2) dan pupuk ampas teh cair (P3) tetapi berbeda tidak nyata dengan

(52)

Tabel 12 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik darah sapi cair (P1) dari 100 hingga 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap produksi kering umbi per plot.

Tabel 12 juga menunjukkan peningkatan dosis pupuk organik kandang sapi cair (P2) dari 100 hingga 300 ml/liter air memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap produksi kering umbi per plot.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk cair organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Dimana perlakuan kontrol (pupuk anorganik sesuai dosis anjuran) masih lebih baik dibandingkan pemberian berbagai pupuk organik cair, hal ini diduga tanaman lebih mudah menyerap hara melalui akar dibandingkan pemupukan melalui daun. Hal ini sesuai dengan literatur Agromedia (2007) yang menyatakan bahwa pupuk anorganik mengandung beberapa keutamaan seperti kadar unsur hara tinggi, daya higroskopisitasnya atau kemampuan menyerap dan melepaskan airnya tinggi serta mudah larut dalam air sehingga gampang diserap tanaman.

(53)

yang menyatakan bahwa ketersediaan nitrogen yang cukup dapat membuat tanaman berkembang pesat dan menghasilkan produksi yang tinggi dan daun – daun yang hijau. Tanaman yang kekurangan nitrogen umumnya kecil dan tumbuh lambat karena kekurangan nitrogen yang diperlukan untuk memproduksi bahan struktural dan genetik yang memadai.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil aanalisis statistik diketahui bahwa pemberian pupuk ampas teh cair lebih rendah produksi nya dibandingkan dengan kedua jenis pupuk cair organik yang dicobakan, tetapi pada fase vegetatif pemberian pupuk ampas teh cair memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kedua jenis pupuk organik cair yang dicobakan. Hal ini diduga karena unsur hara digunakan untuk proses pertumbuhan saja tetapi tidak disimpan hasil fotosintesis nya yang berlebih kedalam pengisian umbi, sehingga produksi nya rendah.

(54)

pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sekulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dan bahwa jenis pupuk organik berbeda nyata terhadap parameter produksi bobot kering per plot yang mana jenis pupuk terbaik adalah P2 (pupuk kandang cair) pada dosis D3 (300 cc) bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, P2 (pupuk kandang cair) dan P3 (teh cair). Berdasarkan analisis uji laboratorium pada perlakuan P2 (lampiran 5) bahwa kandungan C-organik (1,25); N-total (0,21); P2O5 (0,06) dan K2O5 (0,043).

Kandungan P2O5 pada P2 lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan P1

(0.09) dan P3 (0.09). Hal ini berarti bahwa kandungan P pada perlakuan P2 telah

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis pupuk dan dosis pupuk cair organik berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, bobot segar per rumpun, bobot kering per rumpun, diameter umbi per rumpun, jumlah siung per rumpun, produksi segar per plot, dan produksi kering per plot.

2. Jenis pupuk organik berbeda nyata pada parameter pertumbuhan yaitu pada parameter jumlah daun pada saat 7 MST dimana jenis pupuk terbaik adalah pupuk P1 (darah sapi) pada dosis D1 (100 cc).

3. Jenis pupuk organik berbeda nyata terhadap parameter produksi bobot kering per plot yang mana jenis pupuk terbaik adalah P2 (pupuk kandang cair) pada dosis D3 (300 cc).

Saran

(56)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta.

Abrianto, P, 2011 Mari Mengolah Limbah Darah Sapi Untuk Pakan Ikan dan Pupuk Tanaman. Diakses dari duniasapi.com.

Andriyani, W. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk

Hijau Calopogonium mucunoides terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Panen Muda dengan Budidaya Organik.

Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal.

Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K pada lahan sawah irigasi. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 4(1):15-24. Ashari, 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI press, Jakarta.

Asiah, A. 2006. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Panen Muda dengan Budidaya Organik. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

Goenadi, D.H. 1995. Mikroba pelarut hara dan pemantap agregat dari beberapa tanah tropika basah. Menara Perkebunan 62: 60-66.

Hapsoh dan Hasanah, Y., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press. Medan.

Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Sumber Lignin. Diakses tanggal 27 Oktober 2010.

Indriani, Y. H. 2000. Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. Kasli, 2008. Pembuatan Pupuk Hayati Hasil Dekomposisi Beberapa Limbah

Organik dengan Dekomposernya. Jerami Vol. I no 3 September-Desember 2008.

(57)

Nur, S. dan Thohari, 2005. Tanggap Dosis Nitrogen dan Pemberian Berbagai Macam Bentuk Bolus terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Dinas Pertanian. Kabupaten Brebes.

Raden, I., 2000. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) pada Tanah Dipupuk dengan Kascing dan SP-36. Frontir No. 32.

Rahayu, E, dan Berlian,N. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Rachmawan, O., 2001. Dasar Pengolahan Limbah Secara Fisik. Departemen

Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan SMK, Jakarta.

Rahayu, E, dan Berlian,N. 1999. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.

Rukmana, R, 1994. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Hal 15, 18, 30-31.

Samadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta

Sudirja, R., M. A. Solihin dan S. Rosniawaty. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutruddepts. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Jatinangor.

Sudirja, 2010. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/

Alternaria partrait.html [12 Juni 2010].

Suparman, 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.

Suriadikarta, D. A dan R. D. M Simanungkalit., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Balitbang Pertanian. Bandung.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Sutaryono, Y.A. dan M.T. Fauzi. 2007. Potensi mikroorganisme lokal dalam memacu proses pengomposan kedelai. J. Agroland 14(2):134-139.

(58)

Wahyudin, A. 2001. Management Of Latosol Soil Through The Use Of Vermi- Manure Originated From Live Stock Feces With An Indicator Of Mustard Green (Brassica juncea (l.) Czernj. & Coss). Master Theses fromJBPTITBPP.http://digilib.itb.ac.id. diakses tanggal 16 Desember 2008.

Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay . Penebar Swadaya, Jakarta.

Widijanto, H., J. Syamsiah, R. Widyawati. 2007. Ketersediaan N Tanah Dan Kualitas Hasil Padi Dengan Kombinasi Pupuk Organik Dan Anorganik Kedelai Hitam Di Mojogedang. Agrosains Vol. 9 (1). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Provinsi Sumatera Utara, Medan.[17 September 2010]

Yuliarti, N, 2010. 1001 Cara mengasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher. Jakarta.

(59)

O O O O 20 cm

O O O O 20 cm

O O O O O O O O Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot

120 cm

(60)
(61)
(62)

Lampiran 4. Deskripsi varietas bawang merah varietas bima

Tinggi tanaman : 25-44 cm Jumlah anakan : 7-12 Bentuk daun : silindris Warna daun : Hijau Jumlah daun : 14-50 helai Umur panen : ±60 HST

Pembungaan : 50 hari, agak sukar Jumlah biji : 120-16

Tangkai bunga/ rumpun : 2-4 Buah/tangkai : 60-100

Biji : Bulat, agak gepeng, berkeriput hitam Bentuk umbi : Lonjong

(63)

Lampiran 5. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 2 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 6. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 2 MST

(64)

Lampiran 7. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 3 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 8. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 3 MST

(65)

Lampiran 9. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 4 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 10. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 4 MST

(66)

Lampiran 11. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 5 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 12. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 5 MST

(67)

Lampiran 13. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 14. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST

(68)

Lampiran 15. Data pengamatan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 16. Daftar sidik ragam data tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST

(69)

Lampiran 17. Data pengamatan jumlah daun bawang merah per rumpun umur 2 MST (helaian)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(70)

Lampiran 19. Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah per rumpun umur 3 MST (helaian)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(71)

Lampiran 21. Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah per rumpun umur 4 MST (helaiam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(72)

Lampiran 23. Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah per rumpun umur 5 MST (helaian)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(73)

Lampiran 25. Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah per rumpun umur 6 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(74)

Lampiran 27. Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah per rumpun umur 7 MST (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(75)

Lampiran 29. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 2 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(76)

Lampiran 31. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 3 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(77)

Lampiran 33. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 4 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(78)

Lampiran 35. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 5 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(79)

Lampiran 37. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 6 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(80)

Lampiran 39. Data pengamatan jumlah anakan bawang merah per rumpun umur 7 MST (buah)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(81)

Lampiran 41. Data pengamatan berat kering sampel per tanaman pada tanaman bawang merah (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(82)

Lampiran 43. Data pengamatan berat basah sampel per rumpun pada tanaman bawang merah

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(83)

Lampiran 45. Data pengamatan jumlah siung per rumpun tanaman bawang merah (siung)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(84)

Lampiran 47. Data pengamatan diameter umbi per rumpun tanaman bawang merah (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(85)

Lampiran 49. Data pengamatan produksi kering per plot tanaman bawang merah Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Total 4488,00 4484,00 4162,00 13134,00

Rataan 448,80 448,40 416,20 437,80 FK= 5731692.30

KK= 7.55%

(86)

Lampiran 51. Data pengamatan produksi basah per plot tanaman bawang merah Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III Total 4665,00 4669,00 4355,00 13689,00

Rataan 466,50 466,90 435,50 456,30 FK= 6216211.20

KK= 7.39%

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2 – 7 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik
Gambar 1. Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai pemberian pupuk cair organik
Gambar 2. Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk cair organik
Tabel 2. Tinggi tanaman bawang merah umur 6 MST pada pemberian jenis dan dosis pupuk cair organik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan tanaman bawang merah luas daun dan bobot

Perlakuan penambahan konsentrasi pupuk organik cair pada umur 2 MST sampai dengan umur 6 MST membe- rikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bawang

Berdasarkan hasil analisis ragam jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah saat 5 MST (Lampiran 2) menunjukkan bahwa dosis perimbangan pupuk memberikan pengaruh

Adapun parameter yang diamati adalah tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, jumlah siung per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot

Ukuran umbi bawang merah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, yaitu pada tinggi tanaman 4 MST, jumlah daun 2 dan 4 MST, jumlah

Rataan jumlah daun per rumpun (helai) tiga varietas bawang merah 2 sampai 7 MST pada pemberian beberapa jenis pupuk organik disajikan pada Tabel 2...

Menurut Napitupulu dan Winarto (2010) bahwa pada pemberian pupuk kalium pada tanah yang cukup dapat memberikan pertumbuhan bawang merah lebih baik dan menunjukkan

Untuk pupuk tanaman, selain dengan cara dibuat tepung, darah sapi juga. dapat diolah menjadi